Peran Mediator Hakim Dalam Proses Mediasi Pada Perkara Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Tanjungbalai)

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG MEDIASI

A.

Pengertian Mediasi dan Ruang Lingkup Mediasi
1. Pengertian Mediasi
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan

untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Mediasi
merupakan proses negosiasi pemecahan masalah, dimana pihak luar yang tidak
memihak (impartial) bekerjasama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari
kesepakatan bersama. Mediator tidak berwenang untuk memutus sengketa, tetapi
hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dikuasakan kepadanya. 11
Istilah Mediasi secara etimologi berasal dari bahasa latin, mediare yang
berarti berada ditengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak
ketiga

sebagai


Mediator

dalam menjalankan

tugasnya

menengahi

dan

menyelesaikan sengketa para pihak.“ Berada di tengah” juga bermakna Mediator
harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Mediator harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang
bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust)
dari para pihak yang bersengketa. 12

11

Khotibul Umam, Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan, (Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Yustisia, 2010), hlm. 10.

12
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 2.

15
Universitas Sumatera Utara

Penjelasan Mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan
kepada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk
menyelesaikan perselisihannya, dimana hal ini sangat penting untuk membedakan
dengan penyelesaian sengketa lainnya seperti Arbitrase, Negosiasi, Adjudikasi
dan lain-lain.
Pengertian Mediasi secara etimologi tersebut diatas masih sangat umum
sifatnya, belum menggambarkan secara konkret esensi dan kegiatan mediasi
secara menyeluruh, untuk itu perlu diuraikan pengertian mediasi secara
terminologi yang diungkapkan para ahli.
Pengertian mediasi secara terminologi yang diungkapkan para ahli antara
lain :
1.


2.

3.

Gary H. Barnes menyatakan mediasi adalah proses untuk
menyelesaikan sengketa dengan bantuan pihak netral. Peranan pihak
netral adalah kolektif, untuk mengindentifikasi masalah-masalah yang
dipersengketaan dan untuk mengembangkan proposal untuk
menyelesaikan sengketa tersebut. Tidak seperti arbitrase, mediator
tidak mempunyai wewenang untuk memutus setiap sengketa,
melainkan mediator dapat mengikuti pertemuan-pertemuan rahasia
dan pembahasan khusus bersama dengan pihak-pihak yang bertikai. 13
Cristoper W. Moore menyatakan “mediasi adalah intervensi dalam
sebuah sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga yang bisa diterima
pihak yang bersengketa, bukan merupakan bagian dari kedua belah
pihak dan bersifat netral. Pihak ketiga ini tidak mempunyai wewenang
untuk mengambil keputusan. Dia bertugas untuk membantu pihakpihak yang bertikai agar secara sukarela mau mencapai kata sepakat
yang diterima oleh masing-masing pihak dalam seluruh sebuah
persengketaan”. 14
Mark E. Roszkowski menyatakan “mediation is a relatively informal

process in which a neutal third party, the Mediator, helps to resolve a
dispute. In many respect, therefore, Mediator facilitates the

13

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar pengadilan, (Bandung: PT
Citra AdityaBakti, 2003), hlm. 240.
14
D.Y. Witanto, Hukum Acara Mediasi dalam Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan
Umum dan Pengadilan Agama Menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 25.

16
Universitas Sumatera Utara

4.

process”. 15(Terjemahan bebas : Mediasi adalah suatu proses informal
yang di dalamnya terdapat suatu pihak ketiga yang netral, Mediator,
membantu ke arah memecahkan suatu perselisihan. Dalam banyak hal,

karena itu Mediator dapat dianggap sebagai negosiasi terstruktur
dimana Mediator memfasilitasi proses).
Jacqualin M. Nolan Haley menyatakan “mediation is generally
indestood to be a short-term structured, task-oriented, participatory
intervention process. Disputing parties work with a neutral third
party, the mediator, to reach a mutually acceptable agreement. Unlike
the adjudication process, where a third party intervenor imposes a
decision, no such compulsion exist in mediation. The mediator aids
the parties in reaching a consensus. It is the parties themselves who
shape their agreement”. 16
(Terjemahan bebas : Mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan
penengahan biasanya dipahami untuk menjadi struktur singkat, tugas
yang diorientasikan, para pihak memiliki andil dalam proses.
Membantu para pihak bekerja dengan suatu pihak ketiga netral,
Mediator, untuk menjangkau suatu persetujuan yang bisa diterima.
Tidak sama dengan proses putusan hakim, dimana pihak ketiga
memaksakan suatu keputusan, tidak ada paksaan seperti itu di dalam
penyelesaian sengketa dengan mediasi. Mediator menopang para
pihak di dalam mencapai suatu kesepakatan.Di mana para pihaklah
yang menentukan sendiri kesepakatan di antara mereka).


Dari keempat pendapat para sarjana di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mediasi adalah suatu proses untuk menyelesaikan sengketa, melalui
perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral (non-intervensi)
dan tidak berpihak (impartial) kepada pihak-pihak yang bersengketa diterima
kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa. Keberadaan pihak ketiga (dalam
hal ini Mediator) bertujuan untuk membantu para pihak bersengketa mencapai
suatu kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak.
Pengertian Mediasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Sebagai
proses pengikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihansebagai

15

Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis: Hukum Arbitrase, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), hlm. 13.
16
Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolutions (ADR):
Teknik dan Strategi dalam negosiasi, Mediasi dan Arbitrase, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
hlm. 54.


17
Universitas Sumatera Utara

penasehat”. 17 Pengertian dari segi bahasa tersebut mengandung tiga unsur penting,
yaitu: 18
1. Mediasi merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa
yang terjadi antara dua pihak atau lebih.
2. Pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak
yang berasal dari luar pihak yang bersengketa.
3. Pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak
sebagai penasihat dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam
mengambil keputusan.
Pengertian mediasi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga unsur penting
yang saling terkait satu sama lain. Ketiga unsur tersebut berupa; ciri mediasi,
peran mediator, dan kewenangan mediator.Dalam ciri mediasi tergambar bahwa
mediasi berbeda dengan berbagai bentuk penyelesaian sengketa lainnya, terutama
dengan penyelesaian sengketa di luar pengadilan seperti arbitrase.Dalam mediasi,
seorang meditor berperan membantu para pihak yang bersengketa dengan
melakukan indentifikasi persoalan yang dipersengketakan, mengembangkan
pilihan dan mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan para pihak untuk

mencapai kesepakatan. Mediator dalam menjalankan perannya hanya memiliki
kewenangan untuk memberikan saran atau menentukan proses mediasi dalam
mengupayakan penyelesaian sengketa. Mediator tidak memiliki kewenangan dan
peran menentukan dalam kaitannya dengan isi persengketaan, ia hanya menjaga

17

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), hlm. 569.
18
Syahrial Abbas, Op.Cit.,hlm. 3.

