OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT ( LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL ”LINE” : STUDI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT( LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL ”LINE” (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S. I. Kom.) Dalam Bidang Komunikasi

Oleh :

MIFTAKUL RIZKY NIM : B06212020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi ABSTRAK

Miftakul Rizky, B06212020, 2016. Opini Mahasiswa Tentang Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) Pada Media Sosial “LINE”. Skripsi Program Studi llmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Opini, Mahasiswa, Media Sosial “LINE”

Persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: Bagaimana Opini Mahasiswa prodi Komunikasi Penyiaran Islam Tentang Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) Pada Media Sosial “Line”.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai opini mahasiswa tentang emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) pada media sosial “Line” saat ini, kemudian data tersebut dianalisis secara kritis dengan dasar teori perbedaan individual yang dikemukakan oleh Melvin D. Defleur, sehingga diperoleh beragam perbedaan opini yang diutarakan oleh mahasiswa.

Dari hasil penelitian ini ditemukan mahasiswa semester dua dalam beropini tentang Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). Mahasiswa sebagai anggota khalayak sasaran media sosial secara selektif mempunyai perhatian yang berbeda-beda dalam memandang bentuk emoticon. Dalam konteks stimulus respon, reaksi mahasiswa dalam mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara tanggapan dan reaksi komunikasi terhadap pesan-pesan yang diterima. Jadi, efek media sosial pada mahasiswa semester dua itu tidak seragam, melainkan beragam. Hal ini disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaan mereka.

Berkaitan dengan penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat selaku pengguna media sosial “Line” dan juga perusahaan media sosial “Line” itu sendiri antara lain: (1) untuk pengguna: selektif memilih media, menambah bahan bacaan, dan menerima informasi secara kritis. (2) Sedangkan untuk perusahaan media sosial “Line” diantaranya: menerapkan fungsi-fungsi media massa, kreatif produksi konten, taat pada UU dan kode etik pers, dan menyeimbangkan budaya setiap negara.


(7)

vi DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... .i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAKSI ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Kontek Penelitian ... 1

B. Fokus penelitian ... . 4

C. Tujuan Penelitian ... . 4

D. Manfaat Penelitian ... . 4

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... . 5

F. Definisi Konsep ... . 7

G. Metode Penelitian ...9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...9

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ...10

3. Jenis dan Sumber Data ...11

4. Tahapan Penelitian ...12

5. Teknik Pengumpulan Data ...13

6. Teknik Analisis Data...13

H. Sistematika Pembahasan ...14

BAB II : KAJIAN TEORITIS 1. Opini ...16

a. Pengertian Opini ...16

b. Tahap-tahap Pembentukan Opini………...17

c. Karakteristik Opini ... ...17

2. Opini Publik ...20

a. Pengertian Opini Publik ... ...20

b. Perkembangan Opini Publik... ...22

c. Opini Mahasiswa ... ...23

3. Media Sosial ...24

a. Pengertian Media Sosial ...24

b. Sejarah Media Sosial... ...25

c. Macam-macam Media Sosial ... ...26

4. Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) ...30


(8)

vii

5. Kajian Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) ...31

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 35

1. Profil KPI (Komunikasi dan Penyiaran Islam) ... 35

2. Profil UIN Sunan Ampel ... 38

3. Profil Informan... 52

B. Deskripsi Data Penelitian ... 54

1. Opini Mahasiswa Tentang Emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual,transgender) Pada Media Sosial “Line”………....54

a. Opini Mahasiswa Tentang Bentuk Emoticon Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender ... 55

b. Sikap Mahasiswa mengenai Emoticon Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender ... 59

c. Emoticon Yang Baik Menurut Mahasiswa ... 61

BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... 63

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 72

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Rekomendasi ... 79 LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS

ALAT-ALAT PENGUMPUL DATA (INTERVIEW GUIDE) TRANSKIP WAWANCARA

SURAT KETERANGAN PENGESAHAN JUDUL KARTU KONSULTASI SKRIPSI


(9)

viii DAFTAR BAGAN


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Komunikasi merupakan hal yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi bisa dianalogikan sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pada satu sisi, komunikasi sebuah mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat lainnya, ataupun secara vertical, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok.1

Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi kegiatan komunikasi dalam kehidupan manusia. Teknologi ini dinamakan Internet. Internet merupakan wujud perpaduan antara arus komunikasi dengan perkembangan teknologi. Salah satu layanan berbasis web yang dikeluarkan internet dan yang paling digandrungi masyarakat adalah media sosial.

Media Sosial merupakan sarana komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti kata khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak secara bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan. Bentuk dan jenis media sosial sangat bangat banyak salah satunya adalah Line. Media Sosial “Line” merupakan aplikasi yang menggunakan jaringan internet yang mempunyai fasilitas mengirim pesan, gambar, video, dan pesan suara.

1

Mulyana. Deddy. Pengantar Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm : 7


(11)

2

Media sosial “Line” memiliki peran dan fungsi terhadap mahasiswa. Peran media sosial ini yaitu untuk eksistensi diri setiap masing-masing mahasiswa, sedangkan fungsi media sosial untuk mahasiswa yaitu untuk update berita terbaru, style terbaru agar tidak tertinggal zaman, mencari informasi tugas dan menghemat biaya hidup karena hampir semua mahasiswa memiliki telephone pintar, sehingga jika membutuhkan apapun tinggal chat, atau telephone dari layanan gratis yang disediakan pada media sosial “Line”. Keberadaan media sosial “Line” ini sangat berpengaruh dalam kehidupan mahasiswa. Selain dampak positif, juga terdapat dampak negatif yang ditimbulkan dari media sosial ini. Salah satunya adalah munculnya Emoticon lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT).

Tak dapat dipungkiri bahwa yang berkenaan dengan emoticon yang bertemakan LGBT tersebut, banyak menarik perhatian khalayak. Secara tidak langsung persoalan tersebut memberikan wawasan kepada khalayak mengenai emoticon, sehingga hal ini menimbulkan terbentuknya opini publik.

Opini publik terbentuk karena adanya stimulus sehingga mengharuskan individu untuk memberi respon terhadap stimulus tersebut. Dengan adanya berita mengenai emoticon LGBT tersebut, peneliti pernah menjumpai beberapa mahasiswa berceloteh atau berkomentar tentang adanya emoticon LGBT pada media sosial “Line” dengan komentar yang berbeda-beda. Peneliti melihat dan mendengar perbincangan mahasiswa tentang persepsi mereka terhadap emoticon LGBT pada media sosial “Line” yang mengatakan kekesalannya salah satunya ternyata Line mendukung dengan adanya golongan LGBT bahkan ada yang mengatakan aku enggak mau lagi pakai media sosial “Line”.


(12)

Beberapa pendapat lain mengungkapkan kekesalan terhadap media sosial “Line” karena di dalamnya terdapat sejumlah emoticon yang mengilustrasikan gambar dua orang laki-laki yang berciuman, berpelukan, mengeluh, hingga marah-marah. Emoticon tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan sejenis. Hal ini yang diduga bahwa media sosial “Line” mendukung hubungan sesama jenis dan transgender.

Berdasarkan hal tersebut, banyak reaksi bermunculan dari pengguna media sosial “Line”, khususnya para pengguna media sosial “Line” yang berusia 18-22 tahun dapat disebut juga remaja akhir. Karena pada kategori usia tersebut sudah mulai tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral.2

Dalam pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu Komunikasi Penyiaran Islam, mahasiswa dituntun untuk dapat menguasai prinsip-prinsip komunikasi media, mampu melakukan pelacakan, menganalisis pesan komunikasi media, dan meningkatkan peran mahasiswa di bidang komunikasi dalam aktivitas dakwah. Dilihat dari pokok permasalahan mengenai adanya emoticon LGBT pada media sosial “Line”, mahasiswa komunikasi penyiaran Islam dikira mampu dalam menganalisis dan melacak emoticon LGBT yang dikeluarkan oleh media sosial “Line”.

Dengan adanya fakta tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini yakni mengenai Opini Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Terhadap Emoticon LGBT (Lesbian, gay, biseksual, transgender) pada media sosial “Line”.

2 Santrock, W. Perkembangan Anak. (Jakarta : PT. Gelora aksara Permana, 2007), hlm: 20


(13)

4

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Opini Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Tentang Emoticon LGBT (Lesbian, gay, biseksual, transgender) pada media sosial “Line” ?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan kontek penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui Opini Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Tentang Emoticon LGBT (Lesbian, gay, biseksual, transgender) pada media sosial “Line”.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terbagi dua kategori manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun deskripsi dari kedua manfaat tersebut antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dari permasalahan ini diharapkan dapat memberikan Kontribusi bagi perkembangan studi komunikasi yang berkaitan dengan opini masyarakat, serta bisa memperkaya jenis rujukan alternatif sebagai referensi dalam penelitian di masa yang akan datang terhadap komunikasi dan informasi.


(14)

2. Manfaat Praktis

Sebagai masukan dan saran kepada masyarakat khususnya kepada pihak media sosial “Line” agar lebih selektif dalam memberikan fasilitas Emoticon.

Sementara bagi peneliti sendiri, semoga penelitian ini dapat menjadi bertambahnya ilmu pengetahuan yang dikaji. Dan mampu membuat penelitian yang objektif serta sesuai dengan sistematika penelitian ilmiah.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Untuk mempermudah proses pengkajian tema yang terkait, peneliti berupaya mencari referensi mengenai penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain. Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain ini digunakan peneliti sebagai acuan untuk meneliti dengan tema yang memiliki kesamaan konteks.


