PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS XI PADA MATERI LAJU REAKSI SESUAI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN DAN BERBASIS PROYEK.

(1)

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS XI MATERI LAJU REAKSI SESUAI DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN DAN BERBASIS PROYEK

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Kimia

OLEH :

FRISKA JULIANA PURBA 8136142010

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

P E N G E M B A N G A N PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X I M A T E R I L A J U R E A K S I S E S U A I DENG AN

M O D E L PEMBELAJARAN P E N E M U A N D A N BERBASIS PROYEK

Disusun dan diajukan oleh

Nama : Friska Juliana Purba Nim : 8136142010

Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis

Pada Hari R a t a Tanggal 08 April 2015 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Medan, 10 April 2015

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing 1

tar, M.Si Nip. 1 * 7 0 3 1 7 199203 1 004

Pembimbing II

Prof. DryRamlan Silaban, M.Si Nip.19600618 198703 1 002

Mengetahui:

Ketua Program Studi P^ndidiJ

Prof. Dr. R&mlan Silaban, M.Si Nip.19600618 198703 1 002

y^^gm^p^a Pascasarjana

.}ljr#er^itas-NegeH. Medan

*«9

b<ffl6i|iin Sibuea, M.Pd f


(3)

PERSETUJUAN D E W A N PENGUJI UJIAN TESIS MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

No Naina Tanda Tangan

1 Dr. Zainuddin Muchtar, M.Si Nip. 19670317 199203 1 004

2 Prof. Dr. Ramlan Silaban, M. Nip. 19600618 198703 1 002

3 Prof. Dr. Albinus Silalahi, M.S Nip. 19530320 198012 1 001

4 Dr. Mahmud, M.Sc

Nip. 19580222 198903 1 002

5 Eddiyanto, Ph.D

Nip. 19670425 199403 1 012

N a m a : Friska Juliana Purba

Nim :8136142010

Prodi : Pendidikan Kirnia


(4)

Pernyataan Tidak Melakukan Plagiat dan Memalsukan Data

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Friska Juliana Purba NIM 8136142010 Angkatan 23

Prodi Pendidikan Kimia

Judul Tesis : Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas XI Pada Materi Laju Reksi Sesuai dengan Model Pembelajaran Penemuan dan Berbasis Proyek

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. benar tesis saya adalah karya saya sendiri, bukan dikerjakan orang lain; 2. saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan tesis saya;

3. saya tidak ada merobah atau memalsukan data penelitian saya.

Jika ternyata di kemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan salah satu hal di atas, maka saya bersedia dikenai sanksi yang berlaku berupa pencopotan gelar saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, Maret2015 Saya yang membuat pernyataan,


(5)

ABSTRAK

FRISKA JULIANA PURBA. Nim : 8136142010. Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Sma Kelas XI Pada Materi Laju Reaksi Sesuai dengan Model Pembelajaran Penemuan Dan Berbasis Proyek. Thesis. Medan, 2015. Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universtitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengembangkan penuntun praktikum laju reaksi sesuai dengan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. (2) Mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar secara signifikan yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. (3) Mengetahui bagaimana efektivitas yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. Lokasi penelitian yaitu SMA Methodist-1 Medan. Sampel penelitian diambil sebanyak dua kelas yaitu kelas eksperimen I yang diajar menggunakan penuntun praktikum sesuai model penemuan dan kelas eksperimen II yang diajar menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek. Sebelum dilakukan penelitian penuntun praktikum telah disusun, divalidasi oleh dosen dan guru yang ahli dibidangnya dan diujicobakan ke sekolah. Berdasarkan hasil tabulasi angket diperoleh bahwa nilai rata-rata dari model pembelajaran berbasis proyek lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata dari model pembelajaran penemuan. Sehingga diperoleh bahwa penuntun praktikum sesuai model berbasis proyek lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan. Sedangkan setelah diujicobakan dan diperoleh hasil belajar kelas eksperimen I dimana rata-rata nilai pretes sebesar 56,50 dan rata-rata nilai postes sebesar 76,00. Sedangkan di kelas eksperimen II rata- rata nilai pretes sebesar 55,00 dan rata-rata nilai postes sebesar 75,00. Sehingga menurut data hasil belajar siswa diperoleh bahwa penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek. Hal ini terbukti karena siswa pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum dengan model Penemuan pada implementasinya melakukan praktikum dengan sepenuhnya mengikuti prosedur praktikum dengan alat dan bahan yang juga telah disediakan menjadikan siswa secara merata memahami pekerjaan praktikum tersebut sedangkan pada kelas ekperimen II menuntut siswa untuk merancang sendiri praktikum, serta menentukkan alat dan bahan dengan mencari sendiri secara berkelompok. Penerapan model praktikum seperti ini masih belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah, karena kemampuan antara siswa belum merata sehingga dalam satu kelompok praktikum ada siswa yang mendominasi pengerjaan praktikum dan yang lainnya hanya sebagai pengamat saja.