18
Universitas Sumatera Utara

bagaimana proses mediasi dapat berjalan, sehingga menghasilkan kesepakatan
dari para pihak. 19
Secara yuridis, pengertian mediasi diatur dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan
Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 (PERMA No. 1 Tahun 2016), secara tegas
memberikan pengertian “mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui

proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu
oleh mediator”.
Defenisi yang terdapat di dalam PERMA ini tidak jauh berbeda dengan
defenisi para ahli.Namun, PERMA ini menekankan bahwa yang lebih penting
dalam sebuah mediasi adalah mediator.Mediator harus mampu mancari alternatifalternatif penyelesaian sengketa tersebut.Apabila para pihak tidak menemukan
lagi jalan keluar untuk menyelesaikan sengketa tersebut maka mediator tersebut
harus dapat memberikan solusi-solusi kepada para pihak.Solusi-solusi tersebut
haruslah merupakan kesepakatan bersama dari para pihak yang bersengketa dan
peran mediator sebagai penengah jelas menjadi penentu keberhasilan mediasi.
Dari pengertian-pengertian diatas dan dari peraturan perundang-undangan
yang berlaku, maka secara garis besar kita dapat menggali beberapa asas hukum
sebagai dasar penyelesaian sengketa melalui mediasi: 20
1.

Asas perwakilan, asas ini merupakan asas yang sangat mendasar
dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi, karena dalam
penyelesaian sengketa melalui mediasi pembicaraan secara langsung
antara para pihak yang bersengketa selalu dihindarkan, baik dalam
proses tawar-menawar maupun musyawarah untuk menentukan


19

Ibid.,hlm. 6-7
Mohammad Koesnoe, Catatan-catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa Ini, (Surabaya:
Airlangga University Press, 1989), hlm. 45.
20

19
Universitas Sumatera Utara

keputusan yang diambil, semua pembicaraan dilakukan melalui
perantara mediator yang telah dipilih dan disepakati oleh para pihak
yang bersengketa. Mediator dapat berasal dari daftar mediator yang
dimiliki oleh pengadilan atau mediator di luar daftar pengadilan.
Sedangkan seseorang yang dianggap mampu menjadi mediator
apabila telah mengikuti pelatihan atau pendidikan mediasi melalui
lembaga yang telah diakreditasi oleh Mahkamah Agung.
2.

Asas musyawarah, asas ini merupakan tindakan bersama antara para

pihak yang bersengketa untuk mengambil suatu pendapat bersama
yang bulat atas permasalahan yang dihadapi para pihak. Dalam
penyelesaian sengketa melalui mediasi asas musyawarah merupakan
hal yang mendasar dalam setiap pengambilan keputusan. Masingmasing para pihak yang bersengketa diberikan hak yang seluasluasnya untuk menyampaikan apa yang ia rasakan dan mengharapkan
apa yang ia inginkan kepada pihak lain melalui perantara mediator.
Para pihak dalam penyelesaian sengketa ini tidak mengenal adanya
intimidasi, paksaan maupun tekanan dari pihak manapun dan yang
paling penting adalah diharapkan para pihak saling menerima dan
bersedia mengalah untuk mencapai suatu kesepakatan bersama.

3.

Asas mufakat, asas ini mengajarkan bahwa perbedaan-perbedaan
kepentingan pribadi di antara para pihak yang bersengketa haruslah
diselesaikan dengan cara perundingan, antara seorang dengan orang
lain yang bersengketa. Perundingan ditujukan kepada pihak-pihak
yang bersengketa akibat terjadinya perbedaan antara kehendak atau

20
Universitas Sumatera Utara

prinsip dan pendirian dari masing-masing pihak. Dengan melakukan
tawar menawar keinginan diharapkan sampai pada persamaan dan
kesepakatan mengenai apa yang dikehendaki oleh masing-masing
pihak. Dalam mewujudkan proses tawar-menawar tersebut masingmasing pihak harus saling bersikap menerima dan memberi dengan
ikhlas hati untuk sampai kepada persamaan kehendak bersama. Asas
ini sangat berperan dan tampak jelas dalam penyelesaian sengketa
melalui mediasi, dimana setiap keputusan yang diambil dalam proses
mediasi merupakan hasil dari proses tawar menawar yang kesemuanya
dilakukan melalui kesepakatan dalam perundingan. Artinya para pihak
yang bersengketa tidak ada yang tetap mempertahankan haknya secara
absolut, hal ini tidak lain untuk mencapai kesepakatan bersama antara
para pihak dalam mengemukakan pendapat dan keinginannya.
Kesepakatan untuk mengambil keputusan harus dilakukan dengan
bebas tanpa ada paksaan dan tekanan dalam bentuk apapun dan dari
siapapun, sehingga kesepakatan bersama yang dicapai melalui mediasi
merupakan kesepakatan yang benar-benar bersumber dari hati masingmasing pihak yang bersengketa. Untuk itu, peran mediator harus
betul-betul netral hanya berusaha semaksimal mungkin dalam
membantu

membimbing

dan

mengarahkan

para

pihak

yang

bersengketa untuk mencapai konsensus bersama.
4.

Asas kepatutan, merupakan asas yang mengarah kepada usaha untuk
mengurangi jatuhnya perasaan seseorang karena rasa malu yang
ditimbulkan oleh hasil penyelesaian sengketa tersebut. Oleh karena

21
Universitas Sumatera Utara

itu, asas kepatutan ini memusatkan perhatiannya kepada cara
menemukan penyelesaian sengketa yang dapat menyelamatkan
kualitas dan status pihak-pihak yang bersangkutan dengan sebaikbaiknya. Penyelesaian sengketa melalui mediasi akan menyelamatkan
harkat dan martabat para pihak yang bersengketa dengan lebih baik,
hal ini dikarenakan tidak ada para pihak yang dikaitkan dan
dimenangkan oleh keputusan mediasi. Keputusan mediasi sematamata merupakan hasil kesepakatanpara pihak, yang merupakan solusi
terbaik untuk menghindarkan para pihak dari rasa malu ditengahtengah masyarakat.
5.

Asas tertutup, untuk menjaga kehormatan dan kedudukan para pihak
yang bersengketa maka dalam proses penyelesaiannya tertutup untuk
umum, terkecuali para pihak menghendaki lain.

6.

Asas terbuka untuk umum, artinya anggota-anggota masyarakat dapat
hadir atau mengamati, atau masyarakat dapat mengakses informasi
yang muncul dalam proses mediasi. Namun asas terbuka untuk umum
ini hanya untuk menyelesaikan sengketa publik, seperti sengketa
lingkungan hidup, hak asasi manusia, perlindungan konsumen,
pertanahan dan perburuhan.

7.

