PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MELALUI METODE BRAINSTROMING DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas VII-I di SMPN 5 Bandung.

(1)

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MELALUI METODE BRAINSTROMING DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Disusun Oleh : WIDIYA PURWANTI

0900940

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2013


(2)

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MELALUI METODE BRAINSTROMING DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung)

Oleh :

WIDIYA PURWANTI 0900940

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial

 Widiya Purwanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Widiya Purwanti (0900940) Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VII-I di SMPN 5 Bandung).

Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang baik antara siswa dan guru. Maka peneliti mengambil PTK dengan metode brainstroming untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang berkolaborasi dengan guru mitra. PTK yang digunakan yaitu model Hopkins dengan tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang diambil yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi. Terbukti penerapan metode brainstroming atau curah gagasan pada setiap siklusnya mengalami peningkatan dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I. Pada siklus I awalnya memang belum mengalami peningkatan dan berada pada kategori

“kurang”. Akan tetapi pada siklus II siswa mengalami sedikit perkembangan

dalam keterampilan berpikir kreatifnya dan berada pada kategori “cukup”. Pada

siklus III peneliti mempersiapkan sematang mungkin dalam perencanaannya berdasarkan diskusi balikan dari guru mitra maka keterampilan berpikir kreatif

siswa mendapat kategori “baik”. Begitu juga pada siklus IV atau terakhir, peneliti

belajar dari siklus sebelumnya maka siswa memperoleh kategori “baik”. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu 1) Perencanaan dalam mengembangkan metode brainstroming untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS berada pada kategori baik. 2) Implementasi metode brainstroming berada pada kategori baik dengan menghubungkan materi pembelajaran IPS dengan tema permasalahan yang ada disekitar siswa. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa melalui reward. Kemudian mereka mengungkapkan gagasan merekan sebanyak mungkin, tidak boleh melakukan penilaian selama pengungkapan gagasan masih berlangsung. Setelah selesai pengungkapan gagasan, siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi gagasan-gagasan yang telah diungkapkan dan memilih gagasan-gagasan terbaik. 3) Refleksi metode brainstroming berada pada kategori baik, dilaksanakan dengan cara melakukan diskusi balikan bersama guru mitra, hal tersebut dilakukan untuk perbaikan pada tindakan siklus pembelajaran selanjutnya. 4) Siswa lebih antusias dengan pembelajaran IPS, siswa lebih berani dalam bertanya dengan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yang merupakan ciri dari orang yang berpikir kreatif, maka hasilnya berada pada kategori baik.


(5)

ABSTRACT

Widiya Purwanti (090040) Developing Creative Thinking Skill through Brainstorming Method in Social Studies (Classroom Action Research in class VII-I in SMPN 5 Bandung).

This research departed from the problem of students who was lacking in asking questions and express opinions creatively. This condition led to an unfavorable interaction between students and teacher. The researcher then took the research combined with brainstorming method to develop creative thinking skill of the students, collaborated with the teacher. Hopkins was used the model in the planning, action, observation, and reflection steps. In collecting the data, the researcher used some techniques such as observation, interviews, field-note, and documentary study. It was proven that the implementation of brainstorming

method had been increasing students’ creative thinking skill in learning Social Studies in class VII-I. At the first cycle, there was no improvement indeed, and it was categorized as "less". But at the second cycle, students had a little progress in their creative thinking skill and it was categorized as "enough". At the third cycle, the researcher had carefully prepared the planning step based on feedback from the discussion with the teacher, then the creative thinking skills of students eventually got a "good" category . Finally, at the fourth cycle, the researcher concluded the category as same as the third cycle, the students obtained a "good" category. The results obtained from the research are: 1) the plan in developing

brainstorming method to enhance students’ creative thinking skill in learning

Social Studies was in good category. 2) The implementation of brainstorming method was in a good category, in which the learning materials was related with

the current problems nearby. The teacher also raised students’ motivation by

giving reward. The students were able to express their ideas as much as possible, and they should not be assessed as long as the idea was still ongoing disclosured. Once the students had finished exploring ideas, they with the teacher together evaluated the ideas that had been expressed and selected the best ideas. 3) The step of reflection of the brainstorming method were in good category, where it was implemented by discussing feedbacks with the teacher. It was done in order to improve the further learning cycle. 4) the students were more enthusiastic in learning social science. They also were more encouraged because they had had a high curiosity that made them think creatively, then the result was in the good category .


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Struktur Organisasi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Pendidikan Karakter Bagian dari Pendidikan IPS ... 11

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 12

2. Fungsi Pendidikan Karakter ... 14

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 15

4. Kreatif dalam Nilai-nilai Karakter ... 16

B. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 19

1. Pengertian Keterampilan Berpikir... 19

2. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif ... 20

3. Perkembangan Kreatif pada Anak ... 21

4. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Berpikir Kreatif ... 22

5. Tahap Berpikir Kreatif ... 23

6. Hambatan Berpikir kreatif... 24

7. Evaluasi Berfikir kreatif ... 25

8. Keterampilan Berpikir Kreatif menjadi Kreativitas ... 27

9. Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran IPS ... 29

C. Metode Brainstroming (Curah Gagasan) ... 31

1. Pengertian Metode Brainstroming ... 31

2. Prinsip dan Tujuan Metode Brainstroming ... 32

3. Metode Brainstroming Bagian dari Pmebelajaran Aktif ... 33


(7)

D. Metode Brainstroming sebagai salah satu Pengembangan Keterampilan

Berpikir Kreatif ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian... 44

D. Definisi Operasional... 46

E. Instrumen Penelitian... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G. Prosedur Penelitian... 53

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 59

1. Tahapan Analisis Data ... 61

2. Validitas Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Deskripsi Umum SMP Negeri 5 Bandung ... 63

B. Deskripsi Observasi Awal Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS ... 64

1. Observasi Awal dengan Fokus Aktivitas Guru ... 64

2. Observasi Awal dengan Fokus Siswa ... 66

C. Deskripsi Perencanaan Metode Brainstroming untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 67

D. Tahapan-tahapan Pelaksanaan Tindakan Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS ... 68

1. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 68

a. Perencanaan (Plan) Siklus I ... 68

b. Deskripsi Siklus Tindakan (Act) Siklus I ... 68

c. Observasi Tindakan ( Observe) Siklus I ...71

d. Revisi dan Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I (Reflect) 85 2. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus II ...86

a. Perencanaan (Plan) Siklus II ...86

b. Deskripsi Siklus Tindakan (Act) Siklus II ...87

c. Observasi Tindakan ( Observe) Siklus II ...89

d. Revisi dan Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II (Reflect) ...104

3. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus III ...105

a. Perencanaan (Plan) Siklus III ...105

b. Deskripsi Siklus Tindakan (Act) Siklus III ...106


(8)

d. Revisi dan Refleksi Tindakan Pembelajaran

Siklus III (Reflect) ...122

4. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus IV ...123

a. Perencanaan (Plan) Siklus IV ...123

b. Deskripsi Siklus Tindakan (Act) Siklus IV ...123

c. Observasi Tindakan ( Observe) Siklus IV ...125

d. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus IV (Reflect)...138

E. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS ...138

F. Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainsrtoming dalam Pembelajaran IPS ...139

1. Deskripsi data hasil lembar observasi berpikir kreatif siswa ...139

2. Deskripsi Data Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Saat Penerapan Metode Brainstroming (Curah Gagasan) ...145

3. Deskripsi Hasil Wawancara Siswa ...148

G. Kendala yang Dihadapi dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif ...150

H. Dampak Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Metode Brainstroming untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. ...151

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 153

A. Kesimpulan... 153

B. Saran ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 156 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Pendidikan Karakter ... 17

Tabel 2.2 Dua Jenis Berpikir ... 21

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 48

Tabel 3.2 Pencapaian Aspek Penilaian ... 61

Tabel 4.1.1 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.1.2 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.1.3 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.1.4 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 73

Tabel 4.1.5 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 74

Tabel 4.1.6 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 74

Tabel 4.1.7 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 75

Tabel 4.1.8 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 75

Tabel 4.1.9 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 76

Tabel 4.1.10 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 76

Tabel 4.1.11 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 77

Tabel 4.1.12 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 77

Tabel 4.1.13 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 78

Tabel 4.2 Hasil Presentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus I ... 78

Tabel 4.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 80

Tabel 4.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 81

Tabel 4.3.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 83

Tabel 4.4 Hasil Presentase Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 84

Tabel 4.5.1 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 90

Tabel 4.5.2 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 90

Tabel 4.5.3 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 91

Tabel 4.5.4 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 91

Tabel 4.5.5 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 92

Tabel 4.5.6 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 93


(10)

Tabel 4.5.8 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 94

Tabel 4.5.9 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .... 94

Tabel 4.5.10 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .. 95

Tabel 4.5.11 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .. 95

Tabel 4.5.12 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .. 96

Tabel 4.5.13 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II .. 96

Tabel 4.6 Hasil Presentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus II ... 97

Tabel 4.7.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 99

Tabel 4.7.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... ` 100

Tabel 4.7.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 102

Tabel 4.8 Hasil Presentase Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 103

Tabel 4.9.1 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 108

Tabel 4.9.2 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 109

Tabel 4.9.3 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 110

Tabel 4.9.4 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 110

Tabel 4.9.5 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 111

Tabel 4.9.6 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 111

Tabel 4.9.7 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 112

Tabel 4.9.8 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 112

Tabel 4.9.9 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III... 113

Tabel 4.9.10 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III. 113 Tabel 4.9.11 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III. 114 Tabel 4.9.12 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III. 114 Tabel 4.9.13 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III. 115 Tabel 4.10 Hasil Presentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus III ... 115

Tabel 4.11.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III ... 117

Tabel 4.11.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III ... 118

Tabel 4.11.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III ... 120

Tabel 4.12 Hasil Presentase Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 121

Tabel 4.13.1 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 125


(11)

Tabel 4.13.3 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 127

Tabel 4.13.4 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 127

Tabel 4.13.5 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 128

Tabel 4.13.6 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 128

Tabel 4.13.7 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 129

Tabel 4.13.8 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 129

Tabel 4.13.9 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV 130

Tabel 4.13.10 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV ... 130

Tabel 4.13.11 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV ... 131

Tabel 4.13.12 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV ... 131

Tabel 4.13.13 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV ... 132

Tabel 4.14 Hasil Presentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Siklus IV .. 132

Tabel 4.15.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus IV ... 132

Tabel 4.15.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus IV ... 134

Tabel 4.15.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus IV ... 136

Tabel 4.16 Hasil Presentase Observasi Aktivitas Guru Siklus IV ... 137

Tabel 4.17 Hasil Presentase Berpikir Kreatif Siswa pada Setiap Siklusnya .... 140

Tabel 4.18 Hasil Presentase Aktivitas Guru pada saat Observasi Setiap Siklusnya ... 145


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Komponen Karakter yang Baik ... 14

Bagan 2.2 Fungsi Kreativitas ... 28

Bagan 2.3 Tahap Pelaksanaan Metode Brainstroming ... 38


(13)

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 4.1 Presentase Laki-laki dan Perempuan... 66 Grafik 4.2 Presentase Skor Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 142 Grafik 4.3 Hasil Presentase Observasi Guru ... 146


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

1.1Silabus Pembelajaran

1.2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 1.3Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 1.4Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III 1.5Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus IV Lampiran II

2.1Format dan Lembar Observasi Siswa 2.2Format dan Lembar Observasi Guru 2.3Format dan Percakapan Wawancara Siswa 2.4Format dan Hasil Catatan Lapangan 2.5Dokumentasi Sekolah

2.6Dokumentasi Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Lampiran III

3.1 Surat Penelitian

3.2 Hasil Kegiatan Bimbingan Penulisan Skripsi 3.3 Hasil Tugas Siswa dengan Metode Brainstroming


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang baik antara siswa dan guru. Berawal dari observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 5 kelas VII-I pada hari Senin, tanggal 25 Februari 2013, yang beralamat di Jalan Sumatera No.40, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur, Kota Bandung. Masalah yang terjadi yaitu siswa pada saat pembelajaran IPS berlangsung, kurang antusias dalam merespon pertanyaan guru dan berpendapat ketika guru meminta pendapat siswa. Ketika guru menerangkan materi Geografi dengan metode ceramah kepada siswa tetapi siswa hanya sebatas memerhatikan sekilas setelah itu mereka mengalihkan perhatiannya kepada teman sebangkunya atau kepada gadget yang mereka punya, sementara itu materi tersebut kurang mereka pahami.

