PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA TERHADAP PENCAPAIAN NILAI KKM DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 3.

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

TERHADAP PENCAPAIAN NILAI KKM DALAM MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 3

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

DAVID ARDYANTO

NIM. D71211136

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2015


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

\rr - -"i - '-h .

- -!rt .

,!,

d:;

: DAVID ARDYANTO

^,

i*{

:

D7l2lll36

.I:_"

: PENGARUH

STRATEGI

PEMBELAJARAN

TERIIADAP

PENCAPAIAN

NILAI

KKM

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SIDOARJO

Surabaya, 10 Juni 2015

TUTOR

SEBAYA

DALAM

MATA

DI

SMA NEGERI 3


(3)

PENGESAIIAN TIM PENGUJI SKRIPSI

'r

-rSi oleh David Ardyanto ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Surabaya, 25 Juni20T5

Mengesahkan, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Penguji II,

Penguji IV,

udlofir. M.A I 61 98903 I 003

NIP. 1957041 5 198903 1001

. H. AIi Mas'ud. M.As.

M

rP. l 96301 231993031002 Penguji III,

Dr. H. Achmad Muhib NtP. t97t07221

NIP. 1983082120


(4)

PERNYATAAN KEASLIAII TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Jurusan/ Prodi Fakultas

David Ardyanto

D71211136

Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan/ pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan/ pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbuktil dapat dibuktikan bahwa skripsi ini jiplakan maka

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, 11 Juni 2015

Yang Membuqt Perny ataan

David Ardvanto'

D7t2ttt36


(5)

ABSTRAK

David Ardyanto, 2015, Pengaruh Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Pencapaian Nilai KKM Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN 3 Sidoarjo.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Tutor Sebaya, KKM

Sebagai pelaksanaan program pembelajaran di kelas, seorang guru seyogyanya memilih strategi pembelajaran atau metode mengajar yang sesuai bagi siswa. Sebab penanganan siswa yang tidak mencapai keberhasilan dalam tujuan tidak harus selalu dilaksanakan oleh guru. Pemanfaatan strategi pembelajaran tutor sebaya yang dipimpin oleh guru, diharapkan memberikan hasil yang lebih baik dan optimal dari pada penyampaian langsung dari guru, karena hubungan teman biasanya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa. Tutor sebaya adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, petunjuk arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efektif dan efisien.

Adapun jawaban dari masalah yang ingin peneliti ketahui yaitu: Pertama, bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran tutor sebaya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Sidoarjo? Kedua, bagaimana nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Sidoarjo dalam ukuran Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)? Ketiga, bagaimana Pengaruh Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Pencapaian Nilai KKM Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN 3 Sidoarjo ?

Jika dilihat dari analisis datanya penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Namun data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena subyek penelitian lebih dari 100, maka penulis mengambil 25% sebagai sampel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket.

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini yaitu, pertama, Pemilihan strategi pembelajaran tutor sebaya yang digunakan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran. Kedua, Pemahaman siswa terhadap materi dibuktikan dengan nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Sidoarjo dalam ukuran KKM, dimana KKM nya adalah 80 dan semua siswa mampu mencapai nilai 80 bahkan melebihinya. Dan ketiga, diperoleh Fsign hitung = 2,265 dan Fsign tabel = 4,14. Sehingga Fsign hitung < Fsign tabel (2,265 < 4,14), ini berarti hasilnya adalah ada pengaruh yang signifikan antara

kedua variabel penelitian. Dan Fline hitung =1,320 dan Fline tabel = 2,34. Sehingga Fline hitung < Flinetabel (1,320 < 2,34), ini berarti hasilnya adalah ada pengaruh yang linier

antara kedua variabel penelitian. Berdasarkan analisis tersebut disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang positif, signifikan dan linier antara strategi pembelajaran tutor sebaya terhadap Pencapaian Nilai KKM Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN 3 Sidoarjo.”


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Kegunaan Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional Dan Batasan Penelitian ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Tinjauan Strategi Pembelajaran... 13


(7)

2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran... 14

3. Dasar Memilih Strategi Pembelajaran... 15

B.Tinjauan Tutor Sebaya ... . 16

1. Pengertian... 16

2. Syarat-Syarat Tutor Sebaya... 19

3. Tujuan dan Fungsi... 21

4. Kelebihan dan Kekurangan... 23

5. Jenis-jenis Kegiatan Tutorial... 25

6. Waktu dan Tempat... 26

C.Tinjauan Pencapaian nilai KKM ... . 27

1. Pengertian KKM... ... . 27

2. Landasan dan Mekanisme Penetapan KKM... 29

3. Fungsi KKM dalam Pembelajaran... 36

D.Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam ... 40

1. Pengertian... 40

2. Tujuan dan ruang Lingkup... 41

3. Kedudukan dan Fungsi... 46

E.Pengaruh Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Pencapaian Nilai KKM ... 51

BAB III METODE PENELIITIAN A.Pengertian Metode Penelitian ... 58


(8)

C.Populasi dan Sampel ... 60

D.Jenis dan Sumber Data ... 64

E.Metode Pengumpulan Data ... 65

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 67

G.Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 75

1. Profil SMA Negeri 3 Sidoarjo... 75

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 3 Sidoarjo... 71

3. Identitas SMA Negeri 3 Sidoarjo... 81

4. Struktur Organisasi... ... 82

5. Keadaan Guru SMA Negeri 3 Sidoarjo... 84

6. Keadaan Siswa SMA Negeri 3 Sidoarjo... 87

7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Negeri 3 Sidoarjo... 90

B.Penentuan KKM Mata Pelajaran PAI ... . 92

1. Tingkat Kompleksitas... 93

2. Tingkat Daya Dukung... ... . 94

3. Tingkat Intakes Siswa... ... . 95

C.Penyajian Data ... 97

1. Penyajian Data Tentang Penggunaan Tutor Sebaya... 97

2. Penyajian Data Tentang Ketercapaian Nilai KKM Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam... 106


(9)

D.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 108 1. Analisis Data Tentang Penggunaan Strategi pembelajaran Tutor

Sebaya terhadap Pencapaian Nilai KKM Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam... ... 108 2. Analisis Data Tentang Pengaruh Strategi pembelajaran Tutor

Sebaya terhadap Pencapaian Nilai KKM Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam... 109 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 118 B.Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan ini. Tanpa pendidikan, maka manusia sekarang tidak akan berbeda dengan keadaan pendahulunya pada masa purbakala. Asumsi ini melahirkan suatu teori yang ekstrim, bahwa maju mundur atau baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu.1

Pendidikan sebagai identitas mutlak dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Pendidikan kemudian memegang peranan penting, minimal dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi untuk dapat menjadi agent of change dalam setiap perubahan yang terjadi.

Pendidikan adalah usaha secara sadar yang dilakukan seseorang dengan sengaja untuk menyiapkan peserta didik menuju kedewasaan, berkecakapan tinggi, berkepribadian atau berakhlak mulia dan kecerdasan berpikir melalui bimbingan dan latihan.2

1

Muslih Musa, Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1991), hal. 8.

2

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 24.


(11)

2

Pendidikan sebagai faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia.

Faktor keberhasilan suatu pendidikan agama, terutama Pendidikan Agama Islam (PAI) disekolah-sekolah umum salah satunya adalah karena peranan guru mempunyai arti yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan anak didiknya. Dari sinilah guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Guru sebagai pendidik disekolah yang secara langsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan pendidikan.

Guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa berlangsung dengan baik. Fungsi guru sebagai fasilitator dan mediator yaitu; (1) menyediakan pengalamann belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan proses; (2) menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa berfikir secara produktif; (3) memonitor mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berkembang atau tidak.3

3

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 133.


(12)

3

Proses interaksi antara guru dan siswa, sangat penting dalam penyampaian suatu informasi dari guru kepada siswa agar tujuan dapat dicapai dengan sebaik- baiknya. Proses pembelajaran pada dasarnya tidak lain ialah proses mengkoordinasi sejumlah komponen (tujuan, bahan metode, dan alat, penilaian) yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin menunjuk kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.4

Tutor sebaya adalah sebuah strategi pembelajaran atau metode dimana seorang murid membantu belajar murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama. Metode tutor sebaya dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi kepada teman-temannya yang belum paham sehingga memenuhi ketuntasan belajar semuanya. Jadi, diharapkan dengan adanya tutor sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada teman sebayanya.

Dalam kelas tutor sebaya, tugas guru adalah sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan evaluator. Disamping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Dengan kreativitasnya, sang guru dapat mengatasi keterbatasan sarana, sehingga proses belajar mengajar tidak terhambat. Kita tahu bahwa dalam kenyataannya,

4

Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya, 2002), hal. 160.


(13)

4

anak yang belajar dari anak-anak lain yang memiliki status dan umur yang sama, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda, maka dia tidak akan merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap-sikap dari guru-gurunya tersebut. Sebab, guru-gurunya, yaitu teman sebayanya itu, tidaklah begitu lebih bijaksana dan berpengalaman dari padanya. Anak relatif bebas bersikap dan berpikir, anak relatif bebas memilih perilaku yang dapat diterima atau tidak diterima oleh teman-teman sebayanya. Dengan perasaan bebas yang dimiliki itu maka diharapkan anak dapat lebih aktif dalam berkomunikasi, sehingga dapat mempermudah mereka dalam memahami konsep/materi yang sedang diajarkan oleh guru.5

Adanya tutor sebaya tersebut diharapkan peserta didik mampu menguasai atau mencapai tujuan pendidikan nya, dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam misalnya, peserta didik diharapkan mampu mencapai tujuan dan isi materi yang ada di dalamnya yang tidak hanya diwujudkan sebagai pencapaian nilai tuntas minimal atau KKM, peserta didik juga diharapkan mampu menguasai isi yang ada di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Siswa yang belum mencapai KKM dikatakan belum tuntas.6

5

Susilowati, dkk. Pembelajaran Kelas Rangkap, (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2009). hal. 3-28.

6

Yeni Fadli, “Administrasi Pembelajaran”, diakses pada tanggal 30 Oktober 2014, dalam http://yeni-fadli.blogspot.com/2012/01/administrasi-pembelajaran-kkm-silabus.html.


(14)

5

Hadirnya pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum atau sekolah negeri merupakan sebuah tantangan bagi seorang guru karena seperti kita ketahui, latar belakang peserta didik di sekolah umum berbeda dengan di sekolah madrasah. Seorang guru PAI di sekolah umum atau sekolah negeri biasanya memiliki banyak tantangan dimana mereka sulit untuk menyampaikan isi materi Pendidikan Agama Islam karena peserta didik atau siswa yang mereka hadapi tidak semua mampu menguasai pelajaran itu.

Dalam pembelajaran di sekolah, khususnya di SMAN 3 Sidoarjo ada beberapa siswa yang bisa atau mampu membantu dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam ini, dari situlah guru memanfaatkan siswa yang mampu untuk menjadi tutor sebaya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga, peserta didik pada umumnya bisa menguasai isi materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan pada umumnya siswa di SMAN 3 Sidoarjo berhasil tuntas mencapai standar kriteria minimal atau nilai KKM.

Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk membahas tentang “Pengaruh Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Pencapaian Nilai KKM Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN 3 Sidoarjo”.


(15)

6

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran tutor sebaya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Sidoarjo ?

2. Bagaimana nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Sidoarjo dalam ukuran Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ?

3. Bagaimana Pengaruh Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Pencapaian Nilai KKM Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN 3 Sidoarjo ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetaui pelaksanaan strategi pembelajaran tutor sebaya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Sidoarjo dalam ukuran Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

3. Untuk mengetahui Pengaruh Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Pencapaian Nilai KKM Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN 3 Sidoarjo ?


(16)

7

D. Kegunaan Penelitian

Setiap hasil penelitian pasti memiliki arti dan kegunaan baik kaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang di cermati maupun kegunaaan untuk kepentingan praktis hasil penelitian sekurang-kurangnya memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Akademis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau sumbangan. Pemikiran yang konstruktif dalam usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Praktis

a. Bagi penulis

Dapat menerapkan secara langsung teori yang penulis peroleh dibangku kuliah.

1) Untuk melatih diri dalam pembuatan karya ilmiah terutama di bidang pendidikan serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang lebih baik.

2) Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi agar memeperoleh gelar strata satu pendidikan agama Islam, di Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan keberhasilan peserta didik di sekolah dan


(17)

8

meningkatkn proses belajar sesuai dengan disiplin ilmu penulis, terutama setelah terjun ke dunia pendidikan di SMAN 3 Sidoarjo.

E. Definisi Operasional Dan Batasan Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran dan pengertian yang jelas tentang makna judul skripsi ini, maka penulis tegaskan beberapa istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yakni sebagai berikut:

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.7 2. Strategi Pembelajaran

Strategi mempunyai pengertian yaitu suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan proses pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.8

3. Tutor Sebaya

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 849.

8

Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996), hal. 5.


(18)

9

Tutor sebaya adalah sebuah metode dimana seorang murid membantu belajar murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama.9

4. Pencapaian

Pencapaian adalah perbuatan mencapai, satu ukuran prestasi diri. (mencapai) berarti berhasil meraih, berhasil menggapai, berhasil merengkuh, berhasil sampai pada batas, mendapatkan sesuatu karena jerih payah. (tercapai) berarti dapat dicapai (dijangkau, diperoleh), terlaksana, jangkau.10 5. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. Siswa yang belum mencapai KKM dikatakan belum tuntas.11

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang secara sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama yang diperlukan dalam pengembangan kehidupan

9

Susilowati, Pembelajaran, hal. 3.

10

Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surakarta: Bringin 55,_____), hal. 106.

11

Yeni, “Pembelajaran”,


(19)

10

beragama dan sebagai salah satu sarana pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.12

7. SMAN 3 Sidoarjo

SMA Negeri 3 Sidoarjo, adalah Sekolah Menengah Atas Negeri, yang terletak di Jalan Dr Wahidin No 130 Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia.

Dengan demikian yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah daya yang ditimbulkan dari strategi pembelajaran tutor sebaya (pembelajaran sesama teman peserta didik) untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu pencapaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

F. Sistematika Pembahasan

Agar penyusunan skripsi penelitian ini terarah, sistematika dan saling berhubungan satu bab dengan bab yang lain maka peneliti secara umum dapat menggambarkan susunannya sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelititan, batasan masalah, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

12

Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hal. 172.


