Medan Cultural Center (Arsitektur Neo-Vernakular)

(1)

MEDAN CULTURAL CENTER

(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh:

RICHARDO SITOMPUL 060406062

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010


(2)

MEDAN CULTURAL CENTER

(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh:

RICHARDO SITOMPUL 06 0406 062

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010


(3)

MEDAN CULTURAL CENTER

(ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR)

Oleh:

RICHARDO SITOMPUL 06 0406 062

Medan, 28 Desember 2010

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D Salmina Wati Ginting, ST, MT NIP. 19711022 200212 2001 NIP.1972 0504 2000 12 2001

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 19630716 199802 1001


(4)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A )

Nama : Richardo Sitompul

NIM : 06 0406 062

Judul Proyek Akhir : Medan Cultural Center Tema Proyek Akhir : Arsitektur Neo-Vernakular Rekapitulasi Nilai :

Nilai A B+ B C+ C D E

Dengan ini ma hasiswa bersangkutan dinyatakan :

No Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing

II

Koordinator TGA - 490

1 Lulus Langsung

2 Lulus Melengkapi

3 Perbaikan Tanpa Sidang 4 Perbaikan Dengan

Sidang

5 Tidak Lulus

Medan ,28 Desember 2010

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TGA – 490

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho , MT Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho , MT

NIP. 19630716 199802 1001 NIP. 19630716 199802 1001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Tugas Akhir dari penulis yang berjudul “Medan Cultural Center”, bangunan public yang berfungsi untuk mewadahi kegiatan – kegiatan seni yang ada di wilayah Medan dan sekitarnya. Pada tahapan ini terdapat latar belakang , deskripsi proyek , elaborasi tema , analisa dan konsep dari perancangan bangunan ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

• Ibu Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D dan Ibu Salmina Wati Ginting , ST , MT selaku dosen pembimbing I dan II atas kesabaran dan perhatiannya dalam proses asistensi dan masukan-masukan bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

• Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA dan Ibu Ir. Basaria Talarosha, MT selaku dosen penguji yang memberikan masukan-masukan yang membangun dan kritikan-kritikan yang bermanfaat.

• Keluarga yang banyak memberikan semangat dan dukungan selama proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

• Dicky, Indra, Juandy, Vera, Eva, Henny, Sahat, Junardy, Andrey, teman – teman stambuk 2006 , dan teman-teman Tugas Akhir, terima kasih atas dukungan , pendapat, bantuan, masukan, waktu dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan yang disusun ini tidaklah sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 Desember 2010


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud, Tujuan dan Manfaat Perancangan ... 3

1.3. Permasalahan Perancangan... 4

1.4. Pendekatan Masalah ... 5

1.5. Lingkup Batasan Masalah ... 5

1.7. Asumsi ... 6

1.6. Kerangka Berpikir ... 7

1.7. Sistematika Laporan ... 8

BAB II. DESKRIPSI PROYEK ... 9

2.1 Terminologi Judul ... 9

2.1.1 Pengertian Medan Cultural Center ... 9

2.2 Tinjauan Umum ... 9

2.2.1 Pengertian Seni ... 9

2.2.2 Jenis-Jenis Seni ... 9

2.3 Lokasi ... 12

2.3.1 Tinjauan Lokasi ... 13

2.3.1.1.Fisik ... 13

2.3.1.2 Non Fisik ... 17

2.3.2 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi... 18

2.3.2.1.Luas Lahan ... 18

2.3.2.2 Kontur ... 18

2.3.2.3 Pencapaian Site ... 18

2.3.2.4 Peraturan GSB, KDB, KLB ... 19

2.3.2.5 Keistimewaan Site ... 20


(7)

2.4 Tinjauan Fungsi ... 20

2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 20

2.4.1.1Deskripsi Pengguna ... 20

2.4.1.2 Deskripsi Kegiatan... 21

2.4.2 Deskripsi Perilaku ... 21

2.4.2.1 Perilaku Anggota Sanggar... 21

2.4.2.2 Perilaku Pegawai Medan Cultural Center ... 22

2.4.2.3 Perilaku Pengunjung Medan Cultural Center ... 22

2.4.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 22

2.4.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang ... 27

2.4.4.1 Fasilitas Administrasi... 27

2.4.4.2 Fasilitas Latihan ... 27

2.4.4.3 Fasilitas Pertunjukan ... 30

2.4.4.4 Fasilitas Rekreasi ... 34

2.4.4.5 Fasilitas Makan dan Minum ... 35

2.4.4.5 Fasilitas Penunjang ... 35

2.5 Studi Banding Fungsi Sejenis ... 36

2.5.1 Taman Ismail Marzuki ... 36

2.5.2 Esplanade Singapore ... 40

2.5.3 Daegu Culture and Art Center ... 41

2.5.4 Vietnam Culture and Art Center ... 42

BAB III. ELABORASI TEMA ... 44

3.1 Asal-Usul Neo-Vernakular ... 44

3.2 Pengertian Tema ... 44

3.2.1 Pengertian Arsitektur ... 45

3.2.2 Pengertian Neo-Vernakular ... 45

3.2.3 Interpretasi Tema ... 46

3.2.4 Keterkaitan Tema dengan Judul ... 46

3.2.5 Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis ... 47

3.2.5.1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 47

3.2.5.2 Kuala Lumpur International Airport ... 48

BAB IV. ANALISIS ... 50

4.1 Analisis Fisik ... 50


(8)

4.1.2 Analisis Kondisi dan Potensi Lahan ... 52

4.1.3 Analisis Bangunan Sekitar ... 52

4.1.4 Analisis View ... 53

4.1.5 Analisis Sirkulasi ... 55

4.1.6 Analisis Entrance ... 56

4.2 Analisa Fungsional ... 58

4.2.1 Analisa Aktivitas ... 58

4.3 Analisa Ruang ... 59

4.3.1 Analisa Fasilitas ... 59

4.3.1.1 Fasilitas Administrasi... 59

4.3.1.2 Fasilitas Latihan ... 59

4.3.1.3 Fasilitas Pertunjukan ... 60

4.3.1.4 Fasilitas Rekreasi ... 60

4.3.1.5 Fasilitas Makan dan Minum ... 60

4.3.1.6 Fasilitas Penunjang ... 60

4.3.1.7 Fasilitas Parkir Kendaraan ... 61

4.3.2 Analisa Jumlah Pengunjung dan Daya Tampung ... 61

4.4 Program Ruang ... 68

BAB V. KONSEP ... 76

5.1 Konsep Massa Bangunan ... 76

5.2 Konsep Penerapan Tema ... 77

BAB VII. HASIL PERANCANGAN ... 78

6.1 Gambar Perancangan ... 78


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Blok Plan Kawasan CBD Polonia ... 15

Gambar 2.2 Peta Kawasan Taman Budaya ... 16

Gambar 2.3 Pencapaian Site ... 18

Gambar 2.4 Analisa Entrance ... 19

Gambar 2.5 Lantai pada Sanggar Tari ... 28

Gambar 2.6 Batasan Penglihatan dan Pendengaran pada Gedung Pertunjukan ... 31

Gambar 2.7 Format Auditorium untuk Opera, Tari, dan Musik ... 31

Gambar 2.8 Garis Pandang ... 32

Gambar 2.9 Posisi Kursi ... 33

Gambar 2.10 Jarak Kursi ... 33

Gambar 2.11 Peta Taman Ismail Marzuki... 36

Gambar 2.12 Graha Bhakti Budaya ... 37

Gambar 2.13 Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III ... 38

Gambar 2.14 Teater Kecil dan Teater Studio ... 38

Gambar 2.15 Teater Halaman ... 39

Gambar 2.16 Perspektif Esplanade Singapore ... 40

Gambar 2.17 Interior Retail Bangunan ... 40

Gambar 2.18 Interior Concert Hall ... 40

Gambar 2.19 Interior Teater ... 40

Gambar 2.20 Perspektif Daegu Culture and Art Center ... 41

Gambar 2.21 Interior Daegu Culture and Art Center... 41

Gambar 2.22 Konsep dan Blok Plan ... 42

Gambar 2.23 Perspektif Eksterior dan Interior ... 42

Gambar 2.24 Perspektif Eksterior Tho-Ha Village... 43

Gambar 2.25 Potongan dan Konsep Massa Tho-Ha Village ... 43

Gambar 3.1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 47

Gambar 3.2 Suasana di Bandara Internasional Soekarno-Hatta ... 48

Gambar 3.3 Bandara Kuala Lumpur ... 48

Gambar 3.4 Penerapan Tema Neo-Vernakular pada Bangunan ... 49

Gambar 4.1 Peta CBD Polonia ... 50


(10)

Gambar 4.3 Tata Guna Lahan Wilayah Sekitar Taman Budaya Sumatera Utara... 53

Gambar 4.4 Analisa View dari luar ke dalam site ... 54

Gambar 4.5 Analisa View dari dalam ke luar site ... 55

Gambar 4.6 Analisa Sirkulasi Menuju Site ... 55

Gambar 4.7 Analisis Entrance Pada Site ... 56

Gambar 5.2 Konsep Massa Bangunan ... 76

Gambar 5.3 Konsep Penerapan Tema ... 77

Gambar 6.1 Site Plan ... 79

Gambar 6.2 Ground Plan ... 80

Gambar 6.3 Denah Basement ... 81

Gambar 6.4 Denah Lantai 1 ... 82

Gambar 6.5 Denah Lantai 2 ... 83

Gambar 6.6 Tampak ... 84

Gambar 6.7 Potongan ... 85

Gambar 6.8 Rencana Atap ... 86

Gambar 6.9 Rencana Pondasi ... 87

Gambar 6.10 Rencana Pembalokan Basement dan Lantai 2 ... 88

Gambar 6.11 Rencana Pembalokan Lantai 1... 89

Gambar 6.12 Rencana Elektrikal Basement dan Lantai 2 ... 90

Gambar 6.13 Rencana Elektrikal Lantai 1 ... 91

Gambar 6.14 Rencana Sanitasi Basement dan Lantai 2 ... 92

Gambar 6.15 Rencana Sanitasi Lantai 1 ... 93

Gambar 6.16 Detail ... 94

Gambar 6.17 Detail Arsitektural ... 95

Gambar 6.18 Detail Arsitektural ... 96

Gambar 6.19 Detail Arsitektural ... 97

Gambar 6.20 Detail Arsitektural ... 98

Gambar 6.21 Perspektif 1 Eksterior Medan Cultural Center ... 99

Gambar 6.22 Perspektif 2 Eksterior Medan Cultural Center ... 100

Gambar 6.23 Interior Exhibition Hall Medan Cultural Center ... 101

Gambar 6.24 Interior Exhibition Hall Medan Cultural Center ... 102


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi ... 13

Tabel 2.2 Jumlah Wisatawan Asing dan Lokal yang Menginap di Sumut ... 17

Tabel 2.3 Kebutuhan Ruang Medan Cultural Center ... 22

Tabel 2.4 Besaran Studio ... 29

Tabel 2.5 Lebar Panggung untuk Berbagai Pertunjukan ... 30

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 51

Tabel 4.2 Jumlah Pengguna Sanggar di Taman Budaya Sumatera Utara ... 61

Tabel 4.3 Jumlah Pengunjung Berdasarkan Jumlah Wisatawan ... 64

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kota Medan ... 65


(12)

DAFTAR DIAGRAM


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian melanda dunia. Globalisasi politik, ekonomi dan kebudayaan memperluas cakrawala berpikir manusia kontemporer tentang hakikat eksistensinya di dunia. Di seantero dunia tumbuh kesadaran baru akan pentingnya kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi dalam rangka peningkatan harkat dan martabat manusia. Namun arus deras globalisasi pun membawa tantangan-tantangan baru bagi bangsa-bangsa di dunia

Selain itu di negara-negara berkembang yang sedang mengalami transisi dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat industri modern, seperti Indonesia pun timbul kekhawatiran serius akan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya yang mengarah pada krisis identitas budaya-budaya bangsa.

