PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA KELAS VIII SMP NURUL ISLAM

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA

KELAS VIII SMP NURUL ISLAM

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh Dita Wuri Andari

4201408061

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

Skripsi dengan judul “Penerapan Model PembelajaranStudent Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika FMIPA Unnes pada

Hari : Kamis

Tanggal : 28 Maret 2013

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si Dr. Achmad Sopyan, M. Pd NIP. 195610291986011001 NIP. 196006111984031001


(3)

iii Skripsi yang berjudul:

Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam.

Disusun oleh

Nama : DitaWuriAndari NIM : 4201408061

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 28 Maret 2013.

Panitia :

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP. 196310121988031001 NIP. 196306101989011002

Penguji I

Dra. Pratiwi Dwijananti, M. Si NIP.196203011989012001

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si Dr. Achmad Sopyan, M. Pd


(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 28 Maret 2013 Penulis,

Dita Wuri Andari NIM. 4201408061


(5)

v

MOTTO

Ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah sesat. (Albert Einstein)

Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan. (H. R. Tirmidzi)

Orang yang cerdas melihat suatu peluang sebagai sebuah kesempatan, sedangkan orang pemalas melihat suatu peluang sebagai sebuah kesempitan. (Penulis)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk

1. Allah SWT, terimakasih atas semua yang telah Engkau berikan sehingga aku dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan lancar.

2. Bapakku ”Darso” dan Ibuku ”Sri Suyatni” yang selalu menyayangiku, memberi motivasi ketika aku hampir putus asa, memberi nasihat, dan mengiringi langkahku dengan doa.

3. Adikku tersayang (Hidayat Widyarsono), serta keluarga besarku yang selalu mendoakan.

4. Dosen dan Guruku. 5. Almamaterku.


(6)

vi Bismillahirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillahirobbil‟alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam”.

Penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tak lepas dari peran dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, selaku Rektor UNNES. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, selaku Dekan FMIPA UNNES.

3. Dr. Khumaedi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES dan selaku Dosen Wali yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama studi. 4. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si, selaku pembimbing I yang telah

mengarahkan, memberikan masukan dan membantu selama penyusunan skripsi ini.

5. Dr.Achmad Sopyan,M.Pd, selaku pembimbing II yang telah mengarahkan, memberikan masukan, dan membantu selama penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Pratiwi Dwijananti, M. Si, selaku penguji skripsi ini.

7. Mashadi, S.Ag, Kepala Sekolah SMP Nurul Islam yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.


(7)

vii

dan membimbing pada saat pelaksanaan penelitian.

9. Sahabatku Ima, Vera, Nita dan seluruh mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2008 yang sudah membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 10. Seluruh siswa kelas VIII C SMP Nurul Islam tahun ajaran 2012/2013 yang

telah menjadi subyek penelitian.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang ada. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Maret 2013


(8)

viii

Andari, Dita Wuri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Sukiswo Supeni Edie, M. Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Achmad Sopyan, M. Pd.

Kata kunci: Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE), Hasil Belajar, Fisika.

Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada hafalan. Sehingga siswa dituntut untuk lebih memahami materi fisika secara konsep. Hasil observasi awal di SMP Nurul Islam diperoleh data bahwa pembelajaran fisika di kelas VIII B memiliki hasil belajar yang rendah dengan presentase ketuntasan sebesar 62,1 %. Rendahnya hasil belajar dikarenakan penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai, siswa pasif dalam pembelajaran, tidak ada penilaian terhadap tugas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peningkatan hasil belajar kelas VIII SMP Nurul Islam melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE).

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika, maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Nurul Islam Kelas VIII C tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 29 siswa. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah soal evaluasi untuk ranah kognitif yang dilaksankan setiap akhir siklus dan lembar observasi untuk ranah afektif dan psikomotorik.

Hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 69,66 dengan ketuntasan klasikal 72,41 %. Rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada siklus II sebesar 79,08 dengan ketuntasan klasikal 89,66 %. Adapun rata-rata hasil belajar afektif siswa pada siklus I sebesar 65 dengan ketuntasan klasikal 86,21 %. Rata-rata hasil belajar afektif siswa pada siklus II sebesar 83,10 dengan ketuntasan klasikal 100 %. Sedangkan rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus I sebesar 58,33 dengan ketuntasan klasikal 68,97 %. Rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus II sebesar 75,77 dengan ketuntasan klasikal 93,10 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat meningkatkan hasil belajar. Saran yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu guru hendaknya memberi motivasi atau penghargaan berupa nilai terhadap tugas siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar karena merasa dihargai. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat dijadikan alternatif untuk memvariasikan model pembelajaran. Untuk peneliti lain, yaitu hendaknya dapat meneliti aspek hasil belajar afektif dan psikomotorik yang lainnya.


(9)

ix

Andari, Dita Wuri. 2013. Implementation of Learning Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) To Improve Physics Learning Outcomes of Class VIII SMP Nurul Islam. Thesis, Department of Physics Faculty of Mathematics and Sciences Semarang State University. Main Supervisor Drs. Sukiswo Supeni Edie, M. Si. and supervising Companion Dr. Achmad Sopyan, M. Pd.

Keywords: Learning Model Student Facilitator and Explaining (SFAE), Learning Outcomes, Physics.

Physics is a science that requires a lot more understanding than rote. So that students are required to better understand the concepts of material physics. Results of preliminary observations in SMP Nurul Islam data showed that learning physics in class VIII B has a low learning outcomes with a percentage of 62.1% completeness. The low learning outcomes due to the application of learning models that are less appropriate, students are passive in learning, there is no assessment of the task. The purpose of this study to analyze the improvement of learning outcomes eighth grade junior Nurul Islam through the application of learning models Student Facilitator and Explaining (SFAE).

To improve student learning outcomes in the subjects of physics, then research a class action consisting of two cycles. Each cycle consists of the planning, action, observation and reflection. The subjects were students SMP Nurul Islam VIII C school year 2012/2013 consists of 29 students. Data collection instrument in this study is a matter for the cognitive evaluation that was conducted each end of the cycle and observation sheet for the affective and psychomotor.

The results obtained average cognitive learning outcomes of students in the first cycle of 69.66 with 72.41% classical completeness. Average cognitive learning outcomes of students in the second cycle of 79.08 with 89.66% classical completeness. As for, average affective learning outcomes of students in the first cycle at 65 with 86.21% classical completeness. Average affective learning outcomes of students in the second cycle of 83.10 with 100% classical completeness. While the average psychomotor learning outcomes of students in the first cycle of 58.33 with 68.97% classical completeness. Average psychomotor learning outcomes of students in the second cycle of 75.77 with 93.10% classical completeness. Based on these results it can be concluded that the application of Learning Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) can improve learning outcomes. Suggestions related to this research that teachers should motivate or reward in the form of value to student assignments, so that students are motivated to learn because they feel valued. Learning Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) can be used as an alternative to varying the learning model. For other researchers, which should be examined aspects of affective and psychomotor learning out comes others.