(20)

11

BAB II : Kajian Teori. Pada bab ini membahas beberapa tinjauan teori dari penelitian, yakni tentang strategi pembelajaran tutor sebaya yang meliputi; pengertian strategi pembelajaran, pengertian tutor sebaya, syarat-syarat sebagai tutor sebaya, tujuan dan fungsi tutor sebaya, kelebihan dan kekurangan, jenis-jenis tutorial, waktu dan tempat tutorial, dan tinjauan pencapaian nilai KKM, meliputi; Pengertian KKM, Landasan & mekanisme, dan Fungsi KKM dalam pembelajaran, dan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi; definisi, tujuan dan Ruang Lingkup, dan kedudukan dan fungsi dan strategi pembelajaran PAI, serta kajian tentang pengaruh strategi pembelajaran tutor sebaya terhadap pencapaian nilai KKM.

BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini membahas metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini, yang meliputi: pengertian, jenis dan rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan tehnik analisis data.

BAB IV : Laporan Hasil Penelitian. Pada bab ini membahas tentang: Paparan gambaran umum obyek penelitian terkait SMAN 3 Sidoarjo. Kemudian penyajian data yang meliputi data tentang pengaruh strategi pembelajaran tutor sebaya, data siswa di SMAN 3 Sidoarjo. Analisis data yang meliputi adanya Pengaruh Strategi


(21)

12

Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Pencapaian Nilai KKM Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN 3 Sidoarjo.

BAB V : Penutup. Merupakan bagian akhir yang berisi simpulan dan jawaban atas rumusan masalah serta berisi tentang saran.


(22)

13

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, strategi merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu keuntungan. Strategi juga didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk seleksi dan mengatur kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan dalam satuan pelajaran. Strategi pembelajaran sebagai metode-metode untuk memanipulasi untuk unsur-unsur pengetahuan. Strategi pembelajaran merupakan metode-metode untuk memanipulasi untuk unsur-unsur bahan-bahan pengetahuan. 14

Strategi Pembelajaran adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari siswa.15

Strategi Pembelajaran merupakan prinsip-prinsip dan metode-metode dalam pemilihan urutan pengulangan belajar dalam suatu proses

14

Martinis Yamin, Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran (Jakarta: Referensi GP Press Group, 2013), hal. 1-4.

15

Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hal. 101.


(23)

14

pembelajaran yang berkaitan erat dengan situasi belajar atau model pembelajaran.

Strategi pembelajaran agama sebagai proses merupakan suatu sistem, yang tidak terlepas dari komponen-komponen lainnya, yang mana satu dengan lainnya saling berkaitan, salah satu komponen dalam proses tersebut adalah strategi pembelajaran.16

Adapun pengertian strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

a. Strategi Pembelajaran Ekspoitri

Strategi Pembelajaran ekspoitri adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai pelajaran dengan optimal. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah.

b. Strategi Pembelajaran Inquiry

16

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 155.


(24)

15

Strategi Pembelajaran inkuiri adalah rangkain kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah. salah satu metode dalam strategi ini adalah metode tutor sebaya.

c. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan yang memiliki latar belakang kemampuan, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda.17

3. Dasar memilih Strategi Pembelajaran

Secara umum ada empat dasar dalam menentukan strategi pembelajaran, yakni:

a. Mengindentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya.

17

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 189-194.


(25)

16

d. Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belaja rmengajar sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).18

Selain empat dasar diatas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga sebelum mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan agama, yakni:

1) Tujuan pembelajaran umum pendidikan Agama (dapat dilihat pada silabus atau garis-garis besar program pembelajaran yang diberlakukan). 2) Karakteristik bidang studi pendidikan Agama.

3) Karakteristik siswa yang akan mengikutinya (dapat diketahui melalui pre tes secara lisan maupun tertulis, angket dan lainnya).19

B. Tinjauan tentang Tutor Sebaya

1. Pengertian Tutor Sebaya

Sebagai pelaksanaan program pembelajaran di kelas, seorang guru seyogyanya memilih strategi pembelajaran atau metode mengajar yang sesuai bagi siswa. Sebab penanganan siswa yang tidak mencapai keberhasilan dalam tujuan tidak harus selalu dilaksanakan oleh guru. Pemanfaatan strategi pembelajaran tutor sebaya yang dipimpin oleh guru, diharapkan memberikan hasil yang lebih baik dan optimal dari pada penyampaian langsung dari guru,

18

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 46.

19

Muhaimin, Strategi, hal. 106-107.


(26)

17

karena hubungan teman biasanya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa.20 Ada pula yang mengatakan bahwa tutor sebaya adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, petunjuk arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efektif dan efisien.21

Tutor sebaya adalah sebuah metode dimana peserta didik memberikan bantuan bimbingan pembelajaran kepada peserta didik lainnya.

Hal tersebut sesuai dengan semangat nilai Al-Qur’an dalam surat Ali Imron ayat 79,

















“Jadilah kamu orang-orang yang beramal, melaksanakan apa yang engkau ajarkan kepada orang-orang, dan apa yang engkau pelajari.” 22

Nabi yang telah diberi kitab dan hikmah memerintahkan agar menjadi manusia yang rabbaniy secara langsung, tidak melalui perantara atau

tawassul. Nabi memberikan petunjuk kepada mereka para wasilah hakiki

20

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar Edisi Revisi (Jakarta: PT Rienaka Cipta, 2004), hal. 184.

21

Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hal. 169.

22

Departemen Agama, Al-Quran Dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), hal. 60.


(27)

18

yang dapat mengantarkan seseorang ke arah rabbaniy yaitu mengajarkan al-kitab dan mempelajarinya. Sebab, dengan ilmu al-kitab, mengajarkan, dan mengamalkannya seseorang bisa menjadi rabbaniy yang diridhoi Allah. Ilmu yang tidak bisa membangkitkan amal bukanlah ilmu yang benar. Karena itulah ayat ini tidak disebutkan secara jelas penuturan perintah beramal, karena cukup dengan hal tersebut.23

Dengan melihat tafsir dari ayat diatas, seseorang bisa dikatakan sebagai

rabbaniy yaitu Orang yang selalu taat kepada Allah dan selalu mendapatkan ridho-Nya apabila seorang itu belajar sesuatu dan mengajarkannya. Dengan kata lain, mengajarkan dalam konteks ini sesama teman sebaya bisa pula dikategorikan sebagai hal tersebut diatas.

Sudah merupakan suatu keharusan bagi seorang tutor sebaya untuk mengajarkan dan mengamalkan pengetahuannya kepada teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar, dengan kata lain sebuah keharusan seorang peserta didik membantu bimbingan belajar kepada peserta didik lainnya dalam proses belajar mengajar.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya merupakan pembelajaran yang mandiri, karena siswa menggantikan fungsi guru untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, adapun tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yaitu dalam hal

23

Ahmad Mustafa Al-maragi, terj. Bahrun Abubakar, dkk. Tafsir AL-Maraghi 3,.(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm. 339.


(28)

19

meningkatkan prestasi belajar anak dan motivasi belajar anak sehingga memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah.

2. Syarat-syarat Tutor Sebaya

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang tutor sebelum memberikan bantuan bimbingan kepada sebayanya diantaranya yaitu:

a. Menguasai bahan yang ditutorkan

Seorang peserta didik yang menjadi tutor bagi teman sebayanya atau peserta didik lain harus paham dan menguasai tentang materi pelajaran yang akan di ajarkan ke teman sebayanya.

b. Mengetahui cara mengajarkan bahan

Selain menguasai bahan atau materi yang akan diajarkan kepada teman sebayanya, seorang peserta didik itu harus tahu cara mengajarkan atau menularkan kepada teman yang lain. Karena, kadang kala peserta didik mampu menguasai materi tertentu tidak bisa menyampaikan atau mengajarkan kepada peserta didik yang lain. Hal ini, tentu akan menjadi hambatan jika seorang peserta didik tidak mampu mengajarkan kepada temannya.

c. Memiliki hubungan emosional yang baik.

