Gedung Pesta Batak Toba (Neo Vernakular)

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota
metropolitan yang sedang berkembang. Hal itu menjadikannya sebagai kota dengan
segudang kegiatan, mulai dari yang bertaraf lokal hingga internasional maupun yang
bertaraf budaya. Sebagai Kota ketiga terbesar di Indonesia, kota Medan sendiri
memiliki masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa,
budaya, tradisi, agama dan kekayaan alam lainnya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa
masyarakat kota Medan yang terdiri dari berbagai suku bangsa ini masih sangat
terikat dengan adat budaya dari sukunya masing-masing. Hal ini dapat kita lihat dari
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik Tahun 2013.
Dari hasil survei tersebut terdapat tiga jenis kegiatan sosial kemasyarakatan yang
paling banyak diminati penduduk yaitu kegiatan keagamaan, kematian dan sosial.
Ketiga jenis kegiatan sosial kemasyarakatan tersebut merupakan kegiatan yang
berkembang di Indonesia dan biasa diikuti oleh penduduk berumur 10 tahun keatas.
Hal itu juga menunjukkan bahwa Kota Medan yang masyarakatnya terdiri dari
berbagai suku bangsa yang sangat terikat dengan adat budaya nya masih sangat tinggi

minatnya terhadap kegiatan sosial budaya terkhususnya untuk kegiatan pernikahan.
Hal ini tentu saja menimbulkan kebutuhan yang nyata akan perlunya suatu tempat

Universitas Sumatera Utara

2

atau gedung yang dapat menampung kegiatan-kegiatan sosial budaya seperti
keagamaan, kematian dan pernikahan.
Selain itu, dari data tingkat pernikahan, talak dan ceria Kota Medan tahun 200172011 oleh Dinas Kementrian Agama Kota Medan menunjukkan bahwa tingkat
pernikahan di kota Medan yang setiap tahunnya selalu meningkat.
Potensi kekurangan itu juga bisa dilihat dari data Medan Dalam Angka Tahun
2014 oleh BPS kota Medan, dimana menunjukkan jumlah penduduk yang berpotensi
untuk mengadakan pernikahan (umur 20 s/d 34 tahun) baik laki-laki dan perempuan
berkisar 29% dari total penduduk, di tambah potensi untuk megadakan acara
kematian (minimal umur 65 tahun) adalah sebesar 4% dari total penduduk.
Di kota Medan memang sudah memiliki beberapa gedung dengan fungsi
sebagai tempat pertemuan dan acara sosial budaya, akan tetapi seturut dengan
perkembangan yang ada maka kegiatan penyewaan gedung di kota Medan semakin
meningkat dan Medan masih kekurangan tempat bagi masyarakat yang membutuhkan

gedung untuk tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

I. 2 Alasan Pemilihan Topik Permasalahan
Kota Medan memiliki masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai macam
suku bangsa, budaya, tradisi, agama dan kekayaan alam lainnya. Salah satu diantara
adat budaya yang ada di kota Medan adalah adat budaya Batak.

Universitas Sumatera Utara

3

Kehidupan masyarakat Batak adalah kehidupan yang sangat menjujunjung tinggi
adatnya. Bahkan sebelum lahir ke dunia pun sudah melakoni adat, sampai seorang
Batak tersebut meninggal dan menjadi tulang belulang masih ada serangkian adat.
Dari seluruh kegiatan adat yang ada terdapat 2 kegiatan yang paling diperhatikan
yaitu upacara pernikahan dan kematian. Dimana di ke 2 acara adat ini menjadi
penentu berubahnya status seseorang ke jenjang berikut dalam hidupnya serta di
dalam ke 2 acara tersebut lebih melibatkan banyak pihak/orang.
Selain itu bagi masyarakat Batak, migrasi atau yang sering disebut merantau
telah menjadi kebiasaan. Meskipun suku Batak merantau dari kampung halaman di

kawasan Danau Toba ke kota salah satunya ke kota Medan ini, mereka tetap
memegang teguh serta terikat pada budaya Dahlian Na Tolu dan tetap melaksanakan
acar adat Batak Toba baik itu acara pernikahan, kematian dan lain-lain. Selain itu di
tanah perantauannya suku Batak selalu peduli dengan identitas sukunya, dengan
mencari serta mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung (punguan) dengan
tujuan untuk menjalankan adat budayanya tadi.
Di kampung halamannya suku Batak Toba, seluruh kebutuhan akan acara-acara
adat akan dapat dengan mudah terpenuhi. Kondisi tersebut sangatlah berbeda ketika
mereka di tanah perantauan dimana kondisi perkotaan yang sangat terbatas untuk
melakukan suatu kegiatan besar di sekitar rumah mereka yang mungkin disebabkan
oleh kurangnya area yang luas serta faktor sosial budaya yang beraneka (toleransi) di
kota. Dan untuk melaksanakan acara-acara adat tersebut tentunya masyarakat
membutuhkan suatu tempat yang dapat menaunggi kegiatan tersebut. Dahulu untuk

