HAM DALAM HUKUM TATA NEGARA INDONESIA
Nama: Bryan Patra Silitonga
NIM
: 02011381621398
Mata Kuliah : Hukum Konstitusi
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya 2016
HAM DALAM HUKUM TATA
NEGARA INDONESIA
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar
yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa
sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada
makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi
manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan
atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia
kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan.Hak
asasi mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak
memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :
a. Hak asasi pribadi (Personal Rights)
Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak
memeluk agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai
warga negara
Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak
bekerja dan
mendapatkan hidup yang layak.
d. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).
Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan,
hak pensiun,
hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.
e.
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
Pemerintah
(Rights Of Legal Equality)
f.
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum.
Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang
Undang No. 39 tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang
menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang
secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang
harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.”
Dalam Tata Hukum segala bentuk hak yang dimiliki setiap manusia
akan selalu bergandengan dengan kewajiban. Begitu pula dengan “Hak
Asasi” harus juga bergandengan dengan “Kewajiban Asasi”.
Seperti yang telah diketahui Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang
telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. Sebagai makhluk
sosial yang hidup ditengah masyarakat dan bergantung pada orang-orang
disekitar maka dalam pencapaian perkembangan dan kemajuan haruslah
menyeimbangkan hak dasar dengan kewajiban dasar.
Beberapa mendefinisikan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak
yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku
seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia
tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
Dalam ketentuan umum Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 yang dimaksud dengan Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dankeberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara,hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Batasan tentang Hak Asasi atau yang biasa disebut Hak Dasar
adalah hak-hak yang pokok atau yang dasar dimiliki setiap manusia
sebagai pembawaan sejak keahirannya, yang sangat berkaitan dengan
martabat manusia tersebut. Hak Asasi lazim pula disebut dengan Hak
Kemanusiaan yang tidak boleh dilanggar siapapun.
Secara historis Hak Asasi Manusia sebagaimana yang saat ini
dikenal, telah memiliki riwayat perjuangan yang panjang. Sejatinya
perjuangan tersebut bukan dimulai dari abad ke 13 sebagaimana sejarah
peradaban barat menulisnya, namun lebih lampau daripada zaman
tersebut. Kalau kita pelajari Kitab-kitab Suci Keagamaan (baik itu alQur’an, Injil dan lain sebagainya) tentang perlindungan Hak dan demikian
pula tentang diwajibkannya Kewajiban atas tiap anak manusia, maka
mudah kita temukan bahwasanya Kitab-kitab Suci tersebut telah terlebih
dahulu mengemukakannya. Contohnya didalam Kitab Suci Umat Islam
yaitu al-Qur’an surah al-Maidah ayat 32 disebutkan :
“…oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa Islam telah memiliki hak
perlindungan terhadap jiwa tiap-tiap manusia. Selanjutnya adalah contoh
perlindungan keyakinan yang mana tertuang dalam ajaran La Iqrah fiDhien (tidak ada pemaksaan dalam beragama) atau Lakum dhienukum
waliyadhien (bagimu agamamu, bagiku agamaku).
Ini artinya perjuangan atas Hak-hak Asasi yang dimiliki manusia
telah lebih dahulu berlangsung ribuan tahun yang lalu, dengan demikian
sesungguhnya adalah tidak tepat kalau sejarah perjuangan Hak-hak Asasi
Manusia
dimulai
bersamaan
dengan
ditanda-tanganinya Magna
Charta(tahun 1215), akan tetapi karena sejarah telah menentukannya
demikian, jelasnya: bahwa saat-saat kelahiran Magna Charta dianggap
sebagaitonggak pertama kemenangan Hak Asasi atau sebagai permulaan
sejarah perjuangan Hak-hak Asasi manusia, maka dari itu kita ikuti saja
kehendak para ahli sejarah tersebut.
Magna Charta ditandatangani oleh seorang Raja yang bernama John
Lackland yang sejatinya dapat dikatakan belum merupakan bentuk
perlindungan terhadap Hak Asasi manusia seperti apa yang kita kenal
dewasa ini, sebab yang termuat di dalamnya hanyalah tentang jaminanjaminan perlindungan terhadap kaum bangsawan dan gereja, oleh
karenanya maka Magna Charta ini selalu dipandang sebagai kemenangan
para bangsawan atas Raja Inggris.
Dalam Magna Charta tercantum penjelasan bahwa raja tidak lagi
bertindak sewenang-wenang, karena dalam hal-hal tertentu raja di dalam
tindakan atau kebijaksanaannya secara telebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari para bangsawan dan ini berarti bahwa hak-hak tertentu
para bangsawan diakui oleh raja. Prinsip ini dirasa oleh para bangsawan
sebagai sebuah kemenangan.