Falsafah ‘Bhineka Tunggal Ika’ menggambarkan bangsa Indonesia yang terdiri atas sejumlah suku bangsa yang tersebar di penjuru Nusantara dan membentuk ‘wilayah budaya’ yang berbeda-beda kondisinya. Setiap suku bangsa memiliki arsitektur tradisional sebagai wujud kebudayaannya yang bertumpu pada adat istiadat dan kepercayaan yang diyakininya.

Satu hal yang menggembirakan, di mana penduduk di kawasan pedesaan tetap setia menghuni rumah-rumah adat.Tatanan kehidupan kolektif yang mapan melahirkan keterikatan emosional dengan arsitektur tradisional. Namun derap laju pembangunan di segala bidang membawa serta pengaruh modernisasi ke wilayah pedesaan. Sangat disayangkan ‘demam modernisasi’ tanpa seleksi dan pengarahan seketika merasuki pola hidup penduduk desa. Bermunculannya rumah-rumah gaya ‘modern’ menyebabkan lingkungan pedesaan kehilangan identitas dan nuansa tradisional.

Konsep dasar pariwisata budaya dimaksudkan untuk menyelamatkan segala bentuk kebudayaan lama materiil dan spiritual, dari kepunahan dengan mengutamakan keseluruhan budaya. Langkah-langkah pelestarian (proteksi, preservasi, konservasi dan restorasi) diupayakan atas karya-karya arsitektur yang bermutu dan bernilai sejarah. Namun, tidak cukup hanya dengan pemugaran atau perlindungan. Yang terpenting adalah menyadarkan masyarakat akan makna dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam


(14)

setiap karya arsitektur. Konservasi arsitektur tradisional tidak boleh diukur dari faktor biaya semata, karena menyangkut kelangsungan kebudayaan suatu suku bangsa.

Pendidikan kita yang lebih banyak berkiblat pada ilmu dan teknologi barat, hendaknya dilengkapi dengan wawasan kebudayaan yang terdapat dalam perwujudan arsitektur tradisional. Di sanalah terpendam benih-benih kebudayaan nasional yang mencerminkan watak bangsa yang sejati. Seperti dinyatakan arkeolog Bernert Kempers (1954). “Sukarlah untuk memikirkan alat lain yang lebih baik daripada pelajaran sejarah kebudayaan, guna mengenal watak sejati bangsa sendiri. Yang berarti memahami diri sendiri pula.”. Berbagai kearifan tradisional mendatang, seperti halnya konsep pembangunan berwawasan lingkungan sebagai kewajiban menjaga keseimbangan makro kosmos dan mikro kosmos.

Oleh karena itu keinginan menampilkan identitas budaya melalui karya arsitektur sangat perlu dilengkapi pemahaman kebudayaan seutuhnya. Seharusnyalah penghayatan terhadap tatanan nilai-nilai tradisi yang memendam berbagai kebijaksanaan dan suri-teladan diajarkan kembali mendampingi ilnu pengetahuan modern. Dengan mengenal arsitektur tradisional dan latar belakang budayanya, dapatlah diharapkan nilai-nilai tradisi yang hakiki akan terus hidup dan berkembang sebagai bagian dari kebudayaan bangsa. Pemahaman hakikat tradisi dan kebesaran budaya masa silam dapat membimbing para arsitek untuk menemukan kembali jati diri yang sejati. Karena perencanaan bangunan apapun yang bernafaskan prinsip-prinsip dasar arsitektur tradisional akan memberi warna dan nuansa yang bercirikan kepribadian Indonesia.

Bagaimanapun kehidupan terus berjalan dan kebudayaan senantiasa berkembang mengikuti zamannya. Setiap kebudayaan harus mencipta bentuk arsitekturnya sendiri yang lahir dari keinginan rohani pengusungnya dan mengakar pada kepribadian bangsa. Dari bentuk yang jujur, wajar, sederhana dan memancarkan niscaya terwujud keindahan yang sejati. Dengan mengkaji kembali nilai-nilai luhur kebudayaan lama serta kearifan arsitektur tradisional sebagai perwujudannya.

Jelas arsitektur tradisional tetap diperlukan, terutama bagi masyarakat pedesaaan yang masih terikat pada adat dan kepercayaan lama. Jadi tidak ada salahnya menjalin kembali kebesaran masa silam, demi terbentuknya suatu kebudayaan yang tetap mengakar pada kepribadian bangsa. Kebanggaan masyarakat akan keagungan budaya masa lampau harus dibangkitkan. Hal itu akan mendorong masyarakat menghargai kembali jati dirinya, sehingga mampu menyikapi pengaruh modernisasi di setiap sisi kehidupan dengan penuh kearifan.


(15)

Berdasarkan hal tersebut diatas muncul sebuah pemikiran untuk mendesain suatu lingkungan kebudayaan di Medan yang memiliki potensi history dengan konsep wisata, tujuannya mengangkat kembali budaya masa lampau untuk mengembalikan jati diri masyarakat Sumatera Utara yaitu Medan Cultural Center.

Medan Cultural Center ini merupakan Relokasi dari Taman Budaya Sumatera Utara yang berada di jalan Perintis Kemerdekaan

1.2 Maksud, Tujuan, dan Manfaat Perancangan

Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan dan perancangan Medan Cultural Center adalah :

• sebagai perwujudan kepedulian terhadap keagungan kebudayaan masa lampau sekaligus untuk menyadarkan kembali masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara yang terbuai akan arus ‘modernisasi’ terutama bagi para generasi muda sebagai penerus bangsa yang terlebih dahulu harus mengetahui dan memiliki jati diri bangsa Indonesia.

• Membuat Medan Cultural Center berkesan menjadi tempat yang bebas dikunjungi oleh masyarakat luas.

• Menjadikan Medan Cultural Center menjadi tempat wisata budaya di Sumatera Utara, pada umumnya dan kota Medan pada khususnya.

• Membuat Medan Cultural Center menjadi pusat pertunjukan kesenian-kesenian daerah dan juga sebagai pusat pelatihan kesenian daerah di wilayah kota Medan. • Menumbuhkembangkan rasa kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan

bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Sumatera Utara pada khususnya. • Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Sumatera Utara.

Menyediakan suatu tempat yang bersifat cultural edukatif dan rekreatif • Menyediakan wadah sebagai tempat untuk mempelajari mengenai

kebudayaan masyarakat Sumatera Utara sekaligus merasakan pengalaman akan budaya Sumatera Utara.

• Memberikan sumbangsih penambahan Objek Tujuan Wisata di daerah Sumatera Utara pada umumnya dan Medan pada khususnya.

• Merencanakan dan merancang suatu lingkungan dan bangunan dengan fasilitas yang menarik yang dapat mendukung aktivitas wisata budaya didalamnya.


(16)

• Menjadikan sebagai sumber andalan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kotamadya Medan.

Manfaat perancangan Medan Cultural Center adalah sebagai berikut :

• Dapat menjadi salah satu alternatif tempat rekreasi untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan

• Sebagai sarana untuk mengenal lebih dekat kesenian dan kebudayaan Sumatera Utara

• Meningkatkan pendapatan Kotamadya Medan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan

• Turut menunjang kegiatan pariwisata serta mendukung segi promosi daerah

• Merupakan wadah informasi dan pendidikan untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai seni dan budaya Sumatera Utara.

Membuka lapangan kerja baru.

• Mendapat akibat tak langsung dari penambahan pendapatan pemerintah.

1.3 Permasalahan Perancangan

Rumusan permasalahan yang timbul untuk tema dan kasus dalam perancangan proyek ini adalah :

• Bagaimana menciptakan sebuah rancangan lingkungan dan bangunan yang sesuai dengan judul yang diangkat dan maksud tujuan yang hendak dicapai demi menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.

• Bagaimana meningkatkan citra dan potensi lingkungan setempat sebagai kontribusi dari sebuah fasilitas ‘Medan Cultural Center’.

• Bagaimana memahami maksud dari wisata budaya berdasarkan tujuan dari perpaduan konsep edukatif, rekreatif dengan kebudayaan yang ada dan perwujudannya dalam sebuah proses perancangan.

• Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang diangkat dan mewujudkannya pada lingkungan dan bangunan melalui proses perancangan.

• Bagaimana menjadikan Medan Cultural Center menjadi pusat pelatihan dan pengembangan kebudayaan daerah sekaligus menjadi tempat umum (public space di wilayah perancangannya)


(17)

1.4 Pendekatan Masalah

Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan konsep dan perencanaan selama proses perancangan berlangsung dengan cara :

• Studi pustaka atau studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang diangkat untuk mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur yang sesuai dengan materi laporan, yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

• Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis dengan melakukan pendekatan perancangan dengan melihat keadaan yang sudah ada, sumber dapat berupa buku, majalah, internet dan sebagainya.

• Studi lapangan mengenai kondisi sekitar lahan studi dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus proyek.

• Wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang dianggap ahli dan mengetahui tentang kasus dan tema yang diangkat untuk pengenalan masalah dan dapat menghasilkan kriteria umum bagi perancangan dan perencanaan kasus proyek.

Pendekatan-pendekatan diatas dilakukan untuk memperjelas pemahaman tentang “Medan Cultural Center” sebagai judul dari proyek ini dan penerapan tema “Arsitektur Neo-Vernakular” ke dalam kasus proyek.

1.5 Lingkup Batasan Masalah

Lingkup yang menjadi batasan dalam merancang Medan Cultural Center ini adalah sebagai berikut :

• Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan dan perancangan mengenai bangunan Medan Cultural Center yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, dan pembentukan ruang.

• Perencanaan fasilitas Medan Cultural Center yang disertai fasilitas pendukungnya ini hanya menawarkan keberadaan budaya Sumatera Utara yang diberikan dalam bentuk edutainment (education-entertainment). Dan fasilitas yang ditawarkan dalam proyek ini hanya terbatas sarana peragaan, pertunjukan atau bahkan pengamatan secara langsung dengan prinsip visualisasi dan interaktif.

