ENGARUH UNIQUE SELLING PROPOSITION TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN :Survei pada Konsumen di Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung.

(1)

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Penelitian ...1

1.2 Identifikasi Masalah ... 15

1.3 Rumusan Masalah ...16

1.4 Tujuan Penelitian ...16

1.5 Kegunaan Penelitian ...17

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS . 18 2.1 Kajian Pustaka ...18

2.1.1 Pemasaran (Marketing) ...18

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran (Marketing) ...18

2.1.1.2 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ...20

2.1.2 Unique Selling Poposition Bagian dari Strategi Advertising ...23

2.1.2.1 Pengertian Periklanan (Advertising) ...28

2.1.2.2 Tujuan Periklanan ...30

2.1.2.3 Tipe-tipe Periklanan ...34

2.1.2.4 Strategi Periklanan ...36

2.1.2.5 Definisi Unique Selling Proposition ...38

2.1.2.6 Dimensi Unique Selling Proposition ...40

2.1.3 Keputusan Pembelian ...47

2.1.3.1 Definisi Keputusan Pembelian ...47

2.1.3.2 Dimensi Keputusan Pembelian ...49

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

xvi xix


(2)

2.1.4 Pengaruh Unique Selling Proposition terhadap Keputusan Pembelian ...60

2.1.5 Orisinalitas Penelitian ...64

2.2 Kerangka Pemikiran ...67

2.3 Hipotesis ...75

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 76

3.1 Objek Penelitian ...76

3.2 Metode Penelitian ...77

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan ...77

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ...78

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ...82

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel ...84

3.2.4.1 Populasi ... 84

3.2.4.2 Sampel ... 86

3.2.4.3Teknik Sampling ... 89

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ...93

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... . 3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas ... 3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 3.2.7 Teknik Analisis Data ... 3.2.7.1 Analisis Deskriptif ... 3.2.7.2 Analisis Verivikatif Menggunakan Path Analysis ... 3.2.8 Pengujian Hipotesis ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 94 95 99 102 103 105 110 113 4.1 Profil Perusahaan dan Konsumen Restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java ...113

4.1.1 Profil Perusahaan Restoran Bebek Garang ...113

4.1.1.1 Visi, Misi dan Identitas Restoran Bebek Garang ...114 ………..

4.1.1.2 Sejarah Singkat Restoran Bebek Garang ...115 ………..

4.1.1.3 Produk dan Jasa yang Ditawarkan Restoran Bebek Garang ...116 4.1.1.4 Pelaksanaan Unique Selling Proposition Restoran Bebek


(3)

4.1.2.1 Visi, Misi dan Identitas Restoran Bebek Van Java ...

4.1.2.2 Sejarah Singkat Restoran Bebek Van Java ... 4.1.2.3 Produk dan Jasa yang Ditawarkan Restoran Bebek Van Java ... 4.1.2.4 Pelaksanaan Unique Selling Proposition Restoran Bebek Van ... Java ...

4.1.3 Profil Konsumen Restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java ... ……… 118

119 120

122 123 4.1.3.1 Profil Berdasarkan Nama Restoran Bebek Garang yang

Dikunjungi ...123

4.1.3.2 Profil Konsumen Restoran Bebek Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ...124

4.1.3.3 Pendidikan Terakhir yang Ditempuh dan Pekerjaan Dikaitkan dengan Nama Restoran Bebek ...126

4.1.3.4 Pekerjaan dan Penghasilan Dikaitkan dengan Nama Restoran Bebek ...128

4.1.3.5 Pekerjaan dan Uang Saku Dikaitkan dengan Nama Restoran ...129

4.1.3.6 Pengalaman Lama Menjadi Konsumen Restoran Bebek ... 4.1.3.7 Pengalaman Konsumen Mengenai Menu Favorit dari Restoran Bebek ... 4.1.3.8 Alasan Menjadi Konsumen Restoran Bebek ... 131 132 134 4.2 Tanggapan Konsumen Restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java terhadap Pelaksanaan Unique Selling Proposition...136

4.2.1Dimensi Quality ...138

4.2.2 Dimensi Range of Product ...141

4.2.3 Dimensi Image ...145

4.2.4 Dimensi Covenience ...148

4.2.5 Dimensi Gimmick ... 4.2.5 Rekapitulasi Indikator Unique Selling Proposition ... 150 152 4.3 Tanggapan Konsumen Restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java atas Keputusan Pembelian ...155

4.3.1Dimensi Physical Features ...156


(4)

4.3.5 Dimensi Current Condition ... 4.3.4 Rekapitulasi Indikator Keputusan Pembelian ...

168 171

4.4 Pengaruh Unique Selling Proposition terhadap Keputusan Pembelian ...173

4.4.1 Pengaruh Unique Selling Proposition terhadap Keputusan Pembelian Secara Simultan ...173

4.4.2 Pengaruh Unique Selling Proposition terhadap Keputusan Pembelian Secara Parsial ...174

4.5 Implikasi Hasil Penelitian ...181

4.5.1 Temuan Penelitian Bersifat Teoritis ...181

4.5.2 Temuan Penelitian Bersifat Empiris ...182

4.6 Implikasi Hasil Temuan Penelitian Unique Selling Proposition terhadap Pengembangan Pendidikan Manajemen Bisnis ...185

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 191 5.1Kesimpulan ...191

5.2 Rekomendasi ...193

DAFTAR PUSTAKA ...195 LAMPIRAN


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dunia bisnis semakin maju ditandai oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peta kekuatan ekonomi dan bisnis yang diwarnai dengan persaingan yang semakin tinggi. Persaingan yang semakin tinggi membuat setiap negara dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja perekonomiannya yang digambarkan oleh perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) didukung oleh pertumbuhan sektor-sektor industri negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kinerja ekonomi positif.

Beberapa sektor industri Indonesia yang mengalami pertumbuhan yang menyebabkan struktur PDB meningkat antara lain sektor pertambangan dan pengalian, sektor industri pengelolaan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki persentase pertumbuhan lebih besar dan stabil per tahun dibandingkan sektor industri atau lapangan usaha lainnya, yang dijelaskan melalui Tabel 1.1 berikut ini.

TABEL 1.1

STRUKTUR PDB MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2007 – 2011 (PERSEN)

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011

1. Pertanian, Perternakan, Kehutanan dan Perikanan

13,7 14.5 15,3 15,3 14,7

2. Pertambangan dan Pengalian 11,2 10,9 10,6 11,2 12,0

3. Industri Pengelolahan 27,0 27,8 26,4 24,8 24,2

4. Listrik Gas, dan Air Bersih 0,9 0,8 0,8 0,8 0,7

5. Konstruksi 7,7 8,5 9,9 10,3 10,1

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,0 14,0 13,3 13,7 13,9


(6)

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa

Perusahaan

7,7 7,4 7,2 7,2 7,3

9. Jasa-jasa 10,1 9,7 10,2 10,2 10,6

PDB 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

PDB Tanpa Migas 89,5 89,5 91,7 92,2 91,6

Sumber : Modifikasi Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi BPS Maret 2012 Edisi 22

Pertumbuhan sektor Industri atau lapangan usaha berdasarkan Tabel 1.1 masing-masing memberikan kontribusi dalam meningkatkan kembali sektor-sektor bisnis dalam industri yang berpotensial, sehingga para produsen atau perusahaan dalam semua industri dituntut untuk melakukan terobosan inovasi terhadap bisnis baru dengan mengasilkan produk yang diinginkan dan dapat diterima oleh konsumen Indonesia dalam perkembangan gaya hidup urban. Sektor industri yang menjadi salah satu yang berpotensi terus mengalami pertumbuhan adalah sektor usaha dalam penyajian makanan dan minuman (food service) yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung dan kafe tenda, bisnis makanan berskala menengah seperti depot, rumah makan dan kafe, sampai dengan bisnis makanan yang berskala besar seperti restoran-restoran di hotel berbintang.

Pertumbuhan sektor usaha dalam penyajian makanan dan minuman (food service) seringkali dikaitkan oleh gaya hidup dengan mobilitas masyarakat yang semakin tinggi. Hal ini sering dihubungkan dengan pekerja atau seseorang yang sibuk melakukan aktivitas di luar rumah, baik itu pria maupun wanita yang selalu mencari sesuatu yang bersifat praktis dan instan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Mencari makanan dan minuman di luar rumah adalah salah satunya. Menurut M. Royan (2007:70) dengan adanya perubahan tersebut, menyebabkan


(7)

terjadinya pergeseran fungsi sebuah kafe dan restoran, yang melahirkan sebuah fenomena sosial dan budaya baru yaitu perubahan gaya hidup.

Di samping sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan utama yaitu makan dan minum, restoran dan kafe digunakan sebagai tempat untuk berkumpul, bersosialisasi, bertukar pikiran, memperluas jaringan dan bahkan menjadi salah satu tempat untuk melakukan prospecting business antar eksekutif perusahaan (Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 3 No. 2 September 2007). Sehingga dapat dikatakan kebiasaan makan dan minum di luar rumah telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern dan bertambah luas dari fungsi utamanya.

