PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELUARG
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PEMBINAAN/PENINGKATAN KAPASITAS
PPK/7715-1/2017
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELUARGA KONVERSI
AGAMA DI DESA NANGALILI KAB. MANGGARAI BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
TIM PENYUSUN
MUHAMMAD TAMRIN, S.Kom, M.PdI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
NOVEMBER 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
laporan kemajuan ini. Kami menyadari, dalam penyusun laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, kami mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari rekan-rekan dan semua pihak yang terkait.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penelitian dan penyusuan laporan ini sehingga bisa terselesaikan. Akhirnya, kami
berharap semoga laporan kemajuan penelitian dosen pemula tahun 2017 membawa
banyak manfaat bagi kita semua.
Kupang, 28 Desember 2017
Tim Peneliti
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... 5
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 6
RINGKASAN ................................................................................................. 7
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 8
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 8
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
2.1 Pendidikan Agama Islam .................................................................. 12
2.2 Nilai Nilai Keagamaan ..................................................................... 17
2.3 Keluarga Konversi Agama ............................................................... 19
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................ 23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24
3.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................... 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 24
3.3 Sumber Data Penelitian .................................................................... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 24
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 28
3
4.1 Proses Konversi Agama di Desa Nangalili ....................................... 30
4.2 Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi ................ 33
4.3 Faktor faktor Pendukung dan Penghambat ...................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 48
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1 . ....................................................................................................... 28
Gambar 2 .......................................................................................................... 29
Gambar 3 .......................................................................................................... 31
Gambar 4 .......................................................................................................... 33
Gambar 5 .......................................................................................................... 34
Gambar 6 .......................................................................................................... 39
Gambar 7 .......................................................................................................... 41
Gambar 8 .......................................................................................................... 42
Gambar 9 .......................................................................................................... 42
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lamp. 1 Justifikasi Anggaran Penelitian ........................................................ 49
Lamp. 2 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas .................. 51
Lamp. 3 Biodata Ketua dan Anggota Team Peneliti/Pelaksana ..................... 52
6
RINGKASAN
Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi Agama
Di Desa Nangalili Kab. Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur
Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan
dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan
kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Sementra Konversi Agama sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
Konversi Agama dapat terjadi pada berbagai agama dengan berbagai alasan yang
menyertainya, salah satunya karena faktor pernikahan. Perpindahan agama atau
konversi agama bukanlah suatu hal yang sederhana. Peristiwa ini bukan hanya
melibatkan individu itu sendiri tapi juga sanak saudara dan lingkungan disekitarnya.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Konversi Agama Di Desa Nangalili
Kec. Lembor Selatan Kab. Manggarai Barat banyak didominasi oleh alasan
perkawinan, Sementara Pemahaman keagamaan dan Keislaman yang dimiliki baik
dari pihak istri ataupun suami sangat minim, sehingga proses internalisasi
pendidikan agama islam pada anak terhambat.
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengajaran Islam kepada semua manusia merupakan salah satu kewajiban
utama dalam Islam. Ajaran Islam yang diterima Nabi dan Rasul yang pertama kali
bisa dikenal oleh generasi berikutnya bahkan sampai generasi sekarang disebabkan
adanya kegiatan pengajaran tersebut. Tanpa transformasi pengetahuan ke-Islaman
terputuslah suatu generasi Islam ke generasi berikutnya. Sebagai konsekwensi misi
Islam yang diperuntukkan bagi semua bangsa untuk sepanjang masa adalah
kesungguhan umat Islam untuk menyebarkan Islam seluas-luasnya tanpa mengenal
batas geografis dan etnis dalam semua perjalanan waktu.
Pendidikan Islam dituntut menanamkan nilai agama yang berfungsi sebagai
filter dari budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam juga sebagai pengendali
dari berbagai kecenderungan kehidupan pragmatis. Selama ini pendidikan Islam
tiada henti membangun moral peserta didik harus berlomba dengan berbagai
ideologi dan budaya destruktif yang jauh lebih kuat.
Guru dalam perspektif Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat
kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusian (baik sebagai
khalifah fil ardh maupun’abd) sesuai dengan nilai-nilai agama. Berkaitan dengan
tanggung jawab, guru harus mengetahui serta memahami nilai norma, moral
dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan masyarakat.
8
Di masyarakat desa Nangalili khususnya dan NTT pada umum, ada
fenomena menarik, yaitu berpindahnya keyakinan (konversi) dari suatu agama ke
agama lain baik disebabkan pernikahan ataupun motif yang lain. Adapun konversi
agama yang dilakukan baik oleh wanita ataupun laki-laki bertujuan untuk dapat
menghilangkan perbedaan agama, sehingga pasangan tersebut dapat bersatu dalam
ikatan pernikahan yang bahagia. Fenomena seperti ini bisa terjadi pada pihak
wanita (istri) atau laki-Iaki (suami). Seringkali, konversi agama memunculkan
sejumlah problem. Problem dimaksud adalah terjadinya saling curiga antar umat
beragama. Kecurigaan itu muncul sebagai akibat adanya persepsi yang salah bahwa
proses konversi lebih diakibatkan oleh adanya misi agama tertentu. Problem
berikutnya adalah upaya pembinaan lebih lanjut tingkat keberagamaan konversan.
Banyak diketemukan dimana perpindahan agama seseorang tidak dibarengi dengan
pelaksanaan peribadatan agama yang baik. Hal ini biasanya disebabkan oleh
minimnya pengetahuan keagamaan yang dimiliki oleh keluarga konversi. Dan ini
kemudian berdampak pada pola pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi
Agama di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendidikan Agama Islam pada Anak keluarga Konversi Agama di
Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat?
9
2. Faktor faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam upaya
menanamkan nilai keislaman pada anak keluarga konversi agama di Desa
Nangalili Kec. Lembor Selatan Kab. Manggarai Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam pada Anak keluarga Konversi
Agama di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat?
2. Untuk mengetahui Faktor faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam upaya penanaman nilai keislaman pada anak keluarga
konversi agama di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kab. Manggarai Barat?
1.4 Manfaat Penelitian/Luaran yang ingin dicapai
1.
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam upaya
meningkatkan profesionalisme dan pengembangan metode pengajaran bagi
guru Pendidikan Agama Islam.
2.
Para peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam
penelitian lebih lanjut, serta dapat meransang peneliti lain untuk melanjutkan
penelitian dengan melibatkan masalah-masalah yang lebih kompleks,
terutama masalah yang mempunyai hubungan dengan meningkatkan
profesionalisme dan pengembangan metode pengajaran bagi guru Pendidikan
Agama Islam.
3.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi dan Organisasi keagamaan,
Masyarakat dan semua pihak, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan
rujukan dalam menetapkan kebijakan.
10
Agar luaran penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh semua stakeholder
tersebut diatas, hasil penelitian ini akan dipublikasikan/disebarluaskan melalui
rencana target capaian sebagai berikut:
No
Jenis Luaran
Indikator Capaian
1
Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN)
Draf
2
Pemakalah dalam pertemuan
Nasional
Belum/tidak ada
ilmiah
Lokal
Belum/tidak ada
3
Buku Ajar
Belum/tidak ada
4
Luaran lainnya jika ada (Teknologi Tepat Guna, Belum/tidak ada
Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa
Sosial)
5
Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)
11
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
“Pendidikan” dan “agama”. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti
“proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.” Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara
dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani Paedagogie yang
berarti “pendidikan” dan Paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”.
Sementara itu, orang
yang tugas
membimbing atau mendidik
dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut Paedagogos. Istilah paedagogos
berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).
Berpijak dari istilah diatas, pendidikan bisa diartikan sebagai usaha yang
dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Atau dengan kata lain, pendidikan kepada anak-anak dalam
pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri dan
masyarakat. Definisi pendidikan dapat diartikan sebagai latihan mental, moral, dan
fisik yang bisa menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi, sebab pendidikan
menumbuhkan kepribadian dan menanamkan rasa tanggung jawab (Arifin, 2006:7).
12
Berdasarkan tujuan dan sasaran dari pendidikan, Arifin (2006: 7)
mengartikan bahwa pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
citacita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya. Sementara itu, Muhaimin (1993: 15) mengatakan dengan lugas
bahwa pendidikan Islam ialah pendidikan yang falsafah dasar, tujuan-tujuannya dan
prinsip-prinsip dalam melaksanakan pendidikan didasarkan atas nilai-nilai dasar
Islam yang terkandung dalam al Qur’an dan as Sunnah. Dengan demikian,
pendidikan Islam sebagai sistem pendidikan dapat memberikan kemampuan
sesorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai
Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (Arifin, 2006: 7).
Dalam bahasa Inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah
Education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Sementara itu, pengertian
agama dalam kamus bahasa Indonesia yaitu: “Kepercayaan kepada Tuhan (dewa
dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu.” Pengertian agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi
(1986) yaitu: ”menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari
manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan
jalannya peri kehidupan manusia.
Pendidikan Agama Islam dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan
agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”,
karena yang diajarkan adalah agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha
dalam mendidikkan agama Islam disebut sebagai pendidikan agama Islam.
Sedangkan pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang
13
islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung
terwujudnya sosok muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam ialah pendidikan
yang teori teorinya disusun berdasarkan al-Qur’an dan Hadits (Muhaimin, 2006:4).
Pengertian Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang diungkapkan
Zakiyah Daradjat (2011:86) , yaitu:
a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
sebagai pandangan hidup (way of life).
b) Pendidkan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam.
c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini menyeluruh,
serta menjadikan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Sedangkan M. Arifin mendefinisikan pendidikan Agama Islam adalah proses
yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan yang
mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan
kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar). Jadi Pendidikan Agama Islam adalah
usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak
selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama
Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun
kehidupan masyarakat.
14
Berdasarkan rumusan-rumusan diatas, dapat diambil suatu pengertian,
bahwa pendidikan agama Islam merupakan sarana untuk membentuk kepribadian
yang utama yang mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan norma dan ukuran Islam.