Asas mediator aktif, setelah mediator ditinjau maka langkah awal
yang wajib dilakukan mediator adalah menentukan jadwal pertemuan
untuk penyelesaian proses mediasi. Kemudian mediator wajib
mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan
mereka yang bersengketa dan mencari berbagai pilihan penyelesaian

22
Universitas Sumatera Utara

yang terbaik bagi para pihak. Selain itu, mediator dengan persetujuan
para pihak dapat mengundang seorang atau lebih ahli dalam bidang
tertentu untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yang dapat
membantu para pihak dalam menyelesaikan perbedaan. Namun harus
diingat kebebasan mediator disini hanya berdasarkan kesepakatan para
pihak yang bersengketa, artinya mediator hanya memberi semangat
kerja serta saran kepada para pihak, dengan demikian mediator tidak
dapat memaksakan kehendaknya dalam menyelesaikan sengketa
tersebut, apalagi berpihak ke salah satu pihak.
8.

Asas para pihak bebas memilih, dimana para pihak yang bersengketa
memiliki kebebasan untuk memilih mediator dari daftar mediator yang
dimiliki oleh pengadilan atau memilih mediator di luar daftar
pengadilan.

9.

Asas ketelitian, dimana kesepakatan yang telah terjadi di antara para
pihak yang bersengketa ditandatangani secara tertulis, namun sebelum
kesepakatan tersebut ditandatangani oleh para pihak, mediator wajib
memeriksa

materi

kesepakatan

untuk

menghindari

adanya

kesepakatan yang bertentangan dengan hukum.
10. Asas kepastian hukum, asas ini memberikan kepastian kepada para
pihak yang bersengketa, dimana setelah terjadi kesepakatan maka para
pihak wajib membuat klausul pencabutan perkara atau pernyataan
perkara telah selesai. Untuk itu, para pihak harus menghormati
substansi kesepakatan yang telah mereka buat, sebagaimana layaknya
sebuah undang-undang. Kemudian para pihak menghadap kepada

23
Universitas Sumatera Utara

hakim untuk memberitahukan bahwa telah dicapainya kesepakatan
dan hakim dapat mengukuhkan kesepakatan sebagai suatu akta
perdamaian sebagai bentuk kepastian hukum bagi para pihak.
2. Ruang Lingkup Mediasi
Ruang lingkup mediasi merupakan konflik atau sengketa yang terjadi
antara manusia cukup luas dimensi dan ruang lingkupnya.Konflik dan
persengketaan dapat saja terjadi dalam wilayah publik maupun wilayah
privat.Konflik dalam wilayah publik berkaitan erat dengan kepentingan umum, di
mana Negara berkepentingan untuk mempertahankan kepentingan umum
tersebut. 21Kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan seseorangan, harus
diselesaikan secara hukum melalui penegakan aturan pidana di pengadilan.Dalam
kasus pidana, pelaku kejahatan atau pelanggaran tidak dapat dilakukan tawarmenawar (bargaining) dengan negara sebagai penjelma dan penjaga kepentingan
umum. Dalam dimensi ini, seorang pelaku kejahatan berkonflik atau bersengketa
dengan Negara, dan ia tidak dapat menyelesaikan sengketanya melalui melalui
penyelesaian atau kompensasi kepada negara. Contoh si A melakukan korupsi. Si
A tidak dapat dibebaskan dari hukuman dengan alasan ia sudah mengembalikan
sejumlah uang yang ia korupsi kepada negara. Tindakan si A bukan hanya
merugikan negara dalam bentuk material, tetapi juga sudah mengganggu
kepentingan umum dan negara berkewajiban untuk menjaga dan mempertahankan
kepentingan umum tersebut. Dalam hukum Islam, kepentingan umum yang
dipertahankan

negara

melalui

sejumlah

aturan

pidana

dikenal

dengan

mempertahankan hak Allah (haqullah).

21

Syahrizal Abbas, Op.Cit.,hlm. 21.

24
Universitas Sumatera Utara

Lain halnya dengan wilayah hukum privat, di mana titik berat kepentingan
terletak pada kepentingan perseorangan (pribadi).Dimensi privat cukup luas
cakupannya yang meliputi dimensi hukum keluarga, hukum warisan, hukum
kekayaan, hukum perjanjian (kontrak), bisnis dan lain-lain.Dalam dimensi hukum
privat atau perdata, para pihak yang bersengketa melalui jalur hukum di
pengadilan ataupun di luar jalur pengadilan.Hal ini sangat dimungkinkan karena
hukum privat/perdata, titik berat kepentingan terletak pada para pihak yang
bersengketa, bukan negara atau kepentingan umum.Oleh karena itu, tawarmenawar dan pembayaran sejumlah kompensasi untuk menyelesaikan sengketa
dapat terjadi dalam dimensi ini. Dalam Hukum Islam, dimensi perdata
mengandung hak manusia (haqqul ‘ibad) yang dapat dipertahankan melalui
kesepakatan damai antar para pihak yang bersengketa.
Mediasi sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa memiliki ruang
lingkup utama berupa wilayah privat/perdata.Sengketa-sengketa perdata berupa
sengketa keluarga, waris, kekayaan, kontrak, perbankan, bisnis, lingkungan hidup
dan berbagai jenis sengketa perdata lainnya dapat diselesaikan melalui jalur
mediasi.Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi dapat ditempuh di
pengadilan maupun diluar pengadilan. Mediasi yang dijalankan di pengadilan,
maka proses mediasi tersebut dijalankan sesuai dengan prosedur hukum acara
Pengadilan, sedangkan bila mediasi dilakukan di luar pengadilan, maka proses
mediasi tersebut merupakan bagian tersendiri yang terlepas dari prosedur hukum
acara pengadilan. 22

22

Ibid.,hlm. 22

25
Universitas Sumatera Utara

Mengenai ruang lingkup mediasi di Pengadilan diatur dalam Pasal 2
Perma No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, yaitu :
Pasal 2
1) Ketentuan mengenai Prosedur Mediasi dalam Peraturan Mahkamah
Agung ini berlaku dalam proses berperkara di Pengadilan baik dalam
lingkungan peradilan umum maupun peradilan agama.
2) Pengadilan di luar lingkungan peradilan umum dan peradilan agama
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menerapkan Mediasi
berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini sepanjang dimungkinkan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam UU No. 30 Tahun 2000 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa disebutkan bahwa sengketa atau beda pendapat perdata
dapat diselesaikan oleh pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang
didasarkan pada iktikad baik dengan mengenyampingkan penyelesaian secara
litigasi di Pengadilan Negeri (pasal 6). Ketentuan dalam pasal ini memberi ruang
gerak mediasi yang cukup luas, yaitu seluruh perbuatan hukum yang termasuk
dalam ruang lingkup perdata.Bahkan undang-undang ini memberikan penegasan
ruang lingkup yang berbeda antara arbitrase dan mediasi.

