AKSI BULLYING DI KALANGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS WILAYAH SURAKARTA TAHUN 2014 2015 | Dianita Sari | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 6238 13282 1 SM
1
AKSI BULLYING DI KALANGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
WILAYAH SURAKARTA TAHUN 2014/2015
Tika Dianita Sari
K8411065
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
PendidikanUniversitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon korban terhadap aksi
bullying verbal yang dialami, kondisi korban pasca bullying verbal,respon dari
teman sebaya, danrespon dari pihak sekolah terhadap aksi bullying verbal di
kalangan siswa SMA wilayah Surakarta tahun 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus. Teknik
pengambilan data angket, Focus Group Discussion, wawancara mendalam, dan
penelusuran data online. Sumber data penelitian berasal dari data primer yaitu
siswa dan guru serta data sekunder seperti media cetak media online serta
dokumen angket yang telah tersebar di empat sekolah.
Dalam penelitian ini korban dan teman sebaya mayoritas memilih diam
dan tidak melaporkan aksi bullying verbal ke pihak sekolah. Pasca bullying verbal
terdapat tiga kondisi, yang pertama korban menjadi ketergantungan akan aksi
tersebut, kedua korban yang awalnya di-bully akhirnya menjadi pelaku bullying
verbal dan ketiga akan timbul struktur aksi baru yaitu aksi bullying fisik. Guru
yang mengetahui aksi ini merespon dengan memberi nasehat dan arahan agar
siswa tidak mengulangi aksi bullying tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kebenaran adanya dualitas
struktur sertaadanya kekuasaan, fasilitas dan dominasi yang ada di dalam bullying
verbal. Dalam penelitian ini memunculkan struktur baru akibat lemahnya kontrol
dari sekolah yang dapat dianalisis menggunakan dulaitas struktur.
Kata Kunci : bullying verbal, pendidikan karakter, dualitas struktur, respon.
2
Baru-baru
PENDAHULUAN
Psikolog Anak RS Dr Oen
Surakarta,Yulia
Eka
Sari
menjelaskan, fenomena kekerasan di
lingkungan sekolah saat ini mulai
marak terjadi. Bullying bisa terjadi
pada semua tingkatan sekolah dari
TK sampai dengan SMA, bahkan
bisa sampai perguruan tinggi. Hasil
penelitian KPAI pada tahun 2013
tercatat 181 kasus berujung pada
kematian,
141
kasus
korban
menderita luka berat, dan 97 kasus
dengan luka ringan. Hasil riset
National
Association
of
School
Psychologist menunjukkan bahwa
bullying
menempati
pertama
yang
peringkat
menimbulkan
ketakutan siswa di sekolah. Kasus
bullying pada anak sekolah memang
cukup tinggi mulai dari usia TK
hingga
perguruan
semuanya
ada.
dilakukan
dengan
tinggi
Bullying
kontak
hampir
fisik
perilaku non-verbal tidak langsung,
atau bisa juga berupa pelecehan
seksual yang berbentuk agresi fisik
dan verbal (Harian Joglosemar, Edisi
terdengar
bullying
kasus
yang
menimpa salah satu siswi kelas VIII
SMP Al Jannah, Jakarta Timur.
Nadhira Fajriani Ramadhan, atau
lebih sering disapa dengan Nadhira
dikabarkan kabur dari rumah pada 7
Maret 2015. Alasan Nadhira kabur
adalah karena gadis belia tersebut
mengaku
telah
mendapatkan
perlakuan tidak menyenangkan oleh
teman-teman
di
sekolahnya
dan
minta untuk keluar dari sekolah
tersebut. Sempat terdengar kabar
bahwa terdapat kasus bully yang
menimpa Nadhira di sekolahnya.
Yenny,
selaku
ibu
Nadhira
memaparkan anak keduanya tersebut
sempat
diinjak,
dijambak
oleh
diludahi
dan
teman-temannya.
(Okezone online, edisi Kamis 12
Maret 2015).
Kekerasan
dapat
langsung, kontak verbal langsung,
Rabu 27 Agustus 2014).
kembali
ini
bentuk
penindasan
verbal
yang
adalah
paling
umum digunakan, baik oleh anak
perempuan maupun laki-laki. Aksi
dapat dilakukan oleh orang dewasa
atau teman sebaya tanpa terdeteksi
(Coloroso,2007:47).Penindasan
verbal dapat berupa julukan nama,
celaan,
fitnah,
kritik
kejam,
3
penghinaan baik penghinaan bersifat
mengembangkan
pribadi
yang dimiliki seseorang
maupun
rasial
dan
karakter-karakter
menuju
pernyataan-pernyataan
bernuansa
pembentukan karakter mulia atau
ajakan
pelecehan
good
seksual
atau
character
serta
seksual(Coloroso, 2007:48). Dalam
melakukan
aksi ini terdapat kaitan dengan teori
(Samani dan Hariyanto,2013:45).
