ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK
DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN
TAHUN 2016
D
I
S
U
S
U
N
Oleh
KELOMPOK II
1. AYU ASHARI
2. NURA SAFITRA
3. ARINI ITAWARI
4. SRI MULIANI
5. ISNAWATI
6. DWIFAL NUARI FATIHA
7. ROBET JADI TUA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi
maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Medan, Mei 2016
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.
Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan
merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap
negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)
memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi
usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan
mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada
di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di
Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok
Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia
harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan
mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal

1

2
jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia
tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat
berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang
Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena
proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data
statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55
persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak
(Irawan, 2008).
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara

Medan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi
Sensori : Katarak
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem
Persepsi Sensori : Katarak
3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem
Persepsi Sensori : Katarak

3
4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan
Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak
5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan
Sistem Persepsi Sensori : Katarak

1.3. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi
Sensori : Katarak
2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan

dalam menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P Gangguan
Sistem Persepsi Sensori : Katarak
3.

Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan
dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan
Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak
6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari
pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P
dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

4. BAB 2
5. LANDASAN TEORITIS
6.
7. 2.1 Katarak
8.
2.1.1 Defenisi
9.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat

keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang
mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab
umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
10.
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin,
2008).
11.
12.
2.1.2
13.

Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5

cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan.
Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola
mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
14.

Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
15. 1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
16. - Sclera
17. - Kornea
18. 2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
19. - Koroid
20. - Badan (korpus) siliare
21. - Iris
22. 3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
23. - Retina
24. - Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
25.
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan
mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk
smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima
gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing
4

5

mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak
menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
26.
27.
2.1.3 Etiologi Katarak
28.
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
29.
1. Fisik
30.
2. Kimia
31.
3. Penyakit predisposisi
32.
4. Genetik dan gangguan perkembangan
33.
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
34.
6. Usia
35.

(Tamsuri, 2008)
36. 2.1.4 Klasifikasi Katarak
37.
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
39.
40.

38.
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul

maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,
dan benda asing.
41.
2. Katarak toksika

42.
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
43.
3. Katarak komplikata
44.
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai
itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
45.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
46.

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk

bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.


6
2. Katarak imatur
47. Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
48.
3. Katarak matur
49. Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur
50. Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70. PATHWAY KATARAK
71. Usia lanjut dan
72.

proses penuaan

bisa diturunkan.

73.
74.
75.

Congenital atau

cedera mata

Kurang
pengetahuan

Penyakit
metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan

76.
77.

Tidak
mengenal
sumber
informasi

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus
multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
kesekitar daerah lensa)

Kurang
terpaparterhadap
informasi tentang
prosedur tindakan

7
78.
79.

Hilangnya tranparansi
lensa

80.
81.
82.
83.
84.
85.

Resiko Cedera

Perubahan kimia dlm protein lensa

Gangguan
penerimaan
sensori/status
organ indera

koagulasi

86.
87.
88.

Menurunnya
ketajaman
penglihatan

CEMAS

mengabutkan pandangan
Terputusnya protein lensa disertai
influks air kedalam lensa

Usia meningkat
89.

prosedur invasive
pengangkatan
katarak
Resiko tinggi
terhadap infeksi

90.
Penurunan enzim menurun
91. Gangguan
persepsi sensori92.
Degenerasi pd lensa
93. perseptual
94. penglihatan
95.
2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak
KATARAK
96.
Katarak didiagnosis terutama
dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan
fungsional
Post op dan silau serta gangguan
Nyeri
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
97.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya
hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi

bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa

8
koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth,
2001).
98. 2.1.6 Komplikasi
99.
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
100. 2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik
1.
2.
3.
4.
5.

Uji mata
Keratometri
Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
A-scan ultrasound (echography)
Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
101.
Darah putih: dibawah 10.000 normal

102.
103.

2.1.9.Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan
prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan
pengisapan keluar melalui kanula.
104.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan
sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas,
kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi
mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
105.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk

9
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia
local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang
cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan
draping bedah.
106.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya
penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).
107.
2.2 Asuhan Keperawatan
108.
2.2.1. Pengkajian
109.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)
110. `
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan
air mata.

