PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN B
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
PT. KINO INDONESIA
Muhamad Permana Laksana*, Dr. Badrus Zaman,S.T., M.T.
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang 50275 Indonesia
ABSTRAK
PT. Kino Indonesia merupakan industri kosmetik dan household. Dari setiap kegiatan prosesnya,
perusahaan tersebut menghasilkan limbah yang harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan, salah satunya adalah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
PT Kino indonesia telah berupaya melakukan pengelolaan limbah B3 agar sesuai dengan UU RI nomor
32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan berpedoman pada PP nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Usaha pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan oleh PT Kino Indonesia meliputi pengurangan limbah, pengumpulan limbah, penyimpanan
limbah, dan pengangkutan limbah. Sedangkan pengolahan limbah dilakukan oleh pihak ketiga yang telah
menjalin kerjasama. Untuk mengetahui kualitas pengelolaan limbah B3 di PT Kino Indonesia, perlu
dilakukan evaluasi dengan cara membandingan usaha pengelolaan limbah B3 yang telah ada dengan
peraturan dan standar dari pemerintah Republik Indonesia.
ABSTRACT
PT.Kino Indonesia is a cosmetics and household industry. Any of activity the process, the company
produces waste that must be managed well to avoid negative impact on the environment, one of which is
hazardous waste toxic and materials (B3). PT Kino Indonesia has tried to waste management B3 to
conform to Act RI Number 32 in 2009 on the management environmental and based on Government
Regulation Number 101 in 2014 number of waste management toxic and hazardous materials (B3). Waste
management business B3 done by PT Kino Indonesia covering the reduction of waste, the collection of
waste, storage waste, and transportation waste. While sewage treatment carried out by the third party that
have established cooperation. To know the quality of waste management B3 PT Kino Indonesia, need to
the assessment by compare waste management existing b3 with the regulation and standards of the
Indonesian government.
Keywords : Cosmetics and Household Industry, Hazardous Waste, Hazardous Waste Management
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki
jumlah penduduk yang tinggi yaitu
mencapai 250 juta jiwa, hal ini menjadi
pasar yang menjanjikan bagi perusahaan
kosmetik dan household. Selain itu juga
persentase pertumbuhan kosmetik di
Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, sehingga industri kosmetik
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
secara
ekonomi
dapat
membantu
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
PT. Kino Indonesia. PT. Kino Indonesia
adalah industri yang menghasilkan produk
berupa kosmetik dan household dan
memiliki kapasitas produksi per tahunnya
sebanyak 8.116.945 karton. Disamping
menghasilkan produk berupa kosmetik dan
household yang banyak, kegiatan produksi
di PT. Kino Indonesia juga menghasilkan
limbah B3.
Keberadaan limbah B3 yang dihasilkan dari
berbagai kegiatan produksi membutuhkan
perhatian besar, karena kerugian yang akan
ditimbulkannya apabila limbah tersebut
tidak dikelola dan tidak diolah dengan baik.
Sesuai dengan
namanya, limbah
B3
bersifat bahaya dan beracun, sehingga
pengelolaan dan pengolahannya pun harus
dilakukan dengan perlakuan khusus.
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 59 dijelaskan
bahwa setiap orang yang menghasilkan
limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
tehadap limbah B3 yang dihasilkannya.
Selain itu, menurut PP No. 101 tahun 2014,
kegiatan pengelolaan dapat meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
dan penimbunan.
Namun PT. Kino Indonesia belum memiliki
izin terkait pengolahan limbah B3 sendiri,
sehingga limbah B3 yang telah dihasilkan
diserahkan kepada pihak ketiga untuk
selanjutnya diolah. Karena itu, PT. Kino
Indonesia memiliki kewajiban yang besar
dalam hal pengelolaan limbah B3,
mencakup
proses
pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan
dan pemanfaatan. Dari kondisi eksisting
inilah PT. Kino Indonesia cocok untuk
dijadikan tempat kerja praktik dengan
melakukan evaluasi terhadap kegiatan
pengelolaan limbah B3 yang mengacu pada
berbagai peraturan berlaku.
2.Tinjauan Pustaka
Pengertian limbah B3 menurut United
Nations Environment Programme dalam
LaGrega et al.(1994)menyatakan bahwa
limbah B3 merupakan limbah (baik dalam
bentuk padatan, lumpur, cair atau gas) selain
limbah radioaktif dan infeksious yang
karena sifat kimiawinya atau beracun,
mudah meledak, korosif, dan karakteristik
lainnya menyebabkan bahaya bagi kesehatan
atau lingkungan, baik itu dalam jumlah
sedikit maupun saat bercampur dengan zat
kimia lainnya.
Limbah yang berbahaya juga dapat dilihat
dari karakteristik dan sifat toksikologinya.
Setiap negara memiliki peraturan yang
berbeda-beda dalam mengkarakterisasi
limbah B3. Karakteristik limbah B3 di
Indonesia dicantumkan dalam PP No.