Perkembangan selanjutnya tentang Hak-hak Asasi manusia ini
berlanjut dengan ditandatanganinya Petition of Right pada tahun 1628
oleh Raja Charles I lalu kemudian ditandatanganinya Bill of Rights oleh
Raja Willem II di Britania Raya tahun 1689. Perkembangan hak asasi
manusia selanjutnya lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran John Locke
(1632-1704) dan JJ. Rosseau. Di Negara Perancis sendiri pengakuan atas
hak asasi manusia tercantum dalam Declaration des droits de I”home et
du citoyen, yaitu suatu piagam yang dibuat pada tahun 1789 dalam detikdetik pertama revolusi Perancis. Perkembangan tentang hak asasi
manusia dalam kaitannya dengan demokrasi dalam hal ini turut banyak
mendorong terjadinya sebuah Revolusi yang mana diantaranya adalah
Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Perancis (1789).
Selanjutnya setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946,
disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja
sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari
18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of
human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah
pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10
Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana
Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa
UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia
tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58
Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara
menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya
absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai
hari Hak Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan,
Bahwa setiap orang mempunyai Hak Hidup, kemerdekaan dan keamanan
badan, diakui kepribadiannya, memperoleh pengakuan yang sama dengan
orang lain menurut hukum untuk mendapat jaminan hokum dalam
perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah
kecuali ada bukti yang sah, masuk dan keluar wilayah suatu Negara,
mendapatkan suatu kebangsaan, mendapatkan hak milik atas benda,
bebas mengutarakan pikiran dan perasaan, bebas memeluk agama,
mengeluarkan pendapat, berapat dan berkumpul, mendapat jaminan
sosial, mendapatkan pekerjaan, berdagang, mendapatkan pendidikan,
turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat, menikmati
kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak
Asasi Manusia itu sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat
dan bangsa dan menyerukan semua anggota dan semua bangsa agar
memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan hak-hak dan
kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan tersebut.
Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB
secara moral berkewajiban menerapkannya.
Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal
karena diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki
perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamin.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik
kesimpulan tentang ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan
bagian dari manusia secara otomatis
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
ras, agama, etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
melanggar dan membatasi orang lain
Ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan
lain-lain;
b.
Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam
pemerintahan; serta
d.
Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial
Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut:
a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan
kesewenang-wenangan.
b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia
c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung
jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar
Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia
1. Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar
tertulis yang mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar
ketentuan-ketentuan lainnya.
2. Ketetapan MPR
Dalam
Pasal
3
UUD
1945
ditentukan
bahwa
Majelis
Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan GarisGaris Besar Haluan Negara. Dengan istilah menetapkan tersebut maka
orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh MPR
disebut Ketetapan MPR.
3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Undang-undang mengandung dua pengertian, yaitu :
a. Undang-undang dalam arti materiel yaitu peraturan yang
berlaku umum dan dibuat oleh penguasa, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
b. Undang-undang dalam arti formal yaitu keputusan tertulis
yang dibentuk dalam arti formal sebagai sumber hukum dapat dilihat
pada Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
4. Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden
dengan DPR, oleh UUD 1945 kepada presiden diberikan kewenangan
untuk menetapkan Peraturan Pemerintah guna melaksanakan undangundang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi
presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undangundangnya, sebaliknya suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa
adanya Peraturan Pemerintah.
5. Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu
bentuk peraturan perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal
tahun 1959 berdasarkan surat presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan
pada DPR, yakni sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh Presiden untuk melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian
melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan Presiden
resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk peraturan perundangundanganmenurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi keputusan yang
bersifatkhusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945,
Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif
dan Peraturan Pemerintah.
6. Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah
seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus
dengan tegas berdasarkan dan bersumber pada peraturan perundangundangan yang lebih tinggi.
7. Convention (Konvensi Ketatanegaraan).
Konvensi
Ketatanegaraan
adalah
perbuatan
kehidupan
ketatanegaraan yang dilakukan berulang-ulang sehingga ia diterima dan
ditaati
dalam praktek
ketatanegaraan.
Konvensi
Ketatanegaraan
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang, karena
diterima
dan dijalankan,
bahkan
sering
kebiasaan
(konvensi)
ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan hukum yang tertulis.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Moh. Mahfud MD dan Dr. H. Imam Anshori Saleh , S.H., M. Hum .
