PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 DELITUA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII

SMP NEGERI 2 DELITUA T.A 2014/2015

Oleh :

Rizky Purnama Sari NIM. 4113311042

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2015


(2)

(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII

SMP NEGERI 2 DELITUA T.A 2014/2015 RIZKY PURNAMA SARI (NIM. 4113311042)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada materi pokok Kubus dan Balok di SMP Negeri 2 Delitua. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 35 orang. Data yang diambil berupa hasil observasi dari hasil tes pada siklus I dan siklus II dengan indikator keberhasilan persentase aktivitas siswa memenuhi batas toleransi waktu ideal dan persentase siswa yang memperoleh nilai minimal 65 sebanyak 85% atau lebih. Berdasarkan hasil penelitian, 2 kategori aktivitas siswa pada siklus I belum memenuhi batas toleransi waktu ideal sedangkan pada siklus II setiap kategori aktivitas siswa sudah memenuhi batas toleransi waktu ideal. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II. Adapun hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I adalah 74,28% siswa memperoleh nilai minimal 65 dan pada siklus II sebesar 88,57% siswa yang memperoleh nilai minimal 65 artinya terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 14,29% dan telah tercapainya ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada materi pokok Kubus dan Balok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Disarankan agar guru dapat menciptakan variasi dalam pembelajaran dan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada materi lain yang sesuai.


(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS 12

2.1. Kerangka Teoritis 12

2.1.1. Hakikat Belajar 12

2.1.2. Pembelajaran Matematika 14

2.1.3. Aktivitas Belajar 15

2.1.3.1 Pengertian Aktifitas 15

2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Aktivitas 16

2.1.3.3 Jenis-Jenis Aktivitas alam Belajar 17

2.1.4. Hasil Belajar 22

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif 23


(5)

vii

2.1.6.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Facilitator

and Explaining 29

2.1.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Student Facilitator and Explaining 32

2.1.7 Materi Kubus dan Balok 34

2.1.7.1 Mengenal Unsur-Unsur Kubus an Balok 34

2.1.7.2 Menggambarkan Kubus dan Balok 35

2.1.7.3 Menghitung Luas Permukaan (Sisi) Kubus dan Balok 36

2.1.7.4 Menemukan Volume Kubus dan Balok 37

2.2 Kerangka Koseptual 38

2.3 Hipotesis Tindakan 39

BAB III METODE PENELITIAN 40

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 40

3.1.1 Lokasi Penelitian 40

3.1.2 Waktu Penelitian 40

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 40

3.2.1 Subjek Penelitian 40

3.2.2 Objek Penelitian 40

3.3. Jenis Penelitian 40

3.4. Prosedur Penelitian 40

3.5. Alat Pengumpulan data 44

3.5.1. Tes 44

3.5.2. Lembar Observasi 44

3.5.2.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 45

3.5.2.2 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 47

3.6. Teknik Analisis Data 48

3.6.1. Analisis Data Tes Hasil Belajar 48

3.6.2. Analisis Data Aktivitas Siswa 49


(6)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 54

4.1.1. Siklus I 54

4.1.1.1. Permasalahan I 54

4.1.1.2. Alternatif Pemecahan Masalah I (Rencana Tindakan Siklus I) 60

4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 61

4.1.1.4. Analisis Data I 62

4.1.1.5. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus I 75

4.1.2. Siklus II 77

4.1.2.1. Permasalahan II 77

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan Masalah II (Rencana Tindakan Siklus II) 78