Pendidikan ini harus mampu membimbing, mendidik dan mengajarkan
ajaran-ajaran Islam terhadap murid baik mengenai jasmani maupun rohaninya, agar
jasmani dan rohani, berkembang dan tumbuh secara selaras. Untuk memenuhi
harapan tersebut, pendidikan harus dimulai sedini mungkin, agar dapat meresap
dihati sanubari murid atau anak, sehingga ia mampu menghayati, memahami dan
mengamalkan ajaran islam dengan tertib dan benar dalam kehidupannya.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan
usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan
lain. Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang
meliputi beberapa aspek, misalnya: Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia.
Manuisa hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa
tujuan dan tugas hidup tertentu. Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi
kepada Allah SWT. Indikasi tugasnya barupa ibadah dan tugas sebagai wakil-Nya
dimuka bumi. Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang
manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti
fitrah, bakat, minat, sifat, dan karakter, yang berkecenderungan pada al-hanief
(rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kemampuan,
kapasitas, dan ukuran yang ada. Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik
berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu
15
masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam
mengantisipasi perkembangan dunia modern.
Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan ideal
Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di
dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di
akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk
meraih kehidupan diakhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut
agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki
(Abdul Mujib ; 2006 :71-72).
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Karena pendidikan merupakan suatu
usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,
tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang
berbentuk tetap, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Pendidikan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan,
dan indera. Pendidikan ini juga membahas pertumbuhan manusia dalam semua
aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah. Pendidikan
ini bukan hanya mempelajari pendidikan duniawi saja, individual, sosial saja, juga
tidak mengutamakan aspek spiritual atau aspek materiil. Melainkan keseimbangan
antara semua itu merupakan karakteristik terpenting pendidikan Islam.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama
Islam mempunyai tujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat
16
melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Dalam
tujuan pendidikan agama Islam ini juga menumbuhkan manusia dalam semua
aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, maupun aspek ilmiah,
baik perorangan ataupun kelompok (Aat Syafaat; 2008 : 33-38).
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum adalah suatu alat yang penting untuk mencapai tujuan
pendidikan dan pelatihan. Salah satu rumusan mengajukan konsep bahwa
kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab
sekolah, baik yang dilaksanakan didalam lingkungan sekolah (lembaga pendidikan)
maupun di luar sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2.2 Nilai-nilai Keislaman
1. Makna Nilai
Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau
perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus
kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun perilaku.
Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
1). Nilai Ilahi
Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Nilai ilahi dalam
aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami perubahan, dan tidak
berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia.
Sedangkan aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan zaman
dan lingkungannnya.
17
2). Nilai Insani
Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan manusia.
Nilai insani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi.
Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan alam. ( Muhaimin,
1991:111).
2. Landasan Nilai-nilai Keislaman
Landasan atau dasar nilai-nilai Keislaman dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
a. Dasar pokok, yakni meliputi Al-Qur’an dan hadits
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril
kepada hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna
hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi
pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya.
Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang
terkandung didalam Al Qur’an itu terdiri terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang
berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang
berhubungan dengan amal yag disebut syari’ah.
2) Sunnah
As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah
SAW. Yang dimaksud dengfan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan
orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau
18
perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah AlQur’an. Seperti Al-Qur’an, sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi
petunjuk untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau manusia yang bertakwa. Untuk
itu Rasulullah menjadi pendidik yang utama. Beliau sendiri yang mendidik,
pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibnu Abi Al-Arqam, kedua
dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan
mengirim para sahabat kedaerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu
adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat
Islam.
2.3 Konversi Agama
1.
Makna Koversi Agama
Konversi agama secara etimologi berasal dari kata “conversio” yang berarti
tobat, pindah, atau berubah. Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam bahasa
inggris “conversion” yang mengandung pengertian; berubah dari suatu
keadaanatau dari satu agama ke agama lain (Jalaluddin Rahmat, 2015). Konversi
agama mengandung pengertian bertobat, menjadi orang yang lebih taat, berubah
agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
Menurut pengertian ini konversi agama bukan hanya mencakup peristiwa pindah
ke agama lain namun juga bertambahnya penghayatan dan ketaatan terhadap
agama yang dianut. Artinya konversi juga bisa terjadi pada agama yang sama
tanpa harus berpindah ke agama yang lain. Heirich (dalam Rahmat, 2015)
mendefinisikan konversi agama sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem
19
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
Definisi ini tampaknya lebih mengedepankan adanya proses perpindahan
keyakinan ke agama lain yang berbeda dengan agama yang dianut sebelumnya.
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Konversi Agama
Berdasarkan pendapat para ahli yang melatarbelakangi terjadinya konversi
agama berkaitan dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni di lapangan. Menurut
Rahmat (2015) setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya
konversi agama, yaitu :
a.
Petunjuk Ilahi/Hidayah
Adanya petunjuk dari yang Maha Kuasa terhadap seseorang
sehingga individu menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa
sepenuhnya
b.
Faktor Sosial
Beberapa faktor sosial yang mempengaruhi terjadinya konversi agama
antara lain :
1) Pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian,
ilmu pengetahuan),
2) Pengaruh kebiasaan-kebiasaan yang bersifat ritual, misalnya
menghadiri upacara keagamaan,
3) Pengaruh ajakan dan persuasi dari orang-orang yang dekat, misalnya
keluarga, sahabat,
4) Pengaruh pemimpin agama,
5) Pengaruh komunitas atau perkumpulan sosial yang diikuti,
20
6) Pengaruh kekuasaan negara/ hukum: Penduduk suatu negara
mempunyai kecenderungan untuk mengikuti agama yang menjadi
agama negara.
c.
Faktor Psikologis
Adanya kebingungan, tekanan, dan perasaan putus asa yang
menimbulkankondisi yang tidak menyenangkan bagi individu sehingga
mendorongnya untukmencari perlindungan ke kekuatan lain yang dianggap
mampu memberinya jawaban, ketenangan dan ketentraman jiwa.
Rahmat (2015) membedakan faktor psikologis yang bersumber
secara internal dan eksternal. Secara psikologis orang akan melakukan
konversi agama apabila ia dalam kondisi tekanan bathin/konflik batin.
Menurut Rahmat konflik batin yang berujung pada terjadinya konversi
agama dapat berupa faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu sebagai berikut:
1. Kepribadian: Penelitian James menunjukkan bahwa tipe
kepribadian melankolis memiliki kecenderungan untuk melakukan
konversi agama
2. Urutan kelahiran: Penelitian Guy E. Swanson menunjukkan
bahwa
ada
semacam
kecenderungan
urutan
kelahiran
mempengaruhi konversi agama. Anak-anak yang berada pada urutan
tengah biasanya cenderung melakukan konversi dibandingkan anak
sulung dan bungsu.
Faktor eksternal yaitu sebagai berikut:
21
1. Faktor keluarga: keretakan, ketidakharmonisan, perceraian,
perbedaan agama orang tua, kurang mendapatkan pengakuan
kerabat.
2.
Lingkungan tempat tinggal: ketidakmampuan beradaptasi
dengan lingkungan, perasaan sendiri dan tidak dihargai oleh
lingkungan.
3.
Kemiskinan:
mendesak,
kekurangan
kebutuhan
pangan
ekonomi
yang
yang
menimbulkan
keputusasaan.
d. Faktor pendidikan
Suasana pendidikan, sistem pendidikan, muatan pengajaran yang
diberikan kepada seseorang dan interaksi dengan ilmu pengetahuan ikut
memberikan pengaruh terhadap terjadinya konversi agama. Dilihat dari
aspek motif yang menyebabkan konversi agama, Lofland & Skonovd
(dalam
Schwartz,
2000)
mengidentifikasi
enam
motif
yang
melatarbelakangi peristiwa konversi agama, yaitu : motif intelektual,
mistikal, eksperimental, afeksional, revivalistik, dan koersif.
22
2.4 Kerangka Pikir
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir
Pendidikan Agama Islam
Anak-anak Keluarga
konversi Agama Desa
Nangalili
Pendidikan Agama Islam
Formal
Penanaman Nilai-Nilai
Keislaman
Pendidikan Agama Islam
Nonformal
Pribadi Muslim
Keterangan gambar :
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha menanamkan nilai-nilai
keislaman pada anak didik ataupun masyarakat. Pada penelitian ini Pendidikan
Agama Islam merupakan kegiatan yang berproses baik melalui Pendidikan formal
dan Nonformal. Pada Pendidikan formal PAI sebagai Mata Pelajaran tersusun
dalam kurikulum yang teratur. Sementara pada pendidikan nonformal Pendidikan
Agama Islam di Kembangkan melalui pola halaqah serta ceramah ceramah agama
pada momentum perayaan hari besar Islam ataupun yang sudah terjadwal.
Pendidikan formal dan nonformal Pendidikan Agama Islam pada anak
Keluarga Konversi Agama sebagai dasar penanaman Nilai keislaman.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses yang
diambil dari fenomena-fenomena di balik realita yang ada, kemudian ditarik
kesimpulannya dengan serangkaian kata atau kalimat. Seperti yang dinyatakan oleh
Lexy J. Moleong (2007:6) tentang penelitian kualitatif sebagai berikut: Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memenfaatkan
berbagai cara alamiah.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan
Kabupaten Manggarai Barat. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari – Juni tahun 2017.
3.3 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah Guru dan Keluarga konversi agama
di Desa Nangalili, Kecamatan Lembor Kabupatan Manggrai Barat
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Teknik observasi
24
Menurut Sukandar Rumidi (2006:68-70), observasi adalah pengamatan dan
pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.
Oleh sebab itu, observasi hendaknya dilakukan oleh orang yang tepat.
Dalam observasi melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi yang
lebih dikenal sebagai observer dan objek yang diobservasi yang dikenal
sebagai observasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan
salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
terhadap objek yang akan diteliti secara sistematika. Dalam observasi ini
peneliti mengamati pola pembinaan, proses pembelajaran dan segala
macam aktivitas lainnya.