10
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor
(contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin,
diabetes (glaukoma).
111.
112.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau
kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,
mencegah dan merubah (Nursalam, 2001)
113.
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
pasien dengan penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan
b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121. 122.

Intervensi Keperawatan
Diag123.

Tuju124.

Kriteria 125.

Interven 126.

Rasional

11
No

nosa

an

hasil

si

127. 128.
Ham 129.
Ham130.
NOC: 133.
NIC:
136.
1.
batan
batan
Fall prevention 1.
Fall
berjalan
berjalan 131.
prevention
1. Identifikasi
(00088)
akan dapat
behaviour
kebiasaan dan
berhubunga dikontrol
faktor-faktor
n dengan
oleh klien 132.
Indikato
yang
adanya
setelah
r:
mengakibatka
gangguan
diberikan
n risiko jatuh
penglihatan
intervensi a. Penggunaan
2. Kaji riwayat
2.
alat bantu
(katarak)
keperawata
jatuh pada
dengan
n selama
klien dan
benar
1x24 jam
keluarga
b. Tidak ada
134.
penggunaan
3. Identifikasi
karpet
karakteristik
c. Hindari
lingkungan
3.
barangyang dapat
barang
meningkatkan
berserakan
terjadinya
di lantai
risiko jatuh
(lantai licin)
4. Sediakan alat
bantu
4.
(tongkat,
walker)
135.
5. Ajarkan cara
penggunaan
alat bantu
(tongkat atau
walker)
6. Instruksikan
5.
pada klien
untuk
meminta
bantuan
ketika
6.
melakukan
perpindahan,
joka
diperlukan
7. Ajarkan pada

Mengetahui
kebiasaankebiasaan
klien yang
berpotensi
mengakibatka
n jatuh pada
klien
Mengetahui
penyebab
jatuh klien
agar untuk
selanjutnya
dapat
dihindari
Memodifikasi
lingkungan
yang berisiko
menyebabkan
jatuh klien
137.
138.
Membantu
klien untuk
berjalan, agar
dapat
menghindari
benda yang
menghalangi
klien ketika
berjalan
Agar klien
dapat
menggunakan
alat bantu
dengan tepat
Bantuan
dibutuhkan
klien untuk
melakukan
mobilitas
karena

12
keluarga
untuk
menyediakan
lantai rumah
yang tidak
licin
8. Ajarkan pada
keluarga
untuk
meminimalka
n risiko
terjadinya
jatuh pada
pasien

terganggunya
penglihatan
klien karena
katarak
7. Lantai rumah
yang licin
dapat
mengakibatka
n klien
tergelincir dan
jatuh
8. Keluarga juga
harus
berperan serta
dalam
meminimalka
n risiko
terjadinya
jatuh pada
klien
139. 140.
Ansi 141.
Ansi 142.
NIC: 144.
NIC:
149.
1. Agar klien
2.
etas
etas klien
Anxiety self
Anxiety
dapat
berhubunga berkurang
control
reduction
memperoleh
n dengan
setelah
143.
Indikato
1.
Berikan
informasi yang
stress
dilakukan
r:
informasi
sesuai fakta
situasional
perawatan
faktual
150.
akibat
1x24 jam 1. mencari
2.
Pendampingan
meliputi
prosedur
informasi
bertujuan agar
dignosa,
medis
untuk
klien tidak
prognosis,
mengurangi
merasa sendiri
dan terapi
ansietas
sehingga
sesuai kondisi
2. menggunaka
menimbulkan
klien
n koping
2. Dampingi
ketakutan
yang efektif
3. Respon
klien untuk
3. mengontrol
kecemasan
mengurangi
respon
digunakan
ketakutan
ansietas
untuk
klien
4. menggunaka
145.
mengetahui
n teknik
3. Kaji respon
adanya
relaksasi
kecemasan
perubahan
untuk
verbal
emosi pada
mengurani
maupun non
klien
ansietas
verbal klien
4. Komunikasi
terapeutik