Keyword: Pengembangan Penuntun Praktikum, Model Penemuan, Model Berbasis Proyek


(6)

ABSTRACT

Purba Juliana Friska. Nim. 8136142010. Development of Guidance Practical Chemistry for Eleven Class Senior High School on Theory About Rate Reaction According to the Type of Discovery and Project Based Learning. Thesis. Medan. 2015. The Postgraduate Program of Chemistry Education of State University of Medan.

This research aims to (1) develop practical guidance reaction rates according to the model of project-based learning and discovery. (2) Know the difference significantly increase learning outcomes that learned by using practical guidance model of project-based learning and discovery. (3) Determine the effectiveness of that learned how to use the guide practical model of project-based learning and discovery. Location of research that SMA Methodist-1 field. Samples were taken by two classes of experimental class I taught using practical guide appropriate experimental models of discovery and class II are taught using practical guide appropriate project-based learning model. Before do this research practical guidance has been developed, validated by lecturers and teachers who are experts in their field and tested to school. Based on the results of the questionnaire tabulation showed that the average value of project-based learning model is higher than the average value of the discovery learning model. Thus obtained that correspond practical guidance based model projects more effectively applied in learning compared with corresponding practical guidance discovery learning model. Meanwhile, after learning outcomes tested and obtained experimental class I, where the average value of pretest is 56.50 and posttest mean score is 76.00. While in the experimental class II average pretest score is 55.00 and an average value of posttest is 75.00 . So according to the data obtained in student learning outcomes that correspond practical guide more effective discovery learning model applied in learning compared with corresponding practical guide project-based learning model. This is evident because the students in the experimental class I, which uses practical guide with models of discovery in doing practical implementation to fully follow lab procedures with tools and materials have also been provided to make the students evenly understand the lab work while in the second experiment class requires students to design own practice, as well as determine the tools and materials to find yourself in a group. The application of such a practice models still can not fully be done in schools, because the ability of the students have not been evenly distributed so that in practice there is a group of students who dominate the lab work and the other only as observers only.

Keywords : Development Guidance Practical, Discovery Model, Project Based Learning.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kuasa-Nya yang tak terhingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Sma Kelas XI Pada Materi Laju Reaksi Sesuai dengan Model Pembelajaran Penemuan Dan Berbasis Proyek.. Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini karena adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu tak lupa penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Zainuddin Muchtar, M.Si sebagai Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban , M.Si sebagai pembimbing II dan Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si sebagai validator penuntun praktikum yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta saran-saran kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Albinus Silalahi, M.S sebagai penguji I, Bapak Eddyanto, Ph.D sebagai penguji II dan Bapak Dr. Mahmud, M.Sc sebagai penguji III sekaligus notulen, yang telah memberikan saran guna kesempurnaan isi dari tesis ini. Juga kepada Bapak Prof.Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku direktur Pascasarjana Unimed serta seluruh Dosen dan staf pegawai di program pendidikan kimia pascasarjana yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak terhingga kepada penulis sehingga bermanfaat bagi peningkatan wawasan dan motivasi penulis serta memberikan kemudahan dan bantuan selama mengikuti perkuliahan. Terimakasih kepada Bapak Drs.Binsar Sitorus, M.Pd sebagai kepala sekolah yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, Bapak Drs. Pantas Silaban, M.Si, Bapak Poniman Sinaga, S.Pd sebagai guru kimia, ibu Dian Situmorang M.Pd sebagai kepala laboratorium dan siswa-siswi IPA Kelas XI di SMA Methodist-1 Medan

Terimakasih kepada teman-teman Perkantas Pematangsiantar yang memberikan dukungan kepada penulis terkhusus kakanda Farida Sitorus yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi ini.

Terimakasih teristimewa buat keluarga penulis, Ayah K. Purba, Ibu L. Sipayung, kakanda Keluarga R. Sumbayak, abanganda Keluarga Jhon Sufriadi


(8)

Purba, abanganda Keluarga Jhon Aliaman Purba dan abang serta adik penulis yang telah sabar memberi dukungan moril maupun doa-doanya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya serta kepada adek-adek saya di tim Sairama Komputer.

Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan selama perkuliahan generasi XXIII Pendidikan Kimia Pascasarjana Unimed khususnya kepada Zakiah, Kiki, Ahmad Fauzi yang telah memberi motivasi dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terimakasih kepada seluruh sahabat dan rekan-rekan penulis, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas setiap dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama ini.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus yang dapat membalas kebaikan yang telah saudara semuanya berikan kepada penulis dan semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada siapa saja yang membacanya.

Medan, Februari 2015 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 7

1.3.Batasan Masalah... 7

1.4.Rumusan Masalah ... 8

1.5.Tujuan Penelitian ... 8

1.6.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teoritis ... 10

2.1.1. Hakikat Belajar ... 10

2.1.2. Proses Pembelajaran ... 11

2.1.3. Pembelajaran Konstruktivis ... 12

2.1.4. Pendekatan Saintifik ... 14

2.1.4.1.Tujuan Pendekatan Ilmiah/Saintifik ... 14

2.1.4.2.Pendekatan Saintifik/Ilmiah Dengan Metode berbasis proyek ... 15

2.1.4.3.Pendekatan Saintifik/Ilmiah Dengan Metode penemuan 18 2.1.4.4.Syntax Metode Penemuan dan Berbasis Proyek ... 20


(10)

2.1.6. Penuntun Praktikum Dalam Pembelajaran Kimia ... 22

2.2.Kerangka Konseptual ... 24

2.3.Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian ... 27

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.3.Analisis Pembelajaran ... 28

3.4.Desain Penelitian ... 28

3.5.Prosedur Penelitian ... 29

3.6.Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.7.Teknik Analisis Data ... 31

3.7.1.Uji Normalitas ... 31

3.7.2.Uji Homogenitas ... 31

3.7.3.Pengujian Hipotesis ... 31

3.7.4.Uji Validitas Angket ... 32

3.7.5.Peningkatan Hasil Belajar ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Umum Penelitian ... 35

4.2.Pengembangan Penuntun Praktikum ... 36

4.3.Analisis Penuntun Praktikum Kimia yang Telah Dikembangkan . 39 4.3.1.Aspek Cakupan Praktikum ... 41

4.3.2.Aspek Sistematika Penyajian ... 42

4.3.3.Aspek Mengandung Wawasan Produktifitas ... 43

4.3.4.Aspek Merangsang Keingintahuan ... 44

4.3.5.Aspek Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill) 46 4.3.6.Aspek Desain ... 47

4.3.7.Aspek Bahasa ... 48

4.4.Standarisasi Penuntun Praktikum Kimia Kelas XI Materi Laju Reaksi ... 49


(11)

4.4.1. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Laju reaksi Berdasarkan Model Penemuan dan

Model Berbasis Proyek ... 51

4.4.2. Aplikasi Penuntun Praktikum Kimia Berdasarkan Model Penemuan dan Model Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 52

4.5.Uji Normalitas ... 54

4.6.Uji Homogenitas Data ... 55

4.7.Uji Hipotesis ... 56

4.8.Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 60

5.2.Saran ... 61


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Perbandingan model pengajaran yang berpusat

pada guru dan yang berpusat pada siswa ... 13

Tabel 2.2. Kajian Literatur ... 21

Tabel 3.1. Deskripsi populasi dan sampel pada SMA yang ditetapkan sebagai sampel pada penelitian pengembangan penuntun praktikum menggunakan pendekatan saintifik ... 27

Tabel 3.2. Penentuan tingkat kelayakan penuntun praktikum ... 33

Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Kimia Pada Kelas eksperimen ... 53

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Data ... 55

Tabel 4.3. Tabel Uji Homogenitas Data ... 55


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Ranah dalam pendekatan saintifik ... 20

Gambar 2.2. Sintaks metode penemuan ... 20

Gambar 2.3. Syntaks Metode berbasis proyek ... 21

Gambar 3.1. Diagram alur tahapan penelitian ... 29

Gambar 4.1. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Model Penemuan dan Berbasis proyek Berdasarkan Cakupan Praktikum ... 41

Gambar 4.2. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Model Penemuan dan Berbasis proyek Berdasarkan Sistematika Penyajian 42

Gambar 4.3. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Model Penemuan dan Berbasis proyek Berdasarkan Mengandung Wawasan Produktifitas ... 43

Gambar 4.4. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Model penemuan dan berbasis proyek Berdasarkan Merangsang Keingintahuan 45 Gambar 4.5. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Model Penemuan dan berbasis proyek Berdasarkan Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill) ... 46