101/2014.
Selain itu juga limbah harus diidentifikasi
apakah termasuk ke dalam limbah B3 atau
limbah non-B3, agar dapat disesuaikan
pengelolaannya. Dalam PP 101/2014,
limbah B3 dapat diidentifikasi menurut
sumber, uji
karakteristik, dan uji
toksikologi.
Ketentuan
tentang
pengemasan
dan
pewadahan di Indonesia mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2014 dan Kep–01/Bapedal/09/1995. Pada
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2014 dijelaskan bahwa Pengemasan Limbah
B3 dilakukan dengan menggunakan
kemasan yang sesuai dengan karakteristik
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
Limbah B3, mengukung Limbah B3,
Memiliki penutup yang kuat dan berada
dalam kondisi yang baik. Sedangkan
berdasarkan Kep–01/Bapedal/09/1995 alat
pengemas yang umum digunakan adalah
drum baja, kotak kayu, drum fiber, botol
gelas dan sebagainya, keterangan alat
pengemas ini perlu dicantumkan dalam surat
pengangkutan.
Kemasan
yang
digunakan
untuk
pengemasan limbah B3 yang berbentuk
drum atau tong umumnya memiliki ukuran
50 liter, 100 liter, dan 200 liter. Sedangkan
yang berbentuk bak kontainer berpenutup
3
3
memiliki kapasitas 2 m³, 4 m , dan 8 m .
Dan juga kemasan dapat terbuat dari bahan
plastik (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan
logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316,
atau SS440) dengan syarat bahan kemasan
yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi
dengan limbah B3 yang disimpannya.
Setiap kemasan limbah B3 wajib diberi
simbol dan label yang menunjukkan
karakteristik dan jenis limbah B3, maka dari
itu dibutuhkan standar bagi pelabelan dan
simbol agar dapat dimengerti secara luas
oleh pihak – pihak yang terkait dengan
pengelolaannya yang mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol
dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Kegiatan penyimpanan limbah B3 wajib
memiliki
izin
operasi,
yaitu
izin
penyimpanan limbah B3, dari Kementerian
Lingkungan Hidup. Menurut PP 101/2014,
penghasil limbah B3 dapat menyimpan
limbah B3 paling lama 90 hari apabila
limbah tersebut dihasilkan lebih dari 50
kilogram per hari. Sedangkan limbah B3
yang dihasilkan kurang dari 50 kilogram per
hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan
limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari 90
hari.
3.Metodologi
Kerja praktik ini dilaksanakan di PT Kino
Indonesia selama 30 hari kerja yang dimulai
dari tanggal 24 Agustus – 23 September
2015. Dalam keseluruhan pelaksanaan kerja
praktik ini, terdapat tiga tahapan yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan dan penyusunan
laporan.
Dalam menyusun laporan kerja praktik ini
diperlukan data primer dan sekunder.
Motode untuk mengumpulkan data yang
dipergunakan adalah observasi lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan
teknik dalam menganalisis data yang telah
didapatkan adalah dengan menggunakan
metode deskriptif dan kompB3aratif.
4.Hasil dan Pembahsan
Jenis dan Jumlah Limbah
Limbah yang dihasilkan pada PT Kino
Indonesia berasal dari kegiatan produksi dan
non-produksi dan berasal dari seluruh area
produksi. Berdasarkan data limbah B3 yang
dihasilkan, PT Kino Indonesia telah
mengikuti aturan dalam lampiran I PP no.
101 tahun 2014 tentang sumber-sumber
limbah B3 pada industri sabun detrgen/
produk pembersih desinfektaan/ kosmetik.
Tabel 1. Limbah B3 di PT. Kino
Indonesia
Jenis Limbah B3
Sifat
Total (ton)
Sludge IPAL
Beracun
20,68
Reject Product
Beracun
74,22
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
Jenis Limbah B3
Sifat
Total (ton)
Solvent Bekas
Beracun
16,77
Lampu Bekas
Beracun
-
Oli Bekas
Beracun
-
Material
Terkontaminasi
Beracun
-
Total
111,67
Pengurangan Limbah B3
Kegiatan pengurangan limbah B3 yang
dilakukan pada dasarnya merupakan proses
penguapan yang dilakukan oleh destilator,
hasil dari pengolahan yang dilakukan oleh
destilator dinamakan destilat. Destilat ini
digunakan kembali untuk melakukan
pencucian pada produk PT. Kino Indonesia,
kegiatan ini dilakukan sebanyak 3 kali dari
awal solvent bekas diproduksi.
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah
B3
TPS limbah B3 yang dimiliki oleh PT Kino
Indonesia berukuran panjang 18 meter, lebar
5 meter dan tinggi 5 meter, dan terletak pada
o
o
koordinat 06 58’ 94” LS dan 106 50’ 77”
BT.
