Pengaruh Persepsi dan Motivasi terhadap Minat Bidan Praktik Mandiri Sebagai Provider Program Jampersal di Kota Dumai

12

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jaminan Persalinan (Jampersal)
2.1.1. Pengertian Jampersal
Jampersal merupakan salah satu kebijakan publik yang terintegrasi dengan
program jaminan kesehatan masyarakat dan merupakan jaminan pembiayaan
pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru
lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Jampersal
dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk
mendapatkan jaminan persalinan.
2.1.2. Ruang Lingkup Jampersal
Kementerian Kesehatan RI (2011) menjelaskan bahwa jminan persalinan
merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan,
paska persalinan, dan pelayanan KB paska persalinan serta komplikasi yang terkait
dengan kehamilan, persalinan, nifas, KB, pasca persalinan, sehingga manfaatnya
terbatas dan tidak dimaksudkan untuk melindungi semua masalah kesehatan individu.
Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:

A. Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh
dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang

Universitas Sumatera Utara

13

meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan
pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk
pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir serta KB pasca persalinan) tingkat pertama. Jenis pelayanan
jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;
2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
3. Pertolongan persalinan normal;
4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang
merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan
KIA dengan frekuensi 4 kali;

6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.
7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan
janin/bayinya.
B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada
ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan
komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan

Universitas Sumatera Utara

14

kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan
menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya.
Jenis pelayanan persalinan di tingkat lanjutan meliputi (1) Pemeriksaan
kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti), (2) Pertolongan persalinan dengan risti
dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama,
(3) Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat

persalinan, (4) Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti), dan
(5) Penatalaksanaan KB pasca persalinan dengan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.
C. Pelayanan Persiapan Rujukan
Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana
terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan
tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujuka ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
2.1.3. Manfaat Jampersal
Adapun manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada
buku pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4
kali disertai konseling KB dengan frekuensi: (a) 1 kali pada triwulan pertama,
(b) 1 kali pada triwulan kedua, dan (c) 2 kali pada triwulan ketiga
Pada Jaminan Persalinan dijamin penatalaksanaan komplikasi kehamilan
antara lain:

Universitas Sumatera Utara

15


a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus inkompletus dan missed abortion
b. Penatalaksanaan

mola

hidatidosa,

dan

Penatalaksanaan

hiperemesis

gravidarum
c. Penanganan kehamilan ektopik terganggu
d. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi serta perdarahan pada
masa kehamilan
e. Decompensatio cordis pada kehamilan dan pertumbuhan janin terhambat
(PJT): tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan
f. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa.

Sedangkan manfaatan pada penatalaksanaan persalinan meliputi (a) persalinan
per vaginam, dan persalinan per vaginam dengan induksi, dengan tindakan, dengan
komplikasi serta pada bayi kembar dilakukan di Puskesmas PONED dan/atau RS.
Manfaat berikutnya adalah pelayanan nifas (Post Natal Care) yang ditujukan
pada ibu dan bayi baru lahir meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir,
dan pelayanan KB pasca bersalin. Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan Ibu
dan Bayi baru lahir sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir
dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal.
Pelayanan ibu nifas dan bayi baru lahir dilaksanakan 4 kali, masing-masing
1 kali pada : (a) kunjungan pertama untuk Kf1 dan KN1 (6 jam s/d hari ke-2,
(b) Kunjungan kedua untuk KN2 (hari ke-3 s/d hari ke-7), (c) kunjungan ketiga untuk
Kf2 dan KN3 (hari ke-8 s/d hari ke-28), dan (d) kunjungan keempat untuk Kf3 (hari
ke-29 s/d hari ke-42). Sedangkan pelayanan KB pasca persalinan dilakukan hingga 42

Universitas Sumatera Utara

16

hari pasca persalinan antara lain (a) kontrasepsi mantap (Kontap); (b) IUD, Implant,
dan (c) Suntik.