Kota Bandung menjadi salah satu kota yang mengalami fenomena perubahan gaya hidup. Selain terkenal sebagai kota fashion, Kota Bandung juga terkenal akan wisata kulinernya. Bandung memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa penuh dengan cita rasa khasnya. Begitu potensial untuk dikembangkan menjadi tulang punggung industri kreatif dan selalu menawarkan peluang bisnis baru dengan konsep kuliner yang berbeda serta menantang. Hal ini terbukti dengan semakin berkembangnya jumlah restoran, rumah makan dan bar di Kota Bandung dari tahun 2006-2011 sebagaimana disajiakan pada Tabel 1.2.

TABEL 1.2

JUMLAH RESTORAN, RUMAH MAKAN DAN BAR DI KOTA BANDUNG DARI TAHUN 2006-2011 Jenis

Usaha

Tahun 2006

Tahun 2007

Tahun 2008

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

Restoran 143 175 167 168 170 181

Rumah Makan 207 257 251 266 262 268

Bar 8 8 11 11 11 12

Total 358 440 429 445 443 461


(8)

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, jumlah restoran yang telah terdaftar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Bandung menempati peringkat kedua sebanyak 181 setelah rumah makan sebanyak 268 di tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh tingkat kebutuhan akan makanan dan minuman masyarakat Kota Bandung yang semakin tinggi dan tidak pernah habis.

Menurut Asosiasi dan Restoran Bandung (AKAR) “Saat ini jumlah usaha

jasa boga (kuliner) di Kota Bandung mencapai lebih 480 usaha. Namun, usaha yang baru bergabung dan terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Bandung masih sedikit, yakni sekitar 461 usaha. Apabila dilihat pada prospeknya kedepan dan melihat semakin banyaknya usaha food service yang belum terdaftar, dapat dikatakan tingkat persaingan bisnis food service akan semakin kompetitif.

Kota Bandung memilki penduduk terbanyak dibandingkan kota-kota lain di Jawa Barat yaitu sebanyak 2.393.633 jiwa dan didominasi penduduk kelas menengah ke atas (Menurut Badan Pusat Statistik 2010). Kondisi ini menguatkan bahwa daya beli terbanyak ada pada kelas menengah ke atas. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat maka pendapatan masyarakat meningkat sehingga akan mendorong permintaan konsumsi masyarakat menjadi lebih kuat serta mendorong menciptakan permintaan baru bagi barang dan jasa.

Kota Bandung telah tumbuh berkembang menjadi kota jasa serta tujuan wisata belanja dan kuliner. Bermunculannya acara kuliner di setiap stasiun televisi juga merupakan kesempatan untuk terus berkembangnya bisnis kuliner. Dua tahun lalu, makanan Bebek merupakan makanan yang sedang berkembang di Kota Bandung namun belum banyak pebisnis yang masuk di area ini. Berdasarkan segi


(9)

rasa, Bebek mempunyai rasa yang lebih gurih dibandingkan dengan daging ayam. Menurut Media Trans Info Sains 2011 “Daging bebek tanpa kulit mengandung kadar kolesterol sebesar 50, namun daging bebek dikategorikan makanan sehat untuk dikonsumsi manusia.”

Konsumsi olahan daging bebek oleh masyarakat Kota Bandung tampaknya semakin meningkat. Ini ditandai dengan menjamurnya restoran, rumah makan, warung makan kaki lima bebek di berbagai tempat dan berkembangnya peternak unggas akuatik atau bebek. Sebelum masakan bebek berkembang seperti sekarang, banyak konsumen tidak mau menyantap masakan daging bebek karena dagingnya yang alot dan berbau amis. Namun sekarang, menyantap bebek sudah banyak dilakukan orang. Adapun beberapa tempat makan olahan daging bebek di Kota Bandung yang merupakan sumber kekayaan wisata kuliner dan terkenal di Kota Bandung dapat disajikan pada Tabel 1.3 berikut :

TABEL 1.3

RESTORAN, RUMAH MAKAN DAN WARUNG MAKAN

OLAHAN DAGING BEBEK YANG TERKENAL DI KOTA BANDUNG

No. Nama Usaha Kategori Harga

1. The Ducking King Restoran Premium 2. Waroeng Starduck Restoran Premium

3. Pangeran Bebek Restoran Premium

4. Bebek Garang Restoran Medium

5. Bebek Van Java Restoran Medium

6. Bebek Bakar A’Yayo Restoran Medium

7. Dapur Bebek Restoran Medium

8. Bebek Jago Rumah Makan Medium

9. Bebek H. Slamet Rumah Makan Medium

10. Bebek Balap Rumah Makan Medium

11. Bebek Setan Rumah Makan Medium

12 Bebek Ireng Suroboyo Rumah Makan Medium

13. Bebek Kaleyo Rumah Makan medium

14. Bebek McDarmo Warung Makan Kaki Lima 15. Bebek Boromeus Warung Makan Kaki Lima


(10)

No. Nama Usaha Kategori Harga

16. Sate Bebek Wangon Warung Makan Kaki Lima 17 Bebek Goreng Getek Warung Makan Kaki Lima 18 Bebek Warung Gazebo Warung Makan Kaki Lima Sumber : Observasi Bulan Oktober 2011 dan Berbagai Sumber Artikel di Internet

Berbagai macam lahirnya usaha olahan daging bebek di Kota Bandung, semakin memperkaya citra rasa kuliner Bandung. Olahan daging bebek ini memiliki variatif harga berkisar harga paling mahal sampai harga termudah dan dapat ditemukan di Kota Bandung. Variasi menunya juga semakin variatif dari bebek goreng, bebek bakar, tongseng bebek, bebek lada hitam, bebek peking, sate bebek, bubur bebek, lumpia bebek, bebek katsu, bebek rica-rica, bebek panggang, nasi goreng bebek, pancake bebek, bebek bumbu kalasan, bebek bumbu rendang, bebek cabe ijo, bebek debus, bebek saos lemon, bebek bumbu mangga dan lain sebagainya.

Restoran bebek yang menjadi salah satu restoran yang memiliki keunikan dalam variatif menu berbahan baku bebek dengan bumbu unik khas Bandung adalah restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java. Menurut Ali Bagus Antra (Owner Bebek Garang), “Bebek olahannya memiliki rasa yang khas, variatif dan unik dalam meracik dan mengkombinasikan bumbu rempah-rempah. Pengolahan melewati tiga tahapan, seperti dilakukan kebanyakan pebisnis kuliner bebek. Tahapan tersebut antara lain bebek diungkep, direbus dengan bahan dasar rempah-rempah, kemudian digoreng. Namun soal apa saja bumbunya, itu menjadi rahasia dapur Ali.”

Berbeda halnya dengan Bebek Van Java, menurut Yuastria Surendratmaja (Sales Director Bebek Van Java), “Bebek olahannya menggunakan bebek lokal dan bebek peking yang memiliki berbagai varian kelas daging bebek berdasarkan


(11)

ukuran berat, tebal daging dan umur bebek.dengan menggunakan kombinasi bumbu rempah-rempah khas Indonesia yang disajikan secara modern.”

Berbagai restoran yang mengolah daging bebek di Kota Bandung memiliki aneka nama, ragam rasa, sajian, sambal, dan kemasan, semua makin variatif, mulai dari Bebek Borromeus pinggir jalan, yang dikenal karena letaknya yang dekat dengan Rumah Sakit Borromeus, atau Bebek Van Java di sekitar Jalan Lombok dengan keunikan rasa sambal yang pedas, atau Bebek Garang di sekitar Jalan Braga dengan bumbu sambal yang memberikan sensasi rasa pedas yang berbeda dan tempatnya yang strategis. Bebek Ayayo di Jalan Bengawan dengan kol gorengnya yang khas dan tiga rasa samabal yang memiliki sensasi rasa yang berbeda serta menggunakan bahan baku itik. Ada pula Dapur Bebek di Cikapundung dengan bebek asap yang khas, dan tidak jauh dari lokasi Dapur Bebek, terdapat Mie Jawa yang menawarkan bebek penyet dengan sambal panah yang membuat bibir memerah karena pedas.

Tingginya persaingan pasar semakin beragam dengan munculnya berbagai restoran bebek pendatang baru baik berupa restoran waralaba maupun warung-warung kaki lima yang juga mengolah daging bebek. Salah satu persaingan yang tinggi terjadi oleh Bebek Garang dan Bebek Van Java.

Hampir semuanya menawarkan rasa yang tidak jauh berbeda, bebek dengan rasa kering, renyah, gurih, ditambah sambal pedas. Perbedaan rasa memang tidak terlalu kentara di lidah awam, mana yang lebih baik, jadi pilihan masing-masing. Faktor lokasi dan suasana juga mungkin jadi penentu orang untuk


(12)

memilih. Hal ini membuat perilaku konsumen berubah dalam keputusan pembelian.

Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, namun proses pengambilan keputusan tersebut akan diwarnai oleh ciri kepribadian, usia, pendapatan dan gaya hidupnya. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:559) secara umum keputusan pembelian adalah seleksi dari dua atau lebih pilihan alternatif. Tindakan memilih tersebut diperjelas lagi oleh Kotler dan Keller (2012:183) sebagai “The action to make a decision which include the decision of selection in product, brand, distributor, total of purchase about time of purchase about time of purchase and way of payment” artinya tindakan pengambilan keputusan yang meliputi keputusan tentang pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, jumlah pembelian tentang waktu pembelian dan tentang cara pembayaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut istilah keputusan pembelian dapat diartikan sebagai bagian dari perilaku konsumen yang bertujuan untuk menentukan proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu barang atau jasa dimana individu terlibat secara langsung dalam mendapatkan dan mempergunakan barang atau jasa yang ditawarkan tersebut. Oleh karena itu kesimpulan terbaik individu untuk melakukan pembelian terbentuk berdasarkan kebutuhan dan keinginannya. Berikut Tabel 1.4 data penjualan restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok pada triwulan I tahun 2010 – triwulan IV tahun 2011.


(13)

TABEL 1.4

PENJUALAN RESTORAN BEBEK GARANG CABANG BRAGA DAN BEBEK VAN JAVA CABANG LOMBOK

PADA TRIWULAN I TAHUN 2010 – TRIWULAN IV TAHUN 2011 Nama Restoran Triwulan Total Penjualan Kenaikan/Penurunan

Penjualan

Presentase Bebek Garang Triwulan I 2010 Rp. 201.623.005

Triwulan II 2010 Rp. 248.048.153 Rp. 46.425.148 23,02% Triwulan III 2010 Rp. 274.146.900 Rp. 26.098.747 10,52% Triwulan IV 2010 Rp. 429.778.841 Rp. 155.631.941 56,76% Triwulan I 2011 Rp. 486.283.810 Rp. 56.504.969 13,14% Triwulan II 2011 Rp. 523.649.923 Rp. 37.366.113 7,68% Triwulan III 2011 Rp. 516.599.318 Rp. -7.050.605 -1,34% Triwulan IV 2011 Rp. 536.201.398 Rp. 19.602.080 3,79% Bebek Van Java Triwulan I 2010 Rp. 503.729.560

Triwulan II 2010 Rp. 513.201.137 Rp. 9.471.577 1,88% Triwulan III 2010 Rp. 774.097.014 Rp. 260.895.877 50,83% Triwulan IV 2010 Rp. 379.026.691 Rp. -395.070.323 -51,03% Triwulan I 2011 Rp. 826.996.789 Rp. 447.970.098 118,18% Triwulan II 2011 Rp. 716.397.841 Rp. -110.598.948 -13,37% Triwulan III 2011 Rp. 661.793.610 Rp. -101.389.019 -14,15% Triwulan IV 2011 Rp. 341.099.044 Rp. -273.909.778 -44,53% Sumber : Diolah dari Data Restoran Penjualan Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van

Java Cabang Lombok, Bulan Maret 2012

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1.4 Penjualan Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok pada triwulan I 2010 hingga triwulan III 2011 mengalami ketidakstabilan presentase laju perkembangan volume penjualan setiap triwulan.

Pada triwulan I 2010 sampai triwulan II 2011 volume penjualan Bebek Garang Cabang Braga mengalami peningkatan volume penjualan walaupun presentase kenaikannya relatif rendah dan mengalami penurunan. Laju presentase kenaikan volume penjualan dari triwulan II 2010 sebesar 23,02%, triwulan III 2010 sebesar 10,52%, triwulan IV 2010 sebesar 56,76%, triwulan I 2011 sebesar 13,14%, triwulan II 2011 sebesar 7,68% dan triwulan III 2011 mengalami penurunan sebasar -1,34%. Akan tetapi, pada triwulan IV 2011 volume penjualan


(14)

Bebek Garang Cabang Braga mengalami peningkatan dengan presentase relatif kecil sebesar -3,79%.

Berbeda halnya dengan kondisi volume penjualan Bebek Van Java Cabang Lombok. Volume penjualan Bebek Van Java Cabang Lombok mengalami 3 kali peningkatan drastis dengan presentase kenaikan pada triwulan II 2010 sebesar 1,88%, triwulan III 2010 sebesar 50,83% dan triwulan I 2011 sebesar 118,18%. Namun pada triwulan IV 2010, triwulan II 2011, triwulan III 2011 dan triwulan IV 2011 mengalami penurunan dratis berturut-turut dengan presentase penurunan laju perkembangan volume penjualan masing-masing sebesar -51,03%, -13,37%, kemudian menurun dan -14,15% dan -44,53.

Berdasarkan data pada Tabel 1.4 dianalisis didapat suatu kenyataan bahwa restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok mengalami fluktuasi volume penjualan yang persentase laju perkembanggannya cenderung kearah penurunan. Hal ini diindikasikan terjadi pada restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok ini disebabkan karena pada tahun 2010 sampai 2011 sekarang banyak usaha food service baru (restoran, kafe maupun rumah makan) yang bermunculan di sekitar wilayah braga dan wilayah Lombok, pusat Kota Bandung dan tempat peberlanjaan baik yang berbahan baku bebek, seafood, ayam, dan lain-lain yang berkonsep makanan Sunda, Jawa, Sulawesi, Makasar, Sumatera Barat (Padang), spesial makanan Indonesia, Eropa, Mandarin, Italia, Jepang, Korea, dan makanan cepat saji waralaba.


(15)

Fenomena semakin tumbuh banyaknya bisnis food service menandakan semakin bergairahnya minat pelaku usaha di Kota Bandung untuk berinvestasi di kategori ini. Persaingan ini akan terus meningkat karena jumlah pertumbuhan sektor bisnis ini juga terus meningkat. Perusahaan harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berkembang dan berubah-ubah. Untuk memenangkan persaingan yang semakin kompetitif para pelaku usaha dituntut untuk mampu menciptakan keunggulan bersaing atas produk dan layanannya dalam upaya memuaskan pelanggan.

Hal ini sangat penting karena menurut Dharmmesta dan Irawan dalam Jurnal Sains Pemasaran Indonesia (2001:245) konsep pemasaran menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tanpa adanya customer, setiap perusahaan khususnya usaha food service akan kehilangan pendapatannya yang berakibat pada jatuhnya bisnis tersebut.

Mengingat pentingnya menjaga dan meningkatkan volume penjualan, maka Bebek Garang dan Bebek Van Java dituntut untuk terus berupaya melakukan strategi-strategi pemasaran dalam menghadapi ancaman pesaing. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas produknya melalui inovasi produk yang dilakukan secara terus menerus sehingga merek tersebut memberikan produk yang selalu relevan dengan keinginan konsumen yang senantiasa berubah-ubah serta meningkatkan komunikasi pemasaran melalui program sales promotion. Berikut


(16)

Tabel 1.5 strategi-strategi yang dilakukan oleh restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java dari awal berdiri sampai sekarang.

TABEL 1.5

STRATEGI - STRATEGI YANG DILAKUKAN RESTORAN BEBEK GARANG DAN BEBEK VAN JAVA

Strategi Bebek Garang Berdiri Tanggal 26 Juli 2008 Bebek Van Java Berdiri Tanggal 1 Juli 2006

Segmenting Restoran bebek kalangan menengah keatas, remaja dan dewasa.

Restoran bebek kalangan menengah keatas, anak-anak, remaja dan dewasa, dengan gaya

hidup modern. Targeting Mahasiswa dan Karyawan Kantoran antara

kelompok usia 17-35 yang suka nongkrong bersama teman, keluarga, pacar, dan komunitas

Anak-anak Sekolahan, Mahasiswa, pegawai atau Karyawan negeri dan swasta antara kelompok usia 10-50 penggemar daging bebek yang suka berkumpul berkelompok

bersama teman dan keluarga atau suka

meeting bisnis Positioning - Memiliki tagline unik yaitu Segar

Merangsang

- Memiliki tagline yaitu Hot Spicy and Delicious (2006-2010) dan menggubah

tagline tahun 2011 menjadi Bigger and Hotter

Produk Peluncuran produk

mengedepankan kualitas dan variasi produk dengan berbagai macam menu bebek yang

berbahan dasar rempah-rempah

yang unik dan komersil. Produk-produknya antara lain :

- Aneka Olahan daging bebek dan Ayam

- Menu pendamping : Pancake bebek dan omelet bebek batagor, sosis,risoles, tempe mendoang, sayuran, blarblur, dan pireng keook.

- Menu dessert serta berbagai jenis minuman dan cemilan

Peluncuran produk mengedepankan model bisnis berbasis bahan baku bebek yang

memiliki varian kelas daging bebek berdasarkan ukuran, ketebalan daging dan umur bebek. Produk-produknya antara lain :

- Aneka Olahan Bebek

- Aneka Olahan Ayam

- Sayuran

- Dessert

- Aneka minuman

- BVJ Popcorn

- BVJ Duck Bite

- Saus daging bebek temannya makan mie instan dengan rasa bebek lada hitam, dan bebek asam manis.