• Teknologi yang diterapkan pada bangunan yang efisien, tepat guna, yang sangat berhubungan dengan teknologi yang digunakan pada kebudayaan Sumatera Utara.


(18)

1.6 Asumsi

Karena kasus proyek bersifat fiktif, maka diperlukan beberapa asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan yaitu :

Studi kasus ini direncanakan sebagai bagian dari perencanaan kawasan.

• Diasumsikan bahwa keberadaan sosial budaya masyarakat sangat mendukung terhadap proyek ini.

• Diasumsikan bahwa perekonomian di Indonesia khususnya daerah Sumatera Utara berada dalam kondisi normal sehingga dapat mendukung keberadaan proyek ini.


(19)

1.7 Kerangka Berfikir

Adapun kerangka berpikir yang digunakan dalam perancangan Medan Cultural Center ini dapat dilihat pada diagram 1.1 yaitu :

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir Latar Belakang

Globalisasi yang merusak lingkungan kebudayaan. • Pendesainan kembali sebuah lingkungan dan

bangunan yang membangkitkan kembali kebesaran budaya pada masa silam.

• Pengembalian nuansa tradisional pada lingkungan yang sudah ada

• Kebutuhan akan tempat wisata yang sekaligus Masalah

• Bagaimana menciptakan suatu Taman Kebudayaan yang bernuansakan Kebudayaan Sumatera Utara, dan berfungsi sebagai Objek Tujuan Wisata di Propinsi Sumatera Utara pada umumnya dan

Pengumpulan Data

STUDI

LITERATUR/DATA SEKUNDER

Data penduduk Studi banding Literatur

SURVEY/DATA PRIMER

Peta Lokasi Kondisi Tapak • Kumpulan gambar

survey

ANALISIS DATA

KONSEP


(20)

1.8 Sistematika Laporan

Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah :

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang pemilihan kasus proyek, maksud dan tujuan dari kasus serta permasalahan yang dihadapi dalam perancangan.

BAB II. DESKRIPSI PROYEK

Pembahasan pada bab ini dititikberatkan pada pengenalan dan pendalaman tentang kasus proyek yang mengacu pada kebutuhan ruang berdasarkan studi kasus proyek sejenis dan studi kasus tema sejenis serta pengenalan lokasi proyek yang direncanakan.

BAB III. ELABORASI TEMA

Pada bab ini akan dijabarkan pengertian tentang tema serta beberapa tinjauan teoritis yang mendukung penjabaran tema yang dipilih serta interpretasi terhadap tema.

BAB IV. ANALISIS

Bab ini berisikan tentang analisis terhadap fungsi yang meliputi organisasi ruang, permintaan ruang, program ruang dan persyaratan teknis dari ruang yang direncanakan serta analisis terhadap lingkungan pada site terpilih.

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Pada bab ini diuraikan mengenai konsep dasar perancangan tapak dan bangunan.

BAB VI. HASIL RANCANGAN

Pada bab ini akan dilampirkan peta situasi, gambar-gambar pra rancangan serta foto-foto gambar dan maket.


(21)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul

Adapun pengertian dari Medan Cultural Center adalah

2.1.1 Pengertian Medan Cultural Center

Medan adalah ibukota dari propinsi Sumatera Utara . Cultural adalah kebudayaan (kata benda). Di propinsi Sumatera Utara terdapat berbagai jenis kebudayaan seni yaitu : seni tari, musik, teater, dan seni rupa. Sedangkan center adalah pusat, inti.

Jadi Pengertian judul Medan Cultural Center adalah “wadah/tempat pusat pembinaan dan pelatihan seni tradisional yang terdiri dari seni tari, musik, teater, sastra, dan rupa yang berada di kota Medan yang merupakan ibukota Sumatera Utara.”

2.2 Tinjauan Umum

Ada beberapa yang menjadi tinjauan umum dalam perancangan Medan Cultural Center, yaitu :

2.2.1 Pengertian Seni

Pengertian tentang Seni dapat ditelusuri dari kata seni itu sendiri. Dalam Bahasa Indonesia seni dapat diartikan sebagai berikut :1)

• Halus, tipis

• Kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat menjadikan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa

• Keahlian membuat karya yang bermutu

• Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi

2.2.2 Jenis-Jenis Seni

Terdapat beberapa macam pembagian jenis seni. Perkembangan zaman juga mempengaruhi tumbuhnya bermacam-macam seni. Seni adalah pencerminan jiwa atau gagasan yang tertuang di dalam bermacam-macam bentuk dengan berbagai media ungkap.


(22)

Ditinjau dari bentuk perwujudannya, seni terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

• Seni rupa ; seni yang wujudnya dapat dilihat dengan mata dan diraba yang disebut pula seni visual. Sudarmadji (1979) memberikan batasan bahwa seni rupa adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan media garis, warna, tekstur, volume, dan ruang.

• Seni sastra ; merupakan ungkapan batin yang dinyatakan dalam bentuk tulis yang indah. Dalam hal estetika, sastra lebih memusatkan perhatiannya pada daya emosi dalam hubungannya dengan dunia kehidupan. Hanya sebagian kecil saja yang merupakan ungkapan perasaan keindahan secara murni.

• Seni pertunjukan ; Seni yang disajikan dengan penampilan peragaan. Maksudnya seni itu akan dapat dihayati selama berlangsungnya proses ungkap oleh pelakunya. Secara mudah seni pertunjukan adalah seni yang ditunjukkan oleh pelakunya. Seni pertunjukan meliputi :

• Seni musik ; yaitu ungkapan batin yang dinyatakan dengan irama nada yang melodis. Melodi seni musik adalah suara, karena itu pengamatan pada seni musik adalah pengamatan auditif. Pesona pada seni musik tidak cukup apabila dicapai lewat alat audio seperti tape recorder atau radio saja , sebab pesona seni musik adalah pesona yang dicapai melalui proses penampilan, baik penampilan vokal maupun penampilan instrumental. Pengamat akan lebih mudah menghayati seni musik lewat televisi daripada radio, dan lebih tepat lagi jika lewat pertunjukan langsung.

Jenis musik dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

 Art music (Musik seni) ; merupakan musik yang serius, dimana didalamnya termasuk musik klasik, musik klasik kontemporer, dan beberapa lagu jazz.

 Popular music (Musik populer) ; merupakan musik yang didalamnya terdiri dari semua gaya (genre) musik yang sudah populer secara luas, ataupun dimaksudkan untuk konsumsi massal, dan disebarkan melalui radio, dan media yang sejenis.  Traditional music (Musik tradisional) ; Merupakan istilah yang digunakan untuk

menamakan musik rakyat . Pada umumnya musik traditional diturunkan melalui oral transmission ( mulut ke mulut ) , dan memiliki landasan kebudayaan tertentu. • Seni tari ; yaitu ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerik ritmis

yang indah. Gerak ritmis pada tari selalu didukung dan dituntun dengan irama musik, oleh karena itu seni tari tidak dapat terlepas dari seni musik. Gerak-gerak


(23)

ekspresif pada seni tari adalah gerak-gerak yang indah, diberi bentuk dan ritme dari badan manusia dalam ruang – yang dapat menggetarkan perasaan pengamat.

Pembagian tari :

 Tari tradisional ; tari yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia. Jenis tari ini sangat beraneka ragam, mengingat suku di Indonesia sangat banyak. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan semakin pesatnya perkembangan tari kontemporer, tari tradisional hampir terlupakan.

 Tari kontemporer ; adalah tari yang menunjukkan kondisi kreatif dari masa terakhir.

Tari kontemporer terdiri dari :

- Modern dance ; Modern dance adalah tarian yang dikembangkan pada awal abad 20an. Pada awal 1900an, beberapa penari memberontak pada peraturan tari klasik ballet. Dengan teknik, kostum serata sepatu ballet yang baru, pelopor-pelopor awal tari modern ini berlatih tarian bebas.

- Kreasi

- Tari luar (dansa) ; Adalah tari yang berasal dari daerah-daerah luar Indonesia. Tari luar terdiri dari :

• Seni teater ; yaitu ungkapan jiwa yang dipertunjukkan secara langsung dengan materi manusia sebagai pelakunya. Pada dasarnya seni teater adalah seni kolektif, karena teater adalah pementasan terpadu antara seni sastra sebagai wahana dialektik antara pelakunya, mungkin juga antar pelaku dan penonton, seni gerak sebagai akting pelakunya, seni rupa dan seni musik yang menjadi pendukung pementasan. Teater tidak saja menampilkan pengalaman-pengalaman psikologis, melainkan juga pengalaman-pengalaman yang karakteristik intelektual, bahkan sampai pada pengalaman-pengalaman emosional bawah sadar dan metafisis. Pentas teater tidak hanya menampilkan realita psikologis, tetapi lebih jauh dari itu, menampilkan juga realita sosial yang kompleks dalam bentuk-bentuk simbolis.

Berikut adalah jenis-jenis pertunjukan teater :

 Drama ;

“melakukan”) adalah cabang dari teater dalam dialog baik dari menulis text (bernain) atau mengarang yang terpenting.

 Opera ; Opera adalah sebuah bentuk seni dimana penyanyi dan musisi menampilkan sebuah drama mengkombinasikan teks (disebut sebuah libretto) dan lembaran music. Opera merupakan bagian dari tradisi music klasik barat. Opera


(24)

memasukkan banyak elemen dari teater, seperti acting, pemandangan dan pakaian dan kadang-kadang termasuk tarian. Pertunjukannya secara khas diberikan di opera house, ditemani oleh orchestra atau musical yang lebih kecil.

 Pantomim ; Pantomime ( secara tidak formal, panto) tidak dipusingkan dengan artis peniru, merujuk kepada sebuah pelakon , adalah sebuah produksi teatrikal music-komedi ditemukan d india, irlandia, dan tahun baru

Ditinjau dari masa perkembangannya, seni terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

• Seni tradisional ; dalam proses penciptaan seni tradisional terjadi hubungan antara subjek pencipta dan kondisi lingkungannya. Pencipta seni tradisional biasanya terpengaruh oleh keadaan sosial budaya masyarakat di suatu tempat, dalam hal ini banyak berkaitan dengan kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib. Justru seni tradisional akan kuat bertahan apabila berakar pada hal-hal yang bersifat sakral. • Seni kontemporer ; adalah seni yang paling baru, yang mudah merangsang dan

menimbulkan kejutan. Kriteria kontemporer bukan semata-mata ditentukan oleh bentuk baru, tetapi terutama ditentukan oleh kreasi yang baru. Bentuk seni kontemporer dapat imitatif, ekspresif, realistis, non-realistis, atau abstrak. Seni kontemporer cenderung melepaskan diri dari keterikatan bentuk objek.

• Seni pop ; seni pop mencerminkan kesukaan para seniman mengaitkan karyanya dengan budaya yang sedang populer atau budaya rakyat kebanyakan (Mass Culture).

