BAB IV RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 1506608750BAB IV RENCANA PROG INVESTASI

Laporan Akhir

BAB IV
RENCANA PROGRAM
INVESTASI INFRASTRUKTUR
4.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk
mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (liveble), aman, nyaman,damai dan sejahtera
serta berkelanjutan.
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses
kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan
berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar
perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah,
proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
memiliki program/ kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan
pengembangan permukiman adalah:
a. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (prasarana dan sarana dasar permukiman).
b. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur.
c. Mengarahkan pertumbuhan wilayah.
d. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.

Sasaran bagi pengembangan permukiman adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman.
b. Tersedianya perumahan tipe RSH, Rusunawa.
c. Terarahnya pertumbuhan wilayah.
d. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman.
Hasil akhir dari pengembangan permukiman adalah:
a. Lahan siap bangun.
b. Tersedianya PSD kawasan (jalan, drainase, air bersih).
c. Tersedianya kawasan prmukiman yang sehat.
d. Tersedianya RSH, Rusunawa siap huni.
e. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis.
f. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan
pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuansatuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman
yang telah ada disekitarnya.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan, antara lain:
a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH);
b. Penataan dan Peremajaan Kawasan;
c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa);
d. Peningkatan Kualitas Permukiman.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya

Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 1

Laporan Akhir

Pengembangan kawasan permukiman perdesaan, antara lain:
a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D).
b. Pengembangan Kawasan Agropolitan.
c. Pengembangan prasarana dan sarana eks transmigrasi.
d. Penyediaan prasarana dan sarana permukiman di pulau kecil dan terpencil.
e. Pengembangan prasarana dan sarana kawasan perbatasan.
f. Penyediaan prasarana dan sarana dalam rangka penanganan bencana.
Tidak semua program dapat diterapkan di Kabupaten Kudus, seperti pengembangan prasarana dan
sarana eks transmigrasi, penyediaan prasarana dan sarana permukiman di pulau kecil dan terpencil,
pengembangan prasarana dan sarana kawasan perbatasan sehingga tidak perlu diprogramkan.
4.1.1. Kondisi Umum Permukiman
4.1.1.1. Gambaran Umum
Kecenderungan perkembangan fisik di Kabupaten Kudus, pada hakekatnya tercermin dari bentuk
struktur keruangan wilayah yang terbentuk karena posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya.

Kabupaten Kudus secara umum dan garis besar, pola kecenderungan perkembangan fisik perumahan dan
permukimannya mengikuti kondisi prasarana khususnya kondisi jalur jalan dan kondisi fisik alam yang ada.
Arah perkembangan tersebut yaitu mengikuti arah dan pola jalur jalan regional, khususnya yaitu sepanjang
jalur Demak-Kudus-Pati. Arah perkembangan yang mengikuti jalur tersebut didorong oleh intensitas dan pola
aktivitas yang sangat tinggi di sepanjang jalur jalan tersebut. Kawasan permukiman dan perumahan tersebut
semakin memadat sampai pada pusat kota dan mengalami penyebaran menuju ke arah utara dan timur
Kabupaten Kudus.
Pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman Kabupaten Kudus terdiri dari
pembangunan rumah baru dan pembangunan wilayah yang bercirikan perdesaan serta peningkatan kualitas
perumahan dan permukiman yang telah ada. Pemenuhan kebutuhan jumlah rumah ini dapat dilaksanakan
dengan cara swadaya masyarakat (infomal) dan penyediaan secara formal yang disediakan oleh pemerintah.
Untuk pengembangan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan konsep pengembangannya dengan
mempertimbangkan karakteristik perdesaaan dan skala pelayanan ke kawasan tersebut.
Pengembangan perumahan dan permukiman dengan cara peningkatan kualitas, dilakukan untuk
kondisi perumahan dan permukiman yang tidak atau kurang layak huni, dan tidak sehat. Selain peningkatan
kualitas bangunan rumah berdasarkan dari analisis untuk mengembangkan kawasan perumahan dan
permukiman dilakukan peningkatan kualitas sarana dan prasarana lingkungan yang mengalami degradasi
atau belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Arah pengembangan perumahan dan permukiman Kabupaten Kudus mengikuti arah perkembangan
kota serta ketersediaan lahan yang cocok untuk dikembangkan sebagai kawasan perumahan dan

permukiman serta peningkatan kualitas fisik perumahan dan permukiman untuk di kawasan pusat kota. Arah
perkembangan tersebut mengikuti sistem transportasi jalan raya yang ada terutama pada kawasan kota-kota
Kecamatan dan kota-kota di wilayah Kabupaten sekitar lintas Utara yaitu Kudus – Pati, Kudus – Jepara,
Kudus – Demak dan Kudus – Grobogan. Selain itu Kabupaten Kudus dilalui oleh jaringan jalan arteri dengan
status jalan nasional, serta jaringan jalan kolektor dan lokal dengan status jalan kabupaten. Jaringan jalan
arteri ini merupakan jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) yang sangat strategis dan cukup padat yang
menghubungkan kota-kota antara Semarang–Kudus-Surabaya.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 2

Laporan Akhir

Sedangkan untuk pengembangan sistem permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan di
Kabupaten Kudus diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai
salah satu usaha mencegah kesenjangan wilayah. Pengembangan kawasan permukiman di wilayah yang
bercirikan perdesaan mempunyai arahan pada kegiatan-kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman di wilayah yang bercirikan
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Pengembangan ini

diutamakan pada kegiatan yang tidak mengurangi kegiatan utama pertanian, dan kegiatan yang mendukung
pertanian seperti agro industri, agrowisata.
Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Kudus ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:


Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;



Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan;

Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Kudus selain memanfaatkan permukiman
eksisting dalam pengembangannya perlu menghindari pemakaian tanah pertanian subur dan atau beririgasi
teknis. Kawasan peruntukan permukiman diarahkan tersebar di semua wilayah Kecamatan, dengan
penekanan di Kecamatan Bae, Kecamatan Kaliwungu serta Kecamatan Mejobo. Adapun arahan mengenai
kawasan permukiman di kabupaten kudus sesuai dengan RTRW adalah sebagai berikut :




TABEL IV-1.
ARAHAN KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN BERDASARKAN RTRW
Kawasan Peruntukan Permukiman