TPS limbah B3 didirikan berdasarkan
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup
Nomor : 503/Kep. 366-BLH/2015 tentang
Pemberian Ijin Penyimpanan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun kepada PT Kino
Indonesia dengan mengikuti persyaratan
yang dicantumkan di dalam Keputusan
Kepala
Bapedal
Nomor
Kep01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Pada bangunan TPS limbah B3 hanya
terdapat satu pintu utama yang berfungsi
untuk akses masuk dan keluar jalan. Bagian
depan bangunan TPS limbah B3 juga diberi
berbagai macam simbol dan papan nama
yang menunjukan bahwa tempat tersebut
merupakan TPS limbah B3. Dan juga pada
TPS limbah B3 hanya terdapat satu ruangan
dan tidak terdapat sekat/tanggul untuk
memisahkan karakteristik yang berbeda
antar jenis limbah B3.
TPS juga memiliki satu buah safety shower
dan eye wash di bagian dalam bangunan.
Letak kedua safety shower dan eye wash
mudah dijangkau dan masih berfungsi
dengan baik. Selain itu, terdapat pula
fasilitas APAR berisi CO2 didalam TPS
namun jumlahnya hanya satu dan sebuah
kotak P3K.
Pewadahan dan Simbol Limbah B3
Jenis kemasan yang digunakan untuk
menyimpan limbah di TPS ada empat
macam, yaitu drum berukuran 200 liter,
karung 25 kg, drum plastik 150 liter, dan
drum plastik 200 liter. Drum logam 200 liter
digunakan untuk menyimpan product
reject (cair dan padat); sludge gel dan
sludge IPAL, karung 25 kg digunakan
untuk mengemas sludge IPAL, tong plastik
150 liter untuk menyimpan reject product
cair B3, sementara tong plastik 200 liter
digunakan untuk menyimpan solvent bekas.
Sebelum tiba di TPS, limbah B3 sudah
dikemas dalam drum oleh pihak unit
penghasil limbah yang berada pada PT.
Kino Indonesia. Untuk menentukan berat
biasanya pihak HSE PT. Kino Indonesia
mengonversi satuan yang dipakai oleh unit
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
menjadi kilogram, biasanya pihak unit
penghasil limbah melaporkan total limbah
dalam satuan drum.
Kondisi wadah limbah B3 di TPS terbuat
dari bahan yang aman, sesuai dengan
karakteristik limbah B3 yang ditampungnya.
Bahan wadah dan kemasanpun tidak akan
bereaksi dengan limbah B3. Namun, masih
ada beberapa wadah, seperti drum berukuran
200 liter yang kondisinya sudah berkarat dan
sudah rusak tetapi masih digunakan untuk
menyimpan limbah B3.
dengan sistem blok dan menggunakan palet
berbahan kayu. Masing-masing palet berisi
sebanyak 2x2 buah wadah atau drum. Jarak
antar blok di sisi kanan dan kiri belum
sebesar 60 cm. Setiap satu blok ke belakang
terdiri dari satu jenis limbah B3 yang sama.
Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan limbah B3 yang ada di PT
Kino Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
pengangkutan eksternal dan pengangkutan
internal.
1.Pengangkutan Internal
Simbol dan label diletakkan pada setiap
wadah penyimpanan limbah B3 di TPS
limbah B3. Pemasangan simbol dan label di
TPS limbah B3 PT Kino Indonesia
menggunakan stiker berukuran 15 x 15 cm
yang dipasang sesuai dengan karakteristik
atau sifat limbah B3 didalam wadah.
Pemasangan label dengan stiker berukuran
10 x 15 cm juga dilakukan untuk seluruh
wadah penyimpanan limbah B3. Label berisi
keterangan Jenis limbah B3, penghasil
limbah B3, tanggal dihasilkan dan tanggal
pengemasan. Informasi pada label diisi oleh
petugas TPS sesuai dengan data limbah B3
yang ada pada logbook.
Setelah pengangkutan limbah B3, pihak unit
penghasil limbah harus membuat berita
acara penyerahan limbah B3 yang isinya
meliputi keterangan jenis, sumber, dan
kuantitas limbah. Berita acara tersebut
berfungsi untuk pencatatan neraca massa
limbah B3.
Penyimpanan Limbah B3
2.Pengangkuta Eksternal
Sebelum disimpan, limbah yang masuk ke
TPS harus diketahui asal dan kuantitasnya
melalui ‘Berita Serah Terima Limbah B3’
lalu dicatat pada logbook oleh pegawai
pengelola TPS limbah B3. Pencatatan ini
befungsi selain sebagai keterangan pada
label, juga untuk rekapitulasi neraca massa
limbah B3. Limbah B3 yang disimpan di
TPS hanya boleh disimpan maksimal selama
90 hari, atau boleh lebih dari 90 hari apabila
limbah yang dihasilkan lebih dari 50 kg
perhari.