Ditinjau menurut fungsinya, seni terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

• Seni sakral ; yang berfungsi untuk kepentingan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan atau kepercayaan.

• Seni sekuler ; yang berfungsi untuk hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan keduniawian. Dalam hal ini seni adalah sebagai alat atau sebagai objek.

2.3 Lokasi

Tinjauan umum yang juga perlu dibahas dalam pendekatan terhadap perancangan Medan Cultural Center adalah lokasi site yang akan digunakan sebagai tempat Medan Cultural Center.


(25)

2.4.1 Tinjauan Lokasi

Tinjauan lokasi Medan Cultural Center terdiri atas tinjauan fisik dan non fisik.

2.4.2.1Fisik

Tinjauan fisik dalam perancangan Medan Cultural Center terdiri dari kriteria pemilihan lokasi dan letak geografis

• Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi sangat penting untuk menunjang keberhasilan proyek arsitektur, pada proyek Pengembangan Taman Budaya Sumatera Utara ini, site yang akan digunakan adalah site yang berada di kawasan CBD Medan dengan fungsi tata guna lahan sebagai Taman Seni dan Budaya Medan.

Lokasi site Taman Budaya Sumatera Utara ini berada pada lingkungan 13, yaitu area dengan fungsi sebagai fasilitas publik, pada lingkungan 13 ini memiliki peruntukan wilayah yaitu sebagai area komersial, fasilitas hunian (flat) dan fasilitas publik (Taman Seni dan Budaya Medan)

Lokasi ini sangat cocok berdasarkan tabel kriteria lahan (tabel 2.1) berikut ini : Tabel 2.1 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

Taman Budaya Sumatera

Utara 1. Tinjauan terhadap

struktur kota

Berada dikawasan strategis yang merupakan daerah komersil mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi komersil yang berskala kota sehingga mendukung fungsi bangunan untuk komersil, pameran dan pendidikan.

2. Wilayah Pengembangan

Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.

3. Lingkungan Berada di lingkungan yang strategis dan memiliki fungsi eksisting yang dapat mendukung bangunan.


(26)

4. Pencapaian atau aksesibilitas

Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum , maupun pribadi.

5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi komersial, pemukiman dan fungsi pendidikan.

6. Utilitas kota / lingkungan

Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai pendukung dalam lokasi site (listrik, air, telefon, drainase, dll)

7. Status kepemilikian

Ada status hak milik 

8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin

9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat

mengurangi cahaya yang masuk kedalam bangunan

10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.

11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilits-fasilitas yang direncanakan. (> 1 Ha)

12. Kontur tapak / topografi

Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Medan Cultural Center yang berada lingkungan 13 kawasan CBD Medan memiliki potensi site yang cukup besar untuk mendukung fungsinya, sehingga pada proyek Pengembangan Taman Budaya Sumatera Utara ini lokasi yang dipergunakan adalah di kawasan CBD pada lingkungan 13 dengan fungsi sebagai fasilitas publik.

• Letak Geografis

Secara geografis posisi site Taman Budaya Sumatera Utara berada pada lingkungan 13 Kelurahan Suka Damai Kecamatan Medan Polonia, seperti yang terlihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2 dibawah ini


(27)

(28)

(29)

Lokasi proyek berada di kotamadya Medan, kecamatan Medan Polonia. Lokasi : Kotamadya Medan, Kecamatan Medan Polonia, Kelurahan Suka Damai

Batas-batas site

Utara : Fasilitas Komersial (Ruko, Gedung parkir, Hotel Convention) Selatan : Convention Hall, Danau Buatan

Timur : Fasilitas Hunian (Flat) Barat : Bangunan Publik

2.4.2.2Non Fisik

Tinjauan non-fisik pada perancangan Medan Cultural Center adalah kondisi pasar wisata di kotamadya Medan,

• Kondisi Pasar Wisata di Kotamadya Medan

Berdasarkan data dari BPS dari tahun 2005-2008 jumlah wisatawan yang masuk ke wilayah administrasi Sumatera Utara mencapai 6.683.809 orang seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut ini

Tabel 2.2 Jumlah Wisatawan asing dan lokal yang menginap di Sumatera Utara No Tahun Jumlah

Wisatawan Asing pada hotel bintang Jumlah Wisatawan Asing pada hotel non bintang Jumlah Wisatawan Lokal pada hotel bintang Jumlah Wisatawan Lokal pada hotel non bintang Total

1 2005 122.700 12.580 816.200 481.750 1.433.230 2 2006 143.300 18.651 911.900 767.525 1.841.376 3 2007 124.000 22.451 820.100 688.688 1.655.239 4 2008 101.500 24.505 765.800 862.159 1.753.964


(30)

Total 491.500 78.187 3.314.000 2.800.122 6.683.809

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kondisi pariwisata di Sumatera Utara memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung proyek Medan Cultural Center ini, terutama dengan fungsinya untuk menjadi tempat wisata budaya di Sumatera Utara.

2.4.2 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi

Deskripsi kondisi eksisting lokasi terdiri dari : luas lahan, kondisi kontur, pencapain pada site, peraturan GSB, KDB, dan KLB, keistimewaan site dan juga kekurangan site.

2.4.2.1Luas lahan

Luas lahan site Taman Budaya Sumatera Utara yang berada di kawasan CBD adalah ± 12.900,43 m2.

2.4.2.2Kontur

Pada lokasi site konturnya relatif datar, tidak ada kontur alami yang terdapat pada site, adapun kontur yang terjadi pada site adalah kontur buatan pada saat perancangan Medan Cultural Center.

2.4.2.3Pencapaian Site

Lokasi site yang berada Kawasan CBD Polonia sangat memudahkan pencapaian menuju site, karena berada di jalan arteri yang dilalui oleh banyak kendaraan umum dan juga kendaraan pribadi, Untuk menuju site Taman Budaya Sumatera Utara dapat melalui 3 jalan yang mengelilinginya (gambar 2.3 dan gambar 2.4)


(31)

2.4.2.4Peraturan GSB, KDB, KLB

Gambar 2.3 pencapaian site


(32)

Berdasarkan Laporan Perencanaan kawssan CBD Polonia, lokasi site yang berada di lingkungan 13, CBD Polonia memiliki peraturan sebagai berikut :

• GSB adalah Garis Sempadan Bangunan yang mengatur jarak batas bangunan dengan batas kapling, bisa batas depan, samping atau belakang. Sering garis sempadan ini hanya depan atau jalan saja, biasanya perhitungan umum GSB ditentukan dengan (½ x lebar jalan) + 1m. GSB pada area tersebut adalah antara 19-21 m

• KDB adalah Koefisien Dasar Bangunan yang merupakan perbandingan tapak dengan kawasan terbangun. Koefisien ini akan semakin kecil untuk kawasan perbelanjaan atau kawasan mahal, bisa berubah tergantung fungsi dan harga tanah atau lahan. Sebagai kawasan pusat permukiman, perdagangan dan rekreasi, maka koefisien dasar bangunan yang ada di sekitar dan pada site adalah sekitar 59% - 75%, maka koefisien dasar bangunan adalah antara : 59% x 12.900,43 m2 = 7.611, 25 m2.

• KLB adalah Koefisien Lantai bangunan yang merupakan perbandingan luas tapak dan klasifikasi yang telah ditetapkan total luas lantai. Koefisien ini bisa lebih dari 100% untuk bangunan bertingkat. Pada lokasi site KLB nya adalah 2 lantai.

2.4.2.5Keistimewaan Site

Pada site ini memiliki kelebihan yatu sebagai berikut :

• Berada pada salah satu jalan arteri sekunder di kawasan CBD Polonia.

• Pencapaian menuju site mudah karena jalan tersebut dilalui oleh banyak angkutan umum.

• Dekat dengan fasilitas hunian dan hotel yang menjadi target pasar Medan Cultural Center tersebut.

• Tidak adanya bangunan dengan fungsi yang sejenis di sekitar lokasi site.

2.4.2.6Kekurangan Site

Pada site ini memiliki kekurangan yatu sebagai berikut :

• Macet

• Vegetasi kurang


(33)

Tinjauan fungsi merupakan tinjauan non-fisik yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan apa saja yang terdapat pada Medan Cultural Center.

2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Berikut adalah deskripsi para pengguna dan kegiatan yang ada di Medan Cultural Center.

2.4.1.1Deskripsi Pengguna

Medan Cultural Center memiliki pangsa pasar tersendiri yang berbeda dari bangunan-bangunan lain yang ada di sekitar site, pangsa pasar Medan Cultural Center tersebut adalah seniman, pelajar (pelajar yang menjadi pengguna Medan Cultural Center adalah para pelajar yang memiliki mata pelajaran kesenian ataupun kebudayaan), mahasiswa (mahasiswa yang menjadi pengguna Taman Budaya Sumatera Utara adalah mahasiswa yang berasal dari Nommensen, Unimed, dan USU jurusan seni) dan para pegawai Medan Cultural Center, serta masyarakat umum penikmat seni dan kebudayaan.

2.4.1.2Deskripsi Kegiatan

Kegiatan yang diwadahi pada Taman Budaya Sumatera Utara adalah kegiatan seni dan budaya yang terdiri dari :

 Kegiatan Kebudayaan yang terdiri dari :Seni Tari (13 sanggar), Seni Musik (3 sanggar), Seni Teater (9 sanggar), Seni Sastra, Seni Rupa (2 sanggar), biasanya berupa kegiatan latihan yang pada umumnya dimulai pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB hingga malam hari, Tiap kegiatan latihan kebudayaan di Taman Budaya Sumatera Utara dibimbing oleh pelatih yang berasal dari Pengurus kegiatan kesenian tersebut.

 Kegiatan Administrasi

Kegiatan Administrasi dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.  Kegiatan Pameran

Kegiatan Pameran merupakan kegiatan yang bersifat insidental sesuai dengan reservasi yang dilakukan oleh para seniman yang ingin menggunakan gedung.

2.4.2 Deskripsi Perilaku

Deskripsi perilaku yang akan dibahas adalah perilaku anggota sanggar, pegawai Medan Cultural Center, dan pengunjung Medan Cultural Center.


(34)

2.4.2.1Perilaku Anggota Sanggar

Pada dasarnya anggota sanggar baik sanggar seni tari, sanggar seni musik, sanggar seni teater, sanggar seni rupa, menginginkan untuk mengadakan latihan di dalam fasilitas gedung yang sudah disediakan oleh pihak Taman Budaya Sumatera Utara, tetapi karena situasi dan fasilitas gedung yang kurang memadai, maka banyak sanggar yang mengadakan latihan ataupun kegiatan diluar gedung yang sudah ditentukan fungsinya

Hal ini sebenarnya cukup berpengaruh pada proses latihan yang dilakukan oleh para anggota sanggar, suasana latihan menjadi kurang kondusif untuk melakukan latihan yang optimal, hal ini juga semakin parah diakibatkan oleh jadwal latihan (penggunaan gedung) yang terbatas yaitu rata-rata 2 kali seminggu, padahal para anggota sanggar mengharapkan untuk memiliki jadwal latihan 3 kali seminggu.

