PELLENG;Studi Etnofood Tentang Makna Pelleng Dalam Upacara Adat Masyarakat Pakpak Simsim

BAB II
SUKU PAKPAK

2.1. Defenisi Pakpak

Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau
Sumatera Indonesia. Tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara
dan Aceh, yakni di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten
Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatera Utara), Kabupaten Aceh
Singkil dan Kota Subulussalam (Provinsi Aceh)

Dalam administrasi pemerintahan, suku Pakpak banyak bermukim di
wilayah Kabupaten Dairi di Sumatera Utara yang kemudian dimekarkan
pada tahun 2003 menjadi dua kabupaten, yakni:

1. Kabupaten Dairi (ibu kota: Sidikalang)
2. Kabupaten Pakpak Bharat (ibu kota: Salak)

Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal dari keturunan tentara
kerajaan Chola di India yang menyerang kerajaan Sriwijaya pada abad 11
Masehi.


Diceritakan dalam sejarah, bahwa asal-usul Suku Pakpak adalah dari
India Selatan yaitu dari India Tondal yang kemudian menetap di Muara
Tapus dekat Kota Barus lalu berkembang di tanah Pakpak dan kemudian
menjadi suku Pakpak. Pada dasarnya nenek moyang suku Pakpak ini sudah
mempunyai marga sejak dari negeri asal mereka, namun kemudian
29
Universitas Sumatera Utara

membentuk marga baru yang tidak jauh berbeda dari marga aslinya. Suku
Pakpak tersebar di beberapa daerah. Secara administratif masyarakat Pakpak
tersebar di dua Propinsi dan beberapa Kabupaten, yang dikenal dengan
sebutan Suak atau Lebbuh. Wilayah Pakpak terbagi menjadi 5 suak yaitu :
Suak Simsim, Suak Kelasen, Suak Keppas, Suak Pegagan dan Suak Boang.
Suak Simsim terletak di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat, Suak Keppas
dan Suak Pegagan terletak di wilayah Kabupaten Dairi, Suak Kelasen
menetap di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten
Tapanuli Tengah khususnya Kecamatan Barus, dan Suak Boang secara
administratif terletak di wilayah Kabupaten Aceh Singkil dan Kota
Subulussalam Provinsi Aceh. Tidak semua orang Pakpak berdiam di tanah

Pakpak, namun mereka juga berdiaspora, meninggalkan negerinya dan
menetap di daerah baru. Sebagian tinggal di tanah Pakpak dan menjadi Suku
Pakpak. Mereka menjadi "Situkak Rube", Sipungkah Kuta, dan Sukut
Nitalun di tanah Pakpak. Sebagian lagi pergi merantau ke daerah lain,
membentuk komunitas baru. Mereka mengetahui bahwa asalnya adalah dari
daerah Pakpak dan mengaku bahwa Pakpak adalah sukunya, namun sudah
menjadi marga di suku lain.

Menurut cerita, nenek moyang dari Suku Pakpak adalah si Kada dan
si Lona dari India Selatan. Mereka pergi merantau meninggalkan
kampungnya dan terdampar di Pantai Barus dan terus masuk hingga ke
tanah Pakpak. Dari pernikahan mereka mempunyai seorang anak yang
bernama HYANG. Itulah sebabnya nama Hyang adalah nama yang
dikeramatkan di Suku Pakpak. Hyang pun dewasa dan kemudian menikah

30
Universitas Sumatera Utara

dengan putri Raja Barus. Dari pernikahan mereka, lahir 7 orang anak lakilaki dan 1 orang anak perempuan. Adapun nama dari anak Hyang dan putri
raja Barus adalah : 1. Si Haji; 2. Perbaju Bigo; 3. Ranggar Jodi; 4. Mpu

Bada; 5. Raja Pako; 6. Bata; 7. Sanggir; 8. Suari (anak perempuan).