(10)

x

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERNYATAAN ………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... v

KATA PENGANTAR ……… vi

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ………... ix

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ………….………... 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……… 6

1.4 Manfaat Penelitian ………. 6

1.5 Penegasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...……. 8

2.1 Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining …………... 8

2.2 Hasil Belajar …………..………. 14


(11)

xi

2.5 Kerangka Berfikir ……….. 24

2.6 Hipotesis Penelitian ………. 27

BAB III METODE PENELITIAN……… 29

3.1 Setting Penelitian dan Subjek Penelitian……… 29

3.2 Faktor yang Diteliti……… 29

3.3 Desain Penelitian ……… 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ………. 36

3.5 Metode Analisis Data ………. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47

4.1 Hasil dan Pembahasan ……… 47

BAB V PENUTUP ………..…… 60

5.1 Simpulan ……… 60

5.2 Saran ………..……… 60

DAFTAR PUSTAKA ………. 62


(12)

xii

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 21

Tabel 3.1 Validitas Soal Instrumen Penelitian Siklus I…...…..……… 39

Tabel 3.2 Validitas Soal instrumen Penelitian Siklus II ………..……… 40

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi ……… 41

Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Soal Siklus I ………….. 43

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Soal Siklus II ………... 43

Tabel 4.1 Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa ……… 50

Tabel 4.2 Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa ………. 54


(13)

xiii

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Arahgaya yang diberikan pada balok searah dengan

perpindahannya ...………... 20

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir...………... 24

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ……… 31

Gambar 4.1 Diagram batang hasil belajar kognitif siswa ... 50

Gambar 4.2 Diagram batang hasil belajar afektif siswa ... 54


(14)

xiv

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar nilai harian kelas VIII B ..………... 65

Lampiran 2 Daftar nama siswa kelas uji coba …………..…………..…... 66

Lampiran 3 Daftar nama kelas penelitian ...………... 67

Lampiran 4 Daftar pembagian kelompok...…………... 68

Lampiran 5 Kisi-kisi soal uji coba instrumen penelitian siklus I ... 69

Lampiran 6 Soal uji coba instrumen penelitian siklus I ... 70

Lampiran 7 Kunci jawaban soal uji coba instrumen penelitian siklus I ... 73

Lampiran 8 Lembar jawaban soal uji coba instrumen penelitian siklus I.... 74

Lampiran 9 Analisis tingkat kesukaran, daya beda, validitas dan realibilitas soal uji coba instrumen penelitian siklus I……... 75

Lampiran 10 Kisi-kisi soal uji coba instrumen penelitiaan siklus II...…..… 78

Lampiran 11 Soal uji coba instrumen penelitiaan siklus II...…… 80

Lampiran 12 Kunci jawaban soal uji coba instrumen penelitiaan siklus II.… 83 Lampiran 13 Lembar jawaban soal uji coba instrumen penelitiaan siklus II... 84

Lampiran 14 Analisis tingkat kesukaran, daya beda, validitas dan realibilitas soal uji coba instrumen penelitiaan siklus II...…….. 85

Lampiran 15 Silabus ...……… 88

Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I ...………. 91

Lampiran 17 Kisi-kisi soal evaluasi siklus I……… 97

Lampiran 18 Soal evaluasi siklus I ...………..… 98


(15)

xv

Lampiran 21 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II .……….……. 103

Lampiran 22 Kisi-kisi soal evaluasi siklus II ...……… 107

Lampiran 23 Soal evaluasi siklus II ...………. 109

Lampiran 24 Kunci jawaban soal evaluasi siklus II ...…………. 112

Lampiran 25 Lembar jawaban soal evaluasi siklus II ...…..………. 113

Lampiran 26 Analisis hasil belajar kognitif siklus I …….……...……… 114

Lampiran 27 Analisis hasil belajar kognitif siklus II ……… 116

Lampiran 28 Analisis uji gain hasil belajar kognitif ………..…… 118

Lampiran 29 Pedoman penilaian aspek afektif...…………....……... 120

Lampiran 30 Lembar observasi penilaian ranah afektif ...…....……….. 122

Lampiran 31 Analisis hasil belajar afektif siklus I ...……… 125

Lampiran 32 Analisis hasil belajar afektif siklus II ...……… 127

Lampiran 33 Analisis uji gain hasil belajar afektif ...……… 129

Lampiran 34 Pedoman penilaian aspek psikomotorik……....………….. 131

Lampiran 35 Lembar observasi penilaian ranah psikomotorik ……....… 132

Lampiran 36 Analisis hasil belajar psikomotorik siklus I ………. 134

Lampiran 37 Analisis hasil belajar psikomotoriks iklus II ……… 136

Lampiran 38 Analisis uji gain hasil belajar psikomotorik ………. 138

Lampiran 39 Dokumentasi Penelitian ...……….……….. 140

Lampiran 40 Hasil Diskusi Siswa ... 142

Lampiran 41 Surat Ijin Penelitian...……….……….. 145


(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian siswa (Tritarahardja & La Sulo, 2005:34). Proses pendidikan berlangsung melalui tahapan-tahapan berkesinambungan dan sistemik oleh karena itu bisa berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat).

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma menurut ukuran normatif (Sardiman, 2007:13). Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral.

Slameto, sebagaimana dikutip oleh Djamarah (2008:13), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni, 2006:2). Perubahan yang dipikirkan dalam artian adalah perubahan pola


(17)

pikir manusia, sedangkan perubahan yang dikerjakan adalah perubahan sikap manusia.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006:5). Hasil belajar siswa tidaklah sama, ada yang baik dan ada yang kurang baik. Kebanyakan siswa mengalami masalah dalam belajar, sehingga masalah tersebut berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah.

Faktor Ekstern yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya yaitu faktor model pembelajaran. Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih model yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Model mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi kurang baik pula. Misalkan guru kesehariannya dalam mengajar biasa menggunakan model ceramah, siswa akan menjadi bosan, mengantuk, hanya mencatat, akhirnya siswa menjadi pasif. Jelaslah bahwa model pembelajaran itu mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus yang progresif berani mencoba model-model pembelajaran yang baru untuk meningkatkan keaktifan siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru sebaiknya memposisikan seorang siswa sebagai insan yang perlu


(18)

dihargai potensinya, sehingga hendaknya seorang siswa diberi kesempatan untuk aktif sehingga dapat mengembangkan potensinya. Maka dari itu, proses belajar mengajar perlu suasana yang akrab, terbuka dan saling menghargai.

Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada hafalan. Siswa dituntut untuk lebih memahami fisika secara konsep. Oleh karena itu, fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka guru diharapakn mampu menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan memudahkan siswa untuk memahami materi. Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk memudahkan siswa belajar fisika yang tentunya disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi materi yang akan diajarkan sehingga diharapkan hasil belajar siswa baik.

Hasil belajar SMP Nurul Islam Semarang kelas VIII B dilihat dari hasil nilai ulangan harian didapatkan banyak siswa yang tidak tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ketuntasan belajar belum memenuhi. KKM disekolah tersebut yaitu 70 dan ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku kurang lebih 75% (Mulyasa, 2009:218). Hasil observasi diperoleh nilai ulangan harian kelas VIII B (data dimuat di lampiran 1) yang berjumlah 29 siswa, yang tidak tuntas dalam belajar berjumlah 11 siswa dengan presentase ketuntasan 62,1 %. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa SMP Nurul Islam kurang baik. Setelah dilaksanakan wawancara dan pengamatan dilapangan, ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu antara lain: banyaknya siswa yang pasif baik dalam


(19)

bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan, model pembelajaran guru yang kurang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, tidak adanya penilaian terhadap tugas.

