MAKALAH LANDASAN HUKUM DAN POLITIK PENDI

MAKALAH
LANDASAN HUKUM DAN POLITIK PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Dasar Dasar Pendidikan dan Sebagai Bahan Presentasi
Dosen Pembimbing: Drs. H. Idham Khalid, MA.

Disusun oleh :
Kelompok 7
Meisy Anggraini
Muhammad Hafidz
Muhammad Syafe’i
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hikmah
Jakarta

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang membahas tentang
“Landasan hukum dan politik pendidikan”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penulisan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amiiin

Jakarta, 27 November 2016

Penyusun

i

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .............................................................................

i

DAFTAR ISI ............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................................

2

C. Tujuan Penulisan ..........................................................................

2


D. Manfaat Penulisan ........................................................................

2

Bab II PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Hukum dan Politik Pendidikan ..................

3

B. Landasan Hukum Pendidikan Indonesia ......................................

4

C. Politik Pendidikan di Indonesia ...................................................

5

D. Penerapan Landasan Hukum dan Politik Pendidikan Dalam Dunia
Pendidikan di Indonesia ...............................................................


6

Bab III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................

8

B. Saran .............................................................................................

8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

9

ii

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pengharapan dan sangat
meningkatnya pengetahuan telah membawa serta masalah-masalah baru
pendidikan yang telah menimbulkan lebih banyak perubahan di kebanyakan
negara dalam dua puluh tahun terakhir ini, dari pada yang pernah terjadi
sebelumnya.

Kita

menyaksikan

penerapan

teknik-teknik

dari

ilmu


pengetahuan alam dan sosial serta teknologi pada proses pedidikan sebagian
akibat adanya pengertian yang lebih dalam tentang apa yang terjadi dalam
pendidikan. Dan perubahan semua sistem yang secara fundamental berubah
sebagai akibat dari pengetahuan baru.
Politik pendidikan yang dimaksud termanifestasikan dalam kebijakankebijakan strategis pemerintah dalam bidang pendidikan. Politik pendidikan
yang diharapkan tentunya politik pendidikan yang berpihak pada rakyat kecil
atau miskin. Bagaimanapun, hingga hari ini masih banyak orang tua yang
tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat SD sekalipun.
Masih banyak sekolah yang kekurangan fasilitas atau bahkan tidak memiliki
gedung yang representatif atau tak memiliki ruang belajar sama sekali. Masih
banyak sekolah yang sangat kekurangan guru pengajar. Masih banyak pula
guru (honorer) yang dibayar sangat rendah yang menyebabkan motivasi
mengajarnya sangat rendah.
Dengan kondisi tersebut, bagaimana mungkin bangsa ini bisa berdiri
sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang kualitas pendidikan dan sumber daya
manusia (SDM)-nya sudah lebih maju. Dalam konteks politik khususnya,
dengan kondisi pendidikan seperti itu, bagaimana mungkin agenda pendidikan
politik bisa dilakukan dengan mulus dan menghasilkan kualitas budaya politik
yang diharapkan.


1

B. Rumusan Masalah
Pembahasan makalah ini difokuskan pada pemahaman tentang
a. Apa yang dimaksud landasan hukum pendidikan?
b. Apa saja undang-undang yang membicarakan pendidikan?
c. Apa saja peraturan pemerintah tentang pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
a. Digunakan

untuk

memenuhi

tugas

mata

kuliah


Dasar-dasar

Pendidikan.
b. Untuk mengetahui makna landasan hukum pendidikan
c. Untuk membahas tentang Landasan hukum dan politik pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan bermanfaat dalam pembahasan makalah dan
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam memperkaya
kajian Dasar-dasar Pendidikan mengenai Landasan hukum dan politik
pendidikan serta menambah wawasan di dalam mata kuliah Dasar-dasar
Pendidikan.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Hukum dan Politik Pendidikan

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.
Landasan hukum dapat diartikan peratuarn baku sebagai tempat berpijak atau titik
tolak dalam melaksanakan kegiantan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan
pendidikan. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan
baku ini, contohnya, aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, yang
sebagian besar dikembangkan sendiri oleh para pendidik.
Politik pendidikan, yaitu penggunaan kekuasaan untuk mendesakkan
kebijakan pendidikan, dapat bersifat keras dan lunak. Politik pendidikan
dikategorikan keras apabila melibatkan kekuatan (fisik) untuk mendesakkan
implementasi kebijakan tertentu. Sebaliknya politik pendidikan lunak menentukan
implementasi kekuasaan secara halus srategi taktis.
Politik pendidikan dapat juga diartikan sebagai studi ilmiah tentang aspek
politik dalam seluruh kegiatan pendidikan. Bisa juga dikatakan studi ilmiah
pendidikan tentang kebijaksanaan pendidikan (Suharto,2008:103)
Definisi politik pendidikan, skenario di tingkat Negara atau wilayah untuk
membawa pendidikan ke arah tertentu. Misalnya dulu di zaman orde lama,
mahasiswa di perguruan tinggi mendapatkan kuliah manifesto politik atau
sejenisnya. Kemudian di zaman orde baru, begitu masuk perguruan tinggi,
mahasiswa langsung mendapatkan penataran P4 sebagai ganti kuliah pancasila.
Ini sangat jelas ke mana pendidikan mau dibawa, tentu di ke arah paradigma yang

selaras dengan kemauan penguasa saat itu.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta
didik baik potensi fisik, potensi cipta, dan rasa, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan selanjutnya.