Arahan Lokasi

1. Perkotaan
 Pengembangan
permukiman
(apartemen/rumah susun)

Ibu Kota Kabupaten dan Ibu Kota Kecamatan
berlantai

banyak

Kota Kudus

 Penataan kawasan permukiman di sempadan sungai


Sempadan sungai dalam kawasan perkotaan

 Pengembangan sarana lingkungan perkotaan

Fasilitas perdagangan dan jasa, Fasilitas sosial

2. Perdesaan
 Pengembangan permukiman industri

Kecamatan Jekulo dan Kecamatan Kaliwungu

 Pengembangan rumah sehat huni

Rumah di desa-desa

Sumber : RTRW Kab. Kudus, 2008

Kondisi yang ada saat ini, permukiman banyak berkembang di Kecamatan Kota. Hal ini
dikarenakan letak Kecamatan Kota yang strategis dan didukung oleh sarana prasarana pendukung kegiatan
yang lebih baik. Agar terjadi pemerataan penyebaran kawasan permukiman di kecamatan lain, maka dapat

dibuat titik-titik pertumbuhan aktivitas baru pada setiap kecamatan berdasarkan potensi yang dimiliki,
tentunya dengan didukung oleh sarana prasarana yang memadai. Peruntukan permukiman di Kabupaten
Kudus dibedakan menjadi permukiman perkotaan dan pedesaan. Adapun rinciannnya adalah sebagai berikut
:

A. Permukiman Perkotaan
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan, meliputi batas fisik kawasan perkotaan Kudus dan
Ibukota Kecamatan (IKK) di Kabupaten Kudus. Lingkup lokasi kawasan perkotaan Kudus meliputi seluruh
wilayah Kecamatan Kota, seluruh Kecamatan Bae, seluruh Kecamatan Jati, sebagian Kecamatan Kaliwungu,
sebagian Kecamatan Gebog dan sebagian Kecamatan Mejobo. Sedangkan lingkup lokasi IKK meliputi
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 3

Laporan Akhir

permukiman yang termasuk dalam deliniasi IKK Undaan, IKK Dawe, IKK Jekulo, IKK Gebog dan IKK Mejobo
dengan luas permukiman perkotaan sebesar kurang lebih 2.867 Ha (Hektar).
1) Kawasan Rumah Sederhana Sehat (RSH)

Kawasan rumah sederhana sehat di Kabupaten Kudus berjumlah 12 unit perumahan. Kondisi
kawasan RSH tersebut sebagian besar membutuhkan penanganan prasarana dan sarana dasarnya, baik
jalan lingkungan, saluran, dan gorong-gorong. Ada 6 perumahan yang perlu mendapat prioritas penanganan
kondisi prasarana dan sarana dasarnya, yaitu perumahan Muria Indah, Perumahan Sumber Indah I,
Perumahan Sumber Indah II, Perumahan Gerbang Harapan, Perumahan Pepabri, dan Perumahan Kudus
Permai.
Dari kondisi tersebut, maka pada kawasan RSH memerlukan dukungan penyediaan prasarana dan
sarana dasar yang diwujudkan dalam kegiatan peningkatan, perbaikan, maupun pembangunan baru.
2) Kualitas Lingkungan Permukiman
Lingkungan permukiman yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas hidup penduduknya. Di
Kabupaten Kudus ada beberapa kawasan permukiman yang tergolong dalam kawasan kumuh, yaitu di
sepanjang sempadan kali Gelis Kota Kudus. Selain kondisi fisik bangunan rumah yang kurang memenuhi
standar kesehatan, kondisi lingkungan permukimannya juga masih kurang memadai seperti : persampahan,
sanitasi, dan drainase lingkungan.
Dari kondisi lingkungan permukiman tersebut, maka diperlukan upaya peningkatan kualitas
permukiman melalui upaya pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa.

B. Permukiman Perdesaan
Kawasan peruntukan permukiman perdesaan, meliputi batas fisik permukiman di luar Kota Kudus
dan 5 IKK (Ibu Kota Kecamatan) yang ada dengan luas mencapai kurang lebih 668 Ha (Hektar). Kawasan

Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) merupakan salah satu pendekatan pembangunan kawasan
perdesaan melalui penyediaan prasarana dan sarana yang dapat menunjang tumbuh dan berkembangnya
usaha ekonomi perdesaan. Dari pengertian tersebut, maka dalam satu wilayah kabupaten akan terbentuk
satuan-satuan KTP2D dengan satu Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). DPP adalah desa yang mempunyai
potensi/ kemampuan cepat berkembang yang dipilih berdasarkan adanya keterkaitan dengan beberapa desa
yang ada di sekitarnya dan mempunyai pelayanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan desa-desa
sekitarnya. Dengan adanya kemampuan pelayanan yang tinggi tersebut, DPP yang bersangkutan layak
disebut dengan “Desa Pusat”, dan desa-desa sekitarnya disebut dengan “Daerah Belakangnya (Hinterland)”.
Lokasi KTP2D di Kabupaten Kudus meliputi 6 kecamatan dan 28 desa. Adapun persebaran lokasi
KTP2D terlihat pada tabel berikut.
TABEL IV-2.
WILAYAH KAWASAN TERPADU PUSAT PERTUMBUHAN DESA (KTP2D)
No.

Kecamatan

Jml.
Desa

Desa Pusat

Pertumbuhan
(DPP)

1

Kaliwungu

5

Kedungdowo

2

Undaan

6

Kalirejo

3

Gebog

3

Besito

4

Jekulo

4

Tanjungrejo

Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

Desa Hinterland
-

Gamong
Banget
Glagahwaru
Kutuk
Karang Malang

- Desa Honggosoco

- Setrokalangan

- Garung Kidul

- Lambangan
- Berugenjang
- Padurenan

- Wonosoco

- Sebagian

Desa - Sebagian

IV- 4

Desa

Laporan Akhir

5

Dawe

6

Colo

6

Mejobo

4

Kesambi

- Kajar
- Dukuh Waringin
- Temulus

Rejosari,
Dawe
- Kuwukan
- Ternadi
- Jojo

Kec.