Akibat dari itu maka banyak anggota sanggar yang mengadakan latihan diluar jadwal, dan diluar gedung sanggar ; mereka melakukan latihan di halaman luar dan pelataran parkir

2.4.2.2Perilaku Pegawai Medan Cultural Center

Para pegawai Taman Budaya Sumatera Utara melakukan aktivitas mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00 aktivitas ini merupakan hal rutin yang terjadi setiap hari di Taman Budaya Sumatera Utara.

2.4.2.3Perilaku Pengunjung Medan Cultural Center

Para pengunjung Medan Cultural Center terdiri dari seniman dan orangtua para anggota sanggar, pada umumnya mereka datang untuk mengantar anak yang merupakan anggota sanggar dan menonton latihan yang ada di Medan Cultural Center dan pada event-event tertentu mereka datang untuk menonton acara pertunjukan yang diadakan oleh pihak Medan Cultural Center dan oleh pihak sanggar.

Pada umumnya mereka menonton latihan di sekitar sanggar dengan mempergunakan fasilitas yang ada di sekitar tempat latihan tersebut antara lain batu-batu besar, amphiteatre, dan lantai tempat latihan.

2.4.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang pada Taman Budaya Sumatera Utara dapat dikelompokkan pada tabel 2.3 sebagai berikut :


(35)

Tabel 2.3 kebutuhan ruang Medan Cultural Center

Fasilitas Pemakai Kegiatan Kebutuhan Ruang Administrasi Karyawan • Kegiatan administrasi

• Kegiatan Pembinaan • Menerima

pendaftaran sanggar • Mengatur pengelolaan

pertunjukan • Melakukan pendokumentasian kebudayaan • Melakukan pengkajian kebudayaan

• Mengkoordinir jadwal latihan

• Melakukan kegiatan sanitair

• Mengawasi Keamanan • Mengawasi

Kebersihan

•Ruang kepala Medan Cultural Center

•Ruang Kepala Sub Bagian Tata Usaha •Ruang Staf Urusan

Sub Bagian Tata Usaha

•Ruang Staf Urusan Seksi Teknis dan Informasi

•Ruang Mekanikal dan Elektrikal •Ruang Keamanan •Toilet

•Gudang •Lobby

Pengguna sanggar • Kegiatan administrasi sanggar

Pengunjung • Membeli tiket pertunjukan Latihan Karyawan • Menerima

pendaftaran siswa • Melakukan pelatihan • Memberikan teori • Memberikan

•Sanggar seni tari •Sanggar seni

musik

•Sanggar seni teater •Sanggar seni rupa


(36)

konsultasi pada murid sanggar

• Menyimpan peralatan seni tari

• Menyimpan peralatan seni musik

• Menyimpan peralatan seni teater

• Menyimpan peralatan seni rupa

• Melakukan kegiatan sanitair

•Ruang pengajar •Lobby

•Hall •Gudang •Toilet

Pengguna sanggar • Mendapat pengajaran dan teori latihan • Latihan menari • Latihan bermain

musik

• Latihan seni teater • Latihan seni rupa Pengunjung • Menonton kegiatan

latihan

• Melakukan kegiatan sanitair

Pertunjukan Karyawan • Mempersiapkan gedung atau tempat pertunjukan

• Mengawasi kegiatan pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

• Menjual tiket pertunjukan • Loket • Hall • Lobby • Panggung • Auditorium • Ruang ganti • Ruang kontrol


(37)

• Melakukan kegiatan sanitair

• Ruang kontrol tata lampu • Ruang proyektor • Ruang persiapan • Ruang rias dan

ruang ganti • Ruang kostum • Ruang

Mekanikal & Elektrikal • Gudang • Toilet Pengguna sanggar • Mempersiapkan

pertunjukan • Mengganti kostum • Melakukan

pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

Pengunjung • Membeli tiket pertunjukan • Menonton

pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

Rekreasi Pengguna sanggar • Melakukan pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

• Open space/plaza

Pengunjung • Menonton pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

Makan & minum Karyawan • Membeli makanan dan minuman • Menonton

pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

• Ruang Makan • Dapur

• Selasar • Gudang • Toilet

Pengguna sanggar • Membeli makanan dan minuman • Menonton


(38)

pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

Pengunjung • Membeli makanan dan minuman • Menonton

pertunjukan

• Melakukan kegiatan sanitair

Penunjang Karyawan • Memberikan pelayanan

• Menerima titipan barang

• Menerima

pengembalian buku • Menjual souvenir • Melakukan kegiatan

fotokopi

• Memamerkan hasil karya para seniman • Mendokumentasikan

kegiatan Taman Budaya Sumatera Utara

• Melakukan kegiatan ibadah

• Melakukan kegiatan sanitair

• Perpustakaan • Galeri

• Toko souvenir • Musholla • Toilet

Pengguna sanggar • Meminjam buku • Membaca buku • Membeli souvenir • Memamerkan hasil


(39)

karya

• Melakukan kegiatan ibadah

• Tinggal sementara • Melakukan kegiatan

sanitair

Pengunjung • Meminjam buku • Membeli souvenir • Melakukan kegiatan

ibadah

• Melakukan kegiatan sanitair

2.4.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Persyaratan ruang yang akan dibahas adalah persyaratan pada ruang untuk fasilitas administrasi, fasilitas latihan fasilitas pertunjukan, fasilitas rekreasi, fasilitas makan dan minum, serta fasilitas penunjang.

2.4.4.1Fasilitas Administrasi

Fasilitas administrasi ini disesuaikan dengan jumlah pegawai dan pengunjung yang datang ke Taman Budaya Sumatera Utara.

2.4.4.2Fasilitas Latihan

Fasilitas latihan terdiri untuk latihan seni music, seni tari, seni teater, dan seni rupa. • Seni Musik

Pada fasilitas seni musik ada beberapa ruang yang sangat dibutuhkan yaitu : • Ruang kelas teori

Ruang kelas teori digunakan untuk memberikan teori mengenai musik. Sebelum masuk ke studio latihan murid-murid biasanya diajarkan secara teori. Ruangan ini dikhususkan untuk masing-masing jenis permainan musik.


(40)

Ruang latihan vocal ini ditujukan bagi siwsa yang ingin meningkatkan dalam bidang tarik suara.

• Ruang latihan gitar

Ruang latihan gitar dibagi lagi menjadi 3 ruangan, yaitu:  R. latihan gitar klasik

 R. latihan gitar elektrik  R. latihan gitar bass • Ruang latihan piano

Asal mula kata piano sebenarnya adalah pianoforte, yang berasal dari bahasa Italia. Piano dibuat oleh Bartolomeo Cristofori pada tahun 1720-an. Secara umum, piano termasuk ke dalam kelompok musik instrumental. Piano memproduksi suara dari getaran papan suara yang volumenya dapat diperkuat (dapat diatur besar kecilnya). Aliran music piano, antara lain:

 Piano klasik  Piano jazz  Piano pop

Ruang latihan keyboard

Ruang ini digunakan untuk latihan alat musik keyboard. • Ruang latihan drum

Ruangan ini digunakan untuk latihan alat music keyboard. Ruangan ini tentunya membutuhkan besaran yang lebih luas karena alat musiknya yang juga memiliki ukuran yang cukup besar.

• Seni Tari

Pada fasilitas seni tari ada beberapa ruang yang sangat dibutuhkan yaitu : • Studio tari

Ada beberapa hal penting yang mempengaruhi perancangan studio tari, antara lain :  Proporsi ruang

Studio tari sebaiknya dirancang secara proporsional dengan pertimbangan area untuk menari yang proporsional adalah berbentuk persegi atau bujur sangkar dan bebas kolom, yang memungkinkan pergerakan ke segala arah di dalam ruangan.


(41)

Permukaan lantai untuk sanggar tari haruslah menunjang untuk kegiatan tersebut, gambar 2.5 dibawah ini menunjukkan lapisan-lapisan yang digunakan pada lantai di sanggar tari

 Ruang penyimpanan  Kualitas estetika ruang  Ruang yang terang

 Sistem akustik yang baik dan kedap suara  Ventilasi

 Pencahayaan yang fleksibel, mudah dikontrol, dan bebas silau

Studio tari merupakan ruang untuk kegiatan kreatif serta konsentrasi. Ruang latihan tari sebaiknya berbentuk persegi yang proporsional untuk pergerakan penari dan instrukturnya. Bidang-bidang lengkung, sisi-sisi yang sejajar, atau ruang yang menyempit sebaiknya dihindari karena akan menyulitkan para penari untuk bergerak bebas.

Beberapa contoh besaran studio tari dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini

Tabel 2.4 besaran studio

Kecil (m2) Sedang (m2) Besar (m2)

Yorkshire Dance 90 160 200

Scotiabank Dance

Centre 80 160 280

509 Dance 80 130 160

Dengan studi banding di atas, maka diasumsikan besaran studio tari adalah: Studio kecil : 80 m2

Studio sedang : 160 m2 Studio besar : 280 m2


(42)

• Ruang ganti

Ruang ganti ini berguna untuk mengakomodasi kebutuhan para penari. Pada area ini dibutuhkan beberapa ruang utama dan persyaratan lainnya, seperti :

 Ruang ganti bagi peserta dan juga ruang ganti khusus bagi bintang tamu yang melakukan pertunjukan pada event-event tertentu.

 Meja rias, cermin, dan lampu harus tersedia seefektif mungkin.  Ruang locker juga memerlukan pengamanan yang baik.

• Ruang istirahat

Pada fasilitas tari, perlu disediakan ruang istirahat, seperti yang ada pada tempat umum lainnya, dengan area duduk atau area istirahat yang ditempatkan di luar jalur sirkulasi, yang memungkinkan para partisipan untuk beristirahat atau memulihkan tenaga setelah menari.

• Seni Teater

Pada fasilitas seni teater ada beberapa ruang yang sangat dibutuhkan yaitu : • Ruang Latihan Teater

Persyaratan untuk ruang latihan teater adalah sebagai berikut :

 Ruangan dilengkapi dengan kamera, agar para pemain dapat menyaksikan aktingnya sendiri guna mengetahui kekurangan-kekurangannya dalam latihan. Ruangan dilengkapi sistem akustik yang baik.