Berdasarkan 29 orang jumlah siswa yang hadir pada waktu itu, hanya dua orang siswa yang bertanya dan hanya satu orang siswa laki-laki yang berpendapat. Ketika guru bertanya materi yang dibahas kepada siswa, mereka tidak menjawab dan terlihat bingung dengan pertanyaan apa yang diajukan, padahal dengan materi IPS yang kaya dan luas siswa bisa bertanya hal apapun dengan kreatif, seperti yang dijelaskan oleh Sapriya dalam Mata Kuliah Struktur Ilmu-ilmu Sosial bahwa terdapat 10 Tema Besar yang Mencakup IPS, diantaranya; 1) Budaya; 2) Waktu; Berkesinambungan dan Perubahan; 3)Manusia, Tempat, dan Lingkungan; 4) Perkembangan Individu dan Identitas; 5) Individu, Kelompok, dan Kelembagaan; 6) Kekuasaan, Kewenangan, dan Pemerintahan; 7) Produksi, Distribusi, dan Konsumsi; 8) Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat; 9) Keterkaitan Global; 10) Hukum Ideal


(16)

2

dan praktis. Kesepuluh tema tersebut bisa dikembangkan lagi ke dalam tema-tema yang khusus bahkan tema-tema khusus tersebut bisa diturunkan lagi ke dalam tema lainnya yang menarik. Tema yang kaya dan luas tersebut harus disertai dengan keterampilan berpikir kreatif karena dengan berpikir kreatif tema-tema tersebut bisa berkembang lebih baik. Kurang kreatifnya siswa dalam hal bertanya dan mengemukakan pendapat tidak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang diharapkan siswa mampu mengembangkan potensi dirinya agar mampu bersaing di lingkungan masyarakat.

Menurut Jhonson (2008: 214) bahwa pengertian berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Kreatif merupakan suatu keterampilan yang harus diasah dan dibiasakan tanpa perlu takut salah menghasilkan sebuah gagasan tersebut. Guru juga dalam hal ini dapat menerima perbedaan antara siswa dalam kemampuan menghasilkan gagasan baru.

Kreatif merupakan bagian dari nilai-nilai karakter yang membentuk kepribadian manusia menuju manusia yang lebih berkualitas. Nilai-nilai karakter saat ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah maupun praktisi pendidikan seperti guru, karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia menjadi lupa akan norma-norma yang berlaku. Dengan menerapkan nilai karakter kreatif kepada siswa maka akan timbul kesadaran moral dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti apa yang dikatakan oleh Lickona (2012: 38) karakter yang terasa memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral.

Perlunya keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS juga sangat diperlukan karena mata pelajaran IPS itu terdiri dari berbagai pengetahuan yang harus dihapal sementara untuk penerapan IPS kedalam


(17)

3

kehidupan sehari-harinya sangat kurang, seperti yang dikemukakan oleh Munandar (2009: 155) masalah lain dari IPS adalah materi yang cepat berubah dan banyak pengetahuan yang baru dan perlu dipelajari oleh siswa maupun guru. Dampak lain dari kurang kreatifnya siswa tersebut yaitu guru hanya menerangkan materi dan pencapaian target yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, dan Program semester (Promes) dari sekolah, sehingga dengan pemberian materi yang terlalu banyak guru tidak memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat, akibatnya siswa untuk memahami materi pada akhirnya hanya sampai pada tingkat hapalan dan pemahaman, menurut tingkatan taksonomi tujuan pendidikan dari Benyamin S. Bloom merupakan tingkatan hapalan dan pemahaman hanya sampai pada tingkatan 1 dan 2 sedangkan aplikasi IPS itu seharusnya lebih mengembangkan pemikiran yang minimalnya tingkatan pemikiran analisis dan lebih baik lagi bisa ke tahap pemikiran sintesis, dan evaluasi. Keadaan tersebut menyababkan siswa pada akhirnya kurang peka dengan lingkungan sekitarnya, hal yang sama dikemukakan oleh Sapriya (2008: 146) mengakui bahwa tidak semua siswa peduli dan memiliki kesadaran terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan dan politik.

Belajar itu sendiri bukan sekedar memperoleh pengetahuan saja tetapi belajar merupakan proses mental yang terjadi pada diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Selaras dengan Bloom menurut Sanjaya (2008: 89-90) terdapat beberapa kriteria dalam belajar ditinjau dari belajar sebagai proses perubahan prilaku, akibat dari pengalaman dan latihan, yaitu sebagai berikut :

1. Belajar adalah aktivitas yang dirancang dan bertujuan. 2. Tujuan belajar adalah perubahan perilaku secara utuh.

3. Belajar bukan hanya sebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses. 4. Belajar adalah proses pemecahan masalah.


(18)

4

Pentingnya akan peran siswa yang kreatif didukung pula oleh pernyataan dari Sujana dalam skripsi Praptiwi (2008: 3) yaitu student active learning merupakan konsep dalam proses pembelajaran yang lebih menitik beratkan pentingnya siswa lebih aktif belajar dibandingkan dengan aktifitas guru sebagai pengajar. Aktifnya siswa dalam pembelajaran maka akan secara perlahan kreativitas siswa juga akan berkembang, sementara peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator belajar.

