Peran Mediator Hakim Dalam Proses Mediasi Pada Perkara Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Tanjungbalai)

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, manusia di bekali

dengan keinginan untuk melakukan pernikahan, karena pernikahan itu adalah
salah satu faktor untuk menjaga keberlangsungan kehidupan umat manusia di
muka bumi.Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1
Pada dasarnya pernikahan adalah proses penyatuan antara dua individu
yang berasal dari latar belakang yang berbeda dan memiliki kepribadian yang
berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.
Proses penyatuan tersebut membutuhkan persiapan dan kesiapan dari kedua
pasangan suami isteri beserta keluarga mereka.
Pengertian menurut UU Perkawinan terdapat Pasal 1 UU No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan yang berbunyi :
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagiadan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” 2
Sedangkan pengertian perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam
terdapat dalam Pasal 2 yang berbunyi :
“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat mitsaqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.”
1

Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta:
Elsas, 2008), hlm. 3
2
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1.

1
Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi tujuan dari perkawinan adalah:
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
2. Memenuhi


hajat

manusia

untuk

menyalurkan

syahwatnya

dan

menumpahkankasih sayangnya.
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan
kerusakan.
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak
serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta
kekayaan yang halal.
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram

atas dasar cinta dan kasih sayang. 3
Prinsip-prinsip yang dianut oleh UU perkawinan adalah sebagaimana yang
terdapat pada penjelasan Umum UU perkawinan itu sendiri yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar
masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan
mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil.
2. Dalam Undang-undang ini dinyatakan, bahwa suatu perkawinan adalah
sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Undang-undang ini menganut prinsip, bahwa calon suami isteri itu telah
harus masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan, agar
3

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 10

2
Universitas Sumatera Utara


supaya dapat diwujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir
pada perceraian dan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat.
4. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
bahagia, kekal dan sejahtera, maka undang-undang ini menganut prinsip
untuk

mempersukar

terjadinya

perceraian.

Untuk

memungkinkan

perceraian harus ada alasan-alasan tertentu serta harus dilakukan di depan
sidang pengadilan.
5. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kewajiban
suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan

masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga
dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami isteri. 4
Terkadang dalam menjalankan bahtera rumah tangga itu tidak selalu
mulus, pasti ada kesalahfahaman, kekhilafan, dan pertentangan.Percekcokan
dalam menangani permasalahan keluarga ini ada pasangan yang dapat
mengatasinya ada juga yang tidak dapat mengatasinya dan mengakibatkan
keretakan dalam hubungan suami isteri.Perceraian dipilih saat pasangan suami
isteri merasa sudah tidak dapat lagi mempertahankan pernikahan mereka.
Sebelum membahas lebih jauh, perlu diketahui bahwa dalam mengajukan
gugatan perceraian, alasan memilih bercerai menjadi pertimbangan penting bagi
pengadilan untuk menindaklanjuti gugatan cerai tersebut, karena itu penggugat
harus memiliki alasan bercerai juga menjadi pertimbangan atau tolak ukur bagi
pengadilan dalam memutuskan sejumlah persoalan lain yang terkait erat dengan
proses perceraian itu sendiri. Misalnya perebutan hak asuh anak, kebutuhan
4

Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), hlm. 7

3

Universitas Sumatera Utara

perkembangan mental anak, tuntutan permohonan nafkah serta persengketaan
harta gono-gini, oleh karena itulah diperlukan suatu kemampuan untuk
menjembatani permasalahan-permasalahan tersebut agar dapat selesai dengan
sebagaimana mestinya.Adapun alasan-alasan tersebut menurut Pasal 19 PP No. 9
Tahun 1975, perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan antara lain sebagai
berikut: 5
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,
dan sebagainya yang sukar untuk disembuhkan.
2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah, atau karena hal lain di luar
kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain.
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.
Dalam pasal 38 Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan
menentukan bahwa pada perjalanannya perkawinan dapat saja berakhir, yaitu jika
disebabkan oleh kematian, perceraian dan atas keputusan pengadilan. Perceraian
5