B.

Tujuan dan Manfaat Mediasi
Mediasi merupakan penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan

pihak ketiga yang netral dan tidak mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam sengketa tersebut. Adapun tujuan dan manfaat dari mediasi
sebegai berikut :
1. Tujuan Mediasi
Tujuan dilakukannya mediasi adalah menyelesaikan sengketa antara para
pihak dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan imparsial. Mediasi dapat

26
Universitas Sumatera Utara

mengantarkan para pihak pada perwujudan kesepakatan damai yang permanen
dan lestari, mengingat penyelesaian sengketa melalui mediasi menempatkan
kedua belah pihak pada posisi yang sama, tidak ada pihak yang dimenangkan atau
pihak yang dikalahkan (win-win solution). 23Dalam mediasi para pihak yang
bersengketa pro aktif dan memiliki kewenangan penuh dalam pengambilan
keputusan. Mediator tidak memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan,
tetapi ia hanya membantu para pihak dalam menjaga proses mediasi guna
mewujudkan kesepakatan damai meraka.
Mediasi juga bertujuan untuk menekankan tentang upaya perdamaian di
Pengadilan dan juga sebagai penyempurna dari peraturan-peraturan yang dulu
tentang adanya pelembagaan perdamaian yang selama ini upaya damai di
Pengadilan seakan-akan hanya sebagai formalitas saja bukan sebagai anjuran yang
ditekankan oleh undang-undang dan juga sebagai landasan hukum pengadilan
dalam penyelesaian perkara dan mediasi ini diambil ketika para pihak
menghendaki sengketa diselesaikan secara damai.
2. Manfaat Mediasi
Manfaat mediasi adalah para pihak bisa mencapai kesepakatan secara adil
dan saling menguntungkan. Bahkan dalam mediasi yang gagal, dimana para pihak
belum mencapai kesepakatan, juga ada manfaat yang dirasakan oleh kedua belah
pihak. Manfaat tersebut adalah kesediaan para pihak bertemu dalam proses
mediasi, paling tidak telah mampu mengklarifikasi akar persengketaan dan
mempersempit perselisian diantara mereka.Hal ini menunjukkan adanya

23

Ibid, hlm. 24

27
Universitas Sumatera Utara

keinginan para pihak untuk menyelesaikan sengketa, namun mereka belum
menemukan format tepat yang dapat disepakati oleh kedua belah pihak.
Penyelesaian sengketa memang sulit dilakukan, namun bukan berarti tidak
mungkin diwujudkan dalam kenyataan.Modal utama penyelesaian sengketa
adalah keinginan dan iktikad baik para pihak dalam mengakhiri persengketaan
mereka.Keinginan dan iktikad baik ini, kadang-kadang memerlukan bantuan
pihak ketiga dalam perwujudannya.Mediasi merupakan salah satu bentuk
penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga. Mediasi dapat memberikan
keuntungan (manfaat) antara lain: 24
1) Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan
relatif murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke
Pengadilan atau ke lembaga arbitrase.
2) Mediasi bukan terfokus pada hak-hak hukumnya saja, tetapi
perhatiannya lebih kepada kepentingan para pihak secara nyata dan
pada kebutuhan emosi atau psikologi mereka.
3) Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara
langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan
mereka.
4) Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan control
terhadap proses dan hasilnya.
5) Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu
menciptakan saling pengertian yang lebih baik di antara para pihak
yang bersengketa karena mereka sendiri yang memutuskannya.

24

Ibid, hlm. 25-26

28
Universitas Sumatera Utara

6) Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir
selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang
dijatuhkan oleh hakim di Pengadilan atau arbiter pada lembaga
arbitrase.
Perkara yang berhasil didamaikan oleh mediator, hasilnya harus dilaporkan
kepada Ketua Majelis.Perkara yang sifatnya perseorangan seperti perceraian,
Ketua Majelis membuat produk penetapan pencabutan yang dituangkan dalam
amar penetapan.Sedangkan perdamaian yang objeknya harta, Majelis Hakim
membuat produk penetapan pencabutan berisi akte perdamaian. Akte perdamaian
yang dibuat oleh hakim yang diwujudkan dalam putusan perdamaian mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1) Keputusan perdamaian langsung mempunyai kekuatan hukum yang
tetap (in kracht van gewijsde)
Pasal 185 KUH Perdata menentukan bahwa semua putusan
perdamaian yang dibuat dalam sidang, Majelis Hakim akan mempunyai
kekuatan hukum tetap seperti putusan Pengadilan lainnya dalam tingkat
penghabisan. Putusan perdamian itu tidak bisa dibantah dengan alasan
kekhilafan mengenai hukum atau alasan salah satu pihak telah
dirugikan oleh putusan perdamaian itu.Dalam pasal 130 ayat (2) HIR
ditentukan pula bahwa jika perdamaian tetap dapat dicapai maka pada
waktu itu pula dalam persidangan dibuat putusan perdamaian dengan
menghukum para pihak untuk mematuhi persetujuan damai yang telah
mereka buat.

29
Universitas Sumatera Utara

Ketentuan lain yang terdapat pada pasal 1861 KUH Perdata
menentukan bahwa suatu keputusan perdamaian yang diadakan atas
alasan surat-surat yang kemudian dinyatakan palsu (oleh pejabat yang
berwenang) adalah menjadi batal. Kemudian pasal 1862 KUH Perdata
juga menegaskan bahwa suatu perdamaian mengenai sengketa yang
sudah diakhiri dengan suatu keputusan Hakim yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, tetapi putusan perdamain tersebut tidak
diketahui oleh pihak-pihak yang bersangkutan atau salah satu dari
mereka maka putusan perdamaian itu adalah batal. Namun jika putusan
yang tidak diketahui oleh para pihak itu masih dapat dimintakan
banding, maka perdamaian adalah sah.
2) Tertutup untuk upaya banding dan kasasi
Putusan perdamain itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
maka

bagiannya

tertutup

untuk

adanya

upaya

banding

atau

kasasi.Artinya bahwa putusan itu sejak ditetapkan/dijatuhkan oleh
Hakim, maka sudah melekat, pasti dan tidak ada penafsiran lagi,
langsung dapat dijalankan kapan saja diminta oleh pihak-pihak yang
melaksanakan perdamaian itu.
Upaya hukum yang dipergunakan oleh pihak yang merasa
dirugikan dengan putusan perdamaian itu adalah dengan mengajukan
perlawanan ke pengadilan dalam bentuk derden verzetatau

partai

verzet. Dengan derden verzet yaitu apabila yang menjadi objek putusan
perdamaian itu bukanlah milik para pihak yang membuat persetujuan
perdamaian itu tetapi milik orang lain, atau dengan alasan bahwa