Wadah limbah B3 disusun dan ditata
Pengangkutan
eksternal
adalah
pengangkutan limbah B3 dari TPS di PT
Kino Indonesia menuju lokasi pihak ketiga
untuk kemudian dilakukan kegiatan
pengolahan limbah B3.
Pengangkutan Internal yaitu pengangkutan
limbah B3 yang terjadi dari unit penghasil
limbah B3 menuju TPS limbah B3. Limbahlimbah B3 diangkut dengan menggunakan
kendaraan forklift.
Pengangkutan eksternal dilakukan oleh
pihak ketiga menggunakan kendaraan truk
pengangkut atau disebut dengan transporter .
Ketersediaan transporter tergantung dari
pihak PT Kino Indonesia, apakah menunjuk
pihak ketiga pengolah B3 untuk mengangkut
limbah B3 atau menunjuk pihak ketiga
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
lainnya untuk hanya mengangkut limbah B3
ke lokasi pengolahan limbah B3.
PT Kino Indonesia telah melengkapi
kegiatan pengangkutan dengan adanya
dokumen limbah B3 (Hazardous Waste
Manifest). Dokumen ini berisi informasi
mengenai penghasil limbah B3, informasi
lengkap mengenai limbah B3 yang diangkut,
instruksi penanganan limbah B3, tanggal
dan tujuan pengangkutan, informasi
mengenai pihak pengangkut limbah B3, dan
informasi
mengenai
peusahaan
pengolah/pengumpul/pemanfaat limbah B3.
Dokumen ini harus diisi lengkap saat
melakukan kegiatan pengangkutan dan
dibawa dari tempat asal pengangkutan
hingga ke tempat tujuan akhir.
Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh
PT Kino Indonesia meliputi pengurangan,
pewadahan, pelabelan, penyimpanan dan
pengangkutan. Limbah B3 yang melalui
proses pengurangan adalah solvent bekas
dimana limbah tersebut akan di destilasi
sebanyak 3-4 kali agar bisa digunakan
kembali. Sementara limbah B3 lainnya,
setelah dihasilkan akan langsung ke tempat
penyimpanan sementara limbah B3 yang
dikumpulkan tidak lebih dari 90 hari.
Setelah itu akan dikirimkan ke pihak ketiga
melalui jasa transporter
.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Program
Selain itu juga berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat no.
725 Tahun 2004 bahwa pengangkutan
limbah B3 dalam bentuk non curah seperti
kemasan dalam bentuk botol, drum, jerigen,
tong, kantong, kotak/peti, dan kemasan
gabungan
dapat
diangkut
dengan
menggunakan kendaraan pengangkut biasa
sepanjang keamanan bahan berbahaya dan
beracun dapat dijamin selama dalam
perjalanan dengan menggunakan kemasan
tersebut.
5.Kesimpulan
Limbah B3 di PT. Kino Indonesia terdapat 6
macam, namun selama periode KP limbah
yang dihasilkan hanya 3 macam saja yaitu
sludge IPAL, solvent bekas dan reject
product. Jumlah yang dihasilkan pada
pelaksanaan periode KP tersebut adalah
111,67 ton. 3 jenis limbah lagi belum dapat
diketahui berapa jumlahnya dikarenakan
belum adanya pencatatan yang dilakukan
oleh PT Kino Indonesia.
Studi
Teknik
Lingkungan
ITB:
Bandung
Dirjen Perhubungan Darat. 2004. Keputusan
No.
725
:
Penyelenggaraan
Pengangkutan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di Jalan. Republik
Indonesia
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 1:
Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan
Limbah
Bahan
dan
Pengumpulan
Berbahaya
dan
Beracun. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Republik Indonesia
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 2:
Dokumen Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Badan Pengendalian
Dampak
Lingkungan
Republik
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
Indonesia
US
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 3:
Persyaratan
Limbah
Teknis
Bahan
Pengelolaan
Berbahaya
dan
Beracun. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Republik Indonesia
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 4:
Tata
Cara
Penimbunan
dan
Persyaratan
Hasil
Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan
dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
Republik Indonesia
Lagrega, M.D., Buckingham, P.L., dan
Evans, J.C. 1994. Hazardous Waste
Management. McGraw-Hill : New
York, USA
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2008.
Peraturan
Limbah
No.
Bahan
02:
Pemanfaatan
Berbahaya
dan
Beracun. Republik Indonesia
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2013.
Peraturan No. 14: Simbol dan Label
Limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun. Republik Indonesia
Pemerintah
Republik
Peraturan
Limbah
No.
Bahan
Indonesia.
101:
2014.
Pengelolaan
Berbahaya
Beracun. Republik Indonesia
dan
EPA.
Chapter
III
:
Managing
Hazardous Waste, RCRA Subtitle C .
Environmental Protect Agency USA
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
PT. KINO INDONESIA
Muhamad Permana Laksana*, Dr. Badrus Zaman,S.T., M.T.
