Pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Tarakan.

(1)

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 3

TARAKAN KALIMANTAN UTARA SKRIPSI

Oleh :

ACHMAD DEDY MURIA SETIAWAN

NIM. D71213068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(2)

i

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 3

TARAKAN KALIMANTAN UTARA SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Progam Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

ACHMAD DEDY MURIA SETIAWAN

NIM. D71213068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2017


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Achmad Dedy Muria Setiawan, 2017, Pengaruh Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 3 Tarakan.

Pembimbing : (1) Drs. H. M. Mustofa, SH. M.Ag (2) Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M,Ag

Kata Kunci : Kebiasaan Belajar, Prestasi Belajar

Latar belakang penelitian didasarkan pada kenyataan yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa Sekolah Menengah Atas yang kurang memperhatikan dalam kebiasaan belajarnya. Dengan asumsi bahwa antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mempunyai hubungan, permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh kebiasaan belajar agama terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Tarakan tahun pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) bagaimana kebiasaan belajar agama Islam (X) siswa kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan; 2) bagaimana prestasi belajar PAI (Y) siswa kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan; 3) apakah ada pengaruh yang cukup signifikan antara kebiasaan belajar agama Islam dengan prestasi belajar PAI siswa kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan.

Penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik korelasional. Subyek penelitian sebanyak 127 responden, menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan informasi dokumenter prestasi belajar PAI untuk menjaring data Y.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: (1) kebiasaan belajar agama Islam siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Tarakan termasuk baik, ditunjukkan oleh nilai rata-rata MX = 75,91. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan belajar agama Islam termasuk dalam kategori baik karena berada di interval 65,00 – 84,40. (2) prestasi belajar PAI siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Tarakan termasuk baik, ditunjukkan oleh nilai rata-rata MY = 86,66. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar PAI termasuk dalam kategori baik karena berada di interval 89 - 94. (3) terdapat hubungan antara kebiasaan belajar agama Islam dengan prestasi belajar PAI, ditunjukkan oleh koefisien korelasi rXY = +0,269. Hal ini menunjukkan bahwa arah korelasinya positif (koefisien korelasi bernilai positif), yang berarti bahwa semakin baik kebiasaan belajar agama Islam maka semakin baik prestasi belajar PAI dan sebaliknya semakin buruk kebiasaan belajar agama Islam maka semakin buruk prestasi belajar PAI. (4) Adapun besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh kebiasaan belajar agama Islam terhadap prestasi belajar PAI adalah kecil, hal ini ditunjukkan oleh rXY observasi (rXY = 0,269) berada dalam interval 0,20 – 0,399 yang berarti rendah.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah atas segala karunianya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya.

Pertama-tama penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua, karena berkat pengorbanan dan jasa-jasanya serta do’a-do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Seiring dengan itu, penyusunan skipsi ini tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Sutikno, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Bapak Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Bapak Drs. H. M. Mustofa, S.H, M.Ag dan Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag., selaku pembimbing I dan pembimbing II yang juga telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga penelitian dapat terselesaikan sesuai waktu yang direncanakan.

4. Para Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah membekali dengan pengetahuan serta wawasan yang cukup kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir akademik.


(9)

5. Kepala SMA Negeri Tarakan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan laporan penelitian ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah dan tercatat sebagai ‘amal shalih.

Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan, serta pengembangan lebih sempurna dalam kajian-kajian pendidikan islam pada umumnya dan PAI pada khususnya.

Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridla Allah, amiin.

Surabaya, 12 Juli 2017 Penulis,

ACHMAD DEDY MS D71213068


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Penelitian Terdahulu ... 8


(11)

H. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : KAJIAN TEORI ... 14

A. Kajian Kebiasaan Belajar ... 14

1. Pengertian Kebiasaan Belajar ... 15

2. Aspek Kebiasaan Belajar ... 19

3. Pembentukan Kebiasaan Belajar yang Baik ... 22

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar ... 25

5. Manfaat Kebiasaan Belajar ... 27

B. Kajian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 28

1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ... 28

2. Aspek-Aspek Prestasi Belajar ... 33

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 36

4. Fungsi Prestasi Belajar ... 38

C. Pengaruh Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI ... 39

D. Hipotesis ... 41

BAB III : METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 42

B. Variabel, Indikator Variabel, dan Instrumen Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel ... 48

1. Populasi ... 48

2. Sampel dan Teknik Sampling ... 49

D. Jenis dan Sumber Data ... 50


(12)

xii

2. Sumber Data ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Metode Observasi ... 53

2. Metode Interview ... 55

3. Metode Kuesioner (Angket) ... 57

4. Metode Dokumentasi ... 59

F. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 64

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 64

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 3 Tarakan ... 64

2. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Negeri 3 Tarakan ... 66

3. Struktur Organisasi SMA Negeri 3 Tarakan ... 68

4. Keadaaan Guru dan Karyawan SMA Negeri 3 Tarakan ... 70

5. Keadaan Siswa SMA Negeri 3 Tarakan ... 73

6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 3 Tarakan ... 74

B. Deskripsi Data ... 75

1. Data Hasil Observasi ... 75

2. Data Hasil Wawancara ... 76

3. Data Angket ... 76

4. Analisis Hipotesis ... 85

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90


(13)

BAB V : PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran-Saran ... 95


(14)

xiv

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

1. Tabel 2.1 Kebiasaan Studi yang Baik dan Kebiasaan Studi yang Buruk ... 21

2. Tabel 3.1 Teknik Skala Likert Untuk Setiap Jawaban ... 45

3. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Kebiasaan Belajar ... 45

4. Tabel 3.3 Kategori Prestasi Belajar PAI ... 46

5. Tabel 3.4 Jumlah Seluruh Siswa SMA Negeri 3 Tarakan ... 47

6. Tabel 3.5 Jumlah Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan ... 48

7. Tabel 3.6 Perhitungan Proporsi Sampel ... 49

8. Bagan 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 3 Tarakan ... 67

9. Tabel 4.1 Daftar Nama Guru SMA Negeri 3 Tarakan ... 70

10.Tabel 4.2 Keadaan Siswa SMA Negeri 3 Tarakan TA 2016/2017 ... 72

11.Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 3 Tarakan ... 73

12.Tabel 4.4 Skor dari Tiap Jawaban ... 76

13.Tabel 4.5 Statistik Deskriptif ... 77

14.Tabel 4.6 Kualifikasi Variabel Kebiasaan Belajar ... 78

15.Tabel 4.7 Data Prestasi Belajar PAI Kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan ... 79

16.Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar PAI ... 82

17.Tabel 4.9 Kategori Prestasi Belajar PAI ... 84

18.Tabel 4.10 Tebel Kerja Korelasi Variabel X dan Variabel Y ... 85


(15)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 43 2. Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar PAI ... 83


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Surat Pemohonan Izin Penelitian 2. Lampiran 2 Kartu Konsultasi Skripsi

3. Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian

4. Lampiran 4 Matriks Operasioanalisasi Penelitian 5. Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Kebiasaan Belajar 6. Lampiran 6 Angket Penelitian


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menuntut adanya peningkatan mutu dalam pendidikan. Dalam UU. RI. No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1 Dengan demikian, pendidikan diharapkan mampu mewujudkan manusia yang berilmu dan berakhlak sehingga diperoleh generasi yang kuat dalam menghadapi modernitas jaman. Agar tujuan tersebut dapat terwujud diperlukan proses pembelajaran yang baik. Ukuran keberhasilan proses pembelajaran adalah prestasi belajar siswa. Apabila prestasi belajar siswa setelah menerima informasi diakhir setiap periode proses pembelajaran mendapat nilai baik maka proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil.