Gambar 4.6. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Model Penemuan dan berbasis proyek Berdasarkan Desain ... 47

Gambar 4.7. Uji Kelayakan Penuntun Praktikum Model Penemuan dan berbasis proyek Berdasarkan Bahasa ... 48


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 66

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Penemuan ... 70

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Berbasis Proyek ... 77

4. Materi Laju Reaksi ... 84

5. Instrument Penelitian dan Kunci Jawaban ... 93

6. Angket Kelayakan Penuntun Praktikum Model Penemuan ... 101

7. Angket Kelayakan Penuntun Praktikum Model Berbasis Proyek .... 102

8. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest dan Postest Kelas Ekperimen 1 dan 2 103 9. Tabulasi Hasil Jawaban Angket Guru dan Dosen ... 104


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus dilaksanakan untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Mencerdaskan bangsa merupakan tuntutan yang cepat atau lambat yang harus dikerjakan. Dalam proses menuju kecerdasan tentunya melalui satu proses pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidikan merupakan aspek dalam pembangunan suatu bangsa yang harus dikembangkan. Hal ini dituangkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Memang sangat masuk akal, sebab teknologi pendidikan bertolak dari penerapan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan juga terus berkembang dari zaman ke zaman, termasuk di dalamnya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Salah satu cabang di dalamnya adalah Ilmu Kimia. Belajar akif sangat diharapkan khususnya untuk peserta didik supaya tercapai hasil belajar yang maksimum. Materi pelajaran kimia di SMA/MA secara umum memiliki karakteristik bersifat abstrak sehingga diperlukan kemampuan guru


(16)

2

untuk menjadikan lebih konkrit (Suharta dan Putri Lynna, 2013). Ketika peserta didik hanya menerima pelajaran dari para pendidik, maka hasil yang diperoleh adalah mereka akan merasa jenuh pada tingkat tertentu, bahkan karena kejenuhan yang dirasakan, mereka akan melupakan bahkan mengabaikan pelajaran tersebut. Untuk itu langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah memperlengkapi para pendidik seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 6 menyatakan bahwa kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional. Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk menghasilkan praktik terbaik dalam proses pembelajaran (Carolin Rekar Munro, 2005). Oleh karena itu, ketika terjadi perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka gurulah yang harus berperan mewujudkan harapan itu. Guru pada hakekatnya mengemban tugas untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual secara bersamaan. Salah satu cara pendidik yang digunakan adalah melakukan pembelajaran dengan berpusat kepada siswa atau Student Center. Cara tersebut dapat memotivasi peserta didik untuk lebih dan percaya diri serta dapat mendorong siswa utuk dapat mencari sendiri informasi-informasi tentang pembelajaran yang akan dipelajarinya atau untuk memudahkan siswa agar dapat belajar secara mandiri. Menurut Retno Dwi Suyianti (2010), Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara


(17)

3

optimal unuk memperoleh hasil belajar berupa panduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang. Menurut Arends (294) : Keterampilan kognitif maupun fisik adalah fondasi yang dibangun pembelajaran tingkat tingginya (termasuk Learning to Learn, belajar mengajar). Sebelum siswa dapat menemukan berbagai konsep yang kuat, berpikir kritis, mengatasi masalah, atau menulis secara kreatif, mereka mula-mula harus mendapatkan berbagai keterampilan dan informasi dasar. Sebelum siswa berpikir kritis, mereka harus memiliki keterampilan-keterampilan dasar yang berhubungan dengan menarik logika, seperti menarik kesimpulan dari data.

Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran perlu diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran berbasis penelitian (Penemuan). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis proyek dan penemuan.

Pembelajaran dengan pendekatan Penemuan yaitu melatih peserta didik untuk mendapatkan jawaban-jawabannya sendiri berdasarkan temuannya atau menemukan lagi sesuatu yang ditemukan (dengan membuktikan kembali). Itu


(18)

4

berarti, melalui pendekatan Penemuan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan ide dan gagasan dalam usaha untuk memecahkan masalah. Pembelajaran dengan pendekatan Penemuan juga dapat lebih memberikan pemahaman kepada siswa dan lebih mudah diingat serta lebih lama melekat. Dan metode pembelajaran Berbasis proyek adalah salah satu pendekatan saintifik yang lebih alternatif dan inovatif untuk diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran dengan berorientasi pada peserta didik (student center), salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan metode praktikum. Dalam pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan yang tepat, juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.