2.1.4. Kebijakan Operasional Jampersal
Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jaminan Persalinan sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2562/MENKES/PER/XII/ 2011, maka dapat
dijabarkan kebijakan operasional berikut ini:
1) Pengelolaan Jampersal dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan (pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota) yang merupakan bagian integral dari Jamkesmas
dan dikelola mengikuti tata kelola Jamkesmas.
2) Japersal adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup
masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jaminan
Persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir
dan KB pasca persalinan.
3) Penerima manfaat Jampersal mencakup seluruh sasaran yang belum memiliki
Jampersal.
4) Penerima manfaat Jampersal didorong untuk mengikuti program KB pasca
persalinan (Dengan membuat surat pernyataan)
5) Penerima manfaat Jampersal dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh fasilitas
kesehatan tingkat pertama pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan swasta
serta fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) pemerintah dan swasta
(berdasarkan rujukan) di rawat inap kelas III.


Universitas Sumatera Utara

17

6) Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti Bidan Praktik Mandiri, Klinik
Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini harus
mempunyai

perjanjian

kerja

sama

(PKS)

dengan

Dinas


Kesehatan

Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jampersal atas nama Pemerintah Daerah
setempat yang mengeluarkan ijin praktiknya. Sedangkan untuk fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan baik pemerintah maupun swasta harus mempunyai
PKS dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
7) Pelaksanaan pelayanan Jampersal mengacu pada standar pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA).
8) Pembayaran atas pelayanan Jampersal dilakukan dengan cara klaim.
9) Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani sasaran Jampersal
dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim Pengelola/Dinas
Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal sasaran Jampersal tersebut.
10) Bidan Desa dalam wilayah kerja Puskesmas yang melayani Jampersal diluar jam
kerja Puskesmas yang berlaku di wilayahnya, dapat menjadi Bidan Praktik
Mandiri sepanjang yang bersangkutan memiliki Surat Ijin Praktik dan
mempunyai Perjanjian Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2.1.5. Pendanaan Jampersal
Pendanaan Jampersal merupakan bagian integral dari pendanaan Jamkesmas,
sehingga pengelolaannya pada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak
dilakukan secara terpisah baik untuk pelayanan tingkat pertama/pelayanan dasar

maupun untuk pelayanan tingkat lanjutan/rujukan. Pengelolaan dana Jamkesmas di

Universitas Sumatera Utara

18

pelayanan tingkat pertama/pelayanan dasar dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku
Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota sedangkan pelayanan tingkat
lanjutan/rujukan dilakukan oleh rumah sakit.
Dana Jampersal bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan yang
dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina
Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan. Alokasi dana Jamkesmas pelayanan
kesehatan dasar di Kabupaten/Kota diperoleh atas perhitungan jumlah masyarakat
miskin dan tidak mampu sebagai sasaran Jamkesmas. Sedangkan alokasi dana
Jampersal di Kabupaten/Kota diperhitungkan berdasarkan estimasi proyeksi jumlah
bumil peserta Jamkesmas dan sasaran bumil penerima manfaat Jampersal yang belum
memiliki Jampersal di daerah tersebut dikalikan total besaran biaya paket pelayanan
persalinan tingkat pertama.
2.1.6. Tarif Pelayanan Jampersal
Adapun besaran tarif pelayanan Jampersal disjaikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan
No
1

Jenis
Pelayanan
Pemeriksaan
Kehamilan
(ANC)

Frekuensi

Tarif (Rp)

4 Kali

20.000

Jumlah
Keterangan

(Rp)
80.000 Mengikuti
Buku
Pedoman KIA. Pada
kasus-kasus
kehamilan
dengan
komplikasi/resiko
tinggi frekuensi ANC

Universitas Sumatera Utara

19

Tabel 2.1. (Lanjutan)