strukturasi,
.METODE PENELITIAN
teori
strukturasi
tindakan
dapat
Penelitian
merupakan konsep-konsep struktur,
yang
ini
etis
mengambil
sistem, dan dualitas struktur yang ada
sampel di SMA N 3 Surakarta, SMA
di
sebagai
N 4 Surakarta, SMA N 6 Surakarta,
perangkat aturan dan sumber daya
SMA Batik 2 Surakarta dengan
yang diorganisasikan secara rekrusif,
subyek penelitian siswa yang pernah
berada di luar ruang dan waktu,
atau
disimpan
verbal di sekolah. Penelitian ini
masyarakat.
dalam
kesegarannya
memori
Struktur
koordiansi
sebagai
dan
dan
jejak-jejak
ditandai
“ketidakberdayaan
oleh
subyek”
karakter
itu
juga
membimbing
siswa
merupakan
dengan
bullying
melakukan
penelitian
studi
kasus.
kualitatif
Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang
menggali informasi yang sedalam-
(Giddens,2003:30).
Selain
masih
pendidikan
harus
agar
dalamnya dengan responden guna
dapat
mendapatkan
dapat
bertujuan
data
untuk
yang
valid,
menggambarkan,
berperilaku yang luhur. Pendidikan
meringkas berbagai kondisi, berbagai
karakter
proses
situasi,
pemberian tuntunan kepada peserta
realitas
didik dalam dimensi hati, dimensi
masyarakat (Bungin, 2008:68).Yin
pikiran, dimensi raga, serta dalam
(2002:1) menyatakan bahwa studi
dimensi rasa dan karsa. Melalui
kasus
proses pembelajaran karakter dapat
pendekatan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
merupakan
sumbangan
dalam
atau
berbagai
sosial
yang
merupakan
yang
fenomena
ada
strategi
sesuai
di
atau
apabila
suatu
mendidik moral, budi pekerti, dan
penelitian berkenaan dengan how
tindakan
atau
seseorang
untuk
why,
dan
bilamana
fokus
4
penelitian terletak pada fenomena
sebagai data. Dan ketika terdapat
kontemporer (masa kini).
data yang kurang atau belum benar
Data
diperoleh
pengisian
melalui
Group
angket,Focus
akan diverivikasi atau dilengkapi
oleh informan lain.
Discussion, wawancara mendalam
terhadap
empat
orang
bimbingan
konseling
Analisis model Miles dan
guru
Huberman dalam Sugiyono (2013:
masing
337 345) dalam proses analisis
masing SMA, dan penelusuran data
terdapat tiga komponen utama yang
online.
pengambilan
harus benar-benar dipahami oleh
informan menggunakan purposive
peneliti. Analisis dimulai dengan
sampling
teknik
pengumpulan data berikut reduksi
pengambilan informan. Purposive
data, penyajian data serta penarikan
sampling
kesimpulan (verifikasi data).
Teknik
di
sebagai
merupakan
teknik
pengambilan informan sumber data
HASIL
dengan
PEMBAHASAN
pertimbangan
tertentu.
PENELITIAN
DAN
Penulis mengambil 60 orang melalui
Respon Korban Terhadap bullying
sistem acak sebagai sampel pengisi
verbal yang Dialami
angket
dari 4
sekolah.
Setelah
a. Merasa Senang Saat di-Bully
melakukan pengisian angket, penulis
mengambil 14 orang dengan kriteria
tertentu untuk dijadikan narasumber
dalam proses FGD guna mewakili
siswa SMA wilayah Surakarta.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan menggunakan proses
focus group discussion sebagai uji
validitas data. Dimana dalam proses
ini terdapat beberapa informan yang
berstatus
memberikan
sebagai
sejumlah
siswadan
sumber
informasi yang dapat digunakan
Sebagian besar siswa diejek,
diolok-olok, dan dipanggil dengan
sebutan
buruk.
Penindasan
atau
bullying secara verbal dapat berupa
julukan nama, celaan, fitnah, kritik,
dan masih ada banyak lagi macam
penindasan verbal seperti penghinaan
rasial
atau
pelecehan
seksual
(Coloroso, 2007:48). Para korban
mayoritas merespon aksi bullying
yang mereka alami dengan senang
hati saat mejadi korban bully di
5
sekolah. Korban yang merasa senang
kemungkinan akibat
saat
lain
terjadi. Sikap yang paling tinggi
mengetahui alasan bahwa ternyata
diambil di lingkungan sekolah adalah
hal tersebut dilakukan oleh temannya
sikap diam. Sikap tidak melapor ke
untuk memenuhi kepuasan diri dalam
pihak sekolah dilatar belakangi rasa
berteman. Kesenanagan lain timbul
keengganan korban yang merasa
karena mereka hanya tahu tentang
bahwa ia tidak tega melaporkan
praktik saling membully antar siswa
temannya sendiri ke pihak guru.
karena mereka merasa bingung akan
Tidak adanya laporan terhadap guru
bermain apa dengan teman temannya
pada
untuk memecah kelengangan saat
minimnya
berada
sekolah, utamanya bullying vebal.