Tidak selamanya proses belajar dan pembelajaran berlangsung tepat dan lancar sehingga diperoleh prestasi yang optimal. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah kebiasaan atau cara belajar siswa itu sendiri. Siswa yang mempunyai kebiasaan belajar dengan cara efisien

1

UU. RI No. 20 Th. 2003, Ttentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), h. 6.


(18)

2

akan mempunyai prestasi lebih tinggi daripada murid yang tidak mempunyai kebiasaan belajar dengan cara efisien.2

Cara belajar yang efisien adalah cara belajar yang tepat, praktis, ekonomis, terarah, sesuai dengan situasi, dan tuntutan-tuntutan yang ada guna mencapai tujuan belajar.3 Cara atau kebiasaan belajar yang efisien ini akan mempertinggi hasil belajar seorang siswa. Kebiasaan belajar yang efisien dapat tercapai apabila seorang siswa mempunyai ketertiban dalam belajar. Namun setiap anak berbeda-beda kebiasaan belajarnya, karena setiap individu selalu berbeda dengan usaha mencapai sesuatu juga berbeda sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Lail ayat 4:

 

 

Artinya:

“Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda”. (Q. S. Al-Lail: 4). Seorang siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik, biasanya akan mempunyai jadwal yang tepat dan teratur dalam belajarnya. Hal ini tentunya akan sangat membantu siswa tersebut dalam meraih prestasi yang optimal di sekolahnya.

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah khususnya siswa Sekolah Menengah, kurang sekali memperhatikan belajarnya. Kurangnya perhatian dalam belajar biasanya terjadi akibat dari

2

Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1982), h. 6.

3


(19)

3

tidak adanya kebiasaan yang dilakukan untuk belajar. Mereka lebih terbiasa menonton TV, daripada dibiasakan untuk belajar, apalagi saat sekarang acara TV pada jam-jam untuk belajar sangat menarik. Akibat yang ditimbulkannya adalah banyaknya siswa yang mengalami kemerosotan dalam prestasi belajar. Hal ini tentunya menjadi bahan evaluasi tersendiri bagi seluruh komponen, baik orang tua, guru, bahkan pemerintah sendiri untuk membuat kebijaksanaan sebaik-baiknya untuk memperbaiki keadaan ini.

Dengan demikian, kebiasaan belajar mempunyai peranan penting dalam menunjang prestasi belajar seorang siswa. Seorang siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang baik akan dapat mencapai prestasi yang optimal di sekolahnya. Sebaliknya, seorang siswa yang tidak mempunyai kebiasaan belajar yang baik akan mengalami kemerosotan dalam prestasi belajarnya.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pokok materi (mata pelajaran) yang diajarkan di sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah maupun sekolah tinggi. Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan seorang siswa dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.4

4


(20)

4

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, maka pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah berfungsi sebagai pembentukan sikap dan perilaku peserta didik, agar dapat mengamalkan ajaran agama Islam secara menyeluruh dan dapat mempengaruhi orang lain untuk menghindarkan perilaku yang tidak terpuji dan dapat dapat menangkal semua perilaku yang menyimpang, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.5 Dengan demikian, pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah perlu sekali diberikan kepada para siswa agar nantinya selain memiliki kemampuan keilmuan seorang siswa juga akan memiliki kemampuan keagamaan yang memadai sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan nasional.

Berkaitan dengan permasalahan prestasi belajar, tentunya kebiasaan belajar agama akan berpengaruh besar terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yang diperoleh siswa. Prestasi yang diperoleh siswa baik atau tidak baik, tentunya tidak lepas dari kebiasaan belajar agama yang dilakukan. Semakin baik kebiasaan belajar agama yang dilakukan, maka semakin baik pula prestasi Pendidikan Agama Islam yang diperoleh siswa, dan sebaliknya semakin buruk kebiasaan belajar agama, maka semakin buruk pula prestasi Pendidikan Agama Islamnya.

5

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.178.


(21)

5

Dari hasil penjajakan awal di SMA Negeri 3 TARAKAN. SMA tersebut terletak jauh diujung kota Tarakan , dengan lingkungan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dan tambak, begitupun jam pelajaran yang relatif lebih singkat dari pada di perkotaan serta tidak adanya tempat-tempat les seperti diperkotaan yang mendukung dalam belajar siswa.

Maka peneliti tertarik untuk mengetahui “ PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI 3 TARAKAN.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa SMA Negeri 3 Tarakan Kelas XI semester genap tahun ajaran 2016/2017.

2. Variabel kebiasaan belajar adalah kebiasaan belajar terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diukur dengan menggunakan instrumen angket.

3. Prestasi belajar siswa diambil dari nilai raport pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai gambaran hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.


(22)

6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kebiasaan belajar siswa SMA Negeri 3 TARAKAN dalam mempelajari mata pelajaran PAI ?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMA Negeri 3 TARAKAN pada mata pelajaran PAI ?

3. Apakah kebiasaan belajar siswa SMA Negeri 3 TARAKAN dalam mempelajari mata pelajaran PAI berpengaruh terhadap prestasi belajar?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 3 TARAKAN dalam mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 3 TARAKAN pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Mengetahui pengaruh kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 3 TARAKAN terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidkan Agama Islam.


(23)

7

E. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Manfaat peelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat akademis ilmiah dan sosial praktis

Dalam kaitannya dengan manfaat akademis ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pendidikan sehingga memperkaya dan menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan Islam

Sedangkan manfaat sosial praktis, penelitian ini digunakan oleh penulis sebagai bahan untuk mengetahui kondisi sebenarnya tentang kebiasaan belajar siswa yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu, diharapkan peneliti dapat meningkatkan profesionalisme di bidang penelitian.

Dan bagi lembaga pendidikan sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan yang tepat sekaligus meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang ada khususnya SMA Negeri 3 Tarakan, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan (Dinas Pendidikan Kota Tarakan), serta pemerintah secara umum (Kemendikbud) agar menciptakan generasi yang berakhlakul karimah.