Price Harga produk Bebek Garang relatif murah dari Rp.2.500-Rp. 30.000

Harga produk Bebek Van Java antara Rp.2.727-Rp.113.636

Place di Cabang Jalan Sulanjana No. 19, Jalan Braga No. 34, Jalan Cibabat No. 419 Cimahi, Jalan

Riau No. 144, dan Straits Kitchen BSM

di Cabang Jalan Lombok No. 47, Jalan Dipatiukur 5A, di foodstall Braga City Walk

dan Cihampelas Walk Pelayanan - Sistem pelayanan cepat dan disambut

dengan waiters ramah yang menggunakan seragam lucu khas Bebek Garang

- Pelayanan Deliviery Order ke tempat konsumen dan order tempat via telepon

- Konsumen yang datang disambut dengan nyanyian dan jarkom khas Bebek Van java oleh waiters berseragam lucu berwarna hijau, warnanya Bebek Van Java


(17)

Strategi Bebek Garang Berdiri Tanggal 26 Juli 2008 Bebek Van Java Berdiri Tanggal 1 Juli 2006

- Pelayanan Deliviery Order Brand Image - Memiliki keunikan nama, logo, penamaan

menu (Bebek70, Grinpis,Debus), dekorasi tempat yang bernuansa 90an yang

didominasi dengan warna merah dan warna-warna cerah

- Memiliki kekhasan nama yang identik dengan Kota Bandung, dan memiliki logo yang unik seperti logo kerajaan Inggris

Komunikasi Pemasaran

(Promosi)

- Promo online unik melalui facebook (bebekgarang@yahoo.com,

bebekgarang@gmail.com,

bebek.garang@yahoo.com), twitter (@bebekgarang) ataupun melalui website (http://www.bebekgarang.wordpress.com).

- Promo offline seperti flyers dan iklan radio di prambors, prfm, klcbs, rase fm, dan mgt secara berkala dengan konsep yang seunik/se-catchy mungkin.

- Promo diskon 10% off untuk semua produk dengan nama program hardisk, diskon 20% untuk minuman jika update status tentang bebek garang.

- Promo online melalui facebook (bebekvanjava@yahoo.co.id), twitter (@bebekvanjava) ataupun melalui pages BVJKitchenmade dan Bvjfoodservice.

- Melalui lini usaha baru untuk membantu memasarkan produk-produk baru olahan daging bebek dan ayam yang dinamakan Bebek Van Java Kitchenmade.

- Melakukan promosi offline melalui brosur dan media sms serta Leaftet Promo yang dinamakan BVJ Panik.

- Melakukan kerjasama dengan Bandung Card dan Bank Mega, Reska Multi Usaha Area Bandung dan dengan warung-warung kaki lima seperti warung Bu Otong.

- Promo diskon 10% jika konsumen memperlihatkan KTM.

Sumber: diolah dari beberapa sumber di Internet dan hasil wawancara oleh Owner Bebek Garang dan Bebek Van Java Bulan Mei Tahun 2011

Tabel 1.5 menunjukan segmenting, targeting dan positioning dari kedua restoran bebek yaitu Bebek Garang dan Bebek Van Java berbeda satu sama lain. Hal tersebut dilakukan oleh setiap restoran sebagai upaya memposisikan kedudukan produknya dipasar. Kedua restoran bebek baik Bebek Garang dan Bebek Van Java selalu melakukan terobosan-terobosan dalam peluncuran inovasi produk baru yang lebih berkualitas dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Setiap bulan Bebek Garang berusaha melakukan inovasi produk baru yang tentunya bercita rasa segar merangsang yang membuat konsumen ingin selalu kembali. Namun inovasi produk baru ini disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat sekitar cabang.


(18)

Strategi peluncuran produk baru Bebek Van Java dilakukan secara spontan, dimana ada ide untuk membuat menu baru langsung direncanakan dan diuji apakah menu tersebut enak dan cocok untuk dipasarkan. Selain itu, dengan adanya Bebek Van Java Kitchenmade di bulan Mei tahun 2011 membuat Bebek Van Java bisa melakukan inovasi produk baru olahan dari daging bebek dan ayam seperti BVJ Popcorn, BVJ Duck Bite dan Mie Instan rasa bumbu bebek.

Tahun 2011 sampai 2011 Bebek Garang melakukan strategi periklanan yang unik dengan mempromosikan dan mengkomunikasikan berbagai prestasi Bebek Garang yang pernah diraih selama ini. Sedangkan, pada tahun 2011, Bebek Van Java melakukan strategi kerjasama kemitraan dengan Reksa Multi Usaha Area Bandung untuk mempromosikan produk-produk andalan Bebek Van Java seperti Bebek Lombok Ijo, Nasi Goreng Bebek Lada Hitam, mie rebus atau goreng bumbu Bebek Lada Hitam, Bebek Asam Pedas dan Ayam Bolognaise.

Semua kegiatan pemasaran yang dilakukan Bebek Garang dan Bebek Van Java ini memberikan pembeda dari kompetitor lain yang menurut Gendro Salim (2011:42-52) identik dengan Strategi Unique Selling Proposition. Strategi Unique Selling Proposition ini diharapakan dapat meningkatkan volume penjualan dengan menarik minat konsumen untuk membeli atau membeli ulang di Bebek Garang dan Bebek Van Java dengan menciptakan keunggulan, kelebihan dan keunikan pada produk yang dipasarkan.

Strategi Unique Selling Proposition merupakan suatu teknik kreatif yang optimum. Hal ini disebabkan karena strategi tersebut dapat memberikan alasan pembeda yang sangat jelas kepada konsumen untuk memilih produk pengiklan


(19)

dibandingkan penawaran yang kompetitif lainnya. Karena dalam strategi Unique Selling Proposition didasarkan pada “promosi perbedaan fisik dan fungsional antara produk pengiklan dan tawaran pesaing” (Terence A. Shimp, 2009:442).

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, untuk mengetahui seberapa efektif unique selling propositon terhadap keputusan pembelian maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Unique Selling Proposition terhadap Keputusan Pembelian” (Survei pada Konsumen di Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Jumlah penjualan restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java mengalami fluktuasi volume penjualan yang persentase laju perkembanggannya cenderung kearah penurunan. Hal ini menunjukan adanya persaingan dalam memperebutkan pasar konsumen khususnya pasar ekonomi kelas menegah ke atas yang potensial untuk digarap serta diekspansi. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut :

Tingkat jumlah penjualan yang terkadang mengalami penurunan dan kurang stabil serta makin banyak pesaing sejenis bermunculan dengan berbagai kekhasan masing-masing, maka mempengaruhi keputusan pembelian akan produk yang ditawarkan. Hal ini menuntut Bebek Garang dan Bebek Van Java untuk menciptakan value yang berbeda dengan para kompetitor. Oleh karena itu untuk mengelola value yang berbeda ini diperlukan strategi yang baik. Unique Selling Proposition diharapkan mampu menjadi alternatif strategi yang tepat sehingga dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.


(20)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran unique selling proposition pada Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung. 2. Bagaimana gambaran keputusan pembelian pada Restoran Bebek Garang

Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh unique selling proposition terhadap keputusan pembelian pada Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh hasil temuan mengenai :

1. Memperoleh temuan mengenai unique selling proposition pada Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung. 2. Memperoleh temuan mengenai keputusan pembelian pada Restoran Bebek

Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung. 3. Memperoleh temuan mengenai seberapa besar pengaruh unique selling

proposition terhadap keputusan pembelian pada Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung.


(21)

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu manajemen khususnya manajemen pemasaran, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek strategi pemasaran yang menyangkut pengaruh unique selling proposition terhadap keputusan pembelian, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori pemasaran.

2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek praktis yaitu untuk memberikan masukan kepada Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok untuk dijadikan pertimbangan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan unique selling proposition terhadap upaya peningkatan keputusan pembelian.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai unique selling proposition terhadap upaya peningkatan keputusan pembelian mengingat masih banyak yang belum terungkap dalam penelitian ini.


(22)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh unique selling proposition terhadap keputusan pembelian. Adapun yang menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas (X) (independent variable) yang diteliti yaitu unique selling proposition yang terdiri dari Quality, Range of Product, Image, Covinience dan Gimmick. Sedangkan menjadi variabel terikat (Y) (dependent variabel) ialah keputusan pembelian (Y) yang terdiri dari physical features, social features, time, task features, dan current condition.

Pada penelitian ini, objek yang dijadikan responden adalah konsumen di Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung. Oleh karena itu akan diteliti pengaruh kinerja unique selling proposition terhadap keputusan pembelian (Survei pada Konsumen di Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung).

Berdasarkan rentang waktu penelitiannya, metode penelitian yang dilakukan adalah cross sectional method sebagaimana yang dikemukakan oleh Husein Umar (2008:45) cross sectional method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam kurun waktu tertentu (tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang) dalam penelitian yang menggunakan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti di lapangan. Pengumpulan informasi dari subjek penelitian


(23)

hanya dilakukan satu kali dalam satu periode waktu, sehingga penelitian ini merupakan one-shot atau cross sectional. (Maholtra 2009:101)

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan jenis variabel yang diteliti maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif dan verifikatif.