2 Persalinan Normal

1 kali

Tarif
(Rp)
500.000

3 Pelayanan Ibu Nifas
dan Bayi Baru Lahir

4 kali

20.000

4 Pelayanan
Pra
rujukan
pada
komplikasi
kebidanan
dan
neonatal
5 a. Pelayanan
penanganan
perdarahan pasca
Keguguran
persalinan
per
vaginam
dengan
tindakan emergensi
dasar.
Pelayanan
rawat
inap
untuk
komplikasi selama
kehamilan,
persalinan dan nifas
serta bayi baru lahir

1 kali

100.000

1 kali

650.000

No

Jenis Pelayanan

Frekuensi

Jumlah
Keterangan
(Rp)
500.000 Besaran biaya hanya
untuk
pembayaran
(a)
Jasa
Medis,
(b)Akomodasi pasien
maksimum 24 Jam
Pasca
Persalinan.
Sedangkan biaya obat
diminta ke Dinas
Kesehatan
80.000 Mengikuti
Buku
Pedoman KIA. Pada
kasus-kasus
kehamilan
dengan
komplikasi/risiko
tinggi frekuensi ANC
dapat lebih 4 kali
dengan
penanganan
rumah sakit rujukan
100.000 Mengikuti Buku KIA

650.000 Hanya dilakukan pada
Puskesmas PONED
yang
mempunyai
tenaga
yang
berkompeten
serta
fasilitas
yang
menunjang
Biaya
pelayanan
rawat inap sesuai
dengan
ketentuan
tarif
rawat inap
Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

20

Tabel 2.1. (Lanjutan)
No Jenis Pelayanan

Frekuensi

b. Pelayanan rawat
inap untuk bayi
baru lahir sakit
c. Pelayanan
Tindakan Pasca
Persalinan
(misalnya manual
plasenta)

6 KB Persalinan
Jasa pemasangan 1 kali
Alkon (KB)
1. IUD
dan
Implant
2. Suntik
Penanganan
1 kali
Komplikasi
KB
Pasca Persalinan

7 Transport rujukan

Setiap
Kali (PP)

Tarif
Jumlah
(Rp)
(Rp)
Sesuai
Sesuai
Tarif
Tarif
Puskesmas Puskesmas
150.000
150.000

60.000

60.000

10.000

10.000

100.000

100.000

Besaran
Biaya
Sesuai
SBU
Daerah

Keterangan
Hanya
dilakukan
pada
Puskesmas
Perawatan
Hanya
dilakukan
oleh tenaga terlatih
untuk
itu
(mempunyai surat
penugasan
kompetensi
oleh
Kadinkes setempat)
dan di fasilitas yang
mampu.

a.Termasuk
jasa
dan
penyediaan
obatobat
komplikasi
b. Pelayanan
KB
Kontap
dilaksa
nakan di
RS
melalui
penggera
kan dan besaran
tarif
mengikuti
INA- CBG’s
Biaya
transport
rujukan
adalah
biaya
yang
dikeluarkan untuk
merujuk
pasien,
sedangkan
biaya
petugas
dan
pendampingan
dibebankan kepada
pemerintah daerah

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2011

Universitas Sumatera Utara

21

2.1.7. Kelengkapan Pertanggung Jawaban Klaim Tingkat Dasar
Kelengkapan pertanggungjawaban sebagai syarat klaim tingkat dasar yang
dilakukan di Bidan Praktik Mandiri adalah meliputi:
a. Fotokopi kartu identitas diri sasaran yang masih berlaku (KTP atau identitas
lainnya), dan bagi peserta jamkesmas dilengkapi dengan fotokopi kartu
Jamkesmas.
b. Fotokopi lembar pelayanan pada Buku KIA sesuai pelayanan yang diberikan
untuk Pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru
lahir dan KB pasca persalinan. Apabila peserta Jamkesmas atau penerima manfaat
Jaminan Persalinan non Jamkesmas tidak memiliki buku KIA pada daerah
tertentu, dapat digunakan kartu ibu atau keterangan pelayanan lainnya pengganti
buku KIA yang ditandatangani ibu hamil/bersalin dan petugas yang menangani.
Untuk pemenuhan buku KIA di daerah, Tim Pengelola Kabupaten/Kota
melakukan koordinasi kepada penanggung jawab program KIA daerah maupun
pusat (Ditjen Gizi dan KIA).
c. Partograf yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong persalinan untuk
Pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada partograf dapat digunakan
keterangan lain yang menjelaskan tentang pelayanan persalinan yang diberikan.
d. Fotokopi/tembusan surat rujukan, termasuk keterangan tindakan pra rujukan yang
telah dilakukan di tandatangani oleh sasaran/keluarga.
Penyediaan kelengkapan form administrasi (kartu ibu, kartu bayi, buku KIA,
partograf, kohort ibu, kohort bayi, formulir MTBM, format pencatatan KB, format