(24)

8

F. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang relevan yaitu :

a. Ahmad Haitami (2011) dalam skripsinya berjudul “Upaya Siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Sungai Punggu 1 Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala”. Teknik analisis data menggunakan analisis diskriptif kualitatif dengan metode induktif dalam menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa upaya siswa dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Sungai Punggu Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala, yang terdiri dari pengaturan waktu belajar, kegiatan mengikuti proses pembelajaran di kelas, kegiatan membaca buku, belajar bersama/kelompok, kegiatan mengikuti mengikuti pelajaran tambahan (les) adalah sangat baik dan termasuk kategori tinggi. Faktor yang mempengaruhi upaya siswa dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Sungai Punggu 1 Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala adalah Guru Pendidikan Agama Islam yang profesional , minat belajar siswa yang kategorinya sangat tinggi, kesehatan siswa yang baik, fasilitas belajar pendidikan agama Islam yang mendukung dan lingkungan siswa yang juga mendukung.

b. Muhammad Syafi’i (2010) dalam skripsinya berjudul” Kebiasaan Belajar Siswa Yang Berprestasi Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Amuntai”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa yang berprestasi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Amuntai sudah diterapkan secara


(25)

9

baik dan maksimal yang meliputi : Pembuatan jadwal belajar di rumah dan pelaksanaannya, pengaturan jangka waktu belajar, membaca dan membuat catatan pelajaran, mengulang bahan pelajaran, mengerjakan tugas yang diberikan, dan menghafal pelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar siswa yang berprestasi meliputi : Kesehatan, minat, motivasi, fasilitas belajar serta faktor lingkungan baik itu keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar semuanya mendukung terhadap kelangsungan belajar siswa.

c. Noer Apriyani (2003) dalam skripsinya berjudul” Pengaruh Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa SMU Negeri 15 Semarang”. Penelitian dengan subyek siswa di SMU Negeri 15 Semarang ini menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI). d. Khusnul Khotimah (2013) dalam skripsinya yang berjudul” Pengaruh

Kebiasaan Belajar Tertib Di Rumah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Al-Qur'an Hadits Di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum Becirongengor Wonoayu Sidoarjo”. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang “cukup baik” antara kebiasaan belajar siswa di rumah terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum


(26)

10

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul diatas maka penulis memberi batasan istilah yang terdapat dalam judul tersebut, sebagai berikut: a. Pengaruh

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.6 Pengaruh dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang menjadikan seseorang berubah akibat sesuatu tersebut.

b. Kebiasaan Belajar

1) Kebiasaan (folkways) adalah cara berbuat atau bertindak yang dimiliki seseorang dan diperolehnya melalui proses belajar yang bersifat tetap seragam, dan otomatis.7 Kebiasaan bisa juga berupa sesuatu yang telah sering dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.8 Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulang-ulang, sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran9

2) Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dai proses belajara dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,

6

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3. h. 849

7

Rochman Natawidjaja dan L. J. Moleongn, Psikologi Perkembangan untuk SPG (Jakarta: Depdikbud, 1979), h. 20.

8

Ibid. H. 153 9

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grafindo Perkasa Rajawali, 2002), h. 12


(27)

11

pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, serta perubahan lainnya.10

3) Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktifitas belajar yang dilakukannya11.

Kebiasaan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar Pendidikan Agama Islam, disini penulis menggunakan indikator kebiasaan belajar dari pendapat Nana Sudjana, yaitu cara mengikuti pelajaran, cara belajar mandiri, cara belajar kelompok, cara mempelajari buku pelajaran, dan cara menghadapi ujian.

c. Prestasi Belajar PAI

1) Prestasi adalah Hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb).12 Prestasi juga ditandai dengan suatu penghargaan yang akan didapat apabila prestasi tersebut baik, baik berupa nilai ataupun nama baik dan lain-lain.

2) Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang telah dicapai seseorang berupa kecakapan nyata setelah mengadakan usaha-usaha salah satu perbaikan kearah yang lebih baik dengan menggunakan alat pengukur tes evaluasi belajar.13

10

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), h.5.

11

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke-4, h. 185. 12

Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, op. cit. h. 895 13

Winkel, W.S., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Yogyakarta: FIP. Sanata Dharma, 1993), h. 165.


(28)

12

Prestasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah prestasi belajar PAI yang meliputi 3 aspek yaitu Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik yang dilihat dari nilai rapot semester ganjil.

3) PAI (Pendidikan Agama Islam) merupakan usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari Al-Quran dan Al-Hadist melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta, penggunaan pengalaman.14

4) Prestasi Belajar PAI yaitu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubaha dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalm belajar. Prestasi yang diukur dalm penelitian ini adalah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yang berasal dari nilai raport siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan

d. Siswa

1) Siswa adalah orang yang menuntut ilmu disekolah menengah atau tempat khusus15

2) Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Tarakan pada tahun ajaran 2016/2017.

14

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidkan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11.

15

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 955.


(29)

13

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari 5 bab, dengan sistematika sebagai berikut :

Dalam bab I skripsi ini akan dibahas uraian pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Adapun dalam bab II akan dibahas landasan teoritis yang meliputi pembahasan tentang kebiasaan belajar, dasar dan tujuan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, kebiasaan belajar yang baik dan efektif, manfaat kebiasaan belajar, pengertian prestasi belajar, cara meningkatkan prestasi, Pendidikan Agama Islam dan pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam

Sedangkan dalam bab III akan dibahas tentang metode penelitian yang urainnya meliputi jenis dan pendekatan penelitian, rancangan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Selanjutnya dalam bab IV akan dibahas tentang hasil penelitian yang pembahasannya meliputi: gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data

Akhirnya bab V sebagai penutup akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.


(30)

14 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Kebiasaan Belajar

Tujuan utama dari program pembelajaran di sekolah adalah untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa. Tetapi dalam pencapaian hasil belajar tersebut, tidak semua siswa dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya karena dalam pencapaian hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor eksternal maupun internal. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa atau dari lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Sedangkan faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri termasuk di dalamnya kebiasaan belajar siswa.

Kebiasaan belajar merupakan faktor yang mungkin mempengaruhi siswa dalam pencapaian hasil belajarnya. Hal ini dikarenakan kebiasaan merupakan cerminan perilaku seseorang dalam merespon sesuatu berdasarkan pemahamannya, suasana hati untuk melakukan atau tidak melakukan, menolak atau menerima sesuatu dalam belajar. Jika kebiasaan siswa itu positif yaitu memiliki kecenderungan mau belajar dimungkinkan hasil belajarnya akan maksimal, dan sebaliknya apabila siswa cenderung memiliki kebiasaan yang negatif atau kurang baik maka dimungkinkan hasil belajar siswa tersebut akan kurang maksimal.


(31)

15

1. Pengertian Kebiasaan Belajar

Di dalam mendefinisikan kebiasaan belajar agar lebih mudah dipahami dan dimengerti, maka penulis akan memisahkan terlebih dahulu kedua tata kalimat tersebut, kemudian disatukan kembali menjadi satu pengertian.

Pada hakikatnya, belajar merupakan suatu usaha seseorang untuk dapat memiliki pengetahuan dan kecakapan yang diperlukan untuk kemajuan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Manusia belajar tidak hanya sekedar pikirannya saja, tetapi lebih penting dari itu adalah belajar dengan seluruh jiwa dan raganya. Agar diperoleh pengertian yang benar tentang belajar, perlu dikemukakan pendapat para ahli antara lain: a. Menurut Slameto, bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interkasi dengan lingkungannya”.16

b. Menurut Drs. Oemar Hamalik, bahwa “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.17

c. Menurut Sukartono, bahwa “Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh kebiasaan pengetahuan dan sikap sehingga dapat mengatasi kesulitan dan menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru”.

16

Slameto, Balajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2.

17

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Bumi Aksara, 2004), cet Ke-3, h. 27.


(32)

16

d. Menurut Lester. D. Crow dan Alice Crow, bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing kearah hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan (habitual), pengetahuan, dan sikap-sikap.18

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menarik kesimpulan, bahwa pengertian belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dimodifikasi melalui pengalaman untuk memperoleh kebiasaan pengetahuan dan sikap sebagai suatu proses aktif yang akan dibimbing kearah hasil-hasil yang diinginkan individu.