Pada urutan ke empat terdapat nama Mpu Bada, Mpu Bada adalah yang
terbesar di antara saudara-saudaranya yang lain, bahkan dari pihak suku
Toba pun kadangkala mengklaim bahwa Mpu Bada adalah keturunan dari
Parna dari Marga Sigalingging. Sedangkah pada sejarahnya sudah jelas-jelas
bahwa Mpu Bada adalah anak keempat dari Hyang.

Si anak Sulung, yaitu Si Haji mempunyai kerajaan di Banua Harhar,
yang saat ini dikenal dengan Hulu Lae Kombih, Kecamatan Siempat Rube
Kabupaten Pakpak Bharat. Perbaju Bigo pergi ke arah timur dan
membentuk kerajaan SIMBELLO di Silaan, yang saat ini dikenal dengan
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu. Ranggar Jodi pergi ke arah utara dan
membentuk kerajaan yang bertempat di Buku Tinambun dengan nama
kerajaan JODI BUAH LEUH dan NANTAMPUK MAS, saat ini masuk ke
dalam Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Mpu Bada pergi ke arah barat
melintasi Lae Cinendang dan tinggal di Mpung Simbentar Baju. Raja Pako
pergi ke arah timur laut membentuk Kerajaan Siraja Pako dan bermukir di
Sicike-cike. Bata pergi ke arah Selatan dan menikah, kemudian hanya
mempunyai seorang anak perempuan yang menikah dengan Putra keturunan

Tuan Nahkoda Raja. Dari pernikahan ini menurunkan marga Tinambunan,
Tumangger, Maharaja, Turuten, Pinayungen dan Anakampun. Sanggir pergi

31
Universitas Sumatera Utara

ke arah Selatan tapi lebih jauh dari Bata dan membentuk kerajaan di sana.
dipercaya menjadi nenek moyang marga Meka dan Mungkur. Sedangkah
yang perempuan yaitu Suari menikah dengan Putra Raja Barus dan
mempunyai empat orang anak, yaitu : Tndang, Rea yang sekarang menjadi
Banurea, Manik dan Permencuari yang kemudia menurunkan marga
Boangmanalu dan Bancin.

Persebaran Suku Pakpak

Wilayah suku Pakpak dapat dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan
wilayah komunitas marga dan dialek bahasanya (Berutu dan Nurani,
2007:3-4) ,yaitu:
-Pakpak Simsim, yaitu orang Pakpak yang menetap dan memiliki hak ulayat
di daerah Simsim. Terdiri dari marga Berutu, Sinamo, Padang, Solin,

Banurea, Boangmanalu, Cibro, Sitakar.
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam
wilayah Kabupaten Pakpak Bharat.
-Pakpak Keppas, yaitu orang Pakpak yang menetap dan berdialek Keppas.
Antara lain marga Ujung, Bintang, Bako, Maha dan lain-lain. Ini termasuk
ke dalam wilayah Kabupaten Dairi.
-Pakpak Pegagan, yaitu orang Pakpak yang berasal dan berdialek Pegagan,
antara lain marga Lingga, Mataniari, Maibang, Manik, Sikettang dan lainlain, termasuk ke dalam wilayah Keca

matan Sumbul, Pegagan Hilir

Kabupaten Dairi.
-Pakpak Kelasen, yaitu orang Pakpak yang berasal dari dan berdialek

32
Universitas Sumatera Utara

Kelasen.