Universitas Sumatera Utara

4

melaksanakan kegiatan adat dilaksanakan di harangan/halaman huta/perkampungan
namun di perkotaan tempat untuk melaksankan kegiatan itu dilaksanakan disuatu

gedung yang sering disebut sopo godang/wisma.
Banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan di wisma seperti
pernikahan, acara kematian, acara punguan marga (ulang tahun, bona tahun), dll
yang oleh masyarakat Batak disebut dengan ‘Pesta’ menjadikan wisma menjadi suatu
kebutuhan yang penting bagi masyarakat suku Batak di kota Medan ini. Kebutuhan
akan tempat ini menjadikan semakin banyaknya tempat-tempat yang difungsikan
seperti itu.
Masyarakat Batak Toba di kota Medan merasakan kurangnya tempat atau gedung
untuk menyelenggarakan acara adat (pesta) untuk masyarakat Batak. Hal ini terlihat
dari sebuah ungkapan yang berlaku di masyarakat Batak di kota Medan yaitu ‘pesta
di tentukan oleh gedung’. Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa masyarakat
Batak yang ada di kota Medan ini mengalami kekurangan tempat ataupun gedung
untuk mengadakan acara adat baik itu berupa acara perkawinan, kematian ataupun
acara ulang tahun dan acara bona tahun perkumpulan (pungguan) marga mereka.
Namun tak hanya dari sisi jumlah, gedung-gedung tersebut juga sangat dirasakan
kurang dari segi kapasitas daya tampung, fasilitas dan terutama adalah tata ruang
yang sangat tidak sesuai dengan aturan adat nya, dimana dalam acara-acara di suku
Batak Toba juga mempunyai aturan dalam hal letak dan posisi nya. Selain itu
timbulnya permasalahan kemacetan akibat kurangnya tempat parkir, kebisingan,


Universitas Sumatera Utara

5

fasilitas yang kurang untuk mewadahi gaya hidup modern masyarakat Batak di kota
yang tentu saja berbeda dengan yang dikampung halamannya.

I. 3 Perumusan Masalah
Adapun masalah yang dihadapi dalam tesis desain ini adalah :
1. Bagaimana menerapkan tema dalam perencanaan dan perancangan kasus.
2. Bagaimana mendesain sebuah tempat kegiatan budaya yang juga berfungsi
sebagai ikon budaya Batak Toba.
3. Bagaimana menciptakan suatu sarana yang dapat mewadahi aktivitas
dalamnya yang berhubungan dengan adat budaya yang juga masih
memungkinkan dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan lainnya dengan
berbagai permasalahannya seperti menyediaan ruang-ruang

pengelolaan

sirkulasi, akustika, pencahayaan dalam suatu gedung pertemuan.


I.4 Tujuan
Tujuan dalam perancangan ini adalah untuk mendesain bangunan yang berfungsi
sebagai gedung pertemuan, khususnya acara adat suku Batak Toba di kota Medan
yang sesuai ritual adat sekaligus dapat memenuhi segala kebutuhan gaya hidup
masyarakat kota.

I.5 Manfaat

Universitas Sumatera Utara

6

Diharapkan dari tesis secara akademis menjadi refrensi metode dan proses
perancangan bangunan dengan tema Neo Vernakluar. Dari segi praktis sebagai
perencana, tesis ini diharapkan menjadi refrensi aspek-aspek dari wujud bangunan
pesta. Selain itu juga diharpakan tesis ini bisa menjadi panduan/guidelines dalam
kebijakan pemerintah untuk gedung pesta.

I.6 Keluaran

Keluaran dalam perancangan ini adalah suatu desain bangunan gedung pesta
yang sesuai dengan kebutuhan dan tata peradatan suatu tempat pesta masyarakat
Batak di kota Medan yang bercirikan arsitektur tradisioanal Batak Toba.

I.7 Metodologi
Dalam pelaksanaan nya penulis akan mencari data/studi literatur dan studi
banding bangunan sejenis dengan tema yang sama. Kemudian penulis akan
mengidentifikasi permasalahan dalam perancangan bangunan ini. Data-data tambahan
yang diperlukan akan didapat dari survey lapangan untuk bangunan sejenis yang ada
di kota Medan. Dari data-data yang di dapat kemudian akan dianalisis baik dari sisi
kegiatan, desain, utilitas dan tapak. Dari hasil analisis itu disusun konsep yang akan
menghasilkan suatu desain final. Secara keseluruhan metodologi dapat dilihat pada
diagram kerangka berfikir (Gambar 1.1).

Universitas Sumatera Utara

7

LATAR BELAKANG
* Masyarakat Kota Medan masih terikat pada adat dan budaya.

* Terjadi peningkatan pernikahan setiap tahunnya di kota Medan
* ‘Gedung menentukan Pestar’ suatu idiom atas kurangnya gedung pesta di kota
Medan
* Masyarakat Batak Toba di kota Medan mempunyai gaya hidup yang berbeda
terhadap acara adat budayanya.
PERMASALAHAN
* Bagaimana menerapkan tema dalam perencanaan dan perancangan kasus.
* Bagaimana mendesain sebuah tempat kegiatan budaya yang juga berfungsi sebagai
ikon budaya Batak Toba.
* Bagaimana menciptakan suatu sarana yang dapat mewadahi aktivitas dalamnya
yang berhubungan dengan adat budaya yang juga masih memungkinkan dapat
dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan lainnya dengan berbagai permasalahannya
seperti menyediaan ruang-ruang pengelolaan sirkulasi, akustika, pencahayaan
dalam suatu gedung pertemuan.
MAKSUD DAN TUJUAN
* Mendesain gedung tempat pelaksanaan acara adat Batak Toba di kota Medan.
* Menjadi rujukan dan refrensi dalam mendesain bangunan dengan tema dan fungsi
sejenis,
* Memperdalam kecintaan akan budaya lokal itu sendiri.
PEMAHAMAN TEMA

PEMAHAMAN PESTA BAGI
(TRADISIONAL & NEO
MASYARAKAT BATAK TOBA
VERNAKULAR)
* Studi Literatur
* Wawancara Tokoh Budaya

* Studi Literatur
* Studi Banding
STUDI BANDING BANGUNAN SEJENIS
PROGRAM RUANG

STUDI SITE

ANALISA DAN KONSEP
DESAIN

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir

Universitas Sumatera Utara