2. Teknik wawancara
Menurut Moleong (2007:186), wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua orang yaitu pewawancara
(interviewer )
yang memberi
pertanyaan dan
yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth
interview). Dengan jumlah responden sebanyak 10 kepala keluarga maka
wawancara ini dilakukan kepada seluruh responden baik itu terhadap orang
tua ataupun anak guna mendapatkan data tentang pendidikan agama Islam
pada keluarga konversi agama di desa Nangalili Kec. Lembor Kab.
Manggarai Barat.
3. Mencatat arsip maupun dokumen
Teknik yang digunakan dalam mencatat arsip maupun dokumen adalah
teknik dokumentasi yang berupa informasi maupun perorangan (Hamidi,
25
2004:72). Teknik ini digunakan untuk mencatat arsip maupun dokumen
yang ada dan tersimpan.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini berupa analisis data kualitatif
bersifat memberi keterangan dan penjelasan dari hasil penelitian yang diperoleh dan
dapat digunakan untuk kesimpulan dan saran. Proses dan teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model Milles dan Huberman
Gambar 2 Analisi Model Milles dan Huberman
Penyediaan
data
Display Data
Reduksi data
Data
Collection
26
3.5 Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan dengan berbagai cara agar data yang
diperoleh merupakan data yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi
sehingga akan menjamin kredibilitas data tersebut (sugiono, 369-375) di
antaranya adalah :
a. Perpanjang pengamatan
Dengan melakukan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
peniliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk. Peneliti dalam hal
ini memiliki waktu yang relative panjang untuk melakukan penelitian
sehingga dapat menguji keabsahan data yang diambil.
b. Meningkatkan Ketekunan
Peningkatan ketekunan dalam penelitian dilakukan agar data terkait
pendidikan agama islam pada anak konversi agama di desa nangalili
kec. Lembor selatan kab. Manggarai dapat diperoleh secara mendalam.
c. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai pengecakan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
d. Mengadakan Member Checking
Member checking merupakan proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan yang diberikan oleh
pemberi data. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecakan data keada
sumber utama yakni guru Pendidikan Agama Islam dan Orang tua siswa
konversi agama agar data yang diperoleh sesuai dengan nara sumber.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Desa dan Keluarga Konversi Agama
Desa Nangalili berdiri pada tahun 1969 oleh masyarakat manggarai yang
terdiri dari beberapa suku diantaranya suku Manggarai, suku Ende, suku Bugis
dan suku Bima. Secara demografi Desa nangalili berada didaerah pesisir pantai
selatan yang berbatasan langsung dengan laut sawu. Luas keseluruhan desa
Nangalili adalah 24,86 km2 dengan batasan wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tangge
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut sawu
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa waturambu
4. Sebelah barat berbatasan dengan Wae jamal desa Benteng dewa.
Jumlah Penduduk Desa nangalili per 20 April 2016 sebanyak 2288 jiwa
yang terdari 620 kepala keluarga yang sebanyak 80% warganya bekerja sebagai
petani dan nelayan.
Gambar 1. Foto Bersama Kepala Desa Nangalili
28
Berdasar data penduduk, jumlah penduduk beragama Islam sekitar 75% dan
25 % Kristen Katolik/protestan, terdapat 20 Kepala keluarga yang merupakan
keluarga konversi agama yang keseluruhannya bekerja pada sektor pertanian dan
Kelautan. Berdasarkan data Desa, keadaan ekonomi masyarakat dan keluarga
Konversi tergolong miskin yang pendapatan perkapita perbulan belum
memenuhi kebutuhan dasar.
Gambar 2. Pekerjaan Orang dan Anak Keluarga Konversi
29
Data Pendidikan Anak Kelurga Konversi Agama Desa Nangalili
Pendidikan
Jumlah
SD
18 Orang
SMP
7 Orang
SMA sederajat
8 Orang
Sarjana
1 Orang
4.2 Proses Konversi Agama Pada Masyarakat Desa Nangalili
Konversi agama secara etimologi berasal dari kata “conversio” yang berarti
tobat, pindah, atau berubah. Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam bahasa
inggris “conversion” yang mengandung pengertian; berubah dari suatu keadaan
atau dari satu agama ke agama lain (Jalaluddin Rahmat, 2015). Heirich (dalam
Rahmat, 2015) mendefinisikan konversi agama sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu
sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan
sebelumnya. Definisi ini tampaknya lebih mengedepankan adanya proses
perpindahan keyakinan ke agama lain yang berbeda dengan agama yang dianut
sebelumnya.
Dari hasil pengamatan peneliti jumlah keluarga yang mengkonversi ke
agama Islam di desa nangalili sebanyak 20 kepala keluarga, yang terdiri dari 4
orang yang mengikuti agama suami dan 16 orang mengikuti Agama istri.
Sementara keluarga yang mengkonversi agama diluar Islam sebanyak 4 orang.
30
Gambar 3. Bapak/ibu keluarga konversi Agama
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadi konversi agama di desa
Nangalili adalah :
a.
Petunjuk Ilahi/Hidayah
Adanya petunjuk dari yang Maha Kuasa terhadap seseorang
sehingga individu menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa
sepenuhnya. Terdapat 3 kepala keluarga yang melakukan konversi ke
agama Islam dengan latar belakang keinginan sendiri. Mereka dengan
penuh kesadaran melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh hati.
b.
Faktor Sosial
Beberapa faktor sosial yang mempengaruhi terjadinya konversi agama
antara lain :
31
1) Pengaruh ajakan dan persuasi dari orang-orang yang dekat,
misalnya keluarga, sahabat.
2) Pengaruh komunitas atau perkumpulan sosial yang diikuti,
3) Perkawaninan.
Dari
pengamatan
peneliti
faktor
yang
dominan
yang
melatarbelakangi konversi agama di desa Nangalili adalah
perkawin. Dari 20 kepala keluarga sebanyak 15 kepala keluarga
yang konversi agama karna perkawinan.
Upaya pembinaan lebih lanjut tingkat keberagamaan konversan. Banyak
diketemukan dimana perpindahan agama seseorang tidak dibarengi dengan
pelaksanaan peribadatan agama yang baik. Hal ini disebabkan oleh minimnya
pengetahuan keagamaan yang dimiliki oleh keluarga konversi. Dan ini
kemudian berdampak pada pola pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka.
Terdapat 2 Kepala Keluarga yang anak-anak mereka keluarga dari agama islam
dan mengikuti kembali agama asal bapak. Yang menjadi ironis adalah
persoalaan ini bukan hal besar bagi orang tua keluarga konversi agama, karna
bagi mereka pindah suatu agama ke agama lain adalah hal yang biasa dalam
masyarakat.
32
4.3 Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi
1. Pendidikan Agama Islam di Keluarga
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan manusia seutuhnya,
akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena
itu, Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan
dama, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala
kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Berdasarkan pengertian di atas
dijelaskan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
fundamental Islam kepada setiap muslim sehingga akan bermuculan generasi
muda berakhlak yang baik.
Gambar 4. Anak MIS Nangalili
Adapun
landasan
Pendidikan
Islam
Dalam
Keluarga
terdapat dalam Al-Qur’an, surat At-Tahrim ayat 6 yang memiliki arti : “Hai
orang-orang yang beriman, Lindungilah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang
bahan
bakarnya
adalah
manusia
dan
batu…”.
Disini
Allah
memperingatkan manusia untuk melindungi diri dan keluargnya dari siksa api
33
neraka. Disini juga tersirat bahwa anak adalah amanat yang dititipkan Allah
kepada orang tuanya. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Secara umum,
inti tanggung jawab itu ialah penyelenggaraan Pendidikan Islam bagi anak-anak
dalam keluarga (Tafsir, 1994).
Keluarga adalah kelompok orang yang dipersatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi. Di samping itu, keluarga juga bisa dikatakan
orang-orang yang hidup bersama dalam satu rumah dan membentuk suatu
rumah tangga yang merupakan satu kesatuan dan saling berinteraksi dan
berkomunikasi mempertahankan kebudayaan bersama yang berasal dari
lingkungan sekitar atau menciptakan kebudayaan sendiri. Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, bukan semata-mata karena
alasan urutan atau alasan kronologis, melainkan ditinjau dari sudut intensitas
dan kualitas pengaruh yang diterima anak, serta dari sudut tanggungjawab yang
diemban orang tua sekaitan dengan pendidikan anaknya.
Gambar 5. Kegiatan Keagamaan dalam rangka peringatan Hari besar Islam
34
Adapun Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga pada anak
keluarga konversi agama di dapat diuraikan dalam beberapa hal :
a.
Pendidikan Agama Islam Pada Masa Kehamilan
Banyak sekali keterangan dari Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa ibu yang sedang hamil diharapkan hidup tenang. Kedua belah
pihak, yaitu suami dan istri hendaknya banyak berdoa kepada Allah agar
diberi anak yang bagus rupanya, cerdas akalnya, dan luhur pekertinya.
Pada masa kehamilan kedua orang tua si calon bayi di anjurkan agar
perbanyak membaca al-quran, berdialog dengan calon bayi serta
melakukan kebajikan-kebajikan. Hal ini diharapkan berdampak yang
baik bagi perkembangan si calon bayi.
Pada beberapa daerah di NTT tradisi syukuran bagi keberadaan si calon
bayi merupakan hal yang harus dilakukan. Namun bagi masyarakat Islam
desa Nangalili tradisi ini sudah tidak lakukan lagi. Hal ini juga
berpangaruh pada generasi selanjutnya tidak lagi melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan acara syukuran kehamilan.
Bagi keluarga konversi agama kegiatan ini sama sekali tidak dikenal.