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 79

4.1.2.4. Analisis Data II 81

4.1.2.5. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II 91

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 93

4.3 Temuan Penelitian 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 99

5.2 Saran 99


(7)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 43 Gambar 4.1. Diagram Persentase Waktu Aktivits Siswa pada Siklus I 64 Gambar 4.2. Tingkat Penguasaan Siswa pada Siklus I 69 Gambar 4.3. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.1 pada Tes Hasil Belajar I 70 Gambar 4.4. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.2 pada Tes Hasil Belajar I 71 Gambar 4.5. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.3 pada Tes Hasil Belajar I 72 Gambar 4.6. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.4 pada Tes Hasil Belajar I 73 Gambar 4.7. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.5 pada Tes Hasil Belajar I 74 Gambar 4.8. Diagram Persentase Waktu Aktivits Siswa pada Siklus II 82 Gambar 4.9. Tingkat Penguasaan Siswa pada Siklus II 87 Gambar 4.10. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.1 pada Tes Hasil Belajar II 88 Gambar 4.11. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.2 pada Tes Hasil Belajar II 88 Gambar 4.12. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.3 pada Tes Hasil Belajar II 89 Gambar 4.13. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.4 pada Tes Hasil Belajar II 90 Gambar 4.14. Jawaban Siswa untuk Butir Soal no.5 pada Tes Hasil Belajar II 91 Gambar 4.15. Tingkat Penguasaan Siswa pada Siklus I dan Siklus II 94 Gambar 4.16. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II 95


(8)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Deskripsi Hasil Aktivitas Siswa Pada Observasi Awal 6 Tabel 2.1. Tabel Indikator/ Aspek yang Diamati pada Aktivitas Siswa 21 Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 26 Tabel 2.3. Tabel Aktivitas dalam Model Student Facilitator and Explaining 33 Tabel 3.1. Tabel Indikator/ Aspek yang Diamati pada Aktivitas Siswa 46 Tabel 3.2. Kriteria Pencapaian Waktu Ideal Aktivitas Siswa 51 Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Nilai Minimum, Nilai Maksimum dan Nilai

Rata-rata Siswa Berdasarkan Nilai Tes awal 59

Tabel 4.2. Tabel persentase Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Awal 59 Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Aktivitas Siswa Siklus I 63 Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Pada Siklus I 66

Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Tes Belajar Siswa pada Siklus I 68

Tabel 4.6. Hasil Pembelajaran Siklus I 77

Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Aktivitas Siswa Siklus II 81 Tabel 4.8. Deskripsi Hasil Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Pada Siklus II 84

Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Tes Belajar Siswa pada Siklus II 86

Tabel 4.10.Hasil Pembelajaran Siklus I 92

Tabel 4.11.Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Tes Awal,


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tolak ukur untuk kemajuan suatu negara, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga dan melanjutkan pembangunan dalam seluruh aspek kehidupan di suatu negara termasuk Indonesia. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan, Trianto (2011:1).

Pendidikan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu diikutsertakan dalam Ujian Nasional, baik di tingkat SD, SMP maupun SMA/SMK. Mata pelajaran yang diujiankan pada Ujian Nasional merupakan mata pelajaran yang dianggap sangat penting untuk menunjang keberhasilan siswa dalam melanjutkan pendidikan ataupun menjalani kehidupan bermasyarakat sesuai jenjang pendidikan yang dijalani. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman 2012 : 204) mengemukakan :

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Cornelius tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh Sukowono (2012 : 1) mengenai mutu pendidikan di


(10)

2

Indonesia dalam Jurnal Pendidikan matematika,yaitu:

“Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah.Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan rumit serta tidak sedikit siswa yang mengeluhkan tentang hal ini. Mereka menganggap matematika tidak menarik dan penuh rumus, sehingga mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam belajar matematika. Didalam proses pembelajaran, sering ditemukan kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Kesalahan-kesalahan siswa dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain: kesulitan menggunakan konsep, kesulitan dalam memahami prinsip dalam matematika, dan kesulitan menyelesaikan soal matematika. Kurangnya pemahaman terhadap materi membuat siswa merasa kesulitan menyelesaikan soal sehingga hal ini bisa menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Adapun beberapa jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika antara lain: a) kesalahan menafsirkan bahasa; b) kesalahan penggunaan teorema; c) kesalahan penggunaan data; d) kesalahan teknis; dan e) kesalahan tidak adanya penyelesaian akhir (Mitra)”.

Kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa pendidikan matematika di Indonesia masih mengecewakan. Untuk itu, diperlukan peningkatan prestasi belajar matematika siswa di sekolah. Tentu saja untuk meningkatkan prestasi tersebut harus didukung oleh proses belajar mengajar matematika siswa di sekolah.