13
146.
4. Gunakan
komunikasi
terapeutik dan
pendekatan
yang baik
pada klien
147.
5. Berikan terapi
nonfarmakolo 5.
gis untuk
mengurangi
ansietas klien
148.
6. Kolaborasi
dengan tim
medis terkait
pemberian
obat untuk
menurunkan
kecemasan
6.
klien

151.
152.
153.
154.

untuk
membina
hubungan
saling percaya
dan
mengurangi
kecemasan
klien akan
terapi
Terapi non
farmakologis
digunakan
untuk
membuat klien
nyaman
sekaligus
mengurangi
kecemasan
yang dialami
klien
Obat-obatan
digunakan jika
kecemasan
klien
meningkat dan
mengganggu
kehidupan
klien.

155.
156.

BAB 3
STUDI KASUS
157.

158. 3.1. PENGKAJIAN
159.
3.1.1 Riwayat klien / Data Biologis
160.

Nama

:Tn.P

161.

Alamat

:Binjai

162.

Telp

:-

163.

Tempat, Tanggal lahir/Umur

:Tanjung keliling,4 maret

1932
164.

Jenis kelamin

:Laki - Laki

165.

Suku

:Jawa

166.

Agama

:Islam

167.

Status perkawinan

:Duda

168.

Pendidikan

:-

169.

Alamat

:Binjai

170.

Orang yang paling dekat di hubungi :Anak Kandung

171.
172.

3.1.2.Riwayat Keluarga
Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian

menantunya mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P
dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga
kurang memperhatikan Tn,P istrinya sudah meninggal dunia dikarenakan
kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang
mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di
wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya
sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun

16

17
akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan
panti sosial tersebut.
173.

3.1.3.Riwayat Pekerjaan

174.

Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P

bekerja sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup untuk
bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
175.

3.1.4.Riwayat Lingkungan Hidup

176.

Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah

terbuat dari bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam
rumah terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut
adalah 11 orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan
menantu dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu
membantu dikala Tn.P mengalami kesulitan.
177.

3.1.5.Riwayat Rekreasi

178.

Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama

anak - anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.
179. 3.1.6.Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan
180.

Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat

tinggal jauh.
181.

3.1.7.Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan

waktu tidur)
182.

Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau

kebiasaan waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan

18
siangnya Tn.P menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau
waktu makan saja.
183.

3.1.8.Status kesehatan saat ini

184.

Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan

dada.Tn. Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa
dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di
klinik baru Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi
captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo
napacin tablet 1x dalam sehari.
185.

Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi,

baik alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn.
P mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi
makanan.
186.
187.

3.1.9. Status kesehatan masa lalu
Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak

pernah di rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami
trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga
menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan
sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu
menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati
dengan obat kampung saja.
188.
189.

3.1.10. Riwayat keluarga
Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara,

tetapi adik Tn.Ptelah meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit

19
darah tinggi. Dan ayah dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13
tahun. Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.
190. 3.1.11. Pemeriksaan Fisik
191.
a. Vital sign
192.
TD :190/100 Mmhg
193.
RR :
28 x/i
194.
Pols :
84 x/i
195.
Temp:
36 c
196.
b. Pemeriksaan lain
197.  Kepala
198. Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang
khas.Dan Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.
199.  Mata
200. Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata
Tn.P hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi
pada Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak
menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat
dengan baik.
201. Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata
sebelah kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik
dikarenakan usia lanjut.
202.  Telinga
203. Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa
mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga
Tn.P tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
204. Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar
dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.
205. 
Hidung
206. Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan
tidak ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak
ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.
207. Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.