Sebagai calon guru, kurang kreatifnya siswa dalam pembelajaran IPS di SMP merupakan hal yang serius yang perlu dikaji lebih dalam karena hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan IPS itu sendiri yaitu membina anak didik menjadi warga negara yang baik (good citizenship) yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan serta kepedulian sosial yang berguna bagi masyarakat dan negara. Realita tersebut juga berbanding terbalik dengan melihat definisi dari IPS menurut Sunal & Hass yang dikutip oleh Sapriya (2008: 22) bahwa IPS sebagai suatu bidang kajian dalam kurikulum sekolah yang tujuan-tujuannya diturunkan dari hakekat kewarganegaraan didalam masyarakat demokratis, serta yang berkaitan dengan masyarakat-masyarakat lainnya, yang kontennya berasal dari ilmu-ilmu sosial dan disiplin-disiplin yang lain, serta dari hasil refleksi pribadi, sosial, dan pengalaman-pengalaman budaya siswa. Dari definisi IPS tersebut tentu diperlukannya siswa yang memiliki keaktifan dan kreativitas yang tinggi. Siswa yang kreatif umumnya memiliki perasaan tidak takut akan kesalahan dan mengemukakan gagasan mereka walaupun tidak disukai oleh siswa lain. Menurut Treffinger dalam Munandar (2009: 35) bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan, secara inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.

Sementara itu penelitian terdahulu yang pernah meneliti mengenai masalah kurang kreatifnya siswa dalam pembelajaran IPS dan sudah cukup berhasil yaitu pada karya ilmiah berupa skripsi yang ditulis oleh Praptiwi


(19)

5

mengenai “Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di SMA (Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 3 Bandung)”, berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa dalam pembelajaran sejarah dapat ditingkatkan melalui penerapan metode inkuiri. Hal tersebut terlihat dari proses kreatif berupa peningkatan aktivitas siswa dalam proses tanya jawab, diskusi kelas dan peningkatan tingkat berpikir siswa. Selain itu produk kreatif sangat dibutuhkan dalam pembelajaran sejarah. Keterlibatan siswa secara aktif dikelas, motivasi dan dorongan yang diberikan guru juga meningkatkan semangat dan minat belajar siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan kreativitas siswa meningkat. Kemudian skripsi yang kedua ditulis oleh Lingga Novianty “ Pemanfaatan Buku Teks Sejarah dalam Upaya Mengembangkan Kreativitas Siswa di Kelas (Penelitian Tindakan Kelas di XI-IS.2 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Legok-Tangerang)” berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan buku teks sejarah di kelas telah berhasil meningkatkan minat baca siswa dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sejarah. Meningkatkan produktivitas terbukti dari hasil karya siswa berupa tulisan dan karangan yang dibuat sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Hal tersebut diatas menggambarkan hasil kreativitas. Dengan adanya penelitian terdahulu mengenai masalah kurang kreatifnya siswa, maka peneliti tertarik untuk mengambil masalah yang sama namun lebih fokus dalam hal mengemukakan pendapat ataupun bertanya, dengan cara menerapkan metode brainstroming.

Metode brainstroming atau biasa disebut dengan peta gagasan atau curah pendapat adalah sebuah metode interaktif yang dirancang untuk mendorong siswa mengekspresikan berbagai macam ide (Dananjaya, 2010: 79). Sedangkan dalam Karwati (2008: 6) metode branstroming memberikan kesempatan kepada siswa untuk mampu menampilkan kemandirian serta pengarahan diri, memiliki keterbukaan dan keutuhan diri dalam memilih alternatif tindakan yang terbaik, mampu menyampaikan pendapat dan mengaktualisasikan diri dalam memecahkan suatu masalah serta mampu


(20)

6

menghargai pendapat orang lain. Metode brainstroming merupakan sebuah metode yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif karena metode ini menuntut siswa untuk terus menerus mengeluarkan ide atau gagasan yang ada, sehingga siswa lama kelamaan gagasan yang mereka keluarkan menjadi berkualitas. Senada dengan dua pendapat diatas maka Rawlinson (1976: 27) menyatakan bahwa brainstroming merupakan suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat.

Metode brainstroming digunakan khususnya pada saat memecahkan masalah-masalah baru yang terjadi disekitar lingkungan siswa atau untuk menentukan cara-cara baru dalam menghadapi masalah lama. Pertama guru nanti akan menjelaskan subuah permasalahan, guru memberi tahu siswa untuk mencari gagasan dari penyelesaian permasalahan tersebut ditambah lagi dengan memotivasi siswa untuk menghasilkan lebih banyak mengeluarkan gagasannya, kemudian mereka mengemukakan gagasannya dan terakir guru dan siswa menilai gagasan yang terbaik dari penyelesaian masalah tersebut. Dengan metode tersebut siswa diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran yang kemudian timbul kreativitas dalam setiap diri siswa. Selain itu, peneliti berharap dengan menerapkan metode brainstroming, siswa dapat menambah pengalaman belajarnya yang kelak dapat berguna dalam kehidupannya di masyarakat.

Maka berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut kedalam sebuah penelitian yang bejudul “Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 5 Kota Bandung kelas VII-I).


(21)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimana guru merencanakan penerapan metode brainstroming untuk

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 kota Bandung?

2) Bagaimana guru mengimplementasikan metode brainstroming dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 kota Bandung?

3) Bagaimana cara guru merefleksikan metode brainstroming untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 kota Bandung?

4) Apakah siswa mengimplementasikan kemampuan berpikir kreatif setelah diterapkannya metode brainstroming dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 5 Kota Bandung kelas VII-I?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan dapat dikembangkan sebagai berikut :

1) Mengkaji bagaimana guru merencanakan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 Bandung.

2) Mengkaji cara guru mengimplementasikan metode brainstroming dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa pada saat pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 Bandung.

3) Mengkaji cara guru merefleksikan metode brainstroming untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 Bandung.


(22)

8

4) Untuk Mengetahui efektivitas metode brainstroming dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 5 Bandung kelas VII-I.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara : 1. Teoritis

Penulis berharap dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan metode brainstroming untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa dalam pembelajaran IPS. Dengan metode pembelajaran yang optimal oleh guru maka akan mempermudah proses pembelajaran IPS kepada siswa dan menjadikan IPS menjadi mata pelajaran yang bermakna (meaningfull).