Antara


lain

marga

Tumangger,

Siketang,

Tinambunan,

Anakampun, Kesogihen, Maharaja, Meka, Berasa dan lain-lain. Termasuk
ke dalam wilayah Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Pakkat (Kabupaten
Humbang Hasundutan), serta Kecamatan Barus (Kabupaten Tapanuli
Tengah).
-Pakpak Boang, yaitu orang Pakpak yang berasal dan berdialek Boang,
antara lain marga Ramin, Saraan, Sambo, Penarik dan lain-lain.Termasuk ke
dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Meskipun para Antropolog memasukkan suku Pakpak ke dalam

salah satu Subetnis Batak, sebagaimana suku Mandailing, Karo, Toba, dan
Simalungun. Namun, suku Pakpak mempunyai versi tersendiri tentang asalusul dan jati dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut sumber-sumber tutur
menyebutkan antara lain (Sinuhaji dan Hasanuddin, 1999/2000:16) :
Keberadaan orang-orang Simbello, Simbacang, Siratak dan Purbaji yang
dianggap telah mendiami daerah Pakpak sebelum kedatangan orang-orang
Pakpak; Penduduk awal daerah Pakpak adalah orang-orang yang bernama
Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu, Similang-ilang dan
Purbaji. Dalam Lapihen/Laklak (buku berbahan kulit kayu) disebutkan
penduduk pertama daerah Pakpak adalah pendatang dari India yang
memakai rakit kayu besar yang terdampar di Barus. Persebaran orang
Pakpak Boang dari daerah Aceh Singkil ke daerah Simsim, Keppas, dan
Pegagan. Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir barat Sumatera,
tepatnya di Barus yang kemudian berasimilasi dengan penduduk setempat.

33
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan sumber tutur serta sejumlah nama marga yang ada di
Suku Pakpak yang mengandung ke India-an seperti marga Lingga, Maha
dan Maharaja, boleh jadi pada masa lalu memang pernah terjadi kontak

antara penduduk pribumi Pakpak dengan para pendatang dari India. Jejak
kontak itu tentunya tidak hanya dibuktikan lewat dua hal tersebut,
dibutuhkan data lain yang lebih kuat mendukung dugaan tadi. Oleh karena
itu pengamatan terhadap produk-produk budaya baik yang tangible maupun
intangible diperlukan untuk memaparkan fakta adanya kontak tersebut.

Pembagian

Suku Pakpak terdiri atas 5 sub suku, dalam istilah setempat sering
disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:

1. Pakpak Klasen, berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk
wilayah kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas
yang merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.
3. Pakpak Boang, bermukim di propinsi Aceh yaitu di kabupaten Aceh
Singkil dan kota Subulussalam. Suku Pakpak Boang ini banyak
disalahpahami sebagai suku Singkil.
4. Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di Kabupaten
Dairi.

5. Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di
Kabupaten Dairi.

34
Universitas Sumatera Utara

Marga Pakpak


Anakampun



Angkat



Bako




Bancin






Banurea
Berampu
Berasa
Beringin



Berutu



Bintang




Boang Manalu



Capah



Cibro



Gajah Manik






Gajah
Kabeaken
Kesogihen
Kaloko



Kombih



Kudadiri



Lingga



Maha



Maharaja



Manik



Matanari



Meka



Maibang



Padang



Padang Batanghari (BTH)



Pasi



Penarik Pinayungan



Ramin



Sambo



Saraan



Sikettang



Sinamo



Sitakar



Solin



Saing



Tendang



Tinambunan



Tinendung



Tumangger



Turutan

35
Universitas Sumatera Utara



Ujung

Suku bangsa Pakpak diikat oleh struktur sosial yang dalam istilah
setempat dengan sulang silima. Sulang silima terdiri dari lima unsur
yakni:

1. Sinina tertua (Perisang-isang (keturunan atau generasi tertua)

2. Sinina penengah (Pertulan tengah (keturunan atau generasi yang
di tengah)

3. Sinina terbungsu (perekur-ekur = keturunan terbungsu)

4. Berru (kerabat penerima gadis)

5. Puang (kerabat pemberi gadis)

Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan
dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam sistem kekerabatan,
upacara adat maupun dalam konteks komunitas lebbuh atau kuta. Artinya ke
lima unsur ini harus terlibat agar keputusan yang diambil menjadi sah secara
adat.

