PERKOPERASIAN DI NEGARA NEGARA KAPITALIS

PERKOPERASIAN DI NEGARA-NEGARA KAPITALIS LEBIH MAJU
DARIPADA DI INDONESIA
Tugas Mata Kuliah : Ekonomi Politik
Dosen Pengampu : Yogi Pasca Pratama, SE, M.E

Disusun Oleh :
SHAFA SABILLA
F0114080

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SURAKARTA
2017

A. LATAR BELAKANG
Keberadaan lembaga koperasi rakyat ditilik dari sisi usianya yang sudah 70
tahun seharusnya sudah relative maju. Koperasi sebagai badan usaha didefinisikan
sebagai “suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orangorang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai
anggota menurut peraturan yang ada, dengan bekerja sama secara kekeluargaan
menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya”[ CITATION RTS01 \l 1033 ]. Koperasi sebagai organisasi bisnis yang

para pemilik atau anggotanya adalah juga pelangggan utama perusahaan tersebut
(kriteria identitas). Kriteria identitas suatu koperasi akan merupakan dalil atau prinsip
identitas yang membedakan unit usaha koperasi dari unit usaha yang lainnya
[CITATION Rop85 \l 1033 ]. Berdasarkan definisi tersebut, kegiatan koperasi secara
ekonomis harus mengacu pada prinsip identitas (hakikat ganda) yaitu anggota sebagai
pemilik yang sekaligus sebagai pelanggan[CITATION Hen05 \l 1033 ]. Organisasi
koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola perusahaan bersama yang
diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi individu para anggotanya.
Dalam sejarahnya, koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang
berasal dari Indonesia. Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya
diperkenalkan di Inggris di sekitar abad pertengahan (atau ada yang bilang dimasa
revolusi industri di-Inggris) yang diprakarsai oleh seorang industrialis yang sosialis
yang bernama Robert Own. Pada waktu itu misi utama berkoperasi adalah untuk
menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi problem-problem ekonomi
dengan menggalang kekuatan mereka sendiri. Berdirinya koperasi buruh tersebut
berfungsi membeli barang kebutuhan pokok secara bersama-sama dan memang
ternyata bahwa harga di toko koperasi lebih murah jika dibandingkan dengan tokotoko yang bukan koperasi. Ide koperasi ini kemudian menjalar ke AS dan negaranegara lainnya di dunia. Di Indonesia, baru koperasi diperkenalkan pada awal abad
20. Sejak munculnya ide tersebut hingga saat ini, banyak koperasi di negara-negara
maju (NM) seperti di Uni Eropa (UE) dan AS sudah menjadi perusahaan-perusahaan
besar termasuk di sektor pertanian, industri manufaktur, dan perbankan yang mampu

bersaing dengan korporat-korporat kapitalis.
Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (NM) dan
negara sedang berkembang (NSB) memang sangat diametral. Di NM koperasi lahir
sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan
berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu

koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan
ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang
mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam
rangka melindungi dirinya. Sedangkan, di NSB koperasi dihadirkan dalam kerangka
membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan
pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia pengenalan koperasi memang dilakukan oleh dorongan
pemerintah,

bahkan

sejak

pemerintahan


penjajahan

Belanda

telah

mulai

diperkenalkan. Gerakan koperasi sendiri mendeklarasikan sebagai suatu gerakan
sudah dimulai sejak tanggal 12 Juli 1947 melalui Kongres Koperasi di Tasikmalaya.
Pengalaman di tanah air kita lebih unik karena koperasi yang pernah lahir dan telah
tumbuh secara alami di jaman penjajahan, kemudian setelah kemerdekaan
diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undangundang dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran
bagaimana harus mengembangkan koperasi [ CITATION Noe03 \l 1033 ].
Lembaga koperasi sejak awal diperkenalkan di Indonesia memang sudah
diarahkan untuk berpihak kepada kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal sebagai
golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok masyarakat kelas
menengah kebawah. Eksistensi koperasi memang merupakan suatu fenomena
tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi

sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga
koperasi oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata
kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri sendiri,
kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa esensi moral
lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama
pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang
mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi
koperasi selalu memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan
mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat di Indonesia yang
tahun ini 2017 menginjak tahun ke 70 seharusnya sudah relative maju. Dalam empat
tahun terakhir, perkembangan koperasi telah menuju arah yang positif dengan angka
pertumbuhan koperasi aktif rata-rata sebesar 2,5 persen pada periode 2012 hingga
2016. Berdasarkan data pemerintah, hingga 5 Juli 2017, Indonesia memiliki 26,8 juta
anggota koperasi dan 152.282 unit koperasi.