• Seni Rupa

Pada fasilitas seni rupa ada beberapa ruang yang sangat dibutuhkan yaitu : • Ruang Latihan Seni Rupa

Persyaratan pada ruang latihan seni rupa adalah :

 Ruangan dilengkapi peralatan untuk mendukung kegiatan seni rupa

2.4.4.3Fasilitas Pertunjukan

Pada fasilitas pertunjukan ada beberapa ruang yang sangat dibutuhkan yaitu : • Gedung Pertunjukan


(43)

Gedung ini disediakan untuk menampung pertunjukan tari, teater dan musik. Pada tari, para penari melakukan pertunjukan di atas panggung, sedangkan dansa melakukan pertunjukan di lantai. Oleh karena itu, gedung pertunjukan harus dapat disesuaikan dengan kedua kebutuhan yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dan juga pada gambar 2.6 dan gambar 2.7 dibawah ini

Kecil Sedang Besar

Drama 8 10 10

Opera 12 15 20

Tari 10 12 15

Musik 10 12 15

Lain-Lain 12 15 20

Di dalam gedung pertunjukan terdapat toilet untuk penonton dan penampil, ruang ganti, ruang rias, lobby, ruang kontrol dan juga gudang.

Tabel 2.5 Lebar Panggung untuk Berbagai Pertunjukan

Gbr.2.6 Batasan Penglihatan dan Pendengaran pada gedung Pertunjukan

Keterangan:

a = bentuk kaki kuda b = bentuk kipas 900


(44)

Concert hall adalah suatu fasilitas untuk mengkomunikasikan segala jenis performing arts. Komponen utama pada sebuah concert hall :

 Auditorium/stage  Ruang publik  Backstage

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam auditorium/stage ini adalah: - Garis pandangan (sight lines)

Garis pandangan ini adalah untuk mendapatkan pemandangan penonoton yang

jelas, bebas

dari

halangan dan

terbuka seperti

yang

diilustrasikan pada gambar 2.8

Keterangan :

P : titik pandang terendah dan berdekatan pada panggung yang dapat dilihat jelas oleh penonton. Jika panggung dapat dinaikan (600-1100 mm) dari lantai terendah auditorium maka P adalah setting line dari pertunjukan. Setting line pertunjukan tidak boleh lebih dari 600 mm dari lantai panggung. Jika terdapat orchestra pit maka P adalah kepala konduktor orkestra.


(45)

HD : jarak horizontal antar mata penonton tepat dibelakangnya, dimana berhubung dengan ruang antar baris kursi (760-1150).

EH : tinggi mata normal 1120 mm diatas lantai dibawahnya, titik mata ini akan tergantung pada dimensi kursi.

E : jarak antara pertengahan mata dengan kepala bagian atas, diambil 100 m. Untuk kepastian pemandangan yang jelas/ terbuka min 125 mm

D : jarak antara penonton di baris depan dengan P. Lebih dekatnya baris pertama dengan stage mengakibatkan rendahnya posisi lantai penonton.

- Pengaturan kursi auditorium

Pengaturan kursi ini adalah untuk memberikan kenyamanan penonton pada suatu pertunjukan. Untuk standar kursi pada area concert hall dapat ditentukan melalui keterangan di bawah ini dan juga gambar 2.9

- Dimensi kursi

- Lebar kursi dengan sandaran lengan minimal 525 mm - Lebar kursi tanpa sandaran lengan minimal 450 mm

- Tinggi kursi dan kemiringan : 430-450 mm dan sudut horizontal 7-9º

- Tinggi sandaran punggung dan kemiringan 800-850 mm dari lantai (dapat ditinggikan untuk alasan akustik) dan sudut belakang 15-20º

- Kedalaman kursi : 600-720 mm untuk kedalaman kursi dan sandaran punggung, jika kursi dapat dilipat maka kedalaman : 425-500 mm

- Sandaran lengan : lebar min.50 mm, tinggi 600 mm diatas lantai. - Jumlah kursi dalam satu baris:

- Ruang antar baris kursi:


(46)

Persyaratannya adalah ruang lewat (clearway) : min 300-500 mm, dimensi jarak antar baris min 850 mm, yang dapat diilustrasikan seperti gambar di 2.10 di bawah ini.

- Gangways

Persyaratannya adalah lebar min 1100 mm, kemiringan 1:10 dan 1:12 jika digunakan oleh pemakai kursi roda, landasan yang lebih miring harus memilki anak tangga biasa.

- Akustik

Hasil akustik suatu pertunjukan meliputi kualitas suara, baik berupa musik maupun dialog, yang didengarkan oleh penonton dan juga para pelaku pentas diatas panggung. Akustik tidak terlepas dari penggunaan bahan dan konstruksi penyerap bunyi yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang, diantaranya bahan berpori, penyerap panel/selaput, karpet dan kain. Selain itu dapat dibantu dengan penggunaan komputer atau alat seperti sound reflecting disk yang dapat mengatur waktu untuk merefleksikan suara berdasarkan jenis pertunjukan yang sedang berlangsung.

• Ampitheatre

Ampitheatre merupakan fasilitas untuk melakukan pertunjukan outdoor dan didesain sedemikian rupa agar memiliki pantulan suara yang baik.

2.4.4.4Fasilitas Rekreasi

Fasilitas rekreasi yang terdapat pada Medan Cultural Center adalah sebagai berikut :

Open Space


(47)

space atau plaza ini merupakan tempat yang berfungsi untuk melakukan pertunjukan seni tari dan teater di tempat terbuka dengan daya tampung sekitar 200 orang

Jalan Seni

Jalan seni adalah tempat para pejalan kaki untuk mengelilingi Taman Budaya Sumatera Utara yang disekitar jalan tersebut terdapat pertunjukan kesenian seperti seni musik dan seni rupa

2.4.4.5Fasilitas Makan dan Minum

Fasilitas makan dan minum yang disediakan pada Medan Cultural Center adalah restaurant.

Restaurant

Hal yang perlu diperhatikan adalah pada area :  Ruang makan

Ruang makan memiliki persyaratan yaitu memiliki kebersihan yang dijaga, luas satu area ruang duduk kurang lebih 2 m2 untuk empat kursi dan satu meja

 Dapur

Dapur memiliki persyaratan yaitu, dilengkapi dengan penghisap panas untuk mengurangi udara panas, dapur hendaknya tidak terlihat langsung dari ruang makan agar tidak mengganggu kenyamanan para pengunjung, dapur dilengkapi dengan gudang-gudang penyimpanan makanan.

2.4.4.6Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang disediakan pada Medan Cultural Center adalah :

Perpustakaan

Perpustakaan dikhususkan untuk buku-buku tentang seni dan ditujukan untuk para pengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang seni. Ruangan ini dilengkapi dengan interior yang menarik dan nyaman untuk menarik minat pengunjung


(48)

Galeri dipergunakan untuk menyediakan kebutuhan akan tempat pameran yang berkenaan dengan kesenian. Ruangan ini dilengkapi dengan interior yang menarik dan nyaman untuk menarik minat pengunjung.

Toko souvenir

Toko souvenir dipergunakan untuk menyediakan kebutuhan akan tempat penjualan souvenir yang berkenaan dengan kesenian. Ruangan ini dilengkapi dengan interior yang menarik dan nyaman untuk menarik minat pengunjung.


(49)

2.4.5 Studi Banding Fungsi Sejenis

Untuk mambantu perancangan Medan Cultural Center ini maka penulis mempelajari beberapa bangunan sejenis untuk dijadikan sebagai studi banding, yaitu : Taman Ismail Marzuki, Esplanade di Singapura, dan Tho-ha Village di Vietnam.

2.4.5.1Taman Ismail Marzuki

Taman Ismail Marzuki adalah Taman Budaya yang terletak di Jakarta yang berada di jalan Cikini Raya no 73, Jakarta Pusat (gambar 2.11). TIM dibangun diatas areal tanah seluas sembilan hektar. Dulu tempat ini dikenal sebagai ruang rekreasi umum Taman Raden Saleh (TRS). Pengunjung TRS selain dapat menikmati kesejukan paru-paru kota dan

nonton sejumlah hewan, juga bisa nonton balap anjing di treck Balap Anjing yang kini

berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televisi IKJ. Ada juga lapangan bermain sepatu roda berlantai semen. Fasilitas lainnya ialah dua

gedung bioskop, Garden Hall dan Podium melengkapi suasana hiburan malam bagi warga

yang suka nonton film. Tetapi sejak 37 tahun lalu suasana seperti itu tidak lagi dapat ditemukan. Khususnya setelah Bang Ali menyulap tempat ini menjadi Pusat Kesenian Jakarta TIM


(50)

Taman Ismail Marzuki merupakan Taman Kesenian yang memiliki fasilitas-fasilitas yang mewadahi kesenian daerah Jakarta yang terdiri dari seni sastra, seni rupa, seni teater, seni musik, seni musik dan film. Fasilitas-fasilitas yang ada di Taman Ismail Marzuki adalah Graha Bakti Budaya, Galeri Cipta, Teater Kecil/Teater Studio, Teater Halaman

• Graha Bhakti Budaya

Graha Bhakti Budaya (gambar 2.12) adalah Gedung Pertunjukan yang besar, mempunyai kapasitas 800 kursi, 600 kursi berada di bawah dan 200 kursi di balkon. Panggung GBB berukuran 15m x 10m x 6m. Gedung ini dapat dipergunakan untuk gedung pertunjukan konser musik, teater baik tradisional maupun modern, tari, film, dan dilengkapi dengan tata cahaya, sound sistem akustik, serta pendingin ruangan.

Gambar 2.12 : Graha Bhakti Budaya

• Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III

Galeri Cipta II (Gambar 2.13) adalah ruang pameran yang lebih besar dari Galeri Cipta III (GC III). Kedua ruang tersebut dapat dipergunakan untuk pameran seni lukis, seni patung, diskusi dan seminar, dan pemutaran film pendek. Gedung ini dapat memuat sekitar 80 lukisan dan 20 patung serta dilengkapi dengan pendingin ruangan, tata cahaya khusus, tata suara serta panel yang dapat dipindah-pindahkan.


(51)

Gambar 2.13 Galeri Cipta II dan Galeri Cipta III

• Teater Kecil/Teater Studio

Teater studio (gambar 2.14) merupakan gedung pertunjukan yang dipersiapkan untuk 200 orang. Gedung ini mempunyai banyak fungsi seperti seni pertunjukan teater, musik, pembacaan puisi, seminar,dll. Teater Kecil mempunyai ukuran panggung 10m x 5m x 6m. Gedung ini juga dilengkapi sistem akustik, tata cahaya dan pendingin ruangan.


(52)

• Teater Halaman (Studio Pertunjukan Seni)

Teater halaman (gambar 2.15) Dipersiapkan untuk pertunjukan seni eksperimen bagi seniman muda teater dan puisi, mempunyai kapasitas penonton yang fleksibel.

Gambar 2.15 : Teater Halaman

• Plaza dan Halaman

TIM mempunyai areal parkir yang cukup luas yang merupakan lahan serba guna dan dapat dipergunakan untuk berbagai pertunjukkan kesenian open air.

Hal-hal yang dapat dipelajari dari Taman Ismail Marzuki adalah :

• Peletakan Taman Ismail Marzuki yang berada pada daerah yang strategis yaitu di jalan Cikini Raya.

• Penyediaan fasilitas-fasilitas yang dapat mewadahi seni dan budaya di Jakarta. • Desain bangunan dan interior yang mengutamakan kenyamanan pengunjung dan

tetap memperhatikan keindahan visual yang berperan penting pada saat pertunjukan seni dan kebudayaan.


