GURU DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx

GURU DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : DRS. YUSRAN ADENIN, MA

OLEH
MARDIAH BR. LUBIS

PRODI / SEMESTER : PAI - IV A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2017

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis haturkan ke hadiratIlahi

Robbi, yang telah memberikan kekuatan serta kesehatan dan segala buah pikiran
kepada penulis, sehingga dengan rahmat dan hidayah – Nya, penulis bisa
menyelesaikan makalah ini, guna memenuhi peningkatan kemampuan di dalam
menulis makalah dan pengetahuan dalam mengikuti mata kuliah Psikologi
Pendidikan.

Teriring sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, seorang
sosok revolusioner terbesar dunia yang mampu merubah dan menuntun kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni Addiinul Islam.

Dalam makalah penulis yang berjudul “Guru dan Proses Belajar
Mengajar”, mempunyai suka dan duka yang tidak pernah penulis lupakan.
Dengan belajar menulis makalah ini, penulis banyak mengerti tentang pentingnya
sebuah karya tulis untuk menunjang masa depan dan pengetahuan tentang
pemikiran pendidikan islam. Oleh karena itu, besar harapan penulis semoga
makalah ini dapat bermanfaat kepada semua orang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna. Maka
dari itu, kritikdan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.


1

Tanjung Pura, 11 Juli 2017

Penulis

Mardiah Br. Lubis

DAFTAR IS

2

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Karakteristik Kepribadian Guru....................................................................2
B. Fungsi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar...............................................5
C. Ragam Guru dalam Proses Mengajar-Belajar...............................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses kegiatan mengajar belajar (KMB) ialah suatu proses
kegiatan yang dilaksanakan di suatu lembaga pendidikan ataupun instansi
pendidikan di dalam suatu proses belajar mengajar terdapatlah suatu susunan
ataupun syarat terselenggaranya proses belajar mengajar diantaranya yakni

Guru,Murid,ruangan kelas / lingkungan belajar dan juga alat untuk penunjang
belajar mengajar tentunya.

Di dalam susunan ataupun syarat dalam proses belajar mengajar itu
sangatlah berkaitan antara satu sama lain dan sangat dibutuhkan sekalai dalam
proses terjadinya kegiatan belajar mengajar, apabila dalam proses tersebut tidak
ada guru apa jadinya, kemudian apabila tidak ada murid ataupun siswa maka apa
yang akan berjalan, apabila tidak ada lingkungan kelas, apakah akan kondusif
pelaksanaan belajar mengajarnya tersebut? Dan kemudian jikalau tidak ada alat
penunjang pembelajaran, maka apa jadinya, bagaimana guru memaparkan,
meringkas,

memberikan sesuatu ilmu kepada muridnya jika tidak terdapat alat

dalam penunjang pendidikan.

Guru adalah inti daripada seluruh kegiatan belajar mengajar. Maka dari
itu segala sesuatu yang berkaitan dengan belajar mengajar kuncinya ialah guru.
Apabila seorang guru berhasil membuat suatu keberhasilan dikelas maka
sukseslah kegiatan belajar mengajar tersebut. Tapi, apabila sebaliknya, maka

hancurlah proses belajar mengajar tersebut.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik kepribadian guru itu?

1

2. Bagaimana fungsi dan tuga guru dalam proses belajar?

3.

Bagaimanakah hubungan guru dengan proses belajar belajar mengajar?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian guru itu.

2. Untuk mengetahui fungsi dan tuga guru dalam proses belajar.

3. Untuk mengetahui hubungan guru dengan proses belajar belajar mengajar.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Kepribadian Guru

Menurut tinjauan psikologi, kepribadian adalah sifat hakiki individu yang
tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain.
McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sifat yang khas
yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini, kepribadian adalah karakter atau
identitas.

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Karena disamping
sebagai pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai panutan.
Mengenai pentingnya kepribadian guru, seorang psikolog terkemuka, Prof. Dr.
Zakiah Daradjat (1982) menegaskan:

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil

(tingkat SD) dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

2

Secara konstitusional, guru hendaknya memiliki keahlian yang diperlukan (pasal
42 ayat 1 dan 2 UU Sisdiknas 2003).