30
Universitas Sumatera Utara

barang itu telah lama diagunkan kepada pihak lain atau barang itu telah
diletakkan padanya conservatorbeslag atau sita eksekusi untuk
kepentingan pelawan. Sedangkan pelawan dalam bentuk partai verzet
dapat dilakukan dengan alasan adanya cacat formal atau cacat materiil
yang melekat pada putusan perdamaian itu. Misalnya bahwa putusan
perdamaian itu tidak berdasarkan kesepakatan bersama atau tidak
mengakhiri keseluruhan dari sengketa disebabkan ada hal lain yang
belum diselesaikan, atau isi putusan perdamaian itu menyimpang dari
kesepakatan atau juga bahwa putusan itu telah dilaksanakan secara
sukarela atau permintaan eksekusi masih premature.
3) Mempunyai kekuatan eksekutorial
Semua keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap pastilah mempunyai kekuatan hukum mengikat, kekuatan
hukum eksekutorial dan mempunyai kekuatan nilai pembuktian.
Kekuatan hukum mengikat adalah untuk para pihak yang
membuat kesepakatan perdamaian itu, juga mengikat bagi pihak ketiga
atau orang yang mendapatkan hak dan manfaat dari putusan perdamaian
itu. Adapun tentang kekuatan hukum eksekusi adalah karena putusan itu
dapat langsung dieksekusi apabila ada pihak-pihak yang membuat
persetujuan perdamaian itu enggan melaksanakan persetujuan secara
suka rela, maka bagi pihak yang merasa dirugikan atas sikap ini dapat
meminta pengadilan yang membuat putusan perdamaian itu untuk
melaksanakan eksekusi, misalnya berupa sejumlah uang, hal ini sangat
tergantung dari apa yang telah disepakati sebagaimana yang tertuang

31
Universitas Sumatera Utara

dalam isi perjanjian perdamaian. Adapun tata cara eksekusinya adalah
sama dengan eksekusi putusan pengadilan lainnya yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Artinya jika keputusan perdamaian
itu mengandung eksekusi rill, maka berlakulah sepenuhnya kekuatan
Pasal 200 ayat (11) HIR dan Pasal 1033 Rv. Apabila menyangkut
eksekusi pembayaran sejumlah uang, maka berlaku kekuatan Pasal 195200 HIR, dan sekitarnya mengandung pelaksanaan suatu perbuatan,
maka berlaku sepenuhnya ketentuan pasal 225 HIR.

C.

Prinsip-Prinsip Mediasi
Dalam berbagai literatur ditemukan sejumlah prinsip mediasi.Prinsip dasar

(basic principles) adalah landasan filosofis dari diselenggarakannya kegiatan
mediasi.Prinsip atau filosofi ini merupakan kerangka kerja yang harus diketahui
oleh mediator, sehingga dalam menjalankan mediasi tidak keluar dari arah filosfi
yang melatarbelakangi lahirnya institusi mediasi. 25 David Spencer dan Michael
Brogan merujuk pada pandangan Ruth Carlton tentang lima prinsip dasar mediasi.
Lima prinsip ini dikenal dengan lima dasar filsafat mediasi. Kelima prinsip
tersebut adalah; prinsip kerahasiaan (confidentiality), prinsip sukarela (volunteer),
prinsip pemberdayaan (empowerment), prinsip netralitas (neutrality), dan prinsip
solusi yang unik (a unique solution).
1. Prinsip Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa segala sesuatu yang
terjadi di dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh mediator dan pihak-pihak
25

John Michael Hoynes, Cretchen L. Haynes dan Larry Sun Fang, Mediation: Positive
Conflict Management, (New York: SUNY Press, 2004), hlm.16

32
Universitas Sumatera Utara

yang bersengketa tidak boleh disiarkan kepada publik atau pers oleh masingmasing pihak. Demikian juga sang mediator harus menjaga kerahasiaan dari isi
mediasi tersebut, serta sebaiknya menghancurkan seluruh dokumen diakhir sesi
yang ia lakukan. Mediator juga tidak dapat dipanggil sebagai saksi di pengadilan
dalam kasus yang penyelesaiannya melalui mediasi.Masing-masing pihak yang
bertikai diharapkan saling menghormati kerahasiaan tiap-tiap isu dan kepentingan
masing-masing pihak.Jaminan ini harus diberikan masing-masing pihak, sehingga
mereka dapat mengungkapkan masalahnya secara langsung dan terbuka.Hal ini
penting untuk menemukan kebutuhan dan kepentingan mereka secara nyata.
2. Prinsip Suka Rela (volunteer).
Masing-masing pihak yang bertikai datang ke mediasi atas keinginan dan
kemauan mereka sendiri secara sukarela dan tidak ada paksaan dan tekanan dari
pihak-pihak lain atau pihak luar. Prinsip kesukarelaan ini dibangun atas dasar
bahwa orang akan mau berkerja sama untuk menemukan jalan keluar dari
persengketaan mereka, bila mereka datang ketempat perundingan atas pilihan
mereka sendiri.
3. Prinsip Pemberdayaan (empowerment)
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang mau datang ke
mediasi sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan masalah
mereka

sendiri

dan

dapat

mencapai

kesepakatan

yang

mereka

inginkan.Kemampuan mereka dalam hal ini harus diakui dan dihargai dan oleh
karena itu, setiap solusi atau jalan penyelesaian sebaiknya tidak dipaksakan dari
luar. Penyelesaian sengketa harus muncul dari pemberdayaan terhadap masing-

33
Universitas Sumatera Utara

masing pihak, karena hal itu akan lebih memungkinkan para pihak untuk
menerima solusinya.
4. Prinsip Netralitas (neutrality).
Di dalam mediasi, peran seorang mediator hanya menfasilitasi prosesnya
saja, dan isinya tetap menjadi milik para pihak yang bersengketa. Mediator
hanyalah berwenang mengontrol proses berjalan atau tidaknya mediasi. Dalam
mediasi, seorang mediator tidak bertindak layaknya seorang hakim atau juri yang
memutuskan salah atau benarnya salah satu pihak atau mendukung pendapat dan
penyelesaiannya kepada kedua belah pihak.
5. Prinsp solusi yang unik (a unique solution).
Bahwasannya solusi yang dihasilkan dari proses mediasi tidak harus sesuai
dengan standar legal, tetapi dapat dihasilkan dari proses kreativitas. Oleh karena
itu, hasil mediasi mungkin akan lebih banyak mengikuti keinginan kedua belah
pihak, yang terkait erat dengan konsep pemberdayaan masing-masing pihak.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa mediasi memiliki karakteristik
yang merupakan ciri pokok yang membedakan dengan penyelesaian sengketa
yang lain. Karakteristik tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
• Dalam setiap proses mediasi terdapat metode, di mana para pihak
dan/atau perwakilannya, yang dibantu pihak ketiga sebagai mediator
berusaha melakukan diskusi dan perundingan untuk mendapatkan
keputusan yang dapat disetujui oleh para pihak.
• Secara singkat mediasi dapat dianggap sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dengan bantuan pihak tertentu (facilitated
decision-making atau facilitated negotiation).