Siswa kelas VIII SMP Nurul Islam pada umumnya menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit dan membosankan karena penuh dengan rumus-rumus dan konsep. Pada umumnya siswa menganggap pelajaran fisika adalah momok dalam belajar, sehingga menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran dan hasil belajarnya kurang baik. Kepasifan itu pun salah satunya dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru bersifat monoton, guru sering menggunakan model ceramah tanpa melibatkan keaktifan siswa. Selain itu, setiap ada penugasan baik tugas rumah maupun tugas sekolah tidak ada penilaian oleh guru. Tidak adanya penilaian terhadap tugas-tugas tersebut mengakibatkan siswa pasif, karena mereka merasa tidak penting belajar dan mengerjakan tugas kalau tidak dinilai. Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran fisika, sehingga diharapkan siswa merasa dihargai, dapat mengembangkan potensi karena adanya timbal balik/komunikasi dua arah antara guru dan siswa dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Jadi model pembelajaran yang digunakan setiap pertemuan tidak monoton hanya ceramah, tanya jawab, penugasan, dll. Akan tetapi, dalam setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa dan materi.

Agustina (2011) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Pada Mata Pelajaran IPS Sub Mata Pelajaran


(20)

Ekonomi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17

Malang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining ada peningkatan hasil belajar. Dibuktikan dengan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 81,8% siswa, pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 93,1%.

Terkait dengan hasil penelitian di atas dan permasalahan-permasalahan yang telah ditemukan di SMP Nurul Islam maka untuk mengatasi masalah-masalah tersebut peneliti menawarkan strategi model pembelajaran yaitu model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

Rachmad Widodo (2009) model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 siswa secara heterogen (Trianto, 2007:52).

Menurut Suprijono (2009:128), model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model yang melibatkan keaktifan siswa yang memiliki enam sintaks, yaitu: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, 2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materti, 3) memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep, 4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa, 5) Guru menerangkan semua materi


(21)

yang disajikan saat itu, 6) Penutup. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan metode pembelajaran aktif. Hakikatnya pembelajaran aktif untuk mengarahkan atensi peseta didik terhadap materi yang dipelajarinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam”.

1.2

Perumusan Masalah

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat meningkatkan hasil belajar fisika kelas VIII SMP Nurul Islam?.

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar fisika kelas VIII SMP Nurul Islam melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE).

1.4

Manfaat Penelitian

a. Bagi guru

Sebagai masukan atau alternatif untuk memvariasikan model pembelajaran. b. Bagi peneliti


(22)

Mendapat pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran dan menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan.

c. Bagi peneliti lain

Sebagai informasi tentang hasil penelitian.

1.5

Penegasan Istilah

a. Model pembalajaranStudent Facilitator and Expalining (SFAE)

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:5). Hasil belajar yang dimaksud disini meliputi hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.


(23)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Model Pembelajaran

Student Facilitator and Explaining

2.1.1 Model Pembelajaran

Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Soekamto et.al., sebagaimana dikutip oleh Trianto (2007:5), mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Joyce & Weil, sebagaimana dikutip oleh Rusman (2012:133), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipakai oleh guru untuk membentuk kurikulum, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Dengan


(24)

demikian model pembelajaran tersebut merupakan pola umum perilaku untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik akan lebih mudah mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide melalui model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran dapat digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan proses belajar mengajar.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran, sebagai berikut:

a. Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan model. b. Materi pelajaran

Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik.

c. Peserta didik

Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Semua perbedaan itu akan berpengaruh terhadap penentuan model pembelajaran.


(25)

Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan model pembelajaran. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan model yang tepat.

e. Situasi

Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi.

f. Guru

Setiap orang memiliki kepribadian, perfomance style, kebiasaan dan pengalaman mengajar berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Guru yang latar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih model dan tepat dalam menerapkannya. http://surantoro.staff.fkip.uns.ac.id/ (7 Mei 2012).

2.1.3 Pengertian Student Facilitator And Explaining

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar mengajar (Trianto, 2007:41).

Devira (2012) Model Student Facilitator and Explaining merupakan suatu model yang memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta untuk


(26)

mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya. Model Student Facilitator and Explaining mempunyai kelebihan yaitu siswa diajak untuk dapat menjelaskan kepada siswa lain, siswa dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga dapat lebih memahami materi tersebut.

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk berperan menjadi narasumber terhadap temannya di kelas. Rachmad Widodo (2009) model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Model ini merupakan model yang mudah, guna memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan tanggungjawab secara individu. Model ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk

bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran” terhadap peserta didik lain. Dengan model ini, peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.

2.1.4 Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajarn Student Facilitator and Explaining

Menurut Suprijono (2009: 128) terdapat enam langkah dalam pelaksanaan model pembelajarn Student Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.


(27)

Guru menjelaskan tujuan belajarnya, menyampaikan ringkasan dari isi dan mengaitkan dengan gambaran yang lebih besar mengenai silabus atau skema kerja.

b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi.

Guru menyajikan materi yang dipelajari pada saat itu dan siswa memperhatikan. Setelah selesai menjelaskan guru membagi siswa menjadi berkelompok secara heterogenitas. Guru menjelaskan dan mencontohkan kepada siswa bagaimana membuat bagan/peta konsep. Kemudian guru bisa meminta siswa untuk mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang bisa dilakukan, berkaitan dengan aspek apapun yang berhubungan dengan materi tersebut. Guru juga bisa meminta siswa saling bertukar pikiran sehingga mereka lebih percaya diri.

c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.

Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep. Meminta seorang sukarelawan untuk maju dan menjelaskan di depan kelas apa yang dia

ketahui. Siswa lain boleh bertanya, dan sang sukarelawan berhak berkata “lewat”

jika dia tidak yakin dengan jawabannya dan guru dapat menambahkan komentar pada tahap berikutnya.

d. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.

Ketika sang sukarelawan menjelaskan apa yang mereka ketahui di depan kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali. Informasi yang


(28)

tidak akurat, ide yang kurang tepat atau yang hanya dijelaskan separuh, miskonsepsi, bagian yang hilang, hal ini bisa ditangani langsung sehingga siswa tidak membentuk kesan yang salah, atau mereka dapat membuat dasar dari rencana pembelajaran yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya. e. Guru menerangkan semua materiyang disajikan saat itu.

Guru menjelaskan keseluruhan dari materi agar siswa lebih memahami materi yang sudah dibahas pada saat itu.

f. Penutup.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Setiap model yang sudah ada selama ini memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model Student Facilitator and Explaining memiliki kedua hal tersebut. Menurut Prasetya (2009) adapun kelebihan dan kekurangan dari model ini yaitu:

a. Kelebihan

1) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangya potensi berpikir kritis siswa secara optimal.

2) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan.

3) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.


(29)

5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok.

6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka.

7) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah.

8) Melatih kepemimpinan siswa.

9) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka.

b. Kekurangan

1) Timbul rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya. 2) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaannya

kepada siswa yang pintar.

3) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya.

4) Model Student Facilitator and Explaining memerlukan persiapan yang rumit dibanding dengan model lain, misalnya model ceramah.

5) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan akan memburuk. 6) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam

kelompoknya, dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal.


(30)

2.2

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2009:5).Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar (Anni, 2007:5).

Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Suprijono(2007:5), hasil belajar berupa sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, sebagaimana dikutip oleh Anni (2007:7), hasil belajar mencakup kemampuan tiga ranah belajar, yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,sintesis, penilaian.

2. Ranah Afektif

Tujuan pembelajaran ranah afektif berhubungan dengan perasaan, sikpa, minat, dan nilai.Kategori ranah afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.


(31)

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori ranah psikomotorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah perubahan pada diri siswa yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif yang dinilai dengan soal evaluasi. Ranah afektif yang meliputi tanggungjawab, mandiri, menjadi pendengar yang baik, menghargai pendapat orang lain dan keberanian menyampaikan pendapat. Ranah psikomotorik yang meliputi aktif dalam diskusi, membuat pertanyaan yang kreatif, kemampuan menjawab pertanyaan baik dari guru atau siswa lainnya.