Berdasarkan hasil wawancara didapati informasi bahwa masyarakat desa
tidak mengetahui makna filosofi dibalik semua kegiatan pada masa
kehamilan. Sementara pendidikan islam bagi calon bayi seperti
memperbanyak tilawah hanya dilakukan oleh kalangan ibu dan bapak
yang bisa mengaji.
35
b.
Aqiqah dan Pemberian Nama
Pada kelurga konversi agama di desa nangalili terbiasa melakukan
syukuran setelah kelahiran. Akan tetapi tidak ada yang melakukan aqiqah
untuk anak mereka. Ketidakmampuan secara finansial serta pemahaman
keagamaan menjadi alasan utama.
Pemberian nama bagi bayi yang baru lahir merupakan doa dan harapan
orang tua terhadap anaknya. Selain itu, nama juga bersangkutan dengan
harga diri seseorang. Orang yang memiliki nama yang jelek akan merasa
rendah diri dalam pergaulan. Pada aspek inilah nama itu berhubungan
dengan masalah pendidikan. Pada anak kelurga konversi agama di desa
nangalili, nama yang diberikan pada anak-anak mereka berupa namanama yang baik. Hal ini bisa dilihat dari nama-nama mereka contohnya
Muhammad Firman, Aisyah dll. Sementara Pada daerah tertentu di NTT
nama-nama anak keluarga konversi masih di hubungkan dengan marga
atau garis adat. Namun yang terjadi di desa Nangalili mereka tidak lagi
menggunakan nama marga dan garis adat. Sehingga hampir seluruh
masyarakat desa Nangalili mengunakan nama-nama yang baik dan
Islami tanpa ada marga.
Dalam pengamatan peneliti, sesungguhnya nama-nama yang diberikan
orang tua/wali menjadi identitas keislaman, sehingga menjadi pembeda
antara muslim dan non muslim. Maka orang tua akan merasa malu jika
memiliki anak dengan nama yang menyerupai nama non muslim.
36
2. Pendidikan Agama Islam Dalam Masyarakat
Pelaksaan pendidikan Islam dalam masyarakat bertujuan untuk
membentuk masyarakat yang sholeh. Masyarakat sholeh adalah masyarakat
yang percaya bahwa ia mempunyai risalah (message) untuk umat manusia,
yaitu risalah keadilan, kebenaran, dan kebaikan yang akan kekal selamalamanya, tidak terpengaruh oleh faktor-faktor waktu dan tempat. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT : “ Kamu adalah ummah terbaik yang
pernah diutus bagi umat manusia, sebab kamu mengajar kepada kebaikan,
dan melarang dari kejahatan “ (Q.S. Ali-Imran:110). Tugas pendidikan
Islam berusaha menolong masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
adapun pendidikan islam anak kelurga konversi agama Isam adalah sebagai
berikut :
Orang Tua anak keluarga konversi agama melibatkan anak-anak
mereka dalam kegiatan keagamaan. Hal ini untuk menjalin persahabatan
yang baik dengan sesama teman serta masyarakat, membina hubunganhubungan sosial yang serasi, setia kawan, kerjasama, interdependen,
seimbang. Banyak kegiatan yang dilakukan seperti merayakan hari-hari
besar Islam dengan mengadakan kegiatan yang positif. Contohnya
perayakan maulud Nabi Muhammad oleh Remaja Masjid Nurul Hidayah
Nangalili dengan rangkaian kegiatan seperti lomba Tilawah, lomba Azan,
dan cerdas cermat Pendidikan Agama Islam serta ceramah agama untuk
menambah pemahaman keagamaan.
37
Selanjutnya Pendidikan Agama Islam dalam masyarkat Memberi
sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam. Yang dimaksud
perkembangan adalah penyesuaian dengan tuntutan kehidupan modern
dengan memelihara identitas Islam, sebab Islam tidak bertentangan dengan
perkembangan dan pembaharuan. Maka Pendidikan Agama Islam
menyiapkan individu dan kelompok untuk menerima perkembangan dan
turut serta di dalamnya dan menyiapkan mereka untuk membimbing
perkembangan itu sesuai dengan tuntutan-tuntutan syariat, akhlak, dan
aqidah Islam. Pendidikan Agama Islam dalam Masyarakat menyiapkan
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan yang bersemangat Islam, sadar, dan
melaksanakan ajaran agamanya, sangat prihatin dengan peninggalan
peradaban Islam, di samping bangga dan bersedia membelanya matimatian, sehingga karyanya bercorak Islam sejati.
3. Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dalam pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan keagamaan yang tercantum dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
38
Indonesia No. 55 Tahun 2007. Dalam pasal 1 PP No. 55 Tahun 2007
dinyatakan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan keagamaan
adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang
ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan
ajaran agamanya. Dalam pasal 9 dinyatakan bahwa pendidikan
keagamaan diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal,
dan informal.
Desa Nangalili telah memiliki lembaga pendidikan formal dan
non formal. Lembaga pendidikan terdiri dari SD Katholik, Madrasah
Ibtidaiyah Salahuddin Nangalili, Madrasah Tsawiyah Negeri dan
Madrasah Aliyah Salahuddin Nangalili yang baru beroperasi pada 2016.
39
Sementara lembaga pendidikan informal berupa TPQ Masjid Nurul
Hidayah Nangalili. Dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah
maka semua lembaga pendidikan formal dan non formal tidak menarik
biaya pendidikan (SPP) dan keuangan lainnya. Kecuali Madrasah
Aliyah yang memang membutuhkan biaya operasional yang tinggi
sehingga menetapkan biaya per-siswa sebanyak 100.000. dan
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa sampai saat
ini per November hanya 50% yang membayar.
Gambar 6. Madrasah/Sokolah di Desa Nangalili
Untuk pendidikan dasar, orang tua keluarga konversi agama
mempercayakan anak-anak mereka di Madrasah Ibtidaiyah Salahuddin
Nangalili. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu
orang tua/wali yang bernama Melly, bahwa mereka menyadari
keberadaan mereka dengan minimnya ilmu agama islam maka kami
merasa perlu untuk menyerahkan pendidikan anak kami di MIS
40
Salahuddin Nangalili yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu
umum.
Gambar 7. Foto Bersama Guru Pendidikan Agama Islam
Untuk
baca
tulis
al
Qur’an
beberapa
orang
tua/wali
mempercayakan anak anak mereka pada TPQ. Sementara yang lainnya
menyerahkan anak-anak mereka pada guru ngaji yang membuka les
pada malam hari dengan sistem tradisional. Dari pengamatan peneliti
kegiatan ini dilakukan dilakukan pada malam hari dengan duduk
membentuk lingkaran. Proses belajar seperti ini menurut peneliti sangat
membantu terhadap penanaman nilai islam disamping
formal di Sekolah.
41
pendidikan
Gambar 8. Foto Keluarga Konversi Agama di Depan Masjid
Gambar 9. Foto Kondisi Rumah dan Lingkungan
42
4.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Keislaman
a. Faktor Pendukung
1)
Lingkungan Masyarakat
Desa Nangalili merupakan desa yang berada di Nusa Tengara Timur
yang penduduk mayoritas Islam sehingga anak-anak mendapatkan
teman
yang se aqidah. Pada dasarnya penanaman nilai-nilai
keislaman merupakan tanggung jawab bersama orang tua, guru dan
masyarakat. Keterlibatan lingkungan masyarakat merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam penanaman nilai-nilai keislaman.
2)
Lembaga Pendidikan Islam
Keberadaan lembaga pendidikan Islam sebagai lembaga formal
dinyatakan dalam pasal 17 bahwa pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
Mengenai pendidikan menengah dinyatakan dalam pasal 18
bahwa Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain
yang sederajat.
43
Keberadaan lembaga pendidikan adalah amanat undang-undang,
jadi pemerintah berkewajiban menyediakan lembaga pendidikan
untuk
mendidik
pemerintah
anak-anak
daerah
bangsa.
Manggarai
Barat
Begitu
telah
pula
dengan
memfasilatasi
berdirinya lembaga pendidikan.
Dari hasil observasi peneliti terdapat 5 buah lembaga pendidikan
formal ada di desa Nangalili. Sementara 3 buah lembaga
pendidikan islam formal dan 1 TPQ. Keberadaan lembagai
pendidikan islam ini berperan penting terhadap penanaman nilai nilai keislaman pada anak keluarga konversi
3)
Guru Agama dan Lembaga non formal
Guru adalah pendidik yang mengupayaka perkembangan seluruh
potensi anak didik. Berdasarkan observasi peneliti dapat simpulkan
bahwa Keberadaan guru agama di desa nangalili merupakan unsur
penting dalam menanamka nilai keislaman. Di Desa Nangalili
Seorang guru agama disamping mengajar di sekolah juga membuka
less dengan menjadikan rumah-rumah mereka sebagai TPQ untuk
mengajar mengaji dan pendidikan agama islam lainnya mengajar
tanpa memungut biaya dari anak didiknya.
44
b. Faktor Penghambat
1) Pendidikan Orang Tua murid
Dari hasil penelitian bahwa rata-rata pendidikan pelaku konversi
agama adalah Sekolah Dasar. Berdasarkan data ini peneliti
menyimpulkan pendidikan mempengaruhi pemahaman orang tua
terhadap penanaman nilai-nilai keislaman.
2) Pekerjaan Orang Tua
Dengan pendidikan yang rendah maka banyak diantara pelaku
konversi agama bekerja sebagai buruh, petani dan nelayan.
Dengan kondisi
geografis desa yang berada di pesisir maka
banyak pelaku konversi agama menghabiskan waktu
untuk
mencari nafkah di laut. Hal ini membuat intensitas pertemuan anak
dan orang tua berkurang.