Dengan rincian terdiri dari koperasi konsumen sebanyak 97.931 unit, koperasi
produsen 27.871 unit, koperasi simpan pinjam 19.509 unit, koperasi jasa 3.661 unit,
dan koperasi pemasaran 3.310 unit. Volume usaha koperasi tercatat Rp 176,3 triliun.
Meski demikian, pertumbuhan tersebut perlu dicermati karena tren persentase

jumlah koperasi yang aktif stagnan di kisaran 70 persen saja. Hasil pemutakhiran data
ODS menghasilkan data koperasi aktif 153.171 unit, dan koperasi dibubarkan 40.013
unit. Indonesia memiliki julah koperasi terbesar di dunia pada tahun 2016 dengan
jumlah 209.000 koperasi akan tetapi sumbangan ke pdb sangatlah kecil hanya 1,7%
jika dibandingkan dengan Denmark yang sampai 6,7%. Selain itu Indonesia jarang
sekali masuk daftar 300 koperasi terbaik di dunia, sekalinya masuk dafatr hanya satu
koperasi saja. Dalam daftar tersebut sangat didominasi oleh negara maju terutama
negara Amerika Serikat.

B. PEMBAHASAN
1. Koperasi di Tingkat Dunia
Menurut data dari laporan tahunan 2006 dari International Co-operative
Alliance (ICA, 2006), di dunia ada sekitar 800 juta orang yang menjadi anggota
koperasi. Diperkirakan koperasi-koperasi di dunia secara total mengerjakan lebih
dari 100 juta orang, dan memberi jaminan kehidupan bagi sekitar 3 miliar orang.
Sekitar 20% lebih dari jumlah koperasi yang ada diciptakan oleh perusahaanperusahaan multinasional.

Berdasarkan table 1 pada posisi teratas adalah Perancis, disusul oleh Amerika
pada peringkat 2 dan 3, lalu Jerman. Menurut sektor, sebagian besar dari 300
koperasi terbesar itu adalah koperasi-koperasi industri asuransi yakni sekitar

32,6%, disusul oleh makanan dan pertanian 30%, dan retail 19%. (ICA,2017)
Yang sangat menarik dari laporan ini adalah bahwa sebagian besar dari 300
koperasi terbesar itu berasal dari NM, terutama Amerika, UE dan Jepang. Seperti
yang dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1 Sepuluh Besar Koperasi Dunia
RANK 2015
ORGANISATION
1
Groupe Crédit Agricole
2
Kaiser Permanente
3
State Farm
4
BVR
5
Zenkyoren
6
Groupe BPCE
7

REWE Group
8
Groupe Crédit Mutuel
9
Nippon Life
10
ACDLEC - E.Leclerc
Sumber : ICA 2017

COUNTRY
France
USA
USA
Germany
Japan
France
Germany
France
Japan
France


a. Eropa
Sekarang terdapat 176.461 perusahaan koperasi dengan anggota
sejumlah 141.502.512 dimana pegawainya sebanyak 4.707.682 dengan
pendapatan tahunan sejumlah €1.004,83 juta. Lebih dari 17% populasi di
Eropa adalah anggota koperasi. Sejak 2009 perusahaan koperasi meningkat
12% dan jumlah anggota meningkat 14% [CITATION Coo15 \l 1033 ].
Koperasi dalam bidang pertanian mempunyai lebih dari 50.000
perusahaan koperasi dengan anggota lebih dari 9.5 juta dan jumlah pekerja
lebih dari 650.000 dengan pendapatan tahunan lebih dari €347 juta.
Koperasi dalam bidang perbankan memiliki 4.200 perusahaan koperasi
dengan jumlah anggota hampir mencapai 60.5 juta dan jumlah pekerja
sebanyak 850.000 dan mempunyai aset tahunan lebih dari €7.000 juta.
Koperasi dalam bidang konsumsi mempunyai lebih dari 11.500 jumlah
perusahaan koperasi dengan jumlah anggota lebih dari 37.3 juta dan jumlah
pekerja lebih dari 600.000 dengan pendapatan tahunan lebih dari €100 juta.
Koperasi dalam bidang perumahan memiliki lebih dari 37.500
perusahaan koperasi dengan jumlah anggota lebih dari 11 juta dan pegawai
lebih dari 100.000 dengan pendapatan tahunan lebih dari €20 juta.