Upacara adat Pakpak dinamakan dengan istilah kerja atau kerja-kerja.
Namun saat ini sering juga digunakan istilah pesta. Upacara adat tersebut
terbagi atas dua bagian besar yakni: 1. Upacara adat yang terkait dengan
suasana hati gembira dinamakan kerja baik; 2. Upacara adat dalam suasana
tidak gembira dinamakan kerja jahat. Contoh kerja baik adalah: merbayo

36
Universitas Sumatera Utara

(upacara perkawinan), menanda tahun (upacara menanam padi), merkottas
(upacara untuk memulai sesuatu pekerjaan yang beresiko) dan lain-lain.
Contoh kerja jahat adalah mengrumbang dan upacara mate ncayur ntua
(upacara kematian).

2.2. Suku Pakpak Simsim di Kecamatan Salak Pakpak Bharat
2.2.1. Sejarah Kecamatan Salak di Kabupaten Pakpak
Mengejar ketertinggalannya dengan penduduk lainnya serta
adanya aspirasi, keinginan dan tekad bulat dari masyarakat Pakpak Bharat
untuk meningkatkan status daerahnya menjadi suatu Kabupaten dalam
kerangka NKRI, dengan tujuan agar masyarakat Pakpak Bharat dapat
memperjuangkan dan mengatur pembangunan masyarakat dan daerah,
sesuai dengan aspirasinya untuk meningkatkan taraf hidup menuju
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan dasar dari usul
dibentuknya Kabupaten Pakpak Bharat.

Sebenarnya Pakpak Bharat bukan wilayah baru. Kabupaten yang
mengambil tiga kecamatan dari Dairi ini mengambil nama sub-Wilayah
suku Pakpak. Sebelum Belanda masuk ke Pakpak /Dairi, suku yang
penduduknya tersebar di Kabupaten Pakpak Bharat, Aceh Selatan, dan
Pakpak Bharat ini sudah mempunyai struktur pemerintahan tersendiri.
Raja Ekuten atau Takal Aur bertindak sebagai pemimpin satu suak. Suku
Pakpak terdiri atas lima suak, yaitu suak simsim, keppas, pegagan, boang,
dan kelasen. Di bawah suak terdapat kuta (kampung) yang dipimpin oleh
pertaki. Pada umumnya pertaki juga merupakan raja adat sekaligus sebagai

37
Universitas Sumatera Utara

panutan di kampungnya. Di setiap kuta ada sulang silima, sebagai pembantu
pertaki yang terdiri dari perisang-isang, perekur-ekur, pertulan tengah,
perpunca ndiadep, dan perbetekken. Meski struktur pemerintahan ini sudah
tidak dipakai lagi, tetap dipertahankan sebagai sumber hukum adat budaya
Pakpak.

Hampir 90 persen penduduk di wilayah Pakpak Bharat beretnis
Pakpak. Berbeda dengan kabupaten induknya yang dihuni bermacammacam suku, seperti Pakpak, Batak Toba, Mandailing, Nias, Karo, Melayu,
Angkola, dan Simalungun serta suku lainnya. Agaknya, hal inilah yang
menjadi pendorong wilayah Pakpak untuk memekarkan diri. Selain Alasan
utamanya adalah untuk mengoptimalkan penggarapan potensi, percepatan
pembangunan

fisik,

dan

pertumbuhan

ekonomi

wilayah

terutama

pembangunan sumber daya manusia.