20
208. 
Mulut
209. Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3
batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan
pucat.Tn.P mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P mengalami
kesulitan menelan.
210. Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah
dikarenakan gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies
pada gigi Tn.P
211. 
Leher
212. Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri
tidak ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.
213. 
Payudara
214. Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya
kelainan pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan
adanya benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting
susu.
215. 
Pernapasan
216. Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
217. Perkusi : sonor kedua lapangan paru
218. Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
219. Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru
220. 
Kardiovaskuler
221.
Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada
dada, Tn.P sering mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P
meminum neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi
dapat berjalan dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna
kaki pada Tn.P
222. 
Gastrointestinal
223. Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan
Tn.Pjuga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi
walaupun Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan
dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit.
224. 
Musculoskeletal

21
225. Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak
mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa
menggunakan alat bantu seperti tongkat.
226. 
Sistem saraf pusat
227.
Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan
kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena
semakin meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya,
sehingga Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya.
228. 
Sistem endokrin
229.
Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor
kulit lambat kembali jika diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan
pada rambut, rambut Tn.P putih dengan uban.
230.
231. 
Integument
232. Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan
karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya
sering mengalami gatal - gatal.
233. 
Psikososial
234. Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga
mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan
Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
235. 3.2. Analisa Data
236.
237.
Data
238.
No
240.
 Ds : Klien mengatakan
1.
250.
pandangan tidak jelas,
241.
pandangan berkabut.
242.
 Do :visus berkurang, penurunan
243.
ketajaman penglihatan, dan
244.
terdapat kekeruhan pada lensa
245.
246.
mata.
247.
248.

239.
Masalah
249.
255.
Penurunan tajam 256.
Penurunan
penglihatan
persepsi
251.
sensori :
252.
Penglihatan
253.
257.
254.
258.
259.
Etiologi

22
260.
2.
261.
262.
263.
264.
265.

 Ds : Pasien mengatakan cemas
dan takut.
 Do : Nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, wajah tampak
gelisah, wajah murung dan
sering melamun.

277.
3.
278.

 Ds : Klien mengatakan tidak bisa
melihat dengan jelas, pandangan
kabur.
 Do : Klien tidak dapat banyak
bergerak, kondisi tubuh
tidakrapidan tampak acak acakan.

290.
4.

 Ds : Klien mengatakan pedih di
daerah mata.
 Do: Wajah meringis menahan
sakit, klien berusaha memegang
daerah mata

266.
271.
267.
Kurang
272.
Ansietas
pengetahuan tentang
273.
proses penyakit
274.
268.
275.
269.
276.
270.
279.
285.
280.
286.
281.
Penurunan 287.
Gangguan
fungsi penglihatan
perawatan diri
282.
288.
283.
289.
284.
291.
292.
Luka dimata

293.
294.

Nyeri

295.
296.

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan
d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan
pada lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering
melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha
memegang daerah mata.

23
297.

3.4 Catatan Perkembangan

298. 299.
Tang
300.
Diagnosa
301.
Catatan Perkembangan
No
gal
Keperawatan
302. 1. 303.
3
304.
Penurunan persepsi
368. S: pasien mengatakan
April 2012
sensori Penglihatan b/d
pandangan masih tak jelas
penurunan ketajaman
369. O:masih terdapat penurunan
penglihatan d/d visus
ketajaman penglihatan dan
berkurang, penurunan
visus berkurang
ketajaman penglihatan,
370. A: masalah belum teratasi
dan terdapat kekeruhan
371. P : intervensi dilanjutkan
pada lensa mata.
372.
305.
373. I :
306.
- Kaji ketajaman penglihatan
307.
klien
308.
- Identifikasikan alternatif untuk
309.
optimalisasi sumber
310.
rangsangan
311.
- Sesuaikan lingkungan untuk
312.
optimalisasi penglihatan :
313.
- Orientasikan klien terhadap
314.
ruangan
315.
- Letakkan alat yang sering
316.
digunakan di dekat klien atau
317.
pada sisi mata yang lebih sehat
318.
- Berikan pencahayaan cukup
319.
- Letakkan alat ditempat yang
320.
tetap
321.
- Hindari cahaya yang
322.
menyilaukan
323.
- Anjurkan penggunaan
324.
alternatif rangsang lingkungan
325.
yang dapat diterima :
326.
auditorik, taktil.
327.
374. E : masalah belum teratasi
328.
375. R : R/T dilanjutkan
329.
376.
330.
Ansietas b/d
377. S:pasien mengatakan sedikit
kurang pengetahuan
tenang
tentang proses penyakit
378. O : pasien sudah tenang
d/d nadi meningkat,
379. A : masalah sedikit teratasi
tekanan darah meningkat,
380. P : intervensi dilanjutkan
wajah tampak gelisah,
381. I :
wajah murung dan sering
- Kaji adanya tanda dan gejala
melamun.
ansietas.
331.
- Gunakan suatu sistem
332.
pendekatan yang tenang dan
333.
meyakinkan klien.
334.
- Jelaskan mengenai penyakit
335.
yang dialami oleh klien, dan