(15)

6

Penelitian yang memiliki kesamaan konteks dengan penelitian ini, yaitu

No Judul Penulis Jenis Tahun Persamaan perbedaan

1. Demokrasi dan Hak Minoritas (Upaya Kelompok LGBT Surabaya dalam Memperoleh Hak Politik

Elva Kurniaw an

skripsi 2013 Pembahasan mengenai kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) di Surabaya Penelitian sebelumnya berfokus pada hak politik dari kelompok LGBT Sedangkan penelitian ini akan membahas Opini Mahasiswa terkait dengan emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender).

2. Opini mahasiswa Surabaya terhadap iklan politik partai NASDEM melalui media televisi Rizky Dwi Puspitas ari

Jurnal 2014 Pembahasan mengenai Opini Mahasiswa di Surabaya Penelitian sebelumnya berfokus pada iklan politik partai NASDEM sedangkan penelitian ini terkait tentang emoticon lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT)


(16)

F. Definisi Konsep

Judul penelitian ini adalah :” Opini Mahasiswa Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tentang Emoticon LGBT (Lesbian, gay, biseksual, transgender) pada media sosial “Line”. Untuk memperjelasnya maka dibutuhkan batasan operasional yang ditujukan agar tidak keluar dari pembahasan :

1. Opini Mahasiswa

Opini dapat dinyatakan secara aktif atau pasif, verbal (lisan ) dan baik secara terbuka dengan melalui ungkapan kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau diungkapkan secara tidak langsung, dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi (personal). Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap, tindakan, mimik muka atau bahasa tubuh atau berbentuk simbol-simbol tertulis.3 Opini akan memunculkan sebuah jawaban atau sikap personal tentang adanya emoticon sebuah golongan yang seharusnya tidak boleh dipublikasikan pada khalayak khususnya para mahasiswa. Setiap opini merefleksikan organisasi yang komplek yang terdiri atas tiga komponen yaitu kepercayaan, nilai, dan penghargaan.

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat penting

3

Rusady Ruslan, Manajemen Publik Relations & Media Komunkasi dan Aplikasi. ( Jakarta : Raja Grafindo Persada,2005 ) hlm.64


(17)

8

bagi mahasiwa, yaitu : Peranan Moral, Peranan Sosial, Peranan Intelektual.

2. Emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender)

Emoticon merupakan simbol atau gambar yang menunjukkan ekspresi emosi atau perasaan seseorang di kehidupan nyata untuk memperkuat maksud dalam obrolan.4 Emoticon atau gambar yang mempunyai sebuah makna yang menggambarkan tentang lesbian, gay, biseksual, Transgender (LGBT). istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang biseksual dan homoseksual. Biseksual adalah ketertarikan seseorang tanpa memperdulikan jenis kelamin atau gender orang tersebut. Homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang lain yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual.5

3. Media Sosial

Media Sosial dikatakan sebagai sebuah media online, di mana para penggunanya (user) melalui aplikasi berbasis internet dapat berbagi, berpartisipasi, dan menciptakan konten forum, jejaring sosial, dan ruang dunia virtual yang canggih. Ciri dari media sosial yakni, pertama konten yang disampaikan dibagikan kepada khalayak orang dan tidak terbatas pada satu orang tertentu, kedua isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada gerbang penghambat, ketiga isi disampaikan secara online, keempat konten dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat, kelima media sosial menjadikan

4

Kamus Inggris-Indonesia.( Lintas Media, 1999), hlm : 135

5


(18)

penggunanya sebagai kreator dan aktor yang memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri, dan keenam konten media sosial terdapat sejumlah aspek fungsional seperti identitas, percakapan (interaksi), berbagi (sharing), kehadiran (eksis), hubungan (relasi), reputasi (status), dan kelompok (group).6 Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microbogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bodmark sosial.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif , data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

Sebagaimana dikatakan oleh Suharsini Arikunto7 bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala memuat apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak membutuhkan administrasi dan pengontrolan terhadap sesuatu perlakuan, di samping itu tidak untuk menguji hipotesis.

6

Ani Mulyati. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI. (Jakarta : Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2014), hlm : 25-26

7


(19)

10

Alasan mengapa peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif adalah karena :

a.Subyek yang diteliti merupakan fenomena dalam suatu komunitas masyarakat yang memiliki karakter yang heterogen (beragam). b. Penelitian ini bersifat fleksibel.

c.Dengan penelitian deskriptif kualitatif maka pemalsuan data oleh subyek dapat dihindari karena adanya teknik keabsahan data didalamnya.

2. Subyek, Obyek dan lokasi Penelitian

Subyek dari penelitian adalah orang yang ditunjuk oleh peneliti dan dianggap memiliki pengetahuan yang luas terhadap obyek penelitian. Adapun subyek penelitian dalam hal ini adalah mahasiswa semester dua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Ampel Surabaya dengan kriteria sebagai berikut :

a. Menggunakan media sosial “Line”.

b. Mengetahui Emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender)

c. Berumur 19-20 Tahun

Mahasiswa semester dua dari Prodi Komunikasi Penyiaran Islam merupakan subyek dari penelitian ini karena mahasiswa semester dua masih berumur 19-20 tahun, masa pencarian jati diri dan penyesuaian diri terhadap lingkungan, prodi yang mahasiswa pelajari sangat berhungan dengan judul dari dibawa peneliti.


(20)

Obyek penelitian mengenai opini mahasiswa tentang Emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) pada media sosial “Line”. Akan tetapi obyek pada penelitian ini di batasi hanya terkait emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) pada media sosial “Line”.

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini dilakukan di Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Surabaya. 3. Jenis Dan Sumber Penelitian

Pada penelitian kualitatif ini jenis data yang digunakan yakni jenis data primer dan sekunder.

a) Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan informan yang mana mengetahui dan faham akan emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) pada media sosial “Line”.

b) Data sekunder yaitu data tambahan atau pelengkap. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari informasi-informasi penting yang terkait dengan tema penelitian ini. Seperti pemberitaan media massa baik cetak maupun elektronik, pandangan masayarakat, representasi dari pengamat, pengetahuan dari peneliti itu sendiri.

4. Tahapan Penelitian

Untuk menghasilkan penelitian yang sistematis perlu dilakukan penelitian yang sistematis pula. Tahap penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mempermudah dan mempercepat


(21)

12

proses penelitian. Sementara untuk tahap-tahap penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Mencari topik yang menarik

Dalam kesempatan kali ini peneliti mengambil topik opini mahasiswa mengenai emoticon lesbian, gay, biseksual, transgender pada media sosial “Line”.

b. Membuat pertanyaan yang menarik

Membuat beberapa pertanyaan terkait dengan topik dan persoalan-persoalan yang telah dianalisa. Seperti, mengapa, bagaimana, dan apa.

c. Menentukan alasan penelitian

Menjelaskan tentang tujuan dilakukannya penelitian dengan topik yang telah diambil. Dalam penelitian ini alasan penelitiannya adalah untuk mengetahui opini mahasiswa terkait emoticon lesbian, gay, biseksual, transgender pada media sosial “Line”.

d. Menentukan metode pengolahan data

Dalam penelitian ini peneliti menentukan metode pengolahan data dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori S-O-R (stimulus-organism-response).

e. Klasifikasi data

Pada bagian ini diuraikan semua data, menginterpretasikannya, dan menentukan relevansinya dengan tema persoalan.


(22)

Analisis data adalah menggabungkan antara temuan dan teori. Dalam penelitian seluruh data yang telah diklasifikasikan di hubungkan dengan pendekatan dan disiplin keilmuan yang dipakai. g. Kesimpulan

Kesimpulan adalah bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian ini berisi tentang hasil-hasil dari penelitian secara keseluruhan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui rekaman hasil wawancara mendalam kepada yang diteliti. Dari rekaman tersebut dicari kesimpulan dari wawancara Untuk mempermudah teknik analisis data.

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis yang dipakai adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dimasukkan dengan menggunakan tahapan pertama Reduksi data yakni pemilihan kata atau kalimat data yang diperoleh dari lapangan. Kedua Display data yakni penyajian data secara berkelompok sesuai dengan fokus dalam penelitian. Ketiga Penarikan kesimpulan dan verifikasi yakni memperjelas gambaran suatu objek yang masih remang-remang.8 Untuk mempermudah analisis data peneliti menggunakan teori S-O-R (stimulus-organism-response). Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi terhadap

8

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm:247-252


(23)

14

stimulan sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran yang utuh dan terpadu atas hasil penelitian ini, maka sistematika penulisan makalah ini dibagi dalam lima bab. Adapun rinciannya sebagai berikut :

1. Bab I, merupakan bagian pendahuluan yang berisi konteks penelian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. Bab II, Kajian Teoritis. Dalam bab ini akan membahas tentang teori yang rtelevan dengan fokus penelitian yang dikaji, juga penelitian terdahulu.

3. Bab III, akan menyajikan data tentang subyek, obyek dan lokasi penelitian dan deskripsi data penelitian.

4. Bab IV, Dalam bab ini akan menjelaskan gambaran umum mengenai Opini Mahasiswa Tentang Emoticon LGBT (lesbian ,gay, biseksual, transgender) pada media sosial Line. Deskripsi hasil penelitian dan teknik analisis data juga pembahasan menegenai keterkaitan antara hasil penelitian dan teori.

5. Bab V, penutup. Hasil pembahasan dalam penelitian ini akan dipaparkan dalam bagian kesimpulan yang merupakan penegasan jawaban pokok problematika yang diangkat dan


(24)

asumsi-asumsi yang pernah diutarakan sebelumnya. Dalam bab ini juga dikemukakan saran/rekomendasi dari penulis berkenaan dengan hasil penelitian.


(25)

16

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka 1. Opini

a. Pengertian Opini

Istilah opinion yang diterjemahkan menjadi “opini” didefinisikan oleh Cutlip dan Center diartikan sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan. Opini juga diartikan sebagai pendapat atau pandangan tentang suatu persoalan.1 Ketika seseorang beropini terhadap suatu permasalahan yang sama akan menimbulkan penilaian yang berbeda, hal itu dikarenakan opini memiliki sifat subyektif yang artinya menurut pandangan sendiri-sendiri.