Sedangkan kebiasaan merupakan perilaku individu yang selalu ditampilkan apabila individu tersebut menghadapi suatu situasi atau kondisi tertentu, maka dalam proses pembentukan kebiasaan ini perlu dibentuk melalui kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah kegiatan yang dikondisikan untuk selalu ditampilkan, seperti yang terdapat dalam buku pedoman pelaksanaan Pembiasaan Pusat Kurikulum menyebutkan pembiasaan adalah “proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang berulang-ulang sampai pada tahap otonomi (kemandirian)”. Perilaku yang relatif menetap artinya sudah menjadi kebiasaan.

Pengalaman yang berulang-ulang adalah pengalaman yang dibentuk melalui proses pembelajaran, bukan merupakan hasil kematangan atau

18

Purwa Atmaja Prawira, Psokologi Pendidikan dalm Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 227.


(33)

17

proses pemaksaan, proses pembelajaran ini akhirnya sampai pada tahap otonomi (kemandirian).

Selanjutnya menurut Prayitno kebiasaan adalah :

Tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu, kebiasaan ini dapat terwujud dalam tingkah laku nyata seperti memberi salam, tersenyum, ataupun yang tidak nyata seperti berpikir, merasakan, dan bersikap. Sikap dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hubungan sosial, mengikuti aturan, belajar serta sikap dan kebiasaan dalam menghadapi kondisi tertentu seperti : jatuh sakit, menghadapi ujian, bertemu guru atau orang tua dan juga ketika menjumpai sesuatu yang menakutkan dan lain sebagainya.19

Contoh siswa yang selalu datang tepat waktu, kemudian pada suatu hari terlambat, maka siswa tersebut merasa dirinya bersalah dan dengan tegas mampu mengutarakan alasannya terlambat dengan penuh tanggung jawab dan meminta maaf tanpa adanya intervensi dari pihak lain untuk membuat alasan yang direkayasa.

Paparan mengenai kebiasaan yang dijelaskan di atas dapat membentuk kebiasaan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya dan menjadikan “aktivitas kehidupan” sehari-hari, kehidupan pribadi seperti: makan, minum, tidur, shalat, berdoa, belajar, mengikuti aturan, tata tertib dan norma-norma dan aktivitas lainnya.

Adapun kebiasaan belajar menurut Aunurrahman adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktifitas belajar yang dilakukannya.20 Sedangkan Ardiansyah dalam Rohman menyatakan kebiasaan belajar adalah

19

Prayitno, Pengembangan kompetensi dan Kebiasaan Siswa Melalui Pelayanan Konseling, (Sumatra Barat: UNP, 2004), h. 19.

20


(34)

18

keteraturan berperilaku yang otomatis dalam belajar yang dapat dilihat dan diukur dari keseringan atau frekwensi melakukan kegiatan yang merupakan kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik dan ditunjukkan dengan indikator-indikator berikut: a) Mempersiapkan diri dalam mengikuti pelajaran; b) Memantapkan materi pelajaran; c) Menghadapi tes.21

Ahmadi menjelaskan kebiasaan adalah gerakan perbuatan yang berjalan dengan lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya.22 Pada mulanya dipengaruhi oleh kerja pikiran, lalu didahului oleh pertimbangan dan perencanaan. Sehingga lancarnya perbuatan karena banyak sekali diulang. Menurut teori Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh Thorndike dalam Aunurrahman dengan salah satu hukum belajarnya Law of exercise, yang mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Dengan pengulangan, pengalaman-pengalaman belajar maka akan semakin memperkuat hubungan stimulus dan respons.23 Pandangan psikologi condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan. Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respon tidak saja disebabkan oleh stimulus yang dikondisikan. Dalam konteks ini, “dikondisikan” dapat diartikan dengan pembiasaan. Jadi belajar merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengkondisikan atau membiasakan suatu perilaku.

21

Abdul Rohman, Hubungan Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi BelajarSiswa Kelas IV SD

Pada Mata Pelajaran Matematika Di Gugus V Kecamatan Wonosari Kabupaten GunungKidul,

(Universitas NegeriYogyakarta (UNY), 2012), h. 16-17. http://eprints.uny.ac.id/9306/ diakses pada tanggal 01 Januari 2017 jam 16.45.

22

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 122. 23


(35)

19

Kebiasaan belajar yang baik bukanlah suatu bakat yang dimiliki sejak lahir, tetapi suatu kecakapan yang dimiliki oleh siswa melalui latihan secara rutin dan terjadwal. Sebaliknya, kebiasaan belajar yang salah akan menyebabkan seseorang malas belajar dan mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh kurang optimal. Hal ini diperjelas oleh Sudjana yang menyatakan bahwa “keberhasilan siswa atau mahasiswa dalam mengikuti pelajaran atau kuliah banyak bergantung kepada kebiasaan belajar yang teratur dan berkesinambungan”.24

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar adalah kegiatan belajar seseorang yang dilakukan berulang-ulang, teratur dan berkesinambungan melalui latihan secara rutin dan terjadwal sehingga terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Dengan demikian yang dimaksud dengan kebiasaan belajar di sini adalah cara-cara belajar yang paling sering dilakukan oleh siswa dan cara atau kebiasaan belajar.

2. Aspek Kebiasaan Belajar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebiasaan belajar menurut Noehi Nasution dkk adalah semakin tinggi usianya, anak menjadi lebih bertanggungjawab atas proses belajar karena kebiasaan termasuk didalamnya sehingga disiplin belajar menjadi semakin penting. Berkenaan dengan kebiasaan belajar ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

24

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 173.


(36)

20

a. Target atau hasil kerja yang realistis antara lain rencana kerja yang terinci lebih baik dari pada ang besar-besar (ambisius),

b. Hadiah (rewards) atas hasil pekerjaan perlu diperhaikan agar memperkuat minat dan semangat belajar,

c. Ketepatan waktu dalam belajar/bekerja, d. Belajar keseluruhan dan bagian,

e. Pengorganisasian bahan belajar yang baik, dan

f. Penyempurnaan program belajar-mengajar sesuai dengan kebutuhan.25 Sedangkan menurut Roechman Natawidjaya dan L. J. Moleongn, mengemukakan asal mula terbentuknya kebiasaan itu ada dua cara:

Pertama, terjadinya adalah melalui kecendrungan orang untuk mengikuti upaya yang kurang hambatannya. Maksudnya, pada mulanya seseorang melakukan sesuatu maka hal itu dilakukannya menurut suatu cara tertentu karena cara itu adalah cara yang termudah dan tidak mengalami suatu gangguan.

Kedua, melalui suatu tindakan dengan sengaja dan hati-hati untuk membentuk pola reaksi secara otomatis. Hal itu terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengganti kebiasaan lama dengan suatu kebiasaan yang baru.26

Sesungguhnya ada 2 macam studi. Yang pertama ialah kebiasaan studi yang baik yang membantu menguasai pelajaran, mencapai kemajuan studi dan meraih sukses. Yang kedua ialah kebiasaan studi buruk yang mempersulit memahami pengetahuan, menghambat kemajuan dan akhirnya mengalami kegagalan. Sebagai contoh dapat dilihat dari beberapa kedua macam kebiasaan studi dalam tabel sebagai berikut:

25

Noehi Nasution dkk, Materi Pokok Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud, 1992), h. 80

26

Roechman Natawidjaya dan L. J. Moleongn, Psikologi Pendidikan Untuk SPG, (Jakarta: Mutiara, 1979), h. 20.