di-bully
di
oleh
teman
lingkungan
sekolah.
akhirnya
yang
berdampak
informasi
dapat
pada
bullying
di
Bullying verbal dinilai menjadi aksi
Sehingga
yang biasa dilihat dan dilakukan
mengetahui bahwa siswanya tengah
dalam lingkungan sekolah, karena
melakukan
mereka merasa tidak ada hiburan lain
dalam interaksi sessama teman di
selain menjadikan teman mereka
sekolah.
mayoritas
praktik
guru
tidak
menyimpang
bahan olok olokan. Sehingga dari
olok olokan atau bullying vebal ini
akan memecah tawa yang dapat
memudarkan tingkat
2. Kondisi Korban Pasca Bullying
Verbal yang Dialami
a. Ketergantungan pada Bullying
kelengangan
verbal
suasana di sekolah.
siswa
b. Tidak Melapor Pihak Sekolah
Dalam
banyak
situasi,
bullying verbal selalu mengundang
respon sikap
bagi para
korban
maupun siswa yang menyaksikan
bullying.
Sikap-sikap
yang
ditunjukan menandakan sejauh mana
mereka memahami aksi bullying dan
mengungkapkan
bahwa mengejek dilakukan untuk
menurunkan tingkat stres saat berada
di
lingkungan
sekolah.
Karena
hampir setiap hari bully ini terjadi,
korban
seperti
memiliki
rasa
ketergantungan akan aksi ini. Mereka
mulai menikmati dan menjadikan
mengejek sebagai rutinitas. Suasana
6
tegang dan bosan membuat siswa
korban bertransformasi
memilih untuk melakukan bullying
pelaku bully agar masalah tersebut
verbal
suasana
selesai. Pada kasus ini, terdapat
setelah KBM berlangsung. Bahkan
korban dan pelaku yang saling
seorang siswa yang akan lulus pun
terlibat aksi bully verbal satu sama
menuturkan ia merindukan masa
lain. Yang menarik pada bagian aksi
masa saling membully saat masih
mengejek, ternyata dimungkinkan
duduk di bangku sekolah.
akan muncul aksi lain seperti aksi
untuk
b.
memecah
Bertransformasi
dan
Menciptakan Aksi Baru
Stephenson dan Smith (Trevi,
2010 dalam Levianti, 2008:4) bahwa
ada tiga kecenderungan tipe pelaku
bullying
yaitu (1) Pelaku
yang
percaya diri mempunyai fisik yang
kuat,
menyukai
agresi
atau
kekerasan, selalu merasa aman dan
mempunyai popularitas. (2) Pelaku
merasa cemas karena merasa lemah
dalam nilai akademiknya, kosentrasi
rendah, kurang terkenal dan juga
kurang aman. (3) Pelaku mengincar
korban dalam situasi tertentu dan
pelaku juga pernah di bully oleh
orang lain.Dalam temuan penelitian
kali ini, tipe aktor/pelaku termasuk
pada tipe ketiga yaitu pelaku bullying
mengincar
korban dalam
situasi
tertentu dan pelaku juga pernah di
bully
sebelumnya.Pada
faktanya
menjadi
kekerasan atau bullying fisik sebagai
tindak lanjut. Kasus-kasus ini terjadi
dalam situasi dimana interaksi antara
pelaku dan korban menjadi sangat
emosional
3. Respon Teman Sebaya Pasca
Bullying Verbal
Teman
sebaya
adalah
kelompok ketiga dari para pemain
aksi bullying, mereka adalah peran
pendukung
yang
mendorong
membantu dan
penindas
selama
tindakan berlangsung. Mereka bisa
berdiam diri dan memandangi saja,
mendorong penindas secara aktif
atau bergabung menjadi salah satu
dari gerombolan penindas (Coloroso,
2007:128). Teman sebaya mayoritas
memilih
tidak
melaporkan
aksi
bullying verbal ini kepada pihak
sekolah.Selain
ternyata
teman
merespon
sebaya
diam,
turut
melakukan bullying verbal terhadap
7
korban. Rupa-rupanya teman sebaya
mereproduksi struktur lalu muncul
pun turut merespon dengan mem-
struktur yang baru. Struktur bukanlah
bully akibat pengaruh teman lain
besifat “eksternal” bagi individu-
yang menjadi pelaku bullying verbal
individu (Giddens, 2003: 30). Hal ini
sebelumnya.
bersesuaian dengan temuan data
4. Respon Pihak Sekolah
yangmenyatakan aksi bullying verbal
Sekolah
merupakan
wadah
yang dilakukan siswa kemungkinan
pembentukan karakter siswa, dan
menimbulkan
guru adalah salah satu komponen
baru berupa kekerasan fisik. Teman
yang paling vital dalam hal ini.
sebaya turut melakukan bullying
Kasus bullying verbal yang terjadi di
verbal
SMA wilayah Surakarta memang
pelaku. Hal ini mendakan bahwa
sarat dari hukuman dan luput dari
pelaku
sorotan
mendominasi
dan
guru hanya memberikan arahan dan
mempengaruhi
teman
nasehat tanpa memberi sanksi tegas
lainnya.