24
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
Gangguan
perawatan diri b/d
Penurunan fungsi
penglihatan d/d Klien
tidak dapat banyak
bergerak, kondisi tubuh
tidak rapi dan tampak
acak - acakan.
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
Nyeri b/d luka
dimata d/d Wajah
meringis menahan sakit,
klien berusaha memegang
daerah mata.
365.
366.
367.

berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
382. E : masalah sedikit teratasi
383. R : R/T dilanjutkan.
384.
385. S : klien mengatakan
pandangan masih kabur
386. O : klien tidak bisa bergerak
banyak
387. A : masalah belum teratasi
388. P : intervensi dilanjutkan.
389. I :
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
390. E : masalah belum teratasi
391. R : intervensi dilakukan
392.
393. S : pasien mengatakan pedih
daerah mata
394. O : pasien meringis
menahan sakit
395. A : masalah sedikit teratasi
396. P : intervensi dilanjutkan
397. I :
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien

25

401. 2. 402.
4
403.
Penurunan persepsi
April 2012
sensori Penglihatan b/d
penurunan ketajaman
penglihatan d/d visus
berkurang, penurunan
ketajaman penglihatan,
dan terdapat kekeruhan
pada lensa mata.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
Ansietas b/d
kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
d/d nadi meningkat,
tekanan darah meningkat,
wajah tampak gelisah,
wajah murung dan sering
melamun.
430.
431.
432.

- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
398. E : masalah sedikit teratasi
399. R : intervensi dilanjutkan
400.
468. S: pasien mengatakan
pandangan masih tak jelas
469. O:masih terdapat penurunan
ketajaman penglihatan dan
visus berkurang
470. A : masalah belum teratasi
471. P : intervensi dilanjutkan
472. I :
- Kaji ketajaman penglihatan
klien
- Identifikasikan alternatif untuk
optimalisasi sumber
rangsangan
- Sesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan :
- Orientasikan klien terhadap
ruangan
- Letakkan alat yang sering
digunakan di dekat klien atau
pada sisi mata yang lebih sehat
- Berikan pencahayaan cukup
- Letakkan alat ditempat yang
tetap
- Hindari cahaya yang
menyilaukan
- Anjurkan penggunaan
alternatif rangsang lingkungan
yang dapat diterima :
auditorik, taktil.
473. E : masalah belum teratasi
474. R : R/T dilanjutkan
475.
476.
477. S : pasien mengatakan
sedikit tenang
478. O : pasien sudah tenang
479. A : masalah sedikit teratasi
480. P : intervensi dilanjutkan
481. I :
- Kaji adanya tanda dan gejala
ansietas.
- Gunakan suatu sistem
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan klien.

26
433.
434.
435.
436.
437.
438.
439.
440.
441.
442.
443.
444.
445.
446.
447.
448.
Gangguan
perawatan diri b/d
Penurunan fungsi
penglihatan d/d Klien
tidak dapat banyak
bergerak, kondisi tubuh
tidak rapi dan tampak
acak - acakan.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
Nyeri b/d luka
dimata d/d Wajah
meringis menahan sakit,
klien berusaha memegang
daerah mata.
465.
466.
467.