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 19

4
Universitas Sumatera Utara

hanya dapat dilakukan di depan pengadilan, baik itu karena suami yang telah
menjatuhkan cerai (talak), ataupun karena isteri yang menggugat cerai atau
memohonkan hak talak sebab sighat taklik talak. 6
Sebenarnya dalam agama Islam ketika suami mengucapkan talak maka
saat itu jugalah terjadi perceraian antara suami dengan isterinya tetapi karena
masyarakat tersebut hidup dalam suatu negara maka, perceraian pun dilakukan
dengan ikut campurnya negara untuk mengawasi dan melihat serta mengatur tata

cara perceraian sesuai dengan yang telah diatur dalam hukum positif yang berlaku
dalam suatu negara. Tujuan dari negara ikut serta dalam perceraian tersebut
adalah sebagai pelindung dari segala hal yang timbul baik hak maupun kewajiban
sebagai akibat hukum dari perceraian yang dialami oleh suami maupun isteri,
begitu juga anak yang telah ada selama perkawinan dan harta yang dikumpulkan
selama terikat dalam suatu perkawinan dan bagaimana tentang perjanjian pranikah.
Dasar melakukan perceraian terdapat dalam Pasal 39 ayat 1 UU No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi :“Perceraian hanya dapat
dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah pengadilan bersangkutan berusaha
dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”.
Dengan Pasal 39 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 ini juga sebagai dasar
dilakukannya perdamaian terlebih dahulu atau disebut mediasi. Pada sidang ke -1
ketika para pihak yang berperkara sudah dipanggil dan berada didalam ruang
sidang maka hakim pemeriksa perkara wajib memberikan kesempatan pada para
pihak untuk menyelesaikan sengketa diluar persidangan (mediasi). Mediasi

6

Budi Susilo, Prosedur Gugatan Cerai, (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2007), hlm. 17.


5
Universitas Sumatera Utara

adalahsuatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui
perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki
kewenangan memutus. 7 Dalam pasal 39 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 yang
menyebutkan “setelah pengadilan sudah berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak” maka dengan itu Pengadilan wajib melakukan
mediasi atau mendamaikan kedua belah yang hendak bercerai terlebih dahulu.
Dalam proses mediasi para pihak akan dipimpin oleh seorang mediator (mediator
adalah orang yang dipilih oleh para pihak untuk menjadi penengah dalam proses
mediasi) untuk menjembatani kepentingan-kepentingan para pihak, dalam
pemilihan mediator para pihak berhak memilih mediator diantara; hakim bukan
pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan atau seseorang yang
memiliki sertifikat sebagai mendiator. Dalam salah satu fungsi mediator wajib
memanggil kedua belah pihak baik secara pribadi (in person) atau melalui
kuasanya, untuk duduk bersama mendengarkan dan berkompromi menyelesaikan
masalah dengan baik dan menuangkan pendapat masing-masing dalam
kesepakatan. 8 Agar tercapainya suatu kesepakatan maka dalam proses mediasi
memakai asas iktikad baik dalam perjalanannya sesuai dengan Pasal 7 ayat 1

Perma No. 1 tahun 2016 “Para pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh
Mediasi dengan iktikad baik”.
Mediasi perceraian sebagai salah satu penyelesaian sengketa yang hadir
untuk

meminimalisir

efek

dari

masalah

yang

hadir

dalam

sengketa


perceraian.Tujuan dari mediasi ini pun sudah jelas yaitu menghasilkan suatu
7

Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 12
8
M. Yahya Harahap, Beberapa tinjauan mengenai sistem peradilan dan penyelesaian
sengketa, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 243.

6
Universitas Sumatera Utara

putusan perdamaian agar tidak ada lagi upaya hukum yang dilakukan para pihak
dalam perkara perceraian.Mediator yang di pilih para pihak mempunyai peran
penting agar tercapainya perdamaian antara kedua belah pihak. Oleh karena
pemikiran pemikiran tersebut diatas, judul skripsi ini menyangkut tentang hal-hal
yang berkaitan dengan peran mediator hakim dalam suatu perkara perceraian di
pengadilan yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Adapun judul skripsi ini adalah “Peran Mediator Hakim Dalam Proses
Mediasi Pada Perkara Perceraian”

B.

Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan di angkat dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut :
1. Bagaimana Proses Mediasi dalam Perkara Perceraian di Pengadilan
Agama ?
2. Apakah Peran Mediator Hakim dalam Proses Mediasi Pada Perkara
Perceraian ?
3. Apa sajakah Faktor-Faktor Penghambat Keberhasilan Mediasi dalam
Perkara Perceraian ?

C.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses mediasi dalam perkara perceraian di Pengadilan
Agama.

7
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui peran mediator hakim dalam proses mediasi pada
perkara perceraian.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat keberhasilan mediasi dalam perkara
perceraian.