(53)

2.17 Interior Retai Bangunan

2.4.5.2 Esplanade Singapore

Esplanade sebenarnya merupakan salah satu bangunan exhibition hall (gambar 2.16) yang paling terkemuka di Singapore. Yang memiliki beberapa bangunan teater utama serta ruangan tambahan lainnya.

Konsep yang ingin diambil dari bangunan ini adalah konsep penggunaan retail di sekeliling bangunan (gambar 2.17) yang berfungsi untuk menarik minat masyarakat sekitar, sehingga bangunan dapat menjadi lebih hidup.

Penggunaan retail pada bangunan yang akan dirancang nantinya diharaplkan tidak hanya untuk menarik minat masyarakat untuk datang. Tetapi juga tetap berfungsi secara ekonomis dan juga berfungsi untuk tempat penjual dari barang kerajinan yang dihasilkan di tempat ini.

Pada Esplanade memiliki fasilitas pertunjukan yang terdiri dari concert hall dan teater (gambar 2.18 dan gambar 2.19).


(54)

Gambar 2.20 Perspektif Daegu Culture and Art Center

Gambar 2.21 Interior Daegu Culture and Art Center

2.4.5.3 Daegu Culture and Art Center

Untuk studi banding daegu cultural and art center, poin penting yang ingin diambil adalah contoh penerapan bentukan tradisional dalam bentuk bangunan modern masa kini. Di sini penulis ingin mempelajari bagaimana cara menerapkan bentukan tradisional yang ada di daerah Sumatera Utara ini ke dalam bentuk bangunan modern, seperti yang diterapkan pada eksterior Daegu Culture and Art Center serta pada interiornya (gambar 2.20 dan gambar 2.21). Dikarenakan nantinya pada daerah sekitar site yang merupakan daerah CBD adalah daerah dengan bangunan bertipe modern.


(55)

2.4.5.4 Vietnam Culture and Art Center

Pada studi banding kali ini merupakan salah satu pemenang dari kompetisi yang diadakan di Vietnam yang hasilnya seperti pada gambar di bawah ini (gambar 2.22 – gambar 2.25).

Gambar 2.22 konsep dan blok plan


(56)

Gambar 2.24 Perspektif eksterior Tho-Ha Village


(57)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Asal-Usul Neo Vernakular

Neo Vernakular merupakan aliran bentuk dan style yang lahir dari cabang Arsitektur Modern. Arsitektur Modern merupakan langgam arsitektur yang muncul pada akhir abad XIX dan abad XX. Zaman modern dalam arsitektur muncul sejak terjadinya Revolusi Industri di Inggris, sehingga menimbulkan revolusi sosial ekonomi yang melanda seluruh dunia yang juga mengakibatkan terjadinya perubahan besar dalam budaya, pola pikir, pola hidup masyarakat termasuk seni dan arsitektur.

Arsitektur modern berkembang seiring dengan adanya perkembangan teknologi. Mulai pertengahan abad XX, teknologi tidak lagi menjadi hambatan dalam mewujudkan bentuk bangunan.

Arsitektur Modern berkembang dengan sangat cepat, pada pertengahan abad XX arsitektur modern berkembang dalam bentuk, aliran, dan gaya secara paralel sampai akhir abad XX, ekletisme, modern awal ( fungsionalisme, rasionalisme, kubisme ), arsitektur modern akhir abad XX ( brutalisme, monumental, strukturalism, techno-artistic, Neo-Vernakular ), post modern dan modern kontemporer.

Arsitektur Neo Vernakular merupakan bagian dari arsitekturmodern akhir abad XX yang memiliki ciri sebagai berikut :

- Bentuk-bentuk merupakan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural ( tata letak denah, detail, struktur dan ornamen ).

- Tidak ahanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi, dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

- Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular, melainkan karya baru ( mengutamakan penampilan visualnya ).

3.2. Pengertian Tema

Arsitektur Neo Vernakular terdiri dari tiga kata “Arsitektur, Neo dan Vernakular”, yang memiliki pengertian sebagai berikut :


(58)

3.2.1 Pengertian Arsitektur

“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.”1

Arsitektur adalah seni atau pengetahuan tentang bangunan, khususnya, seni bangunan permukiman, gereja, jembatan, dan dengn struktur yang lainnya, utnuk tujuan kehidupan sipil, yang sering dibilang arsitektur sipil.(Architecture is the art or science of building, especially, the art of building houses, churches, bridges, and other structures, for the purposes of civil life; -- often called civil architecture).2

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, arsitektur adalah seni merancang bangunan, gaya bangunan.3

Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni.4

3.2.2 Pengertian Neo-Vernakular

Neo berarti baru, masa peralihan, sedangkan Vernakular adalah bahasa setempat, dalam arsitektur istilah vernakular digunakan untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektur atau ( tata letak, denah, struktur, detail, ornamen, dll ).

- Arsitektur Vernakular memperlihatkan jangka waktu yang spektakular untuk tetap

mengembalikan kejayaan pengetahuan yang disalurkan kembali menjadi reaksi yang naluriah terhadap dunia luar.

- Arsitektur Vernakular adalah kebudayaan seni manual ( seperti kayu, ukir ) dari bangunan, berdasarkan logika tektonik.

- Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah

tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat.

3

Encyclopedia Britannica, www.tripot.com

4

5

Poerwadaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

6


(59)

Neo Vernakular berarti bentuk-bentuk yang mengacu pada “bahasa setempat “dengan mengambil elemen-elemen arsitektur yang ada ke dalam bentuk modern. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular, melainkan menampilkan karya-karya baru ( mengutamakan visualnya ).

3.2.3 Interpretasi Tema

Pada arsitektur neo vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern namun juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain.

Arsitektur neo vernakular dimaksudkan agar tetap dapat melestarikan unsur-unsur lokal dengan lapisan modernisasi.

Dalam arsitektur Neo Vernakular banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern, namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemasdalam bentuk yang modern. Arsitektur neo vernakuler, ini menunjukkan suatu bentuk yang modern namun masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam.

Dalam arsitektur neo vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernacular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk.

3.2.4 Keterkaitan Tema dengan Judul

Medan Cultural Center yang akan dirancang bernuansakan perkampungan yang secara visual dikemas modern namun masih dapat melestarikan image budaya sesuai dengan budayanya, yang dimaksudkan memberikan kesan visual yang berbeda dari bentukan vernakularnya, sehingga neo vernakular sangat tepat diterapkan dalam pendekatan desain Medan Cultural Center yang secara fisik diterapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular yang dikemas dalam modern sehingga berbeda dengan visual vernakularnya, untuk mendukung terciptanya nuansa perkampungan tersebuat maka diterapkan elemen non fisik seperti budaya, pola piker, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain sehingga nuansa kampung adat dapat dirasakan pengunjung Medan Cultural Center.

Arsitektur modern Neo-Vernakular ini identik dengan penerapan lingkungan sekitar, baik budaya, pemikiran dan sebagainya dengan paduan teknologi modern yang


(60)

baru, pada bangunan Medan Cultural Center ini penggunaan teknologi-teknologi baru yang diterapkan pada dinding seperti kaca dan struktur pondasi menggunakan material.

3.2.5 Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis

Beberapa studi banding yang diambil sebagai upaya pemahaman terhadap tema adalah Bandara International Soekarno-Hatta dan Kuala Lumpur International Airport.

3.5.1 Bandara Internasional Soekarno Hatta

Soekarno-Hatta International Airport merupakan bandara utama yang melayani Jakarta, Jawa, Indonesia. Terletak di daerah sub urban kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Prancis. Unit-unit sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok ( dari pipa-pipa baja ) yang diekspos. Unit-Unit dalam terminal tersebut dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat tropical sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar matahari. Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur joglo dalam dimensi yang besar, namun bentuk dan sistem konstruksinya tidak berbeda dengan sopo guru dan usuk, dudur, takir dan lain-lain dari elemen konstruksi Jawa seperti pada gambar 3.1


(61)

Pada interior (gambar 3.2) penggunaan material modern namun memiliki tampilan sperti kayu yang diterapkan pada kolom-kolom runag tunggumemberikan kesan yang modern namun natural.

3.5.2 Kuala Lumpur International Airport

Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (gambar 3.3) terletak di Kuala Lumpur di lahan seluas 10.000 ha, yang dirancang oleh Dr. Kisho Kurokawa. Airport ini memilki daya tampung 25 juta jiwa dalam rencana pengembangannya dibuat jalur penghubung antara Kuala Lumpur dengan pusat kota.

Gambar 3.1 Bandara Internasional Sukarno hatta


(62)

Bangunan didisain dengan gaya percampuran identitas nasional Malaysia dengan fasilitas high tech sehingga dapat mencerminkan Malaysia yang modern. Bandara ini menjadi simbol kebanggaan Malaysia dan menjadi kesan pertama yang menarik ketika para penumpang tiba di Malaysia.

Estetis bangunan, material yang digunakan pada bangunan memberikan atsmosfer yang mencerminkan kebudayaan Malaysia dan keindahan nuansa Islami seperti yang terlihat pada gambar 3.4. Desain memberikan kekhasan Malaysia. Bangunan ini menggabungkan dua elemen menjadi satu dan diakhiri dengan sesuatu yang lembut dan mengalir. Identitas Nasional ditonjolkan melalui abstraksi dan mengontraskan antara tradisional dan modern.


(63)

BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Fisik

Analisa fisik yang dilakukan dalam usaha pendekatan terhadap perancangan Medan Cultural Center yang terdapat pada wilayah CBD Polonia terdiri dari : analisis lokasi, analisis kondisi dan potensi lahan, analisis bangunan sekitar site, analisis view, analisis sirkulasi, dan analisis entrance.

4.1.1 Analisis Lokasi

Berikut adalah gambar lokasi perancangan Medan Cultural Center yang terletak pada wilayah CBD Polonia, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 dan gambar 4.2

Gambar 4.1 Peta CBD Polonia


(64)

Lokasi proyek Pengembangan Taman Budaya Sumatera Utara berada di kawasan CBD Polonia yang berada di lingkungan 13 yang memiliki peruntukan lahan yaitu sebagai fasilitas publik, dan pada perencanaan kawasan CBD Polonia area ini akan didirikan fasilitas Taman Seni dan Budaya Medan seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Kriteria pemilihan lokasi.

No. Kriteria Lokasi

Taman Budaya Sumatera

Utara 1. Tinjauan terhadap

struktur kota

Berada dikawasan strategis yang merupakan daerah komersil mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi komersil yang berskala kota sehingga mendukung fungsi bangunan untuk komersil, pameran dan pendidikan.

2. Wilayah Pengembangan

Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.

3. Lingkungan Berada di lingkungan yang strategis dan memiliki fungsi eksisting yang dapat mendukung bangunan.

4. Pencapaian atau aksesibilitas

Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum , maupun pribadi.