3) Lingkungan Masyarakat dan Sekolah
Lingkungan
Masyarakat
merupakan
PENELITIAN PEMBINAAN/PENINGKATAN KAPASITAS
PPK/7715-1/2017
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELUARGA KONVERSI
AGAMA DI DESA NANGALILI KAB. MANGGARAI BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
TIM PENYUSUN
MUHAMMAD TAMRIN, S.Kom, M.PdI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
NOVEMBER 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
laporan kemajuan ini. Kami menyadari, dalam penyusun laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, kami mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari rekan-rekan dan semua pihak yang terkait.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penelitian dan penyusuan laporan ini sehingga bisa terselesaikan. Akhirnya, kami
berharap semoga laporan kemajuan penelitian dosen pemula tahun 2017 membawa
banyak manfaat bagi kita semua.
Kupang, 28 Desember 2017
Tim Peneliti
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... 5
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 6
RINGKASAN ................................................................................................. 7
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 8
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 8
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
2.1 Pendidikan Agama Islam .................................................................. 12
2.2 Nilai Nilai Keagamaan ..................................................................... 17
2.3 Keluarga Konversi Agama ............................................................... 19
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................ 23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24
3.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................... 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 24
3.3 Sumber Data Penelitian .................................................................... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 24
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 28
3
4.1 Proses Konversi Agama di Desa Nangalili ....................................... 30
4.2 Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi ................ 33
4.3 Faktor faktor Pendukung dan Penghambat ...................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 48
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1 . ....................................................................................................... 28
Gambar 2 .......................................................................................................... 29
Gambar 3 .......................................................................................................... 31
Gambar 4 .......................................................................................................... 33
Gambar 5 .......................................................................................................... 34
Gambar 6 .......................................................................................................... 39
Gambar 7 .......................................................................................................... 41
Gambar 8 .......................................................................................................... 42
Gambar 9 .......................................................................................................... 42
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lamp. 1 Justifikasi Anggaran Penelitian ........................................................ 49
Lamp. 2 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas .................. 51
Lamp. 3 Biodata Ketua dan Anggota Team Peneliti/Pelaksana ..................... 52
6
RINGKASAN
Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi Agama
Di Desa Nangalili Kab. Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur
Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan
dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan
kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Sementra Konversi Agama sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
Konversi Agama dapat terjadi pada berbagai agama dengan berbagai alasan yang
menyertainya, salah satunya karena faktor pernikahan. Perpindahan agama atau
konversi agama bukanlah suatu hal yang sederhana. Peristiwa ini bukan hanya
melibatkan individu itu sendiri tapi juga sanak saudara dan lingkungan disekitarnya.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Konversi Agama Di Desa Nangalili
Kec. Lembor Selatan Kab. Manggarai Barat banyak didominasi oleh alasan
perkawinan, Sementara Pemahaman keagamaan dan Keislaman yang dimiliki baik
dari pihak istri ataupun suami sangat minim, sehingga proses internalisasi
pendidikan agama islam pada anak terhambat.
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengajaran Islam kepada semua manusia merupakan salah satu kewajiban
utama dalam Islam. Ajaran Islam yang diterima Nabi dan Rasul yang pertama kali
bisa dikenal oleh generasi berikutnya bahkan sampai generasi sekarang disebabkan
adanya kegiatan pengajaran tersebut. Tanpa transformasi pengetahuan ke-Islaman
terputuslah suatu generasi Islam ke generasi berikutnya. Sebagai konsekwensi misi
Islam yang diperuntukkan bagi semua bangsa untuk sepanjang masa adalah
kesungguhan umat Islam untuk menyebarkan Islam seluas-luasnya tanpa mengenal
batas geografis dan etnis dalam semua perjalanan waktu.
Pendidikan Islam dituntut menanamkan nilai agama yang berfungsi sebagai
filter dari budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam juga sebagai pengendali
dari berbagai kecenderungan kehidupan pragmatis. Selama ini pendidikan Islam
tiada henti membangun moral peserta didik harus berlomba dengan berbagai
ideologi dan budaya destruktif yang jauh lebih kuat.
Guru dalam perspektif Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat
kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusian (baik sebagai
khalifah fil ardh maupun’abd) sesuai dengan nilai-nilai agama. Berkaitan dengan
tanggung jawab, guru harus mengetahui serta memahami nilai norma, moral
dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan masyarakat.
8
Di masyarakat desa Nangalili khususnya dan NTT pada umum, ada
fenomena menarik, yaitu berpindahnya keyakinan (konversi) dari suatu agama ke
agama lain baik disebabkan pernikahan ataupun motif yang lain. Adapun konversi
agama yang dilakukan baik oleh wanita ataupun laki-laki bertujuan untuk dapat
menghilangkan perbedaan agama, sehingga pasangan tersebut dapat bersatu dalam
ikatan pernikahan yang bahagia. Fenomena seperti ini bisa terjadi pada pihak
wanita (istri) atau laki-Iaki (suami). Seringkali, konversi agama memunculkan
sejumlah problem. Problem dimaksud adalah terjadinya saling curiga antar umat
beragama. Kecurigaan itu muncul sebagai akibat adanya persepsi yang salah bahwa
proses konversi lebih diakibatkan oleh adanya misi agama tertentu. Problem
berikutnya adalah upaya pembinaan lebih lanjut tingkat keberagamaan konversan.
Banyak diketemukan dimana perpindahan agama seseorang tidak dibarengi dengan
pelaksanaan peribadatan agama yang baik. Hal ini biasanya disebabkan oleh
minimnya pengetahuan keagamaan yang dimiliki oleh keluarga konversi. Dan ini
kemudian berdampak pada pola pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi
Agama di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendidikan Agama Islam pada Anak keluarga Konversi Agama di
Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat?
9
2. Faktor faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam upaya
menanamkan nilai keislaman pada anak keluarga konversi agama di Desa
Nangalili Kec. Lembor Selatan Kab. Manggarai Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam pada Anak keluarga Konversi
Agama di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kabupaten Manggarai Barat?
2. Untuk mengetahui Faktor faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam upaya penanaman nilai keislaman pada anak keluarga
konversi agama di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan Kab. Manggarai Barat?
1.4 Manfaat Penelitian/Luaran yang ingin dicapai
1.
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam upaya
meningkatkan profesionalisme dan pengembangan metode pengajaran bagi
guru Pendidikan Agama Islam.
2.
Para peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dalam
penelitian lebih lanjut, serta dapat meransang peneliti lain untuk melanjutkan
penelitian dengan melibatkan masalah-masalah yang lebih kompleks,
terutama masalah yang mempunyai hubungan dengan meningkatkan
profesionalisme dan pengembangan metode pengajaran bagi guru Pendidikan
Agama Islam.
3.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi dan Organisasi keagamaan,
Masyarakat dan semua pihak, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan
rujukan dalam menetapkan kebijakan.
10
Agar luaran penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh semua stakeholder
tersebut diatas, hasil penelitian ini akan dipublikasikan/disebarluaskan melalui
rencana target capaian sebagai berikut:
No
Jenis Luaran
Indikator Capaian
1
Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN)
Draf
2
Pemakalah dalam pertemuan
Nasional
Belum/tidak ada
ilmiah
Lokal
Belum/tidak ada
3
Buku Ajar
Belum/tidak ada
4
Luaran lainnya jika ada (Teknologi Tepat Guna, Belum/tidak ada
Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa
Sosial)
5
Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)
11
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
“Pendidikan” dan “agama”. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti
“proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.” Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara
dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani Paedagogie yang
berarti “pendidikan” dan Paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”.
Sementara itu, orang
yang tugas
membimbing atau mendidik
dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut Paedagogos. Istilah paedagogos
berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).
Berpijak dari istilah diatas, pendidikan bisa diartikan sebagai usaha yang
dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Atau dengan kata lain, pendidikan kepada anak-anak dalam
pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri dan
masyarakat. Definisi pendidikan dapat diartikan sebagai latihan mental, moral, dan
fisik yang bisa menghasilkan manusia yang berbudaya tinggi, sebab pendidikan
menumbuhkan kepribadian dan menanamkan rasa tanggung jawab (Arifin, 2006:7).
12
Berdasarkan tujuan dan sasaran dari pendidikan, Arifin (2006: 7)
mengartikan bahwa pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan yang
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
citacita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya. Sementara itu, Muhaimin (1993: 15) mengatakan dengan lugas
bahwa pendidikan Islam ialah pendidikan yang falsafah dasar, tujuan-tujuannya dan
prinsip-prinsip dalam melaksanakan pendidikan didasarkan atas nilai-nilai dasar
Islam yang terkandung dalam al Qur’an dan as Sunnah. Dengan demikian,
pendidikan Islam sebagai sistem pendidikan dapat memberikan kemampuan
sesorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai
Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya (Arifin, 2006: 7).
Dalam bahasa Inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah
Education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Sementara itu, pengertian
agama dalam kamus bahasa Indonesia yaitu: “Kepercayaan kepada Tuhan (dewa
dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu.” Pengertian agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi
(1986) yaitu: ”menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari
manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan
jalannya peri kehidupan manusia.
Pendidikan Agama Islam dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan
agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”,
karena yang diajarkan adalah agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha
dalam mendidikkan agama Islam disebut sebagai pendidikan agama Islam.
Sedangkan pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang
13
islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung
terwujudnya sosok muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam ialah pendidikan
yang teori teorinya disusun berdasarkan al-Qur’an dan Hadits (Muhaimin, 2006:4).
Pengertian Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang diungkapkan
Zakiyah Daradjat (2011:86) , yaitu:
a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
sebagai pandangan hidup (way of life).
b) Pendidkan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam.
c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini menyeluruh,
serta menjadikan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Sedangkan M. Arifin mendefinisikan pendidikan Agama Islam adalah proses
yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan yang
mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan
kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar). Jadi Pendidikan Agama Islam adalah
usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak
selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama
Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun
kehidupan masyarakat.
14
Berdasarkan rumusan-rumusan diatas, dapat diambil suatu pengertian,
bahwa pendidikan agama Islam merupakan sarana untuk membentuk kepribadian
yang utama yang mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan norma dan ukuran Islam.