Dalam serangkaian proses belajar mengajar di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang penting, hal itu berarti berhasil atau tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di sekolah banyak tergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Diharapkan dengan proses belajar mengajar matematika siswa yang baik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tersebut. Sesuai dengan pendapat Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:253) mengemukakan bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan


(11)

3

informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasaan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Adanya anggapan bahwa matematika itu sulit dikemukakan oleh Cockroft (dalam Wahyudin, 2001:2), yakni :

"Mathematics is a difficult subject both to teach and to learn."

Pendapat di atas selain menunjukan bahwa matematika sulit, juga semakin menegaskan bahwa ada siswa yang berkesulitan belajar matematika. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut. Dalam hal ini pengajaran matematika materi perlu di desain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan untuk dicapai.

Pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pembelajaran matematika konvensional dimana pembelajaran masih berpusat kepada guru, aktivitas siswa kurang diperhatikan dalam proses pembelajaran ini. Hal ini juga dipaparkan Nur (dalam Shadiq, 2009 : 9) yang menyatakan bahwa :

Pembelajaran matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pembelajaran matematika konvensional yang ditandai oleh ‘strukturalistik’dan mekanistik’. Di samping itu, kurikulumnya terlalu serat dan kelasnya didominasi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).

Penggunaan model pembelajaran yang baik dan bervariasi juga perlu diperhatikan. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa merasakan situasi belajar yang membosankan dan kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini bisa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Yuniarti (2008 : 1) bahwa :

Kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berfikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna dan metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis. Ditambah lagi dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang cenderung membuat siswa pasif dalam PBM.


(12)

4

Pernyataan serupa mengenai pembelajaran yang dikembangkan leh guru juga disampaikan oleh (Wina, 2006 : 5) bahwa :

Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilakasanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Padahal pada kenyataannya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan kecintaan mereka terhadap profesinya. Ada guru yang dalam melaksanakan pengelolaan pembelajarannya dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui perencanaan yang matang, dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan memperhatikan taraf perkembangan intelektual dan perkembangan psikologi perkembangan anak. Guru yang demikian akan dapat menghasilkan kualitas lulusan yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang dalam pengelolaan pembelajarannya dilakukan seadanya tanpa mempertimbangkan berbagai faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan nantiya juga akan mempengaruhi kualitas kelulusan yang tinggi. Selain itu guru juga harus bisa memilih model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa ikut aktif dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga dengan demikian siswa tidak lagi hanya duduk diam mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru secara mutlak. Jadi proses belajar mengajar yang berlangsung tidak hanya terpusat pada aktivitas guru. Sebagaimana yang dinyatakan oleh (Wina, 2006: 136) bahwa :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif dari pemerintah, masyarakat maupun pengelolah pendidikan. Model pembelajaran pada hakikatnya merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mengembangkan dan meningkatkan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa.

Namun pada kenyataannya aktivitas belajar siswa masih rendah dalam pelajaran matematika hal ini dikarenakan siswa tidak berperan aktif selama proses pembelajaran matematika karena ada beberapa guru menjadikan siswa sebagai


(13)

5

objek yang menerima pelajaran matematika bukanlah sebagai subjek yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan pemikiran Dyah (2011 : 1) mengatakan, bahwa :

Faktor penyebab rendahnya aktivitas siswa terhadap pelajaran matematika adalah: 1) pembelajaran yang hanya berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif 2) guru cenderung menguasai kelas sehingga siswa enggan untuk bertanya dan kurang leluasa untuk menyampaikan ide-idenya 3) siswa takut bertanya kepada guru apabila belum memahami materi 4) siswa cenderung malas dalam menghadapi soal-soal yang menggunakan cara berpikir yang rumit.

Berdasarkan hasil observasi awal (tanggal 14 Januari 2014) yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Delitua. Terlihat bahwa pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, yaitu guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya perlu menerima pengetahuan tersebut tanpa harus terlibat secara maksimal dalam proses di kelas. Pembelajarannya masih menggunakan pola lama yaitu ceramah. Pembelajaran cenderung tidak bermakna bagi siswa yang diindikasikan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa hanya mendengarkan tanpa mengerti konsep yang diberikan guru sehingga tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari.