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang 50275 Indonesia
ABSTRAK
PT. Kino Indonesia merupakan industri kosmetik dan household. Dari setiap kegiatan prosesnya,
perusahaan tersebut menghasilkan limbah yang harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan, salah satunya adalah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
PT Kino indonesia telah berupaya melakukan pengelolaan limbah B3 agar sesuai dengan UU RI nomor
32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan berpedoman pada PP nomor 101 tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Usaha pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan oleh PT Kino Indonesia meliputi pengurangan limbah, pengumpulan limbah, penyimpanan
limbah, dan pengangkutan limbah. Sedangkan pengolahan limbah dilakukan oleh pihak ketiga yang telah
menjalin kerjasama. Untuk mengetahui kualitas pengelolaan limbah B3 di PT Kino Indonesia, perlu
dilakukan evaluasi dengan cara membandingan usaha pengelolaan limbah B3 yang telah ada dengan
peraturan dan standar dari pemerintah Republik Indonesia.
ABSTRACT
PT.Kino Indonesia is a cosmetics and household industry. Any of activity the process, the company
produces waste that must be managed well to avoid negative impact on the environment, one of which is
hazardous waste toxic and materials (B3). PT Kino Indonesia has tried to waste management B3 to
conform to Act RI Number 32 in 2009 on the management environmental and based on Government
Regulation Number 101 in 2014 number of waste management toxic and hazardous materials (B3). Waste
management business B3 done by PT Kino Indonesia covering the reduction of waste, the collection of
waste, storage waste, and transportation waste. While sewage treatment carried out by the third party that
have established cooperation. To know the quality of waste management B3 PT Kino Indonesia, need to
the assessment by compare waste management existing b3 with the regulation and standards of the
Indonesian government.
Keywords : Cosmetics and Household Industry, Hazardous Waste, Hazardous Waste Management
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki
jumlah penduduk yang tinggi yaitu
mencapai 250 juta jiwa, hal ini menjadi
pasar yang menjanjikan bagi perusahaan
kosmetik dan household. Selain itu juga
persentase pertumbuhan kosmetik di
Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat, sehingga industri kosmetik
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
secara
ekonomi
dapat
membantu
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
PT. Kino Indonesia. PT. Kino Indonesia
adalah industri yang menghasilkan produk
berupa kosmetik dan household dan
memiliki kapasitas produksi per tahunnya
sebanyak 8.116.945 karton. Disamping
menghasilkan produk berupa kosmetik dan
household yang banyak, kegiatan produksi
di PT. Kino Indonesia juga menghasilkan
limbah B3.
Keberadaan limbah B3 yang dihasilkan dari
berbagai kegiatan produksi membutuhkan
perhatian besar, karena kerugian yang akan
ditimbulkannya apabila limbah tersebut
tidak dikelola dan tidak diolah dengan baik.
Sesuai dengan
namanya, limbah
B3
bersifat bahaya dan beracun, sehingga
pengelolaan dan pengolahannya pun harus
dilakukan dengan perlakuan khusus.
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 59 dijelaskan
bahwa setiap orang yang menghasilkan
limbah B3 wajib melakukan pengelolaan
tehadap limbah B3 yang dihasilkannya.
Selain itu, menurut PP No. 101 tahun 2014,
kegiatan pengelolaan dapat meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
dan penimbunan.
Namun PT. Kino Indonesia belum memiliki
izin terkait pengolahan limbah B3 sendiri,
sehingga limbah B3 yang telah dihasilkan
diserahkan kepada pihak ketiga untuk
selanjutnya diolah. Karena itu, PT. Kino
Indonesia memiliki kewajiban yang besar
dalam hal pengelolaan limbah B3,
mencakup
proses
pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan
dan pemanfaatan. Dari kondisi eksisting
inilah PT. Kino Indonesia cocok untuk
dijadikan tempat kerja praktik dengan
melakukan evaluasi terhadap kegiatan
pengelolaan limbah B3 yang mengacu pada
berbagai peraturan berlaku.
2.Tinjauan Pustaka
Pengertian limbah B3 menurut United
Nations Environment Programme dalam
LaGrega et al.(1994)menyatakan bahwa
limbah B3 merupakan limbah (baik dalam
bentuk padatan, lumpur, cair atau gas) selain
limbah radioaktif dan infeksious yang
karena sifat kimiawinya atau beracun,
mudah meledak, korosif, dan karakteristik
lainnya menyebabkan bahaya bagi kesehatan
atau lingkungan, baik itu dalam jumlah
sedikit maupun saat bercampur dengan zat
kimia lainnya.
Limbah yang berbahaya juga dapat dilihat
dari karakteristik dan sifat toksikologinya.
Setiap negara memiliki peraturan yang
berbeda-beda dalam mengkarakterisasi
limbah B3. Karakteristik limbah B3 di
Indonesia dicantumkan dalam PP No.
101/2014.