34
Universitas Sumatera Utara

• Mediasidapat juga digambarkan sebagai suatu sistem di mana mediator
yang mengatur proses perundingan dan para pihak mengontrol hasil
akhir, meskipun ini tampaknya agak terlalu menyederhanakan kegiatan
mediasi.

D.

Kewenangan dan Tugas Mediator
Mediator memiliki sejumlah kewenangan dan tugas dalam menjalankan

proses mediasi. Mediator memperoleh tugas dan kewenangan tersebut dari para
pihak, dimana meraka ‘mengizinkan dan setuju’ adanya pihak ketiga
menyelesaikan sengketa. Kewenangan dan tugas mediator terfokus pada upaya
menjaga dan mempertahankan proses mediasi. Mediator diberikan kewenangan
oleh para pihak melakukan tindakan dalam rangka memastikan bahwa mediasi
sudah berjalan sebagaimana mestinya. Mediator juga dibekali dengan sejumlah
tugas yang harus dilaksanakan mulai dari awal sampai akhir proses mediasi. 26
Adapun yang menjadi kewenangan mediator yaitu :
1. Mengontrol proses dan menegaskan aturan dasar
Mediator berwenang mengontrol proses mediasi sejak awal sampai akhir.
Ia memfsilitasi pertemuan para pihak, membantu para pihak melakukan negosiasi,
membantu membicarakan sejumlah kemungkinan untuk mewujudkan kesepakatan
dan membantu menawarkan sejumlah solusi dalam penyelesaian sengketa. Pada
dasarnya, mediator hanyalah mendorong para pihak untuk lebih proaktif
memikirkan penyelesaian sengketa mereka.Mediator mengawasi sejumlah
kegiatan tersebut melalui penegakan aturan mediasi yang telah disepakati

26

Ibid, hlm. 29

35
Universitas Sumatera Utara

bersama.Ia memiliki kewenangan mengajak para pihak kepada kesepakatan awal,
jika salah satu pihak melanggar kesepakatan sebelumnya. Misalnya, pada tahap
pertemuan pertama disepakati bahwa para pihak tidak akan melakukan interupsi
(menyela), ketika salah satu pihak melakukan presentasi. Jika dalam pelaksanaan
ditemukan salah satu pihak

melakukan interupsi/menyela, maka mediator

berwenang menegaskan aturan tersebut.
Demikian pula jika para pihak sudah terlalu jauh melakukan pembicaraan,
sehingga melenceng dari kesepakatan-kesepakatan awal, maka mediator
berwenang mengarahkan dan mengambil pembicaraan para pihak pada ketentuan
yang telah disepakati sebelumnya.Mediator harus cermat mengawasi langkah
kegiatan para pihak dan berusaha maksimal menegakkan aturan mediasi yang
telah disepakati bersama. Kewenangan mediator mengontrol dan menjaga
tegaknya aturan, akan membuat mediasi lebih efektif dan efisien dalam mencapai
sasaran penyelesaian sengketa.
2. Mempertahankan struktur dan momentum dalam negosiasi;
Mediator berwenang menjaga dan mempertahankan struktur dan
momentum negosiasi.Esensi mediasi terletak pada negosiasi, di mana para pihak
diberikan kesempatan melakukan pembicaraan dan tawar-menawar dalam
menyelesaikan sengketa.Sebelum menjalankan negosiasi para pihak sudah
memetakan permasalahan pokok yang dipersengketakan, kepentingan masingmasing pihak, kemungkinan tawar-menawar kepetingan, dan pilihan-pilihan yang
mungkin dicapai.Dalam hal ini mediator menjaga dan mempertahakan struktur
negosiasi yang dibangun tersebut.Mediator selalu mendampingi para pihak agar

36
Universitas Sumatera Utara

dalam pembicaraan dan negosiasi mereka tidak keluar dari struktur yang telah
dibangun bersama.
3. Mengakhiri proses bilamana mediasi tidak produktif lagi.
Dalam proses mediasi sering ditemukan para pihak sangat sulit berdiskusi
secara terbuka. Mereka mempertahankan prinsip secara ketat dan kaku, terutama
pada saat negosiasi. Ketika mediator melihat para pihak tidak mungkin lagi diajak
kompromi dalam negosiasi, maka mediator berwenang menghentingkan proses
mediasi. Mediator dapat menghentikan proses mediasi untuk sementara waktu
atau penghentian untuk selamanya (mediasi gagal). Ada dua pertimbangan
penghentian mediasi yang dilakukan oleh mediator.Pertama, ia menghentikan
proses mediasi untuk sementara waktu, guna memberikan kesempatan kepada
para pihak memikirkan kembali tawar-menawar kepentingan dalam penyelesaian
sengketa. Para pihak dapat memikirkan mana kepentingan yang mesti
dipenuhi,karena prinsip mediasi bukanlah untuk mencapai menang kalah.
Mediator menghentikan proses mediasi dengan mempertimbangkan keretakan
hubungan yang lebih parah bila proses mediasi tersebut dilanjutkan. Jika
penghentian mediator untuk menjembatani kembali proses mediasi mereka.
Kedua, mediator menghentikan proses mediasi dengan mempertimbangkan
hampir dapat dipastikan tidak ada celah yang mungkin dimasuki untuk diajak
negosiasi dari kedua belah pihak. Para pihak sudah menegaskan prinsip dan
tuntutan masing-masing secara emosional, sehingga bila proses mediasi
dilanjutkan dapat diprediksi akan tetap tidak efektif, menghabiskan waktu yang
tidak bermanfaat dan pada akhirnya akan menuai kegagalan.
Adapun yang menjadi tugas seorang mediator adalah :

37
Universitas Sumatera Utara

1. Tugas pertama yang dilakukan mediator adalah mendiagnosis konflik atau
sengketa. Mediator dapat mendiagnosis sengketa sejak pramediasi, yang
bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk persengketaan, latar belakang,
penyebabnya dan akibat dari persengketaan bagi para pihak. Atas dasar
diagnosis sengketa mediator dapat menyusun langkah negosiasi, mencari
alternatif solusi, mempersiapkan pilihan yang mungkin ditawarkan kepada
kedua belah pihak dalam penyelesaian sengketa.
2. Mengidentifikasi masalah serta kepentingan-kepentingan kritis para pihak.
Dalam proses mediasi, para pihak diberikan kesempatan untuk
menyampaikan persoalan sengketa mereka secara terbuka, sehingga
masing-masing pihak dapat mendengarnya. Mediator juga mengarahkan
para pihak untuk menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka dalam
persengketaan

tersebut. 27

Dalam

praktiknya

para

pihak

tidak

menyampaikan secara sistematis dan runtun pokok sengketa dan
kepentingan

masing-masing.