2.3

Materi Pembelajaran

2.3.1 Energi

2.3.1.1Pengertian Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.

Satuan energi menurut Satuan Internasional (SI) adalah joule, satuan energi yang lain: erg, kalori, kWh. Satuan kWh biasa digunakan untuk menyatakan energi listrik dan kalori biasanya untuk energi kimia. Konversi satuan energi: 1 joule = 1 N.m

1 joule = 0,24 kalori 1 kalori= 4,2 joule 1 joule = 107 erg 1 erg = 10-7 joule


(32)

1kWh = 3.600.000 joule.

2.3.1.2Bentuk-bentuk Energi

a. Energi kimia: energi yang tersimpan dalam persenyawaan kimia.

b. Energi listrik: energi yang dipindahkan dalam bentuk aliran muatan listrik melalui kawat logam konduktor yang disebut arus listrik.

c. Energi panas (kalor): energi yang dapat menaikkan suhu benda.

d. Energi cahaya: energi yang dihasilkan oleh benda-benda yang bercahaya. e. Energi bunyi: energi yang dihasilkan oleh benda uang bergetar.

f. Energi mekanik: merupakan penjumlahan energi potensial dan energi kinetik. g. dan lain-lain.

2.3.1.3Energi Mekanik a. Energi Potensial

Energi potensial: energi yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya. Energi potensial gravitasi: energi yang dimiliki suatu benda karena memiliki kedudukan tertentu terhadap bumi.

Persamaan energi potensial gravitasi: Ep = m.g.h

dengan: Ep = energi potensial, dengan satuan J m = massa benda, dengan satuan kg

g = percepatan gravitasi, dengan satuan m/s2 h = ketinggian, dengan satuan m.


(33)

b. Energi Kinetik

Energi kinetik: energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak yang besarnya bergantung pada massa benda dan kecepatan benda tersebut. Secara matematis, energi kinetik suatu benda dapat ditulis sebagai berikut:

Ek = mv2

dengan: Ek = energi kinetik, dengan satuan J

v = kecepatan gerak benda, dengan satuan m/s.

Energi mekanik merupakan penjumlahan energi potensial dan energi kinetik. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Em = Ep + Ek

dengan: Em = energi mekanik, dengan satuan J

2.3.1.4Perubahan Bentuk-bentuk Energi

Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi yang lain. Perubahan bentuk energi yang biasa dimanfaatkan sehari-hari antara lain sebagai berikut:

a. Energi listrik menjadi energi panas. Contoh perubahan energi listrik menjadi energi panas terjadi pada mesin pemanas ruangan, kompor listrik, setrika. listrik, heater, selimut listrik, dan solder.

b. Energi mekanik menjadi energi panas. Contoh perubahan energi mekanik menjadi energi panas adalah dua buah benda yang bergesekan. Misalnya,


(34)

ketika kamu menggosok-gosokkan telapak tanganmu maka kamu akan merasa panas.

c. Energi mekanik menjadi energi bunyi. Perubahan energi mekanik menjadi energi bunyi dapat terjadi ketika kita bertepuk tangan atau ketika kita memukulkan dua buah benda keras.

d. Energi kimia menjadi energi listrik. Perubahan energi pada baterai dan aki merupakan contoh perubahan energi kimia menjadi energi listrik.

e. Energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor. Perubahan energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor terjadi pada berpijarnya bohlam lampu. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi cahaya biasanya disertai bentuk energi lainnya, misalnya kalor. Coba dekatkan tanganmu ke bohlam lampu yang berpijar! Lama kelamaan tanganmu akan merasa semakin panas. f. Energi cahaya menjadi energi kimia. Perubahan energi cahaya menjadi energi

kimia dapat kita amati pada proses pemotretan hingga terbentuknya foto.

2.3.1.5Hukum Kekekalan Energi

Hukum kekekalan energy berbunyi:

“Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain”.


(35)

2.3.2 Usaha

Usaha besarnya gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga benda tersebut mengalami perpindahan. Jika gaya dilambangkan dengan F dan perpindahan dengan s maka secara matematis usaha dapat dituliskan:

W = Fs

dengan: W = usaha, dengan satuan J F = gaya, dengan satuan N

s = perpindahan, dengan satuan m

persamaan tersebut berlaku untuk gaya yang arahnya sama dengan perpindahan.

Gambar 2.1 Arah gaya yang diberikan pada balok searah dengan perpindahannya

Selain pengertian di atas jika dihubungkan dengan energi maka usaha dapat didefinisikan sebagai besarnya perubahan energi yang digunakan, sehingga selain persamaan di atas usaha juga dapat dirumuskan:

W = ∆E


(36)

2.3.3 Daya

Daya adalah laju usaha yang dilakukan. Dengan kata lain daya adalah usaha yang dilakukan tiap satuan waktu. Secara matematis daya dapat dirumuskan sebagai berikut:

P =

dengan: P = daya, dengan satuan W t = waktu, dengan satuan s.

2.4

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu tentang model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Judul Hasil

1. Yeni Saraswati

2009 Penerapan Pembelajaran

Kooperatif Model Student Facilitator

and Explaining

(SFAE) Untuk

Meningkatkan Minat Belajar Fisika dan Prestasi Belajar Siswa

Penerapan pembelajaran

Kooperatif Model Student Facilitator and

Explaining (SFAE) dapat meningkatkan minat belajar fisika dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(37)

Kelas VIII B SMP Negeri 1 Singosari. 2. Wuri

Agustina

2011 Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining (SFAE) Pada Mata Pelajaran IPS Sub Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Malang.

Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining (SFAE) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

3. Anisah Prafitralia

2011 Penerapan Strategi Student Facilitator

and Explaining dalam Meningkatkan

Keaktifan dan Pemahaman Siswa Kelas VIII-D pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri

Penerapan Strategi Student Facilitator and

Explaining dapat meningkatkan

keaktifan dan


(38)

1 Pasisiran 4. Ifan

Kurniawan

2012 Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Metode Student Facilitator

And Explaining Pada Standar Kompetensi Menjelaskan Dasar-Dasar Sinyal Video di SMK Negeri 5 Surabaya.

Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Metode Student Facilitator And

Explaining dapat meningkatkan hasil belajar dan respon siswa pembelajaran

Metode Student

Facilitator And

Explaining positif. 5. Abdur

Rahman

2012 Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe

Student Facilitator And Explaining (SFAE) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standart Kompetensi

Menafsirkan Gambar Teknik Listrik SMKN 2 Pamekasan

hasil belajar siswa dan keterampilan sosial siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE

lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif


(39)

6. Sonia Lara, Charo

Repáraz

2005 Effectiveness of cooperative learning fostered by working with WebQuest

Menurut hasil pada manfaat perancah, kita dapat mengatakan bahwa pedoman-fered dalam WebQuest untuk membuat siswa bekerja sama dan independen

yang memadai.

Sebagian besar siswa mengatakan bahwa mereka berhasil

mengatur dan

mendistribusikan tugas antara anggota kelompok.