Opini merupakan kata yang berarti tanggapan atau jawaban terhadap sesuatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan kata-kata, bisa juga berupa perilaku, sikap, tindakan, pandangan, dan tanggapan. Sedangkan pendapat lain mengatakan opini adalah ekspresi sikap dengan melalui jawaban positif untuk informan yang mendukung, jawaban netral dan negatif untuk jawaban yang tidak mendukung, artinya apabila sesorang beropini positif tandanya orang tersebut mendukung, dan apabila seseorang beropini negatif artinya orang tersebut menolak.

1


(26)

b. Tahap-tahap Pembentukan Opini

Asal mula pembentukan opini terletak dalam sebuah persoalan yang menimbulkan perselisihan yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan menangkap perhatian orang banyak. Sebenarnya setiap orang memiliki keluhan dan harapan yang banyak menimbulkan perselisihan. Akan tetapi, seperti yang dikemukakan Davison,”suatu isu mulai berakar hanya jika dikomunikasikan dari satu orang ke orang kedua, yang kemudian dilanjutkan dalam percakapan sendiri”.2 Suatu isu menjadi umum jika permasalahannya menyebabkan dampak negatif kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

Tahap pertama pempublikasian sebuah layanan ialah munculnya emoticon pada media sosial yang memiliki potensi menjadi isu. Yang kedua ialah emoticon yang muncul pada media sosial tersebut menggambarkan sebuah budaya pada golongan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. Hal tersebut merangsang komunikasi melalui saluran massa, interpersonal, dan organisasi, maka terbukalah fase ketiga yakni pembentukan sebuah opini.

c. Karakteristik Opini

Opini merupakan cara individu mengekspresikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu itu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, individu menyadari adanya kehadiran suatu stimulus, namun individu itu menginterpretasikan stimulus tersebut. Dalam definisi ini mengandung makna :

2


(27)

18

1. Opini itu tergantung pada sensasi-sensasi yang didasarkan pada informasi sensori dasar. Yang dimaksud dengan informasi dasar adalah informasi yang sesungguhnya terjadi sampai pada alat indera kita. Untuk membuat sesuatu agar lebih bermakna diperlukannya adanya keterlibatan aktif dengan aktifitas indrawi yang berhubungan dengan pengamatan interpretasi.

2. Sensori-sensori itu menimbulkan interpretasi agar persepsi dapat terjadi. Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, pada dasarnya opini atau cara pandang manusia terjadi menjadi dua, yaitu :

1. Opini terhadap objek

Opini setiap dalam menilai suatu objek atau isu permasalahan tidak selalu sama. Terkadang dalam mengopinikan permasalahan, sesorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang tersebut, hal tersebut disebabkan karena :

a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan cuaca yang membuat orang melihat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat tongkat yang dimasukkan kedalam air terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut ilusi.

b. Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain.


(28)

c. Budaya yang berbeda.

d. Suasana psikologis yang berbeda juga membuat perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam mempersepsi suatu objek atau isu permasalahan.

2.Opini manusia terhadap persepsi sosial

Opini sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami seseorang dalam lingkungan orang tersebut. Menurut Bremm dan Kassin opini manusia adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain. Opini sosial merupakan sumber penting dalam pola interaksi antar manusia, karena opini sosial seseorang menentukan hubungan seseorang dengan orang lain.3

Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R. P. Abelson bukanlah perkara mudah, karena mempunyai kaitan yang erat dengan4:

a. Kepercayaan dengan sesuatu (belief)

b. Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude)

c. Persepsi (perception), yaitu suatu proses memberikan makna, yang berakar dari berbagai faktor, yakni:

1)Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat-istiadat yang dianut seseorang atau masyarakat.

3

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar………..hlm.171 4


(29)

20

2)Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atas pendapat atau pandangannya.

3)Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat).

Berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat.

2. Opini Publik

a. Pengertian Opini Publik

Istilah opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu. Menurut Santoso Sastropoetro istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah besar orang.5

secara etimologi opini publik adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu public opinion. Sementara public opinion berasal dari bahasa latin yaitu opinari dan publicus. Opinari mempunyai arti fikir atau menduga sedangkan publicus artinya adalah milik masyarakat luas.

Secara sederhana opini bisa diartikan pendapat. Tapi setidaknya ada sebuah ekspresi dari pendapat tersebut baik secara verbal maupun non verbal. Selama pendapat itu belum di ekspresikan maka saat itu pendapat itu adalah

5

Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 49


(30)

pendapat pribadi. Menurut Leonard W. Dood, suatu isu baru dikatakan sebagai opini publik setelah masyarakat mengungkapkannya.6

Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan-pembicaraan pribadi berantai, melalui desas-desus, melalui surat kabar, radio, televisi dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan “publik” mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefinisikan sebagai sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama.

Publik dimengerti sebagai bentuk koordinasi kolektif yang memiliki tiga hal, yaitu: pertama, identitas lebih kurang sama. Kedua, setuju atas diagnostik masalah (sebab, tanggung jawab, dan pemecahan). Ketiga, ikut terlibat untuk suatu upaya kolektif. Jadi, opini selalu kontekstual terkait dengan budaya dan dinamika perdebatan7.

Dalam hal ini, mengapa opini publik perlu diungkapkan. Karena selama tidak diungkapkan tidak akan terjalin sebuah komunikasi dan selamanya pendapat itu ada dalam diri.

Sebenarnya antara sikap dan pernyataan mempunyai arti yang berbeda. Sikap ada dalam diri seseorang, sedangkan pernyataan merupakan keluar dari diri seseorang. Tapi ada kesinambungan antara sikap dan pernyataan dalam menghadapi suatu persoalan atau situasi tertentu.

6

Hafied Cangara, Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarata: Raja Grafindo Persada,2009),hlm.158

7Haryatmoko, “Mengarahkan Opini Publik”, kliping harianKompas


(31)

22

Menurut Leonard W. Dood pendapat umum adalah sikap orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.8

Menurut Dra. Djoenaesih S. Sunarjo, ciri-ciri opini itu adalah9: a. Selalu diketahui dari pernyataan pernyataannya;

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat; c. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar

b. Perkembangan Opini Publik

Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa opini publik merupakan serapan dari bahasa Inggris public opinion. Pada awalnya opini publik banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan Amerika Serikat. pemakaian istilah itu terutama berkaitan dengan kehidupan sosial pada masa itu. Istilah opini publik. Dalam arti modern pertama kali digunakan oleh Machiavelli. Ia mengatakan bahwa orang yang bijaksana tidak akan mengabaikan opini publik mengenai soal-soal tertentu, seperti pendistribusian jabatan dan kenaikan jabatan. Sementara Rosseau pernah mengatakan bahwa opini publik sebagai “ratu dunia”, karena opini public tidak dapat ditaklukkan oleh raja-raja di zaman otoritarian pada abad ke-17 dan ke-18, kecuali ketika opini publik mau dibeli dan menjadi budak para raja. Dan ia juga mengatakan bahwa hukum harus bersumber dari kehendak umum.

Kemajuan ilmu, teknologi dan ekonomi pasar pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19 mendorong timbulnya kesadaran yang luas bahwa

8

Nikmah Hadiati S, Opini Publik, (Pasuruan: Lunar Jaya,2012),hlm.5 9


(32)

suara rakyat harus lebih diperhatikan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam bidang politik. Hal ini didorong oleh lahirnya tuntutan tentang publik yang ingin juga ikut menentukan nasibnya dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik, terutama dalam perumusan kebijakan publik atau keputusan yang menyangkut kepentingan publik.

Opini publik kemudian juga digunakan dalam kegiatan publik relations yang berkembang di Eropa dan Amerika Serikat setelah perang dunia kedua. Publik relations dipergunakan untuk mempengaruhi publik dan untuk membentuk serta membina opini publik.

Pada abad ke-20 timbul kesadaran tentang pentingya melayani kepentingan umum. Dari sini kemudian opini publik menemukan urgensinya baik dalam politik, sosial, dan ekonomi. Jadilah opini publik sebagai kekuatan diantara institusi pemerintahan dan hukum di Negara terbuka, khususnya di Indonesia.

a. Opini Mahasiswa

Opini mahasiswa merupakan kumpulan pendapat mahasiswa tentang suatu persoalan yang dianggap mengandung pertentangan yang mengharuskan mahasiswa tersebut bereaksi, reaksi yang dimakasud adalah bisa berupa tanggapan atau pendapat. Mahasiswa mempunyai karakter yang khusus yang mana biasanya mereka cenderung lebih kritis terhadap suatu kondisi yang mengandung konflik., karena selain dengan pendidikan mereka yang tinggi. Mahasiswa cenderung juga lebih tanggap terhadap peristiwa sosial


(33)

24

yang terjadi disekitarnya. Lebih-lebih suatu peristiwa yang mengandung pertentangan.

Pendidikan mahasiswa yang bisa dikatakan jenjang yang lebih tinggi memacu mereka untuk berfikir lebih kritis terhadap suatu permasalahan yang sedang terjadi, lebih-lebih permasalahan tersebut sudah menyangkut kepentingan mahasiswa atau mereka menganggap masalah tersebut termasuk urusan mereka.

3.Media Sosial

a. Pengertian Media Sosial

Secara garis besar media sosial bisa dikatakan sebagai sebuah media online, di mana para penggunanya (user) melalui aplikasi berbasis internet dapat berbagi, berpartispasi, dan menciptakan konten berupa blog, wiki, forum, jejaring sosial, dan ruang dunia virtual yang disokong oleh teknologi multimedia menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan serta mendorong pada hal-hal baru.10 Saat ini media sosial yang paling banyak digunakan dan tumbuh pesat berupa jejaring sosial, blog, dan wiki.