terhadap siswa, arahan dan himbauan
kemampuan
ini
hasil,
pihak sekolah. Mayoritas
dinilai
sudah
sepatutnya
struktur
akibat
kekerasan
terpengaruh
memiliki
kekuasan
entah
sebaya
merupakan
mewujudkan
hasil-hasil
tersebut
dilakukan. Namun dengan arahan
berhubungan
dan himbauan dinilai masih kurang.
yang murni golongan ataukah tidak
Ada pula guru yang memberikan
sesungguhnya tidak ada sangkut
pendidikan karakter terhadap siswa,
pautnya
sehingga ketika ada pelanggaran di
(Giddens,
sekolah guru memberikan arahan dan
kekuasaan untuk menjadi sebuah
pendekatan dengan siswa dan tidak
reproduksi struktur baru tentulah
memberikan sistem poin sebagai
harus ada unsur dominasi. Tidak
sanksi.
menutup kemungkinan ketika siswa
5.
Bullying
Verbal
dalam
Dalam hal ini, pelaku atau agen
pelaku
kepentingan
dengan
2010:401).
definisinya
Dalam
menjadi pelaku terdapat dominasi
aksi untuk mempengaruhi siswa
Strukuturasi Giddens
merupakan
dengan
yang
akhirnya
Kekuasaan
untuk
oleh
struktur
dan
lainnya untuk menjadi pelaku baru.
Kekuasaan yang terealisasi secara
8
terus menerus maka akan menjadi
kemungkinan akan terjadi bullying
suatu dominasi sikap dari pelaku
betuk fisik yang dapat melukai fisik
yang
siswa. Sebaiknya sekolah utamnya
akan
melanggengkan
aksi
bullying verbal di dunia pendidikan.
guru mampu meningkatkan kontrol
PENUTUP
sosial dan membeikan pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
bahaya bullying secara dini terhadap
ditarik kesimpulan bahwa praktik
siswa sehingga dapat meminimalisir
bullying verbal di kalangana siswa
aksi
SMA di Surakarta adalah hal yang
meminimalisir munculnya aksi baru.
biasa dan wajar dilakukan. Aksi
DAFTAR PUSTAKA
bullying
Bungin, Burhan. (2008). Penelitian
verbal antar
teman di
bullying
vebal
sekolah dianggap biasa dan wajar
Kualitatif
karena telah mengalami pembiasaan.
ekonomi, Kebijakan publik,
Selain itu, ada pula pengaruh dari
dan Ilmu Sosial Lainnya.
pelaku bullying yang menyebabkan
Jakarta : Prenada Media
korban
Group.
bertransformasi
menjadi
:
dan
Komunikasi,
pelaku dan teman sebaya turut
Coloroso, Barbara. (2007). “ Stop
melakukan aksi bullying ini. Adanya
Bullying : Memutus Rantai
kekuasaan
Kkekerasan
dalam
diri
pelaku
Anak
Dari
akhirnya mendominasi di setiap diri
Prasekolah Hingga SMU”.
siswa untuk melakukan aksi bullying
Jakarta : Ikrar Mandiriabadi
Giddens,
vebal.
Dalam hal ini telah terjadi
The
Anthony.(2003).
Constitution
of
Society
pergeseran, dimana aksi bullying
Teori
verbal bukan lagi dilihat sebagai
analisis sosial. Pasuruan:
perbuatan yang melanggar nilai dan
Pedati
norma, melainkan dilihat sebagai hal
Strukturasi
untuk
Kesuma, Dharma, Triatna,Cepi, dan
yang wajar dilakukan. Dari adanya
Permana,
bullying verbal ini, ketika para
Pendidikan
pelaku tengah terlibat aksi yang
Kajian Teori dan Praktik di
emosional
maka
tidak
menutup
H.Johar.(2012).
Karakter
:
9
Sekolah. Bandung : Remaja
Ada Bullying Terhadap Nadhira
Rosdakarya.
http://news.okezone.com/read/2015/0
K.Yin, Robert.(2002). Studi Kasus :
3/15/338/1118860/smp-al-jannah-
Desain dan Metode. Jakarta
bantah-ada-bullying-terhadap-
: Raja Grafindo
nadhira Diakses pada tanggal 20 mei
Levianti.(2008). “Konformitas dan
Bullying
Pada
Siswa”,
2015 19.46 WIB.
Okezone online, edisi Kamis 12
Jurnal Psikologi, Vol 6
Maret
No.1, 2008 : 1-9.
Nadhira
Sugiyono. (2013).Metode Penelitian
Pendidikan.
Bandung
2015,
Sebelum
Sering
Hilang
di-Bully
http://news.okezone.com/read/2015/0
3/12/338/1117577/sebelum-hilang-
:
Alfabeta.
Okezone online, edisi Senin 16
Maret 2015, SMP AL Jannah Bnatah
nadhira-sering-di-bullyDiakses
Mei 2015 jam 19.44 WIB.