Parliamentary Threshold dan HAM dalam Hukum Tata Negara Indonesia . (Malang,
Jatim: Setara Press)
Moh Kusnardi, dkk.1988. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. (Jakarta
Selatan. CV Sinar Bakti)
R.G. Kartasapoetra. 1987.Sistematika Hukum Tata Negara. (Jakarta:BINA
AKSARA,)
Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Titik Triwulan Tutik. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD
1945 (Jakarta: CERDAS PUSTAKA)
NIM
: 02011381621398
Mata Kuliah : Hukum Konstitusi
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya 2016
HAM DALAM HUKUM TATA
NEGARA INDONESIA
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar
yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa
sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada
makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi
manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan
atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia
kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan.Hak
asasi mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak
memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :
a. Hak asasi pribadi (Personal Rights)
Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak
memeluk agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai
warga negara
Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights)
Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak
bekerja dan
mendapatkan hidup yang layak.
d. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).
Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan,
hak pensiun,
hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.
e.
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
Pemerintah
(Rights Of Legal Equality)
f.
Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum.
Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang
Undang No. 39 tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang
menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang
secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang
harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.”
Dalam Tata Hukum segala bentuk hak yang dimiliki setiap manusia
akan selalu bergandengan dengan kewajiban. Begitu pula dengan “Hak
Asasi” harus juga bergandengan dengan “Kewajiban Asasi”.
Seperti yang telah diketahui Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang
telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. Sebagai makhluk
sosial yang hidup ditengah masyarakat dan bergantung pada orang-orang
disekitar maka dalam pencapaian perkembangan dan kemajuan haruslah
menyeimbangkan hak dasar dengan kewajiban dasar.
Beberapa mendefinisikan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak
yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku
seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia
tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain
sebagainya.
Dalam ketentuan umum Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 yang dimaksud dengan Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dankeberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara,hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Batasan tentang Hak Asasi atau yang biasa disebut Hak Dasar
adalah hak-hak yang pokok atau yang dasar dimiliki setiap manusia
sebagai pembawaan sejak keahirannya, yang sangat berkaitan dengan
martabat manusia tersebut. Hak Asasi lazim pula disebut dengan Hak
Kemanusiaan yang tidak boleh dilanggar siapapun.
Secara historis Hak Asasi Manusia sebagaimana yang saat ini
dikenal, telah memiliki riwayat perjuangan yang panjang. Sejatinya
perjuangan tersebut bukan dimulai dari abad ke 13 sebagaimana sejarah
peradaban barat menulisnya, namun lebih lampau daripada zaman
tersebut. Kalau kita pelajari Kitab-kitab Suci Keagamaan (baik itu alQur’an, Injil dan lain sebagainya) tentang perlindungan Hak dan demikian
pula tentang diwajibkannya Kewajiban atas tiap anak manusia, maka
mudah kita temukan bahwasanya Kitab-kitab Suci tersebut telah terlebih
dahulu mengemukakannya. Contohnya didalam Kitab Suci Umat Islam
yaitu al-Qur’an surah al-Maidah ayat 32 disebutkan :
“…oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa Islam telah memiliki hak
perlindungan terhadap jiwa tiap-tiap manusia. Selanjutnya adalah contoh
perlindungan keyakinan yang mana tertuang dalam ajaran La Iqrah fiDhien (tidak ada pemaksaan dalam beragama) atau Lakum dhienukum
waliyadhien (bagimu agamamu, bagiku agamaku).
Ini artinya perjuangan atas Hak-hak Asasi yang dimiliki manusia
telah lebih dahulu berlangsung ribuan tahun yang lalu, dengan demikian
sesungguhnya adalah tidak tepat kalau sejarah perjuangan Hak-hak Asasi
Manusia
dimulai
bersamaan
dengan
ditanda-tanganinya Magna
Charta(tahun 1215), akan tetapi karena sejarah telah menentukannya
demikian, jelasnya: bahwa saat-saat kelahiran Magna Charta dianggap
sebagaitonggak pertama kemenangan Hak Asasi atau sebagai permulaan
sejarah perjuangan Hak-hak Asasi manusia, maka dari itu kita ikuti saja
kehendak para ahli sejarah tersebut.
Magna Charta ditandatangani oleh seorang Raja yang bernama John
Lackland yang sejatinya dapat dikatakan belum merupakan bentuk
perlindungan terhadap Hak Asasi manusia seperti apa yang kita kenal
dewasa ini, sebab yang termuat di dalamnya hanyalah tentang jaminanjaminan perlindungan terhadap kaum bangsawan dan gereja, oleh
karenanya maka Magna Charta ini selalu dipandang sebagai kemenangan
para bangsawan atas Raja Inggris.
Dalam Magna Charta tercantum penjelasan bahwa raja tidak lagi
bertindak sewenang-wenang, karena dalam hal-hal tertentu raja di dalam
tindakan atau kebijaksanaannya secara telebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari para bangsawan dan ini berarti bahwa hak-hak tertentu
para bangsawan diakui oleh raja. Prinsip ini dirasa oleh para bangsawan
sebagai sebuah kemenangan.