Penelitian yang dilakukan Amy J. Phelps & Cherin Lee (2003) yang dilakukan dari tahun 1990 – 2000 terhadap guru-guru baru yang mengajar kimia menunjukkan bahwa semua guru tersebut setuju bahwa mengajar kimia tidak dapat dilakukan tanpa laboratorium. Lebih lanjut dikatakan bahwa laboratorium adalah esensial untuk mengajar sains, termasuk kimia. Metode praktikum dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari secara nyata, maka


(19)

5

peserta didik tidak hanya belajar konsep secara verbal, tetapi juga keterampilan-keterampilan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan demikian peserta didik lebih memahami proses-proses yang terjadi, dan memandang ilmu kimia itu sebagai sesuatu yang realistis dan dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu juga melalui praktikum, peserta

didik juga berperan dalam “meneliti” suatu masalah. Mereka melaporkan hasil

eksperimennya, melaporkan hasil pengamatannya, data yang berhasil dikumpulkannya, dan kesimpulan yang dirumuskan yang didasarkan atas eksperimennya sendiri.

Pembelajaran dengan pengamatan menurut Bruner (1990) bahwa peserta didik biasanya belajar dengan sistem tradisional dalam konteks konvensional beralih kepembelajaran secara mandiri atau peserta didik mencari sendiri. Khususnya Pembelajaran kimia, laboratorium sangat berperan membuat peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena dengan mendapatkan kesempatan secara langsung untuk melihat, mengamati dan melakukan, dalam hal ini, peserta didik akan lebih mudah untuk mengingat hal-hal yang telah dicapainnya secara permanen. Kegiatan laboratorium memiliki peran penting dalam pembelajaran sains, dan telah menunjukkan bahwa banyak manfaat diperoleh dari peserta didik yang terlibat dalam kegiatan laboratorium tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas pendidikan yang melakukan percobaan di laboratorium dalam pendidikan sains dalam memfasilitasi pencapaian kognitif, afektif, dan tujuan praktis.


(20)

6

Keinginan menciptakan kegiatan belajar mengajar dikelas secara ideal serta tuntutan banyaknya materi yang harus dikuasai peserta didik terkadang membuat para guru kesulitan memfokuskan perhatian terhadap kualitas praktikum yang dilakukan peserta didik. Banyak kendala yang dialami guru dalam memaksimalkan kegiatan praktikum peserta didik. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, antara lain: Tuysuz (2010) terdapat kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah, diantaranya belum tersedianya penuntun praktikum kimia yang dapat mengarahkan siswa ketika praktikum, guru juga belum memiliki panduan dalam menilai ketrampilan proses sains dan sikap ilmiah, bahan dan alat praktikum kimia yang mahal juga menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum kimia disekolah.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan pengembangan penuntun praktikum kimia SMA dalam bentuk sebuah penuntun praktikum. Alur pelaksanaan praktikumnya disusun sesuai dengan pendekatan ilmiah. Dengan demikian, penulis/peneliti untuk mencoba menulis tentang “Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas XI Materi Laju Reaksi Sesuai dengan Model Pembelajaran Penemuan dan Berbasis Proyek”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1) Pengembangan penuntun praktikum untuk SMA berdasarkan pendekatan ilmiah


(21)

7

2) Bentuk penuntun praktikum kimia pada pokok bahasan laju reaksi untuk SMA kelas XI.

3) Efektifitas pembelajaran kimia dengan menggunakan penuntun praktikum pada pokok laju reaksi untuk SMA kelas XI berdasarkan pendekatan penemuan dan berbasis proyek.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah dalam identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada:

1) Dua jenis pendekatan ilmiah yang digunakan adalah model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek

2) Efektifitas pembelajaran didasarkan pada hasil belajar peserta didik

3) Hasil belajar peserta didik yang akan diukur dibatasi pada ranah kognitif dari taksonomi Bloom yang meliputi aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), serta pada ranah afektif dan ranah psikomotorik

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah terdapat perbedaan penuntun praktikum kimia berdasarkan Penemuan


(22)

8

2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara sebelum dan sesudah diajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum materi laju reaksi berdasarkan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek? 3) Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar secara signifikan antara

yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum materi laju reaksi berdasarkan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek? 4) Apakah terdapat efektifitas proses pembelajaran yang dibelajarkan dengan

menggunakan penuntun praktikum penemuan dan berbasis proyek?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mendapatkan penuntun praktikum kimia pada materi laju reaksi dengan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek.

2) Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar secara signifikan yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek.

3) Untuk mengetahui bagaimana efektivitas yang dibelajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek.