Setelah kunjungan komisi II DPR RI, dan melalui berbagai proses,
akhirnya dikeluarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak
Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara maka
Kabupaten Pakpak Bharat resmi terbentuk menjadi satu kabupaten otonom
dengan 3 kecamatan yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan dan
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Dengan Ibukota Salak dan dipimpin
oleh Drs. Tigor Solin sebagai pelaksana Bupati serta Drs. Gandhi Warta
Manik MSi sebagai Sekretaris Wilayah yang pertama. Jadi Sebenarnya
Salak dulunya adalah merupakan salah satu kecamatan yang merupakan

38
Universitas Sumatera Utara

bagian dari kabupaten Dairi. Dan setelah pemekaran,barulah kecamatan
salak menjadi kecamatanan yang merupakan ibukota dari Kabupaten Pakpak
Bharat. Mayoritas suak yang berada disini adalah mayoritas suak simsim
yang merupakan pusat kajian dari peneliti skripsi.

2.2.2. Letak Lokasi
Letak Geografis Kabupaten Pakpak Bharat
Secara geografis Kabupaten Pakpak Bharat, terletak diantara koordinat
2’15’-3’32’ Lintang Utara dan 96’00’-98’31’ Bujur Timur.Luas keseluruhan
Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km2, dan terdiri dari 8 kecamatan
yakni Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu Tali Urang
Jehe, Kecamatan Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitellu Tali
Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut dan Kecamatan Pagindar.

Gambar 2 Peta Kabupaten Pakpak Bharat

39
Universitas Sumatera Utara

Secara administratif wilayah Kabupaten Pakpak Bharat berbatasan
dengan:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan
Tapanuli Tengah.
c. Sebalah Timur berbatasan dengan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Dairi.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil.

40
Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Pakpak Bharat tergolong ke daerah beriklim tropis karena
terletak dekat garis khatulistiwa.Ketinggianya antara 700 – 1500 M diatas
permukaan laut dengan kondisi geografis berbukit – bukit.Iklim dan cuaca
sebagai

daerah

pertanian

dan

sebagian

penduduknya

hidup

dan

menggantungkan dengan pertanian,Curah hujan merupakan salah satu faktor
eksternal yang menentukan keberhasilan pertanian penduduk.Rata-rata curah
hujan yang terjadi di Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 311 MM per tahun dan
dengan rata-rata suhu280C.
Ibukota dari Kabupaten Pakpak Bharat adalah Salak.Kabupaten Pakpak
Bharat terdiri dari 8 Kecamatan dan 52 wilayah administratif atau dikenal
sebagai desa.Namun status seluruh desa yang terdapat di kabupaten Pakpak
Bharat tersebut merupakan desa swakarsa. Sebagian besar kecamatan dan desa
yang terdapat di kabupaten ini masih tertinggal jika dibandingkan dengan
kecamatan dan desa diluar Kabupaten Pakpak Bharat. Kecamatan Sitellu Tali
Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan merupakan kecamatan dengan jumlah
desa terbanyak masing-masing sepuluh desa sedangkan Kecamatan Pangindar
merupakan kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit yaitu hanya 4
desa.
Kecamatan dan Desa di Kabupaten Pakpak.
A.Kecamatan Salak terdiri dari :
1. Desa Sibongkaras
2. Desa Kuta Tinggi
3. Desa P. Binanga Boang
4. Desa Salak I
5. Desa Salak II

41
Universitas Sumatera Utara

6. Desa Boang Manalu Salak
B. Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut terdiri dari :
1. Desa Aornakan
2. Desa Simerpara
3. Desa Kecupak I
4. Desa Kecupak II
5. Desa Aornakan II
C. Kecamatan Sitellu terdiri dari :
1. Desa Kaban Tengah
2. Desa Bandar Baru
3. Desa Tanjung Meriah
4. Desa Tanjung Mulia
5. Desa Simberuna
6. Desa Perolihen
D. Kecamatan Kerajaan :
1. Desa Majanggut II
2. Desa Majanggut I
3. Desa Pardomuan
4. Desa Parpulungen
5. Desa Kutasaga
6. Desa Kutadame
7. Desa Maholida
8. Desa Perjaga
9. Desa Malum
10. Desa Binalun