Memiliki hubungan emosional yang baik artinya adanya suasana hubungan yang lebih akrab dan dekat antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu. Dengan hubungan emosional yang


(29)

20

baik kepada peserta didik lain maka kegiatan tutorial akan berjalan dengan baik. Begitu pun sebaliknya, kegiatan tutorial tidak dapat berjalan jika antara teman sebaya tidak mempunyai hubungan yang baik atau tidak akrab.

Menurut Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain mengemukakan bahwa yang terpenting untuk menjadi seorang tutor sebaya adalah sebagai berikut: a. Dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapatkan program

perbaikan sehingga tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.

Yang terpenting dalam tutor sebaya adalah siswa atau peserta didik yang menjadi objek tutor oleh peserta didik yang mampu menjadi tutornya bersedia untuk menjadi tutornya. Karena pelaksanaan tutor sebaya tidak bisa berjalan apabila peserta didik tidak menerima atau tidak bersedia ditutori oleh teman sebayanya yang mampu tersebut.

b. Tidak tinggi hati, kejam atau keras terhadap sesama kawan.

Seorang peserta didik yang menjadi tutorial kepada teman sebayanya bisa dikatakan dia menjadi guru bagi temannya. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kompetensi yang baik, yaitu mempunyai Budi Pekerti yang baik (akhlakul karimah).

Menurut Zakiah Darajat, Budi pekerti yang baik (akhlakul karimah) sangat penting untuk dimiliki oleh seorang guru (pendidik). Sebab, semua sifat dan akhlak yang dimiliki seorang guru akan senantiasa ditiru oleh


(30)

21

anak didiknya. Yang dimaksud akhlak baik yang harus dimiliki oleh guru dalam konteks pendidikan Islam ialah akhlak yang sesuai dengan tuntunan agama Islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama Nabi Muhammad SAW dan para utusan Allah yang lainnya.24

Dengan sifat pekerti yang baik (akhlakul karimah) yang dimiliki oleh seorang peserta didik yang menjadi tutorial, maka akan berpengaruh baik pula kepada peserta didik yang lain atau teman sebayanya.

c. Mempunyai daya kreatif yang cukup untuk memberikan bimbingan yang dapat menerangkan pembelajaran kepada temannya.25

Selain mempunyai budi pekerti yang baik, seorang peserta didik tutorial juga perlu mempunyai daya kreatif yang cukup agar dalam menyampaikan bahan materi kepada teman sebayanya menjadi lebih mudah untuk dipahami.

Selain hal terpenting yang telah dijelaskan di atas, seorang guru harus tetap mengadakan pengamatan secara kontinyu pada setiap kelompok, untuk memastikan tutor sebaya tidak melakukan kesalahan dalam mentransfer ilmu, bahkan terkadang pertukaran anggota pada setiap kelompok dapat dilakukan bila terdapat permaslahan pada satu kemlompok.

3. Tujuan dan Fungsi Tutor Sebaya

a. Kegiatan tutor sebaya mempunyai tiga tujuan yaitu:

24

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 44.

25

Syaifu Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2006), hal. 25.


(31)

22

1) Meningkatkan penguasaan para siswa sesuai dengan muatan dalam modul-modul untuk melakukan penanganan materi yang relevan. Dengan adanya tutor sebaya, para peserta didik akan lebih menguasai materi pelajaran yang sedang dibelajarinya. Karena dengan bantuan tutor teman sebayanya seorang peserta didik lebih mampu memahami materi yang diberikan oleh guru.

2) Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tentang cara memecahkan, mengatasi kesulitan agar mampu membimbing diri sendiri.

Kendala dalam pembelajaran salah satunya adalah kesulitan yang ditemui oleh siswa untuk memahami materi dalam pelajaran. Maka dengan adanya tutor sebaya bertujuan untuk membantu meningkatkan ketrampilan dan mencari solusi atas masalah yang sulit ditemukan peserta didik bersama-sama dengan peserta didik lain.

3) Untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang belajar mandiri dan menerapkannya pada masing-masing modul yang sedang dipelajari. Setelah peserta didik secara bersama-sama belajar mandiri, dan tingkat pemahaman pada materi pelajaran telah tercapai maka selanjutnya seorang peserta didik diharapkan mampu belajar mandiri dan menerapkannya pada masing-masing modul materi mata pelajaran.


(32)

23

1) Kulikuler, yakni sebagai pelaksana dan GBPP sebagaimana telah dibutuhkan bagi masing-masing modul dan mengkomunikasikannya kepada siswa

2) Intruksional, yakni melaksanakan proses pembelajaran agar para siswa aktif belajar mandiri melalui modul yang ditetapkan.

3) Diagnosis bimbingan, yakni membantu para siswa yang mengalami kelambatan dalam mempelajari modul berdasarkan hasil penilaian baik formatif maupun sumatif, sehingga siswa mampu membimbing diri sendiri.

4) Administratif, yakni melaksanakan pencetakan, pelaporan, penilaian, dan teknik administratif lainnya sesuai tuntutan program modular 5) Personal, yakni memberikan keteladanan kepada siswa seperti

penguasaan materi modul, cara belajar, sikap dan perilaku yang secara tidak langsung menggugah motivasi belajar mandiri dan motif berprestasi.26

4. Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya

a. Kelebihan tutor sebaya

1) Adakalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut dan enggan kepada gurunya.

2) Siswa akan lebih termotivasi karena belajar mandiri dengan teman sebayanya.

26

Ahmadi, Strategi, hal. 169-170


(33)

24

3) Siswa akan lebih senang belajar karena biasanya terdapat siswa yang sukar belajar karena faktor guru yang kurang ramah.

4) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang dibahas.

5) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang rasa tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas, dan melatih kesabaran.

6) Mempererat hubungan sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

b. Kekurangan tutor sebaya

1) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena berhadapan dengan temannya sendiri, sehingga hasilnya kurang memuaskan.

2) ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh temannya.

3) Pada kelas-kelas tertentu, pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.

4) Bagi guru biasanya pada kelas tertentu sulit untuk menemukan tutor yang tepatbagi seseorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing.


(34)

25

5) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakan kembali pada kawan-kawannya.27

Pelaksanaan tutor sebaya dalam penelitian ini diharapkan peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan bantuan dari kawan sebaya nya. Sehingga dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep. Disisi lain tingkat kemampuan akademik peserta didik di sekolah beragam dan sangat mungkin dioptimalkan melalui tutorial teman sebaya (peer colaboration).

5. Jenis-jenis Kegiatan Tutorial

Kegiatan tutorial mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Pemantapan, yaitu memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa sesuai dengan modul yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pengayaan, yaitu memperluas pengetahuan dan pengalaman siswa sehingga hal-hal yang telah dipelajari dari modul menjadi lebih jelas, luas, dan terpadu.

c. Bimbingan, yaitu membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan dan pemecah masalah.

d. Perbaikan, memperbaiki kelemahan atau kekurangan-kekurangan siswa dalam mempelajari materi modul, baik dalam satu bagian maupun dalam keseluruhan bahan modul, melalui pengajaran remidial.

27

Syaiful, Strategi, hal. 26-27.