Universitas Sumatera Utara

22

pelaporan) menjadi tanggung jawab Pemda/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(Kementrian Kesehatan RI, 2011).

2.2. Minat
Dalam kamus Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai niat atau kehendak
(Yasyin, 1995). Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Theory Of Reasoned
Action, perilaku manusia dipengaruhi oleh kehendak/minat. Minat merupakan
keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu sebelum perilaku tersebut
dilaksanakan. Adanya minat untuk melakukan suatu tindakan akan menentukan
apakah kegiatan tersebut akhirnya akan dilakukan. Kegiatan yang dilakukan inilah
yang

disebut

dengan

perilaku.

Dengan

demikian

perilaku

merupakan

‘kehendak/minat’ yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak.
Minat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Teori ini menghubungkan
keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak/minat (intention) dan perilaku.
Keyakinan terhadap manfaat suatu kegiatan atau hal tertentu akan
menimbulkan sikap positip terhadap kegiatan atau hal tersebut. Sikap positif akan
mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan kegiatan tersebut. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcomes of
the behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensikonsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding the outcome).
Komponen berikutnya mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif. Norma
sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang

Universitas Sumatera Utara

23

dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting (referent-person) dan motivasi
seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut (Fishbein dan Ajzen, 1975)
Model Theory of Reasoned Action dapat digunakan sebagai alat evaluasi
mengenai sikap dan perilaku secara ilmiah, yaitu untuk memperoleh konsistensi
antara sikap, minat berperilaku dan perilaku. Model ini mengacu pada nilai dan
norma-norma

dalam

kelompok

sosial,

sebagai

indikator

penting

untuk

memprediksikan perilaku yang akan diukur, sehingga pengetahuan awal mengenai
aspek sosial dan antropologis merupakan aspek penting, karena cara budaya
menghubungkan sikap, minat dan perilaku sangat penting. Menurut teori ini, persepsi
yang terbentuk akan menjembatani perilaku hanya jika (a) hal ini menghubungkan
pertimbangan sikap dan norma subyektif dan (b) hubungan komponen ini merupakan
penentu penting dari intensi/minat.
Ajzen memodifikasi teori tindakan beralasan menjadi teori perilaku terencana
Dalam teori perilaku terencana, keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap
terhadap perilaku tertentu, norma-norma subyektif dan kontrol perilaku. Ketiga
komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi kehendak/minat yang
menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak. Sikap
terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan
membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Norma subyektif
ditentukan oleh keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang
diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk berperilaku sesuai harapan normatif.
Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu

Universitas Sumatera Utara

24

tentang kemudahan dan kesulitan untuk berperilaku tertentu (Fishbein dan Ajzen,
1975).
Skiner (dalam Notoatmojo, 2005) menyampaikan bahwa perilaku terbentuk
dari dua faktor utama yakni : stimulus yang merupakan faktor dari luar diri individu
(faktor eksternal) dan respon yang merupakan faktor dari dalam individu
bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik dalam bentuk sosial, budaya,
ekonomi, politik dan sebagainya, sedangkan faktor internal meliputi perhatian,
pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya. Namun, sebenarnya
perilaku merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang
merupakan hasil bersama antara faktor internal dan faktor eksternal.
Gibson et.al (2003) mengemukakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
oleh variabel individu, variabel psikologis dan variabel organisasi. Variabel individu
terdiri dari kemampuan dan ketrampilan, tingkat sosial ekonomi, pengalaman, umur
dan jenis kelamin. Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar
dan motivasi. Persepsi sebagai variabel psikologis merupakan proses kognitif yang
dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya.
Persepsi mencakup kognisi (pengetahuan), maka persepsi terjadi kapan saja stimulus
menggerakan indera. Variabel organisasi/lingkungan terdiri dari sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. Variabel ini merupakan
faktor eksternal yang turut menentukan perilaku individu.