- Jelaskan mengenai penyakit
yang dialami oleh klien, dan
berikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat
hidupnya.
- Jawab pertanyaan yang
diajukan klien secara jujur dan
berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
- Ingatkan pasien untuk minum
obat tepat waktu.
482. E : masalah sedikit teratasi
483. R : R/T dilanjutkan.
484.
485. S : klien mengatakan
pandangan masih kabur
486. O : klien tidak bisa bergerak
banyak
487. A : masalah belum teratasi
488. P : intervensi dilanjutkan.
489. I :
- Terangkan pentingnya
perawatan dan kebersihan diri
pada klien
- Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya,
mis : ganti baju, dan berhias
setelah mandi.
- Secara bertahap libatkan klien
dalam memenuhi kebutuhan
diri.
490. E : masalah belum teratasi
491. R : intervensi dilakukan
492.
493.
494. S : pasien mengatakan pedih
daerah mata
495. O : pasien meringis
menahan sakit
496. A : masalah belum teratasi
497. P : intervensi dilanjutkan.
498. I :
- Kaji skala nyeri setiap hari
- Anjurkan untuk melaporkan
perkembangan nyeri setiap
hari atau segera saat terjadi
peningkatan nyeri mendadak
- Anjurkan klien untuk tidak
melakukan gerakan tiba - tiba
yang dapat memprovokasi

27
nyeri
- Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi kepada klien
- Lakukan tindakan kolaboratif
untuk pemberian analgesic
topical/sistemik.
499. E : masalah sedikit teratasi
500. R : intervensi dilanjutkan
501.
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
509.
510.
511.
512.

513.

BAB 4
514.
PEMBAHASAN
515.
516.

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang

penulis jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan
Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT
Pelayanan Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan
memaparkan hambatan dan dukungan dalam melakukan asuhan keperawatan yang
meliputi : pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
517.
518.
519.

4.1 Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/

hambatan dalam mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan
pasien ataupun data lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus
ini penulis mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat
pasien atau tim terkait.
520.
521.
4.2 Diagnosa keperawatan
522.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang
jelas tentang masalah kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan
keperawatan. Berdasarkan kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa
keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem penglihatan katarak ini.
523.

Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

29
3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya
ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan
b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan
kognitif.
524.

Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan
d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan
pada lensa mata
2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering
melamun.
3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.
525.
526.
527.

4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan

keperawatan yang teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah
keperawatan di tetapkan sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya
adalah merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang
di yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindaakan ini.
528.

Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan

kesulitan di karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan
orang -orang disekitar klien.

30
529.
530.

4.4. Pelaksanaan
531. Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh

perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung
adalah pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat
oleh perawat.
532. Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan
berpartisipasi aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan
penulis juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien
selanjutnya.
533.
534.
535.

4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan

keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap
keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan.
Dalam tahap ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan
dapat d lihat dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat
berhasil dengan baik.
536.
537.
538.
539.

540.
541.

BAB 5
PENUTUP

542.
543.

5.1. Kesimpulan

544.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan

Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma
Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
545.

Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan

hambatan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim
medis lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
546.

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang

masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam
tinjauan teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam
tinjauan kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.Karena selama
tahap pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari
tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh
pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
547.

Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan

yang sesuai dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam
melakukan perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan dan kesulitan
dikarenakan semua rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan

32
yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan
kondisi pasien.
4. Implementasi
548.

Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis

melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
disesuaikan dengan perencanaan yang berarti.Karena rencana tindakan yang
dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana
dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang
terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana
dan prasarana yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah
Binjai - Medan.
5. Evaluasi
549.

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam

tahap ini penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan
mendapat respon dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan
keperawatan yang di berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun
asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi
masalah pasien.
550.
551.

5.2. Saran

1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan
kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan
untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola
istirahatnya, dan sebagainya.
2. Kepada perawat yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita
Wilayah Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan

33
kondisi pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian
terhadap tindakan yang akan dilakukan.
3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan
diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan dan memenuhi segala perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.
552.
553.
554.
555.
556.
557.
558.
559.
560.
561.
562.

563.

DAFTAR PUSTAKA
564.

565. Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta
566. Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
567. Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
568. Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
569. Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Salemba Medika ; Jakarta
570. Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta
571. Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
572. http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html
573.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25