Sugiyono (2010:11) menjelaskan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu dengan variabel yang lain.” Penelitian deskriptif disini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran secara keseluruhan mengenai unique selling proposition terhadap keputusan pembelian.

Adapun Penelitian verifikatif diterangkan oleh Suharsimi Arikunto (2010:8) “Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan. Dimana pengujian hipotesis tersebut menggunakan perhitungan-perhitungan statistik”. Dalam penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui pengumpulan data di lapangan, mengenai pengaruh unique selling propositon terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Menurut Sugiyono (2010:11) yang dimaksud dengan metode survei adalah :


(24)

Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.

Survei informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Penelitian ini meliputi dua variabel inti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Maholtra (2009:248), yang dimaksud dengan variabel bebas dan variabel terikat yaitu :

Variabel bebas (independent variable/predictor variable) merupakan variabel atau alternatif yang dimanipulasi dan yang diukur dan dibandingkan. Variabel terikat (dependent variable/criterion variable) merupakan variabel yang mengukur efek dari variabel independent pada unit tes.

Penelitian ini memiliki variabel-variabel yang akan diteliti yang bersifat saling mempengaruhi. Dalam hal ini, variabel-variabel tersebut juga dapat disebut sebagai objek penelitian. Suharsimi Arikunto (2009:96), menjelaskan bahwa:

“Variabel adalah objek penelitian atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu

penelitian.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2010:58) “Variabel penelitian pada

dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dalam suatu penelitian agar bisa dapat membedakan konsep teoritis dengan konsep analitis maka perlu adanya penjabaran konsep melalui


(25)

operasionalisasi variabel. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini meliputi strategi unique selling proposition (X) yang terdiri dari quality, range of product, image, covinience dan gimmick terhadap keputusan pembelian (Y) yang meliputi physical features, social features, time, task features, dan current condition.

Secara lebih rinci operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat terlihat pada Tabel 3.1 berikut ini :

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL

VARIABEL / SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL INDIKATOR UKURAN SKALA NO.

ITEM

1 2 3 4 5 6

Unique Selling Proposition

(X)

Unique Selling Proposition dapat diartikan sebagai sebuah pernyataan sederhana

tentang gabungan dari keunikan fitur, keuntungan,

dan nilai yang dapat diberikan dan tidak satupun

pesaing dapat memberikannya.

Terry H Hill (2007:2)

Quality  Tingkat cita rasa masakan Bebek Garang /Bebek Van Java

Interval 1

 Tingkat tekstur daging Bebek Garang /Bebek Van Java

Interval 2  Tingkat daya tarik

penyajian masakan Bebek Garang/Bebek Van Java Interval 3 Range of Product

 Tingkat variasi masakan Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 4


(26)

VARIABEL / SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL

INDIKATOR UKURAN SKALA NO.

ITEM

1 2 3 4 5 6

 Tingkat daya tarik variasi nama menu Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 5  Tingkat daya tarik

paket promo Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 6 Image  Tingkat penampilan

logo Bebek

Garang/Bebek Van Java

Interval 7  Tingkat kesesuaian

tagline dengan produk yang ditawarkan Bebek Garang/Bebek Van Java Interval 8

 Tingkat daya tarik desain restoran Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 9  Tingkat penampilan

daftar menu Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 10

Covenience  Tingkat daya tarik fasilitas yang ditawarkan Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 11

Gimmick  Tingkat daya tarik penawaran diskon pada Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 12

 Tingkat daya tarik promo voucher Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 13

Keputusan Pembelian

(Y)

“Keputusan Pembelian adalah tahap dalam proses

pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen

benar-benar membeli.” Kotler & Armstrong


(27)

VARIABEL / SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL

INDIKATOR UKURAN SKALA NO.

ITEM

1 2 3 4 5 6

Physical features

 Tingkat keunikan penyajian menu dibanding restoran pesaing

Interval 14

 Tingkat kestrategisan lokasi restoran dibandingkan restoran pesaing

Interval 15

 Tingkat keunikan dekorasi tempat restoran dibanding restoran pesaing

Interval 16

 Tingkat kemudahan konsumen dalam memperoleh produk Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 17

Social features

 Tingkat frekuensi saluran interaksi dunia maya Bebek

Garang/Bebek Van Java

Interval 18

Time  Tingkat pembelian berdasarkan kekuatan daya tahan produk

Interval 19

Task features

 Tingkat kualitas produk yang ditawarkan Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 20

 Tingkat

keanekaragaman menu restoran Bebek Garang/Bebek Van Java

Interval 21

Current Condition

 Tingkat kenyamanan tempat restoran dibanding restoran pesaing

Interval 22

 Tingkat kepuasan terhadap pelayanan restoran Bebek Garang/Bebek Van Java


(28)

Sumber: Berdasarkan Hasil Pengolahan Data 2012

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian merupakan sumber data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Menurut Riduwan (2010:106) data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan tentang data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu: data primer dan data sekunder menurut Sugiyono (2010:137) menjelaskan bahwa :

1. Data Primer

Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. (Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada responden langsung dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara maupun penyebaran kuesioner kepada sumber data).

2. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau hasil penelitian pihak lain. Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah data pendukung dari buku lain yang diperoleh penulis yang dianggap relevan dengan topik penelitian).

Menurut Malhotra (2009:120-121) mengungkapkan definisi-definisi data primer dan sekunder, antara lain :

VARIABEL / SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL/ SUB VARIABEL

INDIKATOR UKURAN SKALA

NO. ITEM

1 2 3 4 5 6

 Tingkat keinginan untuk melakukan pembelian pada Bebek Garang/Bebek Van Java


(29)

a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden, sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi data penelitian, yaitu survei pada konsumen restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung. b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain untuk

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat serta tidak mahal. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

Untuk penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil penelitian secara empirik melalui penyebaran kuesioner kepada konsumen restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung sebagai Responden. Sedangkan sumber data sekunder diantaranya diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah, artikel-artikel majalah, internet dan sumber informasi lainnya.

Secara lebih jelasnya mengenai data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti mengumpulkan dan menyajikan dalam Tabel 3.2.

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Jenis Data Sumber Data Kategori

Data

1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007- 2011

Data Strategis dari BPS 2011 dan http://bps.go.id/tourism/27 Desember 2011/ 17.15 PM

Sekunder 2. Jumlah Restoran, Rumah Modifikasi Data dari Dinas Kebudayaan


(30)

No. Jenis Data Sumber Data Kategori Data

Bandung Dari Tahun 2006-2011

3. Restoran, Rumah Makan dan Warung Makan Olahan Daging Bebek Yang Terkenal di kota Bandung

Observasi Bulan Oktober 2011 dan Berbagai Sumber Artikel di Internet

Sekunder

4. Penjualan Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Pada Triwulan I Tahun 2010 – Triwulan IV Tahun 2011

Diolah dari Data Penjualan Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung

Sekunder

5. Strategi-strategi Yang Dilakukan Restoran bebek Garang dan Bebek Van Java

Diolah dari Beberapa Sumber di Internet dan Hasil Wawancara dengan Owner Bebek Garang dan Bebek Van Java

Sekunder

6 Tanggapan responden terhadap unique selling proposition Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung.

Konsumen Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java cabang Lombok Kota Bandung

Primer

7 Tanggapan responden terhadap keputusan

pembelian Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung

Konsumen Restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java cabang Lombok Kota Bandung

Primer

Sumber: Berdasarkan Hasil Pengolahan Data 2012

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel 3.2.4.1Populasi

Didalam melakukan penelitian, kegiatan pengumpulan data merupakan langkah penting guna mengetahui karakteristik dari populasi yang merupakan elemen-elemen dalam objek penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengambil keputusan untuk menguji hipotesis. Menurut Sugiyono (2010:115) “Populasi


(31)

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Maholtra (2009:369) berpendapat :

Suatu populasi adalah total dari semua elemen yang terdiri dari berbagai perangkat karakteristik. setiap proyek riset pemasaran memiliki populasi yang didefinisikan unik untuk dijelaskan dalam istilah parameter. Tujuan dari proyek riset pemasaran yang paling adalah untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik atau parameter dari suatu populasi.

Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut populasi sasaran yaitu populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian.

Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka yang menjadi populasi sasaran pada penelitian ini adalah konsumen di Restoran Bebek Garang Cabang Braga dengan jumlah 438 orang per minggu dan Bebek Van Java Cabang Lombok dengan jumlah 486 orang per minggu (hasil pra penelitian Oktober 2011). Jumlah tersebut diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut :

a. Jumlah rata-rata pembeli di Bebek Garang Cabang Braga pada hari kerja (Senin-Jumat) berkisar 279

b. Jumlah rata-rata pembeli di Bebek Garang Cabang Braga pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) berkisar 159

c. Untuk ukuran populasi diperoleh dari rata-rata pembeli di Bebek Garang Cabang Braga Kota Bandung, maka diperoleh populasi sebesar:

N= X Weekday + X Weekend N= 279+159


(32)

d. Jumlah rata-rata pembeli di Bebek Van Java Cabang Lombok pada hari kerja (Senin-Jumat) berkisar 321

e. Jumlah rata-rata pembeli di di Bebek Van Java Cabang Lombok pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) berkisar 165

f. Untuk ukuran populasi diperoleh dari rata-rata pembeli di di Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung, maka diperoleh populasi sebesar:

N= X Weekday + X Weekend N= 321+165

N= 486

3.2.4.2Sampel

Untuk mengambil sampel yang representatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2010:116) menyatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Salah satu syarat dalam penarikan sampel bahwa sampel itu harus bersifat representative, artinya sampel yang digunakan harus mewakili populasi. Menurut Suharismi Arikunto (2010:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti”.