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru adalah:1

1. Fleksibilitas Kognitif Guru
Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan
berpikir yang diikuti dengan tindakan yang memadai dalam situasi tertentu.
Kebalikannya frigiditas kognitif adalah kekauan ranah cipta yang ditandai dengan
kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang
dihadapi.
Pada umunya guru yang fleksibel ditandai dengan keterbukaan berpikir
dan beradaptasi. Selain itu ia juga mempunyai resistensi (daya tahan) terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan
pengenalan. Seorang guru yang fleksibel akan selalu berpikir kritis ketika
mengamati atau mengenali suatu objek atau situasi tertentu. Berpikir kritis adalah

berpikir dengan penuh pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada
pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan
melakukan atau menghindari sesuatu (Heger & kaye, 1990).
Berikut ini adalah tabel-tabel perbedaan karakteristik guru yang luwes dan
guru yang kaku, yang bersumber dari Daradjat (1982), Surya (1982), Burns
(1991), Petty (2004).2
KARAKTERISTIK KOGNITIF PRIBADI GURU

CIRI PRILAKU KOGNITIF GURU
Guru luwes

Guru kaku

1. Menunjukkan keterbukaan dalam 1. Tampak terlampau dikuasai oleh
perencanaan kegiatan mengajar-belajar

rencana pelajaran, sehingga alokasi
waktu sangat kaku

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terbaru,

(Badung, Remaja Rosdakarya,2015) hlm, 225
2 Ibid, hlm, 226

3

2.

Menjadikan

materi

pelajaran 2. Tak mampu memodifikasi materi

berguna bagi kehidupan nyata siswa
3.

Mempertimbangkan

silabus


berbagai 3. Tak mampu menangani hal yang

alternatif cara mengkomunikasikan isi terjadi secara tiba-tiba ketika PMB
pelajaran kepada siswa
4.

Mampu

berlangsung

merencanakan

sesuatu 4. Terpaku pada aturan yang berlaku

dalam keadaan mendesak

meskipun kurang relevan

5. Dapat menggunakan humor secara 5. Terpaku pada isi materi dan metode
proposional dalam menciptakan situasi yang baku sehingga situasi PMB

PMB yang menarik

monoton dan membosankan

SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP SISWA

CIRI SIKAP KOGNITIF GURU
Guru luwes

1. Menunjukkan prilaku demokratis

Guru kaku
1. Terlalu memperhatikan siswa yang
pandai dan mengabaikan siswa yang

dan tenggang rasa kepada semua siswa

2. Responsif terhadap kelas (mau
melihat, mendengar, dan merespons

lamban

2. Tidak mampu/tidak mau mencatat
isyarat adanya masalah dalam PMB

masalah disiplin, kesulitan belajar, dsb)
3. Memandang siswa sebagai mitra

3. Memandang siswa sebagai objek yang

4

dalam PMB

berstatus rendah

4. Menilai siswa berdasarkan faktorfaktor yang memadai
5. Berkesinambungan dalam

4. Menilai siswa secara serampangan

5. Lebih banyak menghukum dan kurang

menggunakan ganjaran dan hukuman

memberi ganjaran yang memadai atas

sesuai dengan penampilan siswa

prestasi yang dicapai siswa

SIKAP KOGNITIF GURU TERHADAP MATERI DAN METODE3

CIRI SIKAP KOGNITIF GURU
Guru luwes

Guru kaku

1. Menyusun dan menyajikan materi yang
sesuai dengan kebutuhan siswa

1. Terikat pada isi silabus tanpa
mempertimbangkan kebutuhan siswa yang
dihadapi

2. Menggunakan macam-macam metode

2. Terpaku pada satu atau dua metode

yang relevan secara kreatif sesuai dengan

mengajar tanpa memperhatikan

sifat materi

kesesuaiannya dengan materi pelajaran

3. Luwes dalam melaksanakan rencana
dan selalu berusaha mencari pengajaran
yang efektif

3. Terikat hanya pada satu atau dua format
dalam merencanakan pengajaran

4. Pendekatan pengajarannya lebih

4. Pendekatan pengajarannya lebih

problematik, sehingga siswa terdorong

preskiptif (perintah/hanya memberi petunjuk

3 Ibid, hlm, 227

5

untuk berpikir

atau ketentuan)