Universitas Sumatera Utara

25

2.3. Persepsi
Pengertian persepsi adalah akal manusia yang sadar meliputi proses fisik,
fisiologis dan psikologis yang mengolah bermacam-macam input sebagai
penggambaran lingkungan. Persepsi merupakan perlakuan melibatkan penafsiran
melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca
sehinggga persepsi memengaruhi tingkah laku, percakapan, serta perasaan seseorang
(Koentjaraningrat, 1981). Menurut Sarwono (1992), persepsi merupakan makna hasil
pengamatan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu objek yang mendefinisikan
pengenalan objek melalui penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam
saraf yang lebih tinggi.
Persepsi adalah suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasi, dan
menafsirkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna. Persepsi
seorang dapat berbeda satu sama lainnya, meskipun dihadapkan pada suatu situasi
dan kondisi yang sama. Hal ini dipandang dari suatu gagasan bahwa kita semua
menerima suatu objek rangsangan melalui penginderaan, penglihatan, pendengaran,
pembauan, dan perasaan (Robbins, 2006).
Robbins (2006) menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi,
yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu
memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi
itu. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian,
motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.

Universitas Sumatera Utara

26

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi terdiri atas dua faktor, yaitu faktor
eksternal atau dari luar yakni concreteness yaitu gagasan yang abstrak yang sulit
dibandingkan dengan yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik
untuk dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya
pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya persepsi
lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli yakni stimulus yang
dikondisikan. Sedangkan faktor internal adalah motivasi, yaitu dorongan untuk
merespon sesuatu, interest dimana hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada
yang tidak menarik, need adalah kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhir
asumptions yakni persepsi seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat,
merasakan dan lain-lain. Jika digambarkan polanya, maka terlihat seperti pada
Gambar 2.1.
Pelaku Persepsi
a. Sikap
b. Motif
c. Kepentingan atau minat
d. Pengalaman
e. Pengharapan
Situasi
a. Waktu
b. Keadaan Tempat Kerja

PERSEPSI

Target yang Dipersepsikan
a. Hal Baru
b. Gerakan
c. Bunyi
d. Ukuran
e. Latar Belakang
f. Kedekatan
Gambar 2.1. Proses Pembentukan Persepsi
Sumber: Robbins, 2006

Universitas Sumatera Utara

27

Robbins (2006), menjelaskan faktor yang memengaruhi persepsi Dengan
melihat satu obyek yang sama, orang dapat mempunyai persepsi yang berbeda,
karena persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Faktor perilaku persepsi, bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba
maka penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi dari orang
yang dipersepsikan yang mencakup sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan
pengharapan.
b) Faktor obyek, karakteristik–karakteristik dari target yang diamati dapat
memengaruhi apa yang dipersepsikan karena target tidak dipandang dalam
keadaan terisolasi. Namun obyek yang berdekatan akan cenderung dipersepsikan
bersama-sama. Faktor target mencakup hal yang baru yaitu gerakan, bunyi,
ukuran, latar belakang dan kedekatan.
c) Faktor situasi, yaitu faktor mencakup waktu, keadaan / tempat kerja dan keadaan
tempat kerja.

2.4. Motivasi
2.4.1 Pengertian Motivasi
Luthans (2000) menyatakan motivasi adalah proses psikologis dimana
tindakan dimulai-kebutuhan atau dorongan, perangsang-untuk melakukan aktivitas
atau mencapai tujuan. Gibsons, et al. (2003) menyatakan motivasi sebagai konsep
yang digunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada
seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku.