Koperasi dalam bidang industry dan jasa mempunyai perusahaan
koperasi lebih dari 60.000 dengan jumlah anggota hampir 3 juta dan jumlah
pegawai hampir 1.3 juta dengan pendapatan tahunan hampir €85 juta.
Koperasi dalam bidang farmasi memilik lebih dari 750 perusaan
koperasi dengan jumlah anggota sebanyak 3000 dan jumlah pegawai sampai
3000 dengan pendapatan tahunan lebih dari €820 juta.
Koperasi dalam bidang sumber energy terbarukan memiliki 1.250
perusahaan koperasi dengan anggota sebanyak 300.000 dan jumlah pegawai
lebih dari 1.000 dan pendapatan tahunan hampir €980 juta.
b. Amerika
Di Paraguay, 783,000 orang atau 18% dari penduduk adalah anggota
koperasi 1,047. Ini memiliki dampak langsung pada livlihoods lebih dari 6 juta
orang. Di Kanada, empat dari setiap sepuluh Kanada adalah anggota dari
setidaknya satu koperasi. Di Quebec, sekitar 70% dari populasi adalah anggota
co-op, sementara di Saskatchewan 56% anggota (2012). Di Uruguay, koperasi
bertanggung jawab 3% dari PDB. Mereka menghasilkan 90% dari produksi
total susu, 340% madu dan 30% gandum. 60% dari produksi koperasi diekspor
ke lebih dari 40 negara di seluruh dunia (2011). Di Amerika Serikat, 30.000
koperasi memberikan lebih dari 2 juta pekerjaan (2011). Di Kolombia,
gerakan koperasi menyediakan 137,888 pekerjaan melalui pekerjaan dan

559,118 tambahan pekerjaan sebagai pekerja-pemilik di pekerja koperasimenyediakan 3,65% dari semua pekerjaan di negara (2012). Di Brazil,
koperasi bertanggung jawab 37,2% dari PDB pertanian dan 5.4% dari GDP
global (2009) dalam kesehatan koperasi memberikan Layanan medis dan gigi
17,7 juta orang, hampir 10% dari populasi (2011). Aset keuangan koperasi di
El Salvador melebihi 1.300 juta, mewakili 9.3% total sistem keuangan
domestik ( 2010 ) Di Bolivia ada lebih dari 1.600 koperasi yang menghasilkan
lebih dari 32.000 pekerjaan langsung dan tidak langsung lebih dari 128.000
pekerjaan (2008) . 6,600 koperasi terhubung ke organisasi koperasi Brasil
(OCB) memiliki lebih dari 10 juta anggota dan memberikan langsung
pekerjaan untuk hampir 300.000 orang (2011) . Credit unions di Kosta Rika
adalah pemilik 8.5% aset sistem keuangan domestik ( 2011 ). Koperasi di
Republik Dominika dengan lebih dari 1 juta anggota dan menyediakan
pekerjaan untuk lebih dari 40.000 orang (2011) . Di Argentina ada sekitar

13.000 terdaftar koperasi yang memiliki 9,4 juta anggota dan langsung
mempekerjakan lebih dari 265.000 orang (2008).