2. Praktis a. Guru

Guru dapat mengetahui metode yang efektif dalam mengajar IPS kepada siswa. Metode brainstroming dapat membantu guru dalam mengajar dan memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran IPS.

b. Siswa

Dengan metode brainstroming, siswa termotivasi untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran IPS, karena selama ini mata pelajaran IPS dinilai oleh siswa sebagai mata pembelajaran yang monoton.

c. Sekolah

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dapat memberikan pengetahuan mengenai seberapa efektif metode brainstroming ini diterapkan dalam pembelajaran IPS khususnya bagi siswa yang berada di Sekolah yang diteliti dan umumnya bagi sekolah yang lain.


(23)

9

d. Peneliti

Peneliti berharap dengan dilakukannya penelitian ini dapat mengetahui seberapa efektifnya metode brainstroming dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Peneliti sebagai calon guru juga berharap dengan adanya penelitian ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi dirinya kelak ketika mengajar.

E. Struktur Organisasi

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I merupakan bahasan mengenai Pendahuluan, bagian awal dari Penulisan skripsi. Bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, manfaat teoritis maupun manfaat praktis, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai Kajian Pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil dan rumusan masalah yang dibahas. Kajian Pustaka yang penulis kaji yaitu mengenai Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode brainstroming dalam Pembelajaran IPS. Berdasarkan judul tersebut maka penulis memaparkan Kajian Pustakanya menjadi ; Pertama, membahas mengenai pendidikan karakter bagian dari pendidikan IPS yang didalamnya terdapat latar belakang, pengertian, fungsi, tujuan dan kreatif dalam pendidikan karakter, yang semuanya dikaitkan dengan pendidikan IPS itu sendiri. Kedua, mengenai keterampilan berpikir kreatif secara mendasar terdiri dari beberapa perspektif, kemudian terdapat pemaparan mengenai pengertian, perkembangan, tahap-tahap berpikir kreatif, tujuan dan manfaatnya, hambatannya, evaluasi, kreatif menjadi kreativitas serta kaitannya dengan pembelajaran IPS. Ketiga, membahas metode brainstroming, yaitu terdapat pengertian, prinsip dan tujuan, metode brainstroming bagian dari pembelajaran aktif serta membahas metode brainstroming dalam pembelajaran IPS. Keempat, membahas mengenai


(24)

10

kaitannya antara penerapan Metode brainstroming terhadap perkembangan keterampilan berpikir kreatif yang didalamnya terdapat langkah-langkah penerapan metode brainstroming.

Bab III membahas mengenai metode penelitian secara rinci. Metode penelitian ini berisi mengenai metode penelitian secara rinci, Lokasi dan Subjek Penelitian, desain penelitian, prosedur dan tahap persiapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), teknik pengumpulan data yang akan dipakai, analisis data dan validasi data.

Bab IV merupakan bahasan mengenai hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Maka bab ini berisi profil sekolah itu sendiri, deskripsi mengenai observasi awal penelitian, perencanaan (plan), tindakan (act), Observasi (observe), refleksi (reflect), dalam refleksi tersebut juga dideskripsikan diskusi balikan dari guru mitra selaku pembimbing kita dalam penelitian tindakan kelas ini. Pembelajaran mengenai kegiatan tindakan kelas berupa tindakan beberapa siklus dan terakhir analisis data dari pelaksanaan tindakan kelas.

Bab V membahas mengenai kesimpulan penelitian ini secara keseluruhan. Dan saran yang akan diajukan oleh peneliti ke peneliti lain selajutnya agar tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan peneliti sebelumnya.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian.

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII-I SMPN 5 Kota Bandung, yang beralamat di Jalan Sumatera No.40 Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur, Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-I di SMPN 5 Kota Bandung dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Alasan dipilihnya kelas tersebut karena menurut guru IPS dan peneliti di kelas VII-I tersebut kurang mampu mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran IPS, dan hal tersebut dibuktikan oleh peneliti ketika melakukan pra observasi pada hari Senin, tanggal 25 Februari 2013. Penelitian ini dilakukan selama semester genap tahun pelajaran 2012/1013.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipakai yaitu desain penelitian kualitatif dan juga pendekatan kuantitatif. Menurut Meleong (2010: 13) penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Desain penelitian yaitu kerangka berpikir atau rencana penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan tujuan untuk menggambarkan hal yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian. Maka desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel atau luwes, peneliti bisa menyesuaikan dan mencocokannya dengan kenyataan di lapangan, karena kenyataan di lapangan tidak dapat diprediksi dan sewaktu-waktu bisa berubah. Namun dalam pengolahan datanya peneliti juga menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Sontani & Muhidin (2011: 10) pendekatan kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Desain penelitian yang digunakan didalam PTK yaitu berupa siklus. Bentuk siklus yang di pakai dalam


(26)

41

penelitian ini yaitu bentuk silkus model Hopkins. Hopkins menggambarkan siklusnya sebagai berikut :

Bagan 3.1

Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins

Sumber : Diadopsi dari Sanjaya (2011: 54)

Berdasarkan gambar yang diadaptasi dari model siklus Hopkins tersebut yaitu setelah kita mengidentifikasi masalah di lapangan dan menemukan masalah yang akan diteliti, maka selanjutnya kita melakukan tahapan sebagai berikut :

1) Perencanaan

Perencanaan yaitu menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS. Perencanaan ini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disertai dengan instrumen observasi yang digunakan pada

Identifikasi Masalah

Perencanaan

Tindakan Refleksi

Observasi

Perencanaan ulang

Tindakan Observasi

Refleksi observasi


(27)

42

saat proses pembelajaran berlangsung ketika sedang menerapkan metode brainstroming di kelas. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Usman (2011: 61) bahwa rencana pengejaran berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar lebih efisien dan efektif.