Kandangmas,
Kec. Dawe
- Japan
- Kirig

Sumber: Evaluasi RTR IKK Kabupaten Kudus, 2007

Kondisi di wilayah KTP2D Kalirejo dan KTP2D Colo Kabupaten Kudus dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Wilayah KTP2D Kalirejo
a. Sektor Perumahan dan Permukiman
 Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman
Kondisi Yang Ada
Aktivitas perumahan di wilayah KTP2D Kalirejo juga mengikuti pola jaringan jalan yang ada dan
mengelompok pada pusat desa membentuk pusat-pusat permukiman. Terdapat beberapa pusat
permukiman, diantaranya adalah pusat permukiman di Desa Kalirejo dan Lambangan, Desa
Glagahwaru, Desa Berugenjang, dan Desa Wonosoco. Sebagian perumahan dan permukiman di
wilayah KTP2D Kalirejo Kecamatan Undaan dihuni lebih dari 1 KK dalam setiap rumahnya. Hal ini
tercermin dari kepadatan penduduk bersih yang tinggi di wilayah KTP2D Kalirejo. Kondisi ini
menyebabkan adanya kesenjangan yang cukup signifikan antara kepadatan kotor rata-rata wilayah
(9,44 jiwa/ha) dengan kepadatan bersih rata-ratanya (101,62 jiwa/ha).
Permasalahan
Tingkat kepadatan penduduk akan bertambah dari tahun ke tahun karena pertambahan penduduk
dan berkembangnya aktivitas masyarakat, terutama aktivitas perekonomian di wilayah KTP2D
Kalirejo. Berdasarkan perhitungan proyeksi kebutuhan lahan untuk kawasan perumahan di wilayah
KTP2D Kalirejo pada tahun 2016 diperkirakan akan mencapai 109,08 Ha atau 79,5% dari luas
wilaya yang terbangun. Pola jaringan jalan desa yang terbatas dengan kondisi kurang memadai,
sehingga kurang memacu berkembangnya daerah perumahan. Masih terbatasnya pelayanan
prasarana perumahan, termasuk persampahan, telepon, drainase, dan belum tersedianya pelayanan
air bersih. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya lingkungan perumahan sehat
dan nyaman.
Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Diperlukan penyiapan lahan siap bangun untuk pengembangan perumahan dan permukiman yang
memanfaatkan kondisi lahan-lahan yang sekarang telah memiliki kecenderungan berkembang
sebagai kawasan permukiman. Dengan dikembangkannya lahan perumahan dan permukiman
tersebut, maka tingkat kepadatan bangunan akan dapat dikurangi, yang dampaknya juga
berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Pengelompokan pada suatu areal
tertentu akan berdampak pada tingkat kepadatan yang tidak merata, sehingga cenderung
mengakibatkan lingkungan rumah yang tidak sehat dan nyaman. Membatasi tingkat kepadatan di
pusat-pusat kegiatan dengan cara mengembangkan kawasan hunian baru dengan dukungan
prasarana dan sarana yang memadai.

Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 5

Laporan Akhir

 Program Perbaikan Prasarana Perumahan dan Permukiman
Program perbaikan prasarana perumahan dan permukiman dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas perumahan dan permukiman, sehingga memenuhi standar perumahan dan permukiman
yang layak huni dari aspek kesehatan, lingkungan, dan kenyamanan.
Kondisi Yang Ada
Karakteristik wilayah KTP2D yang merupakan kawasan perdesaan nampak dari kondisi perumahan
dan permukiman penduduk yang mencerminkan aktivitas penduduk perdesaan. Kondisi perumahan
dan permukiman di wilayah KTP2D Kalirejo mencerminkan kualitas hidup penduduk dan tingkat
kesejahteraan masyarakat desa yang masih cenderung rendah. Hal ini terlihat dari kondisi sebagian
bangunan fisi permukiman yang masih berupa rumah semi permanen maupun belum permanen
dengan kurangnya prasarana dan sarana dasar yang memadai. Sebagian besar kondisi perumahan
dan permukiman warga belum didukung sarana dan prasarana perumahan dan permukiman yang
memadai. Diantara sarana dan prasarana yang belum tersedia di wilayah ini adalah jaringan
persampahan, jaringan air bersih, dan jaringan drainase lingkungan. Sementara itu sebagian besar
jaringan jalan lingkungan permukiman juga masih kurang memada kondisinya yaitu berupa jalan
makadam.
Permasalahan dan Analisis
Permasalahan dan analisisnya sama dengan program penyediaan perumahan dan permukiman.
 Program Penyehatan Lingkungan Perumahan
Sanitasi
Sistem air limbah yang dikelola masyarakat terbatas pada pelayanan pembuangan limbah tinja dan
air bekas rumah tangga. Pembuangan limbah tinja dilayani dengan jamban, baik dengan cara
ditampung dalam tangki septik maupun cubluk. Semua jamban yang ada merupakan jamban
keluarga/jamban pribadi. Sedangkan jamban komunal dan jamban jamak tidak terdapat di wilayah
KTP2D Kalirejo.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi adalah: Kualitas pelayanan yang masih rendah,
Kurang memadainya fasilitas sanitasi setempat, Tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya
penyediaan prasarana pembuangan limbah manusia masih kurang.
Sarana / fasilitas truk penyedot tinja belum ada, sehingga kegiatannya masih dilakukan dengan
manual.
Peningkatan sarana ini disesuaikan dengan perkembangan pendudu, sedangkan untuk jamba
keluarga diupayakan sistem pengolahan dengan menggunakan tangki septik/cubluk. Untuk
penduduk yang mendapat pelayanan MCK perlu diperhatikan tentang penyediaan air bersihnya.
Pembangunan jamban keluarga merupakan tanggung jawab dari masyarakat sendiri.
Persampahan
Timbulan sampah menurut kriteria stadar DPU adalah rata-rata 2,5 L/orang/hari. Sarana
perwadahan yang bervariasi menimbulkan permasalahan dalam pengumpulannya maupun estetika.
Penempatan bak sampah yang berdekatan dengan saluran drainase menimbulkan tercecernya
sampah dan masuk ke saluran sehingga berakibat tidak berfungsinya saluran yang ada. Sarana
pengangkutan juga belum tersedia. Di samping masyarakat belum memiliki kesadaran dan kemauan
untuk memelihara lingkungan. Pola pelayanan yang akan diterapkan pada program pengelolaan
persampahan adalah individu/komunal tidak langsung dilaksanakan di daerah komersial dan
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 6