Merebaknya situs media sosial yang muncul menguntungkan banyak orang dari berbagai belahan dunia untuk berinteraksi dengan mudah dan dengan biaya yang murah ketimbang memakai telepon. Dampak positif yang lain dari adanya situs jejaring sosial adalah percepatan penyebaran informasi. Akan tetapi ada pula dampak negatif dari media sosial, yakni berkurangnya interaksi interpersonal secara

10

Ani Mulyati. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI. (Jakarta : Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2014), hlm : 25


(34)

langsung atau tatap muka, munculnya kecanduan yang melebihi dosis, serta persoalan etika dan hukum karena kontennya yang melanggar moral, privasi serta aturan.

b.Sejarah Media Sosial

Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas tentang pengertian media sosial, yakni sebuah media online artinya pengguna media online tersebut dapat berkomunikasi tanpa harus tatap muka. Awal munculnya media sosial pada abad 70-an, tepatnya tahun 1978, saat sistem papan buletin atau bulletin board system (BBS) ditemukan oleh Ward Christensen dan Randy Suess yang merupakan pecinta dunia komputer. Sistem papan ini memungkinkan pengguna (user) untuk bisa berhubungan dengan orang lain memakai surat elektronik atau mengunggah dan mengunduh melalui perangkat lunak yang tersedia saat itu. Ini merupakan awal sebuah komunitas virtual dalam lingkup terbatas.11

Dengan seiring waktu berjalan munculah berbagai media sosial dengan seabrek keunggulan, keunikan, karakteristik, dan segmentasi yang beragam. Kemunculan sejumlah situs jejaring sosial itu pada intinya bermula dari adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang yang ada di seluruh belahan bumi. Dalam perkembangan lebih lanjut, media sosial kini menjadi sarana aktifitas yang masuk kategori digital marketing, karena banyak dijejali kemasan dan muatan pemasaran.

11

Ani Mulyati. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI…. hlm : 19


(35)

26

Salah satu mendasar yang ada pada situs-situs media sosial tersebut adalah fungsi dan layanan jejaring sosial. Layanan jejaring sosial memberikan jasa koneksi aktifitas melalui situs, platform dan dan saran yang berfungsi memfasilitasi pembentukan jaringan atau hubungan sosial di antara beragam orang yang mempunyai ketertarikan, minat (interest), kegiatan, latar belakang, maksud, kepentingan, tujuan, atau korelasi dunia nyata yang sama.

c.Macam-macam Media Sosial

Dari uraian sejarah media sosial diatas telah memunculkan berbagai karakteristik jenis media sosial. Maka dari itu pada era ini banyak macam-macam bentuk media sosial yang tercipta dan memiliki perbedaan dan karakteristik sendiri-sendiri.

Menurut penelitian Overdrive, suatu lembaga riset pemasaran, jenis aplikasi media sosial saat ini sedikitnya telah mencapai 240 aplikasi yang menawarkan ratusan cara berinteraksi.12 Dari penelitian tersebut memperlihatkan keunikan interaksi aplikasi media sosial sangat beragam. Dalam bentuk yang simpel, media sosial adalah bentuk lintas komunikasi lewat penyebaran konten. Materi atau konten itu dapat berupa suatu percakapan diskusi, video, opini, foto dan sebagainya. Dalam hal inilah, lembaga pemerintahan harus turut berperan, bergabung dan secara maksimal dapat memanfaatkan fasilitas ini.

12

Ani Mulyati. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI…… hlm : 56


(36)

Melihat dari hasil penelitian diatas, didapatkanlah sejumlah aplikasi media sosial yang cukup populer dan sangat berpengaruh untuk masyarakat khususnya para mahasiswa diantaranya :

1. Aplikasi Media Sosial Berbagi Video (video sharing)

Aplikasi berbagi video tentu sangat efektif untuk menyebarkan beragam karya seni. Karya seni tersebut bisa berupa videografy, videoclip, dan karya seni lainnya. Terkait dengan aplikasi media sosial video tersebut mempunyai tiga program. Yakni :

a. Youtube

Youtube adalah situs berbagi video. Youtube digunakan untuk pemberitaan dan promosi dari sebuah kelompok atau perusahaan.

b.Vimeo

Aplikasi yang diciptakan oleh Jake Lodwick dan Zach Klein yang layanan atau fasilitas sama dengan youtube. c. DailyMotion

Aplikasi ini memiliki kriteria khusus berbeda dengan yuotube dan Vimeo. DailyMotion hanya menampilkan video-video tentang lagu Korea.

2. Aplikasi Media Sosial Mikrolog

Aplikasi mikrolog tergolong yang paling gampang digunakan di antara program-program media sosial lainnya. Aplikasi ini lebih


(37)

28

terkenal di Indonesia. Ada dua aplikasi yang cukup menonjol di antaranya:

a. Twitter

Twitter diperkenalkan sebagai penyedia jasa jaringan sosial online dimana penggunanya dapat menyampaikan pesan sepanjang 140 huruf yang disebut “tweets”. Istilah “tweets” menurut Williams adalah kicau. Jadi pengguna Twitter dapat membaca dan mem-posting kicauan mereka.

b.Tumblr

Tumblr adalah aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk memposting multimedia, berupa foto, grafis atau video.

3. Aplikasi Media Sosial Berbagi Jaringan Sosial

Ada tiga macam aplikasi media sosial berbagi jejaring sosial yang paling menonjol dan banyak penggunanya di Indonesia diantaranya:

a. Facebook

Aplikasi ini didirikan oleh Mark Zuckerberg pada 4 Februari 2004. Aplikasi ini diciptakan untuk mempermudah hubungan sosial antar penggunya.

b.Blackberry Massenger (BBM)

Aplikasi pengirim pesan instan yang disediakan untuk para penggunanya. Aplikasi ini mengadopsi


(38)

kemampuan fitur atau aktifitas yang populer di kalangan pengguan perangkat telepon genggam.

c. Line

Aplikasi media sosial yang didalamnya terdapat fitur time line yang berguna untuk membuat status, foto, video, voice call , dan chatting dengan sesama penggunya.13

Dari banyaknya macam-macam media sosial yang sudah diterangkan diatas, menunjukkan bahwa semakin mudahnya manusia untuk berinterkasi dengan orang lain tanpa harus bersusah payah bertatap muka atau bertemu langsung. Semua program aplikasi pada media sosial juga membawa penguatan kolaborasi, peningkatan efisiensi departemen, pengurangan biaya, dan tentu saja program media sosial dapat membantu penggunanya dalam menghasilkan minat pelanggan atau teman yang sangat banyak.

Beragam aplikasi media sosial yang dijalankan sepenuhnya merupakan mekanisme komunikasi integrasi yang memperkuat dampak dari setiap fungsi di dalam sebuah organisasi dengan memanfaatkan kekuatan jejaring manusia melalui platform jejaring sosial.14 Artinya

13

Ani Mulyati. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI….. hlm : 62-85

14

Olivier Blanchard, Sosial Media ROI Mengelola dan Mengukur Pengguna Media Sosial Pada Organisasi Anda, (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2015).hlm :8


(39)

30

aplikasi media sosial berfungsi sebagai pelengkap, dan bukan pengganti dari taktik komunikasi lainnya.

4.Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender)

Emoticon berasal dari kata “emoji” yang di keluarkan oleh Negara Jepang. Emoticon merupakan ikon kecil yang dapat ditempatkan secara inline dengan teks, nama emoji diterjemahkan menjadi karakter gambar. Asteroff (1987) mendefinisikan emotikon sebagai relations icons, sedangkan Sanderson (1993) menjelaskan emotikon atau smilleys merupakan suatu karakter yang dapat dicari dalam komputer ketika berkomunikasi melalui komputer.15 Emotikon yang ada pada aplikasi media sosial digunakan sebagai pengekspresian emosi atau untuk menandai niat seseorang sebagai hal yang tidak serius. Dalam hal ini emotikon dimanfaatkan oleh perusahaan aplikasi media sosial. Emotikon yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut mengandung sikap atau perilaku dari sebuah golongan atau kelompok yang terkait dengan gender atau identitas diri seseorang yang biasa disebut lesbian, gay, biseksual, dan transgender.

Secara sosiologis, golongan atau kelompok lesbian, gay, biseksual, dan trangender merupakan sekelompok orang yang melakukan sikap-tindak atau pola perilaku yang cenderung mungutamakan orang yang sejenis dengan kelaminnya sebagai mitra seksual. 16 Dari penjelasan secara sosiologis menunjukkan bahwa budaya dari kelompok tersebut bertitiktolak dengan budaya yang ada. Oleh karena itu seseorang yang

15

Alila Pramianti dan Maylanny Christin, Makna SimbolDalam Komunikasi, (Jurnal Sosioteknologi: Volume, 13, 2014).hlm: 121

16


(40)

sudah masuk dalam budaya kelompok lesbian gay, biseksual, dan trangender, mereka tidak dapat kembali pada pola kehidupan yang dianggap normal oleh masyarakat.

Dari uraian di atas muncullah sebuah emotikon yang menggambarkan perilaku dari kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender yang sudah ada pada beberapa aplikasi media sosial.

5.Kajian Teori S-O-R (Simulus-Organism-Response)

Teori ini pada berawal dari ilmu psikologi karena obyek material dari ilmu psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. Menurut stimulus respon ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Unsur-unsur dari model ini adalah :

1. Pesan (Stimulus)

Merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambang. Lambang atau tanda dapat digambarkan seperti emotikon.