(35)

26

e. Pembinaan, yaitu membina para siswa terutama dalam hal belajar mandiri, pembuatan tugas-tugas, prosedur penilaian, dan lain-lain.

6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tutorial

Waktu pelaksanaan tutorial:

a. Pelaksanaan tutorial paling sedikit satu kali untuk setiap modul (misalnya jangka tiga bulan)

b. Diharapkan kegiatan tutorial dilaksanakan setiap bulan pada minggu ketiga atau keempat dalam bulan yang bersangkutan, misalnya pada hari sabtu.

c. Diharapkan kegiatan tutorial dilaksanakan kapan saja sesuai dengan dukungan yang diperlukan.

d. Tempat pelaksanaan tutorial: kegiatan tutorial dilaksanakan ditempat yang telah ditentukan.28

Pelaksanaan tutor sebaya dalam penelitian ini diharapkan bagi siswa – siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep. Disisi lain, tingkat akademik peserta didik di sekolah beragam dan sangat dimungkinkan melalui pembelajaran tutor sebaya (peer collaboration).

28

Ahmadi, Strategi, hal. 170-171.


(36)

27

C. Tinjauan Pencapaian nilai KKM

1. Pengertian Kriteria ketuntasan minimal (KKM)

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah “Kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan dan KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi”.29

KKM adalah “Batas ketuntasan setiap mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah melalui analisis indikator dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik setiap indikator, dan kondisi satuan pendidikan”.30

KKM merupakan standar terendah yang harus dicapai oleh setiap siswa melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). KKM adalah batas minimal ketercapaian siswa dalam kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai.31

Penetapan KKM dilakukan sebelum awal tahun ajaran dimulai karena KKM merupakan kriteria minimal sebagai tolak ukur pencapaian kompetensi dan standar pengukuran paling awal untuk mengukur dan menilai hasil belajar yang telah dicapai oleh setiap siswa melalui Kegiatan

29

Permendiknas, Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal, 2009. hal. 3.

30

Depdiknas, Rancangan Hasil Belajar (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas-Direktorat Jendral Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah-Departemen pendidikan Nasional, 2008), hal. 32.

31

Departemen Agama Provinsi Jawa Timur: Pedoman dan Implementasi KTSP di Madrasah, 2009. hal. 85.


(37)

28

Belajar Mengajar (KBM). Pada saat kegiatan Belajar Mengajar KKM akan memberikan petunjuk bagi tenaga pendidik di tingkat satuan pendidikan untuk merumuskan langkah-langkah yang realistik dan terukur.32

KKM ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Mengacu pada Petunjuk Teknis Penetapan Nilai KKM Direktorat Pembina SMU Depdiknas, setidaknya ada empat unsur tenaga kependidikan yang harus terlibat dalam perumusan KKM diantaranya yaitu: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang akademik atau kurikulum, TPK (Tim Pengembangan Kurikulum) sekolah, dan Guru atau Msyawarah Guru Mata pelajaran. Masing-masing memiliki bidang kerja yang berbeda. Namun menjadi kesatuan sinergis yang tidak terpisahkan.33

Pertimbangan pendidik atau forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) secara akademis menjadi pertimbangan utama dalam penetapan KKM.34 Penetapan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) atau kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut akan berbeda setelah

32

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam dan Kementrian Agama Republik Indonesia, Modul Pengembangan Profesionalismme Guru: Materi Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI), (LPTK Fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012), hal. 112-114.

33

Depdiknas, Petunjuk Teknis (Juknis) Penetapan Nilai KKM (Jakarta: Direktorat Pembina Sekolah Menengah Umum-Departemen Pendidikan Nasional, 2010), hal. 25-26.

34

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Modul Pengembangan Profesionalismme Guru, hal. 115.


(38)

29

diperhitungkan tingkat kompleksitas, daya dukung, dan intake (kemampuan rata-rata peserta didik) masing-masing satuan pendidikan.35

2. Landasan dan Mekanisme Penetapan KKM

Kebijakan Pemerintah dibidang Pendidikan telah bergulir dengan ditetapkannya pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi 8 standar, yaitu:

a. Standar Isi yang terkandung dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 b. Standar Proses yang terkandung dalam Permendiknas No.41 Tahun

Standar Kompetensi Kelulusan yang terkandung dalam Permendiknas No.23 dan No6 Tahun 2007

c. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang terkandung dalam Permendiknas No.12 dan 13 Tahun 2007

d. Standar Sarana dan Prasarana yang terkandung dalam Permendiknas No.24 Tahun 2007

e. Standar Pengelolaan yang terkandung dalam Permendiknas No.19 Tahun 2007

f. Standar Pembiayaan yang terkandung dalam Permendiknas No.16 dan 18 Tahun 2007

g. Stanndar Penilaian Pendidikan yang terkandung dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007

35

Muhaimin, dkk. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 366.


(39)

30

Permendiknas No. 20 Tahun 2007 memberikan acuan penting bahwa, KKM bagi mata pelajaran yang tidak diujikan dalam Ujian Nasional menjadi instrumen untuk mengukur dan menilai kompetensi puncak siswa, sehingga sekolah dapat menentukan standar nilai yang harus dicapai siswa dan menentukan lulus atau tidaknya, siswa yang belum mencapai standar nilai dikatakan belum tuntas.36

Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kulaitatif yaitu melalui Professional Judgement

oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Dan melalui metode kuantitatif yaitu dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan.

Adapun penetapan nilai KKMnya dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. Indikator sebagai acuan atau rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik UH (Ulangan Harian), UTS (Ulangan tengah Semester), dan UAS (Ulangan Akhir Semester). Dalam soal ulangan ataupun tugas tersebut harus mampu mencerminkan atau menampilkan pencapaian indikator yang diujikan.

Tiga Komponen penting yang harus diperhatikan dalam menentukan KKM:

36

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Modul Pengembangan Profesionalismme Guru, hal. 112.


(40)

31

a. Tingkat Kompleksitas

Yaitu tingkat kesulitan atau kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki kompleksitas tinggi apabila dalam pencapaiannya didukung sekurang-kurangnya satu dari beberapa jumlah kondisi, yaitu:

1) Guru memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan kepada peserta didik.

2) Guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi

3) Guru menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan

4) Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi

5) Peserta didik yang cakap dan terampil menerapkan konsep

6) Peserta didik yang cermat, kreatif, dan inovatif dalam penyelesaian tugas

7) Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan atau latihan


(41)

32

8) tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar.37

Jika dalam satu indikator hanya meliputi sebagian dari kondisi di atas maka dapat dikatakan memiliki kompleksitas sedang. Sementara, ketika tidak memerlukan kondisi tersebut indikator dapat dinyatakan memiliki kompleksitas rendah.38

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingktan atau taraf. tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu daopat dikuasai oleh siswa.

2) Baik sekali/ optimal: Apabila sebagian besar (76% sampai dengan 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 3) Baik/ minnimal: Apabila bahan pelajaran uang dajarkan hanya 60%

sampai dengan 75% saja yang dikuasai oleh siswa.

4) Kurang: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% yang dikuasai oleh siswa.39

37

Ibid., hal. 118-120.

38

Depdiknas, Petunjuk Teknis (Juknis), hal. 24.

39

Ibid., hal. 122.


(42)

33

Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.

b. Tingkat Daya dukung

Yaitu ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat atau bahan lain untuk proses pembelajaran. Selain sumber daya pendukung di atas ketersediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga sangat diperluakan seperti biaya operasional pembelajaran, dukungan kebijakan, manajemen sekolah, dukungan visi, misi, tujuan dan program sekolah serta kepedulian

stakeholders sekolah.