Laporan Akhir

permukiman dengan kondisi jalan relatif datar. Sedangkan pola individu/swakelola dilaksanakan
pada daerah dengan kepadatan penduduk < 50 jiwa/ha, yang biasanya tingkat kemauan dan
kemampuan masyarakat rendah, kondisi jalan sulit dilewati gerobak dan truk, serta tata letak
bangunan yang tidak teratur.
 Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
Kondisi Yang Ada
Daerah KTP2D Kalirejo belum dilayani jaringan perpipaan dari PDAM. Pemenuhan kebutuhan
dilakukan melalui sumur gali dan sendang di Desa Wonosoco. Kondisi sumur gali yang ada
jumlahnya masih terbatas dengan kondisi air agak payau dan kering di musim kemarau.
Permasalahan
Wilayah KTP2D Kalirejo merupakan daerah yang sulit air karena ketersediaan air bersih sangat
terbatas baik secara kualitas maupun kuantitas.
Analisis permasalahan dan Rekomendasi
Upaya pemecahan masalah antara lain: mengadakan koordinasi dengan PDAM untuk membuat
sumur dalam, pembuatan tandon air dari sendang gong (wonosoco), serta melakukan sosialisasi
tentang kesehatan air minum. Selain itu juga diupayakan adanya program PAMSIMAS.
b. Sektor Perhubungan dan Transportasi
Kondisi Yang Ada
Jalan Propinsi yaitu jalan raya Kudus – Purwodadi. Jalan kabupaten yaitu : Jl Babalan – batas Pati,
Jl. Babalan – Kutuk, dan Jl. Lambangan – Wonosoco.
Permasalahan
Kurang memadainya kualitas jaringan jalan karena mengalami kerusakan.
Analisis permasalahan dan rekomendasi
Perlu dilakukan program peningkatan kinerja jalan, pembangunan halte, dan saran parkir umum di
Desa Kalirejo.
c. Sektor Drainase
Kondisi Yang Ada
Kondisi sistem drainase kurang optimal karena mengalami sedimentasi. Sedangkan pada drainase
mikro, sebagian besar lingkungan permukiman belum memiliki saluran drainase.
Permasalahan
Genangan air dari limpahan Kali Juwana dan Kali Wulan akibat belum tersedianya sistem drainase
kawasan yang terpadu.
Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Penanganan drainase makro secara komprehensif dan drainase mikro dengan pembangunan
saluran baru maupun normalisasi saluran yang telah ada.
2) Wilayah KTP2D Colo
a. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman
Kondisi Yang Ada
Aktivitas perumahan di wilayah KTP2D Colo juga mengikuti pola jaringan jalan yang ada dan
mengelompok pada pusat desa membentuk pusat-pusat permukiman. Terdapat beberapa pusat
permukiman, diantaranya adalah pusat permukiman di Desa Colo, Japan, Dukuhwaringin, Kuwukan,
Kajar, dan Ternadi. Sebagian perumahan dan permukiman di wilayah KTP2D Colo Kecamatan
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 7

Laporan Akhir

Dawe dihuni lebih dari 1 KK dalam setiap rumahnya. Hal ini tercermin dari kepadatan penduduk
bersih yang tinggi di wilayah KTP2D Colo. Kondisi ini menyebabkan adanya kesenjangan yang
cukup signifikan antara kepadatan kotor rata-rata wilayah dengan kepadatan bersih rata-ratanya.
Permasalahan
Tingkat kepadatan penduduk akan bertambah dari tahun ke tahun karena pertambahan penduduk
dan berkembangnya aktivitas masyarakat, terutama aktivitas perekonomian di wilayah KTP2D Colo.
Berdasarkan perhitungan proyeksi kebutuhan lahan untuk kawasan perumahan di wilayah KTP2D
Kalirejo pada tahun 2012 diperkirakan akan mencapai 131,252 Ha dari luas wilayah yang terbangun.
Kondisi wilayah yang berbukit dengan topografi beragam menyebabkan perkembangan permukiman
mengikuti topografi wilayah. Pola jaringan jalan desa yang radial menyebabkan perkembangan
permukiman menyebar, dengan membentuk kantung-kantung permukiman. Masih terbatasnya
pelayanan prasarana perumahan, termasuk persampahan, telepon, drainase, dan belum tersedianya
pelayanan air bersih. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya lingkungan
perumahan sehat dan nyaman.
Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Diperlukan penyiapan lahan siap bangun untuk pengembangan perumahan dan permukiman yang
memanfaatkan kondisi lahan-lahan yang sekarang telah memiliki kecenderungan berkembang
sebagai kawasan permukiman. Dengan dikembangkannya lahan perumahan dan permukiman
tersebut, maka tingkat kepadatan bangunan akan dapat dikurangi, yang dampaknya juga
berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Pengelompokan pada suatu areal
tertentu akan berdampak pada tingkat kepadatan yang tidak merata, sehingga cenderung
mengakibatkan lingkungan rumah yang tidak sehat dan nyaman. Membatasi tingkat kepadatan di
pusat-pusat kegiatan dengan cara mengembangkan kawasan hunian baru dengan dukungan
prasarana dan sarana yang memadai.
b. Program Peningkatan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Kondisi Yang Ada
Kondisi jalan lingkungan berupa jalan dengan perkerasan makadam dan tanah. Sebagian besar
pemanfaatan sanitasi wilayah KTP2D Colo menggunakan jamban dan tangki septik. Sedangkan
untuk persampahan, sebagian besar dilakukan secara mandiri dengan ditimbun dan dibakar.
Permasalahan
Jalan makadam dan tanah menyebabkan kurang lancarnya pergerakan orang dan barang. Kondisi
alam yang berbukit menyebabkan jarak antar lingkungan permukiman cukup jauh karena harus
memutar. Untuk itu perlu peningkatan jalan lingkungan dan jalan tembus desa untuk meningkatkan
aksesibilitas antar lingkungan permukiman. Masih adanya beberapa unit rumah yang belum
memiliki fasilitas jamban akan dipenuhi secara swadaya oleh penduduk.
c. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
Kondisi Yang Ada
Kondisi pelayanan air bersih dilayani melalui sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan
dengan memanfaatkan mata air di Desa Colo. Cakupan pelayanan sebesar 56,02% dari seluruh
penduduk yang dilayani. Distribusi air bersih ke masyarakat menggunakan sistem gravitasi. Untuk
sistem non perpipaan dilayani dengan pembuatan sumur gali yaitu di Desa Ternadi, sebagian Kajar,
dan sebagian kecil Japan. Cakupan pelayanan sebesar 1,93%.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 8