Ketika guru memberikan soal latihan rata-rata siswa tidak menyelesaikannya dengan baik. Hal ini terjadi karena sebetulnya siswa belum paham terhadap konsep yang diberikan guru walaupun pada proses pembelajaran tidak ada yang bertanya. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika yang lemah berakibat siswa tidak mampu menggunakan materi matematika yang sudah dipelajarinya untuk memecahkan persoalan matematika yang diberikan kepada mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sutrisni (salah satu guru bidang studi matematika di SMP Negeri 2 Delitua)

“Aktivitas siswa belajar matematika di kelas masih kurang, kebanyakan siswa hanya memperhatikan saja tanpa mau bertanya”.


(14)

6

Hal diatas didukung ketika observasi di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua yang melihat berbagai aktivitas mereka ketika proses belajar mengajar berlangsung. Pada umumnya siswa tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan didepan. Siswa tersebut memilih dengan kegiatan mereka masing-masing seperti berbicara dengan teman sebangkunya atau mencatat yang mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif. Dengan kondisi kelas kurang kondusif, hanya siswa yang berada duduk didepan dan siswa yang pintar dapat mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. Rendahnya aktivitas belajar siswa, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Deskripsi Hasil Aktivitas Siswa Pada Observasi Awal

No Kategori Pengamatan

Aktivitas Siswa Pada

Observasi Awal Toleransi Persentase Aktivitas

1. Mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru/teman

13,75% 20%≤PWI≤30%

2. Membaca buku / LAS 2,5% 5%≤PWI≤15%

3. Mencatat penjelasan guru dari buku atau tema, menyelesaikan masalah dalam LAS.

32,5% 20%≤PWI≤30%

4. Mempresentasikan hasil kerja/memberikan

ide/gagasan, merespon/ menjawab pertanyaan guru atau teman.

13,75% 15%≤PWI≤25%

5. Berdiskusi/bertanya antara

siswa dan temannya. 22,5% 15%≤PWI≤25%

6. Melakukan sesuatu yang

tidak relevan. 15% 0%≤PWI≤5%

Dari tabel 1.1 diatas terlihat bahwa persentase waktu yang digunakan siswa untuk melakukan masing-masing kategori aktivitas adalah 13,75%, 2,5%, 32,5%, 13,75%, 22,5%, 15%. Berdasarkan Aktivitas di atas diperlihatkan bahwa


(15)

7

dari 6 kategori pengamatan aktivitas ada 5 aktivitas yang tidak memenuhi batas toleransi yang ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika siswa di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua, rendah.

Sejalan dengan itu ada faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa seperti yang terlihat pada siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua melalui hasil angket yang diberikan pada saat observasi. Dari 35 orang siswa yang mengisi angket diperoleh data sebagai berikut: Pendapat siswa tentang mata pelajaran matematika yakni, 21 orang siswa sama sekali tidak menyukai matematika, 5 orang siswa kurang menggemari pelajaran matematika, 11 orang menyatakan matematika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan dan 17 siswa menyatakan biasa saja. Sedangkan pendapat siswa mengenai pelajaran matematika selama ini dilakukan dengan mencatat dan mengerjakan soal terdapat 29 siswa.

Kemudian melalui test awal pada materi kubus dan balok diperoleh hasil 65,71 % atau 23 siswa dari 35 siswa belum mencapai nilai ketuntasan hasil belajar yaitu 65. Melalui data-data tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar matematika di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua masih rendah.

Jika permasalahan tersebut masih terus berlangsung, maka akan mengakibatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar menjadi terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar matematika bukanlah kebutuhan, melainkan hanya sebagai tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapatkan makna dari pelajaran matematika yang dipelajari sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

Ditambah lagi, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua bahwa dikelas tersebut belum pernah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memiliki pendekatan atau strategi pembelajaran yang tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan aktivitas belajar siswa meningkat. Serta berusaha menyusun dan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar matematika.


(16)

8

Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan agar menjadi lebih aktif dengan menjadikan setiap siswa sebagai fasilitator dan penjelas pada setiap pencapaian kompetensi yang sebelumnya guru jelaskan. Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa untuk mempresentasikan ide pada siswa lainnya, sehingga setiap siswa dapat melatih kecakapan berbicara secara individu dan memberikan ide-ide baru dari siswa yang dapat melatih dan meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Berdasarkan hal-hal yang telah di uraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND

EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 DELITUA T.A 2014/2015

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika di sekolah masih didominasi oleh pembelajaran konvensional.

2. Rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. 3. Hasil belajar matematika pada materi kubus dan balok masih rendah. 4. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining dalam mata pelajaran matematika belum pernah diterapkan di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua.


(17)

9

1.3. Batasan Masalah

Dari keseluruhan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini dibatasi: 1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa SMP melalui model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada materi kubus dan balok.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada materi kubus dan balok.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua permasalahan pokok penelitian yaitu :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015.


(18)

10

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran matematika melalui model Student Facilitator and Explaining

2. Bagi calon guru / guru matematika

Sebagai bahan informasi mengenai model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

3. Bagi pihak sekolah

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas kegiatan belajar–mengajar matematika di SMP Negeri 2 Delitua. 4. Bagi peneliti

Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pada Materi Kubus dan balok Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015”. Istilah-istilah yang memerlukan penjelasan adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk berbicara menyampaikan pendapatnya melalui mempresentasikan pendapat / ide / gagasannya didepan siswa lalu memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi pada siswa.

2. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang siswa dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan keikutsertaan siswa dalam


(19)

11

melaksanakan tugas belajarnya seperti bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan mngemukakan pendapat.

3. Hasil belajar adalah gambaran pencapaian tujuan pembelajaran yang dilihat dari nilai ketuntasan belajar siswa.

4. Kubus merupakan sebuah bangun ruang yang dibentuk oleh enam buah persegi yang bentuk dan ukurannya sama.

5. Balok merupakan sebuah bangun ruang yang dibentuk oleh enam buah persegi panjang.


(20)

99

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulakan bahwa :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua dalam pembelajaran Kubus dan Balok.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua dalam pembelajaran Kubus dan Balok.

5.1. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Kepada guru khususnya guru matematika, dalam pembelajaran matematika hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada materi Kubus dan Balok atau materi lain dengan membagikan tiga buah LAS untuk tiap kelompok. 2. Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan untuk refleksi bagi guru

dan kepala sekolah.

3. Kepala skolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan model-model pembelajaran di sekolah.

4. Kepada siswa agar lebih aktif selama pembelajaran, percaya diri dan mau bertanya kepada guru atau teman serta mau mengulang pelajaran yang telah dipelajari.

5. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis diharapkan mampu mengola kelas dengan baik dan mampu mengembangkan penelitian dengan mempersiapkan model pembelajaran.


(21)

100

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anwar & Asriani. 2013. Jurnal Matematika: Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV. Universitas Halu Oleo : Volume 4 Nomor 2.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamzah, U. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: CV. ISCOM .

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Ningrum, Vera Mitah. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining pada Materi Prisma dan Limas Bagi Siswa kelas VIII SMP Swasta Prayatna Medan T.A 2013/2014. Medan : Universitas Negeri Medan Rachmadwidodo’s(dalammodelpembelajaranstudentfacilitatorandexplaining.webl

og.com)(diakses 4 Februari 2015)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Penerbit Kencana.

Sardirman, AM. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Sinaga, Bornok. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Shadiq, Fajar. 2009, Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional PTK Matematika.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.


(22)

101

Sukino & Simangunsong. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga

Sukowono. 2012. Penerapan Metode Inquiry Untuk Mengurangi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soalpada Materi Aritmatika Sosial Kelas Vii Bsemester Ganjil SMPN 1.Jember: FKIP Universitas Jember.

Susilawati, dyah. 2011. Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Go To Your Post. Surakarta: FKIP Universitas Surakarta.

Trianto. 2011. Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wahyudin. (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika Perlu Dipertanyakan, Makalah Seminar Pendidikan Matematika. Bandung: UPI Bandung.

Yuniarti, Asri. 2008. Keefektifan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dan Creative Problem Solving (CPS) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang. Semarang: Universitas Semarang.


(1)

1.3. Batasan Masalah

Dari keseluruhan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini dibatasi: 1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa SMP melalui model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada materi kubus dan balok.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada materi kubus dan balok.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua permasalahan pokok penelitian yaitu :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015.