Setidaknya dalam satuan pendidikan terdapat sumber daya pendukung pembelajaran sebagaimana yang menjadi bagian dari aspek-aspek yang disupervisi seperti gedung sekolah dan bangunan-bangunan pendukungnya, fasilitas atau sarana kegiatan pembelajaran, media pembelajaran dan seterusnya.40

c. Tingkat Intakes

40

Departemen Agama, Panduan tugas Jabatan Fungsional pengawas Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Islam-departemen Agama RI, 2000).


(43)

34

Yaitu tingkat rata-rata kemampuan atau kompetensi awal peserta didik yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk menetapkan intake peserta didik yang duduk di kelas I, VII dan kelas X didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta didik baru, nilai ujian Nasional, rapor tingkat akhir, tes seleksi masuk atau psikotes. Sedangkan penetapan untuk peserta didik yang duduk di kelas II dan seterusnya, VIII dan seterusnya, XI dan seterusnya berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya dengan selalu mempertimbangkan keterkaitan antara indikator dengan indikator sebelumnya yang telah dicapai oleh peserta didik.41

Adapun Langkah-langkah dalam menentukan KKM adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan KKM untuk setiap indikator

b. Menetapkan KKM untuk setiap Kompetensi Dasar melalui rerata dari KKM Indikator

c. Menetapkan KKM untuk setiap standar Kompetensi melalui rerata dari KKM kompetensi Dasar

41

Depdiknas, Petunjuk Teknis (Juknis), hal. 25.


(44)

35

d. Menetapkan KKM untuk setiap aspek mata pelajaran melalui rerata dari KKM Standar kompetensi, Kompetensi dasar, dan Indikator yang telah dipetakan berdasarkan aspek.42

e. Hasil Penetapan KKM oleh guru atau MGMP disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian f. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu peserta didik, orangtua dan dinas pendidikan, g. KKM dicantumkan dalam Laporan Hasil belajar pada saat hasil

penilaian dilaporkan kepada orangtua.43

Untuk memudahkan analisis setiap indikator bisa dengan cara: a. Memberikan point pada setiap kriteria yang ditetapkan, seperti:

Tabel 2.1 Point Kriteria KKM

No. KOMPONEN

KRITERIA

Tinggi Sedang Rendah

1. Kompleksitas 1 2 3

2. Daya Dukung 3 2 1

3. Intake 3 2 1

42

Departemen Agama Provinsi Jawa Timur., hal. 86.

43

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, hal. 119-120.


(45)

36

b. Menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria, seperti: Tabel 2.2

Rentang Nilai Kriteria KKM

No. KOMPONEN

KRITERIA

Tinggi Sedang Rendah

1. Kompleksitas 50-64 65-80 81-100

2. Daya Dukung 81-100 65-80 50-64

3. Intake 81-100 65-80 50-64

Satu contoh ketika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi, dan intake siswa sedang, maka nilai KKM dapat digambarkan sebagai berikut:

1 + 3 + 2

9 × 100 = 66,7

Dengan demikian, jika dibulatkan maka angka KKM yang dimiliki 67.44

3. Fungsi KKM dalam Pembelajaran

Beberapa fungsi dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran antara lain:

44

Departemen Agama Provinsi jawa Timur, hal. 87.


(46)

37

a. Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.

Setiap kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remidial atau layanan pengayaan. selain itu dapat digunakan sebagai bagian dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

b. Sebagai acuan untuk peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran.

Setiap kompetensi dasar dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui kompetensi dasar apa saja yang belum tuntas dan perlu perbaikan.

c. Dengan KKM dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolak ukur.

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat digunakan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan


(47)

38

dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:

1) Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dasn bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya erap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

2) Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam aktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mnemperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3) Tes Sumatif

Tes ini digunakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk


(48)

39

kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.45

Dalam praktek peilaian di madrasah, ulangan yang lazim dilaksanakan itu dapat dianggap tes subsumatif, sebab ruang lingkup dan tujuan ulangan tersebut sama dengan tes subsumatif. Bahkan di beberapa sekolah (madrasah) ada tes formatif. Namun demikian, hasil tes ataupun ulangan tersebut pada dasarnya bertujuan memberikan gambaran tentang keberhasilan proses belajar mengajar. Keberhasilan itu dilihat dari segi keberhasilan proses dan keberhasilan produk.

d. Menentukan KKM merupakan kontrak pedagogik antara guru dan siswa dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara guru, siswa, pimpinan satuan pendidikan, dan orangtua. Guru melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Siswa melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain oleh guru. Orangtua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi anak-anaknya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan

45

Syaiful Djaramah, Strategi, hal. 121.


(49)

40

pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.

e. KKM merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan yang memiliki KKMtinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolak ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu kinerja satuan pendidikan dalam penyelenggaraan program pendidikan.

D. Tinjauan tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam



















Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(Al-Quran Surah Ali Imran Ayat 104)46

Ajaran Islam mengajarkan bahwa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan membawa fitrah (kecenderungan untuk menerima kebenaran Islam) tetapi orang tua dan lingkugannya yang menjadikan lain dari fitrahnya itu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

46

Departemen Agama, Al-Quran Dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), hal. 63.


(50)

41

ﺴ ﺴ ﺴو ِْﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ِ ﺒ ُلﻮُ ﺴر ﺴلﺎﺴ

ُﺒﺴﻮﺴـﺴﺄﺴ ِةﺴﺮْﻄِْﺒ ﻰﺴﺴ ُﺪﺴﻮُ ِإ ﺳدﻮُْﻮﺴ ْ ِ ﺎﺴ

ِِﺒﺴﺮﱢ ﺴُـﺴو ِِﺒﺴدﱢﻮﺴﻬُـ

ِِﺎﺴ ﱢ ﺴُﺴو

ﺴﺮْـﺒﺴو ﺴةﺴﺮْـﺴﺮُ ﻮُﺴأ ُﻮُﺴـ ُﺛ ﺴءﺎﺴ ْﺪﺴ ْ ِ ﺎﺴﻬ ِ ﺴنﻮ ُِ ْ ﺴ ﺴءﺎﺴْ ﺴ ًﺔﺴ ِﻬﺴ ُﺔﺴ ِﻬﺴْﺒ ُ ﺴُْـ ﺎﺴ ﺴ

ﺒوُء

ُْْﺌِﺷ ْنِإ

{

ِﺪْﺴـ ﺴ ﺎﺴﻬْـﺴﺴ ﺴﺞﺎ ﺒ ﺴﺮﺴﻄﺴ ِ ﺒ ِ ﺒ ﺴةﺴﺮْﻄِ

ِ ﺒ ِْﺴ ِ ﺴ

}

ﺴﺔﺴْﺴﺷ ِﺴأ ُْ ِﺮْﺴ ﻮُﺴأ ﺎﺴﺴـﺛﺪﺴ ﺴﺔﺴ ْﺒ

ْ ﺴ ﺳﺮﺴْﺴ ْ ﺴ ﺎﺴ ُ ﺴِ ِﺨﺒزﺮ ﺒ ُﺪْﺴ ﺎﺴﺴﺮﺴـْ ﺴأ ﺳﺪْﺴُ ُْ ُﺪْﺴ ﺎﺴﺴـﺛﺪﺴ و ﺘ ﻰﺴْﺴْﻷﺒ ُﺪْﺴ ﺎﺴﺴـﺛﺪﺴ

ﺒﺴﺬﺴﻬِ ﱢيِﺮْﺰ ﺒ

ﺴُْـ ﺎﺴ ﺴ ﺴلﺎﺴﺴو ِدﺎﺴْ ِْﻹﺒ

ﺴءﺎﺴ ْ ﺴ ْﺮُْﺬﺴ ْﺴﺴو ًﺔﺴ ِﻬﺴ ُﺔﺴ ِﻬﺴْﺒ ُ

Artinya: “Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada

dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yg akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi ' Lalu Abu Hurairah berkata; 'Apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah yg berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yg telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Alaa Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, & telah menceritakan kepada kami 'Abd bin Humaid; telah mengabarkan kepada kami 'Abdurrazzaq keduanya dari Ma'mar dari Az Zuhri dgn sanad ini & dia berkata; 'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya. -tanpa menyebutkan cacat. [HR. Muslim No.4803]”.47

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapatlah kita merumuskan bahwa pendidikan adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.

Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.48

Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang secara sadar dilakukan oleh guru mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama

47

Al-hafizh Zaki Al-Din Abd Al-Azhim Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim (Bandung: Mizan, 2002).

48

Muhaimin. dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hal. 1.


(51)

42

yang diperlukan dalam pengembangan kehidupan beragama dan sebagai salah satu sarana pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.49

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempengaruhi siswa secara berencana dalam rangka pembentukan dan pengembangan pribadi siswa sesuai dengan agama atau syariat Islam.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. suatu kegiatan yang akan berakhir, bila tujuannya sudah tercapai, dan kegiatannya berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.50

Tujuan Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting karena merupakan arah yang akan dituju oleh pendidikan itu. Untuk memrumuskan tujuan pendidikan, pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasioonal diri, perasaan dan kepekaan manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, yakni spiritual, intelektual, imajinasi, fisikal, ilmiah

49

Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 172.

50

Zuhairini. dkk. Metodologi Pendidikan Agama Islam (Solo: Ramadhani, 1993), hal. 18.


(52)

43

dan linguistik, baik secara individual maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.51

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan prbadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini sesuai dengan firman Allah:





Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Al-Quran Surah Adz-Dzariyat: 56)52

Dari tujuan diatas dapat ditarik beberapa dimensi, yaitu: dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam, dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam, dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam, dan yang terakhir adalah dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati oleh peserta didik itu mampu diamalkan dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertakwa

51

Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hal. 2.

52

Departemen Agama, Al-Quran Dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), hal. 523.


(53)

44

kepada Allah dan berakhlak mulia serta diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.53

Pendidikan Agama Islam pada jenjang Pendidikan Menengah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhalak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan yang diharapkan dari peserta didik, pada jenjang sekolah menengah ialah: bergairah beribadah, mempu berdzikir dan berdoa. Mampu membaca Al-Quran dan menulisnya dengan benar serta berusaha memahaminya. Terbiasa berkepribadian muslim (berakhlak mulia). Mampu memahami tarikh Islam dan terbiasa menerapkan aturan-aturan dasar syariah Islam dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dari definisi perumusan diatas bahwa tujuan terakhir Pendidikan Agama Islam lerletak pada realisasi sikap penyerahan dari sepenuhnya pada Allah SWT, baik secara perorangan masyarakat maupun sebagai umat manusia keseluruhannya seperti yang terkandung dalam firman Allah:













Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Quran Surah Al-An’am: 162)54

53

Muhaimin, Strategi, hal. 2.


(54)

45

Untuk mencapai tujuan dan kemampuan diatas, maka ruang lingkup Pandidikan Agama Islam meliputi: keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan makhluk lain serta lingkungannya. Dari ruang lingkup ini dijabarkan ke dalam bahan-bahan pelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al-Quran, akhlak, muamalah, syariah dan tarikh atau sejarah (kebudayaan) Islam.55

Pendidikan Agama Islam dalam aspek Al-Quran Hadits berfungsi untuk mengarahkan dan penghayatan pada isi yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits.

Aspek Aqidah Akhlak (kemimanan dan akhlak) berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada peserta didik agar menghayati dan meyakini rukun iman serta menjadikannya sebagai landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam lingkungan sekitar.

54

Departemen Agama, Al-Quran Dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2014), hal. 150.

55

Muhaimin, Strategi, hal. 128.


(55)

46

Adapun dalam aspek fiqh (ibadah, syariah dan muamalah) telah diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina siswa untuk mengetahui, memahami, menghayati, hukum Islam untuk dapat diamalkan dan dijadikan pedomann dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan dalam aspek Sejarah Kebudayaan Islam (tarikh) berfungsi untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina siswa untuk mengetahui, memahami, dang menghayati sejarah perkembangan agama dan kebudayaan Islam dan dapat menjadikannya sebagai suri tauladan, motivator, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.56

Pendidikan Agama Islam dikatakan berhasil apabila telah mencapai titik tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan prbadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun tujuan tersebut belum berhenti sampai disitu, kehidupan yang baik setelah manusia hidup di dunia ini adalah tujuan terakhir dari Agama Islam. Bisa dikatakan semua manusia bertujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

56

Muhaimi, Strategi, hal. 129-130.


(56)

47

Dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Pendidikan Agama (Islam) diharapkan berperan sebagai upaya penguasaan dan pengembangannya dan iptek pun diharapkan sebagai upaya pengembangan untuk memperkuat agama. Dalam kata lain, mampukah pendidikan agama menegakkan landasan akhlak karimah, yang menjadi tiang utama ajaran agama, tatkala dominasi temuan iptek sudah demikian hebat dan menguasai segala perbuatan dan pikiran umat manusia.57

Ilmu pengetahuan berbicara know what dan know why, dan teknologi berbicara know how. sedangkan agama yang bisa menuntun manusia untuk memilih mana yang patut, bisa, benar dan baik untuk dijalankan oleh manusia. Maka, kedudukan agama dalam hal ini sangatlah penting sebagai kontrol diri manusia.

Pendidikan Agama Islam di sekolah/ madrasah sebenarnya berfungsi sebagai pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, sumber nilai dan pengajaran.

a. Pengembangan

Berarti kegiatan pendidikan agama berusaha menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan

57

Ibid..., hal. 6.


(57)

48

dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penyaluran

Berarti pendidikan agama berusaha menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus yang ingin mendalami bidang agama, agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimmal, sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

c. Perbaikan

Berarti kegiatan pendidikan agama berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam hal keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai seorang manusia biasa pasti banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam kehidupannya baik itu kesalahan-kesalahan kecil maupun kesalahan yang bersifat prinsip selain itu seorang manusia juga tidak terlepas dari kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu hadirnya mata pelajaran PAI di sekolah berfungsi sebagai perbaikan yang mana menuntun peserta didik supaya selalu ada dijalan agama sebagaimana yang telah disyariatkan dalam Islam.

d. Pencegahan

Berarti kegiatan pendidikan agama berusaha untuk mencegah dan menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing


(58)

49

yang dapat membahayakan peserta didik dan mengganggu perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

Salah satu pencegahan kenakalan remaja keluarga harus memberi pembekalan pendidikan agama mulai dini. Agama merupakan tameng bagi remaja dalam kehidupan, dengan agama akan mampu menjadikan kematangan pribadi yang kuat, karena dalam agama akan di tunjukkan mana yang salah dan mana yang benar, agama akan jadi filter atau penyaringan bagi remaja dalam pergaulan dan menghadapi pengaruh – pengaruh negative dari luar

e. Penyesuaian

Berarti kegiatan pendidikan agama berusaha membimbing peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosialnya dan dapat mengarahkannya untuk dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

f. Sumber Nilai

Berarti kegiatan pendidikan agama berusaha memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia akhirat.

Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya ‘keberhargaan’ (worth) atau ‘kebaikan’ (goodness),


(59)

50

dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.58

Dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dicapai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai adalah sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau kelompok (The believed capacity of any object to statisty a human desire). Jadi pada hakekatnya, nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada obyek, bukan obyek itu sendiri. Sesuatu dikatakan mengandung nilai jika memiliki sifat atau kualitas yang melekat padanya. Dengan demikian, nilai adalah suatu keyataan ‘tersembunyi’ di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Nilai ada karena adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.

Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila berguna/berharga (nilai kegunaan), benar (nilai kebenaran), baik (nilai moral, dan etika), religius (nilai agama).

58

Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, Ikhtiar Mewujudkan Pendidikan Bernilai Ilahiah dan Insaniah di Indonesia (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal. 16.


(60)

51

Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Dalam pengertian yang sama Mardiatmadja sebagaimana dikutip oleh Rohmat Mulyana mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya.59

Pendidikan nilai yang mencakup keseluruhan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Pendidikan sebagai sumber nilai Pendidikan Agama Islam, tentu pengajaran atau bimbingan tentang nilai yang akan ditanamkan kepada peserta didik adalah penanaman nilai melalui PAI.

g. Pengajaran

Kegiatan pendidikan agama berusaha untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.60

Melihat dari beberapa fungsi di atas, Fungsi pendidikan agama Islam disekolah berarti suatu usaha yang dilakukan oleh Guru kepada siswa atau peserta didik untuk membentuk dan menjaga karakter siswa dengan baik.

59

Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki tahun 2000 (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993), hal. 78.

60

Ibid., hal. 12.


(1)

119

dapat dibuktikan dari pengolahan data dengan regresi linier yang menunjukkan bahwa:

a. Dilihat dari uji signifikasi dengan taraf signifiknsi 5% :

Diperoleh Fsign hitung = 2,265 dan Fsign tabel = 4,14. Sehingga Fsign hitung < Fsign

tabel (2,265 < 4,14), ini berarti hasilnya adalah ada pengaruh yang signifikan

antara kedua variabel penelitian.

b. Jika dilihat dari uji signifikasi dengan taraf signifiknsi 5% :

Diperoleh Fline hitung =1,320 dan Fline tabel = 2,34. Sehingga Fline hitung < Flinetabel

(1,320 < 2,34), ini berarti hasilnya adalah ada pengaruh yang linier antara kedua variabel penelitian.

Berdasarkan analisis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh yang positif, signifikan dan linier antara strategi pembelajaran tutor sebaya terhadap pencapaian nilai KKM dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Sidoarjo” dapat diterima. Sebaliknya, hipotesis nol yang berbunyi “Tidak ada pengaruh yang positif, signifikan dan linier antara strategi pembelajaran tutor sebaya terhadap pencapaian nilai KKM dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Sidoarjo” tidak diterima dengan menggunakan taraf signifikansi 5%.


(2)

120

B. Saran

Setelah penulis menyimpulkan sebagaimana tersebut di atas, maka sumbangan pemikiran yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Kepada pihak sekolah, supaya lebih memperhatikan tentang pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran karena pemilihan strategi pembelajaran tersebut sangat menentukan dalam keberhasilan pembelajarannya.

2. Kepada Guru, untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan strategi pembelajaran atau metode pembelajaran. Karena dengan strategi pembelajaran atau metode yang tepat dengan pembelajaran yang menarik, proses pembelajaran akan berjalan dengan optimal dan berhasil dalam menanamkan pemahaman materi pada siswa.

Sebagai akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran kepada semua pihak yang berkepentingan terutama pembaca, dan semoga dapat bermanfaat kepada semua pihak terutama penulis sendiri.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Purnomo Setiady dan Husaini Usman. 2012. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-maragi, Ahmad Mustafa. Terj. Bahrun Abubakar, dkk. 1993. Tafsir AL-Maraghi 3. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Andayani, Dian dan Abdul Majid. 2005. Pendidikan Islam Berbasis kompetens. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arifin, Imron. 1996. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaa. Malang: Kalamasahada Press.

Arifin, Zainal. 2008. Metodelogi Penelitan Pendidika. Surabaya: Lentera Cendikia. Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidika. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ashraf, Ali. 1993. Horison Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Daradjad, Zakiah. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

______________. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama Provinsi Jawa Timur. 2009. Pedoman dan Implementasi KTSP di Madrasah.

Departemen Agama. 2000. Panduan tugas Jabatan Fungsional pengawas Pendidikan

Agama Isla. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan

Islam-departemen Agama RI.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka..

Depdiknas. 2008. Rancangan Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas-Direktorat Jendral Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah-Departemen pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2010. Petunjuk Teknis (Juknis) Penetapan Nilai KKM. Jakarta: Direktorat Pembina Sekolah Menengah Umum-Departemen Pendidikan Nasional.


(4)

Direktorat Pendidikan Agama Islam. Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam dan Kementrian Agama Republik Indonesia. 2012. Modul Pengembangan Profesionalismme Guru: Materi Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI). LPTK Fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Effendi, Sofian dan Masri Singarimbun.2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES.

Fadli, Yeni.“Administrasi Pembelajaran”, diakses pada tanggal 30 Oktober 2014, dari

http://yeni-fadli.blogspot.com/2012/01/administrasi-pembelajaran-kkm-silabus.html.

Furchan, Arief . 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Kaswardi. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki tahun 2000. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Kurikulum. 2014. SELF Kurikulum. Smantig, 48 (Juni 2014).

Mardalis. 1995. Metode Penelitian Sebagai Pendekatan Proposa. Jakarta: Bumi Aksara.

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKD. Jakarta: Rineka Cipta.

Media Siswa SMA Negeri 3 Sidoarjo. 2014. 25 Tahun SMANTIGDA. Smantig, 48 (Juni 2014).

Mudzakkir, Jusuf dan Abdul Mujib. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Muhaimin. dkk. 1996. Strategi Belajar Mengaja. Surabaya: CV. Citra Media.

____________. 2008. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Musa, Muslih. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Nur, Muhammad. 2004. Strategi Belajar Mengajar Jilid . Surabaya: UNESA-University Press.

Permendiknas. 2009. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal.

Prasetyo, Joko Tri dan Abu Ahmadi. 2005. Strategi Belajar Mengaja. Bandung: Pustaka Setia.

Prasetyo, Joko Tri dan Ahmadi, 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Priatna, Tedi. 2004. Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, Ikhtiar Mewujudkan Pendidikan Bernilai Ilahiah dan Insaniah di Indonesia. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajara. Jakarta: Kencana.

Soehartono, Irawan. 1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Rosdikarya.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidika. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriyono, Widodo dan Abu Ahmadi. 2004. Psikologi Belajar Edisi Revisi. Jakarta: PT Rienaka Cipta.

Susilowati, dkk. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(6)

Trianto. 2010. Pengantar Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.

Yamin, Martinis.2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajara. Jakarta: Referensi GP Press Group.

Zain, Aswan dan Syaiful Bahri Djaramah. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.

_________________________________. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.