20
AKSI BULLYING DI KALANGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
WILAYAH SURAKARTA TAHUN 2014/2015
Tika Dianita Sari
K8411065
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
PendidikanUniversitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon korban terhadap aksi
bullying verbal yang dialami, kondisi korban pasca bullying verbal,respon dari
teman sebaya, danrespon dari pihak sekolah terhadap aksi bullying verbal di
kalangan siswa SMA wilayah Surakarta tahun 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus. Teknik
pengambilan data angket, Focus Group Discussion, wawancara mendalam, dan
penelusuran data online. Sumber data penelitian berasal dari data primer yaitu
siswa dan guru serta data sekunder seperti media cetak media online serta
dokumen angket yang telah tersebar di empat sekolah.
Dalam penelitian ini korban dan teman sebaya mayoritas memilih diam
dan tidak melaporkan aksi bullying verbal ke pihak sekolah. Pasca bullying verbal
terdapat tiga kondisi, yang pertama korban menjadi ketergantungan akan aksi
tersebut, kedua korban yang awalnya di-bully akhirnya menjadi pelaku bullying
verbal dan ketiga akan timbul struktur aksi baru yaitu aksi bullying fisik. Guru
yang mengetahui aksi ini merespon dengan memberi nasehat dan arahan agar
siswa tidak mengulangi aksi bullying tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kebenaran adanya dualitas
struktur sertaadanya kekuasaan, fasilitas dan dominasi yang ada di dalam bullying
verbal. Dalam penelitian ini memunculkan struktur baru akibat lemahnya kontrol
dari sekolah yang dapat dianalisis menggunakan dulaitas struktur.
Kata Kunci : bullying verbal, pendidikan karakter, dualitas struktur, respon.
2
Baru-baru
PENDAHULUAN
Psikolog Anak RS Dr Oen
Surakarta,Yulia
Eka
Sari
menjelaskan, fenomena kekerasan di
lingkungan sekolah saat ini mulai
marak terjadi. Bullying bisa terjadi
pada semua tingkatan sekolah dari
TK sampai dengan SMA, bahkan
bisa sampai perguruan tinggi. Hasil
penelitian KPAI pada tahun 2013
tercatat 181 kasus berujung pada
kematian,
141
kasus
korban
menderita luka berat, dan 97 kasus
dengan luka ringan. Hasil riset
National
Association
of
School
Psychologist menunjukkan bahwa
bullying
menempati
pertama
yang
peringkat
menimbulkan
ketakutan siswa di sekolah. Kasus
bullying pada anak sekolah memang
cukup tinggi mulai dari usia TK
hingga
perguruan
semuanya
ada.
dilakukan
dengan
tinggi
Bullying
kontak
hampir
fisik
perilaku non-verbal tidak langsung,
atau bisa juga berupa pelecehan
seksual yang berbentuk agresi fisik
dan verbal (Harian Joglosemar, Edisi
terdengar
bullying
kasus
yang
menimpa salah satu siswi kelas VIII
SMP Al Jannah, Jakarta Timur.
Nadhira Fajriani Ramadhan, atau
lebih sering disapa dengan Nadhira
dikabarkan kabur dari rumah pada 7
Maret 2015. Alasan Nadhira kabur
adalah karena gadis belia tersebut
mengaku
telah
mendapatkan
perlakuan tidak menyenangkan oleh
teman-teman
di
sekolahnya
dan
minta untuk keluar dari sekolah
tersebut. Sempat terdengar kabar
bahwa terdapat kasus bully yang
menimpa Nadhira di sekolahnya.
Yenny,
selaku
ibu
Nadhira
memaparkan anak keduanya tersebut
sempat
diinjak,
dijambak
oleh
diludahi
dan
teman-temannya.
(Okezone online, edisi Kamis 12
Maret 2015).
Kekerasan
dapat
langsung, kontak verbal langsung,
Rabu 27 Agustus 2014).
kembali
ini
bentuk
penindasan
verbal
yang
adalah
paling
umum digunakan, baik oleh anak
perempuan maupun laki-laki. Aksi
dapat dilakukan oleh orang dewasa
atau teman sebaya tanpa terdeteksi
(Coloroso,2007:47).Penindasan
verbal dapat berupa julukan nama,
celaan,
fitnah,
kritik
kejam,
3
penghinaan baik penghinaan bersifat
mengembangkan
pribadi
yang dimiliki seseorang
maupun
rasial
dan
karakter-karakter
menuju
pernyataan-pernyataan
bernuansa
pembentukan karakter mulia atau
ajakan
pelecehan
good
seksual
atau
character
serta
seksual(Coloroso, 2007:48). Dalam
melakukan
aksi ini terdapat kaitan dengan teori
(Samani dan Hariyanto,2013:45).