Oleh

karenanya,

mediator

bertugas

mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis pokok persengketaan
dan kepentingan masing-masing pihak. Indentifikasi dan sistematika ini
sangat penting untuk menjadi pedoman para pihak dalam proses mediasi.
Sistematika ini juga akan memudahkan mediator dalam menyusun
sejumlah agenda.
3. Menyusun agenda merupakan tugas mediator yang cukup penting, karena
agenda memperlihatkan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh kedua
belah pihak dalam menjalankan mediasi. Penyusun agenda ini harus
27

Allan J. Stitt, Mediation A Practical Guide, (London: Routledge Cavendish, 2004),

hlm. 75-76.

38
Universitas Sumatera Utara

diberitahukan kepada kedua belah pihak oleh mediator. Dalam agenda
mediasi memuat sejumlah hal antara lain; waktu mediasi, durasi waktu tiap
pertemuan, tempat mediasi, para pihak yang hadir, mediator, metode
negosiasi, persoalan pokok yang dipersengketakan dan hal-hal lain yang
dianggap perlu oleh kedua belah pihak.
4. Memperlancar dan mengendalikan komunikasi. Dalam proses mediasi,
mediator harus memperhatikan komunikasi yang terjadi antar kedua belah
pihak. Ia harus memastikan apakah komunikasi tersebut telah berjalan
dengan

lancar.

Mediator

bertugas

membantu

para

pihak

untuk

memudahkan komunikasi mereka, karena dalam praktik banyak ditemukan
para pihak malu atau enggan untuk mengungkapkan persoalan dan
kepentingan mereka. 28 Sebaliknya, banyak juga para pihak yang terlalu
berani menyampaikan pokok sengketa dan tuntutannya, sehingga kadangkadang menyinggung pihak lain. Mediator harus mampu mengendalikan
komunikasi para pihak, agar mediasi bisa berjalan dan tidak menimbulkan
gangguan perasaan pihak lain, yang dapat menghambat proses mediasi
selanjutnya.
5. Mediator harus menyusun dan merangkaikan kembali tuntutan (positional
claim) para pihak menjadi kepentingan sesungguhnya dari para pihak. Hal
ini penting digambarkan oleh mediator, karena posisi para pihak dalam
mediasi bukan berada pada sikap bersikukuh dengan tututannya, tetapi
lebih mengarah kepada kepentingan rill yang diinginkan.

28

Stephen W.Litlejhon dan Kathy Domenici, Enganging Communication in Conflict,
London: SAGE Publication, 2000), hlm. 79-82.

39
Universitas Sumatera Utara

6. Mediator bertugas mengubah pandangan egosentris masing-masing pihak
menjadi pandangan yang mewakili semua pihak. Mediator secara arif
menyakinkan para pihak untuk saling memahami posisi pihak lain,
sehingga pandangan mereka dapat didekatkan dengan menanggalkan
egonya

masing-masing.

Contohnya,

apabila

dua

orang

tua

mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan si anak. Kedua orang tua
sama-sama berkepentingan agar anak mereka tumbuh dan berkembang
dengan baik, dan si anak tetap menginginkan keterlibatan dua orang tua
dalam kehidupannya.
7. Mediator bertugas dan berusaha mengubah pandangan parsial (berkutat
defenisi tertentu) para pihak mengenai suatu permasalahan ke pandangan
yang lebih universal (umum), sehingga dapat diterima oleh kedua belah
pihak. Misalnya klaim 60% dari suatu properti dapat dilihat sebagai
kebutuhan pembagian yang adil dengan melihat kontribusi sebelumnya
dan kebutuhan masa depan. Dengan menyampaikan figur tertentu,
mediator membuka proses mediasi dengan pihak lain yang lebih banyak.
8. Memasukkan kepentingan kedua belah pihak dalam pendefenisian
permasalahan. 29 Contoh persengketaan mengenai kewenangan antara
dewan sekolah dengan kepala sekolah. Kedua pihak ini masing-masing
mengklaim

memiliki

kewenangan

penuh

dalam

mengelola

dan

menjalankan kegiatan di sekolah. Dalam hal ini, mediator dapat
menyarankan solusi melalui pendefenisian dan pembagian kewenangan.
Dewan sekolah memiliki kewenangan penuh dalam proses pembuatan

29

Ibid, hlm. 123

40
Universitas Sumatera Utara

keputusan di sekolah dan kepala sekolah memiliki kewenangan
menetapkan keputusan akhir dalam hal pengelolaan administrasi sekolah.
9. Mediator bertugas menyusun prosisi mengenai permasalahan para pihak
dalam bahasa dan kalimat yang tidak menonjolkan unsur emosional.
Bahkan ia juga dapat menyusun sejumlah pertanyaan yang dapat
meyakinkan para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka secara lebih
adil dan terbuka.
10. Mediator bertugas menjaga pernyataan para pihak agar tetap berada dalam
kepentingan yang sesungguhnya (underlain interest) dan tidak berubah
menjadi suatu tuntutan (claim) yang kaku, sehingga pembahasan dan
negosiasi dapat dilakukan dalam kerangka yang saling menguntungkan
para pihak.
Adanya perbedaan kekuatan dari para pihak dalam proses mediasi yang
dapat menimbulkan ketidaknyamanan salah satu pihak, maka mediator berupaya
mengatasi melalui cara-cara sebagai berikut:
a. Menyediakan suasana yang tidak mengancam,
b. Memberikan

setiap

pihak

kesempatan

untuk

berbicara

dan

didengarkan oleh pihak lainnya secara lebih leluasa,
c. Meminimalkan perbedaan di antara mereka dengan menciptakan situsi
informal,
d. Perilaku mediator yang netral dan tidak memihak, sehingga
memberikan kenyamanan tersendiri; dan
e. Tidak menekan para pihak.