Perkembangan selanjutnya tentang Hak-hak Asasi manusia ini
berlanjut dengan ditandatanganinya Petition of Right pada tahun 1628
oleh Raja Charles I lalu kemudian ditandatanganinya Bill of Rights oleh
Raja Willem II di Britania Raya tahun 1689. Perkembangan hak asasi
manusia selanjutnya lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran John Locke
(1632-1704) dan JJ. Rosseau. Di Negara Perancis sendiri pengakuan atas
hak asasi manusia tercantum dalam Declaration des droits de I”home et
du citoyen, yaitu suatu piagam yang dibuat pada tahun 1789 dalam detikdetik pertama revolusi Perancis. Perkembangan tentang hak asasi
manusia dalam kaitannya dengan demokrasi dalam hal ini turut banyak
mendorong terjadinya sebuah Revolusi yang mana diantaranya adalah
Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Perancis (1789).
Selanjutnya setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946,
disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja
sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari
18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of
human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah
pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10
Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana
Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa
UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia
tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58
Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara
menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya
absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai
hari Hak Asasi Manusia.
Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan,
Bahwa setiap orang mempunyai Hak Hidup, kemerdekaan dan keamanan
badan, diakui kepribadiannya, memperoleh pengakuan yang sama dengan
orang lain menurut hukum untuk mendapat jaminan hokum dalam
perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah
kecuali ada bukti yang sah, masuk dan keluar wilayah suatu Negara,
mendapatkan suatu kebangsaan, mendapatkan hak milik atas benda,
bebas mengutarakan pikiran dan perasaan, bebas memeluk agama,
mengeluarkan pendapat, berapat dan berkumpul, mendapat jaminan
sosial, mendapatkan pekerjaan, berdagang, mendapatkan pendidikan,
turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat, menikmati
kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak
Asasi Manusia itu sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat
dan bangsa dan menyerukan semua anggota dan semua bangsa agar
memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan hak-hak dan
kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan tersebut.
Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB
secara moral berkewajiban menerapkannya.
Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal
karena diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki
perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamin.
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik
kesimpulan tentang ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan
bagian dari manusia secara otomatis
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
ras, agama, etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
melanggar dan membatasi orang lain
Ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan
lain-lain;
b.
Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam
pemerintahan; serta
d.
Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial
Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut:
a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan
kesewenang-wenangan.
b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia
c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung
jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar
Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia
1. Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar
tertulis yang mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar
ketentuan-ketentuan lainnya.
2. Ketetapan MPR
Dalam
Pasal
3
UUD
1945
ditentukan
bahwa
Majelis
Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan GarisGaris Besar Haluan Negara. Dengan istilah menetapkan tersebut maka
orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh MPR
disebut Ketetapan MPR.
3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Undang-undang mengandung dua pengertian, yaitu :
a. Undang-undang dalam arti materiel yaitu peraturan yang
berlaku umum dan dibuat oleh penguasa, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.
b. Undang-undang dalam arti formal yaitu keputusan tertulis
yang dibentuk dalam arti formal sebagai sumber hukum dapat dilihat
pada Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
4. Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden
dengan DPR, oleh UUD 1945 kepada presiden diberikan kewenangan
untuk menetapkan Peraturan Pemerintah guna melaksanakan undangundang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi
presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undangundangnya, sebaliknya suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa
adanya Peraturan Pemerintah.
5. Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu
bentuk peraturan perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal
tahun 1959 berdasarkan surat presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan
pada DPR, yakni sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh Presiden untuk melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian
melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan Presiden
resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk peraturan perundangundanganmenurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi keputusan yang
bersifatkhusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945,
Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif
dan Peraturan Pemerintah.
6. Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah
seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus
dengan tegas berdasarkan dan bersumber pada peraturan perundangundangan yang lebih tinggi.
7. Convention (Konvensi Ketatanegaraan).
Konvensi
Ketatanegaraan
adalah
perbuatan
kehidupan
ketatanegaraan yang dilakukan berulang-ulang sehingga ia diterima dan
ditaati
dalam praktek
ketatanegaraan.
Konvensi
Ketatanegaraan
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang, karena
diterima
dan dijalankan,
bahkan
sering
kebiasaan
(konvensi)
ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan hukum yang tertulis.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Moh. Mahfud MD dan Dr. H. Imam Anshori Saleh , S.H., M. Hum .
Parliamentary Threshold dan HAM dalam Hukum Tata Negara Indonesia . (Malang,
Jatim: Setara Press)
Moh Kusnardi, dkk.1988. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. (Jakarta
Selatan. CV Sinar Bakti)
R.G. Kartasapoetra. 1987.Sistematika Hukum Tata Negara. (Jakarta:BINA
AKSARA,)
Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Titik Triwulan Tutik. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD
1945 (Jakarta: CERDAS PUSTAKA)