2. Keterbukaan Psikologis Pribadi Guru
Hal lain juga menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan tugas
seorang guru adalah keterbukaan psikologis guru itu sendiri. Keterbukaan ini
merupakan dasar dari kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan
dalam melaksanakan tugas) keguruan yang dimiliki oleh setiap guru.
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan
kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan
faktor-faktor ekstrem antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan
pendidikan tempatnya bekerja. Ia mau menerima kritik dengan ikhlas.
Disamping itu ia juga memiliki empati, yakni respon afektif terhadap
pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain (Reber, 1998).
Contohnya: jika seorang murid diketahui sedang mengalami kemalangan,
maka ia turut bersedih dan menunjukkan simpati serta berusaha memberi
jalan keluar.
Keterbukaan psikologis sangat penting bagi guru mengingat posisinya
sebagai anutan siswa. Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau
prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan
perasaan orang lain. Keterbukaan psikologis juga diperlukan untuk
menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan siswa yang harmonis,
sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan
tanpa ganjalan.
B. Fungsi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
Pada asasnya fungsi atau peranan penting guru dalam PMB ialah sebagai
direktur

belajar. Artinya,

setiap

guru

diharapkan

untuk

pandai-pandai

mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja
akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan PMB.
Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan
6

modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menajdi
direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi
lebih kompleks dan berat pula.4

Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi
timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam
kompetensi profenionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut
gagne, setiap guru berfungsi sebagai:

1) Perancang pengajaran

2) Pengelola pengajaran

3) Penilai prestasi belajar siswa.

1. Guru sebagai designer of instruction

Guru sebagai perancang pengajaran. Fungsi ini menghendaki guru untuk
senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil
guna dan berdaya guna.

Untuk merealisasikan fungsi tersebut, maka setiap guru memerlukan
pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam
menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar. Rancangan tersebut sekurang
kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.5

1. Memilih dan menentukan bahan pelajaran
4 Nana Syaodih Sukmadinata, , Landasan Proses Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya,2005, hlm, 143
5 Ibid, hlm, 145

7

2. Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran.

3. Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat.

4. Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.

2. Guru sebagai manager of instruction

Guru sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan
guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan
proses tahapan belajar mengajar.

Diantara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar, yang
terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga
memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna.

Salain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar
proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antar guru dan siswa dalam
konteks komunikasi instruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).

3. Guru sebagai evaluator of student learning

Guru sebagai penilai hasil belajar siswa. Fungsi ini menghendaki guru
untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau
kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.

Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar
itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi,
idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya.
8

Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangann maka siswa
yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan
pembelajaran

perbaikan

(relearning).

Sebaiknya,

bila

evaluasi

tertentu

menunujkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan
termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran
lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai.6

Selanjutnya, informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru
dan kegiatan evalusai (khususnya evaluasi formal) seyongyannya dijalankan feed
back _umpan balik) untuk melakukan penindaklanjutan proses belajar mengajar.
Hasil kegiatan evaluasi juga seyogyanya dijadikan pangkal tolak dan bahan
pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan PMB pada
masa yang akan datang, dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan
statis, tetapi terus meningkat hingga mencapai puncak kinerja akademik yang
sangat di dambakan ini.
C. Ragam Guru dalam Proses Mengajar-Belajar
Berdasarkan hasil riset mengenai gaya, penampilan dan kepemimpinan
para guru dalam mengelola PMB, ditemukan tiga ragam guru, yakni: otoriter,
laissez-faire, dan demokratis. Tetapi, Barlow (1985) mengemukakan satu lagi
yaitu otoritatif. Penjelasan mengenai ragam-ragam guru ini adalah sebagai berikut.