Pendidikan ini harus mampu membimbing, mendidik dan mengajarkan
ajaran-ajaran Islam terhadap murid baik mengenai jasmani maupun rohaninya, agar
jasmani dan rohani, berkembang dan tumbuh secara selaras. Untuk memenuhi
harapan tersebut, pendidikan harus dimulai sedini mungkin, agar dapat meresap
dihati sanubari murid atau anak, sehingga ia mampu menghayati, memahami dan
mengamalkan ajaran islam dengan tertib dan benar dalam kehidupannya.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan
usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan
lain. Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang
meliputi beberapa aspek, misalnya: Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia.
Manuisa hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa
tujuan dan tugas hidup tertentu. Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi
kepada Allah SWT. Indikasi tugasnya barupa ibadah dan tugas sebagai wakil-Nya
dimuka bumi. Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang
manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti
fitrah, bakat, minat, sifat, dan karakter, yang berkecenderungan pada al-hanief
(rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kemampuan,
kapasitas, dan ukuran yang ada. Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik
berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu
15
masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam
mengantisipasi perkembangan dunia modern.
Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan ideal
Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di
dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di
akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk
meraih kehidupan diakhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut
agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki
(Abdul Mujib ; 2006 :71-72).
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Karena pendidikan merupakan suatu
usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,
tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang
berbentuk tetap, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,
berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Pendidikan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan,
dan indera. Pendidikan ini juga membahas pertumbuhan manusia dalam semua
aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah. Pendidikan
ini bukan hanya mempelajari pendidikan duniawi saja, individual, sosial saja, juga
tidak mengutamakan aspek spiritual atau aspek materiil. Melainkan keseimbangan
antara semua itu merupakan karakteristik terpenting pendidikan Islam.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama
Islam mempunyai tujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat
16
melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Dalam
tujuan pendidikan agama Islam ini juga menumbuhkan manusia dalam semua
aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, maupun aspek ilmiah,
baik perorangan ataupun kelompok (Aat Syafaat; 2008 : 33-38).
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum adalah suatu alat yang penting untuk mencapai tujuan
pendidikan dan pelatihan. Salah satu rumusan mengajukan konsep bahwa
kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab
sekolah, baik yang dilaksanakan didalam lingkungan sekolah (lembaga pendidikan)
maupun di luar sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2.2 Nilai-nilai Keislaman
1. Makna Nilai
Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau
perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus
kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun perilaku.
Adapun nilai-nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
1). Nilai Ilahi
Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits. Nilai ilahi dalam
aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan pernah mengalami perubahan, dan tidak
berkecenderungan untuk berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia.
Sedangkan aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan zaman
dan lingkungannnya.
17
2). Nilai Insani
Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan manusia.
Nilai insani ini akan terus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi.
Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan kenyataan alam. ( Muhaimin,
1991:111).
2. Landasan Nilai-nilai Keislaman
Landasan atau dasar nilai-nilai Keislaman dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
a. Dasar pokok, yakni meliputi Al-Qur’an dan hadits
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril
kepada hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna
hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi
pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah membacanya.
Al-qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang
terkandung didalam Al Qur’an itu terdiri terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang
berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang
berhubungan dengan amal yag disebut syari’ah.
2) Sunnah
As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah
SAW. Yang dimaksud dengfan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan
orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau
18
perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah AlQur’an. Seperti Al-Qur’an, sunnah juga berisi aqidah dan syariah. Sunnah berisi
petunjuk untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau manusia yang bertakwa. Untuk
itu Rasulullah menjadi pendidik yang utama. Beliau sendiri yang mendidik,
pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibnu Abi Al-Arqam, kedua
dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan
mengirim para sahabat kedaerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu
adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat
Islam.
2.3 Konversi Agama
1.
Makna Koversi Agama
Konversi agama secara etimologi berasal dari kata “conversio” yang berarti
tobat, pindah, atau berubah. Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam bahasa
inggris “conversion” yang mengandung pengertian; berubah dari suatu
keadaanatau dari satu agama ke agama lain (Jalaluddin Rahmat, 2015). Konversi
agama mengandung pengertian bertobat, menjadi orang yang lebih taat, berubah
agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
Menurut pengertian ini konversi agama bukan hanya mencakup peristiwa pindah
ke agama lain namun juga bertambahnya penghayatan dan ketaatan terhadap
agama yang dianut. Artinya konversi juga bisa terjadi pada agama yang sama
tanpa harus berpindah ke agama yang lain. Heirich (dalam Rahmat, 2015)
mendefinisikan konversi agama sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem
19
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
Definisi ini tampaknya lebih mengedepankan adanya proses perpindahan
keyakinan ke agama lain yang berbeda dengan agama yang dianut sebelumnya.
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Konversi Agama
Berdasarkan pendapat para ahli yang melatarbelakangi terjadinya konversi
agama berkaitan dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni di lapangan. Menurut
Rahmat (2015) setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya
konversi agama, yaitu :
a.
Petunjuk Ilahi/Hidayah
Adanya petunjuk dari yang Maha Kuasa terhadap seseorang
sehingga individu menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa
sepenuhnya
b.
Faktor Sosial
Beberapa faktor sosial yang mempengaruhi terjadinya konversi agama
antara lain :
1) Pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian,
ilmu pengetahuan),
2) Pengaruh kebiasaan-kebiasaan yang bersifat ritual, misalnya
menghadiri upacara keagamaan,
3) Pengaruh ajakan dan persuasi dari orang-orang yang dekat, misalnya
keluarga, sahabat,
4) Pengaruh pemimpin agama,
5) Pengaruh komunitas atau perkumpulan sosial yang diikuti,
20
6) Pengaruh kekuasaan negara/ hukum: Penduduk suatu negara
mempunyai kecenderungan untuk mengikuti agama yang menjadi
agama negara.
c.
Faktor Psikologis
Adanya kebingungan, tekanan, dan perasaan putus asa yang
menimbulkankondisi yang tidak menyenangkan bagi individu sehingga
mendorongnya untukmencari perlindungan ke kekuatan lain yang dianggap
mampu memberinya jawaban, ketenangan dan ketentraman jiwa.
Rahmat (2015) membedakan faktor psikologis yang bersumber
secara internal dan eksternal. Secara psikologis orang akan melakukan
konversi agama apabila ia dalam kondisi tekanan bathin/konflik batin.
Menurut Rahmat konflik batin yang berujung pada terjadinya konversi
agama dapat berupa faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu sebagai berikut:
1. Kepribadian: Penelitian James menunjukkan bahwa tipe
kepribadian melankolis memiliki kecenderungan untuk melakukan
konversi agama
2. Urutan kelahiran: Penelitian Guy E. Swanson menunjukkan
bahwa
ada
semacam
kecenderungan
urutan
kelahiran
mempengaruhi konversi agama. Anak-anak yang berada pada urutan
tengah biasanya cenderung melakukan konversi dibandingkan anak
sulung dan bungsu.
Faktor eksternal yaitu sebagai berikut:
21
1. Faktor keluarga: keretakan, ketidakharmonisan, perceraian,
perbedaan agama orang tua, kurang mendapatkan pengakuan
kerabat.
2.
Lingkungan tempat tinggal: ketidakmampuan beradaptasi
dengan lingkungan, perasaan sendiri dan tidak dihargai oleh
lingkungan.
3.
Kemiskinan:
mendesak,
kekurangan
kebutuhan
pangan
ekonomi
yang
yang
menimbulkan
keputusasaan.
d. Faktor pendidikan
Suasana pendidikan, sistem pendidikan, muatan pengajaran yang
diberikan kepada seseorang dan interaksi dengan ilmu pengetahuan ikut
memberikan pengaruh terhadap terjadinya konversi agama. Dilihat dari
aspek motif yang menyebabkan konversi agama, Lofland & Skonovd
(dalam
Schwartz,
2000)
mengidentifikasi
enam
motif
yang
melatarbelakangi peristiwa konversi agama, yaitu : motif intelektual,
mistikal, eksperimental, afeksional, revivalistik, dan koersif.
22
2.4 Kerangka Pikir
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir
Pendidikan Agama Islam
Anak-anak Keluarga
konversi Agama Desa
Nangalili
Pendidikan Agama Islam
Formal
Penanaman Nilai-Nilai
Keislaman
Pendidikan Agama Islam
Nonformal
Pribadi Muslim
Keterangan gambar :
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha menanamkan nilai-nilai
keislaman pada anak didik ataupun masyarakat. Pada penelitian ini Pendidikan
Agama Islam merupakan kegiatan yang berproses baik melalui Pendidikan formal
dan Nonformal. Pada Pendidikan formal PAI sebagai Mata Pelajaran tersusun
dalam kurikulum yang teratur. Sementara pada pendidikan nonformal Pendidikan
Agama Islam di Kembangkan melalui pola halaqah serta ceramah ceramah agama
pada momentum perayaan hari besar Islam ataupun yang sudah terjadwal.
Pendidikan formal dan nonformal Pendidikan Agama Islam pada anak
Keluarga Konversi Agama sebagai dasar penanaman Nilai keislaman.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses yang
diambil dari fenomena-fenomena di balik realita yang ada, kemudian ditarik
kesimpulannya dengan serangkaian kata atau kalimat. Seperti yang dinyatakan oleh
Lexy J. Moleong (2007:6) tentang penelitian kualitatif sebagai berikut: Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memenfaatkan
berbagai cara alamiah.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nangalili Kec. Lembor Selatan
Kabupaten Manggarai Barat. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari – Juni tahun 2017.
3.3 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah Guru dan Keluarga konversi agama
di Desa Nangalili, Kecamatan Lembor Kabupatan Manggrai Barat
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Teknik observasi
24
Menurut Sukandar Rumidi (2006:68-70), observasi adalah pengamatan dan
pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.
Oleh sebab itu, observasi hendaknya dilakukan oleh orang yang tepat.