Koperasi Pertanian di

Amerika Serikat memiliki 28% saham dalam pengolahan dan pemasaran

produksi pertanian (2010). Di AS pedesaan koperasi listrik melayani lebih dari
42 juta pengguna terletak di 47 Serikat, mewakili 42% dari arus listrik negara
(2010) . Koperasi Pertanian Argentina bertanggung jawab untuk lebih dari
20% dari terigu Nasional total ekspor (2010-2011). Credit Unions Ekuador
memiliki aset oleh hampir 2.500 juta, mewakili saham 9.12% dalam sistem
keuangan domestik total ( 2010 ).
c. Asia
Di Jepang, 1 dari setiap 3 keluarga adalah anggota koperasi. Koperasi
menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian. Koperasikoperasi pertanian menghasilkan output sekitar 90 miliar dollar AS dengan
91% dari jumlah petani di negara tersebut sebagai anggota. Peran koperasi di
pedesaan Jepang telah menggantikan fungsi bank sehingga koperasi sering
disebut pula sebagai “bank rakyat” karena koperasi tersebut beroperasi dengan
menerapkan sistem perbankan. Bahkan salah satu bank besar di Jepang adalah
koperasi, yakni bank Nurinchukin bank [ CITATION Daw02 \l 1033 ]
Di negara-negara Asia lainnya dengan tingkat pembangunan
ekonominya yang sudah relatif tinggi seperti Singapura dan Korea Selatan,
peran koperasi juga sangat besar. Di Singapura 50% dari jumlah populasinya
adalah anggota koperasi. Koperasi-koperasi konsumennya memegang 55%
dari pasar dalam pembelian-pembelian supermarket dan mempunyai suatu
penghasilan sebesar 700 juta dollar AS. Di Korea Selatan, koperasi-koperasi
pertanian punya anggota lebih dari 2 juta petani (90% dari jumlah petani), dan
menghasilkan output sebanyak 11 miliar dollar AS. Koperasi-koperasi di
subsektor perikanan memiliki pangsa 71%.
Koperasi konsumen di Singapura, seperti juga di misalnya Jepang,
Kanada dan Finlandia mampu menjadi pesaing terkuat perusahaan raksasa
ritel asing yang mencoba masuk ke negara tersebut [CITATION Thoan \l 1033
]. Bahkan di beberapa negara tersebut, mereka berusaha untuk mengarahkan
perusahaannya agar berbentuk koperasi. Dengan membangun perusahaan yang
berbentuk koperasi diharapkan masyarakat setempat mempunyai peluang
besar untuk memanfaatkan potensi dan asset ekonomi yang ada di daerahnya.

2. Gambaran Singkat Kinerja Koperasi di Indonesia
Berdasarkan data resmi dari Kementerian Koperasi dan UKM, sampai dengan
bulan Desember 2015, jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat sebanyak
212.135 unit, dengan jumlah keanggotaan sebanyak 37.783.160 orang. Jumlah
koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.
Jumlah koperasi aktif mengalami peningkatan setiap tahunnya sejalan dengan
bertambahnya koperasi tiap tahunnya, hal ini juga megakibatkan semakin
banyaknya koperasi yang tidak aktif. Terjadi lonjakan SHU yang sangat tinggi
pada tahun 2014. Corak koperasi Indonesia adalah koperasi dengan skala sangat
kecil.
Tabel 2 Perkembangan Usaha Koperasi di Idonesia dari Tahun 2000-2015

Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Aktif

Tidak
Aktif

Total
Koperasi

Jumlah
Anggota

RAT
(unit)

Modal Sendiri
(Rp juta)

Modal Luar
(Rp juta)

Volume Usaha
(Rp juta)

SHU
(Rp juta)

88.930
89.756
92.531
93.800
93.402
94.818
98.944
104.999
108.930
130.473
124.855
133.666
139.321
143.117
147.249
150.223

14.147
21.010
26.113
29.381
37.328
40.145
42.382
44.794
46.034
49.938
52.627
54.515
54.597
60.584
62.239
61.912

103.077
110.766
118.644
123.181
130.730
1344.963
141.326
149.793
154.964
170.411
174.482
188.181
194.295
203.710
209.488
212.135

27.295.893
23.644.850
25.007.601
27.282.658
27.523.053
27.286.784
27.776.133
29.888.067
27.318.619
29.240.271
30.461.121
30.849.913
33.869.439
35.258.176
36.443.953
37.783.160

36.283
37.637
44.834
44.661
46.310
45.508
46.057
48.262
47.150
58.534
55.818
58.004
65.986
67.672
80.008
58.107

6.816.950,25
11.699.952
8.568.530,30
9.419.987,16
11.989.451
14.836.208,06
16.790.860,53
20.231.699,45
25.560.380,03
28.348.727,78
30.102.013,90
35.794.284,64
51.422.621,07
89.536.290,61
105.800.829,73
142.850.992,83