Laporan Akhir

Permasalahan
Untuk jaringan perpipaan, dibutuhkan pemeliharaan dan pergantian pipa-pipa air bersih yang sudah
rusak, bak pembagi, dan kran umum. Perlunya peningkatan sarana air bersih pada kawasan wisata
yaitu lokasi bumi perkemahan Kajar – Ternadi, Objek Wisata Colo, dan Objek Wisata Monthel.
d. Program Pengembangan Perhubungan dan Transportasi
Kondisi Yang Ada
Status jalan propinsi yang ada di wilayah KTP2D Colo dalam kondisi baik. Sedangkan jalan
kabupaten dalam kondisi baik dan sedang. Untuk jalan poros desa, kondisinya sebagian besar
berupa perkerasan aspal, sebagian lainnya berupa jalan tanah.
Permasalahan
Perlunya peningkatan jalan poros desa Ternadi – Kajar – Colo, jalan kajar – Canggrang, Jalan
Kuwukan – Dukuh waringin, dan Jalan Desa Japan – Gembong (Kabupaten Pati).
e. Program Pengembangan Drainase Permukiman
Kondisi Yang Ada
Wilayah KTP2D Colo merupakan kawasan dengan kelerengan hingga 45%, sehingga pembuangan
drainase lingkungan tidak menjadi masalah. Sungai-sungai yang ada meliputi: Kali Piji, Kali Nyai
Lumpit, Kali Toyokembang, Kali Sendang, dan Kali Siluwung. Kondisinya sebagian kering pada
musim kemarau.
Permasalahan
Kebutuhan penanganan drainase wilayah KTP2D Colo yaitu terkonsentrasi pada sistem drainase
lingkungan permukiman, dari lingkungan permukiman menuju saluran pembuangan akhir.
4.1.1.2. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Untuk mendukung aktivitas penduduk di kawasan perumahan dan permukiman diperlukan
perencanaan juga untuk prasarana dan sarana dasar. Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD)
perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah dilakukan selama ini. Selain itu
bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD, perumahan dan permukiman juga telah
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus, yang diberikan kepada warga/masyarakat yang benar-benar
membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannya. Pada
umumnya dalam pengembangan permukiman harus terdapat sarana dan prasarana dasar, antara lain: Air
Minum, Air Limbah, Persampahan, dan Drainase. Kebutuhan Air minum dan Penyehatan Lingkungan
memberikan nilai kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, terutama dalam pola hidup menjadi sehat dan
peningkatan derajat kesejahteraan. Kondisi sarana dan prasarana air bersih yang mendukung kegiatan
permukiman di Kabupaten Kudus, meliputi: sambungan ledeng, sumur pompa, sumur gali dan sungai/ waduk.
Sedangkan pelayanan sarana dan prasarana air limbah saat ini sudah tersedia jamban keluarga, namun
dalam pengelolaannya tidak semua menggunakan sistem komunal, sehingga ada yang menggunakan
saluran drainase sebagai saluran air limbah. Pelayanan persampahan untuk permukiman saat ini masih
melayani daerah perkotaan, sedangkan daerah perdesaanuntuk pengelolaan sampah dapat dilakukan secara
mandiri.

Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 9

Laporan Akhir

4.1.1.3. Aspek Pendanaan
Pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman masyarakat sebagian besar masih
menggantungkan pendanaannya dari Pemerintah karena pendanaannya yang cukup besar. Sedangkan
kegiatan pembangunan yang membutuhkan dana yang relatif kecil, masyarakat melakukannya secara
swadaya.Bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan prasarana dan sarana dasar perumahan dan
permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus, yang diberikan kepada
warga/masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas perumahan maupun
lingkungannya.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari pajak, retribusi, serta keuntungan dari Perusahaan
Daerah (PERUSDA) disamping bantuan dari Pusat berupa pinjaman, hibah SDO, Inpres dsb). Tetapi kondisi
yang ada sekarang sumber-sumber PAD belum dimanfaatkan secara optimal. Sejalan dengan penerapan
otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, mendorong daerah agar mengelola
sumber PAD dengan mengoptimalkan aset-aset daerah yang berpotensi meningkatkan PAD yang bertujuan
dapat membiayai pembangunan daerah. Sumber pendapatan daerah Kabupaten Kudus didapatkan dari
pembiayaan APBD dapat digunakan untuk membantu atau mensubsidi pembangunan sarana prasarana
perumahan dan permukiman. Jenis sarana dan prasarana yang dibangun dengan APBD adalah merupakan
tanggungjawab Pemerintah Kabupaten Kudus yang bersifat public goods.
4.1.1.4. Aspek Kelembagaan
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Daerah Kabupaten Kudus merupakan pemegang utama
pengelolaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
4.1.1.5. Sasaran
Adapun sasaran dari program pengembangan permukiman di Kabupaten Kudus adalah:
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman
b. Tersedianya perumahan tipe RSH dan RUSUNAWA
c. Terarahnya pertumbuhan wilayah
d. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman
4.1.2. Analisa Kebutuhan Pembangunan Permukiman
4.1.2.1. Analisa Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Kudus saat ini adalah adanya perumahan dan
permukiman yang terletak di atas lahan yang difungsikan sebagai kawasan perumahan dan permukiman.
Atau apabila dibangun rumah atau bangunan lain di atasnya harus memenuhi ketentuan atau standar-standar
teknis tertentu. Kawasan-kawasan tersebut antara lain adalah kawasan di sepanjang sungai atau sempadan
sungai, kawasan di daerah konservasi atau kawasan lindung serta daerah rawan bencana. Selain itu,
permasalahan lain adalah adanya permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana dasar permukiman
yang memadai khususnya sarana dan prasarana lingkungan khususnya drainase, sanitasi dan persampahan.
Selain itu kondisi fisik bangunan yang meliputi bahan bangunan dan tingkat permanensi bangunan juga
mengindikasikan suatu rumah dikatakan kumuh atau tidak.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan setelah dilakukan analisis dengan menggunakan
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 10

Laporan Akhir

parameter-parameter penilaian yang telah ditentukan sebelumnya, perumahan dan permukiman yang
memerlukan peningkatan kualitas antara lain adalah perumahan dan permukiman yang terletak di kawasan
sempadan sungai, perumahan dan permukiman yang terletak di kawasan sempadan mata air, kawasan
permukiman kumuh (slums dan squatter), perumahan dan permukiman yang terletak di koridor SUTT,
permukiman yang terletak di daerah rawan bencana dan kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan
perdesaan. Perumahan dan permukiman tersebut memerlukan penanganan-penanganan dalam upaya
meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan dalam kawasan tersebut.

A. Permukiman yang terletak di kawasan sempadan sungai.
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai/sungai buatan/saluran yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka untuk bangunan yang berada di sekitar sempadan sungai memerlukan persyaratan khusus
dalam pengaturan jarak bangunan dengan sisi terluar kanan kiri sungai. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai tersebut. Di wilayah Kabupaten Kudus terdapat beberapa
perumahan dan permukiman yang berada di sepanjang (sempadan) sungai dengan jarak yang sangat dekat
atau tidak sesuai dengan standar-standar yang ada.

B. Permukiman yang terletak di kawasan sempadan mata air.
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Beberapa kawasan perumahan dan permukiman yang
ada di wilayah Kabupaten Kudus dibangun di sekitar mata air dan muncul beberapa permasalahan
pencemaran mata air oleh aktivitas masyarakat dalam perumahan dan permukiman tersebut.