42
Universitas Sumatera Utara

E. Kecamatan Pagindar terdiri dari :
1. Desa Sibagindar
2. Desa Pagindar
3. Desa Lae Mbentar
4. Desa Napatalun Parlambukan
F. Kecamatan Tinada terdiri dari :
1. Desa Mahala
2. Desa Tinada
3. Desa Silimakuta
4. Desa Kuta Babo
5. Desa Prongil
6. Desa Buluh Tellang
G. Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu terdiri dari :
1. Desa Silimakuta
2. Desa Ulu Merah
3. Desa Pardomuan
4. Desa Lae Langge Namuseng
5. Desa Cikaok
H. Kecamatan Siempat Rube terdiri dari :
1. Desa Siempat Rube I
2. Desa Siempat Rube II
3. Desa Mungkur
4. Desa Siempat Rube IV
5. Desa Kuta Jungak
6. Desa Traju

43
Universitas Sumatera Utara

7. Kecamatan Salak merupakan salah satu kecamatan yang berada

dikabupaten Pakpak Bharat,Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan
Salak Kabupaten Pakpak Bharat merupakan ibukota Kabupaten dan
terdiri dari 6 (enam) desa yaitu : desa Boangmanalu, desa Kuta
Tinggi, desa Penanggalan Binanga Boang, desa Salak I, desa Salak
II, dan desa Sibongkaras dengan total luas wilayah 245,57 KM2

Adapun batas-batas Kecamatan Salak adalah sebagai berikut :
• Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Pagindar

• Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Sitellu Tali Urang
Julu dan Kecamatan Siempat Rube
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pergetteng-Getteng
Sengkut dan Kecamatan Tinada.
• Sebelah

Selatan

berbatasan

dengan

Kabupaten

Humbang

Hasundutan.

2.2.3.Kependudukan
Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya masyarakat
Kabupaten Pakpak Bharat mempunyai karakter yang khas yaitu memegang
teguh kebudayaan dan agama serta adat istiadat yang ada di daerah
tersebut.Adapun jumlah penduduk kabupaten Pakpak Bharat berdasarkan hasil
proyeksi pada tahun 2012 berjumlah 41.492 jiwa yang tersebar di delapan
kecamatan dengan komposisi penduduk yang terdiri atas 20.938 jiwa penduduk
laki-laki dan 20.554 jiwa penduduk perempuan. Tingkat penyebaran penduduk

44
Universitas Sumatera Utara

kabupaten Pakpak Bharat menyebar di 52 desa dengan presentase jumlah
penduduk terbesar di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe 23,25% (9.647 jiwa)
dan presentase terkecil terdapat di kecamatan Pangindar 2,98% (1.235 jiwa).

45
Universitas Sumatera Utara

Dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011, tidak terjadi laju
pertumbuhan penduduk yang signifikan, dimana jumlah penduduk Pakpak
Bharat pada tahun 2012 hanya tumbuh 1,49%. Bila dibandingkan dengan luas
Kabupaten Pakpak Bharat yakni 121.830 Km2 maka dapat disimpulkan bahwa
rata-rata tingkat kepadatan penduduknya mencapai 34 jiwa per Km2 dan ratarata sebanyak 4 jiwa disetiap rumah tangga.
Dari data lima tahun terakhir, sex ratio Kabupaten Pakpak Bharat
sebesar 101,87%. Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih
besar dari jumlah penduduk perempuan.Dari distribusi penduduk menurut
kelompok umur, terlihat bahwa penduduk Kabupaten Pakpak Bharat tergolong
penduduk kelompok usia muda karena sebesar 38,99% penduduk berumur
kurang dari 15 tahun. Dan sebanyak 57,25 % merupakan penduduk usia
produktif (usia 15 s/d 64 tahun). Seperti tahun lalu, angka sex ratio menurut
kecamatan terbesar berada di Kecamatan Pagindar yaitu sebesar 118,97% dan
yang terkecil berada di Kecamatan Salak yaitu sebesar 97,52%.
Adapun jumlah penduduk kabupaten Pakpak Bharat 6 tahun terakhir
dapat dilihat melalui tabel 2.1