Perencanaan dilakukan antara peneliti dan guru mitra untuk melakukan jadwal penelitian, materi pembelajaran, dan persiapan RPP. Kemudian pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi kelas sosial yakni sesuai dengan karakter penelitian tindakan, bahwa rencana tindakan berkembang dan berubah sesuai dengan tuntutan situasi lapangan (Wiraatmadja, 2005: 98). Dalam hal ini peneliti dan dibantu oleh guru mitra harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan sebaik-baiknya. Adapun empat komponen utama rencana pengajaran menurut Usman (2011: 61) yaitu tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan alat penilaian proses.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yaitu penerapan dari perencanaan yang telah disusun dan dilakukan sebelumnya. Namun setelah tindakan dilakukan di lapangan terkadang perubahan tertentu bisa saja terjadi ketika kondisi kelas memerlukannya. Perubahan tindakan tersebut bertujuan untuk memperbaiki keadaan kelas, meningkatkan kualitas, dan menemukan solusi dari permasalahan yang diteliti.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Hopkins dalam Sanjaya (2011: 53) bahwa pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, kemudian melakukan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan, refleksi, dan seterusnya. Proses pelaksanaan siklus dilakukan sesuai dengan tingkat penerapan keberhasilan tindakan, sampai metode brainstroming yang diterapkan telah jenuh. Pada saat pelaksanaan tindakan ini peneliti melakukan teknik observasi dan teknik catatan lapangan yaitu mencatat proses berjalannya tindakan dari awal sampai akhir


(28)

43

penerapan metode. Tindakan siklus ini terbagi menjadi tiga bagian seperti pada umumnya dalam melaksanakan pembelajaran, diantaranya yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutupan, namun di metode brainstroming ini setelah kegiatan inti harus mengevaluasi gagasan dari permasalahan yang dibahas. Membuka pelajaran menurut Usman (2011: 91) yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Kegiatan pembuka merupakan kegiatan yang menentukan suasana pembelajaran pada proses pembelajaran selanjutnya. Pertama komponen membuka pelajaran diantaranya yaitu menarik perhatian siswa dengan cara mengajar siswa dan media pembelajaran yang dibuat oleh guru, menyatakan motivasi dengan cara membuat antusias, menimbulkan rasa ingin tahu, memperhatikan minat siswa, dan mengemukakan gagasan yang bertentangan, membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman yang telah dialami siswa. Kedua yaitu kegiatan inti yang didalamnya merupakan penjelajasan mengenai materi dan langkah-langkah metode yang akan dikembangkan. Penjelasan diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, penjelasan juga disampaikan dengan menggunakan contoh pada kehidupan sehari-hari siswa serta senantiasa melibatkan siswa dalam pembelajaran. Ketiga yaitu penutupan pembelajaran, dilakukan dengan cara meninjau kembali penguasaan materi dengan merangkum inti materi yang telah dibahas. Selain itu guru juga melakukan evaluasi, menurut Usman (2011; 93) bahwa bentuk evaluasi yang dapat dilakukan guru antara lain mendemostrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis.

3) Observasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses observasi ini dilakukan bersamaan dengan tindakan pada saat penelitian. Observasi itu sendiri menurut Sanjaya (2011: 86) observasi yaitu suatu teknik mengumpulkan data


(29)

44

dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Observasi dilakukan oleh observer kepada siswa kelas VII-I dan kepada peneliti. Observasi dilakukan setiap siklus tindakan dilaksanakan.

4) Refleksi

Pada tahap refleksi ini peneliti dan guru mitra secara kolaboratif merenungkan kembali mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti, sehingga peneliti bisa merevisi kembali rencana yang akan dilakukan pada tindakan selanjutnya. Disini guru mitra dan peneliti menilai dan menimbangkan kembali hal apa saja yang harus ditambah atau dikurangi dalam proses penerapan metode brainstroming ini. Kemudian setelah peneliti melakukan refleksi dengan guru mitra, peneliti diberi masukan oleh guru mitra yang sebelumnya telah menjadi observer bagi peneliti.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dikenal dengan istilah Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas juga merupakan sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk guruan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan diri yang meliputi kegiatan praktek sosial atau guruan, pemahaman mengenai kegiatan-kegiatan praktek guruan, dan situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan praktek (Kemmis dalam Wiriaatmadja, 2005: 12).

PTK merupakan bentuk penelitian yang tidak formal, penelitian yang sifatnya longgar dalam menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah karena tujuannya bukan menggeneralisasi atau menemukan tetapi memperbaiki proses pembelajaran, dalam proses pengambilan data, analisis data dan proses pengambilan kesimpulannya pun sangat situasional sesuai dengan keadaan kelasnya. Berikut merupakan beberapa asas dalam proses pelaksanaan PTK :


(30)

45

1) Asas Reflektif, yaitu berangkat dari keinginan peneliti untuk memperbaiki kinerja guru itu sendiri bukan untuk membuktikan sesuatu.

2) Asas Kolaboratif, yaitu adanya kerjasama antara guru dan peneliti agar tercapainya pembelajaran yang baik dan data yang objektif. Kerjasama disini bukan berarti menyamakan penilaian, akan tetapi semua pihal dapat memberikan penilaian dari sudut pandang yang berbeda, agar PTK tersebut lebih bermakna.

3) Asas Risiko, yaitu peneliti harus berani menanggung berbagai kemungkinan yang terjadi, misalnya masalah waktu yang lebih lama, adanya tuntutan tindakan tertentu dari pihak sekolah.

Definisi Penelitian Tindakan Kelas itu sendiri menurut Elliot dalam Sanjaya (2011: 25) adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkannya. Metode PTK dilakukan peneliti dan bekerjasama dengan guru mitra atau guru yang sehari-hari biasa mengajar di kelas yang diteliti. Peneliti dan guru berusaha memecahkan masalah dan menerapkan metode pembelajaran tersebut.

Adapun karakteristik Penelitian Tindakan Kelas yaitu sebagai berikut : 1) Tujuan utama PTK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. 2) Masalah yang dikaji yaitu masalah yang bersifat praktis.