Dalam observasi melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi yang
lebih dikenal sebagai observer dan objek yang diobservasi yang dikenal
sebagai observasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan
salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
terhadap objek yang akan diteliti secara sistematika. Dalam observasi ini
peneliti mengamati pola pembinaan, proses pembelajaran dan segala
macam aktivitas lainnya.
2. Teknik wawancara
Menurut Moleong (2007:186), wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua orang yaitu pewawancara
(interviewer )
yang memberi
pertanyaan dan
yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth
interview). Dengan jumlah responden sebanyak 10 kepala keluarga maka
wawancara ini dilakukan kepada seluruh responden baik itu terhadap orang
tua ataupun anak guna mendapatkan data tentang pendidikan agama Islam
pada keluarga konversi agama di desa Nangalili Kec. Lembor Kab.
Manggarai Barat.
3. Mencatat arsip maupun dokumen
Teknik yang digunakan dalam mencatat arsip maupun dokumen adalah
teknik dokumentasi yang berupa informasi maupun perorangan (Hamidi,
25
2004:72). Teknik ini digunakan untuk mencatat arsip maupun dokumen
yang ada dan tersimpan.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini berupa analisis data kualitatif
bersifat memberi keterangan dan penjelasan dari hasil penelitian yang diperoleh dan
dapat digunakan untuk kesimpulan dan saran. Proses dan teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model Milles dan Huberman
Gambar 2 Analisi Model Milles dan Huberman
Penyediaan
data
Display Data
Reduksi data
Data
Collection
26
3.5 Keabsahan Data
Uji keabsahan data dilakukan dengan berbagai cara agar data yang
diperoleh merupakan data yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi
sehingga akan menjamin kredibilitas data tersebut (sugiono, 369-375) di
antaranya adalah :
a. Perpanjang pengamatan
Dengan melakukan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
peniliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk. Peneliti dalam hal
ini memiliki waktu yang relative panjang untuk melakukan penelitian
sehingga dapat menguji keabsahan data yang diambil.
b. Meningkatkan Ketekunan
Peningkatan ketekunan dalam penelitian dilakukan agar data terkait
pendidikan agama islam pada anak konversi agama di desa nangalili
kec. Lembor selatan kab. Manggarai dapat diperoleh secara mendalam.
c. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai pengecakan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
d. Mengadakan Member Checking
Member checking merupakan proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan yang diberikan oleh
pemberi data. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecakan data keada
sumber utama yakni guru Pendidikan Agama Islam dan Orang tua siswa
konversi agama agar data yang diperoleh sesuai dengan nara sumber.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Desa dan Keluarga Konversi Agama
Desa Nangalili berdiri pada tahun 1969 oleh masyarakat manggarai yang
terdiri dari beberapa suku diantaranya suku Manggarai, suku Ende, suku Bugis
dan suku Bima. Secara demografi Desa nangalili berada didaerah pesisir pantai
selatan yang berbatasan langsung dengan laut sawu. Luas keseluruhan desa
Nangalili adalah 24,86 km2 dengan batasan wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tangge
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut sawu
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa waturambu
4. Sebelah barat berbatasan dengan Wae jamal desa Benteng dewa.
Jumlah Penduduk Desa nangalili per 20 April 2016 sebanyak 2288 jiwa
yang terdari 620 kepala keluarga yang sebanyak 80% warganya bekerja sebagai
petani dan nelayan.
Gambar 1. Foto Bersama Kepala Desa Nangalili
28
Berdasar data penduduk, jumlah penduduk beragama Islam sekitar 75% dan
25 % Kristen Katolik/protestan, terdapat 20 Kepala keluarga yang merupakan
keluarga konversi agama yang keseluruhannya bekerja pada sektor pertanian dan
Kelautan. Berdasarkan data Desa, keadaan ekonomi masyarakat dan keluarga
Konversi tergolong miskin yang pendapatan perkapita perbulan belum
memenuhi kebutuhan dasar.
Gambar 2. Pekerjaan Orang dan Anak Keluarga Konversi
29
Data Pendidikan Anak Kelurga Konversi Agama Desa Nangalili
Pendidikan
Jumlah
SD
18 Orang
SMP
7 Orang
SMA sederajat
8 Orang
Sarjana
1 Orang
4.2 Proses Konversi Agama Pada Masyarakat Desa Nangalili
Konversi agama secara etimologi berasal dari kata “conversio” yang berarti
tobat, pindah, atau berubah. Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam bahasa
inggris “conversion” yang mengandung pengertian; berubah dari suatu keadaan
atau dari satu agama ke agama lain (Jalaluddin Rahmat, 2015). Heirich (dalam
Rahmat, 2015) mendefinisikan konversi agama sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu
sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan
sebelumnya. Definisi ini tampaknya lebih mengedepankan adanya proses
perpindahan keyakinan ke agama lain yang berbeda dengan agama yang dianut
sebelumnya.
Dari hasil pengamatan peneliti jumlah keluarga yang mengkonversi ke
agama Islam di desa nangalili sebanyak 20 kepala keluarga, yang terdiri dari 4
orang yang mengikuti agama suami dan 16 orang mengikuti Agama istri.
Sementara keluarga yang mengkonversi agama diluar Islam sebanyak 4 orang.
30
Gambar 3. Bapak/ibu keluarga konversi Agama
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadi konversi agama di desa
Nangalili adalah :
a.
Petunjuk Ilahi/Hidayah
Adanya petunjuk dari yang Maha Kuasa terhadap seseorang
sehingga individu menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa
sepenuhnya. Terdapat 3 kepala keluarga yang melakukan konversi ke
agama Islam dengan latar belakang keinginan sendiri. Mereka dengan
penuh kesadaran melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh hati.
b.
Faktor Sosial
Beberapa faktor sosial yang mempengaruhi terjadinya konversi agama
antara lain :
31
1) Pengaruh ajakan dan persuasi dari orang-orang yang dekat,
misalnya keluarga, sahabat.
2) Pengaruh komunitas atau perkumpulan sosial yang diikuti,
3) Perkawaninan.
Dari
pengamatan
peneliti
faktor
yang
dominan
yang
melatarbelakangi konversi agama di desa Nangalili adalah
perkawin. Dari 20 kepala keluarga sebanyak 15 kepala keluarga
yang konversi agama karna perkawinan.
Upaya pembinaan lebih lanjut tingkat keberagamaan konversan. Banyak
diketemukan dimana perpindahan agama seseorang tidak dibarengi dengan
pelaksanaan peribadatan agama yang baik. Hal ini disebabkan oleh minimnya
pengetahuan keagamaan yang dimiliki oleh keluarga konversi. Dan ini
kemudian berdampak pada pola pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka.
Terdapat 2 Kepala Keluarga yang anak-anak mereka keluarga dari agama islam
dan mengikuti kembali agama asal bapak. Yang menjadi ironis adalah
persoalaan ini bukan hal besar bagi orang tua keluarga konversi agama, karna
bagi mereka pindah suatu agama ke agama lain adalah hal yang biasa dalam
masyarakat.
32
4.3 Pendidikan Agama Islam Pada Anak Keluarga Konversi
1. Pendidikan Agama Islam di Keluarga
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan manusia seutuhnya,
akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena
itu, Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan
dama, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala
kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Berdasarkan pengertian di atas
dijelaskan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
fundamental Islam kepada setiap muslim sehingga akan bermuculan generasi
muda berakhlak yang baik.
Gambar 4. Anak MIS Nangalili
Adapun
landasan
Pendidikan
Islam
Dalam
Keluarga
terdapat dalam Al-Qur’an, surat At-Tahrim ayat 6 yang memiliki arti : “Hai
orang-orang yang beriman, Lindungilah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang
bahan
bakarnya
adalah
manusia
dan
batu…”.
Disini
Allah
memperingatkan manusia untuk melindungi diri dan keluargnya dari siksa api
33
neraka. Disini juga tersirat bahwa anak adalah amanat yang dititipkan Allah
kepada orang tuanya. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Secara umum,
inti tanggung jawab itu ialah penyelenggaraan Pendidikan Islam bagi anak-anak
dalam keluarga (Tafsir, 1994).
Keluarga adalah kelompok orang yang dipersatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, atau adopsi. Di samping itu, keluarga juga bisa dikatakan
orang-orang yang hidup bersama dalam satu rumah dan membentuk suatu
rumah tangga yang merupakan satu kesatuan dan saling berinteraksi dan
berkomunikasi mempertahankan kebudayaan bersama yang berasal dari
lingkungan sekitar atau menciptakan kebudayaan sendiri. Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, bukan semata-mata karena
alasan urutan atau alasan kronologis, melainkan ditinjau dari sudut intensitas
dan kualitas pengaruh yang diterima anak, serta dari sudut tanggungjawab yang
diemban orang tua sekaitan dengan pendidikan anaknya.
Gambar 5. Kegiatan Keagamaan dalam rangka peringatan Hari besar Islam
34
Adapun Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam keluarga pada anak
keluarga konversi agama di dapat diuraikan dalam beberapa hal :
a.
Pendidikan Agama Islam Pada Masa Kehamilan
Banyak sekali keterangan dari Rasulullah SAW yang menunjukkan
bahwa ibu yang sedang hamil diharapkan hidup tenang. Kedua belah
pihak, yaitu suami dan istri hendaknya banyak berdoa kepada Allah agar
diberi anak yang bagus rupanya, cerdas akalnya, dan luhur pekertinya.
Pada masa kehamilan kedua orang tua si calon bayi di anjurkan agar
perbanyak membaca al-quran, berdialog dengan calon bayi serta
melakukan kebajikan-kebajikan. Hal ini diharapkan berdampak yang
baik bagi perkembangan si calon bayi.
Pada beberapa daerah di NTT tradisi syukuran bagi keberadaan si calon
bayi merupakan hal yang harus dilakukan. Namun bagi masyarakat Islam
desa Nangalili tradisi ini sudah tidak lakukan lagi. Hal ini juga
berpangaruh pada generasi selanjutnya tidak lagi melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan acara syukuran kehamilan.