D.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari penulisan skripsi ini yaitu, sebagai berikut:
1. Manfaat secara teori
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan

masukan sekaligus sebagai acuan dalam perkembangan ilmu hukum di
Indonesia.Hal-hal yang tertuang dalam penulisan skripsi ini diharapkan
menambah pengetahuan para mahasiswa hukum dan juga masyarakat khususnya
berkaitan dengan mediasi perceraian serta peran mediator. Skripsi ini diharapkan
dapat memberikan gambaran yang nyata kepada masyarakat tentang bagaimana
peran mediator dalam proses perkara perceraian di pengadilan agama.
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memberikan pengetahuan
tentang pengertian perceraian, tata cara perceraian, akibat hukum perceraian, serta
ruang lingkup mediasi, tujuan dan manfaat mediasi, prinsip-prinsip mediasi,
kewenangan dan tugas mediator secara umum dan juga dapat memberikan
pengetahuan tentang peran mediator dalam menyelesaiakan suatu sengketa dalam
memediasi para pihak yang bersengketa dalam kasus perceraian, maka skripsi ini
diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa dan praktisi hukum khususnya advokat
dan para hakim, pemerintah, mediator, maupun masyarakat khususnya para pihak

8
Universitas Sumatera Utara

yang terlibat dalam suatu perkara perceraian sehingga penulisan skripsi ini dapat
dijadikan acuan dalam penyelesaian perkara perceraian melalui proses mediasi.

E.

Metode Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian kita tidak terlepas dengan penggunaan

metode. Setiap penelitian haruslah menggunakan metode guna menganalisa
permasalahan yang akan dibahas dalam suatu penelitian. Adapun metode yang
dipakai penulis adalah :
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis
normatif. Yuridis normatif adalah penelitian dengan cara pengambilan bahan
maupun data dari kepustakaan dimana penelitian ini mengacu kepada peraturan
perundang-undangan dan norma-norma hukum dalam masyarakat. Metode
penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research)
yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku
(law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim
melalui proses pengadilan (law is decided by the judge through judicial process). 9
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif yang dimana
penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang bagaimana ataupun
keseluruhan

objek

yang

akan

diteliti.

Penelitian

deskriptif

bertujuan

menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk
9

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Grafitti
Press, 2006), hlm. 118.

9
Universitas Sumatera Utara

menentukan ada tidaknya hubungan antara satu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat. Penelitian ini, kadang-kadang berawal dari hipotesis tetapi dapat juga
tidak bertolak dari hipotesis, dapat membentuk teori-teori baru atau memperkuat
teori yang sudah ada dan dapat menggunakan data kualitatif atau kuantitatif.
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder.Data sekunder
yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan meliputi buku-buku yang
berkaitan dengan objek penelitian, peraturan perundang-undangan, artikel hukum,
pendapat para sarjana dan bahan lainnya.Data sekunder ini juga didukung dengan
wawancara kepada Mediator Hakim yang melaksanakan mediasi di Pengadilan
Agama Tanjungbalai.Data sekunder dapat dibagi menjadi :
a.

Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu PERMA No. 1
Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, UU No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, dan UU No. 7
Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama.

b.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
tentang hukum primer antara lain berupa buku-buku ataupun tulisan
ilmiah hukum yang berkaitan dengan judul penelitian.

c.

Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
tentang bahan hukum primer dan sekunder antara lain berupa kamus,
ensiklopedia, maupun artikel hukum dari internet.

4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan (Data Sekunder)

10
Universitas Sumatera Utara

Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang berkaitan
dengan masalah yang diangkat dalam skripsi ini.Seperti : buku-buku hukum,
makalah hukum, artikel hukum, pendapat para sarjana dan bahan-bahan lainnya.
b. Studi Lapangan (Data Primer)
Penelitian langsung ke lapangan yang dilakukan dengan wawancara antara
penulis dengan mediator hakim yang melaksanakan mediasi di Pengadilan Agama
Tanjungbalai. Wawancara yang dilakukan penulis mengenai peran mediator
hakim dalam proses mediasi pada perkara perceraian di Pengadilan Agama
Tanjungbalai.
5. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, metode
kualitatif ini digunakan agar penulis dapat mengerti dan memahami gejala yang di
telitinya. 10Penulisan skripsi dengan metode analisis kualitatif dilakukan dengan
menelaah bahan-bahan hukum baik dari buku-buku, internet, serta peraturan
perundang-undangan dan juga melakukan analisis hukum tentang peristiwaperistiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat pada saat sekarang ini.Peneliti
mencari tahu dan menggali sumber yang berkaitan dengan peristiwa hukum yang
dituangkan dalam penelitian ini.