2. Komunikan (Organism)

Merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan dan mengamati informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa


(41)

32

RESPONSE : OPINI ATAU TANGGAPAN ORGANISM :

A. PERHATIAN B. PENGERTIAN C. PENERIAMAAN STIMULUS :

TANDA ATAU LAMBANG

komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda atau lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

3. Efek (Response)

Merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi dapat berupa opini atau tanggapan. Opini atau tanggapan muncul ketika pesan sudah diterima oleh komunikan.17

Teori stimulus-organism-response digambarkan sebagai berikut :

Teori ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi atau reaksi yang sangat sederhana. Ketika pesan yang berupa lambang disampaikan kepada panca indera seseorang, secara langsung panca indera orang tersebut memahami dan menafsirkan makna dari lambang yang diterimanya, setelah proses penafsiran muncullah tanggapan atau respon yang disampaikan oleh komunikan secara verbal maupun non verbal.

Defleur dalam Onong Uchjana Effendi, menjelaskan bahwa “individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan, terutama jika berkaitan dengan kepentingannya. Konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan

17


(42)

kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya.”18 Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media sosial pada khalayak itu tidak seragam melainkan beragam. Hal ini disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

Menurut teori ini, efek yang ditimbukan adalah reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Teori ini juga menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.19

Setelah komunikan menerima pesan yang berupa tanda atau lambang dan manafsirkan melalui panca inderanya. Maka muncullah sebuah opini atau reaksi yang berupa sikap dari dalam diri komunikan dan pernyataan yang keluar dari diri komunikan.

18

Onong Uchjana Effendy, Ilmu,Teori,dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006),hlm. 275-276

19


(43)

34

BAB III

PENYAJIAN DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL

“LINE”

A. Deskripsi Subyek Penelitian

1. Profil Komunikasi dan Penyiaran Islam1

Program studi komunikasi dan penyiaran Islam menempati garda terdepan dalam menyebarkan agama Islam. Selaras dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka Pengembangan Ilmu Dakwah diintegrasikan dengan Ilmu Komunikasi dan Teknologi.

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) menawarkan studi ilmu komunikasi yang terintegrasi dengan penyiaran dan dakwah Islam. Sebagai wadah untuk studi ilmu komunikasi, kurikulum di Jurusan KPI memasukkan semua mata kuliah wajib yang disepakati dalam forum ASPIKOM (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi), seperti Ilmu Komunikasi, Teori Komunikasi, Filsafat dan Etika Komunikasi, Komunikasi Politik, Kumunikasi Antar Budaya, Desain Komunikasi Visual, dan sebagainya, sehingga kompetensi lulusan Jurusan KPI dapat disejajarkan dengan lulusan Jurusan/Program Studi Ilmu Komunikasi pada umumnya. Namun, ada nilai lebih yang dimiliki oleh lulusan Jurusan KPI dibandingkan dengan jurusan ilmu komunikasi di tempat lain. Nilai lebih tersebut adalah penguasaan ilmu dan pendekatan keagamaan yang juga diajarkan di Jurusan KPI. Mahasiswa diberi bekal perspektif keagamaan yang akan sangat bermanfaat, baik untuk kehidupan pribadinya kelak maupun untuk studi dan

1


(44)

karirnya ke depan sehingga lebih mampu memahami objek studinya di Indonesia, yang berpenduduk mayoritas Islam.

Studi di Jurusan KPI diorientasikan kepada dua konsentrasi, yaitu Konsentrasi Jurnalistik dan Konsentrasi Broadcasting. Konsentrasi Jurnalistik diarahkan untuk mencetak alumninya menjadi seorang wartawan handal, praktisi media, atau pun analis media massa. Untuk itu, selain mata kuliah dasar-dasar ilmu komunikasi, juga ditawarkan mata kuliah pendukungnya, antara lain adalah: Jurnalistik Cetak, Jurnalistik Online, Jurnalistik Investigatif, Hukum dan Etika Jurnalistik, Fotografi Jurnalistik, Reportase, Analisis Media, Penulisan Artikel, Penulisan Fiksi, Penulisan Feature, Manajemen Media Massa, Manajemen Redaksi, dan lain-lain. Sementara Jurusan Broadcasting lebih diarahkan untuk mencetak sarjana yang handal dalam bidang penyiaran, baik radio maupun televisi. Mata kuliah pokok untuk itu antara lain: Hukum dan Etika Penyiaran, Jurnalistik Penyiaran, Reportase radio/TV, Newscasting, Editing Siaran Radio/TV, Sinematografi, Analisis Siaran Radio/TV, Produksi Acara radio/TV, Manajemen Siaran, dan sebagainya.

Sebagai pendukung studi, selain fasilitas yang disediakan oleh universitas seperti Perpustakaan Online yang memadai, jaringan internet dengan wi-fi yang handal, juga telah disediakan sebuah laboratorium “PPTD (Pusat Pengembangan Teknologi Dakwah)”, yang menaungi Studi TV (Sunan Kalijaga TV), Studio Radio (Radio Siaran Dakwah), dan Lab Komputer dan Grafika.


(45)

36

Hasil kerja keras seluruh civitas akademika Jurusan KPI, hingga saat ini alumni Jurusan KPI telah diterima di berbagai sektor, baik sebagai PNS (baik di Kementerian Agama maupun di Pemerintah Daerah), juga telah tersebar mengabdikan diri di berbagai media massa, seperti TVRI, RRI, Indosiar, Trans7, MetroTV, berbagai Production House, Solo Pos, Radar, dan lain-lain.

Secara kelembagaan, Jurusan KPI telah terakreditasi oleh BAN-PT Kementerian Pendidikan Nasional dengan nilai “A”.

Kerangka Dasar Filosofis a. Visi Jurusan

Terdepan dalam pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu komunikasi dan penyiaran Islam yang berparadigma Islam

b. Misi Jurusan

Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman dan komunikasi penyiaran untuk membentuk sarjana yang berkualitas, profesional, dan berakhlak mulia Mengembangkan penelitian di bidang komunikasi dan penyiaran Meningkatkan peran serta pada pengabdian masyarakat dalam aktivitas dakwah Memperluas jaringan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan tridharma perguruan tinggi

c. Tujuan Jurusan

Menguasai, mengembangkan, dan mengamalkan ilmu komunikasi dan penyiaran Islam yang dijiwai oleh nilai-nilai Islam yang relevan


(46)

dengan kebutuhan pembangunan bangsa Melahirkan sarjana yang profesional dalam bidang komunikasi dan penyiaran Islam Melahirkan sarjana yang memiliki wawasan dan ketrampilan dalam bidang pers, penyiaran, dan retorika Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan Tridharma Perguruan Tinggi.

2. Profil UIN Sunan Ampel2 A. Sejarah

Pada akhir dekade 1950, beberapa tokoh masyarakat Muslim Jawa Timur mengajukan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi agama Islam yang bernaung di bawah Departemen Agama. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, mereka menyelenggarakan pertemuan di Jombang pada tahun 1961. Dalam pertemuan itu, Profesor Soenarjo, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, hadir sebagai narasumber untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran yang diperlukan sebagai landasan berdirinya Perguruan Tinggi Aagama Islam dimaksud. Dalam sesi akhir pertemuan bersejarah tersebut, forum mengesahkan beberapa keputusan penting yaitu: (1) Membentuk Panitia Pendirian IAIN, (2) Mendirikan Fakultas Syariah di Surabaya, dan (3) Mendirikan Fakultas Tarbiyah di Malang. Selanjutnya, pada tanggal 9 Oktober 1961, dibentuk Yayasan Badan Wakaf Kesejahteraan Fakultas Syariah dan Fakultas Tarbiyah yang menyusun rencana kerja sebagai berikut :

Mengadakan persiapan pendirian IAIN Sunan Ampel yang terdiri dari Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di Malang.

2


(47)

38

a) Menyediakan tanah untuk pembangunan Kampus IAIN seluas 8 (delapan) Hektar yang terletak di Jalan A. Yani No. 117 Surabaya.

b) Menyediakan rumah dinas bagi para Guru Besar.

Pada tanggal 28 Oktober 1961, Menteri Agama menerbitkan SK No. 17/1961, untuk mengesahkan pendirian Fakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tarbiyah di Malang. Kemudian pada tanggal 01 Oktober 1964, Fakultas Ushuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK Menteri Agama No. 66/1964.

Berawal dari 3 (tiga) fakultas tersebut, Menteri Agama memandang perlu untuk menerbitkan SK Nomor 20/1965 tentang Pendirian IAIN Sunan Ampel yang berkedudukan di Surabaya, seperti dijelaskan di atas. Sejarah mencatat bahwa tanpa membutuhkan waktu yang panjang, IAIN Sunan Ampel ternyata mampu berkembang dengan pesat. Dalam rentang waktu antara 1966-1970, IAIN Sunan Ampel telah memiliki 18 (delapan belas) fakultas yang tersebar di 3 (tiga) propinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Namun, ketika akreditasi fakultas di lingkungan IAIN diterapkan, 5 (lima) dari 18 (delapan belas) fakultas tersebut ditutup untuk digabungkan ke fakultas lain yang terakreditasi dan berdekatan lokasinya. Selanjutnya dengan adanya peraturan pemerintah nomor 33 tahun 1985, Fakultas Tarbiyah Samarinda dilepas dan diserahkan pengelolaannya ke IAIN Antasari


(48)

Banjarmasin. Disamping itu, fakultas Tarbiyah Bojonegoro dipindahkan ke Surabaya dan statusnya berubah menjadi fakultas Tarbiyah IAIN Surabaya. Dalam pertumbuhan selanjutnya, IAIN Sunan Ampel memiliki 12 (dua belas) fakultas yang tersebar di seluruh Jawa Timur dan 1 (satu) fakultas di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sejak pertengahan 1997, melalui Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1997, seluruh fakultas yang berada di bawah naungan IAIN Sunan Ampel yang berada di luar Surabaya lepas dari IAIN Sunan Ampel menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) yang otonom. IAIN Sunan Ampel sejak saat itu pula terkonsentrasi hanya pada 5 (lima) fakultas yang semuanya berlokasi di kampus Jl. A. Yani 117 Surabaya.