(37)

21

Tabel 2.1. Kebiasaan Studi yang Baik dan Kebiasaan Studi yang Buruk No Kebiasaan Studi yang Baik Kebiasaan Studi yang Buruk 1 Melakukan studi secara

teratur setap hari

Hanya melakukan studi secara mati-matian setelah ujian di ambang pintu

2 Mempersiapkan semua keperluan studi pada

malamnya sebelum keesokan harinya berangkat

Sesaat sebelumnya berangkat barulah ribut mengumpulkan buku dan peralatan yang perlu dibawa 3 Senantiasa hadir dikelas

sebelum pelajaran dimulai

Sering terlambat hadir 4 Terbiasa belajar sampai

paham betul dan bahkan tuntas tak terlupakan lagi

Umumnya belajar seperlunya saja sehingga butir-butir pengetahuan masih kabur dan banyak

terlupakan 5 Terbiasa mengunjungi

perpustakaan untuk menambah bacaan atau menengok buku referensi mencai arti-arti istilah

Jarang sekali masuk perpustakaan dan tidak tahu caranya

memeprgunakan ensiklopedi dan berbagai karya acuan lainnya Sumber: The Liang Gie27

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasan tersebut antara lain berupa:

a. Belajar pada akhir semester, b. Belajar tidak teratur,

c. Menyianyiakan kesempatan belajar, d. Bersekolah hanya untuk bergengsi, e. Datang terlambat dengan gaya pemimpin,

f. Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui temannya, dan g. Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.28

27

The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Yogyakarta: Liberty, 1995), h. 193 28


(38)

22

Sejalan dengan pendapat sebelumnya Aunurrahman mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:

a. Belajar tidak teratur,

b. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa), c. Belajar bilamana menejelang ulangan atau ujian, d. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap, e. Tidak terbiasa membuat ringkasan,

f. Tidak memiliki motifasi untuk memperkaya materi pelajaran,

g. Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas,

h. Sering datang terlambat, dan

i. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok).29 3. Pembentukan Kebiasaan Belajar Yang Baik

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai kebiasaan belajar, bahwa kebiasaan belajar dapat didapat secara sengaja ataupun tidak sengaja. Maka kebiasaan dapat pula dibentuk melalui saran-saran yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kebiasaan belajar yang baik. Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Lester. D. Crow dikutip oleh Ngalim Purwanto dengan singkat dan terinci untuk mencapai hasil belajar yang lebih efisien, yaitu:

a. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.

b. Usahakan adanya tempat belajar yang memadai.

c. Jaga kondisi fisik jangan sampai menggangu konsentrasi dalam kekatifan mental.

d. Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar.

e. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur. f. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf. g. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent

recitation).

h. Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin. i. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.

29


(39)

23

j. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.

k. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.

l. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat, dan usahakan/coba untuk menemukan jawabannya.

m. Pusatkan pehatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar. n. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.

o. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu.

p. Pekajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh pengarang, dan tetanglah jika diragukan kebenarannya.

q. Teliti pendapat pengarang.

r. Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaki kelemahan-kelemahannya.30

Cara atau kebiasaan belajar yang baik harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan kebiasan belajar yang baik akan lebih bermakna dan tujuan unruk memperoleh prestasi belajar yang baik dapat sesuai dengan harapan. Menurut Nana Sudjana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar, yaitu:

a. Kebiasaan mengikuti pelajaran : yaitu siswa dapat membaca dan mempelajari materi yang sudah dipelajari dan materi selanjutnya yang akan dipelajari, mencatat hal yang tidak jelas untuk ditanyakan kepada guru, konsentrasi saat guru menerangkan materi, dan mencatat pokok-pokok materi yang disampaikan oleh guru.

b. Kebiasaan belajar mandiri : yaitu siswa dapat mempelajari kembali catatan hasil pelajaran di sekolah, membuat ringkasan materi, belajar pada saat tertentu yang paling memungkinkan di rumah.

30

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 120-121.


(40)

24

c. Kebiasaan belajar kelompok : yaitu siswa dapat memilih teman yang cocok untuk bergabung dalam kelompok, membahas persoalan satu-persatu, serta menuliskan kesimpulan dari diskusi.

d. Kebiasaan mempelajari buku pelajaran : yaitu siswa dapat menentukan bahan yang ingin diketahui, membaca bahan tersebut, memberi tanda pada bahan yang diperlukan.

e. Kebiasaan mengahadapi ujian : yaitu siswa dapat percaya diri, membaca pertanyaan dengan mengingat jawabannya, mendahulukan menjawab pertanyaan yang lebih mudah, memeriksa jawaban sebelum dikumpulkan.

Pendidikan agama melalui kebiasaan ini dapat dilakukan dalam berbagai materi, misalnya:

a. Akhlak, berupa kebiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian bersih.

b. Ibadah, berupa kebiasaan shalat berjamaah di mushala sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, membaca "Basmallah" dan "Hamdallah" tatkala memulai dan menyudahi pelajaran.

c. Keimanan, berupa kebiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak memperhatikan alam semesta, memikirkan dan merenungkan ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam supernatural.


(41)

25

d. Sejarah, berupa kebiasaan agar anak membaca dan mendengarkan sejarah kehidupan Rasulullah SAW, para sahabat dan para pembesar dan mujahid Islam, agar anak-anak mempunyai semangat jihad, dan mengikuti perjuangan mereka.31

Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi kalau yang dibiasakan itu dirasakan kurang menyenangkan. Oleh sebab itu dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan, meskipun secara berangsur-angsur peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan.32

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar dapat terwujud dan dilaksanakan siswa dalam kaitannya dengan aktivitas kehidupan yang nampak yaitu dalam bentuk tingkah laku, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah. Kebiasaan belajar ini tidak muncul dengan sendirinya melainkan dikondisikan dan dibentuk melalui berbagai kegiatan baik melalui pengalaman, latihan dan

31

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 185 32


(42)

26

belajar, yang dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dalam suasana pembelajaran.

Pengalaman dan latihan itu disengaja dan disadari, atau merupakan proses belajar sampai dengan tercapainya kematangan dan kemantapan dalam mengambil keputusan dan rencana masa depan. Perubahan itu terjadi karena adanya proses pembelajaran. Dalam pembentukan kebiasaan dengan melalui pembelajaran ini, individu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor luar individu (ekstern) dan faktor dalam individu itu sendiri (intern).

