PERKEMBANGAN TEKNOLOGI OPAC PADA GENERAS

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI OPAC PADA GENERASI KETIGA DI
PERPUSTAKAAN

Resna Rusnianasari
1600013
Prodi Perpustakaan dan Ilmu Informasi
Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
[email protected]

LATAR BELAKANG
Seiring kemajuan teknologi yang sangat canggih, maka pada saat ini teknologi
informasi digunakan di perpustakaan. Perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat informasi
harus selalu mengikuti jamannya agar banyak dikunjungi oleh pemustaka. Kita ketahui,
perpustakaan saat ini harus oriented user . Dimana tujuan pelayanan perpustakaan bukan
semata-mata untuk mencari keuntungan tetapi untuk melayani kebutuhan informasi dari
pemustaka. Tetapi saat ini, banyak beberapa pemustaka yang berpindah hatinya ke sumber
informasi lainnya seperti internet. Penulis sering melihat pemustaka di perpustakaan tertentu
terkait masalah perpustakaan salah satunya ialah teknologi OPAC yang digunakan di
perpustakaan tidak sepenuhnya dapat memuaskan kebutuhan informasi dari koleksi yang
dibutuhkannya. OPAC sendiri yaitu katalog online yang berfungsi sebagai sarana

penelusuran terkait koleksi yang akan kita cari sehingga dari OPAC kita bisa mengetahui
koleksi yang kita butuhkan disimpan di rak nomor berapanya.
Oleh karena itu, perlunya kita mengetahui karakteristik OPAC 2.0 dan OPAC 3.0 agar
kita dapat mengetahui manakah yang bisa dijadikan indikator keberhasilan terhadap kepuasan
pemustaka. Karakteristik dari tiap-tiap teknologi opac 2.0 dan opac 3.0 tersebut diharapkan
bisa diterapkan dan dikembangkan di perpustakaan. Selain itu, pemustaka bisa mencari
koleksi dengan cepat, akurat dan tepat. Dalam artikel ini, penulis akan membahas
perkembangan teknologi opac dan kebutuhan informasi dari pemustaka.
METODE
Metode yang digunakan dalam artikel ilmiah ini yaitu studi literatur. Studi literatur
juga dikenal dengan studi kepustakaan. “Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengolah bahan penelitian” (Zed, 2008, hlm. 3). Jadi bisa disimpulkan bahwa studi literatur
yaitu mengkaji sebuah permasalahan dengan menggunakan dan menganalisis bahan pustaka,

jurnal, dan sumber informasi lainnya yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti oleh
peneliti. Sehingga dengan menggunakan metode ini akan menemukan solusi dari
permasalahan yang ditelitinya dan peneliti bisa menentukan hipotesisnya juga bisa
menghasilkan sebuah gagasan maupun pendapat terkait permasalahan yang sedang dikajinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Katalog perpustakaan merupakan alat bantu untuk memudahkan dalam penelusuran
informasi bagi pemustaka yang ingin menemukan informasi terkait koleksinya yang terdapat
pada perpustakaan. Kita ketahui, perkembangan OPAC tentunya akan menjadi sejarah bagi
keilmuan perpustakaan karena awal mulanya katalog hanya menggunakan katalog manual
berupa kartu-kartu, tetapi pada saat ini sudah diintegrasikan dengan penggunaan teknologi
yakni adanya katalog online atau lebih dikenal dengan sebutan OPAC ( Online Public Access
Catalog). Perkembangan web juga mempengaruhi paradigma perpustakaan ketika
perpustakaan mengadopsi konsep web 1.0, 2.0, dan 3.0. Ini juga ada kaitannya dengan pola
perilaku pencarian informasi dari pemustaka. Dari karakteristik yang dimiliki pada tiap-tiap
generasi OPAC ke 1, ke 2, dan ke 3 tentunya memiliki perbedaan dan pastinya pada generasi
OPAC ketiga menyempurnakan generasi opac pada sebelum-sebelumnya. Sehubungan
dengan pernyataan dari de Rosa et al (2011) bahwa “sebagian besar pencarian informasi
dimulai melalui mesin pencari”. Kita ketahui, bahwa mesin pencari seperti Google, Yahoo dll
bisa mengalahkan OPAC yang ada di perpustakaan. Oleh karena itu, perpustakaan harus
bertransformasi menggunakan opac generasi ketiga pada jaman ini karena didalamnya
menyajikan 10 karakteristik yang akan memberikan kepuasan bagi pemustaka dalam
memperoleh informasi dari koleksi yang dibutuhkannya.
Ini juga sebagai tantangan pustakawan untuk terus mengikuti jamannya. Dengan
demikian, pustakawan perlu mengangkat konsep web dari 3.0. Tetapi perlu kita ketahui,
bagaimana perkembangan web 1.0 sampai kepada web 3.0 bahkan ada web 4.0? Tetapi,