Universitas Sumatera Utara

28

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan
memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya
orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang
tidak melakukan. Kata motivasi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan
sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu
tujuan tertentu (Rivai, 2005). Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan
seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk
keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam
rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentukan (Siagian,
2004). Sedangkan Gerungan (2000), menyatakan bahwa motivasi adalah penggerak,
alasan-alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dirinya
melakukan suatu tindakan/bertingkah laku.
Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat dalam
diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah
lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan,
baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisiologis.
2.4.2 Teori Motivasi
Teori motivasi merupakan teori-teori yang membicarakan bagaimana motivasi
manusia di dalam melaksanakan pekerjaan dan mencapi tujuan, yang dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara

29

oleh berbagai faktor pembentuk terciptanya motivasi. Menurut Gibson et al. (2003),
secara umum mengacu pada 2 (dua) kategori :
1. Teori kepuasan (Content Theory), yang memusatkan perhatian kepada faktor
dalam diri orang yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct), mendukung
(sustain) dan menghentikan (stop) perilaku petugas.
2. Teori proses (Process Theory) menguraikan dan menganalisa bagaimana perilaku
itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.
a. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Menurut Maslow 1954 (dalam Robbins, 2006), hal yang tidak dapat
dipungkiri bahwa mayoritas manusia bekerja adalah karena adanya kebutuhan yang
relatif tidak terpenuhi disebabkan adanya faktor keterbatasan manusia itu sendiri,
untuk memenuhi kebutuhannya sewaktu bekerja sama dengan orang lain dalam
memasuki suatu organisasi. Hal ini yang menjadi dasar bagi Maslow dengan
mengemukakan teori hirarki kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi
seseorang dalam kehidupannya. Maslow mengemukan bahwa manusia termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan yang ada didalam hidupnya, diantaranya :
1). Kebutuhan faali (fisiologis), antara lain : rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian,
perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lainnya (disebut kebutuhan paling dasar)
2). Kebutuhan keamanan, keselamatan, perlindungan, jaminan pensiun, asuransi
kecelakaan, dan asuransi kesehatan.
3). Kebutuhan sosial, kasih sayang, rasa memiliki, diterima dengan baik,
persahabatan.

Universitas Sumatera Utara

30

4). Kebutuhan penghargaan, status, titel, simbol-simbol, promosi.
5). Kebutuhan aktualisasi diri, menggunakan kemampuan, skill, dan potensi.
Pada dasarnya manusia tidak pernah puas pada tingkat kebutuhan manapun,
tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi perlu memenuhi tingkat
kebutuhan yang lebih rendah terlebih dahulu. Dalam usaha untuk memenuhi segala
kebutuhannya tersebut seseorang akan berperilaku yang dipengaruhi atau ditentukan
oleh pemenuhan kebutuhannya (Mangkunegara, 2002).
b. Teori Dua Faktor dari Herzberg.
Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang merupakan
pengembangan dari teori hirarki kebutuhan menurut Maslow. Teori Herzberg
memberikan dua kontribusi penting bagi pimpinan organisasi dalam memotivasi
karyawan. Pertama, teori ini lebih eksplisit dari teori hirarki kebutuhan Maslow,
khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan dalam performa pekerjaan. Kedua,
kerangka ini membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan (Leidecker dan
Hall dalam Timpe, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat
dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor. Menurut
teori ini ada dua faktor yang memengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu faktor
pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau instrinsic
motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau
ekstrinsic motivation. Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong
karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik, merupakan daya dorong yang timbul dari

Universitas Sumatera Utara

31

dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik, yaitu daya dorong yang
datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Jadi petugas yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang
memungkinkannya menggunakan kreativitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat
otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini terutama
tidak dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka
yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat apa yang
diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan
hal-hal yang diinginkannya dari organisasi (Hasibuan, 2005).
Menurut Herzberg faktor ekstrinsik tidak akan mendorong minat para pegawai
untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak memuaskan
dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan,
faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. Sedangkan faktor
intrinsik merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang
lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih
memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi dari pada pemuasan kebutuhan lebih
rendah (Leidecker dan Hall dalam Timpe, 2002).
d. Teori Kebutuhan dari McClelland
Teori kebutuhan dikemukakan oleh David McClelland. Teori ini berfokus
pada tiga kebutuhan. Hal-hal yang memotivasi seseorang menurut Mc.Clelland dalam
Hasibuan (2005).