C. Kawasan perumahan dan permukiman di koridor SUTT.
SUTT adalah jaringan listrik tegangan tinggi (150 KV) yang sangat berbahaya bagi kesehatan semua
lingkungan yang ada di sekitarnya. Jaringan listrik yang ada di Kabupaten Kudus sebenarnya bukanlah
jaringan listrik untuk tegangan ekstra tinggi, namun hanyalah jaringan listrik untuk tegangan tinggi. Di wilayah
Kabupaten Kudus masih terdapat beberapa kawasan perumahan dan permukiman yang berada di bawah
jaringan tersebut. Untuk itu memerlukan penanganan yang lebih lanjut untuk menghindari dampak-dampak
berbahaya yang mungkin timbul di kemudian hari.

D. Kawasan permukiman di daerah rawan bencana/longsor.
Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering mengalami bencana alam. Untuk
beberapa perumahan dan permukiman di Kabupaten Kudus, terdapat beberapa perumahan dan permukiman
yang terletak di daerah rawan bencana. Rawan bencana yang ada di Kabupaten Kudus meliputi bencana
banjir dan tanah longsor, khususnya di wilayah perkotaan.

E. Kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan.
Wilayah yang bercirikan perdesaan merupakan wilayah yang memiliki kegiatan utama di bidang pertanian
dengan pengelolaan sumber daya alam masih mendominasi aktivitas masyarakat yang ada di wilayah
tersebut sebagai upaya pengembangan dan peningkatan perekonomian mereka.

F. Kawasan permukiman kumuh (slums dan squatters);
Permukiman kumuh adalah permukiman tidak layak huni atau dapat membahayakan kehidupan
penghuni, karena keadaan keamanan dan kesehatan memprihatinkan, kenyamanan dan keandalan
bangunan dan lingkungan tersebut tidak memadai, baik dilihat dari segi tata ruang, kepadatan bangunan yang
sangat rendah serta prasarana dan sarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Untuk permasalahan
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 11

Laporan Akhir

permukiman kumuh di Kabupaten Kudus, lebih dinilai berdasarkan kondisi fisik dari bangunan rumah yang
masih merupakan rumah semi permanen, dengan tata letak rumah yang kurang sehat serta berdesakdesakan, sarana dan prasarana persampahan, saluran drainase serta saluran sanitasi yang ada kurang
memadai atau bahkan tidak ada.
4.1.2.2. Alternatif Pemecahan
Kondisi perumahan atau permukiman yang dianggap perlu untuk ditingkatkan kualitasnya adalah
permukiman – permukiman yang ada di kawasan sempadan sungai, kumuh, koridor SUTET dan SUTT,
rawan bencana/longsor, dan permukiman di kawasan bercirikan perdesaan yang ada di Kabupaten Kudus.
Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di Kabupaten Kudus antara lain:
A. Kawasan permukiman sempadan sungai
Permukiman yang ada di kawasan sempadan sungai di Kabupaten Kudus sebaiknya dikendalikan
sejak awal. Hal ini dapat membahayakan masyarakat yang menempati permukiman tersebut. Jika volume air
sungai secara mendadak naik akan terjadi banjir. Selain itu, kegiatan manusia dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, serta kondisi fisik pinggir dan dasar sungai.
Perlu adanya suatu pencegahan dan pengendalian pembangunan perumahan baru di sepanjang
bantaran sungai yang ada di Kabupaten Kudus. Salah satunya dengan pembuatan peraturan daerah tentang
larangan pembangunan diatas bantaran sungai dan perlu adanya sempadan yang dapat diwujudkan dalam
bentuk jalan inspeksi.
B. Kawasan permukiman sempadan mata air
Kawasan permukiman yang berada di sekitar mata air dapat dijumpai di sekitar mata air di
Kecamatan Gebo, Dawe dan Desa Terban Kecamatan Jekulo. Untuk permukiman di sekitar mata air tersebut,
tidak memiliki jarak antara mata air dengan permukiman dan memiliki kesan kumuh, sehingga lingkungan
antara permukiman dengan mata air terlihat kotor. Hal ini juga dikarenakan mata air tersebut digunakan oleh
masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.
Hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kudus untuk menjaga kelestarian mata air
adalah dengan adanya peraturan yang berisi tidak diijnkannya pembangunan permukiman baru sekitar
kawasan mata air tersebut. Selain itu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan ketentuan dapat dibangun
pembangunan baru dengan jarak minimal 200 m dari sumber mata air.
C. Kawasan permukiman kumuh
Permukiman kumuh (squatters) di Kabupaten Kudus terdapat di pusat – pusat kota. Upaya penataan
dan peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan tinggi, selain itu dapat
dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk kawasan pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh
berat, serta adanya pengendalian terhadap permukiman kumuh, pemberian status kepemilikan lahan bagi
para pemukim yang menempati lahan yang sesuai dengan peruntuknya dan pembuatan ruang terbuka hijau,
melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan (participatory planning)
sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana (P3KT dan PKL).
D. Kawasan perumahan di koridor SUTET dan SUTT
Jaringan SUTET dan SUTT mempunyai pengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat,
disamping dari segi keamanan. Kawasan permukiman di koridor jaringan listrik tersebut yang ada di
Kabupaten Kudus. Hal yang perlu dilakukan, antara lain: mencegah dan pengendalian pembangunan baru
disepanjang jaringan listrik tegangan tinggi, pemberian sanksi atau larangan bagi masyarakat yang
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 12