Sedangkan menurut Naresh K. Malhotra (2009:364) berpendapat bahwa:

“Sampel adalah sub-kelompok populasi yang terpilih untuk berpartisipasi dalam studi”. Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan sampel dari populasi yang telah ditetapkan perlu dilakukan suatu pengukuran yang dapat menghasilkan jumlah n.


(33)

Dalam penelitian ini tidak mungkin semua populasi dapat penulis teliti, hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya :

1. Keterbatasan biaya 2. Keterbatasan tenaga

3. Keterbatasan waktu yang tersedia.

Oleh karena itu, peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili yang lain yang tidak diteliti. Seperti pendapat Sugiyono (2010:116), yang menyatakan bahwa :

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi, untuk itu sampel dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Dalam rangka mempermudah melakukan penelitian diperlukan suatu sampel penelitian yang berguna ketika populasi yang diteliti berjumlah besar seperti populasi dari konsumen Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok, dalam artian sampel tersebut harus representatif atau mewakili dari populasi tersebut.

Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2008:141), yakni ukuran sampel yang merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentasi kelongaran ketidaktelitian, karena dalam pengambilan sampel dapat ditolerir atau diinginkan.


(34)

Dalam pengambilan sampel ini digunakan taraf kesalahan sebesar 10%. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

2 1 Ne N n   Dimana :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karen kesalahan sampel yang dapat ditolerir (e = 0,1%)

Dalam mendapatkan populasi (N), maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rata-rata. Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut :

TABEL 3.3

SAMPEL RESTORAN BEBEK GARANG CABANG BRAGA DAN BEBEK VAN JAVA CABANG LOMBOK

Restoran Bebek Garang Restoran Bebek Van Java

2 1 Ne N n  

n = 438 1+438(0,01) n = 238

5,38 81 41 , 81   n 2 1 Ne N n  

n = 486 1+486(0,01) n = 486

5,86 83 93 , 82   n


(35)

Berdasarkan perhitungan diatas, maka ukuran sampelnya untuk restoran Bebek Garang sebesar 81 dan restoran Bebek Van Java sebesar 83. Menurut

Winarmo Surakhmad (1998:100) bahwa “Untuk jaminan ada baiknya sampel

selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik”. Kemudian agar sampel yang

digunakan representatif, maka pada penelitian ini ditentukan sampel yang berjumlah 90 untuk masing-masing nama restoran bebek yaitu restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok.

3.2.4.3Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Sugiyono (2010:91) mengemukakan

bahwa: “Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel”. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik tertentu. Menurut Arikunto (2010:111) teknik pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Menurut Maholtra (2009:375) “Sebuah teknik sampling dapat diklasifikasikan sebagai non probabilitas dan probabilitas”. Sampel probability merupakan sampel dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel sedangkan sampel nonprobability


(36)

kebalikan dari probability dimana setiap elemen atau populasi tidak memiliki peluang yang sama dan pemilihan sampel bersifat objektif.

Sampel probability memiliki empat jenis teknik penarikan yaitu Simple Random Sampling, Sistematic Sampling, Stratification Sampling dan Cluster Sampling. Sedangkan sampel nonprobability memiliki tiga jenis teknik penarikan yaitu Convinience Sampling, Purposive Sampling, Snowball Sampling.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik systematic random sampling untuk populasi yang bergerak. Menurut Sugiyono (2008:73) Metode pengambilan acak sistematis dengan jarak tertentu dari suatu kerangka sampel

yang telah diurutkan.” Dengan demikian, tersedianya suatu populasi sasaran yang

tersusun (ordered population target) merupakan prasyarat penting bagi dimungkinkannya pelaksanaan pengambilan sampel dengan metode acak sistematis.

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak. Menurut Harun Al Rasyid (1994:66) cara sistematik memiliki kelebihan yaitu bisa dilakukan meskipun tidak ada kerangka sampling. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :

1. Tentukan populasi sasaran, dalam penelitian ini yang dijadikan populasi sasaran adalah seluruh konsumen yang telah melakukan pembelian di restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung.

2. Tentukan tempat tertentu sebagai checkpoint adalah restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung.


(37)

3. Tentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling. Dalam penelitian ini waktu kongkrit yang digunakan oleh peneliti adalah pukul 12.00-20.00 (untuk hari senin s.d jumat) dan pukul 11.00-21.00 (untuk hari sabtu dan minggu).

4. Melaksanakan orientasi lapangan secara cermat, terutama pada checkpoint. Orientasi ini akan dijadikan dasar untuk menentukan interval pemilihan pertama/dasar kepadatan pengunjung. Berdasarkan survei yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui rata-rata pembeli yang datang ke restoran Bebek Garang Cabang Braga adalah 438 orang dan restoran Bebek Van Java Cabang Lombok adalah 486 orang.

5. Tentukan ukuran sampel. Dalam penelitian ini berdasarkan rumus Slovin maka sampelnya berukuran 90 orang.

6. Data ini selanjutnya digunakan untuk menentukan interval pemilih pertama yang menggunakan rumus i=N/n jadi 438/90=4,86=5 orang (restoran Bebek Garang Cabang Braga) dan i=N/n jadi 486/90=5,4=5 orang. Setelah diketahui interval, maka penyebaran angket dilakukan secara randomisasi (acak). Pada hari yang telah ditentukan checkpoint, 5 orang konsumen yang melakukan pembelian di restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung ditanya dan diberi kuesioner untuk diisi. 7. Untuk menghitung besarnya proporsi dari setiap kelas yang dipilih sebagai

sampel adalah dengan menggunakan sampel sebagai berikut :

xno

Ni

Ni

ni


(38)

Berdasarkanrumus tersebut, maka dapat dihitung besarnya sampel perhari di restoran Bebek Garang Cabang Braga sebagai berikut :

TABEL 3.4

PENYEBARAN PROPORSI SAMPEL PADA SETIAP HARI UNTUK KONSUMEN DI RESTORAN BEBEK GARANG CABANG BRAGA

No. Hari Jumlah pembeli Sampel jumlah

1. Senin 53 53/438x90=10,89 11

2. Selasa 57 57/438x90=11,71 11

3. Rabu 48 48/438x90=9,86 10

4. Kamis 63 63/438x90=12,94 13

5. Jumat 58 58/438x90=11,91 12

6. Sabtu 77 77/438x90=15,82 16

7. Minggu 82 82/438x90=16,84 17

Jumlah 438 90

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012

Sedangkan restoran Bebek Van Java Cabang Lombok dapat dihitung besarnya sampel perhari sebagai berikut :

TABEL 3.5

PENYEBARAN PROPORSI SAMPEL PADA SETIAP HARI UNTUK KONSUMEN DI RESTORAN BEBEK VAN JAVA CABANG LOMBOK

No. Hari Jumlah pembeli Sampel jumlah

1. Senin 62 62/486x90=11,48 11

2. Selasa 69 69/486x90=12,77 13

3. Rabu 57 57/486x90=10,55 11

4. Kamis 68 68/486x90=12,59 13

5. Jumat 65 65/486x90=12,03 12

6. Sabtu 78 78/486x90=14,44 14

7. Minggu 87 87/486x90=16,11 16

Jumlah 486 90


(39)

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik penelitian seperti berikut :

1. Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Pada penelitian ini, teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi partisipatif dimana pengamat terlibat langsung pada kegiatan. Melalui kegiatan observasi ini pula penulis melakukan studi pendahuluan dimana melalui teknik ini dapat melihat, mengenal, mengidentifikasikan masalah yang diteliti.

2. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, makalah, situs web-site, majalah guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari unique selling proposition dan keputusan pembelian.

3. Wawancara, sebagai cara untuk memperoleh data yang dibutuhkan langsung dari sumber bersangkutan.

4. Kuesioner dilakukan dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan tertulis kepada responden yaitu konsumen restoran Bebek Garang Cabang Braga dan Bebek Van Java Cabang Lombok Kota Bandung. Dalam kuesioner ini penulis mengemukakan beberapa pertanyaan yang mencerminkan pengukuran indikator dari variabel unique selling proposition (X)dan variabel


(40)

keputusan pembelian (Y). Kemudian memilih alternatif jawaban yang telah disediakan pada masing-masing alternatif jawaban yang dianggap paling tepat.