Pertama, guru otoriter (authoritarian). Secara harfiah, otoriter berarti
berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. Dalam PMB, guru yang otoriter selalu
megarahkan dengan keras segala aktifitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar.
Hanya sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berperan
serta meutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar mereka. Memang diakui,
kebanyakan guru yang otoriter dapat menyelesaikan tugas keguruannya secara
baik, dalam arti sesuai dengan rencana. Namun guru semacam ini sangat sering
menimbulkan kemarahan dan kekesalan para siswa khususnya siswa pria, bukan
6 Hamzah B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Sinar
Grafika Offset2010,

9

saja karena watakny ayng agresif tetapi juga karena merasa kreatifitasnya
terhambat.

Kedua, guru laissez-faire (sebut: lezei fee), padanannya adalah
individualisme (paham yang menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang
berwatak seperti ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan PMB
secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri.
Sesungguhnya, ia tidak menyenangi proesinya sebagai tenaga pendidik meskipun
mungkin memiliki kemampuan yang memadai. Keburukan lain yang juga
disandang adalah kebiasaannya yang

“semau gue” yang menimbulkan

pertengkaran-pertengkaran.7

Ketiga, guru demokratis (democratic). Arti demokratis adalah bersiat
demokrasi, yang pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak
dan kewajiban semua orang. Guru yang memiliki sifat ini pada umumnya
dipandang sebagai guru yang paling baik dan ideal. Alasannya, disbanding dengan
guru-guru lainnya guru ragam demokratis lebih suka bekerja sama dengan rekanrekan seprofesinya, namun tetap menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Ditinjau
dari sudut hasil pembelajarannya, guru yang demokratis denganyang otoriter tidak
jauh berbeda. Akan tetapi, dari sudut moral, guru yang demokratis ternyata lebih
baik dan karenanya ia lebih disenangi baik oleh rekan-rekan sejawat maupun oleh
siswanya sendiri.

Keempat, guru yang otoritati (authoritative). Otoritatif berarti berwibawa
karena adanya kewenangan baik berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan
yang diberikan. Guru yang otoritati adalah guru yang memiliki dasar-dasar
pengetahuan yang memadai baik pengetahuan bidang studi vaknya maupun
pengetahuan umum. Guru seperti ini biasanya ditandai oleh kemampuan
memerintah secara efektif kepada para siswa dan kesenangan mengajak kerja
sama dengan para siswa jika diperlukan dalam mengikhtiarkan cara terbaik untuk
7 Baharuddin, Pendidikan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2009,

10

penyelenggaraan PMB. Dalam hal ini, ia hamper sama dengan guru yang
demokratis. Namun, dalam hal memerintah atau memberi anjuran, guru yang
otoritatif pada umumnya lebih efektif, karena lebih disegani oleh para siswa, dan
dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuan vaknya seperti yang telah
diuraikan dimuka.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Karakteristik kepribadian guru ialah segala kepribadian dan seorang guru
yang atau sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya
yang membedakan dirinya dari yang lain Secara konstitusional, guru
hendaknya memiliki keahlian yang diperlukan sesuai yang tercantum dalam
pasal 42 ayat 1 dan 2 UU Sisdiknas 2003 yaitu guru harus memliki
kefleksibelitas kognitif dan harus memiliki kepribadian yang terbuka.

2. Pada asasnya fungsi atau peranan penting guru dalam PMB ialah sebagai
direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai
mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar
(kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran
kegiatan PMB.

3. Berdasarkan hasil riset mengenai gaya, penampilan dan kepemimpinan para
guru dalam mengelola PMB, ditemukan tiga ragam guru, yakni: otoriter,
laissez-faire, dan demokratis

B. Saran
1. hendaknya makalah ini dapat membantu teman-teman mahasiswa untuk
menemukan karakteristik yang efektif sebagai seorang guru.

2. melalui materi yang telah dibahas, mahasiswa dapat memahami kompetensi
mengajar sebagai seorang guru.

3. hendaknya mahasiswa mampu memahami peranannya sebagai seorang guru
dihadapan murid.

12

4. hendaknya mahasiswa mempunyai skill untuk mengajar murid sebagai
seorang guru.

13

DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin,2009, Pendidikan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar Ruzz
Media.

B.Uno,Hamzah, 2010, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta:
Sinar Grafika Offset.

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005, Landasan Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin, 2015, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan terbaru
Badung, Remaja Rosdakarya.

14