3) Fokus utama penelitiannya yaitu pembelajaran.

4) Tanggung jawab pelaksanaan dan hasil PTK ada pada guru sebagai praktisi. PTK dirancang dan dilaksanakan oleh guru itu sendiri.

5) Dilaksanakan sesuai program pembelajaran yang sedang berlangsung.

Model penelitian yang terapkan yaitu model penelitian yang dikembangkan oleh Hopkins dalam Sanjaya (2011: 53) dalam pelaksanaannya penelitian tindakan ini dilakukan membentuk spiral yang mulai dari merasakan adanya masalah menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan melakukan


(31)

46

observasi mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan, dan seterusnya.

D. Definisi Operasional

Untuk memudahkan peneliti dalam membuat instrumen maka peneliti membaginya kedalam dua variabel yaitu Metode brainstroming (x) dan berpikir kreatif (y). Maka lebih lanjut batasan pengertian dari dua variabel tersebut secara operasional sebagai berikut :

1) Metode Brainstroming

Menurut Rawlinson (1977: 27) metode brainstroming yaitu dapat definisikan satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat. Hal itu bisa dibayangkan ketika kita mengajar dalam satu pertemuan, siswa tentunya diminta menyelesaikan suatu masalah pada satu pertemuan tersebut yang diangkat oleh guru dan dikaitkan dengan materi yang sedang diajarkan. Pendapat tersebut didukung oleh Roestiyah (2008: 20) yang mengungkapkan bahwa metode curah pendapat atau brainstroming adalah suatu metode atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru didalam kelas, dengan melontarkan suatu masalah kepada siswa oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat sehingga masalah tersebut mungkin berkembang menjadi masalah baru atau dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat. Metode ini membuat siswa mengeksplor ide-ide mereka sebanyak mungkin sehingga lama-kelamaan siswa tersebut menjadi terbiasa mengeluarkan ide dan akhirnya akan kreatif.

Dua prinsip yang harus diingat dari metode brainstroming atau curah gagasan yaitu pertama kuantitas menghasilkan kualitas, semakin banyak gagasan yang dikemukan oleh siswa maka akan semakin terbuka peluang gagasan yang baik. Kedua menunda penilaian, siswa tidak boleh mengkritik atau menghancurkan gagasan teman yang lain, siswa harus menghargai gagasan yang


(32)

47

telah diungkapkan oleh teman yang lainnya karena hal tersebut merupakan suatu proses mencari gagasan yang terbaik.

2) Berpikir Kreatif

Menurut Jhonson (2008: 214) berpikir kreatif bahwa adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Hal yang sama diungkapkan oleh Sunal dan Hass (2005: 70) berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir membangun dan memperluas kesadaran, minat, dan kemauan untuk mengeksplorasi, menciptakan perubahan dan menghasilkan pikiran-pikiran baru, produk, dan solusi. Dengan berkembangnya keterampilan tersebut maka kita dapat mengeksplorasi sesuatu yang ada dalam fikiran kita dengan luar biasa dan akan timbul suatu kreativitas, apalagi ketika disertai dengan minat dan bakat yang kita punyai kreativitas akan lebih berkembang secara maksimal.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data dilapangan dan untuk mengetahui keberhasilan perkembangan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam bertanya dan berpendapat. Untuk mengumpulkan berbagai data dilapangan maka perlu adanya pedoman observasi dan wawancara.

1. Lembar Observasi

Sanjaya (2011: 86) observasi yaitu suatu teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Lembar observasi ini terdiri dari observasi siswa dan observasi guru. Lembar observasi siswa dilakukan untuk mengetahui perkembangan keterampilan berpikir kreatif siswa sedangkan lembar observasi guru dilakukan untuk mengetahui seberapa besar usaha guru dalam menerapkan metode brainstroming sehingga kemampuan


(33)

48

siswa bisa berkembang. Dua poin dari Definisi Operasional di atas maka berkembanglah kisi-kisi Instrumen penelitiannya sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Rumusan Masalah Dimensi Indikator No.Item Teknik

pengumpulan data Bagaimana guru merencanakan keterampilan berpikir kreatif dalam

pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 Bandung? Langkah-langkah Pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif Langkah-langkah pembelajaran dilakukan secara sistemasis dan sesuai dengan RPP

B.10 Observasi guru Bagaimana guru mengimplementasikan metode brainstroming dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 Bandu ng? Menyatakan gagasan atau pendapat dalam waktu yang singkat. Memberi penjelasan mengenai masalah yang akan dicarikan alternatif solusi

B.3.a Observasi guru Memberi kesempatan kepada siswa untuk memunculkan gagasan.

B.3.b Observasi guru

Membimbing siswa untuk menemukan gagasan baru dalam mencari alternatif pemecahan masalah.

B.3.d Observasi guru

Sering mengajukan pertanyaan yang baik

1, B.4 Observasi siswa dan guru Memberi berbagai

gagasan terhadap suatu masalah.

2 Observasi

siswa

Melihat masalah dari berbagai sudut pandang

3 Observasi

siswa Menunda penilaian terhadap suatu masalah. Tidak boleh memberikan kritik.

4, B.3.c Observasi siswa dan guru


(34)

49

Bagaimana cara guru merefleksikan metode brainstroming untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-I SMPN 5 Bandung?

Menilai arti atau makna suatu gagasan

Mempunyai rasa ingin tahu yang mendalam.

5 Observasi

siswa Bebas dalam

menyatakan pendapat

6 Observasi

siswa Mencoba mencari

gagasan baru dalam menyelesaikan suatu masalah.

7 Observasi

siswa

Memberi

kesimpulan materi secara keseluruhan

C.1 Observasi guru Apakah siswa mengimplementasikan kemampuan berpikir kreatif setelah diterapkannya metode brainstroming dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 5

Bandung kelas VII-I?