strukturasi,
.METODE PENELITIAN
teori
strukturasi
tindakan
dapat
Penelitian
merupakan konsep-konsep struktur,
yang
ini
etis
mengambil
sistem, dan dualitas struktur yang ada
sampel di SMA N 3 Surakarta, SMA
di
sebagai
N 4 Surakarta, SMA N 6 Surakarta,
perangkat aturan dan sumber daya
SMA Batik 2 Surakarta dengan
yang diorganisasikan secara rekrusif,
subyek penelitian siswa yang pernah
berada di luar ruang dan waktu,
atau
disimpan
verbal di sekolah. Penelitian ini
masyarakat.
dalam
kesegarannya
memori
Struktur
koordiansi
sebagai
dan
dan
jejak-jejak
ditandai
“ketidakberdayaan
oleh
subyek”
karakter
itu
juga
membimbing
siswa
merupakan
dengan
bullying
melakukan
penelitian
studi
kasus.
kualitatif
Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang
menggali informasi yang sedalam-
(Giddens,2003:30).
Selain
masih
pendidikan
harus
agar
dalamnya dengan responden guna
dapat
mendapatkan
dapat
bertujuan
data
untuk
yang
valid,
menggambarkan,
berperilaku yang luhur. Pendidikan
meringkas berbagai kondisi, berbagai
karakter
proses
situasi,
pemberian tuntunan kepada peserta
realitas
didik dalam dimensi hati, dimensi
masyarakat (Bungin, 2008:68).Yin
pikiran, dimensi raga, serta dalam
(2002:1) menyatakan bahwa studi
dimensi rasa dan karsa. Melalui
kasus
proses pembelajaran karakter dapat
pendekatan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
merupakan
sumbangan
dalam
atau
berbagai
sosial
yang
merupakan
yang
fenomena
ada
strategi
sesuai
di
atau
apabila
suatu
mendidik moral, budi pekerti, dan
penelitian berkenaan dengan how
tindakan
atau
seseorang
untuk
why,
dan
bilamana
fokus
4
penelitian terletak pada fenomena
sebagai data. Dan ketika terdapat
kontemporer (masa kini).
data yang kurang atau belum benar
Data
diperoleh
pengisian
melalui
Group
angket,Focus
akan diverivikasi atau dilengkapi
oleh informan lain.
Discussion, wawancara mendalam
terhadap
empat
orang
bimbingan
konseling
Analisis model Miles dan
guru
Huberman dalam Sugiyono (2013:
masing
337 345) dalam proses analisis
masing SMA, dan penelusuran data
terdapat tiga komponen utama yang
online.
pengambilan
harus benar-benar dipahami oleh
informan menggunakan purposive
peneliti. Analisis dimulai dengan
sampling
teknik
pengumpulan data berikut reduksi
pengambilan informan. Purposive
data, penyajian data serta penarikan
sampling
kesimpulan (verifikasi data).
Teknik
di
sebagai
merupakan
teknik
pengambilan informan sumber data
HASIL
dengan
PEMBAHASAN
pertimbangan
tertentu.
PENELITIAN
DAN
Penulis mengambil 60 orang melalui
Respon Korban Terhadap bullying
sistem acak sebagai sampel pengisi
verbal yang Dialami
angket
dari 4
sekolah.
Setelah
a. Merasa Senang Saat di-Bully
melakukan pengisian angket, penulis
mengambil 14 orang dengan kriteria
tertentu untuk dijadikan narasumber
dalam proses FGD guna mewakili
siswa SMA wilayah Surakarta.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan menggunakan proses
focus group discussion sebagai uji
validitas data. Dimana dalam proses
ini terdapat beberapa informan yang
berstatus
memberikan
sebagai
sejumlah
siswadan
sumber
informasi yang dapat digunakan
Sebagian besar siswa diejek,
diolok-olok, dan dipanggil dengan
sebutan
buruk.
Penindasan
atau
bullying secara verbal dapat berupa
julukan nama, celaan, fitnah, kritik,
dan masih ada banyak lagi macam
penindasan verbal seperti penghinaan
rasial
atau
pelecehan
seksual
(Coloroso, 2007:48). Para korban
mayoritas merespon aksi bullying
yang mereka alami dengan senang
hati saat mejadi korban bully di
5
sekolah. Korban yang merasa senang
kemungkinan akibat
saat
lain
terjadi. Sikap yang paling tinggi
mengetahui alasan bahwa ternyata
diambil di lingkungan sekolah adalah
hal tersebut dilakukan oleh temannya
sikap diam. Sikap tidak melapor ke
untuk memenuhi kepuasan diri dalam
pihak sekolah dilatar belakangi rasa
berteman. Kesenanagan lain timbul
keengganan korban yang merasa
karena mereka hanya tahu tentang
bahwa ia tidak tega melaporkan
praktik saling membully antar siswa
temannya sendiri ke pihak guru.
karena mereka merasa bingung akan
Tidak adanya laporan terhadap guru
bermain apa dengan teman temannya
pada
untuk memecah kelengangan saat
minimnya
berada
sekolah, utamanya bullying vebal.
di-bully
di
oleh
teman
lingkungan
sekolah.