Selain itu juga limbah harus diidentifikasi
apakah termasuk ke dalam limbah B3 atau
limbah non-B3, agar dapat disesuaikan
pengelolaannya. Dalam PP 101/2014,
limbah B3 dapat diidentifikasi menurut
sumber, uji
karakteristik, dan uji
toksikologi.
Ketentuan
tentang
pengemasan
dan
pewadahan di Indonesia mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2014 dan Kep–01/Bapedal/09/1995. Pada
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun
2014 dijelaskan bahwa Pengemasan Limbah
B3 dilakukan dengan menggunakan
kemasan yang sesuai dengan karakteristik
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
Limbah B3, mengukung Limbah B3,
Memiliki penutup yang kuat dan berada
dalam kondisi yang baik. Sedangkan
berdasarkan Kep–01/Bapedal/09/1995 alat
pengemas yang umum digunakan adalah
drum baja, kotak kayu, drum fiber, botol
gelas dan sebagainya, keterangan alat
pengemas ini perlu dicantumkan dalam surat
pengangkutan.
Kemasan
yang
digunakan
untuk
pengemasan limbah B3 yang berbentuk
drum atau tong umumnya memiliki ukuran
50 liter, 100 liter, dan 200 liter. Sedangkan
yang berbentuk bak kontainer berpenutup
3
3
memiliki kapasitas 2 m³, 4 m , dan 8 m .
Dan juga kemasan dapat terbuat dari bahan
plastik (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan
logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316,
atau SS440) dengan syarat bahan kemasan
yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi
dengan limbah B3 yang disimpannya.
Setiap kemasan limbah B3 wajib diberi
simbol dan label yang menunjukkan
karakteristik dan jenis limbah B3, maka dari
itu dibutuhkan standar bagi pelabelan dan
simbol agar dapat dimengerti secara luas
oleh pihak – pihak yang terkait dengan
pengelolaannya yang mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol
dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Kegiatan penyimpanan limbah B3 wajib
memiliki
izin
operasi,
yaitu
izin
penyimpanan limbah B3, dari Kementerian
Lingkungan Hidup. Menurut PP 101/2014,
penghasil limbah B3 dapat menyimpan
limbah B3 paling lama 90 hari apabila
limbah tersebut dihasilkan lebih dari 50
kilogram per hari. Sedangkan limbah B3
yang dihasilkan kurang dari 50 kilogram per
hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan
limbah B3 yang dihasilkannya lebih dari 90
hari.
3.Metodologi
Kerja praktik ini dilaksanakan di PT Kino
Indonesia selama 30 hari kerja yang dimulai
dari tanggal 24 Agustus – 23 September
2015. Dalam keseluruhan pelaksanaan kerja
praktik ini, terdapat tiga tahapan yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan dan penyusunan
laporan.
Dalam menyusun laporan kerja praktik ini
diperlukan data primer dan sekunder.
Motode untuk mengumpulkan data yang
dipergunakan adalah observasi lapangan,
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan
teknik dalam menganalisis data yang telah
didapatkan adalah dengan menggunakan
metode deskriptif dan kompB3aratif.
4.Hasil dan Pembahsan
Jenis dan Jumlah Limbah
Limbah yang dihasilkan pada PT Kino
Indonesia berasal dari kegiatan produksi dan
non-produksi dan berasal dari seluruh area
produksi. Berdasarkan data limbah B3 yang
dihasilkan, PT Kino Indonesia telah
mengikuti aturan dalam lampiran I PP no.
101 tahun 2014 tentang sumber-sumber
limbah B3 pada industri sabun detrgen/
produk pembersih desinfektaan/ kosmetik.
Tabel 1. Limbah B3 di PT. Kino
Indonesia
Jenis Limbah B3
Sifat
Total (ton)
Sludge IPAL
Beracun
20,68
Reject Product
Beracun
74,22
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
Jenis Limbah B3
Sifat
Total (ton)
Solvent Bekas
Beracun
16,77
Lampu Bekas
Beracun
-
Oli Bekas
Beracun
-
Material
Terkontaminasi
Beracun
-
Total
111,67
Pengurangan Limbah B3
Kegiatan pengurangan limbah B3 yang
dilakukan pada dasarnya merupakan proses
penguapan yang dilakukan oleh destilator,
hasil dari pengolahan yang dilakukan oleh
destilator dinamakan destilat. Destilat ini
digunakan kembali untuk melakukan
pencucian pada produk PT. Kino Indonesia,
kegiatan ini dilakukan sebanyak 3 kali dari
awal solvent bekas diproduksi.
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah
B3
TPS limbah B3 yang dimiliki oleh PT Kino
Indonesia berukuran panjang 18 meter, lebar
5 meter dan tinggi 5 meter, dan terletak pada
o
o
koordinat 06 58’ 94” LS dan 106 50’ 77”
BT.