3

B. Landasan Hukum Pendidikan Indonesia
Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat
berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

1. Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional


Pasal


3,

“Pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”


Pasal 5 ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.”



Pasal 32 ayat 1, “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”

Undang-undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan
nasional, dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan
pendidikan hak, dan kewajiban warga negara, orang tua dan masyarakat, peserta
didik, jalur jenjang, dan jenis pendidikan, bahasa pengantar, standar nasional
pendidikan, pengelola pendidikan, peran serta masyarakat dalam pendidikan,
pengawasan, ketentuan pidana.

2. Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

Seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi akademik, hak dan
kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sangsi bagi guru dan dosen
yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya.
4

Dari beberapa landasan hukum diatas, maka jelas bahwa seluruh lapisan
masyarakat negeri ini berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dan untuk
memperolehnya pemerintah berkewajiban untuk memfasilitasinya. Ironisnya
pemerintah penyelenggara negara, hanya rajin mendengungkan pentingannya
pendidikan

bagi

warga

negara,

tanpa

memberi

solusi

terbaik

untuk

penyalenggaraan pendidikan diseluruh jenjang pendidikan. Hal ini terlihat dengan
kurangnya anggaran pendidikan, baik dalam APBN maupun APBD. kenyataan
ini, memaksa kita untuk menunda keinginan memiliki pendidikan yang
berkualitas.

C. Politik Pendidikan di Indonesia
Di Indonesia, politik pendidikan selama ini jarang digunakan sebagai
instrument politik dalam menentukan arah dan bentuk masa depan, pendidikan
lebih banyak menjadi korban politik dan bukan kualitas politik dalam
mewujudkan visi dan misi pembangunan.
Budaya politik seseorang atau masyarakat sebenarnya berbanding lurus
dengan tingkat pendidikan seseorang atau masyarakat. Hal itu bisa dipahami
mengingat semakin tinggi kesempatan seseorang atau masyarakat mengenyam
pendidikan, semakin tinggi pula masyarakat memiliki kesempatan membaca,
membandingkan, dan mengavaluasi. Maka kunci pendidikan politik masyarakat
sebenarnya terletek pada politik pendidikan masyarakat.
Perlunya pemberdayaan pendidikan sebagai bagian penting dari proses politik
di Indonesia, khususnya politik karakter bangsa dari pembangunan. Pendidikan
adalah instrument penting dalam membangun karakter bangsa dan pembangkitan
kesadaran atau nasionalisme bangsa. Sayangnya, kita belum mampu merumuskan
atau menggunakan pendidikan sebagai katalis pembangunan atau pendidikan
sebagai instrument polotik kebangsaan. Politik pendidikan adalah sektor penting
bagi masa depan Indonesia. Sebab, dengan politik pendidikan ini, Indonesia bisa
menentukan potret hari esok dari saat ini.
Bagaiamana membangun poitik yang sehat. ada banyak cara, tetapi semua
berawal dari kesadaran para penentu kebijakan, yaitu eksekutif dan legislative.
Mereka harus bersikap’sadar didik’ (sense of edication) menyadri pentingnya

5

pendidikan untuk membangun manusia. Dalam banyak hal yang terkait kinerja
pendidikan, misalnya besarnya anggaran, partisipasi pendidikan, posisi guru,
pemberantasan buta aksara, dan lainnya ternyata pemerintah belum berperan
maksimal. Soal anggaran pendidikan, misalnya. Kita paham dalam beberapa
tahun, besar anggaran pendidikan di Indonesia tidak saja terjelek di Asia
Tenggara, tetapi terburuk di dunia.
Harus diakui, dalam satu dua tahun terakhir ini terdapat kemajuan signifikan
dalam pengalokasian anggaran pendidikan, tetapi pertanggungjawaban atas
pengaruh positif ada istilah yang sering digunakan untuk membedakan jenis
pendidikan: pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang kita kenal dengan pendidikan
persekolahan. Pendidikan informal menunjuk kepada aktivitas pendidikan dalam
keluarga, lingkungan pekerjaan, media massa dan lain-lain. Pendidikan nonformal
adalah aktivitas pendidikan di luar pendidikan formal, dilakukan secara mandiri,
terorganisir, dan sistematis, untuk melayani peserta didik tertentu dalam mencapai
tujuan belajarnya. Pendidikan formal dan pendidikan nonformal sering
dihadapkan secara berlawanan.