akhirnya
yang
berdampak
informasi
dapat
pada
bullying
di
Bullying verbal dinilai menjadi aksi
Sehingga
yang biasa dilihat dan dilakukan
mengetahui bahwa siswanya tengah
dalam lingkungan sekolah, karena
melakukan
mereka merasa tidak ada hiburan lain
dalam interaksi sessama teman di
selain menjadikan teman mereka
sekolah.
mayoritas
praktik
guru
tidak
menyimpang
bahan olok olokan. Sehingga dari
olok olokan atau bullying vebal ini
akan memecah tawa yang dapat
memudarkan tingkat
2. Kondisi Korban Pasca Bullying
Verbal yang Dialami
a. Ketergantungan pada Bullying
kelengangan
verbal
suasana di sekolah.
siswa
b. Tidak Melapor Pihak Sekolah
Dalam
banyak
situasi,
bullying verbal selalu mengundang
respon sikap
bagi para
korban
maupun siswa yang menyaksikan
bullying.
Sikap-sikap
yang
ditunjukan menandakan sejauh mana
mereka memahami aksi bullying dan
mengungkapkan
bahwa mengejek dilakukan untuk
menurunkan tingkat stres saat berada
di
lingkungan
sekolah.
Karena
hampir setiap hari bully ini terjadi,
korban
seperti
memiliki
rasa
ketergantungan akan aksi ini. Mereka
mulai menikmati dan menjadikan
mengejek sebagai rutinitas. Suasana
6
tegang dan bosan membuat siswa
korban bertransformasi
memilih untuk melakukan bullying
pelaku bully agar masalah tersebut
verbal
suasana
selesai. Pada kasus ini, terdapat
setelah KBM berlangsung. Bahkan
korban dan pelaku yang saling
seorang siswa yang akan lulus pun
terlibat aksi bully verbal satu sama
menuturkan ia merindukan masa
lain. Yang menarik pada bagian aksi
masa saling membully saat masih
mengejek, ternyata dimungkinkan
duduk di bangku sekolah.
akan muncul aksi lain seperti aksi
untuk
b.
memecah
Bertransformasi
dan
Menciptakan Aksi Baru
Stephenson dan Smith (Trevi,
2010 dalam Levianti, 2008:4) bahwa
ada tiga kecenderungan tipe pelaku
bullying
yaitu (1) Pelaku
yang
percaya diri mempunyai fisik yang
kuat,
menyukai
agresi
atau
kekerasan, selalu merasa aman dan
mempunyai popularitas. (2) Pelaku
merasa cemas karena merasa lemah
dalam nilai akademiknya, kosentrasi
rendah, kurang terkenal dan juga
kurang aman. (3) Pelaku mengincar
korban dalam situasi tertentu dan
pelaku juga pernah di bully oleh
orang lain.Dalam temuan penelitian
kali ini, tipe aktor/pelaku termasuk
pada tipe ketiga yaitu pelaku bullying
mengincar
korban dalam
situasi
tertentu dan pelaku juga pernah di
bully
sebelumnya.Pada
faktanya
menjadi
kekerasan atau bullying fisik sebagai
tindak lanjut. Kasus-kasus ini terjadi
dalam situasi dimana interaksi antara
pelaku dan korban menjadi sangat
emosional
3. Respon Teman Sebaya Pasca
Bullying Verbal
Teman
sebaya
adalah
kelompok ketiga dari para pemain
aksi bullying, mereka adalah peran
pendukung
yang
mendorong
membantu dan
penindas
selama
tindakan berlangsung. Mereka bisa
berdiam diri dan memandangi saja,
mendorong penindas secara aktif
atau bergabung menjadi salah satu
dari gerombolan penindas (Coloroso,
2007:128). Teman sebaya mayoritas
memilih
tidak
melaporkan
aksi
bullying verbal ini kepada pihak
sekolah.Selain
ternyata
teman
merespon
sebaya
diam,
turut
melakukan bullying verbal terhadap
7
korban. Rupa-rupanya teman sebaya
mereproduksi struktur lalu muncul
pun turut merespon dengan mem-
struktur yang baru. Struktur bukanlah
bully akibat pengaruh teman lain
besifat “eksternal” bagi individu-
yang menjadi pelaku bullying verbal
individu (Giddens, 2003: 30). Hal ini
sebelumnya.
bersesuaian dengan temuan data
4. Respon Pihak Sekolah
yangmenyatakan aksi bullying verbal
Sekolah
merupakan
wadah
yang dilakukan siswa kemungkinan
pembentukan karakter siswa, dan
menimbulkan
guru adalah salah satu komponen
baru berupa kekerasan fisik. Teman
yang paling vital dalam hal ini.
sebaya turut melakukan bullying
Kasus bullying verbal yang terjadi di
verbal
SMA wilayah Surakarta memang
pelaku. Hal ini mendakan bahwa
sarat dari hukuman dan luput dari
pelaku
sorotan
mendominasi
dan
guru hanya memberikan arahan dan
mempengaruhi
teman
nasehat tanpa memberi sanksi tegas
lainnya.