TPS limbah B3 didirikan berdasarkan
Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup
Nomor : 503/Kep. 366-BLH/2015 tentang
Pemberian Ijin Penyimpanan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun kepada PT Kino
Indonesia dengan mengikuti persyaratan
yang dicantumkan di dalam Keputusan
Kepala
Bapedal
Nomor
Kep01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Pada bangunan TPS limbah B3 hanya
terdapat satu pintu utama yang berfungsi
untuk akses masuk dan keluar jalan. Bagian
depan bangunan TPS limbah B3 juga diberi
berbagai macam simbol dan papan nama
yang menunjukan bahwa tempat tersebut
merupakan TPS limbah B3. Dan juga pada
TPS limbah B3 hanya terdapat satu ruangan
dan tidak terdapat sekat/tanggul untuk
memisahkan karakteristik yang berbeda
antar jenis limbah B3.
TPS juga memiliki satu buah safety shower
dan eye wash di bagian dalam bangunan.
Letak kedua safety shower dan eye wash
mudah dijangkau dan masih berfungsi
dengan baik. Selain itu, terdapat pula
fasilitas APAR berisi CO2 didalam TPS
namun jumlahnya hanya satu dan sebuah
kotak P3K.
Pewadahan dan Simbol Limbah B3
Jenis kemasan yang digunakan untuk
menyimpan limbah di TPS ada empat
macam, yaitu drum berukuran 200 liter,
karung 25 kg, drum plastik 150 liter, dan
drum plastik 200 liter. Drum logam 200 liter
digunakan untuk menyimpan product
reject (cair dan padat); sludge gel dan
sludge IPAL, karung 25 kg digunakan
untuk mengemas sludge IPAL, tong plastik
150 liter untuk menyimpan reject product
cair B3, sementara tong plastik 200 liter
digunakan untuk menyimpan solvent bekas.
Sebelum tiba di TPS, limbah B3 sudah
dikemas dalam drum oleh pihak unit
penghasil limbah yang berada pada PT.
Kino Indonesia. Untuk menentukan berat
biasanya pihak HSE PT. Kino Indonesia
mengonversi satuan yang dipakai oleh unit
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
menjadi kilogram, biasanya pihak unit
penghasil limbah melaporkan total limbah
dalam satuan drum.
Kondisi wadah limbah B3 di TPS terbuat
dari bahan yang aman, sesuai dengan
karakteristik limbah B3 yang ditampungnya.
Bahan wadah dan kemasanpun tidak akan
bereaksi dengan limbah B3. Namun, masih
ada beberapa wadah, seperti drum berukuran
200 liter yang kondisinya sudah berkarat dan
sudah rusak tetapi masih digunakan untuk
menyimpan limbah B3.
dengan sistem blok dan menggunakan palet
berbahan kayu. Masing-masing palet berisi
sebanyak 2x2 buah wadah atau drum. Jarak
antar blok di sisi kanan dan kiri belum
sebesar 60 cm. Setiap satu blok ke belakang
terdiri dari satu jenis limbah B3 yang sama.
Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan limbah B3 yang ada di PT
Kino Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
pengangkutan eksternal dan pengangkutan
internal.
1.Pengangkutan Internal
Simbol dan label diletakkan pada setiap
wadah penyimpanan limbah B3 di TPS
limbah B3. Pemasangan simbol dan label di
TPS limbah B3 PT Kino Indonesia
menggunakan stiker berukuran 15 x 15 cm
yang dipasang sesuai dengan karakteristik
atau sifat limbah B3 didalam wadah.
Pemasangan label dengan stiker berukuran
10 x 15 cm juga dilakukan untuk seluruh
wadah penyimpanan limbah B3. Label berisi
keterangan Jenis limbah B3, penghasil
limbah B3, tanggal dihasilkan dan tanggal
pengemasan. Informasi pada label diisi oleh
petugas TPS sesuai dengan data limbah B3
yang ada pada logbook.
Setelah pengangkutan limbah B3, pihak unit
penghasil limbah harus membuat berita
acara penyerahan limbah B3 yang isinya
meliputi keterangan jenis, sumber, dan
kuantitas limbah. Berita acara tersebut
berfungsi untuk pencatatan neraca massa
limbah B3.
Penyimpanan Limbah B3
2.Pengangkuta Eksternal
Sebelum disimpan, limbah yang masuk ke
TPS harus diketahui asal dan kuantitasnya
melalui ‘Berita Serah Terima Limbah B3’
lalu dicatat pada logbook oleh pegawai
pengelola TPS limbah B3. Pencatatan ini
befungsi selain sebagai keterangan pada
label, juga untuk rekapitulasi neraca massa
limbah B3. Limbah B3 yang disimpan di
TPS hanya boleh disimpan maksimal selama
90 hari, atau boleh lebih dari 90 hari apabila
limbah yang dihasilkan lebih dari 50 kg
perhari.