2.5

Kerangka Berfikir

Fisika adalah suatu ilmu yang memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran fisika, materi fisika kebanyakan disajikan dalam bentuk rumus-rumus daripada dalam bentuk kalimat. Setiap pokok bahasan memiliki rumus tersendiri dan rumus tersebut berkaitan antara pokok bahasan yang satu dengan yang lain. Sehingga fisika lebih memerlukan pemahaman daripada hafalan. Karena jika hanya hafalan tanpa memahami konsep siswa akan


(40)

merasa bingung ketika menemukan rumus yang harus didapatkan terlebih dahulu dari rumus yang lain. Dari rumus juga mengandung makna yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga jika tidak memahami konsep siswa tidak bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, umumnya siswa menganggap bahwa fisika itu sulit dan menjadi momok dalam belajar. Hal tersebut menjadikan siswa pasif dalam belajar dan mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Melaui proses belajar mengajar, guru dituntut untuk menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian yang dimiliki guru yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran. Agar penyampaian pelajaran tepat pada tujuan pembelajaran maka harus memilih model pembelajaran yang inovatif tidak monoton. Pemilihan model pembelajaran pada materi fisika misalnya dengan model yang melibatkan keaktifan siswa dan menuntut siswa untuk menemukan konsep sendiri, sehingga memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep fisika.

Cara mengatasi masalah tersebut, maka dipilih model pembelajaranStudent Facilitator and Explaining (SFAE). Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Dalam pelaksanaanya siswa diminta untuk berkelompok, dengan kelompoknya membuat bagan/peta konsep dari materi pelajaran yang telah diterima kemudian mempresentasikannya. Model ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta


(41)

didik untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang yang memfasilitasi proses pembelajaran” terhadap peserta didik lain. Dengan model ini,

peserta didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif. Sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep fisika dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan meningkat. Dengan meningkatnya pemahaman terhadap suatu konsep fisika melalui penerapan Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran, diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa.

Model Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Pelaksanaan penelitian ini mengacu pada instrument yang sudah disusun pada tahap perencanaan berupa silabus dan RPP.Penyusunan RPP pada siklus II mengacu pada hasil penelitian dari siklus I dengan materi yang berbeda.

Penilaian terhadap hasil belajar kognitif siswa dilaksanakan setiap akhir siklus. Penilaian hasil belajar afektif dan psikomotorik diambil dari pengamatan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian hasil penilaiannya dikumpullkan untuk dianalisis peningkatan hasil belajarnya. Jika hasil belajar siswa setelah dianalisis belum memenuhi indikator ketuntasan belajar baik ranah kognitif, ranah afektif maupun ranah psikomotorik, maka kekurangan penelitian akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kerangka berpikir Penerapan Model


(42)

Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam.

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

2.6

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71).

Masalah

Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)

SIKLUS I 1. Perencanaa

n

2. Pelaksanaa n

3. Pengamata n

SIKLUS II 1. Perencanaa

n

2. Pelaksanaa n

3. Pengamatan 4. Refleksi

Hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Expalining


(43)

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah

“Ada peningkatan hasil belajar fisika kelas VIII SMP Nurul Islam dengan


(44)

29

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Setting Penelitian dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nurul Islam Semarang yang terletak di Jl. Siliwangi 574, Semarang, Jawa Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII C semester II tahun 2012/2013. Subjek terdiri dari 29 siswa dengan 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan (data dimuat di lampiran 3).

3.2

Faktor yang Diteliti

Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar (aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik) yang diperoleh siswa pada setiap siklus.Aspek kognitif, yang diamati adalah pemahaman konsep fisika. Aspek afektif, yang diamati adalah aspek tanggungjawab, mandiri, menjadi pendengar yang baik, menghargai pendapat orang lain dan berani mengungkapkan pendapat. Aspek psikomotorik dalam penelitian ini meliputi aspek kemampuan aktif berdiskusi, kemampuan membuat pertanyaan yang kreatif, kemampuan menjawab pertanyaan baik dari guru atau dari peserta didik lainnya.


(45)

3.3

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti mengadopsi model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Adapun komponen-komponen pokok yang dapat dijadikan sebagai langkah dalam penelitian adalah: perencanaan atau planning, tindakan atau acting, pengamatan atau observing, refleksi atau reflecting. Siklus prosedur penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut:


(46)

PENELITIAN:

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 4.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

Pengamatan

Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan PRE PENELITIAN:

1. Menentukan permasalahan

2. Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar siswasebagai studi awal

Indikator tercapai SELESAI

Indikator belum tercapai Dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan memperbaiki skenario pembelajaran


(47)

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I meliputi:

a. Perencanaan (Planning)

Perincian langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menyusun silabus dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) (data dimuat di lampiran 15 dan lampiran 16).

2) Membentuk kelompok belajar:

Dilakukan pengelompokan heterogenitas berdasarkan kemampuan akademis yang dilakukan oleh guru dan peneliti. Satu kelas terdiri dari 7 kelompok belajar siswa dengan daftar kelompok terlampir (data dimuat di lampiran 4). 3) Menyiapkan soal tes evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran yang telah diuji cobakan terlebih dahulu (data dimuat di lampiran 18).

4) Menyiapkan lembar observasi afektif dan psikomotorik siswa (data dimuat di lampiran 29 dan lampiran 34).

b. Pelaksanaan (Action)

 Pendahuluan:

1) Pengajar membuka pelajaran dan mengecek kehadiran siswa.

2) Pengajar memotivasi dan menyampaikan materi apa yang akan dipelajari serta menyampaikan tujuan pembelajaran.


(48)

1)Pengajar menyajikan materi Energi.

2)Pengajar membentuk siswa menjadi 7 kelompok sesuai dengan yang ada di tahap perencanaan, kemudian mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya.

3)Siswa bersama kelompok berdiskusi membuat bagan atau peta konsep tentang materi Energi.

4)Siswa secara sukarelawan maju ke depan kelas untuk menjelaskan bagan/peta konsep hasil diskusi dengan kelompoknya, sementara kelompok lain memperhatikan dan menanggapi.

5)Pengajar menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.

6)Pengajar menjelaskan semua materi yang telah dibahas agar siswa lebih memahami materi.

 Penutup

1) Pengajar menutup pelajaran.

2) Pengajar memberikan tes evaluasi kepada siswa.

c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap ini peneliti mengambil data dari mengamati dan menilai kegiatan yang dilakukan siswa melalui lembar observasi afektif dan lembar kerja psikomotorik selama pembelajaran.Selain itu pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap hasil tes evaluasi siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah proses pembelajaran. Tujuan dari tahap ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar efek tindakan terhadap hasil belajar.


(49)

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi, data hasil tes evaluasi dan data lembar observasi dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang sudah dilakukan. Hasil refleksi pada siklus I ini menjadi acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

Siklus II meliputi:

a. Perencanaan (Planning)

Perincian langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) (data dimuat di lampiran 21).

2) Menyiapkan lembar observasi afektif dan psikomotorik siswa.

3) Menyiapkan soal tes evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran (data dimuat di lampiran 23).

b. Pelaksanaan (Action)

 Pendahuluan

1) Siswa sudah duduk sesuai dengan kelompoknya.


(50)

3) Pengajar menyampaikan materi apa yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar.

 Kegiatan Inti

1)Pengajar menyajikan materi Usaha dan Daya.

2)Siswa bersama kelompoknya berdiskusi membuat bagan atau peta konsep tentang materi Usaha dan Daya.

3)Siswa secara sukarelawan maju ke depan kelas untuk menjelaskan bagan/peta konsep hasil diskusi dengan kelompoknya, sementara kelompok lain memperhatikan dan menanggapi.

4)Pengajarmenyimpulkan ide/pendapat dari siswa.

5)Pengajar menjelaskan semua materi yang telah dibahas agar siswa lebih memahami materi.

 Penutup

1)Pengajar menutup proses pembelajaran.

2)Pengajarmemberikan tes evaluasi kepada siswa.

c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap ini peneliti mengambil data dari mengamati dan menilai kegiatan yang dilakukan siswa melalui lembar observasi afektif dan lembar kerja psikomotorik selama pembelajaran. Selain itu pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap hasil tes evaluasi siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah proses pembelajaran.