5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi komersial, pemukiman dan fungsi pendidikan.

6. Utilitas kota / lingkungan

Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai pendukung dalam lokasi site (listrik, air, telefon, drainase, dll)

7. Status kepemilikian

Ada status hak milik 

8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin


(65)

9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi cahaya yang masuk kedalam bangunan

10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.

11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. (> 1 Ha)

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi Taman Budaya Sumatera Utara yang berada di kawasan CBD Polonia layak untuk dijadikan lahan untuk proyek Pengembangan Taman Budaya Sumatera Utara.

4.1.2 Analisis Kondisi dan Potensi Lahan

Pada lokasi Taman Budaya Sumatera Utara terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan site yang dapat mendukung maupun menghambat proyek pengembangan Taman Budaya Sumatera Utara.

Kelebihan site Taman Budaya Sumatera Utara yang berada di kawasan CBD Polonia Medan, antara lain adalah :

• Berada pada salah satu jalan arteri pada kawasan CBD

• Pencapaian menuju site mudah karena jalan tersebut adalah akses utama pada kawasan CBD Polonia

• Dekat dengan hotel dan apartemen serta flat yang menjadi target pasar Taman Budaya Sumatera Utara tersebut.

• Tidak adanya perencanaan bangunan dengan fungsi yang sejenis di sekitar lokasi site.

Pada site ini memiliki kekurangan yatu sebagai berikut :

• Area tapak yang kurang penghijauan sehingga di dalam site terasa panas.

4.1.3 Analisis Bangunan Sekitar

Pada lokasi sekitar site terdapat berbagai jenis peruntukan lahan yaitu : fasilitas publik, bangunan permukiman dan bangunan komersial, serta area terbuka hijau yang dapat digambarkan sebagai berikut (gambar 4.3) :


(66)

Dari data diatas dapat dianalisa bahwa bangunan lain di sekitar site memiliki keterkaitan dengan Taman Budaya Sumatera Utara, yang merupakan faktor pendukung pengembangan Taman Budaya Sumatera Utara ini

4.1.4 Analisis View

Gambar 4.4 berikut mengilustrasikan tentang analisa terhadap view yang terdapat pada area perancangan Medan Cultural Center yang berlokasi di lokasi CBD Polonia, baik dari dalam ke luar bangunan maupun dari luar bangunan ke dalam bangunan Medan Cultural Center itu sendiri.


(67)

Pada site terdapat view yang baik dari berbagai arah site ke dalam bangunan hal ini terutama karena peruntukan lahan pada bangunan sekitar memiliki ketinggian bangunan lebih tinggi dari bangunan Taman Budaya Sumatera Utara, hal ini membuat Taman Budaya Sumatera Utara dapat terlihat dari mana saja di sekitar site.

Dari dalam site juga memiliki view yang baik ke berbagai arah di sekitar site yaitu terdapat bangunan high rise yang memiliki jarak pandang yang cukup dari dalam site, sehingga tidak memberi kesan yang mengerikan, seperti yang dapat digambarkan pada gambar 4.5 di bawah ini.


(68)

4.1.5 Analisis Sirkulasi

Untuk analisis sirkulasi menjelaskan tentang area potensial untuk masuk ke dalam site perancangan Medan Cultural Center.

Gambar 4.6 di bawah ini adalah gambar yang mengilustrasikan tentang arah arus kendaraan bermotor pada area sekitar wilayah perancangan site yang berada pada kawasan CBD Polonia

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada site terdapat 3 jalan yang dapat digunakan sebagai entrance pada site, site juga dikelilingi oleh 3 persimpangan yang rawan kemacetan, sehingga penempatan entrannce akan dipilih pada daerah yang paling optimal untuk kendaraan dan pejalan kaki.

Gambar 4.5 Analisa View dari dalam ke luar Site


(69)

4.1.6 Analisis Entrance

Gambar 4.7 di bawah ini adalah gambar untuk menjelaskan tentang area-area yang dapat dijadikan sebagai area entrance untuk menuju ke dalam site perancangan Medan Cultural Center yang berada di kawasan CBD Polonia.

Berdasarkan analisa sirkulasi maka dapat diperoleh terdapat 5 area yang mungkin dijadikan sebagai entrance ke Taman Budaya Sumatera Utara yang diilustrasikan sepertii diatas

Pada area no 1, entrance memiliki kelebihan yaitu dekat dengan gedung parkir sehingga konflik yang terjadi antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor dapat diminimalkan

Pada area 2,3,4 dan 5, memiliki kekurangan yang sama yaitu jauh dari gedung parkir sehingga konflik yang terjadi dengan pejalan kaki memiliki kemungkinan yang sangat besar jika area-area ini dijadikan sebagai entrance kendaraan bermotor.

1

2

3

4

5


(70)

Maka dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa area yang paling berpotensi untuk dijadikan sebagai entrance kendaraan adalah area pada daerah no 1.

4.2 Analisa Fungsional

Pada analisis fungsional adalah analisis yang bertujuan untuk melakukan pendekatan terhadap perancangan Medan Cultural Center yang bersifat non fisik.

4.2.1. Analisa Aktivitas

Pada proyek Medan Cultural Center akan menarik pemakai/pengunjung yang terdiri dari :

• Masyarakat umum kota Medan • Wisatawan domestik

• Wisatawan mancanegara

Semua jenis pengunjung yang telah disebutkan diatas datang dengan kegiatan yang terdiri dari :

• Kegiatan administrasi

Kegiatan ini adalah kegiatan yang merupakan rutinitas bagi para pegawai yang ada di Taman Budaya Sumatera Utara, yang berfungsi sebagai pihak pengelola yang mengatur agar Taman Budaya Sumatera Utara dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

• Kegiatan latihan

Pada Taman Budaya Sumatera Utara tersedia fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan-kegiatan latihan sanggar-sanggar yang ada di Taman Budaya yang terdiri dari sanggar tari, sanggar teater, sanggar seni rupa, dan sanggar musik.

Fasilitas-fasilitas yang akan disediakan pada Taman Budaya Sumatera Utara ini adalah gedung latihan tari, teater, musik dan seni rupa yang representatif untuk mendukung terciptanya karya-karya kebudayaan yang berkualitas baik.

• Kegiatan pertunjukan

Kegitan pertunjukan ini masih erat kaitannya dengan kegiatan latihan yang ada di Taman Budaya Sumatera Utara, pertunjukan ini merupakan event yang bisa menjadi media promosi bagi kebudayaan Sumatera Utara, sekaligus bisa menjadi sumber pendapatan daerah (komersial)


(71)

Dimana kegiatan rekreasi tersebut masih erat kaitannya dengan kebudayaan Sumatera Utara yang direpresentasikan oleh Taman Budaya Sumatera Utara ini. Seperti tersedianya open space sebagai tempat diadakannya tari-tari daerah Sumatera Utara, pagelaran teater, dan seni musik, serta karya seni rupa.

• Kegiatan makan dan minum

Makanan juga merupakan salah satu jenis kebudayaaan, oleh sebab itu kegiatan ini merupakan kegiatan yang merupakan kegiatan yang juga difasilitasi oleh Taman Budaya Sumatera Utara dengan tersedianya restaurant-restaurant makanan khas tradisional daerah Sumatera Utara.

4.3 Analisa Ruang

Analisis ruang bertujuan untuk mengetahui ruang-ruang apa saja yang dibutuhkan pada perancangan Medan Cultural Center yang terdapat pada kawasan CBD Polonia, yang terdiri dari : analisa fasilitas serta analisa jumlah pengunjung dan daya tampung.

4.3.1 Analisa Fasilitas

Proyek Medan Cultural Center ini memiliki fasilitas sebagai berikut : 4.3.1.1Fasilitas administrasi

Fasilitas ini disediakan untuk melayani kegiatan-kegiatan administrasi dan pengelolaan Medan Cultural Center yang terdiri dari :

• Ruang kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Taman Budaya • Ruang kepala sub bagian tata usaha

• Ruang kepala seksi teknis dan informasi • Ruang mekanikal dan elektrikal

• Ruang Staf urusan sub bagian tata usaha yang terdiri dari : • Ruang Staf urusan seksi teknis dan informasi yang terdiri dari :

4.3.1.2Fasilitas latihan

Fasilitas ini merupakan fungsi-fungsi yang dapat melayani kegiatan latihan rutin sanggar-sanggar yang ada di Medan Cultural Center, seperti :

• Sanggar seni tari • Sanggar seni musik • Sanggar seni rupa


(72)

• Sanggar seni teater/sastra (baik teater terbuka maupun teater tertutup)

4.3.1.3Fasilitas pertunjukan

Fasilitas ini disediakan untuk mewadahi event-event pertunjukan yang dilakukan di Medan Cultural Center baik oleh sanggar-sanggar yang ada di Medan Cultural Center maupun pameran-pameran kebudayaan yang diadakan oleh pihak di luar Medan Cultural Center, fasilitas tersebut terdiri dari :

• Gedung pertunjukan • Amphitheatre

4.3.1.4Fasilitas rekreasi

Fasilitas ini merupakan fasilitas yang mewadahi kegiatan bersantai, hiburan, atau menenangkan pikiran, yang terdiri dari :

• Open space/plaza

Open space atau plaza ini merupakan tempat yang berfungsi untuk melakukan pertunjukan seni tari dan teater di tempat terbuka.

• Jalan seni

Jalan seni adalah tempat para pejalan kaki untuk mengelilingi Taman Budaya Sumatera Utara yang disekitar jalan tersebut terdapat pertunjukan kesenian seperti seni musik dan seni rupa

4.3.1.5Fasilitas makan dan minum

Fasilitas makan dan minum merupakan fasilitas pendukung yang sangat dibutuhkan di Medan Cultural Center, sekaligus juga untuk memperkenalkan makanan tradisional daerah Sumatera Utara, fasilitas tersebut terdiri dari :

• Ruang Makan

• Dapur

• Selasar

• Gudang

4.3.1.6Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang melayani fungsi-fungsi kegiatan pendukung yang ada di Medan Cultural Center, yang terdiri dari :


(1)

(2)

(3)


(4)

(5)


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hill, Mc Graw. 1996. Time Saver Standard for Building Types, T i m e S a v e r Standards, A Hand Book of Architectural Design. New York

Neufert, Ernst . 1990. Data Arsitek Jilid 2 . terjemahan oleh Sjamsu Amril . Jakarta . Erlangga

Neufert, Ernst . 1990. Data Arsitek Jilid 1 . terjemahan oleh Sjamsu Amril . Jakarta . Erlangga

• http:/

Diakses 8 Februari, 2010.

2010.

• http://www.medantalk.com. •

Diakses 16 Maret, 2010. http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=1046. •

Diakses 14 Maret, 2010. http://www.sumutprov.go.id/ongkam.php?me=prioritas.

Diakses 8 Februari, 2010. http://www.wikipedia.com. Diakses 8 Februari, 2010.