12.473.404,16
16.322.599,10
14.773.180.65
14.939.422,15
16.897.052
18.179.195,39
22.062.212
23.324.032,14
27.271.935,23
31.503.882,17
34.686.712,67
39.689.952,51
51.403.537,20
80.840.572,48
94.861.986,91
99.794.403,06

23.122.224,43
38.730.174,95
28.415.411,31
31.683.699,39
37.649.091
40.831.639,56
62.718.499,78
63.080.595,81
68.446.249,39
82.098.587
76.822.082,40
95.062.402,21
119.182.690,08
125.584.976,19
189.858.671,87
266.134.619,42

694.502
3.134.446,41
988.516,72
1.871.926,70
2.164.234
2.198.320,31
3.216.817,65
3.470.459,95
3.964.818,55
5.303.813,94
5.662.164,24
6.336.480,97
6.661.925,53
8.110.179,69
14.898.647,12
17.320.663,92

Sumber : Kemenkop UKM sudah diolah
3. Faktor-Faktor Keberhasilan Pembelajaran Bagi Indonesia
Koperasi - koperasi perlu memahami apa yang bisa membuat mereka menjadi
unggul di pasar yang mengalami perubahan yang semakin cepat akibat banyak
faktor multi termasuk kemajuan teknologi, peningkatan pendapatan masyarakat
yang membuat perubahan selera pembeli, penemuan-penemuan material baru
yang bisa menghasilkan output lebih murah, ringan, baik kualitasnya, tahan lama,
dsb.nya, dan makin banyaknya pesaing-pesaing baru dalam skala yang lebih besar.
Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut, menurutnya, faktor-faktor
kunci yang menentukan keberhasilan koperasi adalah: (1) posisi pasar yang kuat

(antara lain dengan mengeksploitasikan kesempatan-kesempatan vertikal dan
mendorong integrasi konsumen); (2) pengetahuan yang unik mengenai produk
atau proses produksi; (3) sangat memahami rantai produksi dari produk
bersangkutan; (4) terapkan suatu strategi yang cemerlang yang bisa merespons
secara tepat dan cepat setiap perubahan pasar; dan (5) terlibat aktif dalam produkproduk yang mempunyai tren-tren yang meningkat atau prospek-prospek masa
depan yang bagus (jadi mengembangkan kesempatan yang sangat tepat)
[ CITATION Loy01 \l 1033 ].
Koperasi harus memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif dibandingkan
organisasi-organisasi bisnis lainnya untuk bisa menang dalam persaingan di dalam
era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini. Keunggulan kompetitif disini
didefinisikan

sebagai

suatu

kekuatan

organisasional

yang

secara

jelas

menempatkan suatu perusahaan di posisi terdepan dibandingkan pesaingpesaingnya. Faktor-faktor keunggulan kompetitif dari koperasi harus datang dari:
(1) sumber-sumber tangible seperti kualitas atau keunikan dari produk yang
dipasarkan (misalnya formula Coca-Cola Coke) dan kekuatan modal; (ii) sumbersumber bukan tangible seperti brand name, reputasi, dan pola manajemen yang
diterapkan (misalnya tim manajemen dari IBM); dan (iii) kapabilitas atau
kompetensi-kompetensi inti yakni kemampuan yang kompleks untuk melakukan
suatu rangkaian pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan kompetitif (misalnya
proses inovasi dari 3M). Menurutnya, salah satu yang harus dilakukan koperasi
untuk bisa memang dalam persaingan adalah menciptakan efisiensi biaya. Tetapi
ini juga bisa ditiru/dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain (non-koperasi).
Jadi, ini bukan suatu keunggulan kompetitif yang sebenarnya dari koperasi.
Menurutnya satu-satunya keunggulan kompetitif sebenarnya dari koperasi adalah
hubungannya dengan anggota. Misalnya, di koperasi produksi komoditaskomoditas pertanian, lewat anggotanya koperasi tersebut bisa melacak bahan baku
yang lebih murah, sedangkan perusahaan non-koperasi harus mengeluarkan uang
untuk mencari bahan baku murah [ CITATION Chr05 \l 1033 ].
Koperasi yang berhasil adalah koperasi yang melakukan hal-hal berikut ini:
(1) memakai komite-komite, penasehat-penasehat dan ahli-ahli dari luas secara
efektif; (2) selalu memberikan informasi yang lengkap dan up to date kepada
anggota-anggotanya sehingga mereka tetap terlibat dan suportif; (3) melakukan
rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan bisnis dengan memakai agenda yang