Langkah-langkah penyusunan kuesioner adalah sebagai berikut : a) Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan.

b) Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawabannya. Jenis instrumen yang digunakan dalam angket merupakan instrumen yang bersifat tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis dan disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban yang tersedia.

c) Menetapkan pemberian skor untuk setiap item pertanyaan. Pada penelitian ini setiap pendapat responden atas pertanyaan diberi nilai dengan skala interval.

5. Studi Literatur

Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari unique selling proposition dan keputusan pembelian. Studi literatur tersebut didapat dari berbagai sumber, yaitu: a) Perpustakaan, UPI, STMB TELKOM, WIDYATAMA, dan UNPAR b) Skripsi, c) Jurnal ekonomi dan Bisnis, d) Media cetak (majalah) e) media Elektronik (Internet).

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pada suatu penelitian, data merupakan hal yang penting, karena data merupakan gambaran dari variabel yang diteliti serta berfungsi membentuk hipotesis. Benar tidaknya data akan sangat menentukan mutu hasil penelitian.


(41)

Kebenaran data dapat dilihat dari instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS (Statistical Product for Service Solutions) 16.0.

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Penelitian mengenai pengaruh unique selling proposition terhadap keputusan pembelian, dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel unique selling proposition (X) ada pengaruhnya atau tidak terhadap variabel keputusan pembelian (Y), dengan menafsirkan data yang terkumpul dari responden melalui kuesioner. Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk menjamin bahwa terdapat kesamaan anatara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2010:172), “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Suharismi Arikunto (2010:168) mengemukakan bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas yang rendah.

Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan mencari korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban responden yang mempunyai skala pengukuran interval. Adapun rumus yang dapat digunakan adalah rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh


(42)

(Sugiyono, 2010:248) Keterangan :

r = Koefisien validitas item yang dicari X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor total

= Jumlah skor dalam distribusi X = Jumlah skor dalam distribusi Y

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

n = Banyaknya responden

Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikansi sebagai berikut :

1. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel atau rhitung > rtabel.

2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil atau sama dengan rtabel atau rhitung≤ rtabel.

Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0. Besarnya koefisien korelasi diinterprestasikan dengan menggunakan Tabel 3.6 dibawah ini :

TABEL 3.6

INTERPRESTASI BESARNYA KOEFISIEN KORELASI INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN

Antara 0,700 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,500 Tinggi

Antara 0,500 sampai dengan 0,400 Agak Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,300 Sedang

Antara 0,300 sampai dengan 0,200 Agak Tidak Tinggi

) }

(

} {

)

(

.

{

)

) (

(

)

(

2 2 2 2

Y

Y

n.

X

X

n

Y

X

XY

n

r

xy

X

Y

2 X

2 Y


(43)

INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN

Antara 0,200 sampai dengan 0,100 Tidak Tinggi

Antara 0,100 sampai dengan 0,000 Sangat Tidak Tinggi

Sumber: Suharsimi Arikunto (2010:245)

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk mencari data primer dalam sebuah penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya terukur. Dari penelitian ini yang akan diuji adalah validitas dari instrumen unique selling proposition sebagai variabel X, keputusan pembelian sebagai variabel Y. Jumlah pertanyaan untuk Variabel X adalah 14 terdapat 1 item pertanyaan yang tidak valid, sedangkan untuk item pertanyaan Variabel Y berjumlah 11 item setelah melalukan uji validitas tidak ada item pertanyaan yang tidak valid. Lalu dilakukan drop out pada 1 item yang tidak valid dan dilakukan uji validitas ulang, berikut Tabel 3.7 hasil uji validitas unique selling proposition.

TABEL 3.7

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS UNIQUE SELLING PROPOSITION

No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

UNIQUE SELLING PROPOSITION 1. Quality

1 Rasa makanan Bebek Garang/ Bebek

Van Java 0,533 0,413 Valid

2 Tekstur daging Bebek Garang/ Bebek

Van Java 0,517 0,413 Valid

3 Penyajian masakan Bebek Garang/

Bebek Van Java 0,640 0,413 Valid

2. Range of Product

4 Variasi makanan Bebek Garang/

Bebek Van Java 0,666 0,413 Valid

5 Variasi nama menu Bebek Garang/

Bebek Van Java 0,799 0,413 Valid

6 Paket promo Bebek Garang/ Bebek

Van Java 0,590 0,413 Valid

3. Image

7 Tampilan logo Bebek Garang/ Bebek


(44)

No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan 8 Kesesuaian tagline dengan produk

yang ditawarkan Bebek Garang/ Bebek Van Java

0,568 0,413 Valid

9 Desain restoran Bebek Garang/ Bebek

Van Java 0,521 0,413 Valid

10 Tampilan daftar menu Bebek Garang/

Bebek Van Java 0,712 0,413 Valid

4. Covinience

11 Fasilitas yang ditawarkan Bebek

Garang/ Bebek Van Java 0,705 0,413 Valid

5. Gimmick

12 Penawaran diskon Bebek Garang/

Bebek Van Java 0,689 0,413 Valid

13 Promo voucher Bebek Garang/ Bebek

Van Java 0,596 0,413 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)

Berdasarkan kuesioner yang diuji sebanyak 25 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas (df) n-2 (25-2=23), maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,413, dari tabel hasil pengujian validitas diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan kepada responden seluruhnya dinyatakan valid karena memiliki rhitung lebih besar dari rtabel sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijadikan alat ukur terhadap konsep yang seharusnya diukur. Berikut ini Tabel 3.8 mengenai hasil uji validitas variabel keputusan pembelian yang pada penelitian ini dijadikan sebagai variabel Y.

TABEL 3.8

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS KEPUTUSAN PEMBELIAN

No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

KEPUTUSAN PEMBELIAN 1. Physical Features

14 Tingkat keunikan penyajian menu

dibanding restoran pesaing 0,582 0,413 Valid 15 Tingkat kestrategisan lokasi restoran

dibandingkan restoran pesaing 0,656 0,413 Valid 16 Tingkat keunikan dekorasi tempat

restoran dibanding restoran pesaing 0,483 0,413 Valid 17 Tingkat kemudahan konsumen dalam

memperoleh produk Bebek Garang/ Bebek Van Java


(45)

No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan 2. Social Features

18 Tingkat frekuensi saluran interaksi dunia

maya Bebek Garang/ Bebek Van Java 0,763 0,413 Valid 3. Time

19 Tingkat kekuatan daya tahan produk

Bebek Garang/ Bebek Van Java 0,653 0,413 Valid 4. Task Features

20 Tingkat kualitas produk yang ditawarkan Bebek Garang/ Bebek Van Java

0,780 0,413 Valid

21 Tingkat keanekaragaman menu restoran

Bebek Garang/ Bebek Van Java 0,727 0,413 Valid 5. Current Condition

22 Tingkat kenyamanan tempat restoran

dibanding restoran pesaing 0,753 0,413 Valid 23 Tingkat kepuasan terhadap pelayanan

restoran Bebek Garang/ Bebek Van Java 0,623 0,413 Valid 24 Tingkat keinginan untuk melakukan

pembelian pada Bebek Garang/ Bebek Van Java

0,776 0,413 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)

Tabel 3.7 pada instrumen variabel keputusan pembelian ulang menujukkan bahwa dari 10 pertanyaan seluruhnya dinyatakan valid, karena memiliki rhitung lebih besar dari rtabel sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijadikan alat ukur terhadap konsep yang seharusnya diukur.

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpulan data yang digunakan. Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Menurut Arikunto (2010:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai


(1)

5.2

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan beberapa

hal mengenai

unique selling proposition

terhadap keputusan pembelian, yaitu :

1.

Penerapan

unique selling proposition

yang telah dilakukan restoran Bebek

Garang dan Bebek Van Java secara menyeluruh memiliki pengaruh yang

signifikan dan dikategorikan baik pengaruhnya terhadap tingkat keputusan

pembelian tetapi ada beberapa yang perlu dilakukan perbaikan yaitu perlu di

tingkatkan tentang pemberian

gimmick

yaitu

sejauh mana hadiah yang diberikan restoran bebek menarik perhatian konsumen sehingga menimbulkan minat dan gairah untuk membeli.

Pemberian

gimmick

melalui penawaran diskon dan promo

voucher oleh restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java dirasa konsumen

kurang menarik, oleh karena itu indikator

gimmick

dari

unique selling

proposition

restoran Bebek Garang dan Bebek Van Java harus dibuat lebih

beranekaragam, menarik, terencana, tidak memiliki banyak persyaratan yang

harus dilakukan konsumen untuk memperolehnya.

2.

Persepsi responden terhadap keputusan pembelian pada restoran Bebek

Garang dan Bebek Van Java sudah baik, namun masih ada beberapa yang

perlu dilakukan perbaikan yaitu masih minimnya persepsi konsumen tentang

social features

dalam keputusan pembelian. Oleh karena itu, restoran Bebek

Garang dan Bebek Van Java harus meningkatkan intensitas saluran interaksi

dunia maya baik itu di facebook, twitter dan media interaksi dunia maya

lainnya untuk menjaga hubungan antara restoran bebek dengan konsumen

menjadi semakin dekat secara personal sehingga dapat memperoleh informasi


(2)

mengenai apa yang dibutuhkan konsumen dan dapat menjalin silahturahmi

serta persahabatan dengan konsumen yang pada akhirnya membuat konsumen

loyal, melakukan pembelian ulang bahkan akan merekomendasikan restoran

Bebek Garang dan Bebek Van Java kepada orang lain.