Pada 28 Desember 2009, IAIN Sunan Ampel Surabaya melalui Keputusan Menkeu No. 511/KMK.05/2009 resmi berstatus sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Dalam dokumen yang ditandasahkan pada tanggal 28 Desember 2009 itu IAINSA Surabaya diberi kewenangan untuk menjalankan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU).

Terhitung mulai tanggal 1 oktober 2013, IAIN Sunan Ampel berubah menjadi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 65 Tahun 2013.


(49)

40

Sejak berdiri hingga kini (1965-2015), UINSA Surabaya sudah dipimpin oleh 8 rektor, yakni:

a. Prof H. Tengku Ismail Ya’qub, SH, MA (1965-1972) b. Prof KH. Syafii A. Karim (1972-1974)

c. Drs. Marsekan Fatawi (1975-1987)

d. Prof Dr H. Bisri Affandi, MA (1987-1992) e. Drs KH. Abd. Jabbar Adlan (1992-2000) f. Prof Dr HM. Ridlwan Nasir, MA (2000-2008) g. Prof Dr H. Nur Syam, M.Si (2009-2012) h. Prof Dr H. Abd A’la, M.Ag (2012-2018) B. Identitas

a. Logo

Lambang universitas terdiri dari unsur-unsur yang memiliki pengertian sebagai berikut:

(a) Sembilan sudut bermakna jumlah Walisongo;

(b) Rajutan/ikatan dengan membentuk sembilan sudut yang saling terkait ini adalah simbol Bhineka Tunggal Ika, harmoni dalam keberagaman;


(50)

(c) Simbol Twin Towers berwarna kuning emas menunjukkan integrasi keilmuan menunjukan bahwa integrasi keilmuan yang akan berujung kejayaan;

(d) Warna hijau yang berarti kehidupan menjadi warna dasar identitas Universitas;

(e) Tulisan UIN berwarna kuning emas di dalam rangkaian yang berbentuk sembilan sudut; dan

(f) Tulisan UIN Sunan Ampel Surabaya di bawah rangkaian yang berbentuk sembilan sudut berwarna hitam.

C. Visi, Misi, dan Tagline a. Visi :

"Menjadi Universitas Islam yang unggul dan kompetitif bertaraf internasional".

b. Misi :

i. Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman multidispliner serta sains dan teknologi yang unggul dan berdaya saing.

ii. Mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman multidisipliner serta sains dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. iii. Mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat yang religius

berbasis riset c. Tagline

Building Character Qualities: for the Smart, Pious, Honorable Nation.


(51)

42

D. Filosofi Penyelenggaraan Pendidikan

1) Filosofi penyelenggaraan pendidikan universitas adalah menemukan, mengembangkan, melakukan inovasi dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan di bidang ilmu-ilmu keislaman, sosial-humaniora serta sains dan teknologi sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang mandiri, unggul, kompetitif dan inovatif.

2) Filosofi penyelenggaraan pendidikan tersebut diwujudkan melalui tiga pilar program akademik, terdiri dari:

a. Penguatan ilmu-ilmu keislaman murni tapi langka

b. Integrasi keilmuan keislaman pengembangan dengan keilmuan sosial-humaniora

c. Pembobotan keilmuan sains dan teknologi dengan keilmuan keislaman

E.Fakultas dan Jurusan

Saat ini UINSA Surabaya mempunyai 9 fakultas sarjana dan pascasarjana, serta 44 program studi (33 program sarjana, 8 program magister, dan 3 doktor) sebagai berikut:

1) Fakultas Adab dan Humaniora:

Prodi Bahasa dan Sastra Arab

Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam Prodi Sastra Inggris


(52)

Prodi Ilmu Komunikasi

Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Prodi Bimbingan Konseling Islam Prodi Manajemen Dakwah

3) Fakultas Syariah dan Hukum

Prodi Ahwal al-Syahshiyah (Hukum Keluarga Islam)

Prodi Siyasah Jinayah (Hukuk Tatanegara dan Hukum Pidana Islam)

Prodi Muamalah (Hukum Bisnis Islam) 4) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Prodi Pendidikan Agama Islam Prodi Pendidikan Bahasa Arab Prodi Manajemen Pendidikan Islam Prodi Pendidikan Matematika Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Prodi Pendidikan Raudhotul Athfal

5) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prodi Aqidah Filsafat

Prodi Perbandingan Agama Prodi Tafsir

Prodi Hadis


(53)

44

Prodi Ilmu Politik

Prodi Hubungan Internasional Prodi Sosiologi

7) Fakultas Sain dan Teknologi Prodi Ilmu Kelautan

Prodi Matematika

Prodi Teknik Lingkungan Prodi Biologi

Prodi Teknik Arsitektur Prodi Sistem Informasi Prodi Psikologi

8) Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam Prodi Ekonomi Syariah

Prodi Ilmu Ekonomi Prodi Akutansi Prodi Manajemen 9) Pascasarjana

(S2/Magister)

Prodi Pendidikan Agama Islam Prodi Pendidikan Bahasa Arab Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Prodi Studi Ilmu Hadis

Prodi Hukum Tatanegara (Siyasah) Prodi Ekonomi Syari’ah


(54)

Prodi Filsafat Agama

Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (S3/Doktor)

Prodi Pendidikan Agama Islam Prodi Dirasah Islamiyah

Prodi Hukum Tatanegara (Siyasah)

F.Pembinaan Bidang Kemahasiswaan (Ekstra Kurikuler)

Kampus merupakan lingkungan yang khas disebut civitas akademika (masyarakat akademis). Warga kampus melaksanakan kegiatan akademis yang bersifat kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler, yang tak terpisahkan satu sama lainnya.

Mahasiswa sebagai salah satu elemen kampus memiliki dimensi yang luas. Mahasiswa adalah sebagai salah satu anggota civitas akademika (dimensi keilmuan) mereka juga memiliki dimensi kepemudaan, yaitu sebagai bagian dari generasi muda yang memiliki masa depan yang cerah. Selama belajar di kampus, mahasiswa dibekali ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang keilmuannya dan juga dibekali dengan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler.

Mahasiswa akan dapat mengembangkan potensinya selama mereka berada dalam kampus. Potensi mahasiswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila selama kuliah mahasiswa diberi keleluasaan untuk berkesplorasi, berkreasi, dan bereksperimen. Hubungan antara pembinaan ekstra kurikuler dengan kegiatan intra kurikuler menjadi


(55)

46

sangat penting. Selama masa studi di kampus, kedua elemen pembinaan tersebut haruslah diberikan secara sinergis.

Meskipun demikian, para mahasiswa harus menyadari bahwa tujuan utama belajar ke kampus adalah untuk mencari bekal kemampuan akademis berupa ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya. Tujuan tersebut tidak boleh dikorbankan, sedang yang lainnya merupakan pelengkap (supplementary) agar mereka siap terjun ke masyarakat setelah selesai masa studinya.

Wahana pembinaan ekstra kurikuler diarahkan untuk menumbuh kembangkan kreativitas, sikap ilmiah, sikap profesional, sikap peka dan peduli pada realitas kehidupan masyarakat dan lingkungan kampus dengan mengacu pada etika akademika dan akhlakul karimah.

(a) Maksud dan Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai antara lain:

a. Meningkatkan kemampuan penalaran dan keilmuan, serta mengarahkan profesionalisme mahasiswa

b.Menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kreativitas mahasiswa

c. Menumbuhkan dan mengembangkan kepemimpinan dan kepedulian mahasiswa terhadap realitas sosial dan lingkungannya.

(b) Ruang Lingkup Kegiatan Kemahasiswaan

Program Pengembangan Penalaran dan Keilmuan meliputi: a. Seminar, studium general, diskusi panel dan lokakarya


(56)

b.Pelatihan-pelatihan, misalnya: Pelatihan karya ilmiah, metode penelitian, Pendidikan dan Pelatihan Enterpreneur. c. Program ini dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bagian keilmuan yang disebut Unit Kegiatan Pengembangan Intelektual (UKPI).

(c) Program Jurnalistik Kampus

Program ini antara lain dimaksudkan untuk menyalurkan minat mahasiswa pada bidang jurnalistik dan memotivasi mahasiswa agar lebih gemar membaca dan mampu menulis secara ilmiah-populer. Media yang dikelola oleh mahasiswa adalah: LPM Solidaritas, Qimah (Fakultas Adab dan Humaniora), Ara Aita (Fakultas Dakwah dan Komunikasi), Ar Risalah (Fakultas Syariah dan Hukum), Edukasi (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), Forma (Fakultas Ushuludin dan Filsafat), Alam Tara (Fakultas Psikologi).