Laporan Akhir

membangun rumah baru di sekitar lokasi jaringan tersebut, menyarankan kepada masyarakat penggunaan
bahan bangunan rumah yang bukan penghantar panas yang baik, menanam tanaman sebagai barrier/jalur
hijau yang tidak mengganggu jaringan agar mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh jaringan listrik
tersebut, membuat peraturan daerah yang melarang pembangunan baru dan tidak memberi ijin atau
pemberian sertifikat (untuk melegalkan lahan) bagi masyarakat yang mengajukan ijin tersebut, adanya
sosialisasi kepada masyarakat tentang bahasa radiasi yang ditimbulkan oleh jaringan tersebut, yang terakhir
yaitu dengan pembuatan jalan inspeksi di kanan kiri jalur listrik tegangan tinggi, dengan lebar jalan ± 9 m.
E. Kawasan permukiman di rawan bencana/longsor
Kawasan permukiman rawan bencana/longsor identik dengan kawasan yang teridentifikasi sering
terjadi bencana alam seperti tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, dan kekeringan. Untuk Kabupaten
Kudus, kawasan permukiman yang berada di kawasan rawan bencana/longsor dan banjir. Kawasan rawan
longsor terdapat di Desa menawan, Desa Rahtawu (Kecamatan Gebog), dan Desa Terban (Kecamatan
Jekulo). Sedangkan kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Undaan, Jekulo bagian selatan, Mejobo
bagian selatan, Jati bagian selatan, dan Kaliwungu bagian selatan.
Hal yang perlu dilakukan antara lain: pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan baru
di kawasan rawan longsor, kepadatan bangunan diarahkan dengan kepadatan rendah, harus ada
pembatasan kepadatan dan pertumbuhan fisik – aktivitas kawasan, kepadatan diarahkan < 30 unit/Ha
dengan luas lanati bangunan < 100 m2, kawasan rawan bencana banjir sedapat mungkin tidak dipergunakan
untuk permukiman, demikian pula kegiatan lain yang dapat merusak atau mempengaruhi kelancaran sistem
drainase, pada daerah rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung diantaranya dengan
langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan),
F. Kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan
Banyaknya kelompok keluarga miskin dan rawan miskin serta keluarga berpenghasilan rendah yang
masih membutuhkan rumah dalam jumlah yang besar mengindikasikan bahwa permasalahan rumah sangat
terkait dengan tingkat pendapatan penduduk. Tingkat pendapatan penduduk yang relatif rendah
mengakibatkan kemampuan penduduk dalam melakukan perbaikan rumah juga semakin terbatas. Akibatnya
banyak penduduk pada kelompok ini menempati rumah yang tidak layak huni, dengan kondisi bangunan
semipermanen dan temporer. Hal ini mendorong timbulnya daerah slums dan squatter.
Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi ini antara lain memaksimumkan pertumbuhan
ekonomi sesuai dengan potensi yang dimiliki yang bertumpu pada kemampuan dasar masyarakat,
mengupayakan pengembangan pertanian dengan peningakatan-peningkatan produktifitas dan penerapan
program-program yang dapat menjangkau masyarakat miskin, mempertahankan kawasan resepan air serta
peningkatan kualitas hidup yang sehat.
4.1.2.3. Rekomendasi
Penyusunan program prasarana dasar permukiman merupakan program pembangunan yang terdiri
dari tiga program antara lain: perlu adanya upaya pengembangan kawasan permukiman dan perkotaan, perlu
adanya upaya peningkatan kualitas lingkungan perumahan penyehatan lingkungan permukiman, dan
pembangunan permukiman.

Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 13

Laporan Akhir

4.1.3.

Usulan Rencana Program Pembangunan Permukiman
Permasalahan pengembangan permukiman yang ada di Kabupaten Kudus adalah pada pemenuhan
kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sehingga
kebutuhan dasar papan bagi setiap orang atapun keluarga dapat terpenuhi. Dengan mengingat kebutuhan
akan perumahan yang semakin meningkat tiap tahunnya, sedangkan ketersediaan lahan tetap, maka salah
satu pengembangan kebutuhan penyediaan permukiman di Kabupaten Kudus dengan pembangunan
Rusunawa.
Selain permasalahan penyediaan akan perumahan dan permukiman, permasalahan yang ada di
Kabupaten Kudus adalah pada prasarana sarana pendukung perumahan dan permukiman yang memerlukan
pembangunan, pengembangan dan perbaikan untuk mendukung kawasan dan memberikan kemudahan
akses masyarakat serta peningkatan kualitas lingkungan.
A. Skenario Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Pendukung
Rencana skenario program pengembangan pembangunan permukiman dan infrastruktur di
Kabupaten Kudus direncanakan untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman masyarakat
Kabupaten Kudus serta pemenuhan terhadap sarana prasarana (infrastruktur) pendukung kawasan
permukiman. Skenario program pengembangan pembangunan permukiman dan infrastruktur yang
direncanakan di Kabupaten Kudus secara garis besar adalah:
a. Perencanaan studi-studi tentang perumahan dan permukiman yang mendukung pelaksanaan
program pengembangan kawasan permukiman yang direncanakan.
b. Program pengembangan kawasan permukiman perkotaan, seperti pembangunan Rusunawa.
c. Program peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kawasan kumuh di Kabupaten Kudus.
d. Program peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di permukiman kumuh dan perumahan
PNS.
B. Kelayakan Program/Proyek Pembangunan PSD Permukiman
Kelayakan program atau proyek yang diusulkan dapat dilihat dari kelengkapan hasil-hasil
perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga dapat diketahui permasalahan dan dapat diusulkan
solusi penanganan dari permasalahan yang ada. Dalam merencanakan pembangunan PSD permukiman
beberapa dokumen yang diperlukan untuk menjadi dasar merencanakan suatu program antara lain:
- RTRW
- RP4D
- Identifikasi kawasan permukiman kumuh
- Studi pengembangan pembangunan Rusun
Dari dokumen-dokumen tersebut dapat menjadi dasar dalam membuat suatu program usulan
pembangunan dan pengembangan PSD permukiman.
C. Program Pengembangan Permukiman Perkotaan
Program pengembangan permukiman yang direncanakan oleh Kabupaten Kudus ditujukan untuk
perbaikan prasarana sarana dasar lingkungan permukiman, terutama di kawasan kumuh, masyarakat
berpenghasilan rendah, permukiman PNS serta Rusunawa. Program pengembangan permukiman yang
direncanakan meliputi studi perencanaan (non fisik) dan pembangunan atau pengembangan PSD
permukiman (fisik). Program yang diusulkan tersebut adalah:
a. Penyediaan PS kawasan kumuh di perkotaan
b. Penyusunan inventarisasi kawasan kumuh Kabupaten Kudus
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 14

Laporan Akhir

c.
d.
e.
f.
g.
h.

Penyusunan database kawasan kumuh
Penyusunan RP4D Kabupaten Kudus
Pembangunan PS Rusun di Bakalan Krapyak
Penyediaan PS perumahan bagi MBR dan PNS
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukiman
Rencana tindak penanganan kawasan kumuh perkotaan

D.