teratur, prosedur-prosedur parlemen, dan pengambil keputusan yang demokrasi;
(4) mempertahankan relasi-relasi yang baik antara manajemen dan dewan
direktur/pengurus dengan tugas-tugas dan tanggung jawab- tanggung jawab yang
didefinisikan secara jelas; (5) mengikuti praktek-praktek akutansi yang baik, dan
mempersentasikan laporan-laporan keuangan secara regular; (6) mengembangkan
aliansi-aliansi dengan koperasi-koperasi lainnya; dan (7) mengembangkan
kebijakan-kebijakan yang jelas terhadap konfidensial dan konflik kepentingan
[ CITATION Pit05 \l 1033 ].
Dalam beberapa tahun belakangan ini banyak koperasi-koperasi besar di
California termasuk dua yang terkenal Tri-Valley Growers (TVG) dan the Rice
Growers Association (RGA) telah tutup, sedangkan banyak lainnya sedang
mengalami kesulitan-kesulitan keuangan. Perkembangan-perkembangan tersebut
memberi kesan bahwa koperasi-koperasi di California mungkin semakin
mengalami kesulitan untuk bersaing dalam iklim bisnis pertanian saat ini dengan
persaingan yang semakin ketat dari produk-produk luar negeri termasuk dari
China. Akhirnya, hasil studi tersebut mendukung hipotesis awal bahwa, RGA dan
TVG tutup terutama akibat kombinasi dari sejumlah faktor berikut: (1) kurangnya
pendidikan dan pengawasan dari dewan direktur/pengurus; (2) manajemen yang
tidak efektif; dan (3) keanggotaan yang pasif [CITATION Jen05 \l 1033 ].
Perkembangan koperasi di AS, menjabarkan sejumlah karakteristik dari
koperasi yang berhasil. Diantaranya yang paling menonjol adalah: (1) menerapkan
strategi yang rasional yang cocok dengan lingkungan bisnisnya yang berlaku
untuk bisa tetap beroperasi; (2) mempunyai suatu visi yang lebih luas dari hanya
memproduksi bahan baku (produsen perlu memahami apa artinya menanam dalam
nilai tambah); (3) keputusan-keputusan didasarkan pada informasi yang kredibel;
(4) keuangan baik; (5) pemilik atau dewan direktur bisa memimpin dengan baik
(dewan direktur yang lebih banyak diambil dari luar bisa menaikkan
kemampuannya

untuk

membuat

keputusan-keputusan

strategis)

;

(6)

memakai/mengerjakan manajer professional (ini juga meningkatkan kinerja
koperasi); dan (6) punya keinginan menjadi “yang paling hebat di kelompoknya”
vs. “menambah rantai nilai” [ CITATION Tho01 \l 1033 ].
Perkembangan koperasi pertanian dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh koperasi di Uni Eropa (UE), mengambil sejumlah langkah yang
harus diambil agar koperasi pertanian bisa berkembang dengan baik, yang antara
lain adalah (1) menghilangkan ketidakunggulan dari petani-petani skala kecil yang

terfregmentasi dengan cara membantu mereka untuk mengkonsentrasi suplai,
menstabilkan harga produsen, dan meningkatkan kekuatan tawar dari petanipetani (anggotanya); (2) menciptakan kesempatan atau kemampuan petani untuk
mengeksploit skala ekonomis dan meningkatkan kapasitas mereka untuk bersaing
pada suatu pasar yang lebih besar (misalnya pasar ekspor); (3) memperbaiki
kualitas dan menaikkan orientasi pasar, dan dengan cara itu menolong petani
untuk memenuhi permintaan-permintaan yang meningkat dari konsumen untuk
produk-produk