3.

Hasil penelitian menyatakan

unique selling proposition

berpengaruh secara

positif dalam keputusan pembelian pada restoran Bebek Garang dan Bebek

Van Java, maka penulis merekomendasikan agar restoran Bebek Garang dan

Bebek Van Java dapat menciptakan dan mengkomunikasikan nilai keunggulan

restorannya dan tetap menjaga, mempertahankan, meningkatkan kembali

keputusan pembelian atau pembelian ulang melalui penerapan

unique selling

proposition.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk

dilakukannya penelitian lain mengenai

unique selling proposition

tetapi

dengan indikator serta objek yang berbeda.

4.

Sebagai bahan rekomendasi bagi para peneliti selanjunya pada restoran Bebek

Garang dan Bebek Van Java, para peneliti dapat mengangkat beberapa

kekurangan permasalahan mengenai

quality

,

range of product

,

image

,

convenience

dan

gimmick

. Salah satu kendala yaitu rendahnya persepsi

konsumen mengenai pemberian

gimmick

. Restoran Bebek Garang dan Bebek

Van Java perlu mengubah persepsi konsumen melaluli strategi promosi

penjualan dan peningkatan variasi jenis

gimmick

yang dibutuhkan dan disukai

konsumen sehingga membantu menciptakan

image

yang kuat di benak

konsumen.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agus S. Madjadikara.(2004). Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Buchari Alma.(2007).

Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa

. Bandung:

Alfabeta.

_____________,(2008).

Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa

. Bandung:

Alfabeta.

Collier B, Reginald.(2007).

Beer Titans revisit unique selling proposition

.

Jornal

of Marketing

. 1-2.

Crevens, D dan Piercy, N.(2009).

Strategic Marketing Nineth Edition.

Singapore:

McGraw-Hill Companies, inc.

D. Sargent T, Thevor.(2007).

Guide to Selling Through Famers Market, Farm

Shops and Box Schemes in Ireland

.

Journal of Irish Goverment Under The

National Development

. 5-56.

Dharmmesta, Basu Swasta.(2001).

Theory of Planned Behaviour: Dalam

Penelitian Sikap, Niat dan Perilaku Konsumen

.

Jurnal Sains Pemasaran

Indonesia. Kelola No. 18 Hal 85-103.

Daryanto.(2011). Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Don Sexton.

Marketing 101;

How To Use The Most Powerful Ideas In Marketing

To Get More Customers And Keep Them

. John wiley & sons, Inc.

Durianto, Darmadi (2004), Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan

Perilaku Merek, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

Fandy Tjiptono.(2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta:PT. ANDI Offset Freddy Rangkuti.(2008). The Power of Brands. PT Gramedia Pustaka Utama:

Jakarta

Griffin, Ricky W. and Ronald J. Ebert. (2008). Business 8th edition. New Jersey: Prentice Hall.

Harun, Al Rasyid. (1994). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung : Universitas Padjadjaran.

Hill, Terry H.(2007). How to Differentiate Yourself From Your Competitors. Burlinggton Burlington, United States--US.

Husein Umar.(2008). Metode Riset Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Janet, Bob.(2008). People Shop Price, But They Buy Value. Philadelphia, UnitedStates--US.

Jeni Raharjani.(2005).

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan

Pemilihan Pasar Swalayan Sebagai Tempat Berbelanja (Studi KasusPada


(4)

Pasar Swalayan Di Kawasan Seputar Simpang Lima Semarang).

Jurnal

Studi Manajemen dan Organisasi. Volume 2 Nomor 1 Januari Hal 1-15.

John Burnett dan Moriarty Sandra.(2011). Introduction to Marketing Communication.

New Jersey: Pentice Hall.

Kotler, Philip dan Amstrong, Gary.(2012). Principles of Marketing 14th Edition, New Jersey:Pearson Prentice Hall

_____________, and Keller, Kevin L.(2012). Marketing Management. 14th Edition. England: Pearson Education Limited

Lee, Monle dan Johnson, Carla.(2004). Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam

Perspektif Global. Jakarta: Prenada.

M. Royan, Frans. (2007). Cluster Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Martin, F. Brian.(2007).Give It a Try: Put Brands In Consumers’ Hands (Literally). Chicago, United States--US.

Naresh K. Maholtra.(2009). Basic Marketing Research. 3th edition. New Jersey: Prentice Hall.

Nickles dan Mchugh.(2009). Pengantar Bisnis Understanding Business. Jakarta: Salemba Empat.

Nina Rosalina. (2009). Pengaruh Unique Selling Proposition terhadap Loyalitas

Pelanggan Produk Minuman The Hijau Merek NU GREEN TEA. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Paul Peter, J dan James H Donnely, Jr.(2911). Marketing Management 10th Edition. New York: McGraw-Hill Companies Inc

Rambat Lupiyoadi.(2008).

Manajemen Pemasaran Jasa.

. Jakarta: Salemba.

Ramdas, Kamalini.(2004). Managing Product Variety Management: An Integrative

Review and Research Directions. Darden Graduate School of Business

University of Virginia.

Ratih Hurriyati .(2010). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: CV Alfabeta.

Renald Kasali.(2008). Marketing Crisis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Riduwan.(2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Ruvio, Ayalla., et al., (2008). Consumers’ need for uniqueness: short-from scale

development and cross-cultural validation. Journal of Emerald Group Publishing

Limited. Vol. 25 No. 1. 33-53.

Salim Gendro. (2010). Neuro Marketing. Jakarta: Sinergi Media.

Schiffman, Leon.G. dan Kanuk, Leslie. (2007). Consumer Behavior Ninth Edition. Pearson Prentice Hall.

_____________, (2008). Consumer Behavior; Ninth Edition. Pearson Prentice Hall. Sheng, Zhou., et al., (2002). Advertising Trends in Urban China. Jornal of Advertising


(5)

Shimp A, Terrence. (2003). Advertising Promotion and Supplemental Aspect of

Integrated Marketing Communications 5 thEdition. University of South Carolina.

_____________, (2009). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran

Terpadu. Jakarta: Erlangga.

_____________, (2010). Advertising Promotion, and Other Aspects of Integrated

Marketing Communications 8 thEdition. Canada : Nelson Edication, Ltd.

Suharsimi Arikunto. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara.

_____________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara.

Sutisna. (2004). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Sugiyono, (2010).

Metode Penelitian Bisnis

. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara.

Suyanto, M. (2006),

Strategi Perancangan Iklan Outdoor Kelas Dunia

,

Yogyakarta : Andi Offset

_____________, (2008). Strategi Periklanan pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi Publisher.

Tri Wahyuningrum. (2010). Unique Selling Propositions dalam Desain Kaos (Studi

Analisis Semiotika Simbol-simbol dan Pemaknaan dari “Unique Selling

Propositions” Konsep “Smart, Smile dan Djokdja” yang Di Representasikan

dalam Desain Kaos Dagadu Djokdja Tahun 1997-2007). Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Uma Sekaran, Roger Bougie. (2009). Research Methods for Business: A Skill Building

Approach. John Wiley & Sons, Limited. Academic Internet Publishers

Incorporated.

Winarno Surakhmad

.

1998.

Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan

Teknik edisi kedelapan

. Penerbit Tarsito. Bandung.

Yankee, Steve. (2008). Positioning Your Video Business. Wilton, United States.

Website

bebekgarang@yahoo.com bebekgarang@gmail.com bebek.garang@yahoo.com

www.bebekgarang.wordpress.com @bebekgarang

bebekvanjava@yahoo.co.id @bebekvanjava


(6)

http://bps.go.id/tourism http://budpar.go.id/page.php www.jabar.bps.go.id http://www.altech.com

http://proquest.umi.com/pqdweb

http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer http://search.proquest.com

http://journal.amikom.ac.id/index.php/Koma/article/view/1010 http://jiad.org/article69

http://www.nearbynews.com/White_Papers/Unique_Selling_Proposition.pdf http://www.du.se/PageFiles/5053/ReissSaskia.pdf

http://www.learnmarketing.net/promotion.htm

http://www.morningstarmultimedia.com/4-steps-to-creating-your-unique-selling-proposition/

http://kampus.marketing.co.id/2011/11/25/unique-selling-proposition/ http://www.emeraldinsight.com/search.

http://www.emeraldinsight.com/search.htm?st1=unique+selling+proposition&ct=jnl&ec= 1&bf=1&go=Go

http://www.legacyai.com/uploads/How_Do_You_Differentiate_Yourself.pdf http://www.candlebusinesscorner.com/articles/pdf/article-3627.pdf

http://www.impressionmedia.net/news/give-it-a-try-put-brands-in-consumers-hands-literally