disini penulis lebih fokus web 1.0 sampai ke web 3.0. Pada web 1.0 dimana pemustaka hanya
bisa menerima dari transferan informasinya saja tanpa adanya kontribusi dari pemustaka
didalamnya. Sedangkan pada web 2.0 diciptakan oleh O’Reilly pada 2004 dimana layanan
berbasis pada internet seperti jejaring sosial, alat komunikasi, wiki, dll sehingga di sini
pemustaka dapat berkolaborasi, berkontribusi dengan menyumbangkan pikiran dan
memberikan informasi terkait konten informasi tersebut. Jadi dalam web 2.0 adanya
partisipasi dari pemustaka sehingga bisa meningkatkan kualitas layanan perpustakaan. Pada
OPAC generasi ketiga lebih dikenal dengan adanya perkembangan teknologi semantik web
dan internet. Dimana OPAC harus dintegrasikan dengan web 3.0 untuk menghadapi
tantangan generasi pada dewasa ini. Ini bisa dijadikan peluang untuk perpustakaan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kepada pemustaka. Sehingga para pencari informasi akan
jatuh hati pada opac perpustakaan dibanding dengan sumber informasi lainnya. Eksistensi
opac akan tetap hidup bila perpustakaan mengikuti perkembangan IPTEK.

Sumber: https://lifeboat.com/ex/web.3.0
Tentunya perkembangan OPAC pada generasi ini sangat menarik dan juga menjadi
tantangan pustakawan dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuannya di bidang
teknologi. Perpustakaan harus dijadikan prioritas bagi pemustaka dalam pencarian terhadap
informasi yang dibutuhkannya. Sepuluh karakteristik OPAC generasi ketiga yang
dikemukakan oleh Breeding (2007) dalam Permadi (2014), adalah sebagai berikut:

Kode Parameter
P1

P2
P3

Penjelasan

A single point of entry Harus menyediakan tidak hanya rekord
to
all
library bibliografis dari semua bahan yang terdapat
information
dalam koleksi, tetapi juga teks lengkap dari
bahan elektronik, arsip elekronik dan bahan
perpustakaan lainnya.
State-of-the art web Tampilan yang menarik yang dapat memahami
interface
perilaku penelusur.
harus menampilkan tidak hanya rekord bibliografis,

Enriched Content
tetapi juga juga penjelasan (semacam ringkasan
isi/abstrak pendek), tinjauan oleh pakar/pengguna,
komentar & penilaian dari pengguna, maupun
daftar isi & gambar sampul.
Harus menyediakan sarana yang mewujudkan
pengguna, menyaring (refine) rekord yang
ditemukannya.

P4

Faceted Navigation

P5

Sample keyword search Harus menyediakan sarana penelusuran
box
sederhana sebagaimana digunakan oleh mesin
pencari internet pada umumnya.
Relevancy

Temuan penelusuran dimana rekord yang
relevan ditampilkan paling awal.
Did you mean..?
Memberitahu penelusur apabila ada ejaan
sintaks yang diketiknya salah dan sekaligus
menyarankan ejaan yang seharusnya.
Recommendations and Memberitahu penelusur mengenai bahan lain
related materials
yang relevan dengan kebutuhannya.

P6
P7

P8

P9

P10

User

contribution- Memberikan kesempatan kepada pemustaka
ratings,
reviews, untuk memberi informasi berupa komentar,
comments, and tagging tinjauan, kritik dll yang berkaitan dengan bahan
koleksi perpustakaan.
RSS Feed
Memberitahu pemustaka jika ada bahan
pustaka yang baru dibelinya.

Berdasarkan karakteristik pada OPAC generasi ketiga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pemustaka. Walaupun, penulis mengetahui beberapa perpustakaan
yang ada di Indonesia tidak sepenuhnya memenuhi 10 karakteristik generasi opac ketiga.
Dalam memenuhi kebutuhan informasi, menunjang pembelajaran di kelasnya dan
pembelajaran mandiri, pemustaka dapat menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki
terbatas, maka dari itu membutuhkan informasi untuk menyempurnakan pengetahuan yang
dimilikinya. Menurut Khulthau dalam Suwanto (1997, hlm. 19), “kebutuhan informasi
muncul karena adanya gap (kesenjangan informasi) antara informasi yang dimiliki oleh
seseorang dan informasi yang dibutuhkannya”. Maksudnya OPAC bisa memberikan
informasi terkait koleksi yang sedang dibutuhkan pemustaka. Oleh karena itu, diharapkan
karakteristik dari OPAC generasi ketiga dapat diterapkan dan dikembangkan di perpustakaan