Program Pengembangan Permukiman Perdesaan
Program pengembangan permukiman perdesaan dilakukan pada beberapa kawasan KTP2D yang
ada. Kegiatan dan rincian dalam pengembangan KTP2D meliputi :

a. Penyusunan RPJM KTP2D Sidorekso dan Blimbingkidul Kecamatan Kaliwungu, Menawan
Kecamatan Gebog, Bulungcangkring dan Terban Kecamatan Jekulo, Kandangmas dan Puyoh
Kecamatan Dawe, serta Wates Kecamatan Undaan.

b. Pembangunan jalan poros desa pada KTP2D Colo yaitu : Jl. Kajar – Ternadi (L = 2,5 m), Jl. Kajar –
Canggrang (L=3 m), Jl. Kuwukan – Dukuhwaringin (L=3 m).

c. Pembangunan jalan poros desa pada KTP2D Kalirejo yaitu : Jl. Kalirejo – Wilalung (L= 3m, P= 1.100
m), Jl. Kalirejo – Glagahwaru – Berugenjang (L=3 m; P = 4.200 m), Jl. Lambangan – Berugenjang (L
= 3m; P= 3.100 m), serta Jl. Jenengan – Wonosoco – Prawoto (L=3 m; P = 1.800 m).
Adapun usulan program terkait penembangan permukiman yang terdapat di Kabupaten Kudus,
secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL IV-3.
PROGRAM KEGIATAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN KABUPATEN KUDUS
No

Program

1

Penyediaan PSD bagi Kawasan
RSH
Inventarisasi Kawasan kumuh
Kabupaten Kudus
Penyusunan database kawasan
kumuh
Penyediaan PS perumahan bagi
MBR dan PNS
Penyusunan RP4D
Penyusunan Rencana
Pengembangan Kawasan
Permukiman (RPKP)
Peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan
pengembangan permukiman
Rencana tindak penanganan
kawasan kumuh perkotaan

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

2012

2016
V

V

V

V

APBN
V

APBD
APBN

V

APBN

V

V
V
V
V
V

Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

V
V
V
V

APBN, APBD Prov,
APBD
APBD
APBD

V
V

Sumber Dana

V

V

Pembangunan Rusunawa
Perencanaan KTP2D
Penyediaan PSD KTP2D Colo
Penyediaan PSD KTP2D Kalirejo
Lain-lain
Sumber: Analisis Penyusun, 2011

Tahun Pelaksanaan
2013
2014
2015
V
V
V

V
V
V
V

V
V
V

APBN
APBN, APBD Prov,
APBD
APBD
APBD Prov, APBD
APBD Prov, APBD
APBD

Dukungan Data

 Identifikasi kawasan
kumuh Kabupaten Kudus
 Data kawasan kumuh
 lahan siap bangun
 Database kawasan kumuh
 SPPIP Kabupaten Kudus






Database kawasan kumuh
RP4D Kabupaten Kudus
SPPIP Kabupaten Kudus
Pembangunan Rusunawa

IV- 15

Laporan Akhir

E.

Pembiayaan Proyek Pengembangan Permukiman
Sumber dana pembiayaan dari program pengembangan permukiman yang diusulkan berasal dari
APBN dan APBD. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL IV-4.
SHARING DANA PEMBANGUNAN SUB BIDANG PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 – 2016
No
1
2
3
4
5

Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
Jumlah

APBN
15.450.000.000
600.000.000
4.450.000.000
2.066.660.000
2.800.000.000
25.366.660.000

APBD Prov
500.000.000
800.000.000
1.300.000.000
800.000.000
450.000.000
3.850.000.000

APBD Kab
1.150.000.000
700.000.000
1.900.000.000
600.000.000
450.000.000
4.800.000.000

Jumlah
17.100.000.000
2.100.000.000
7.650.000.000
3.466.660.000
3.700.000.000
34.016.660.000

Sumber: Analisis Penyusun, 2011

Usulan proyek pengembangan permukiman selama jangka menengah (tahun 2012 – 2016) di
Kabupaten Kudus seperti pada tabel berikut.

Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011

IV- 16

Laporan Akhir
TABEL IV-5.
RPIJM BIDANG CIPTA KARYA SUBBIDANG PENGEMBANGAN PERMUKIMAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012-2016
No

Uraian Rencana Kegiatan

Lokasi

Volume

Harga
Satuan

Volume
Rp. 000

I
1
2
3

LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

II
II.a
1
2

INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

3
4

Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman (RPKP)
Kab. Kudus
Penyusunan RP4D
Kab. Kudus
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan permukimKab. Kudus

INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN
Rencana tindak penanganan kawasan kumuh perkotaan
Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh
- Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh
- Penataan kawasan kumuh perkotaan Kawasan Pasar Bitingan
- Penataan kawasan kumuh perkotaan di Desa Janggalan
- Penataan kawasan kumuh perkotaan di Desa Mlati Lor
- Penataan kawasan kumuh perkotaan di Kel. Wergu Wetan
- Penataan kawasan kumuh perkotaan di Desa Ploso
- Penataan kawasan kumuh perkotaan di Desa Kedungdowo
Inventarisasi Kawasan kumuh Kabupaten Kudus
Penyusunan database kawasan kumuh

III
1

2
3
4

2013
Total

Volume

2014
Total

Volume

2015
Total

Volume

2016
Total

Volume

Total

Rp. 000

1 paket
1 paket
1 paket

850.000
200.000
466.660

850.000
200.000
466.660

Kab. Kudus

1 paket

2.200.000

2.200.000

Kws
Kws. Pasar
Janggalan
Mlati Lor
Wergu Wetan
Ploso
Kedungdowo
Kota Kudus
Kaw. Kumuh

2
1
1
1
1
1
1
1
1

Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
paket
paket

2.564.000
1.650.000
1.320.000
1.155.000
1.155.000
1.650.000
1.650.000
50.000
150.000

5.128.000
1.650.000
1.320.000
1.155.000
1.155.000
1.650.000
1.650.000
50.000
150.000

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw
Kaw

1.991.000
1.991.000
1.991.000
1.629.000
1.810.000
1.810.000
1.629.000
1.991.000
1.810.000
1.810.000

1.991.000
1.991.000
1.991.000
1.629.000
1.810.000
1.810.000
1.629.000
1.991.000
1.810.000
1.810.000

35.000.000
30.000.000
30.000.000
15.000.000
1.375.000
3.400.000

35.000.000
30.000.000
30.000.000
15.000.000
4.125.000
3.400.000

II.b INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG MENINGKAT KUALITASNYA
1 Penyediaan Prasarana Dasar bagi Kawasan Rumah Siap Huni (RSH)
Perum.
- Perum. Gerbang Harapan
Gerbang
- Perum. Sumber Indah I
Perum.
- Perum. Sumber Indah II
Perum.
- Perum. Sumber Indah III
Perum.
- Perum. Pepabri
Perum.
- Perum. Kudus Permai
Perum. Kudus
- Perum. Pemda
Perum.
- Perum. Muria Indah
Perum. Muria
- Perum. Muria Raya
Perum. Muria
- Perum. Terban
Perum. Terban

2012

Total
Anggaran

1

Paket

850.000
-

-

-

-

1
1

Kaw.
Kaw.

1

1.650.000
1.320.000
1
1

-

1

Paket

Paket

50.000
-

1

Kaw.
Kaw.

Paket

200.000
-

1.155.000
1.155.000
150.000

Paket

466.660

1

Kaw.

2.564.000

1
1

Kaw.