(23)

9

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1) Untuk guru kimia, Penambahan penuntun praktikum kimia pada materi laju

reaksi untuk mengajar.

2) Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu peserta didik dalam melakukan praktikum kimia pada pokok bahasan laju reaksi untuk mencapai keberhasilan yang maksimal.

3) Untuk para peneliti, untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait penelitian dan terinspirasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(24)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diberikan kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini.

5.1.Kesimpulan

1. Terdapat penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek yang telah divalidasi berdasarkan saran atau masukan dari 10 orang guru dan 1 orang dosen, terdapat 7 aspek dalam uji kelayakan sebuah penuntun praktikum pada aspek yang pertama berdasarkan cakupan praktikum, aspek yang kedua sistematika penyajian, aspek yang ketiga mengandung wawasan produktifitas, aspek keempat merangsang keingintahuan, aspek kelima aspek mengembangkan kecakapan hidup (life skill), aspek keenam aspek desain, dan aspek ketujuh bahasa dan pada semua aspek yang digunakan terdapat bahwa model pembelajaran berbasis proyek lebih efektif digunakan dibandingkan model pembelajaran penemuan.

2. Hasil analisis data di kelas eksperimen I diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 56,50 dan rata-rata nilai postes sebesar 76,00. Sedangkan di kelas eksperimen II rata- rata nilai pretes sebesar 55,00 dan rata-rata nilai postes sebesar 75,00. Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek mengalami peningkatan. Hipotesis berdasarkan gain hasil


(25)

61

belajar kelas eksperimen I dan eksperimen II diperoleh nilai sig < 0,05 sehingga Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan penuntun praktikum sesuai model penemuan dan berbasis proyek.

3. Setelah diujicobakan ke siswa, penuntun praktikum sesuai model penemuan lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek. Hal ini terbukti karena siswa pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum dengan model Penemuan pada implementasinya melakukan praktikum dengan sepenuhnya mengikuti prosedur praktikum dengan alat dan bahan yang juga telah disediakan menjadikan siswa secara merata memahami pekerjaan praktikum tersebut sedangkan pada kelas ekperimen II menuntut siswa untuk merancang sendiri praktikum, serta menentukkan alat dan bahan dengan mencari sendiri secara berkelompok. Penerapan model praktikum seperti ini masih belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah, karena kemampuan antara siswa belum merata sehingga dalam satu kelompok praktikum ada siswa yang mendominasi pengerjaan praktikum dan yang lainnya hanya sebagai pengamat saja.


(26)

62

5.2.Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Melihat penggunaan penuntun praktikum dengan model pembelajaran berbasis proyek belum dikuasai siswa dikarenakan karena tidak meratanya pemahaman siswa, hendaknya guru kimia benar-benar memperhatikan kemampuan siswa dalam bekerja sama dan membuat siswa supaya benar-benar kreatif dalam melakukan praktikum

2. Dalam pembelajaran dengan menggunakan praktikum, hendaknya guru tidak hanya sekedar mentransfer konsep-konsep kimia, melainkan memberi pemahaman lebih bagaimana konsep tersebut terjadi, dipahami, dikuasai dan diaplikasikan

3. Dalam proses pembelajaran, hendaknya guru menyertakan kedua model pembelajaran ini dimana menyeimbangkan antara penuntun praktikum model penemuan dan berbasis proyek supaya siswa dapat memahami kajian secara teoritis dan terlatih juga untuk terampil merancang sendiri alat praktikum.


(27)

63

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT. Refika Aditama: Bandung.

Amy J. Phelps & Cherin Lee. 2003. The Power of Practice : What Students Learn From How We Teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829 – 832. Arends. 2008. Learning To Teach : Belajar untuk Mengajar. Terjemahan : Helly

Prajitmo Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Bruner, J.S. 1990. Acts of meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bryant, R. J., Edmunt, A. M. 1987. They like lab-centered science. The Science

Teacher, 54(8), 42-45.

Camplbell, T. dan Bohn. 2008. Descriptive Research from the Classroom. Science Laboratory Experiences of High School Students Across One State in the U.S. Science Educator. 17(1):36-44.

Carolin Rekar Munro. 2005. “Best Practices” In Teaching and Learning :

Challenging Current Paradigms and Redefining Their Role In Education. The College Quarterly. 8 (3), 1 – 7.

Celik, S. 2014. Chemical Literacy Levels of Science and Mathematics Teacher Candidates. Australian Journal of Teacher Education, 39 (1).

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga Erlangga

Daryanto. 2014. Pengembangan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta : Gava Media.