41
Universitas Sumatera Utara

Pertemuan secara terpisah dengan para pihak dapat lebih meyakinkan
pihak yang lemah akan posisi mereka, sehingga mediator dapat berupaya
mengatasinya melalui saran dan pendekatan yang dapat melancarkan proses
penyelesaian sengketa. Proses mediasi dan keahlian mediator menjadi sangat
penting dalam kaitannya dengan pencegahan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Adapun selaku mediator, dibutuhkan beberapa keterampilan sehingga
mediator dapat memimpin jalannya mediasi dengan baik dan dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya jalan damai.Yang dimaksudkan dengan keterampilan
adalah padanan kata skill dalam Bahasa Inggris. Seseorang yang bernama Boulle
mengklasifikasikan keterampilan mediator ke dalam empat jenis, yaitu: 30
1. Keterampilan Mengorganisasikan Mediasi
Seorang mediator harus memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan
proses mediasi sehingga proses mediasi dapat berjalan dengan baik.
Keterampilan mengorganisasikan mediasi mencakup kemampuan untuk
membantu para pihak menentukan siapa juru runding para pihak,
terutama untuk sengketa-sengketa yang melibatkan orang banyak,
kemampuan merencanakan dan menyusun jadwal pertemuan, menata
ruang pertemuan dan tempat duduk para pihak, menggunakan alat-alat
bantu tulis seperti penggunaan OHP, whiteboard, laptop, dsb. Penentuan
atau pemilihan juru runding dilakukan sebelum proses mediasi
berlangsung. Jika mediator dilakukan oleh dua orang atau lebih, para
mediator harus mampu mempersiapkan rencana pembagian tugas di
antara mereka.Misalnya pada saat satu orang mediator bertugas

30

Takdir Rahmadi, Op.Cit.,hlm. 123-133.

42
Universitas Sumatera Utara

memimpin jalannya mediasi, maka mediator lainnya dapat melakukan
tugas-tugas lain, yaitu meringkas dan menuliskan pandangan dan titik
temu perbedaan pandangan para pihak di atas whiteboard.
2. Keterampilan Berunding
Karena pada dasarnya mediasi adalah perundingan, maka seorang
mediator yang baik harus memiliki keterampilan untuk berunding atau
bernegosiasi.Keterampilan berunding mediator mencakup kemampuankemampuan untuk memimpin dan mengarahkan pertemuan-pertemuan
mediasi sesuai agenda dan jadwal.Kemampuan memimpin pertemuan
mencakup menentukan dan mengatur lalu lintas pembicaraan dan kapan
mengadakan kaukus dengan salah satu pihak.
Selanjutnya, keterampilan yang lebih penting lagi adalah bahwa mediator
harus mampu memahami dan menerapkan teknik-teknik perundingan
bertumpu pada kepentingan (interest-based negotiation) dan menghindari
penggunaan

teknik

perundingan

posisional

(positional-based

negotiation).Dengan pengetahuan ini, seorang mediator berupaya
menggiring para pihak untuk berunding yang dapat memenuhi
kepentingan para pihak. Tentang bagaimana melaksanakan perundingan
berbasiskan kepentingan dapat dipedomani dan dipahami kiat-kiat yang
dikembangkan oleh Fisher dan Ury yang terkenal dengan konsep PIOC
yang merupakan singkatan dari People (orang), Interests (kepentingan),
Options (pilihan-pilihan), dan Criteria (kriteria, patokan). 31

31

Roger Fisher dan William Ury, Getting to Yes: Negotiating Agreement Whitout Giving
In, (New York: Penguin Books, 1983), hlm. 23.

43
Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya, konsep PIOC menurut Ury dan Fisher perlu diuraikan pada
bagian

ini

untuk

memahami

konsep

perundingan

berdasarkan

kepentingan.Konsep People mengandung arti bahwa para pihak dalam
bermediasi tidak boleh memfokuskan pada orang, tetapi memfokuskan
pada masalah sengketa yang harus dipecahkan atau diselesaikan. Konsep
orang bisa bersifat individual atau kelompok atau bangsa.Betapa
bencinya perasaan satu pihak kepada pihak lainnya, perasaan itu harus
dikontrol atau ditekan kalau tidak mungkin sama sekali dihilangkan
karena perundingan yang memfokuskan pada diri orang cenderung
menimbulkan emosional yang tinggi sehingga merusak suasana mediasi
dan pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan mediasi sebelum para
pihak membahas pokok persoalan. Para pihak harus menyadari bahwa
kehadiran mereka dalam proses mediasi adalah untuk memecahkan
persoalan bukan untuk menyerang diri seseorang atau lawannya.
Sebaliknya,

betapa

terpukau

satu

pihak

dengan

pihak

lawan,

kekagumannya tidak boleh membutakan mata hati, bahwa kehadiran
dirinya dalam mediasi adalah untuk memperjuangkan kepentingan
dirinya atau orang-orang yang diwakilinya dalam proses mediasi. Jika
seorang juru runding sampai terpukau pada diri lawan tunding karena
berbagai sebab (misalnya karena kecantikan, ketampanan, tutur kata
manis, dulu pernah kenal, perlakuan yang baik di luar sesi perundingan),
maka dia dapat dimanipulasi oleh lawannya sehingga kalau pun dicapai
sebuah kesepakatan damai, mungkin kesepakatan itu tidak optimal
mencerminkan kepentingan dirinya atau orang-orang yang diwakilinya.

44
Universitas Sumatera Utara

Konsep Interests (kepentingan) mengandung perngertian bahwa juru
runding dalam perundingan harus memfokuskan bagaimana meraih atau
mewujudkan kepentingannya dengan juga memenuhi kepentingan pihak
lawan.Para pihak harus bersama-sama memikirkan dan mencari
penyelesaian yang dapat memenuhi kepentingan bersama.Kesulitan satu
pihak

menerima

usulan

karena

usulan

itu

belum

memenuhi

kepentingannya harus juga dipikirkan dan dibahas bersama oleh pihak
lainnya.Dalam perundingan yang berbasiskan kepentingan berlaku
ungkapan “masalah anda adalah juga masalah saya” dan bukan
sebaliknya “masalahmu adalah bukan masalah saya”.
Konsep Options (opsi atau piihan) mengandung pengertian bahwa para
pihak jangan hanya memfokuskan pada satu opsi penyelesaian untuk
sebuah masalah.Jadi dalam perundingan berbasis kepentingan, tidak
berlaku ungkapan satu opsi penyelesaian untuk satu masalah, tetapi justru
sebaliknya, beberapa opsi untuk satu masalah.Oleh karena itu, seorang
mediator harus mampu mendorong para pihak untuk dapat menemukan
dan

membahas

sekurang-kurangnya

dua

atau

lebih

opsi-opsi

penyelesaian atas satu masalah.Jika satu masalah hanya diatasi dengan
satu opsi penyelesaian, maka para pihak cenderung terperangkap dalam
perundingan tawarmenawar yang posisional dan menggiring mereka ke
jalan buntu.Tugas mediator untuk mendorong para pihak memikirkan dan
mencari beberapa opsi untuk sebuah masalah.Selanjutnya, tiap opsi
dibahas untuk menentukan opsi mana yang secara maksimal dapat
memenuhi kebutuhan para pihak secara optimal.

45
Universitas Sumatera Utara

Konsep Criteria (kriteria,patokan,ukuran) mengandung pengertian bahwa
para pihak dalam meminta atau mengusulkan sesuatu harus didasarkan
pada kriteria atau ukuran berdasar kriteria. Kriteria objektif antara lain,
dapat bersumber dari ilmu pengetahuan, harga pasar dan hukum.
3. Keterampilan Memf