agar kebutuhan akan informasi bisa terpenuhi.
Selain itu juga sebelum penelusuran terhadap OPAC dilaksanakan, sebaiknya
pustakawan mengarahkan pemustaka bagaimana perilaku pencarian informasi yang baik dan
benar. Sebagaimana Ellis (dalam Yusuf, 2010, hlm. 105), mengemukakan karakteristik
perilaku pencarian informasi yakni sebagai berikut : starting,
chaining, browsing,
differentiating, Monitoring, extracting, verifying, dan ending. Perlu diketahui juga hambatan
dari perilaku informasi dalam konteks OPAC yakni dipengaruhi oleh faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yaitu salah satunya ketidakmampuan pemustaka dalam
memanfaatkan fasilitas dalam hal ini yakni OPAC. Sedangkan faktor eksternal yaitu Sarana
OPAC yang kurang memadai dan keterbatasan koleksi yang dimiliki perpustakaan. Dengan
demikian, perpustakaan diharapkan bisa menerapkan opac generasi ketiga di perpustakaanya
supaya bisa meningkatkan kualitas layanan dan memenuhi kebutuhan informasi dari
pemustaka.
KESIMPULAN
Dengan demikian, khususnya bagi pustakawan ini menjadi tantangan tersendiri
bagaimana agar pemustaka merasakan kenyamanan dan puas terhadap informasi terkait
koleksi yang dihadirkan dari OPAC di perpustakaan. Sesuai pembahasan yang dijelaskan
diatas bahwa perkembangan teknologi OPAC sudah sampai pada generasi ketiga. Kita
ketahui, bahwa perkembangan web 1.0 lebih kepada creator informasinya seperti penerbit

yang memberikan informasinya saja, sedangkan pada web 2.0 bukan saja penerbit yang
hanya bisa memberikan informasi, tetapi kita pun sebagai reader bisa berpartisipasi dalam
sumbangasih terhadap informasi tersebut, dan pada web 3.0 dimana web ini dikenal dengan
web semantic maksudnya web akan tetap eksis jika web dan internet menjadi kebutuhan

dalam hidupnya. Selain itu, pada web 3.0 dikenal dengan natural language dimana web bisa
memahami bahasa dari manusia.
Generasi opac ketiga ini mempunyai 10 karakteristik. Salah satu yang membuat
menarik bagi penulis dari 10 karakteristik itu salah satunya adanya reviewer terhadap bahan
pustaka, rekomendasi serta memberikan informasi yang paling relevan yang sedang dicari
oleh kita, sehingga memudahkan pemustaka dalam memverifikasian terhadap koleksi yang
benar-benar dibutuhkan.
Pada jaman ini, jangan hanya menggunakan web sebagai peluang atau promosi
perpustakaan, tetapi juga agar tidak ketinggalan jaman perpustakaan perlu membuat aplikasi
baik berupa mobile library maupun mobile OPAC untuk meningkatkan kepuasan pemustaka.
Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
mendesain aplikasi pada mobile sampai pada pengembangan dari aplikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, T., Kusuma, W.A., & Sudjana, J.G. (2014). Perancangan Next Generation Opac
Berbasis Library 2.0. Jurnal Pustaka wan Indonesia, 13(1), 1-8. Tersedia dalam

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpi/article/view/8767/6847 Diakses pada 30 Maret 2018.
Breeding, M. (2007). Introduction to “Next Generation Library Catalogs: Library
Technology Reports, 43(4), 5-14.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. (2015). Panduan Penyusunan Studi
Literatur.
Mojokerto:
LPPM.
Tersedia
dalam
http://poltekkesmajapahit.ac.id/downlot.php%3Ffile%3PANDUAN%2520PENYUSUNAN%
2520STUDI%2520LITERATUR.pdf Diakses pada 30 Maret 2018.
Rifai, A. (2014). Pengembangan Perpustakaan Akademik Berbasis Library 3.0. Jurnal Iqra’,
8(2).
Solehat, D.S., Rusmono, D., & Rullyana, G. (2016). Information Seeking Behaviour Student
in Foreign Language Education Student in Indonesia University of Education. Jurnal Edulib,
6(1), 51-67. Tersedia dalam http://ejournal.upi.edu/index.php/edulib/article/view/5002/3567
Diakses pada 29 Maret 2018.
Suwanto, S.A. (1997). Kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dosen fakultas
kedokteran undip dan Unissula semarang. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas
Indonesia, Bandung. Tersedia dalam http://eprints.undip.ac.id19618/1/sriati-tesis.pdf Diakses

pada 30 Maret 2018.
Yusup, P.M. & Subekti, P. (2010). Teori dan Praktik Penelusuran Informasi: Information
Retrieval. Bandung: Kencana Pranata Media Grup.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124