Universitas Sumatera Utara

32

1). Kebutuhan akan prestasi (need for achievement).
Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat bekerja seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan
semua kemampuan serta energi yang dimilikinya guna mencapai prestasi kerja yang
maksimal. Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja yang
tinggi akan memperoleh pendapatan besar yang akhirnya bisa memenuhi kebutuhankebutuhannya.
2). Kebutuhan akan kekuasaan (need for power )
Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang. Merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta
mengerahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang
terbaik. Seseorang dengan kebutuhan akan kekuasaan tinggi akan bersemangat
bekerja apabila bisa mengendalikan orang yang ada disekitarnya.
3). Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation)
Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang memotivasi semangat
bekerja seseorang. Karena kebutuhan akan afiliasi akan merangsang gairah bekerja
seseorang yang menginginkan kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain,
perasaan dihormati, perasaan maju dan tidak gagal, dan perasaan ikut serta.
Teori motivasi dalam penelitian ini digunakan teori motivasi yang
dikemukakan

Maslow.

Adapun

pertimbangan

peneliti

karena

teori

yang

dikembangkan Maslow berlaku untuk menengah ke bawah, yaitu untuk karyawan
yang terkait dengan kebutuhan dan performa pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

33

2.5. Landasan Teori
Sesuai dengan beberapa teori yang dikemukakan di atas maka beberapa
pendapat para ahli terdahulu yang ada kaitannya dengan persepsi dan motivasi yang
diduga memiliki pengaruh terhadap minat BPM sebagai provider Jampersal perlu
digali agar relevan dengan judul penelitian.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) perilaku manusia dipengaruhi oleh
kehendak/minat. Minat merupakan keinginan individu untuk melakukan perilaku
tertentu sebelum perilaku tersebut dilaksanakan, dimana minat terkait dengan
keyakinan (belief), sikap (attitude). Minat dalam hal ini adalah minat BPM sebagai
sebagai provider Jampersal di Kota Dumai.
Robbins (2006) menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi,
yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu
memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi
Persepsi sebagai variabel psikologis merupakan proses kognitif yang dipergunakan
oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Persepsi dalam
hal ini adalah persepsi bidan BPM terhadap administrasi, paket pelayanan dan tarif
pelayanan dalam Jampersal.
Motivasi merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat
dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan
tingkah lakunya. Hal ini terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan, baik kebutuhan psikologis maupun kebutuhan fisiologis. Menurut Maslow
dalam (Robins, 2006) kebutuhan manusia berjenjang, artinya bila kebutuhan yang

Universitas Sumatera Utara

34

pertama telah terpenuhi maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama.
Kebutuhan manusia diklasifikasikan pada lima tingkatan atau hierarki (hierarchy of
needs), yaitu: (1) kebutuhan fisik, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan
sosial, (4) kebutuhan penghargaan, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. Herzberg
dalam (Hasibuan, 2005) membedakan dua bentuk motivasi, yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul tidak memerlukan rangsangan dari
luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri. Sedangkan motivasi
ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, seperti kebutuhan
fisik, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi.
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan keterbatasan peneliti maka kerangka konsep
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Persepsi
a. Administrasi
b. Tarif pelayanan

Minat BPM sebagai
Provider Program
Jampersal

Motivasi
a. Kebutuhan fisik
b. Kebutuhan penghargaan
c. Kebutuhan aktualisasi
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara