Strategi Bertahan Masyarakat Petani Menghadapi Bencana Alam Gunung Sinabung Studi Kasus Desa Batukarang, Kec. Payung, Kab. Karo
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Bertahan Masyarakat Petani
Menghadapi Bencana Alam Gunung Sinabung Di Desa Batukarang, Kec.Payung,
Kab. Karo”. Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Payung dan terletak di wilayah Kabupaten Karo. Masyarakat Desa
Batukarang mayoritas bermatapencaharian sebagai bertani. Pada pertanaian
masyarakat Desa Batukarang pada saat penanaman padi atau cabe harus secara
serentak, tidak dapat sesuka hati menanam tanaman apa pada saat ada air dan
tidak adanya air. Desa Batukarang, Kecamatan Payung sudah lama dikenal di
sebagai sentra produksi tembakau selain cabai dan padi. Adanya bencana alam
Gunung Sinabung tersebut hasil panen masyarakat menurun karena debu vulkanik
menutupi tanaman di kabupaten karo, khususnya tanaman yang berada wilayah
Gunung Sinabung yang berjarak 7-8km ke Desa Batukarang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menginterprestasikan
strategi bertahan masyarakat petani Desa Batukarang dalam menghadapi bencana
alam Gunung Sinabung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Interprestasi data dilakukan
dengan observasi, wawancara mendalam, dan diinterprestasikan berdasarkan
dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak bencana alam pada
masyarakat Desa Batukarang sangat mempengaruhi hasil pertaniannya, dimana
hasil pertanian masyarakat menurun hingga 80%. Tidak hanya pendapatan
ekonomi masyarakat yang menurun tapi, kerjasama dan gontong royong di Desa
Batukarang telah terkikis ini juga berawal dari luas dan padatnya penduduk
ditambah lagi dengan adanya bencana alam meletusnya gunung Sinabung.
Dengan adanya bencana ini masyarakat melakukan berbagai hal untuk
mendapatkan kebutuhan ekonomi, salah satu hal yang dilakukan masyarakat
melakukan pengeiritan dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga seperti sayursayuram yang biasa dibeli di warung, kini telah dibawa dari ladang dan jajan
anak-anak juga dikurangi. Masyarakat petani juga melakukan peralihan jenis
tanaman seperti penanaman cabe beralih menjadi menanam tanaman yang lebih
sedikit modalnya dan tidak lama untuk dipanen seperti tanaman buncis, sayur pait.
Memanfaatkan pekarangan rumah seperti menanam sayur-sayuran di halaman
rumah atau sering disebut orang karo reba-reba, sayur yang ditanam di
pekarangan rumah dapat dijual ke warung. Melakukan kerja sampingan juga
dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhannya, dimana biasanya ia tidak
bekerja keladang orang lain tapi setelah adanya bencana ini ia bekerja keladang
orang lain atau sering disebut ngemo, setelah siap lahan pertaniannya dikerjakan
maka ia melakukan ngemo atau bekerja keladang orang lain. Dan memanfaatkan
jaringan sosial untuk mendapatkan modal, dimana petani yang tidak memiliki
modal lagi untuk kebutuhan keluarga dan untuk modal pertaniannya, maka petani
meminjam kepada keluarga yang tidak terkena bencana, ada juga meminjam
kepada langgana atau sering disebut perkoper , perkoper ini orang yang membeli
hasil panen petani seperti perkoper cabe. Sebelum cabenya dipanen petani
2
Universitas Sumatera Utara
meminta pinjaman kepada perkoper . Sebagian petani meminjam kepada Bank,
meminjam kepada Bank petani harus menggunakan anggunan jika petani meminta
pinjaman yang tinggi.
Kata kunci : Masyarakat petani, strategi bertahan, dan jaringan sosial.
3
Universitas Sumatera Utara
Penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Bertahan Masyarakat Petani
Menghadapi Bencana Alam Gunung Sinabung Di Desa Batukarang, Kec.Payung,
Kab. Karo”. Desa Batukarang merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Payung dan terletak di wilayah Kabupaten Karo. Masyarakat Desa
Batukarang mayoritas bermatapencaharian sebagai bertani. Pada pertanaian
masyarakat Desa Batukarang pada saat penanaman padi atau cabe harus secara
serentak, tidak dapat sesuka hati menanam tanaman apa pada saat ada air dan
tidak adanya air. Desa Batukarang, Kecamatan Payung sudah lama dikenal di
sebagai sentra produksi tembakau selain cabai dan padi. Adanya bencana alam
Gunung Sinabung tersebut hasil panen masyarakat menurun karena debu vulkanik
menutupi tanaman di kabupaten karo, khususnya tanaman yang berada wilayah
Gunung Sinabung yang berjarak 7-8km ke Desa Batukarang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menginterprestasikan
strategi bertahan masyarakat petani Desa Batukarang dalam menghadapi bencana
alam Gunung Sinabung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Interprestasi data dilakukan
dengan observasi, wawancara mendalam, dan diinterprestasikan berdasarkan
dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak bencana alam pada
masyarakat Desa Batukarang sangat mempengaruhi hasil pertaniannya, dimana
hasil pertanian masyarakat menurun hingga 80%. Tidak hanya pendapatan
ekonomi masyarakat yang menurun tapi, kerjasama dan gontong royong di Desa
Batukarang telah terkikis ini juga berawal dari luas dan padatnya penduduk
ditambah lagi dengan adanya bencana alam meletusnya gunung Sinabung.
Dengan adanya bencana ini masyarakat melakukan berbagai hal untuk
mendapatkan kebutuhan ekonomi, salah satu hal yang dilakukan masyarakat
melakukan pengeiritan dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga seperti sayursayuram yang biasa dibeli di warung, kini telah dibawa dari ladang dan jajan
anak-anak juga dikurangi. Masyarakat petani juga melakukan peralihan jenis
tanaman seperti penanaman cabe beralih menjadi menanam tanaman yang lebih
sedikit modalnya dan tidak lama untuk dipanen seperti tanaman buncis, sayur pait.
Memanfaatkan pekarangan rumah seperti menanam sayur-sayuran di halaman
rumah atau sering disebut orang karo reba-reba, sayur yang ditanam di
pekarangan rumah dapat dijual ke warung. Melakukan kerja sampingan juga
dilakukan petani untuk memenuhi kebutuhannya, dimana biasanya ia tidak
bekerja keladang orang lain tapi setelah adanya bencana ini ia bekerja keladang
orang lain atau sering disebut ngemo, setelah siap lahan pertaniannya dikerjakan
maka ia melakukan ngemo atau bekerja keladang orang lain. Dan memanfaatkan
jaringan sosial untuk mendapatkan modal, dimana petani yang tidak memiliki
modal lagi untuk kebutuhan keluarga dan untuk modal pertaniannya, maka petani
meminjam kepada keluarga yang tidak terkena bencana, ada juga meminjam
kepada langgana atau sering disebut perkoper , perkoper ini orang yang membeli
hasil panen petani seperti perkoper cabe. Sebelum cabenya dipanen petani
2
Universitas Sumatera Utara
meminta pinjaman kepada perkoper . Sebagian petani meminjam kepada Bank,
meminjam kepada Bank petani harus menggunakan anggunan jika petani meminta
pinjaman yang tinggi.
Kata kunci : Masyarakat petani, strategi bertahan, dan jaringan sosial.
3
Universitas Sumatera Utara