Sularti mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam individu yang mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu yang sering berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut.

a. Sikap guru. Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi siswa, guru tidak adil, kurang perhatian, khususya pada anak-anak yang kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi atau lainnya, guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan tugas.

b. Keadaan ekonomi orang tua. Siswa tidak sekolah atau alpa dapat disebabkan siswa tidak memiliki uang transport untuk ke sekolah karena lokasi sekolah sangat jauh dari rumah, atau siswa tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki buku lembar kegiatan siswa (LKS), dan kesulitan belajar di rumah karena tidak memiliki buku paket dan kelengkapan belajarnya.

c. Kasih sayang dan perhatian orang tua. Siswa malas pada umumnya berasal dari keluarga yang broken home, orang tua bercerai, memiliki ibu atau bapak tiri, sehingga orang tua kurang dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada anaknya, anak merasa diterlantarkan, disia-siakan, merasa bahwa dirinya tidak berarti. d. Layanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing dianggap

kurang dapat memberikan layanan yang maksimal kepada setiap siswa. Hal ini akibat dari keterbatasan tenaga yaitu satu guru pembimbing harus menangani 875 siswa, seharusnya satu guru pembimbing menangani 150-225 siswa


(43)

27

Faktor dari dalam individu yang sering berpengaruh adalah sebagai berikut.

a. Minat, motivasi dan cita-cita. Pada umumnya siswa yang memiliki kebiasaan malas belajar atau sering tidak masuk sekolah karena tidak memiliki cita-cita atau harapan.

b. Pengendalian diri dan emosi. Siswa malas atau membolos dapat disebabkan siswa tersebut tidak dapat menolak ajakan teman, perasaan takut, kecewa atau tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil seperti mudah tersinggung, mudah marah, dan mudah putus asa.

c. Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya. Siswa yang memiliki kekurangan fisik kurang dapat berkembang dengan normal dimungkinkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang baik, siswa ingin diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya sombong sekedar menutupi kekurangannya.

d. Kelemahan mental seperti kecerdasan, intelegensi, bakat khusus.33 Bagaimanapun juga, faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar harus diarahkan agar terbentuk sebuah perilaku belajar yang positif. Dorongan dan bimbingan dari orang tua, guru dan orang-orang terdekat dengan siswa sangat mempengaruhi terbentuknya kebiasaan belajar ini. 5. Manfaat Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Kebiasaan belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang kebiasaan belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang kebiasaan belajaranya negatif. Donald A. Laird yang dikutip The Liang Gie menyatakan bahwa kegunaan kebiasaan ialah:

33

Sularti, Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Sikap dan Kebiasaan


(44)

28

a. Penghematan waktu (economy of time)

Kebiasaan dapat banyak menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran. Penghematan waktu berarti tersedianya waktu yang longgar untuk studi. Tidak itu saja, waktu yang seketika terus dipakai untuk studi (karena tidak berpikir-pikir atau ragu-ragu lebih dahulu) sehingga menjadi mementum yang kuat untuk melaju dalam melakukan studi.

b. Meningkatkan efisiensi manusia (human efficiency)

Kebiasaan melakukan sesuatu secara otomatis akan membebaskan pikiran sehingga dapat dipakai untuk tujuan lain pada saat yang sama.

c. Membuat seseorang menjadi lebih cermat

Suatu kegiatan yang telah begitu tertanam dalam pikiran seseorang dan demikian terbiasa dikerjakannya akan terlaksana secara lebih cermat daripada aktifitas yang masih belum terbiasa.

d. Membantu seseorang menjadi ajeg

Dengan kebiasaan belajar yang baik kondisi belajar akan terjaga. Emosi, mental dan semangat belajar akan lebih terkendali karena situasi belajar yang tertata.34

Keteraturan belajar sangat menentukan pencapaian keberhasilan. Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri sendiri, ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari. Oleh karena itu, kebiasaan belajar diharapkan akan memberi perubahan dalam diri siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami, dari tidak terampil menjadi terampil dan sebagainya.

B.Kajian Prestasi Belajar Penidikan Agama Islam

1. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Belajar erat kaitannya dengan prestasi belajar. Ada juga yang menyebut prestasi belajar dengan istilah hasil belajar. Karena prestasi itu sendiri merupakan hasil belajar itu yang biasanya dinyatakan dengan nilai.

34


(45)

29

Syaiful Bahri Djamrah, mengartikan prestasi sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan dan diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan menurut Nasrun Harahap sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamrah mengatakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai yang terdapat dalam kurikulum.35

Dapat diartikan dari pengertian diatas, bahwa prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan yang merupakan perubahan lebih baik pada diri seseorang dari sebelumnya. Dalam hal ini, bisa diartikan bahwa kegiatan tersebut merupakan “belajar”.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.36 Belajar merupakan suatu proses yang membuat perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja, yaitu usaha melalui latihan dan pengalaman, sehingga timbullah kecakapan baru dalam dirinya. Kecakapan baru sebagai tingkah laku manusia itu sendiri dari beberapa aspek yang meliputi pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan, kebiasaan, emosi, dan budi pekerti.

Karena belajar merupakan suatu proses, maka dari proses tersebut menghasilkan sebuah hasil. Hasil proses belajar itulah yang merupakan prestasi belajar. Prestasi belajar ditunjukkan dengan adanya penguasaan

35

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991), h.21

36

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; CV Sinar Baru, 1989), h.28


(46)

30

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran pada diri siswa, yang pada lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor yang akan diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran tertentu.37

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan setelah seseorang melakukan suatu proses yang disebut dengan belajar. Dalam belajar seseorang akan mengalami suatu perubahan serta peningkatan atau keberhasilan, yang mana peningkatan tersebut disebut dengan sebuah prestasi. Berkaitan dengan prestasi belajar, dimana hal ini akan tercapai apabila diusahakan semaksimal mungkin, baik melalui latihan maupun melalui pengalaman, untuk mencapai hal tersebut harus memulai dari diri sendiri.

Pada umumnya siswa dikatakan memiliki prestasi yang tinggi, jika hasil belajar mereka begitu memuaskan, dan begitupun sebaliknya. Siswa dikatakan memiliki prestasi yang cukup apabila hasil yang diperolehnya dinilai cukup, dan siswa dikatakan memiliki prestasi yang kurang atau rendah apabila hasil belajar mereka jauh dari yang diharapkan.

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an



















37


(47)

31

Artinya : ….Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan

suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri

mereka sendiri…38

Dari ayat diatas jelaslah dapat diambil suatu pengertian bahwa keberhasilan seseorang akan didapatkan jika ada kesungguhan dari dalam dirinya sendiri, ada usaha serta tekad yang kuat dari dalam dirinya. Karena itulah betapa pentingnya suatu proses yang disebut dengan belajar dalam diri seseorang.

Sedangkan Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.39

Menurut Muhaimin, ia mengemukakan pengertian Pendidikan Islam dalam dua aspek, pertama pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.40

Pendidikan berasal dari kata didik, yang mengandung arti perbuatan, hal, dan cara. Pendidikan Agama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah religion education, yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang

38QS. Ar Ra’d ; 11 39

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. Ke-4, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 32

40

H. Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan Islam “Aplikasinya dalam Penyusunan


(48)

32

bertujuan untuk menghasilkan orang beragama. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, tetapi lebih ditekankan pada feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan.41

Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan suatu kegiatan dimana didalamnya mencakup tentang ajaran-ajaran agama Islam, diantaranya yaitu seperti aqidah, syari’at, hukum-hukum Islam dan lain sebagainya. Dalam pengertian dari pendidikan Islam dan pendidikan agama Islam, banyak yang berpendapat bahwa keduanya memiliki makna yang berbeda, terdapat juga beberapa pendapat yang menyamakan arti dari keduanya.

Mengingat bahwa disini membahas terkait prestasi belajar PAI, maka dapat diambil suatu pengertian secara umum bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar tersebut terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits.

Berkaitan dengan mata pelajaran PAI tersebut, maka seorang siswa telah mempelajari berbagai macam ilmu yang telah dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu PAI. Karena dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, didalamnya sudah mencakup ilmu tentang Al Qur’an Hadits, Fiqh, Aqidah Akhlaq, dan Sejarah Kebudayaan Islam.

Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

41

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet Ke-3, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h.3


(49)

33

psikomotorik. Ketiga aspek ini harus ditanamkan kepada para siswa secara maksimal, dan setidaknya ketiga aspek tersebut diberikan dalam porsi yang seimbang kepada mereka.

Berdasarkan dari beberapa penjelasan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar PAI adalah hasil belajar yang diperoleh siswa berdasarkan pengalaman serta latihan dalam proses belajarnya pada mata pelajaran PAI yang meliputi ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang disajikan dalam bentuk rapot. 2. Aspek-Aspek Prestasi Belajar

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek belajar meliputi tiga komponen, yaitu : kognitif, Afektif, dan psikomotorik. Berikut ini akan dijelaskan pembahasan tentang cakupan dari ketiga aspek tersebut. a. Aspek Prestasi Belajar Bidang Kognitif.

Aspek prestasi belajar bidang kognitif mencakup: 1) Prestasi Belajar Pengetahuan Hafalan (knowledge)

Pengetahuan hafalan merupakan terjemahan dari kata knowledge. Pengetahuan ini mencakup aspek faktual dan ingatan sesuatu yang harus diingat kembali) seperti pengertian, istilah, pasal, bab, surat, ayat, rumus dan lain-lain. Tuntutan akan hafalan, karena dari respons siswa, pengetahuan itu perlu untuk dihafal atau di dingat agar dapat dikuasai dengan baik.42

2) Aspek Prestasi Belajar Pemahaman (comprehention)

42


(50)

34

Aspek belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari aspek prestasi belajar “pengetahuan hafalan”. Pemahaman memerlukan kemampuan untuk menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Ada tiga macam pemahaman yaitu:

a) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami maknayang terkandung didalamnya.

b) Pemahaman penafsiran, yakni kesangguapan untuk membedakandua konsep yang berbeda.

c) Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, dan memperluas wawasan.43

3) Aspek Prestasi Belajar Penerapan (aplikasi)

Prestasi belajar penerapan merupakan kesanggupan untuk menerapkan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru.

4) Aspek Prestasi Belajar Analisis

Aspek prestasi belajar analisis merupakan kesanggupan memecahkan, menguraikan suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analisis merupakan aspek prestasi belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur dari beberapa aspek belajar sebelumnya, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

5) Aspek Prestasi Belajar Sintesis

Sintesis merupakan antonim dari analisis. Analisis tekanannya ada pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi

43


(51)

35

bagian yang bermakna, sedangkan pada sintesis kesanggupan untuk menyatukan unsur atau bagian-bagian manjadi satu integritas. Berfikir konfergent biasanya digunakan dalam menganalisis, sedangkan berfikir devergent selalu digunakan dalam melakukan sintesis.

6) Aspek Prestasi Belajar Evaluasi

Aspek prestasi belajar evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang digunakannya.44

b. Aspek Prestasi Belajar Bidang Afektif

Pada bidang afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada kecenderungan bahwa prestasi belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru, mereka lebih memperhatikan atau menekankan pada aspek bidang kognitif semata. Tingkat bidang afektif sebagai tujuan dan aspek prestasi bidang afektif belajar mencakup:

1) Receiving atau attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah, situasi, atau gejala.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.

4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi.

5) Karakteritik dan internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua system yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan perilaku.45

44

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 76. 45


(52)

36

c. Aspek Prestasi Belajar Bidang Psikomotor

Aspek prestasi belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. meliputi: 1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak

disadari karena sudah merupakan kebiasaan). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif motorik, dan lain-lain.

4) Kemampuan bidang fisik.

5) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi

seperti gerakan ekspresif dan interpretative.46

Dilihat dari perkembangan anak untuk belajar maka dibutuhkan sumber belajar yang dapat mendukung faktor kognitif, afektif, dan psikomotori yang terkandung dalam perkembangan anak, yaitu:

a. Emosi dan sosial

b. Motorik kasar dan halus. c. Pengamatan dan ingatan visual. d. Pengamatan dan ingatan pendengaran. e. Kemampuan berbahasa aktif dan pasif. f. Kecerdasan.47

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa perlu untuk disinggung di sini, terutama untuk mengetahui peranan masing-masing faktor tersebut dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran PAI. Dengan demikian dapat

46

Ibid, h. 155. 47

Anggani Sudono, Sumber Belajar dan Alat Permainan, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), h. 11.


(53)

37

diketahui keberadaan faktor-faktor tersebut dalam ikut mendukung prestasi belajar mata pelajaran tersebut.

Kebiasaan belajar agama dan lingkungan pendidikan merupakan dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Cara belajar yang efisien artinya cara belajar yang tepat, praktis, ekonomis, terarah, sesuai dengan situasi, dan tuntutan-tuntutan yang ada guna mencapai tujuan belajar. Cara belajar yang efisien ini akan mempertinggi hasil belajar.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah terdiri dari faktor internal dan eksternal, yaitu:

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini, misalnya pendengaran, struktur tubuh dan lainnya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi:

(1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki. b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.


(54)

38

b. Faktor Eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.48

Jadi faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar PAI adalah faktor internal yaitu dari diri siswa itu sendiri baik psikologis maupun fisiologis dan faktor eksternal yaitu luar diri siswa.

4. Fungsi Prestasi Belajar

Setiap sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas manusia, tentu mempunyai fungsi dan kegunaan. Hanya saja pada fungsi dan kegunaan tersebut berbeda-beda menurut bidangnya masing-masing. Begitu juga masalah prestasi belajar. Prestasi belajar dipandang perlu untuk dibahas karena mempunyai beberapa fungsi yang utama

48

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Bandung: Rineka Cipta, 2004), h. 138.


(55)

39

Adapun fungsi tersebut antara lain :

a. Prestasi belajar mempunyai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, termasuk kebutuhan siswa dalam suatu program pendidikan.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstren dari suatu institusi

pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) siswa.49

Melihat beberapa fungsi prestasi belajar tersebut, maka dipandang perlu kita menguraikan prestasi anak didik baik itu secara individu maupun kelompok. Karena fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator kualitas institut pendidikan, disamping itu prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang akhirnya dapat menentukan apakah perlu diadakan bimbingan atau penempatan terhadap anak didik.

C. Pengaruh Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar PAI

Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia yang bertanggung jawab, mandiri, dan disiplin. Salah satu indikator yang menyatakan bahwa pendidikan dapat dikatakan berhasil adalah dengan melihat prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dapat menunjukan sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap seluruh mata pelajaran yang telah ditempuh. Dengan kata lain, pendidikan dapat dinyatakan berhasil apabila prestasi belajar siswa baik.

49

Zainal Arifin, Evalasi Pembelajaran, (Jakarta Pusat: Dirjend. Pendidikan Agama Islam Departemen Agam a RI, 2009), h. 12.


(56)

40

Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yang masih rendah disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor internal bisa berupa kebiasaan belajar dan faktor eksternal bisa berupa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat yang dimiliki siswa sejak lahir. Kebiasaan belajar dapat dibentuk oleh siswa melalui kegiatan belajar yang dilakukan berulang-ulang, teratur, berkesinambungan dengan melalui latihan rutin dan terjadwal sehingga akan membentuk perubahan tingkah laku atas hasil pengalaman. Berhasil tidaknya siswa dalam belajar ditentukan oleh kebiasaan belajar siswa. Kebiasaan belajar yang baik memerlukan proses yang cukup lama, karena pembentukannya diperlukan usaha dan latihan rutin dan terjadwal.