terhadap siswa, arahan dan himbauan
kemampuan
ini
hasil,
pihak sekolah. Mayoritas
dinilai
sudah
sepatutnya
struktur
akibat
kekerasan
terpengaruh
memiliki
kekuasan
entah
sebaya
merupakan
mewujudkan
hasil-hasil
tersebut
dilakukan. Namun dengan arahan
berhubungan
dan himbauan dinilai masih kurang.
yang murni golongan ataukah tidak
Ada pula guru yang memberikan
sesungguhnya tidak ada sangkut
pendidikan karakter terhadap siswa,
pautnya
sehingga ketika ada pelanggaran di
(Giddens,
sekolah guru memberikan arahan dan
kekuasaan untuk menjadi sebuah
pendekatan dengan siswa dan tidak
reproduksi struktur baru tentulah
memberikan sistem poin sebagai
harus ada unsur dominasi. Tidak
sanksi.
menutup kemungkinan ketika siswa
5.
Bullying
Verbal
dalam
Dalam hal ini, pelaku atau agen
pelaku
kepentingan
dengan
2010:401).
definisinya
Dalam
menjadi pelaku terdapat dominasi
aksi untuk mempengaruhi siswa
Strukuturasi Giddens
merupakan
dengan
yang
akhirnya
Kekuasaan
untuk
oleh
struktur
dan
lainnya untuk menjadi pelaku baru.
Kekuasaan yang terealisasi secara
8
terus menerus maka akan menjadi
kemungkinan akan terjadi bullying
suatu dominasi sikap dari pelaku
betuk fisik yang dapat melukai fisik
yang
siswa. Sebaiknya sekolah utamnya
akan
melanggengkan
aksi
bullying verbal di dunia pendidikan.
guru mampu meningkatkan kontrol
PENUTUP
sosial dan membeikan pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
bahaya bullying secara dini terhadap
ditarik kesimpulan bahwa praktik
siswa sehingga dapat meminimalisir
bullying verbal di kalangana siswa
aksi
SMA di Surakarta adalah hal yang
meminimalisir munculnya aksi baru.
biasa dan wajar dilakukan. Aksi
DAFTAR PUSTAKA
bullying
Bungin, Burhan. (2008). Penelitian
verbal antar
teman di
bullying
vebal
sekolah dianggap biasa dan wajar
Kualitatif
karena telah mengalami pembiasaan.
ekonomi, Kebijakan publik,
Selain itu, ada pula pengaruh dari
dan Ilmu Sosial Lainnya.
pelaku bullying yang menyebabkan
Jakarta : Prenada Media
korban
Group.
bertransformasi
menjadi
:
dan
Komunikasi,
pelaku dan teman sebaya turut
Coloroso, Barbara. (2007). “ Stop
melakukan aksi bullying ini. Adanya
Bullying : Memutus Rantai
kekuasaan
Kkekerasan
dalam
diri
pelaku
Anak
Dari
akhirnya mendominasi di setiap diri
Prasekolah Hingga SMU”.
siswa untuk melakukan aksi bullying
Jakarta : Ikrar Mandiriabadi
Giddens,
vebal.
Dalam hal ini telah terjadi
The
Anthony.(2003).
Constitution
of
Society
pergeseran, dimana aksi bullying
Teori
verbal bukan lagi dilihat sebagai
analisis sosial. Pasuruan:
perbuatan yang melanggar nilai dan
Pedati
norma, melainkan dilihat sebagai hal
Strukturasi
untuk
Kesuma, Dharma, Triatna,Cepi, dan
yang wajar dilakukan. Dari adanya
Permana,
bullying verbal ini, ketika para
Pendidikan
pelaku tengah terlibat aksi yang
Kajian Teori dan Praktik di
emosional
maka
tidak
menutup
H.Johar.(2012).
Karakter
:
9
Sekolah. Bandung : Remaja
Ada Bullying Terhadap Nadhira
Rosdakarya.
http://news.okezone.com/read/2015/0
K.Yin, Robert.(2002). Studi Kasus :
3/15/338/1118860/smp-al-jannah-
Desain dan Metode. Jakarta
bantah-ada-bullying-terhadap-
: Raja Grafindo
nadhira Diakses pada tanggal 20 mei
Levianti.(2008). “Konformitas dan
Bullying
Pada
Siswa”,
2015 19.46 WIB.
Okezone online, edisi Kamis 12
Jurnal Psikologi, Vol 6
Maret
No.1, 2008 : 1-9.
Nadhira
Sugiyono. (2013).Metode Penelitian
Pendidikan.
Bandung
2015,
Sebelum
Sering
Hilang
di-Bully
http://news.okezone.com/read/2015/0
3/12/338/1117577/sebelum-hilang-
:
Alfabeta.
Okezone online, edisi Senin 16
Maret 2015, SMP AL Jannah Bnatah
nadhira-sering-di-bullyDiakses
Mei 2015 jam 19.44 WIB.
20