Derlina. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Model Pembelajaran Konstruktivis Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun 2013 Bidang Pendidikan.

Gagne, Robert, M. Leslie. 1992. Principles of Instructional Design. New York. Holt Rinerhart.


(28)

64

Godwin, Ben Davis. 2005. Teaching Undergraduates at the Interface of Chemistry and Biology: Challenges and Opportunities.

Hake, Richard. 1998. Analyzing Chage/Gain Scores. http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf (Maret 2015)

Jahro, I.S. 2009. Desain Praktikum Alternatif Sederhana (PAS) Wujud Kreatifitas Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum pada Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia I(2):44-47.

Joyce Bruce, Weil Marsha, Calhoun Emily. 2009. Model Of Teaching. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia untuk Universitas Jilid 1 . Jakarta : Erlangga

Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.e-journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 2012

Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Materi dan Perubahannya, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 3(1):45-51

Situmorang, R. 2013. Pengaruh Metode Peta Pikiran terhadap Hasil belajar siswa pada Materi Suhu dan Kalor di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi.. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19(1): 19-27.

Sudjana, N., (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Suharta dan Putri Lynna A. Luthan. 2013. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun 2013 Bidang Pendidikan. Pengembangan Karakter Kejujuran dan Kemandirian Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah.. 6(4):34-40,


(29)

65

Suyanti Dwi Retno, 2010. Strategi Pembelajaran Kimia, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syaif Kemali, 2013. Perkembangan Peserta Didik. Cetakan Pertama. Medan Tarigan Simson, 2013, Buku Materi Ajar Strategi Belajar Mengajar Kimia.

Medan

Tatli, Z., dan Ayas, A., 2013, Effect of Virtual Laboratory on Students’ Achievment, Educational Technology and Society Journal 16(1): 159-170 Tatli, Z., dan Ayas, A., 2012, Virtual Chemistry Laboratory : Effect of

constructivist Learning Environment, Turkish Online Journal of Distance Education, 13: 1-12

Tezcan, H., & Bilgin, E. 2004. Affects of laboratory method and other factors on the student success in the teaching of the solvation subject at the high schools. J Gazi Educ Fac , 24:175-191.

Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. IOJES 2(1): 37-53

Tim Pascasarjana UNIMED, 2010, Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Wilson L Michael. (2014). Education and Training in Pathology and Laboratory Medicine.

Widyantini, Theresia. 2014. Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. PPPPTK Matematika.


(1)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diberikan kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini.

5.1.Kesimpulan

1. Terdapat penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek yang telah divalidasi berdasarkan saran atau masukan dari 10 orang guru dan 1 orang dosen, terdapat 7 aspek dalam uji kelayakan sebuah penuntun praktikum pada aspek yang pertama berdasarkan cakupan praktikum, aspek yang kedua sistematika penyajian, aspek yang ketiga mengandung wawasan produktifitas, aspek keempat merangsang keingintahuan, aspek kelima aspek mengembangkan kecakapan hidup (life skill), aspek keenam aspek desain, dan aspek ketujuh bahasa dan pada semua aspek yang digunakan terdapat bahwa model pembelajaran berbasis proyek lebih efektif digunakan dibandingkan model pembelajaran penemuan.

2. Hasil analisis data di kelas eksperimen I diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 56,50 dan rata-rata nilai postes sebesar 76,00. Sedangkan di kelas eksperimen II rata- rata nilai pretes sebesar 55,00 dan rata-rata nilai postes sebesar 75,00. Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek mengalami peningkatan. Hipotesis berdasarkan gain hasil


(2)

61

belajar kelas eksperimen I dan eksperimen II diperoleh nilai sig < 0,05 sehingga Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar yang menggunakan penuntun praktikum sesuai model penemuan dan berbasis proyek.

3. Setelah diujicobakan ke siswa, penuntun praktikum sesuai model penemuan lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek. Hal ini terbukti karena siswa pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum dengan model Penemuan pada implementasinya melakukan praktikum dengan sepenuhnya mengikuti prosedur praktikum dengan alat dan bahan yang juga telah disediakan menjadikan siswa secara merata memahami pekerjaan praktikum tersebut sedangkan pada kelas ekperimen II menuntut siswa untuk merancang sendiri praktikum, serta menentukkan alat dan bahan dengan mencari sendiri secara berkelompok. Penerapan model praktikum seperti ini masih belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah, karena kemampuan antara siswa belum merata sehingga dalam satu kelompok praktikum ada siswa yang mendominasi pengerjaan praktikum dan yang lainnya hanya sebagai pengamat saja.