Tabel 2.1. Perbandingan Jumlah Penduduk Kabupaten Pakpak Bharat

Tahun

Laki - Laki

Perempuan

Jumlah

2007

19.108

19.618

38.276

2008

20.271

20.791

41.062

2009

21.144

21.670

42.814

2010

20.468

20.037

40.505

46
Universitas Sumatera Utara

2011

20.676

20.208

40.884

2012

20.938

20.554

41.492

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2014

Perbandingan Jumlah Penduduk Kecamatan Salak

2.2.4. Sistem Kekerabatan Suku Pakpak
Sistem kekerabatan merupakan suatu sistem yang tercipta dari
adanya hubungan antara seseorang dengan orang lain yang didasarkan pada
hubungan darah, yaitu hubungan yang timbul karena faktor keturunan dan
didasarkan pada hubungan perkawinan, yaitu hubungan yang muncul akibat
dari proses perkawinan antara seseorang dengan orang lain. Proses
kekerabatan yang terjadi karena dua faktor tersebut, yaitu faktor keturunan
dan faktor perkawinan mempunyai bagian-bagian lain didalamnya yang
dapat menjelaskan tentang hal tersebut secara menyeluruh.
Sistem kekekarabatan merupakan suatu pola jaringan hubungan yang
pada kemunculannya didasarkan pada kemunculan teori evolusi keluarga
yang dikemukakan oleh para ahli antropologi pada pertengahan abad ke-19
seperti ; J. Lubbock, J.J Bachoffen, G.A Wilken dan lain-lain. Kemunculan
teori evolusi keluarga dimulai dengan memperhatikan kehidupan hewan dan
membandingkannya dengan kehidupan manusia.
Menurut J.J Bachoffen (1967) kehidupan keluarga atau sistem
kekerabatan dimulai dengan teori evolusi yang dikembangkannya, yaitu :
pada awalnya kehidupan berjalan dengan kondisi kehidupan seperti hewan,

47
Universitas Sumatera Utara

dimana diantara mereka tidak terdapat hubungan, bebas tanpa ikatan, pada
periode ini kehidupan disebut dengan promiskuitas. Selanjutnya dengan
adanya perkembangan pola pikir, manusia mulai menyadari hubungan
antara seorang ibu dan anak-anaknya yang menjadi keluarga inti, karena
anak-anaknya hanya mengenal ibu tanpa mengenal ayahnya maka periode
ini disebut dengan matriarkat. Perkawinan antara ibu dengan anaknya yang
berjenis kelamin pria dihindari, sehingga hal ini memunculkan adat
eksogami (perkawinan luar kelompok), keadaan dikembangkan dengan
kemunculan peran ayah sebagai kepala keluarga dalam kelompoknya, masa
ini disebut dengan patriarkat. Pada masa ini adat eksogami sudah
berkembang pada adat endogami, yaitu perkawinan dalam batas-batas
kelompok.
Pada periode berikutnya adat endogami pada anak-anaknya dapat
berhubungan dengan leluasa dengan anggota kerabat ayah maupun ibu,
sehingga patriarkat makin lama makin hilang dan berubah menjadi susunan
kekerabatan yang oleh Wilken disebut susunan parental. Pada pokoknya
sistem kekerabatan yang disebabkan oleh faktor keturunan menimbulkan
pola keturunan berdasarkan pada pola matriarkat (keturunan berdasarkan
pihak ibu) dan pola patriarkat (keturunan berdasarkan pihak ayah).
Selain faktor keturunan, sistem kekerabatan dapat muncul dengan
adanya perkawinan, sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya ada dua
pokok yang menjadi dasar dari perkawinan tersebut, yaitu adat eksogami
(perkawinan luar kelompok) dan adat endogami (perkawinan dalam
kelompok), daru dua hal tersebut nantinya akan memunculkan adat-adat