(2)

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Sebagai usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pelajaran matematika melalui model Student Facilitator and Explaining

2. Bagi calon guru / guru matematika

Sebagai bahan informasi mengenai model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

3. Bagi pihak sekolah

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas kegiatan belajar–mengajar matematika di SMP Negeri 2 Delitua. 4. Bagi peneliti

Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pada Materi Kubus dan balok Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitua T.A 2014/2015”. Istilah-istilah yang memerlukan penjelasan adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining merupakan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk berbicara menyampaikan pendapatnya melalui mempresentasikan pendapat / ide / gagasannya didepan siswa lalu memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan kepada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian semua materi pada siswa.

2. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang siswa dalam proses belajar mengajar yang berkaitan dengan keikutsertaan siswa dalam


(3)

melaksanakan tugas belajarnya seperti bertanya, menjawab pertanyaan, berdiskusi dan mngemukakan pendapat.

3. Hasil belajar adalah gambaran pencapaian tujuan pembelajaran yang dilihat dari nilai ketuntasan belajar siswa.

4. Kubus merupakan sebuah bangun ruang yang dibentuk oleh enam buah persegi yang bentuk dan ukurannya sama.

5. Balok merupakan sebuah bangun ruang yang dibentuk oleh enam buah persegi panjang.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulakan bahwa :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua dalam pembelajaran Kubus dan Balok.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Delitua dalam pembelajaran Kubus dan Balok.

5.1. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah :

1. Kepada guru khususnya guru matematika, dalam pembelajaran matematika hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada materi Kubus dan Balok atau materi lain dengan membagikan tiga buah LAS untuk tiap kelompok. 2. Hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan untuk refleksi bagi guru

dan kepala sekolah.

3. Kepala skolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan model-model pembelajaran di sekolah.

4. Kepada siswa agar lebih aktif selama pembelajaran, percaya diri dan mau bertanya kepada guru atau teman serta mau mengulang pelajaran yang telah dipelajari.

5. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis diharapkan mampu mengola kelas dengan baik dan mampu mengembangkan penelitian dengan mempersiapkan model pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anwar & Asriani. 2013. Jurnal Matematika: Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV. Universitas Halu Oleo : Volume 4 Nomor 2.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamzah, U. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: CV. ISCOM .

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Ningrum, Vera Mitah. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining pada Materi Prisma dan Limas Bagi Siswa kelas VIII SMP Swasta Prayatna Medan T.A 2013/2014. Medan : Universitas Negeri Medan Rachmadwidodo’s(dalammodelpembelajaranstudentfacilitatorandexplaining.webl

og.com)(diakses 4 Februari 2015)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Penerbit Kencana.

Sardirman, AM. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Sinaga, Bornok. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Disertasi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Shadiq, Fajar. 2009, Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional PTK Matematika.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.


(6)

Sukino & Simangunsong. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga

Sukowono. 2012. Penerapan Metode Inquiry Untuk Mengurangi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soalpada Materi Aritmatika Sosial Kelas Vii Bsemester Ganjil SMPN 1.Jember: FKIP Universitas Jember.

Susilawati, dyah. 2011. Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Go To Your Post. Surakarta: FKIP Universitas Surakarta.

Trianto. 2011. Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wahyudin. (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika Perlu Dipertanyakan, Makalah Seminar Pendidikan Matematika. Bandung: UPI Bandung.

Yuniarti, Asri. 2008. Keefektifan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dan Creative Problem Solving (CPS) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 11 Semarang. Semarang: Universitas Semarang.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 2 KESUMADADI LAMPUNG TENGAH

2 12 78

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VIII SMP NURUL ISLAM

1 19 162

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

0 2 225

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS DI KELAS VIII SMP ALI IMRON T.A 2015/2016.

0 3 27

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS BAGI SISWA KELAS VIII SMP SWASTA PRAYATNA MEDAN T.A 2013/2014.

0 3 24

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMPN 2 MEDAN T. A. 2013/2014.

0 5 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 29 MEDAN.

0 3 15

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS BAGI SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SUKOHARJO TAH |

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN KARTU SOAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 ULUJAMI

0 0 11

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS BAGI SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN

0 0 19