(51)

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap refleksi siklus II, data hasil tes evaluasi dan data lembar observasi dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang sudah dilakukan. Pada pelaksanaan siklus II jika sudah memenuhi indikator maka penelitian dihentikan.

3.4

Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan alat pengumpul data sebagai berikut:

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2009:221). Adapun data-datayang diperoleh oleh penulis yaitu daftar nama, jumlah siswa, nilai ulangan harian fisika kelas VIII B SMP Nurul Islam tahun ajaran 2012/2013 dan foto dokumentasi penelitian.

b. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Daryanto, 2008:35). Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda, karena mencakup banyak materi, penskorannya objektif, dan dapat dikoreksi oleh komputer maupun orang lain yang bukan bidangnya (Arikunto, 2007:109).


(52)

c. Metode Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2009:220).

3.5

Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Instrumen Penelitian a. Instrumen Tes Kognitif

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penyusunan instrumen tes dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Membatasi bahan yang akan diujikan, yaitu pokok bahasan Energi dan Usaha. 2) Menentukan alokasi waktu untuk mengerjakan 40 soal uji coba instrumen

dengan rincian 20 soal untuk siklus I dan 20 soal untuk siklus II (data dimuat di lampiran 6 dan lampiran 11).

3) Menentukan jumlah item soal yang disesuaikan dengan tingkat kesukaran dan waktu mengerjakan soal. Jumlah item soal yang akan diujicobakan adalah sebanyak 40 soal.

4) Menentukan komposisi jenjang perangkat tes yang disesuaikan dengan garis-garis besar pokok pembelajaran pokok materi energi dan usaha yaitu


(53)

pengetahuan (C1) sebanyak 32,5%, pemahaman (C2) sebanyak 40%, penerapan (C3) sebanyak 27,5%.

5) Menentukan bentuk soal. Bentuk soal yang digunakan adalah obyektif tes dengan 4 alternatif jawaban

6) Membuat tabel kisi-kisi soal. Dalam tabel kisi-kisi soal tercantum ruang lingkup bahan yang akan diuji, indikator, komposisi jenjang soal dan jumlah setiap jenjang soal (data dimuat di lampiran 5 dan lampiran 10).

2. Tahap Uji Coba

Uji coba perangkat tes digunakan untuk menentukan soal-soal yang memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian yang baik. Hasil uji coba ini kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal. Instrumen berupa 40 soal tes objektif diuji cobakan kepada siswa kelas IX B SMP Nurul Islam Semarangyang berjumlah 26 siswa (data dimuat di lampiran 2).

3. Tahap Analisis a) Uji Validitas Soal

Uji validitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment, dengan persamaan:


(54)

Keterangan:

rXY = koefisienkorelasiproduct moment N = banyaknya subyek

∑ X = jumlah skor tiap item soal

∑ Y = jumlah skor total.

Kriteria pengukuran dikategorikan jika r hitung> r tabel maka butir soal validdengan dk = 5 % dan n adalah jumlah siswa.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan, diperoleh hasil perhitungan pada siklus I validitas butir soal nomor 1, diperoleh rpbi = 0,576 dan rtabel = 0,388.

Dengan α 5% dan n = 26. Karena rpbi> rtabel maka butir soal nomor 1 valid. Dengan melihat perhitungan validitas butir soal. Untuk siklus I, terdapat 16 butir soal valid dan 4 butir soal tidak valid. Untuk siklus II, terdapat 15 butir soal valid dan 5 butir soal tidak valid. Untuk data hasil validitas soal dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Validitas Soal Instrumen Penelitian Siklus I

Kriteria Nomor soal

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 16, 18, 19, 20


(55)

Tabel 3.2 Validitas Soal Instrumen Penelitian Siklus II

Kriteria Nomor soal

Valid 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19

Tidak valid 2, 7, 12,13dan 20

b) Reliabilitas

Dalam penelitian ini reliabilitas tes diuji dengan rumus K-R 20 yang dirumuskan sebagai berikut:

(Arikunto, 2006:188) Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas instrumen k = banyaknya butir item

= varian total

p= jumlah siswa yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan q = jumlah siswa yang menjawab dengan salah butir item yang bersangkutan, atau q=1-p

∑ p q = jumlah dari hasil perkalian antara p dengan q


(56)

Dimana:

Y = skor siswa N = jumlah siswa.

Harga r11 yang dihasilkan dikonsultasikan dengan aturan penetapan reliabel yang disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Nilai r11 Keterangan r11≤ 0.2 Sangat rendah

0,20 ≤ r11<

0,40 Rendah

0,40 ≤ r11<

0,60 Cukup

0,60 ≤ r11<

0,80 Tinggi

0,80 ≤ r11 ≤

1,00 Sangat tinggi

Harga r11 dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikan 5 %. Jika > maka perangkat tes dikatakan reliabel. Hasil analisis reliabilitas soal pada uji coba soal siklus I dan II diperoleh bahwa soal yang diujicobakan bersifat reliabel.


(57)

c) Tingkat Kesukaran

Dalam penelitian ini tingkat kesukaran diuji dengan menggunakan persamaan :

(Suharsimi, 2007:208) Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Arikunto (2007:210) mengkriteriakan indeks kesukaran soal (P) sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Berdasarkan hasil perhitungan pada silkus I soal nomor 1 diperoleh TK = 0,654 yang berarti soal nomor 1 mempunyai tingkat kesukaran sedang. Berdasarkan uji coba instrumen penelitian siklus I, soal yang termasuk kategori sukar berjumlah 1 butir, kategori sedang berjumlah 15 butir dan kategori mudah berjumlah 4 butir. Untuk uji coba instrumen penelitian siklus II, soal yang termasuk kategori sukar berjumlah 1 butir, kategori sedang berjumlah 16 butir dan kategori mudah berjumlah 3 butir. Untuk data hasil tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan 3.5.


(58)

Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penelitian Siklus I

Kriteria Nomor soal

Sukar 16

Sedang 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, dan 20

Mudah 2, 3, 6, dan 11

Tabel 3.5Tingkat Kesukaran Soal Instrumen Penelitian Siklus II

Kriteria Nomor soal

Sukar 20

Sedang 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19

Mudah 2, 3, dan 11

d)Daya Beda Soal

Daya pembeda tes dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

Keterangan:

D = indeks daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar


(59)

PA= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Suharsimi (2007:218) mengemukakan klasifikasi daya bedaD, yaitu: D : 0,00-0,20 : jelek (poor)

D : 0,21-0,40 : cukup (satisfactory) D : 0,41-0,70 : baik (good)

D : 0,71-1,00 : sangat baik (excellent)

D : negatif, semuanya tidak baik, semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda, pada siklus I diperoleh 4 soal dikategorikan sangat baik, 14 soal dalam kategori baik dan 2 soal dikategorikan cukup. Pada siklus II diperoleh 3 soal dikategorikan sangat baik, 14 soal dikategorikan baik, 1 soal dikategorikan cukup dan 2 soal dikategorikan jelek.

4. Hasil Analisis Uji Coba Soal

Berdasarkan hasil analisis soal uji coba, baik validitas, reliabilitas soal, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal, untuk siklus I yang terdiri dari 20 butir soal yang diuji cobakan ada 16 yang memenuhi syarat sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, dari 16 butir soal yang memenuhi syarat, hanya diambil 15 butir soal saja. Dengan demikian ada 1 butir soal yang memenuhi syarat tapi tidak digunakan, yaitu nomor 19. Tidak dipakainya butir soal tersebut karena tujuan pembelajaran dari masing-masing butir soal telah terwakili oleh


(60)

beberapa butir soal yang lain. siklus II yang terdiri dari 20 butir soal yang diuji cobakan ada 15 yang memenuhi syarat sebagi instrumen penelitian. Dalam hal ini, 15 butir soal yang memenuhi syarat teresbut semua digunakan.

3.6.2

Analisis Hasil Belajar Siswa

a. Analisis hasil belajar kognitif siswa

(Purwanto, 1990:102) b. Analisis hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa dinilai melalui lembar observasi. Pemberian skor pada lembar observasi menggunakan interval 1-4.

(Purwanto, 1990:102)

c. Perhitungan nilai rata-rata

(Sudjana, 2002: 67) Keterangan:

: nilai rerata


(61)

N: banyaknya siswa yang mengikuti tes

d. Perhitungan ketuntasan belajar klasikal

(Purwanto, 1990: 112) Keterangan:

% : tingkat persentase yang dicapai n : jumlah siswa tuntas

N: jumlah seluruh siswa

e. Pengujian terhadap peningkatan hasil belajar siswa

Hake (Wiyanto, 2008:86) Keterangan:

g : gain ternormalisasi (normal gain) Spre : nilai rata-rata pada siklus I

Spost: nilai rata-rata pada suklus II

Kriteria faktor g (gain) yaitu sebagai berikut: g≥ 0,7 : tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 : sedang


(62)

47

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Deskripsi Penerapan Student Facilitator and Expalaining (SFAE) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada materi energi dan usaha dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) kelas VIII C SMP Nurul Islam dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran, yaitu peneliti sebagai pengajar dan guru sebagai pengamat. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dan siklus II. Siklus I membahas tentang bentuk-bentuk energi, konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari, konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda yang bergerak, dan hukum kekekalan energi. Siklus II membahas kaitan antara energi dan usaha, penerapan daya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explaining (SFAE) mengacu pada silabus, RPP yang sudah disusun oleh pengajar. Pelaksanaan pembelajaran ini juga ditunjang dengan adanya soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa yang berbentuk obyektif tes, serta lembar observasi afektif dan psikomotorik.


(63)

Proses pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explaining (SFAE) diawali dengan salam, mengecek kehadiran siswadengan siswa sudah duduk sesuai dengan kelompoknya sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian pengajar memulai dengan bertanya tentang masalah sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari serta memberi motivasi kepada siswa tidak lupa pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti pengajar menyajikan materi kepada siswa dimulai dengan melakukan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang sudah didapat pada pertemuan sebelumnya yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Kemudian pengajar menyajikan materi. Setelah selesai penyampaian materi, pengajar meminta kepada siswa untuk berdiskusi membuat bagan/peta konsep materi energi bersama kelompoknya masing-masing dengan bebas berkreatifitas. Sebelum siswa berdiskusi pengajar memberi motivasi kepada semua siswa untuk ikut aktif dalam tugas kelompok, karena siswa akan ditunjuk secara acak untuk presentasi dan diberi pertanyaan oleh pengajar. Sehingga jika mereka tidak serius dan tidak bisa menjawab pertanyaan maka akan dikurangi nilainya. Bagi yang aktif tanpa pengajar yang meminta, serius dan bisa menjawab pertanyaan maka akan ditambah nilainya. Pada siklus II siswa sudah dapat beradaptasi dengan model Student Facilitator and Explaining (SFAE), sehingga pengajar tidak perlu memberikan arahan kembali dan tidak perlu membimbing secara khusus, hanya saja jika ada siswa yang gaduh dan pasif pengajar menegur dan memotivasi. Salah satu siswa mewakili kelompoknya menyampaikan hasil diskusi dengan presentasi di depan kelas, sedangkan kelompok lain


(64)

memperhatikan serta memberikan tanggapan berupa pertanyaan atau sanggahan. Kelompok yang melakukan presentasi menanggapi dengan menjawab pertanyaan kelompok yang tidak presentasi.pada siklus II siswa tidak perlu ditunjuk untuk presentasi, mereka secara sukarelawan maju kedepan. Selain itu siswa banyak yang aktif bertanya. Pengajar menyimpulkan hasil presentasi.Pengajar menjelaskan semua materi secara garis besarnya agar siswa lebih memahami materi yang dipelajarinya.

Pada kegiatan penutup yaitu di akhir siklus pengajar meminta siswa mengumpulakn tugas pada pertemuan sebelumnya dan menutup pelajaran. Kemudian guru memberikan tes evaluasi kognitif terhadap siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explaining (SFAE) dengan langkah-langkah tersebut dapat meningkatkan hasil belajar, karena siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan model tersebut juga melatih siswa mengungkapkan idenya melatih keberanian berbicara didepan. Kemudian adanya diskusi dalam kelompok dan tanya jawab ketika presentasi, terjadi proses pertukaran pikiran hal itu membuat siswa yangkurang paham menjadi paham, yang tidak tahu menjaid tahu. Hal itu sesuai dengan yang disamapikan Devira (2012) Model Student Facilitator and Explaining merupakan suatu model yang memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta untuk mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya.


(65)

4.1.2

Hasil Belajar Ranah Kognitif

Hasil belajar ranah kognitif siswa diukur melalui tes evaluasi di setiap akhir siklus yang berbentuk soal pilihan ganda. Tes evalusi kognitif pada masing-masing siklus terdiri dari 15 soal. Hasil analisis tes yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II (data dimuat di lampiran 28) dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 47.00 53.00

Nilai tertinggi 87.00 93.00

Rata-rata kelas 69.66 79.08

Ketuntasan klasikal 72.41 89.66

Gain Score Siklus I ke Siklus II 0.31

Kriteria Peningkatan Sedang

Gambar 4.1 Diagram batang hasil belajar kognitif siswa

64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 Ra ta -ra ta H a sil B ela ja r K o g nitif Penilaian Kognitif

Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Siklus I Siklus


(66)

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 hasil belajar kognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan. Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan oleh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) pada materi energi dan usaha.

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) adalah model yang melibatkan keaktifan siswa (Suprijono, 2009:128). Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) melatih siswa untuk mempresentasikan ide atau pendapat pada peserta didik lainnya yaitu ide yang berupa bagan/peta konsep dari materi pelajaran (Widodo, 2009).

Dalam pembelajaran materi energi dan usaha dengan menerapakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dibentuk 7 kelompok dengan anggota 4 orang. Masing-masing kelompok membuat bagan/peta konsep kemudian mempresentasikannya.Keterlibatan siswa dalam pembelajaran menyebabkan penguasaan materi energi dan usaha dari siklus I ke siklus II meningkat. Hal ini dikarenakan model pembelajarna Student Facilitator and Explaining (SFAE) melibatkan siswa untuk ikut berperan dalam proses pembelajaran. Siswa ikut berperan dalam proses pembelajaran menjadikan siswa terlatih untuk mau belajar maupun membaca materi, sehingga dapat menjadi pendukung bagi peningkatan hasil belajar siswa.Selain itu, kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelompok. Bekerja dalam kelompok sangat menguntungkan karena siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya serta dapat bertukar pendapat maupun berbagi pengetahuan.


(67)

Pada siklus I hasil belajar siswa belum bisa dikatakan berhasil dan belum memenuhi kriteria ketuntasan. Hal tersebut dikarenakan Pembagian kelompok yang baru disampaikan pada pertemuan pertama dan siswa disuruh duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Hal tersebut membuat keributan dan menyita waktu yang sudah dialokasikan. Selain itu siswa belum terbiasa dengan model Student Facilitator and Expalining (SFAE), kebanyakan siswa masih merasa bingung bagaimana membuat konsep sehingga guru harus membimbing secara khusus.