F.

Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “ PERAN MEDIATOR HAKIM DALAM PROSES

MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN
AGAMA

TANJUNGBALAI)”.

Langkah

awal

yang

dilakukan

penulis

10

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
2007), hlm. 21.

11
Universitas Sumatera Utara

sebelumnya adalah melakukan penelusuran terhadap judul skripsi yang ada pada
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Penulis menemukan beberapa skripsi
yang memiliki sedikit kesamaan dengan judul skripsi ini, yaitu :
1. Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Permbagian Harta Bersama
Setelah Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Medan) oleh Riscia Gusti
Bella dengan permasalahan :
a. Bagaimana Proses Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa ?
b. Bagaimana Peran Mediator Dalam Menyelesaikan Sengketa Pembagian
Harta Bersama ?
c. Apa Hambatan Yang Dihadapi Oleh Mediator Dalam Penyelesaian
Sengketa Pembagian Harta Bersama ?
2. Kedudukan Mediator dalam Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Negeri
Medan (Studi Terhadap Efektifitas Perma No. 1 Tahun 2016) oleh Husna
Iffa Afrida dengan permasalahan :
a. Bagaimana Kedudukan Mediator dalam Penyelesaian Sengketa di
Pengadilan Negeri Medan ?
b. Bagaimana efektifitas Perma No. 1 Tahun 2016 di Pengadilan Negeri
Medan ?
c. Kendala-Kendala apa saja yang dialami Mediator dalam Pelaksanaan
Mediasi di Pengadilan Negeri Medan ?
3. Peran Mediator Hakim Dalam Penyelesaian Perkara Perdata Menurut
PERMA NO. 1 Tahun 2008 oleh Selly Herwina dengan Permasalahan :
a. Bagaimana Mediasi Pada Umumnya baik di dalam Pengadilan maupun
di dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 ?

12
Universitas Sumatera Utara

b. Bagaimana kedudukan Hakim Mediator dalam menyelesaikan perkara
menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 ?
c. Bagaimana Pelaksanaan Putusan Perdamaian Dalam Proses Mediasi ?

G.

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulis dan penjabaran

penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini
dibagi menjadi 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I

:

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, yaitu apa alasan
yang mendorong penulis untuk mengangkat judul ini dalam
suatu penelitian hukum. Permasalahan, yaitu hal-hal yang
menjadi permasalahan dari penulisan skripsi ini yang
nantinya akan dicari solusi dari permasalahan tersebut.
Tujuan penelitian yaitu maksud dari penulis melakukan
penulisan skripsi ini. Manfaat penelitian yaitu apa manfaat
yang akan ditimbulkan dengan adanya skripsi ini baik bagi
penulis maupun setiap pembaca. Metode penelitian yaitu
metode yang dipakai penulis dalam mengkaji setiap
permasalahan. Keaslian Penulisan yaitu penegasan bahwa
skripsi ini dapat dijamin keasliaannya dan buka merupakan
plagiat dari penulisan lain. Sistematika Penulisan yaitu
uraian ringkas dari skripsi ini.

BAB II

:

TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI

13
Universitas Sumatera Utara

Bab ini menguraikan tentang pengertian umum tentang
mediasi, ruang lingkup mediasi, tujuan dan manfaat
mediasi, prinsip-prinsip mediasi serta kewenangan dan
tugas mediator.
BAB II I

:

TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN
Bab ini membahas tentang pengertian perceraian, dasar
hukum perceraian, tata cara perceraian dan akibat hukum
percerian menurut undang-undang maupun menurut hukum
Islam.

BAB IV

:

PERAN

MEDIATOR

HAKIM

DALAM

PROSES

MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI
PENGADILAN AGAMA TANJUNGBALAI)
Bab ini menjelaskan tentang proses mediasi dalam perkara
perceraian di pengadilan agama, peran mediator hakim
dalam proses mediasi pada perkara perceraian dan faktorfaktor penghambat keberhasilan mediasi dalam parkara
perceraian.
BAB V

:

PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan skripsi ini
yang berisikan kesimpulan dan saran dari bab-bab yang
telah dibahas sebelumnya.

14
Universitas Sumatera Utara