48
Universitas Sumatera Utara

menetap setelah perkawinan, pembatasan jodoh dalam perkawinan.
Dalam masyarakat Pakpak Konsep atau pola yang digunakan
sebagai acuan adat sopan santun adalah :
1. Ego adalah seorang individu yang dijadikan sebagai pusat
orientasi atau perhatian dalam melihat istilah kekerabatan. Ego biasa
seseorang yang berkedudukan sebagai anak, ayah atau kakek. Dalam
konteks kekerabatan Pakpak ego adalah seorang laki-laki, karena kelompok
kerabat dihitung berdasarkan patrilineal.
2. Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan terkecil yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum kawin.
3. Sinina adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari saudara
sepupu, paman dan bibi pararel baik yang semarga (sebeltek) maupun yang
tidak semarga (pemerre maupun sebe;tek inang).
4.Berru adalah kelompok kerabat pihak penerima gadis. Atau
kelompok kerabat dari pihak saudara perempuan ego, atau kelompok
kerabat dari anak perempuan ego.
5 Puang adalah kelompok kerabat pember gadis. Atau kelompok
kerabat dari pihak nenek, ibu atau istri dan istri anak laki-laki ego.
Istilah Kekerabatan dari sudut pemakaiannya dapat dikategorikan
pada dua system yaitu sebutan dan sapaan. Sebutan artinya bagaimana
seseorang menyebut kerabatnya bila dipertanyakan pada pihak ketiga.
Sedang sapaan bagaimana seseorang menyapa anggota kerabatnya bila
bertemu atau memanggil secara bila bertatap muka.

49
Universitas Sumatera Utara

No

Sebutan

Sapaan

Keterangan

1

Bapa

Bapa

Ayah

2

Inang

Nang, nange

Ibu

3

Kaka

Nama, kaka

Abang

4

Dedahen

Nama,

Adik (laki-laki dan perempuan)

5

Turang

Nama, turang

Kakak (adik Perempuan)

6

Mpung, Poli

Pung, poli

Kakek

Dalam system kekerabatan suku Pakpak, kedudukan anak laki-laki
lebih tinggi disbanding dengan anak perempuan. Hal ini dapat ditinjau dari
beberapa aspek, antara lain :
1. Anak laki-laki berperan sebagai penerus keturunan marga atau
klen (patrilineal)
2. Anak laki-laki berperan sebagai penanggung jawab keluarga
(fakta di lapangan relative)
3. Anak laki-laki berperan sebagai ahli waris utama peninggalan
harta pusaka
4. Anak laki-laki berperan sebagai pelaksana utama dalam setiap
aktifitas adat.
Anak perempuan walaupun memakai nama marga ayahnya, namun
setelah kawin ikut suami dan anak-anak yang dilahirkannya memakai marga
lain sesuai dengan marga suaminya bukan marga ayahnya. Akibatnya
keluarga yang belum memiliki anak laki-laki cenderung resah karena tidak
ada yang meneruskan marganya (silsilahnya). Akibatnya sering kali istri

50
Universitas Sumatera Utara

harus berkorban untuk terus melahirkan hingga memperoleh anak laki-laki
demi menjaga keharmonisan rumah tangga dan dengan kelompok kerabat
yang lebih luas.
Walaupun tidak identik dengan Pakpak secara keseluruhan, dari segi
pembagian kerja, keluarga-keluarga Pakpak di Pedesaan maupun di
perkotaan masih cenderung terikat dengan budaya, yang membedakan
pekerjaan laki-laki dan perempuan. Perempuan yang identik dengan
pekerjaan di sekitar rumah tangga, sedangkan suami sebagai kepala rumah
tangga dan pencari nafkah yang berperan di luar rumah tangga.

51
Universitas Sumatera Utara