Jadi, dapat diasumsikan bahwa kebiasaan belajar agama dapat mempengaruhi prestasi belajar PAI. Semakin baik kebiasaan belajar agama maka prestasi belajar PAI akan semakin baik, sebaliknya semakin buruk kebiasaan belajar agama maka prestasi belajar PAI semakin buruk pula. Hal inilah yang menjadi pijakan bagi penulis untuk mengadakan penelitian ini.


(57)

41

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, diaman rumusan masalah tersebut telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.50 Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu ada tidaknya pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa di SMA NEGERI 3 TARAKAN. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar PAI siswa pada mata pelajaran PAI di SMA NEGERI 3 TARAKAN H1 : Terdapat pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar PAI

siswa pada mata pelajaran PAI di SMA NEGERI 3 TARAKAN Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul.

50

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 96.


(58)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam mencari, menghubungkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan.49

Metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memahami suatu permasalahan sehingga dapat menemukan jawaban dari permasalahan tersebut dengan menggunakan cara yang bersifat ilmiah, sistematis dan hasil pemecahannya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.50

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka metode penelitian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan.

Berikut akan diterangkan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan masalah metode penelitian yang meliputi jenis dan pendekatan penelitian, rancangan penelitian, variable penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, instrument pengumpulan data, metode pengumpulan data, dan analisis data. A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Kausal (sebab-akibat). Penelitian kuantitatif artinya semua informasi atau data penelitian berupa

49

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 5. 50

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 7.


(59)

43

angka dan analisis menggunakan statistik.51 Pendekatan kausal digunakan untuk mengetahui hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Penelitian ini dilakukan pada sebagian populasi (sampel) ditempuh dengan menyebarkan daftar pernyataan atau angket. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar belakang penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.52 Suatu penelitian tentunya memiliki desain yaitu rencana, rancangan atau strategi yang akan digunakan agar hasil penelitian sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan, begitu juga penelitian dalam penulisan skripsi ini. Adapun rancangan penelitian yang digunakan, untuk mengetahui pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam di SMA Negeri 3 Tarakan.

Rancangan desain penelitian untuk variabel di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut:

51

Sugiyono, Metode Penelitian Kantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 13.

52

Fakultas Tarbiyah, Pedoman Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 2011), BAB II, h. 1.


(1)

94 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis yang telah dilakukan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebiasaan belajar agama siswa kelas XI SMA Negeri 3 Tarakan termasuk

dalam kategori baik. Hal ini dikuatkan dari hasil angket dari 127

responden yang menghasilkan nilai rata-rata sebesar 75,91 (berada dalam

interval 65,00 – 84,40) yang artinya baik.

2. Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XI SMA Negeri 3

Tarakan termasuk kategori baik. Hal ini dikuatkan dari hasil rata-rata nilai

prestasi belajar siswa sebesar 86,66 (berada dalam interval 89 – 94) yang

artinya baik.

3. Ternyata tanda yang dihasilkan antara kebiasaan belajar agama Islam

(variabel X) dengan prestasi belajar pendidikan agama Islam (variabel Y)

adalah positif. Artinya semakin baik kebiasaan belajar agama Islam maka

semakin baik pula prestasi belajarnya. Hal ini terbukti dari nilai koefisien

korelasi (rxy) yang diperoleh yaitu rxy = +0,269 yang bertanda positif.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima. Namun tanda positif

ini tidak menunjukkan bahwa faktor kebiasaan belajar sangat berpengaruh

terhadap prestasi belajar, karena jika dikonsultasikan ke tabel intepretasi


(2)

95

yang berati rendah. Hal ini berarti pengaruh kebiasaan belajar Agama

Islam terhadap prestasi belajar PAI kecil.

B. Saran - Saran

Berdasarkan kesimpulan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Kebiasaan belajar agama Islam pada siswa-siswi kelas XI SMA

Negeri 3 Tarakan sudah baik, hal tersebut masih perlu adanya kerja

sama antara wali murid dengan guru untuk selalu memberi dorongan

dan pengawasan agar lebih rajin dalam belajar pendidikan agama

Islam serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru PAI, Pendidikan Agama Islam yang diajarkan pada

siswa-siswi hendaknya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga tidak berkesan hanya hafal pengetahuannya saja, tetapi

belum maksimal dalam pengamalannya.

3. Bagi siswa, Prestasi belajar pendidikan agama Islam pada siswa- kelas

XI SMA Negeri 3 Tarakan sudah baik, tetapi kesadarannya dalam

mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari perlu


(3)

96

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Bandung: Rineka

Cipta.

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum.Jakarta: Rineka Cipta

Arifin, Zainal. 2009. Evalasi Pembelajaran. Jakarta Pusat: Dirjend. Pendidikan

Agama Islam Departemen Agama RI.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Atmaja Prawira, Purwa. 2014. Psokologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Bahri Djamarah, Syaiful. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:

Usaha.

Bungijn, M Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi

Aksara.

Daradjat, Zakiah. 1984. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Faisal, Sanapiah. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket,. Surabaya: USANA.

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 1998. PBM-PAI di Sekolah. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Fakultas Tarbiyah. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Surabaya: Fak. Tarbiyah

IAIN Sunan Ampel.

Gie, Liang. 1995. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Liberty

Hamalik, Oemar . 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 1982. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.


(4)

97

Kasmadi. 2013. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidkan Agama Islam.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra

Cendikia Pres.

Margono. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhaimin. 2010. Manajemen Pendidikan Islam “Aplikasinya dalam Penyusunan

Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana.

Nasution, Noehi. 1992. Materi Pokok Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Nawawi, Hadari. 1999. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Mas agung.

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Prayitno. 2004. Pengembangan kompetensi dan Kebiasaan Siswa Melalui

Pelayanan Konseling. Sumatra Barat: UNP.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Rochman Natawidjaja dan L. J. Moleongn. 1979. Psikologi Perkembangan untuk

SPG Jakarta: Depdikbud.

Rohman, Abdul. 2012. Hubungan Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi Belajar

Siswa Kelas IV SD Pada Mata Pelajaran Matematika Di Gugus V Kecamatan Wonosari Kabupaten GunungKidul, Universitas Negeri Yogyakarta.

Skripsi PAI, Kelebihan dan Kelemahan Metode Dokumentasi, diakses dari

http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.com/2016/10/kelebihan-dan-kelemahan-metode.html,


(5)

98

Slameto. 2003. Balajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; CV Sinar

Baru.

Sudjana, Nana. 2005. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sudono, Anggani. 2006. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT

Grasindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode

R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sularti. 2008. Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Sikap

dan Kebiasaan Belajar Siswa. Bandung: SPS PBK UPL.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Perkasa

Rajawali.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2013. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syofian, Siregar. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi

Aksara.

Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja


(6)

99

UU. RI No. 20. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3.

Semarang: Aneka Ilmu.

W. Santrock, John. 2008. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.

Wasito, Hermawan. 1995. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Winkel. 1993. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Yogyakarta: FIP.