(d) Program Pengembangan Kreativitas Mahasiswa a. Kewirausahaan Mahasiswa

Program ini dimaksud untuk menumbuhkan kreativitas dan jiwa enterpreneurship dan kewirausahaan bagi mahasiswa serta sekaligus untuk memperkenalkan usaha kewirausahaan di kalangan mahasiswa.

b.Olah Raga Mahasiswa

Program ini sebagai wahana untuk menyalurkan bakat mahasiswa dalam bidang olah raga dan untuk


(57)

48

menanamkan pentingnya sikap sportif dalam segala tindakan. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh UKM bidang olah raga yang disebut Unit Kegiatan Olahraga (UKOR). Olah raga yang difasilitasi oleh UKOR antara lain: sepak bola, bola voli, futsal, badminton, tennis meja, basket, dan sepak takraw. Sedangkan untuk olah raga pencak silat difasilitasi melalui UKM Pencak Silat.

c. Kesenian Mahasiswa

Program ini antara lain untuk menumbuhkan apresiasi dan kreativitas mahasiswa dalam bidang seni paduan suara dan seni budaya. Kegiatan ini dikordinir oleh UKM bagian seni budaya yang disebut Unit Kegiatan Seni Budaya (UKSB) dan UKM Paduan Suara. Bidang kesenian yang sudah difasilitasi oleh unit kegiatan ini, antara lain: Seni Musik (Band, Paduan Suara, Kasidah, Dangdut, Musik daerah); Seni Teater, dan Seni Drama.

d.Program Kerohanian Mahasiswa

Program ini antara lain untuk menumbuhkan bakat dan kreativitas bernafaskan keagamaan, seperti peringatan hari-hari besar keagamaan, MTQ, belajar baca Al-qur’an, dan Tahfidz Al-qur’an. Kegiatan ini dikordinir oleh UKM Ikatan Qari’ dan Qori’ah (IQMA). Untuk penghafal Al


(58)

-qur’an dikordinir oleh UKM Unit Pengembangan Tahfidz Qur’an (UPTQ).

e. Program Pengembangan Kepedulian Mahasiswa

Banyak cara yang bisa dilakukan mahasiswa untuk menumbuhkan kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat dan lingkungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

f. Pramuka Mahasiswa

Program ini antara lain dimaksudkan untuk menyalurkan mahasiswa yang berminat pada bidang kepramukaan, agar lahir sikap kepedulian sosial. Kegiatan ini dikordinir oleh UKM bidang pramuka yang disebut UKK (Unit Kegiatan Khusus).

g. Resimen Mahasiswa

Program ini bersifat khusus dalam rangka mengikutsertakan mahasiswa dalam upaya dan sebagai implementasi pendidikan pendahuluan untuk peduli bela negara sesuai dengan UUD 1945 pasal 30. Kegiatan ini dikordinir UKK bidang bela negara yang disebut Resimen Mahasiswa (MENWA).

h.Pecinta Alam

Program ini antara lain dimaksudkan untuk menumbuhkan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan alamnya dengan cara membekali mahasiswa,


(59)

50

seperti memanjat tebing, arung jeram, menyusuri goa. Tujuannya agar mahasiswa memiliiki kepedulian terhadap lingkungannya. Kegiatan ini dikordinir oleh Mahasiswa Pecinta Alam Sunan Ampel (MAPALSA).

2. Profil Informan

Informan penelitian ini adalah mahasiswa semester dua ilmu komunikasi yang menggunakan media sosial “LINE” dan dianggap memiliki pengetahuan yang luas, peka, dan kritis dalam mengamati fenomena munculnya emotikon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Trangender) saat ini. Informan yang dipilih peneliti kebanyakan mahasiswa yang aktif menggunakan media sosial “LINE” serta sering menggunakan atau mendownload emotikon yang ada. Berikut diantara nama-nama informan:

a. Informan I

Agung Ainul Yaqien, 20 tahun seorang mahasiswa semester dua kelas A3, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Mahasiswa ini termasuk mahasiswa yang aktif, kritis, dan berprestasi dalam perkuliahan. Dia juga salah satu pengguna media sosial antara lain Istagram, Line, Blackberry Messenger (BBM).

b.Informan II

Astari Yasmuning Dyah, 19 tahun adalah seorang mahasiswi semester dua kelas A3, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dia termasuk mahasiswa


(60)

yang aktif mengikuti perkuliahan. Mahasiswa ini juga aktif menggunakan emotikon-emotikon yang disediakan dari beberapa media sosial online diantaranya Blackberry Messenger, Whatshap, dan Line yang dipakainya.

c. Informan III

Dedi Rizky Wicaksono, 20 tahun mahasiswa semester dua kelas A5, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dia termasuk mahasiswa yang aktif mengikuti perkuliahan. Mahasiswa ini juga aktif menggunakan emotikon-emotikon yang disediakan dari beberapa media sosial online diantaranya Blackberry Messenger, Whatshap, dan Line yang dipakainya.

d.Informan IV

Alifya Yurizcha, 19 tahun seorang mahasiswi semester dua kelas A4, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dia termasuk mahasiswa yang aktif mengikuti perkuliahan. Mahasiswa ini juga aktif menggunakan emotikon-emotikon yang disediakan dari beberapa media sosial online diantaranya Blackberry Messenger, Whatshap, dan Line yang dipakainya.

e. Informan V

Farisah Ashfahani, 19 tahun adalah seorang mahasiswi semester dua kelas A1, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Mahasiswa ini termasuk mahasiswa


(61)

52

yang aktif, kritis, dan berprestasi dalam perkuliahan. Dia juga salah satu pengguna media sosial antara lain Istagram, Line, Blackberry Messenger (BBM).

f. Informan VI

Ramadhani Periko Putri, 19 tahun seorang mahasiswi semester dua kelas A2, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dia termasuk mahasiswa yang aktif mengikuti perkuliahan. Mahasiswa ini juga aktif menggunakan emotikon-emotikon yang disediakan dari beberapa media sosial online diantaranya Blackberry Messenger, Whatshap, dan Line yang dipakainya.

B. Deskripsi data penelitian

Layanan yang disajikan oleh media sosial, khususnya emoticon atau stiker sangatlah bermacam-macam. Begitu juga respon dari masyarakat sebagai komunikan atau sasaran komunikasi media massa dengan publiknya. Ada massa yang secara kritis menyaring dan mengidentifikasi informasi dari media, ada juga massa yang secara mentah menerima layanan dari media sosial.

Penelitian ini mengambil fokus opini mahasiswa pengguna media sosial “Line” sebagai salah satu komunitas masyarakat sasaran penerima layanan stiker. Sangat menarik ketika ditemui di lapangan bahwa opini mahasiswa juga bermacam-macam dalam menanggapi emotikon LBGT (lesbian, gay, biseksual, trangender) yang dikeluarkan media sosial “Line”. Mahasiswa pengguna media sosial “Line” tersebut selain aktif menggunakan layanan yang ada pada media sosial “Line”, mereka juga aktif mengkritisi setiap


(62)

update layanan terbaru yang dikeluarkan media sosial “Line”. Berikut akan dipaparkan hasil dari penggalian data di lapangan.

1. Opini Mahasiswa Tentang Bentuk Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Trangender)

Saya melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa semester dua Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi diantaranya, Agung Ainul Yaqien, mahasiswa semester dua kelas A3, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pada kesempatan tersebut, dia menuturkan bahwa bentuk dari emoticon LGBT sangat lucu, namun sangat tidak pantas untuk di publikasikan. Bentuk emoticon, menggambarkan sebuah budaya yang tidak sesuai dengan norma-norma budaya yang ada di Indonesia.

Menurut Agung, bentuk emoticon LBGT yang melanggar norma itu sebagai berikut:

Media sosial “Line” ingin meningkatkan rating tertinggi dan mendapatkan pengguna yang banyak dengan cara mengeluarkan emoticon yang mengambarkan lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Bentuk dari

emoticon yaitu sepasang laki-laki berpelukan sebaliknya sepasang

perempuan saling berciuman.3

Agung menambahkan meskipun media sosial “Line” mengeluarkan emoticon tersebut, dia tetap menggunakan media sosial itu, alasannya media sosial “Line” memberikan banyak layanan yang cukup banyak membantu dalam berkomunikasi dengan teman sesama penggunanya.

Sependapat dengan Agung, Astari juga berpendapat bahwa bentuk dari emoticon LGBT yang dikeluarkan media sosial “Line” yang tidak sesuai dengan norma budaya.

3

Wawancara dengan Agung Ainul Yaqien, Mahasiswa KPI kelas A3, pada tanggal 20 Juni 2016 pukul 19.00 WIB


(63)

54

“Memang benar bentuk emoticon LGBT yang dikeluarkan media sosial “Line” sangat tidak sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia seperti sesama kelamin yang menunjukkan hubungan lebih dari pertemanan melainkan seperti hubungan ssepasang kekasih.”4

Setelah peneliti selesai melakukan wawancara dengan Agung, peneliti melanjutkan untuk menemui informan lain. Kali ini peneliti menemui Dedi Rizky Wicaksono, mahasiswa semester dua kelas A5, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Saat ditemui di warung kopi, Dedi menjelaskan panjang lebar mengenai opininya tentang bentuk emoticon LGBT yang saat ini di perbincangkan. Dedi mengatakan bentuk dari emoticon LGBT tersebut perubahan gender atau kelamin dari laki-laki menjadi perempuan hal itu digunakan sebagai pendukung dari orang-orang yang suka melakukan budaya lesbian, gay, biseksual, dan transgender.

Menurut Dedi,”Emoticon tersebut di ciptakan oleh oang Amerika, karena di sana budaya lesbian, gay, biseksual, trangender masih diperbolehkan.”5

Dedi menambahkan, hal tersebut tidak baik apabila di publikasiakn di Negara Indonesia karena mayoritas masyarakatnya beragam Islam yang sangat menolak adanya budaya tersebut.

Melanjutkan proses penggalian data, peneliti menemui informan lain. Peneliti kemudian membuat janji dengan informan yang bernama Alifya Yurizcha, yang biasa dipanggil Icha, dia seorang mahasiswi semester dua kelas A4, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Setelah

4

Wawancara dengan Astari Yasmuning Dyah, Mahasiswa KPI kelas A3, pada tanggal 21 Juni 2016 pukul 11.00 WIB

5

Wawancara dengan Dedi Rizky Wicaksosno, Mahasiswa KPI kelas A5, pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 17.30 WIB


(64)

bertemu Icha, kami berdua pun berdiskusi seputar emoticon LGBT yang dikeluarkan media sosial “Line”. Menurut Icha, “Bentuk dari emoticon LGBT yang saat ini itu sangatlah tidak patut untuk dipublikasikan, karena dari bentuknya yang tidak sewajarnya contohnya adegan ciuman yang digambarkan antara perempuan dengan perempuan, saling berpelukan antar laki-laki, dan perubahan kelamin laki-laki bergaya perempuan.”