Dari kekurangan pada siklus I maka disusunlah rencana tindakan pada siklus II dengan melakukan perbaikan, yaitu pengajar mengarahkan siswa pada pertemuan selanjutnya sebelum pembelajaran dimulai sudah harus duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kemudian guru memberi tugas mengerjakan soal untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Pengajar menghimbau siswa pada pertemuan selanjutnya untuk lebih mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran.

Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan.Hal ini dikarenakan alokasi waktu sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah dietntukan dan siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran Student Facilitator and Expalining (SFAE). Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Student Facilitator and Expalining (SFAE) yang melibatkan siswa secara langsung sebagai fasilitator bagi siswa yang lain dapat meingkatkan hasil belajar. Hal ini bersesuaian dengan kelebihan dari model Student Facilitator and Expalining (SFAE) yaitu dapat memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar


(68)

informasi, pendapat dan pengalaman serta mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal. Pernyataan tersebut bersesuaian dengan hasil penelitian Agustina (2011) yang menyimpulkan bahwa model Student Facilitator and Expalining (SFAE) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain sesuai dengan pernyataan Agustina, sesuai dengan hasil penelitian Ifan Kurniawan (2012) yang menyimpulkan bahwa Pengembangan Perangkat Pembelajaran Metode Student Facilitator And Explainingdapat meningkatkan hasil belajar.

Peningkatan hasil belajar kognitif yang dianalisis dengan uji gain menunjukkan bahwa peningkatannya dalam kriteria sedang. Hal tersebut dikarenakan siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE).

4.1.3

Hasil Belajar Ranah Afektif

Penilaian hasil belajar afektif meliputi tanggungjawab siswa, kemandirian, menjadi pendengar yang baik, menghargai pendapat orang lain dan keberanian menyampaikan pendapat. Hasil analisis ranah afektif siswa pada siklus I dan siklus II (data dimuat di lampiran 31) dapat dilihat pada Tabel 4.2:


(69)

Tabel 4.2 Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 45 75

Nilai tertinggi 75 90

Rata-rata kelas 65.00 83.10

Ketuntasan klasikal 86.21 100.00

Gain Score Siklus I ke Siklus II 0.52

Kriteria Peningkatan Sedang

Gambar 4.2 Diagram batang hasil belajar afektif siswa

Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 hasil belajar afektif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.Peningkatan hasil belajar afektif ini terjadi karena siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran dengan penerpan Student Facilitator and Explaining (SFAE). Siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Karena dengan berkelompok siswa saling bertukar pendapat

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 R at a -rat a H asi l B ekaj ar A fekt if Penilaian Afeltif

Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Afektif

Siklus I


(70)

dengan siswa yang lain, mandiri, bertanggungjawab, dll. Selain itu keberhasilan kelompok ditentukan oleh kerjasama dari masing-masing siswa dalam satu kelompok. Jika ada siswa yang tidak bertanggungjawab, tidak berani menyampaikan pendapat dan tidak menghargai pandapat orang lain maka ada kemungkinan hasil diskusinya kurang baik.

Pada siklus I hasil belajar sudah dikatakan memenuhi kriteria ketuntasan. Akan tetapi walau begitu tetap memiliki kekurangan, ketika proses pembelajaran berlangung ada beberapa siswa yang berbicara sendiri dan membuat gaduh. Selain itu ada siswa yang berpangku tangan kepada siswa yang lain. Oleh karena itu pada siklus II diperbaiki dengan memberi teguran dan motivasi berupa penghargaan berupa tambahan nilai bagi kelompok yang kompak dan hasil kerjanya bagus dengan menyampaikan bahwa berhasil/tidaknya kelompok tergantung dari anggotanya. Menjelaskan kepada siswa bahwa jika mereka tidak meperhatikan dan tidak mengikuti jalannya diskusi maka mereka tidak akan menguasai materi yang nantinya tidak dapat menjawab pertanyaan. Sehingga pada siklus II dapat meningkatkan hasil belajar.

Hal tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini bersesuain dengan kelebihan dari model Student Facilitator and Explaining (SFAE) yaitu mendorong tumbuhnya rasa mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, keberanian mengutarakan pendapat, mandiri , bertanggungjawab.Selain itu bersesuaian dengan hasil penelitian Abdur Rahman (2012) hasil belajar siswa dan keterampilan sosial siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif tipe


(71)

Student Facilitator and Expalining(SFAE) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dikenakan model pembelajaran kooperatif.

Peningkatan hasil belajar afektif yang dianalisis dengan uji gain menunjukkan bahwa peningkatannya dalam kriteria sedang. Hal tersebut dikarenakan siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) serta ada beberapa siswa yang masih membuat gaduh dan kurang menjadi pendengar yang baik.

4.1.4

Hasil Belajar Ranah Psikomotorik

Penilaian hasil belajar psikomotorik meliputi aktif dalam diskusi, membuat pertanyaan yang kreatif, kemampuan menjawab pertanyaan baik dari guru atau peserta didik lainnya. Hasil belajar ranah psikomotorik siswa pada siklus I dan siklus II (data dimuat di lampiran 38) dapat dilihat pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3 Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Siswa

Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai terendah 42 50

Nilai tertinggi 75 92

Rata-rata kelas 58.33 75.57

Ketuntasan klasikal 68.97 93.10

Gain Score Siklus I ke Siklus II 0.41


(1)

Siswa presentasi peta konsep siklus I Siswa diskusi siklus II

Siswa diskusi pada siklus II Siswa presentasi


(2)

HASIL DISKUSI SISWA


(3)

(4)

(5)

(6)

YAYASAN NURUL ISLAM PURWOYOSO

SMP NURUL ISLAM SEMARANG

AKTA NOTARIS MUHAMMAD HAFIDI, SH TGL.23 MARET 2009 NO.7 SEMARANG

Jl. Siliwangi 574 Telp. (024) 7604405, 7612854 Semarang 50146

SURAT KETERANGAN

Nomor : 309 / 4.a / KET / IX /2012 Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mashadi, S. Ag

Jabatan : Kepala Sekolah Unit Kerja : SMP Nurul Islam

Alamat : Jl. Siliwangi 574 Semarang

Menerangkan bahwa:

Nama : Dita Wuri Andari

NIM : 4201408061

Prodi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Fisika

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Bahwa nama tersebut di atas telah melakukan penelitian dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMP Nurul Islam” yang

telah dilaksanakan mulai tanggal 30 Januari–12 Februari 2013.

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat digunakan sebagaimana semestinya.

Semarang, 13 Februari 2013 Kepala Sekolah


Dokumen yang terkait

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

0 2 225

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 29 MEDAN.

0 3 15

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA Penerapan metode Student Facilitator And Explaining (SFAE) sebagai upaya meningkatkam minat belajar siswa dalam pemebelajaran dan hasil belajar IPS E

0 0 17

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DALAM Penerapan metode Student Facilitator And Explaining (SFAE) sebagai upaya meningkatkam minat belajar siswa dalam pemebelajaran dan hasil belajar IPS Ekonomi

0 0 13

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DAN HASIL Penerapan Metode Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV MI Karangkonan

0 0 14

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TEKNIK STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SISWA.

0 3 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADAPEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Pada Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 1 Pulokulon Ke

0 2 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 1 Pulokulon Ke

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) - repositoryUPI S TE 1005303 Title

0 0 3