Bagi keluarga konversi agama kegiatan ini sama sekali tidak dikenal.
Berdasarkan hasil wawancara didapati informasi bahwa masyarakat desa
tidak mengetahui makna filosofi dibalik semua kegiatan pada masa
kehamilan. Sementara pendidikan islam bagi calon bayi seperti
memperbanyak tilawah hanya dilakukan oleh kalangan ibu dan bapak
yang bisa mengaji.
35
b.
Aqiqah dan Pemberian Nama
Pada kelurga konversi agama di desa nangalili terbiasa melakukan
syukuran setelah kelahiran. Akan tetapi tidak ada yang melakukan aqiqah
untuk anak mereka. Ketidakmampuan secara finansial serta pemahaman
keagamaan menjadi alasan utama.
Pemberian nama bagi bayi yang baru lahir merupakan doa dan harapan
orang tua terhadap anaknya. Selain itu, nama juga bersangkutan dengan
harga diri seseorang. Orang yang memiliki nama yang jelek akan merasa
rendah diri dalam pergaulan. Pada aspek inilah nama itu berhubungan
dengan masalah pendidikan. Pada anak kelurga konversi agama di desa
nangalili, nama yang diberikan pada anak-anak mereka berupa namanama yang baik. Hal ini bisa dilihat dari nama-nama mereka contohnya
Muhammad Firman, Aisyah dll. Sementara Pada daerah tertentu di NTT
nama-nama anak keluarga konversi masih di hubungkan dengan marga
atau garis adat. Namun yang terjadi di desa Nangalili mereka tidak lagi
menggunakan nama marga dan garis adat. Sehingga hampir seluruh
masyarakat desa Nangalili mengunakan nama-nama yang baik dan
Islami tanpa ada marga.
Dalam pengamatan peneliti, sesungguhnya nama-nama yang diberikan
orang tua/wali menjadi identitas keislaman, sehingga menjadi pembeda
antara muslim dan non muslim. Maka orang tua akan merasa malu jika
memiliki anak dengan nama yang menyerupai nama non muslim.
36
2. Pendidikan Agama Islam Dalam Masyarakat
Pelaksaan pendidikan Islam dalam masyarakat bertujuan untuk
membentuk masyarakat yang sholeh. Masyarakat sholeh adalah masyarakat
yang percaya bahwa ia mempunyai risalah (message) untuk umat manusia,
yaitu risalah keadilan, kebenaran, dan kebaikan yang akan kekal selamalamanya, tidak terpengaruh oleh faktor-faktor waktu dan tempat. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT : “ Kamu adalah ummah terbaik yang
pernah diutus bagi umat manusia, sebab kamu mengajar kepada kebaikan,
dan melarang dari kejahatan “ (Q.S. Ali-Imran:110). Tugas pendidikan
Islam berusaha menolong masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.
adapun pendidikan islam anak kelurga konversi agama Isam adalah sebagai
berikut :
Orang Tua anak keluarga konversi agama melibatkan anak-anak
mereka dalam kegiatan keagamaan. Hal ini untuk menjalin persahabatan
yang baik dengan sesama teman serta masyarakat, membina hubunganhubungan sosial yang serasi, setia kawan, kerjasama, interdependen,
seimbang. Banyak kegiatan yang dilakukan seperti merayakan hari-hari
besar Islam dengan mengadakan kegiatan yang positif. Contohnya
perayakan maulud Nabi Muhammad oleh Remaja Masjid Nurul Hidayah
Nangalili dengan rangkaian kegiatan seperti lomba Tilawah, lomba Azan,
dan cerdas cermat Pendidikan Agama Islam serta ceramah agama untuk
menambah pemahaman keagamaan.
37
Selanjutnya Pendidikan Agama Islam dalam masyarkat Memberi
sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam. Yang dimaksud
perkembangan adalah penyesuaian dengan tuntutan kehidupan modern
dengan memelihara identitas Islam, sebab Islam tidak bertentangan dengan
perkembangan dan pembaharuan. Maka Pendidikan Agama Islam
menyiapkan individu dan kelompok untuk menerima perkembangan dan
turut serta di dalamnya dan menyiapkan mereka untuk membimbing
perkembangan itu sesuai dengan tuntutan-tuntutan syariat, akhlak, dan
aqidah Islam. Pendidikan Agama Islam dalam Masyarakat menyiapkan
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan yang bersemangat Islam, sadar, dan
melaksanakan ajaran agamanya, sangat prihatin dengan peninggalan
peradaban Islam, di samping bangga dan bersedia membelanya matimatian, sehingga karyanya bercorak Islam sejati.
3. Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dalam pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan keagamaan yang tercantum dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
38
Indonesia No. 55 Tahun 2007. Dalam pasal 1 PP No. 55 Tahun 2007
dinyatakan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan keagamaan
adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang
ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan
ajaran agamanya. Dalam pasal 9 dinyatakan bahwa pendidikan
keagamaan diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal,
dan informal.
Desa Nangalili telah memiliki lembaga pendidikan formal dan
non formal. Lembaga pendidikan terdiri dari SD Katholik, Madrasah
Ibtidaiyah Salahuddin Nangalili, Madrasah Tsawiyah Negeri dan
Madrasah Aliyah Salahuddin Nangalili yang baru beroperasi pada 2016.
39
Sementara lembaga pendidikan informal berupa TPQ Masjid Nurul
Hidayah Nangalili. Dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rendah
maka semua lembaga pendidikan formal dan non formal tidak menarik
biaya pendidikan (SPP) dan keuangan lainnya. Kecuali Madrasah
Aliyah yang memang membutuhkan biaya operasional yang tinggi
sehingga menetapkan biaya per-siswa sebanyak 100.000. dan
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa sampai saat
ini per November hanya 50% yang membayar.
Gambar 6. Madrasah/Sokolah di Desa Nangalili
Untuk pendidikan dasar, orang tua keluarga konversi agama
mempercayakan anak-anak mereka di Madrasah Ibtidaiyah Salahuddin
Nangalili. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu
orang tua/wali yang bernama Melly, bahwa mereka menyadari
keberadaan mereka dengan minimnya ilmu agama islam maka kami
merasa perlu untuk menyerahkan pendidikan anak kami di MIS
40
Salahuddin Nangalili yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu
umum.
Gambar 7. Foto Bersama Guru Pendidikan Agama Islam
Untuk
baca
tulis
al
Qur’an
beberapa
orang
tua/wali
mempercayakan anak anak mereka pada TPQ. Sementara yang lainnya
menyerahkan anak-anak mereka pada guru ngaji yang membuka les
pada malam hari dengan sistem tradisional. Dari pengamatan peneliti
kegiatan ini dilakukan dilakukan pada malam hari dengan duduk
membentuk lingkaran. Proses belajar seperti ini menurut peneliti sangat
membantu terhadap penanaman nilai islam disamping
formal di Sekolah.
41
pendidikan
Gambar 8. Foto Keluarga Konversi Agama di Depan Masjid
Gambar 9. Foto Kondisi Rumah dan Lingkungan
42
4.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Keislaman
a. Faktor Pendukung
1)
Lingkungan Masyarakat
Desa Nangalili merupakan desa yang berada di Nusa Tengara Timur
yang penduduk mayoritas Islam sehingga anak-anak mendapatkan
teman
yang se aqidah. Pada dasarnya penanaman nilai-nilai
keislaman merupakan tanggung jawab bersama orang tua, guru dan
masyarakat. Keterlibatan lingkungan masyarakat merupakan salah
satu kunci keberhasilan dalam penanaman nilai-nilai keislaman.
2)
Lembaga Pendidikan Islam
Keberadaan lembaga pendidikan Islam sebagai lembaga formal
dinyatakan dalam pasal 17 bahwa pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
Mengenai pendidikan menengah dinyatakan dalam pasal 18
bahwa Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain
yang sederajat.
43
Keberadaan lembaga pendidikan adalah amanat undang-undang,
jadi pemerintah berkewajiban menyediakan lembaga pendidikan
untuk
mendidik
pemerintah
anak-anak
daerah
bangsa.
Manggarai
Barat
Begitu
telah
pula
dengan
memfasilatasi
berdirinya lembaga pendidikan.
Dari hasil observasi peneliti terdapat 5 buah lembaga pendidikan
formal ada di desa Nangalili. Sementara 3 buah lembaga
pendidikan islam formal dan 1 TPQ. Keberadaan lembagai
pendidikan islam ini berperan penting terhadap penanaman nilai nilai keislaman pada anak keluarga konversi
3)
Guru Agama dan Lembaga non formal
Guru adalah pendidik yang mengupayaka perkembangan seluruh
potensi anak didik. Berdasarkan observasi peneliti dapat simpulkan
bahwa Keberadaan guru agama di desa nangalili merupakan unsur
penting dalam menanamka nilai keislaman. Di Desa Nangalili
Seorang guru agama disamping mengajar di sekolah juga membuka
less dengan menjadikan rumah-rumah mereka sebagai TPQ untuk
mengajar mengaji dan pendidikan agama islam lainnya mengajar
tanpa memungut biaya dari anak didiknya.
44
b. Faktor Penghambat
1) Pendidikan Orang Tua murid
Dari hasil penelitian bahwa rata-rata pendidikan pelaku konversi
agama adalah Sekolah Dasar. Berdasarkan data ini peneliti
menyimpulkan pendidikan mempengaruhi pemahaman orang tua
terhadap penanaman nilai-nilai keislaman.
2) Pekerjaan Orang Tua
Dengan pendidikan yang rendah maka banyak diantara pelaku
konversi agama bekerja sebagai buruh, petani dan nelayan.
Dengan kondisi
geografis desa yang berada di pesisir maka
banyak pelaku konversi agama menghabiskan waktu
untuk
mencari nafkah di laut. Hal ini membuat intensitas pertemuan anak
dan orang tua berkurang.
3) Lingkungan Masyarakat dan Sekolah
Lingkungan
Masyarakat
merupakan