Selain mengkritik bentuk emoticon LGBT yang dikeluarkan media sosial “Line”, Icha berpendapat bahwa bentuk emoticon tersebut saai ini sudah melanggar norma-norma agama yang ada di Indonesia. Khususnya para mahasiswa Universitas Islam Negeri Surabaya yang merupakan penerus tanah air ini, yang ditakutkan mereka akan terpengaruh dengan adanya bentuk dari emoticon tersebut.6

Senada dengan keterangan Icha, Farisah Ashfahani, mahasiswi semester dua kelas A1, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengatakan bahwa bentuk emoticon LGBT melanggar budaya masyarakat yang mayoritas adalah muslim. Menurutnya bentuk dari emoticon tersebut yakni:

“Menunjukkan suka sesama jenis dan mencerminkan perilaku bukan seperti teman namun seperti pasangan.”

Namun ketika Farisah menjawab pertanyaan dia menyelipkan perkataan yang berbunyi,”Bahwa emoticon LGBT masih ada yang

6

Wawancara dengan Alifya Yurizcha, Mahasiswa KPI kelas A4, pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 17.30 WIB


(65)

56

ditoleransi, artinya tidak semua ditolak.”7

Hal ini menunjukkan babhwa Farisah masih ada rasa setuju dengan munculnya emoticon tersebut.

Berbeda dengan kedua narasumber di atas, seorang mahasiswi semester dua kelas A2, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Ramadhani Periko Putri berpendapat bahwa bentuk emoticon LGBT yang dikeluarkan media sosial “Line”tersebut “Sangat tidak baik untuk di publikasikan karena bentuk dari emotikon tersebut menggambarkan perubahan gender atau laki-laki berubah menjadi perempuan sebaliknya perempuan jadi laki-laki, dan sesama laki-laki saling bermesraan sebaliknya sesama perempuan juga saling berciuman”. Menurut mahasiswi semester dua kelas A2, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi tersebut, emoticon tersebut sangat mempengaruhi bagi generasi muda terutama anak kecil yang belum mengerti, yang ditakutkan nantinya mereka akan mencontoh atau meniru adegan dari emoticon yang dikeluarkan media sosial “Line”.8

2. Sikap Mahasiswa Mengenai Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Trangender)

Masih melaui wawancara dengan beberapa mahasiswa semester dua Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, saya melimpahkan beberapa pertanyaan kepada Agung mengenai dia menyikapi emoticon LGBT yang menurutnya tidak patut dipublikasikan dan melanggar norma-norma budaya. Agung mengatakan bahwa:

7

Wawancara dengan Farisah Ashfahani, Mahasiswa KPI kelas A1, pada tanggal 25 Juni 2016 pukul 17.30 WIB

8

Wawancara dengan Ramadhani Periko Putri, Mahasiswa KPI kelas A2, pada tanggal 27 Juni 2016 pukul 13.30 WIB


(1)

76 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

Berdasarkan data yang peneliti peroleh di lapangan dari hasil proses wawancara dengan beberapa informan, dan sudah dikonfirmasi dengan teori S-O-R (stimulus-organism-response), peneliti akhirnya membuat sebuah kesimpulan dari hasil penelitian ini. Bahwa mahasiswa semester dua mempunyai opini yang berbeda-beda dalam menanggapi emoticon LGBT pada media sosial “Line” saat ini.

Diantara hasil wawancara selama proses penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Opini Mahasiswa Tentang Bentuk Emoticon LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Trangender)

Mahasiswa mempunyai opini yang berbeda-beda terkait bentuk emotikon LGBT pada media sosial “Line”, diantara opininya yaitu bentuk emotikon dua laki-laki berpelukan dan berciuman, seorang laki-laki bergaya seperti perempuan, perempuan dan perempuan saling bermesraan seperti sepasang kekasih, bentuk emotikontidak mendidik, dan bentuk emotikon melanggar norma-norma agama.


(2)

77

2. Sikap Mahasiswa Mengenai Emoticon LGBT(Lesbian, Gay,Biseksual, Trangender)

Dalam menyikapi emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender), mahasiswa mahasiswa semester dua mempunyai sikap yang berbeda-beda. Diantaranya mahasiswa lebih menggunakan emotikon yang baik dan sopan namun juga sesuai dengan perasaannya, lebih memilih menggunakan emotikon yang bernuansa Syar’i, tidak mendownload emotikontersebut, mengajak teman sesame pengguna media sosial “Line” agar tidak menggunakan emotikon LGBT, melaporkan emotikon itu kepada pihak yang berwenang, dan menerima layanan baru secara kritis.

3. Emoticon Yang Baik Menurut Mahasiswa

Mahasiswa juga mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai emotikon yang baik dan benar, diantaranya emotikon yang baik adalah mendidik, menghibur, dan informatif, edukatif, menggunakan bentuk yang sewajarnya, tidak mengandung unsur budaya, dan mengajak kepada perilaku yang baik.

B.Rekomendasi

Dari berbagai data temuan di lapangan, peneliti telah merumuskan beberapa rekomendasi terkait surat kabar harian saat ini, baik kepada instansi media itu sendiri ataupun masyarakat selaku pengguna akti dari media sosial “Line”.


(3)

1. Mahasiswa

a. Selektif memilih media

Di era informasi seperti saat ini, informasi begitu deras menerpa khalayak. Dari berbagai informasi dan media yang begitu banyaknya, masyarakat harus mampu menyeleksi informasi dan media apa yang sedang dibutuhkannya. Sehingga mahasiswa bisa memilih dan memilah berbagai pemberitaan yang disampaikan media massa, baik cetak, elektronik, ataupun online.

b. Menambah ilmu pengetahuan

Menambah ilmu pengetahuan juga sangat diharuskan bagi mahasiswa. Hal itu bertujuan untuk menangkis apabila terdapat fasilitas layanan dari media sosial yang terindikasi kurang sesuai atau melanggar. Seperti emoticon LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender).

c. Menerima informasi secara kritis

Yang tidak kalah penting juga adalah menambah daya kritis mahasiswa dalam menerima informasi. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara mengadakan pelatihan atau kuliah literasi media yang berguna untuk membaca dan menganalisis fasilitas layanan yang ada pada media sosial. Sehingga masyarakat tidak akan mudah terpengaruh oleh layanan media.

d. Menganalisis pesan dari media sosial

Diharapakan mahasiswa mampu meningkatkan daya analisis setiap pesan yang dikeluarkan oleh media baik cetak, elektronik, maupaun online secara mendetail.


(4)

79

e. Penyiaran

Mahasiswa juga harus mengembangkan dan mendalami ilmu penyiaran kepada khalayak, karena ketika adanya sebuah pesan komunikasi yang kurang sesuai dengan nilai-nilai agama Islam, mahasiswa mampu memberikan sebuah peringatan atau penyiaran kepada khalayak khususnya yang menggunakan media sosial “Line”.


(5)

Daftar Pustaka

Mulyana Deddy.2008. Pengantar Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

Santoso, Sastropoetro. 1990. Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, Rusady, Ruslan. 2005. Manajemen Publik Relations & Media Komunkasi dan

Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Ani, Mulyati. 2014. Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk Kementrian Perdagangan RI. Jakarta : Kementrian Perdagangan Republik Indonesia Santrock, W. 2007 Perkembangan Anak. Jakarta : PT. Gelora aksara Permana,

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta,

Soekanto. Soerjono. 2007. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Rajawali Pers Dan Nimmo. 2001. Komunikasi Politik; khalayak dan efek. Bandung:

Rosdakarya.

Suharsimi, Arikunto. 1997, Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta, Hafied, Cangara. 2009. Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi.

Jakarata: Raja Grafindo Persada,

Abdullah, 2001. Press Relation. Bandung: Remaja Rosdakarya,

Olivier, Blanchard. 2015. Sosial Media ROI Mengelola dan Mengukur Pengguna Media Sosial Pada Organisasi Anda, Jakarta: PT. Alex Media

Komputindo,

Nikmah Hadiati S. 2012, Opini Publik, Pasuruan: Lunar Jaya

Alila Pramianti dan Maylanny Christin. 2014, Makna SimbolDalam Komunikasi, Jurnal Sosioteknologi: Volume, 13,

Djonaesih, S. Sunarjo. 1984, Opini Publik, Yogyakarta : Liberty,

Onong Uchjana Effendy. 2006, Ilmu,Teori,dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti


(6)

Uchjana, 1993. Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti, Sendjaja, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Media Online (www.uinsby.ac.id) di akses pada 19 Juni 2016


Dokumen yang terkait

RESPON MAHASISWA TERHADAP LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER) (Studi di FISIP Universitas Lampung)

9 65 73

PENGARUH IKLAN MEDIA ONLINE TOKO PEDIA DI SCTV TERHADAP MINAT BELI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 0 113

PENGARUH BERITA PEACE JOURNALISM DALAM MEDIA ISLAM ONLINE NU TERHADAP PEMAHAMAN JURNALISME DAMAI MAHASISWA KOMUNIKASI dan PENYIARAN ISLAM, FAKULTAS DAKWAH dan KOMUNIKASI, UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 2 82

PENGARUH CERAMAH KH. ANWAR ZAHID MELALUI YOUTUBE TERHADAP PEMAHAMAN MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM, FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI, UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

2 10 95

TWITTER SEBAGAI MEDIA SOSIAL MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 1 90

KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 2 104

PENGARUH KOMPETENSI KOMUNIKASI DOSEN TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN MATERI KULIAH MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

1 3 150

MEDIA KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI STUDI : STUDI KASUS PADA MAHASISWA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 15 121

PENGARUH NOVEL LA TAHZAN FOR HIJABERS TERHADAP CARA MENUTUP AURAT MAHASISWI PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM, FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

0 3 101

REALITAS LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DALAM MAJALAH

0 1 9