(3)

62

5.2.Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Melihat penggunaan penuntun praktikum dengan model pembelajaran berbasis proyek belum dikuasai siswa dikarenakan karena tidak meratanya pemahaman siswa, hendaknya guru kimia benar-benar memperhatikan kemampuan siswa dalam bekerja sama dan membuat siswa supaya benar-benar kreatif dalam melakukan praktikum

2. Dalam pembelajaran dengan menggunakan praktikum, hendaknya guru tidak hanya sekedar mentransfer konsep-konsep kimia, melainkan memberi pemahaman lebih bagaimana konsep tersebut terjadi, dipahami, dikuasai dan diaplikasikan

3. Dalam proses pembelajaran, hendaknya guru menyertakan kedua model pembelajaran ini dimana menyeimbangkan antara penuntun praktikum model penemuan dan berbasis proyek supaya siswa dapat memahami kajian secara teoritis dan terlatih juga untuk terampil merancang sendiri alat praktikum.


(4)

63

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT. Refika Aditama: Bandung.

Amy J. Phelps & Cherin Lee. 2003. The Power of Practice : What Students Learn From How We Teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829 – 832. Arends. 2008. Learning To Teach : Belajar untuk Mengajar. Terjemahan : Helly

Prajitmo Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Bruner, J.S. 1990. Acts of meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bryant, R. J., Edmunt, A. M. 1987. They like lab-centered science. The Science

Teacher, 54(8), 42-45.

Camplbell, T. dan Bohn. 2008. Descriptive Research from the Classroom. Science Laboratory Experiences of High School Students Across One State in the U.S. Science Educator. 17(1):36-44.

Carolin Rekar Munro. 2005. “Best Practices” In Teaching and Learning :

Challenging Current Paradigms and Redefining Their Role In Education. The College Quarterly. 8 (3), 1 – 7.

Celik, S. 2014. Chemical Literacy Levels of Science and Mathematics Teacher Candidates. Australian Journal of Teacher Education, 39 (1).

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga Erlangga

Daryanto. 2014. Pengembangan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta : Gava Media.

Derlina. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Model Pembelajaran Konstruktivis Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun 2013 Bidang Pendidikan.

Gagne, Robert, M. Leslie. 1992. Principles of Instructional Design. New York. Holt Rinerhart.


(5)

64

Godwin, Ben Davis. 2005. Teaching Undergraduates at the Interface of Chemistry and Biology: Challenges and Opportunities.

Hake, Richard. 1998. Analyzing Chage/Gain Scores. http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf (Maret 2015)

Jahro, I.S. 2009. Desain Praktikum Alternatif Sederhana (PAS) Wujud Kreatifitas Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum pada Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia I(2):44-47.

Joyce Bruce, Weil Marsha, Calhoun Emily. 2009. Model Of Teaching. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia untuk Universitas Jilid 1 . Jakarta : Erlangga

Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.e-journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 2012

Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Materi dan Perubahannya, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 3(1):45-51

Situmorang, R. 2013. Pengaruh Metode Peta Pikiran terhadap Hasil belajar siswa pada Materi Suhu dan Kalor di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi.. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19(1): 19-27.

Sudjana, N., (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Suharta dan Putri Lynna A. Luthan. 2013. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun 2013 Bidang Pendidikan. Pengembangan Karakter Kejujuran dan Kemandirian Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah.. 6(4):34-40,


(6)

65

Suyanti Dwi Retno, 2010. Strategi Pembelajaran Kimia, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syaif Kemali, 2013. Perkembangan Peserta Didik. Cetakan Pertama. Medan Tarigan Simson, 2013, Buku Materi Ajar Strategi Belajar Mengajar Kimia.

Medan

Tatli, Z., dan Ayas, A., 2013, Effect of Virtual Laboratory on Students’ Achievment, Educational Technology and Society Journal 16(1): 159-170 Tatli, Z., dan Ayas, A., 2012, Virtual Chemistry Laboratory : Effect of

constructivist Learning Environment, Turkish Online Journal of Distance Education, 13: 1-12

Tezcan, H., & Bilgin, E. 2004. Affects of laboratory method and other factors on the student success in the teaching of the solvation subject at the high schools. J Gazi Educ Fac , 24:175-191.

Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. IOJES 2(1): 37-53

Tim Pascasarjana UNIMED, 2010, Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis & Disertasi. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Wilson L Michael. (2014). Education and Training in Pathology and Laboratory Medicine.

Widyantini, Theresia. 2014. Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. PPPPTK Matematika.