Wadah limbah B3 disusun dan ditata
Pengangkutan
eksternal
adalah
pengangkutan limbah B3 dari TPS di PT
Kino Indonesia menuju lokasi pihak ketiga
untuk kemudian dilakukan kegiatan
pengolahan limbah B3.
Pengangkutan Internal yaitu pengangkutan
limbah B3 yang terjadi dari unit penghasil
limbah B3 menuju TPS limbah B3. Limbahlimbah B3 diangkut dengan menggunakan
kendaraan forklift.
Pengangkutan eksternal dilakukan oleh
pihak ketiga menggunakan kendaraan truk
pengangkut atau disebut dengan transporter .
Ketersediaan transporter tergantung dari
pihak PT Kino Indonesia, apakah menunjuk
pihak ketiga pengolah B3 untuk mengangkut
limbah B3 atau menunjuk pihak ketiga
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
lainnya untuk hanya mengangkut limbah B3
ke lokasi pengolahan limbah B3.
PT Kino Indonesia telah melengkapi
kegiatan pengangkutan dengan adanya
dokumen limbah B3 (Hazardous Waste
Manifest). Dokumen ini berisi informasi
mengenai penghasil limbah B3, informasi
lengkap mengenai limbah B3 yang diangkut,
instruksi penanganan limbah B3, tanggal
dan tujuan pengangkutan, informasi
mengenai pihak pengangkut limbah B3, dan
informasi
mengenai
peusahaan
pengolah/pengumpul/pemanfaat limbah B3.
Dokumen ini harus diisi lengkap saat
melakukan kegiatan pengangkutan dan
dibawa dari tempat asal pengangkutan
hingga ke tempat tujuan akhir.
Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh
PT Kino Indonesia meliputi pengurangan,
pewadahan, pelabelan, penyimpanan dan
pengangkutan. Limbah B3 yang melalui
proses pengurangan adalah solvent bekas
dimana limbah tersebut akan di destilasi
sebanyak 3-4 kali agar bisa digunakan
kembali. Sementara limbah B3 lainnya,
setelah dihasilkan akan langsung ke tempat
penyimpanan sementara limbah B3 yang
dikumpulkan tidak lebih dari 90 hari.
Setelah itu akan dikirimkan ke pihak ketiga
melalui jasa transporter
.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Program
Selain itu juga berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat no.
725 Tahun 2004 bahwa pengangkutan
limbah B3 dalam bentuk non curah seperti
kemasan dalam bentuk botol, drum, jerigen,
tong, kantong, kotak/peti, dan kemasan
gabungan
dapat
diangkut
dengan
menggunakan kendaraan pengangkut biasa
sepanjang keamanan bahan berbahaya dan
beracun dapat dijamin selama dalam
perjalanan dengan menggunakan kemasan
tersebut.
5.Kesimpulan
Limbah B3 di PT. Kino Indonesia terdapat 6
macam, namun selama periode KP limbah
yang dihasilkan hanya 3 macam saja yaitu
sludge IPAL, solvent bekas dan reject
product. Jumlah yang dihasilkan pada
pelaksanaan periode KP tersebut adalah
111,67 ton. 3 jenis limbah lagi belum dapat
diketahui berapa jumlahnya dikarenakan
belum adanya pencatatan yang dilakukan
oleh PT Kino Indonesia.
Studi
Teknik
Lingkungan
ITB:
Bandung
Dirjen Perhubungan Darat. 2004. Keputusan
No.
725
:
Penyelenggaraan
Pengangkutan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di Jalan. Republik
Indonesia
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 1:
Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan
Limbah
Bahan
dan
Pengumpulan
Berbahaya
dan
Beracun. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Republik Indonesia
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 2:
Dokumen Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Badan Pengendalian
Dampak
Lingkungan
Republik
Jurnal Kerja Praktik No. 309A/UN7.3.3/TL/PP/2015
Indonesia
US
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 3:
Persyaratan
Limbah
Teknis
Bahan
Pengelolaan
Berbahaya
dan
Beracun. Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Republik Indonesia
Kepala Bapedal. 1995. Keputusan No. 4:
Tata
Cara
Penimbunan
dan
Persyaratan
Hasil
Pengolahan,
Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan
dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
Republik Indonesia
Lagrega, M.D., Buckingham, P.L., dan
Evans, J.C. 1994. Hazardous Waste
Management. McGraw-Hill : New
York, USA
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2008.
Peraturan
Limbah
No.
Bahan
02:
Pemanfaatan
Berbahaya
dan
Beracun. Republik Indonesia
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2013.
Peraturan No. 14: Simbol dan Label
Limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun. Republik Indonesia
Pemerintah
Republik
Peraturan
Limbah
No.
Bahan
Indonesia.
101:
2014.
Pengelolaan
Berbahaya
Beracun. Republik Indonesia
dan
EPA.
Chapter
III
:
Managing
Hazardous Waste, RCRA Subtitle C .
Environmental Protect Agency USA