D. Penerapan Ladasan Hukum dan Politik Pendidikan Dalam Dunia
Pendidikan di Indonesia
Perhatian atas hak rakyat atas pendidikan hanya ditempatkan sebagai kendala
yang dipenuhi agar sistem utama dapat berjalan. Dalam sistem seperti ini
pendidikan ditempatkan sebagai komoditas, peranan pemerintah dimimalisasi
dengan berfokus pada kontrol kurikulum yang standar, melakukan disentralisasi
kepada pemerintah daerah atau dengan kata lain negara melempar kewajibannya
pada entitas politik lokal.
Guru, dosen dan profesi pendidik dinina bobokan sebagai pahlawan tanpa
tanda jasa atau dengan kata lain ditempatkan dalam status ekonomi dan kondisi
kerja yang rendah. upaya kenaikan gaji yang tidak signifikan atau sistem
sertifikasi yang tidak masuk akal, memperkuat asumsi itu. Indikasi ini dapat diliat
pada semua level pendidikan dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Ada
sekolah yang kaya dan ada juga sekolah yang miskin. Status sekolah menjadi

6

terjantung kondisi sosial ekonomi muridnya. Ada sekolah yang roboh dan ada
sekolah yang megah, padahal semua milik pemerintah. Bahkan didalam
sekolahpun dibedakan, ada yang masuk rintisan sekolah bertaraf internasional
dan ada sekolah yang biasa saja. Yang satu ber-AC dan berbahasa inggris, yang
satu berkeringat dan berbahasa indonesia. Ini adalah wujud dari ketidak percayaan
diri pada sekolah nasional. Kalaupun sekolah bertaraf internaisonal ini memang
dianggap memiliki kualitas yang lebih baik kenapa tidak dijadikan standar
nasional untuk semua. Kenapa hanya diperuntukkan untuk kelompok tertentu.
Diskriminasi terjadi tidak hanya ketika akan masuk sekolah yang tersaring dengan
tarif mahal, akan tetapi dalam proses didalamnyapun terjadi diskriminasi lanjutan.
Sekolah dan perguruan tinggi didesain agar berfikir dan bergerak secara swasta,
dengan asumsi bahwa swasta lebih baik dari pada publik atau pemerintah. Logika
pasar benar-benar merebah. Uang masuk mahal, SPP mahal, bahkan sampai para
dosennya sendiri tidak mampu menyekolahkan anak di Universitas tenpat ia
mengajar.
Perguruan tinggi pun sekarang mengejar kelasnya menjadi berkelas dunia dari
pada berusaha menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa sendiri,
perguruan tinggi mengikuti arus global dengan mengacu pada standar-standar
internasional yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan bangsa itu sendiri. Pada
umumnya masayarakat Indonesia dapat merasakan dan menyadari dengan jelas
krisis ekonomi dan finansial. Namun mereka kurang menyadari krisis yang
berdampak lebih besar, yaitu krisis pendidikan Indonesia. krisis pendidikan
semakin parah justru terjadi setelah Indonesia berdemokrasi dan bebes memilih
apa yang terbaik untuk rakyat. Tak seperti krisis ekonomi, krisis pendidikan
berimplikasi pelan tapi pasti dan kuat pada struktur sosial di masa depan . sistem
ini sebenarnya telah melecehkan konstitusi yang menempatkan negara yang
berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa.

7

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan
adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Budaya politik dibentuk dan dikembangkan oleh pelaku politik dan apa
yang akan ditentukan oleh pelaku politik sebagai ciri-ciri utama budaya politik
mereka sampai batas tertentu, dipengaruhi oleh pendidikan mereka. Jadi
hubungan antara budaya politik dan pendidikan bersifat tidak langsung. Ini
berarti pendidikan tidak secara final membentuk pelaku politik. Pendidikan
memberi dasar-dasar kepada tiap calon pelaku politik. Jika dasar-dasar ini
baik dan kokoh, besar kemungkinan (probabilitasnya) akah lahir pelakupelaku politik yang baik. Namun, jika dasar-dasar yang diberikan oleh
pendidikan jelek dan rapuh, kemungkinan besarnya ialah yang akan muncul di
kemudian hari adalah pelaku-pelaku politik yang jelek dan rapuh pula.

B. Saran
Demikian makalah ini kami sususn sebagai tugas makalah mata kuliah
Dasar Dasar Pendidikan tentang Landasan hukum dan politik pendidikan.
Makalah ini merupakan hasil maksimal dari kami, dan kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari harapan dan sempurna. Karna itu, kritik dan saran serta
masukan dari pembaca sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah.

8

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ali Riyadi. 2006. Politik Pendidikan Menggugat Birokrasi Pendidikan
Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz

A. Chaedar Alwasilah. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta

9