makanan

yang

bervariasi,

aman,

dan

spesifik

regional

(spesialisasi); (4) membantu petani untuk bisa memperbaiki kualitas dalam proses
produksi, pembungkusan, penyimpanan dan lain sebagainya sesuai standar-standar
internasional yang berlaku; (5) memperbaiki kinerja manajemen, dewan direktur
dan organisasi koperasi untuk meningkatkan kepuasan anggota; dan (6) menjamin
sumber pendanaan yang cukup [ CITATION Sus00 \l 1033 ].
Selain studi-studi kasus di atas, beberapa pengamat koperasi di Indonesia juga
mencoba mengevaluasi keberhasilan koperasi di NM. Misalnya, model-model
keberhasilan koperasi di dunia umumnya berangkat dari tiga kutub besar, yaitu
konsumen seperti di Inggris, kredit seperti di Perancis dan Belanda dan produsen
yang berkembang pesat di daratan Amerika, khususnya AS dan di beberapa negara
di Eropa. Dari evaluasinya, melihat ada beberapa syarat agar koperasi bisa maju,
yakni: (i) skala usaha koperasi harus layak secara ekonomi; (ii) koperasi harus
memiliki cakupan kegiatan yang menjangkau kebutuhan masyarakat luas, kredit
(simpan-pinjam) dapat menjadi platform dasar menumbuhkan koperasi;( iii) posisi
koperasi produsen yang menghadapi dilema bilateral monopoli menjadi akar
memperkuat posisi tawar koperasi; dan pendidikan dan peningkatan teknologi
menjadi kunci untuk meningkatkan kekuatan koperasi (pengembangan SDM)
[ CITATION Soe03 \l 1033 ]

Bibliography
Cocolina, C. Q. (2016). Cooperatives Europe Key Figure. Brussels: Cooperatives
Europe.
Hendar, & Kusnadi. (2005). Ekonomi Koperasi. Jakarta: FE-UI.
Keeling, J. J. (2005). Lesson in Cooperatives Failure: The Rice Growers Association
Experience. California: University of California.
Loyd, B. (2001). Positioning for Permonace: Reshaping Co-ops for Sucess in the
21st Century. Farmer Cooperative Conference. Las Vegas: McKinsey &
Company.
Mckenna, T. (2001). What's the Value of Cooperatives. Farmer Cooperatives
Conference. Las Vegas.
Mutis, T. (2001). Satu Nuansa, Demokrasi Ekonomi dan Ekonomi Kerakyatan.
Jakarta: Kompas.
Nello, S. S. (2000). The Role of Agricultural Cooperatives in the European Union:
A Strategy for Cypriot Accession? Florence: European University Institute.
Peterson, C. (2005). Searching for a Cooperative Competitive Advantage.
Michigan: Michigan State University.
Pitman, L. (2005). Cooperatives in Wisconsin. Wisconsin: University of Wisconsin.
Rahardjo, D. M. (2002). Apa Kabar Koperasi Indonesia. Jakarta: Kompas.
Raharjahadikusuma, R. S. (2001). Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Ropke, J. (1985). The Economic Theory of Cooperative Enterprises in Developing
Countries With Special Reference of Indonesia. Marburg: University of
Marburg.
Soetrisno, N. (2003). Koperasi Indonesia : Potret dan Tantangan. Jurnal Ekonomi
Rakyat, 5.
Soetrisno, N. (2003). Pasang Surut Perkembangan Kopeasi di Dunia dan
Indonesia. Jakarta.
Tambunan, T. T. (2009). Kenapa Koperasi di Negara-Negara Kapitalis/SemiKapitalis Lebih Maju? Jakarta: Universitas Trisakti.

Website

http://presidenri.go.id/berita-aktual/laporan-3-tahun-pemerintahan-jokowi-jk-sektor-koperasidan-ukm.html
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/07/31/223548226/bappenas-dorong-kontribusikoperasi-terhadap-perekonomian
https://kompas.id/baca/ekonomi/2017/07/10/perkembangan-koperasi-di-indonesia/
https://monitor.coop/
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3142137/ri-punya-209448-koperasi-hanyasatu-yang-masuk-300-terbaik-dunia
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3688341/kemenkop-ukm-bubarkan-40000koperasi-sakit
https://coopseurope.coop/
https://icaafrica.coop/en/media/library/the-africa-co-operative-development-strategy-20172020
https://icaafrica.coop/en/media/library/2nd-africa-cooperative-conference-and-12th-regionalassembly-october-2016-report
http://ekonomi.kompas.com/read/2016/01/28/134603626/Jumlah.Koperasi.di.Indonesia.Terba
nyak.di.Dunia.Tapi.SUmbangan.ke.PDB.Sangat.Kecil
https://www.aciamericas.coop/Facts-figures-4472
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-koperasi/