Mampu bertanya dan mengemukakan gagasannya berdasarkan teori kognitif Bloom. Mengemukakan gagasan dan bertanya pada tingkat Pengetahuan/ingatan (C1)

8 Observasi

siswa Mengemukakan gagasan dan bertanya pada tingkat Pemahaman (C2)

9 Observasi

siswa Mengemukakan gagasan dan bertanya pada tingkat Penerapan (C3)

10 Observasi siswa

Mengemukakan gagasan dan bertanya pada tingkat Analisis (C4)

11 Observasi siswa

Mengemukakan gagasan dan bertanya pada tingkat Sintesis (C5)

12 Observasi siswa Mengemukakan gagasan dan bertanya pada tingkat Evaluasi (C6)

13 Observasi siswa


(35)

50

Mengacu pada kisi-kisi instrumen tersebut maka peneliti akan menggunakan lembar observasi kepada siswa dan guru untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan dari berkembangnya keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII-1 SMPN 5 Bandung.

2. Lembar Wawancara

Selain observasi, peneliti juga mengambil teknik wawancara kepada siswa, agar data tersebut valid. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya kepada subjek penelitian dalam hal ini yaitu siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh Hopkins dalam Wiriatmadja (2005: 117), mengatakan bahwa wawancara yang dilakukan didalam kelas perlu dilihat dari sudut pandang yang lain. Maka peneliti melakukannya kepada siswa agar wawancara tersebut lebih objektif jika dilakukan kepada siswa karena siswa yang merasakan langsung dari metode yang dikembangkan oleh peneliti.

3. Analisis Dokumentasi

Ada beberapa macam dokumentasi yang digunakan dalam peneliti untuk menunjang penelitian tindakan kelas ini berjalan dengan baik. Dokumentasi tersebut yaitu berupa (1) Silabus dan rencana pengajaran (2) Kurikulum (3) Tugas siswa (4) Data-data siswa (5) buku pelajaran IPS kelas 7 (6) Foto selama siklus tindakan dilaksanakan.

4. Lembar Catatan lapangan

Catatan lapangan ini dilakukan dengan mencatatnya dalam lembar catatan lapangan yang sudah dirancang oleh guru mengenai segala peristiwa yang terjadi pada tindakan siklus dilaksanakan yang bertujuan untuk mengumpulkan data.

F. Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa observasi adalah peninjauan secara cermat sebelum praktik mengajar, para calon guru mengadakan


(36)

51

ke sekolah-sekolah. Sementara itu menurut Nasution dalam skripsi Ai Erna Herlina (2011: 10) bahwa observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian yang dimaksud untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan metode-metode lain. Sedangkan menurut Sanjaya (2011: 86) observasi yaitu suatu teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Teknik observasi bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung, namun akan lebih baik bila dilakukan observasi secara langsung agar lebih mendetail.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu observasi yang terfokus pada guru dan observasi yang terfokus pada siswa di kelas. Observasi guru bertujuan untuk mengetahui penerapan setiap siklus dari penerapan metode brainstroming didalam pembelajaran IPS, dan observasi siswa bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki oleh siswa pada setiap siklusnya.

2) Wawancara

Wawancara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam suatu karya tulis maupun non tulisan. Menurut Nasution dalam skripsi Ai Erna Herlina (2011: 11) bahwa dengan melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia fikiran dan perasaan responden. Sedangkan menurut Sanjaya (2011: 96) wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. Wawancara juga dapat membantu kita dalam memperoleh informasi atau data secara mendalam. Jenis wawancara itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu wawancara insidental yaitu jenis wawancara yang diadakan sewaktu-waktu bila perlu, yang kedua yaitu wawancara terencana yaitu jenis wawancara yang


(37)

52

dilakukan secara formal dan terencana dengan baik mengenai waktu, tempat, dan topik yang akan dibicarakan.

Wawancara yang akan peneliti lakukan nanti yaitu bentuknya wawancara terencana yaitu kepada beberapa siswa untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa di kelas VII-I.

3) Studi Dokumentasi

Melalui wawancara dan observasi kemudian menghasilkan catatan-catatan penting mengenai penelitian tersebut maka data itu yang disebut dengan studi dokumentasi, seperti yang di katakan oleh Basrowi & Suwandi dalam skripsi Ai Erna Herlina (2011: 11) bahwa suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.

Selain catatan yang dihasilkan, peneliti juga akan mendokumentasikan berupa foto pada saat siklus penelitian dilaksanakan di kelas VII-I.

4) Catatan lapangan (Field Notes)

Catatan lapangan menurut skripsi Syarifah (2012: 12) merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Selain itu catatan harian berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses belajar (Sanjaya, 2011: 98).

Terdapat dua jenis catatan harian untuk kepentingan PTK, yaitu catatan lapangan yang dilakukan oleh guru dan catatan lapangan yang dilakukan oleh siswa. Namun yang digunakan peneliti dalam hal ini yaitu catatan lapangan yang dilakukan oleh guru. Catatan lapangan akan digunakan saat peneliti sedang menerapkan metode brainstroming.


(38)

53

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian disebut juga tahap-tahap apa saja yang akan dilakukan di lapangan nanti, tahapannya adalah sebagai berikut :

1) Tahap Observasi Awal

Tahap ini dilakukan sebelum penelitian dimulai. Tahap ini bertujuan untuk menentukan objek dan masalah yang akan diteliti, setelah melakukan diskusi pada tanggal 22 Februari 2013 akhirnya disepakati bahwa kelas yang diambil yaitu kelas VII-I yang merupakan kelas yang kurang dalam keterampilan berpikir kreatifnya. kemudian setelah itu menentukan metode yang akan diterapkan, usulan yang dilakukan oleh peneliti yaitu metode brainstroming atau curah gagasan.Tahap ini dilakukan pada tanggal 25 Februari 2013 jam 09.00 sampai 10.35 WIB di SMP Negeri 5 Bandung dengan materi “ Kondisi Geografis dan Penduduk di Indonesia”. Pada tahap ini observer bertindak sebagai guru dan peneliti sebagai observer.

2) Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas a) Siklus I

1) Perencanaan (plan) Siklus I

Tahap ini yaitu merencanakan hal yang akan dilakukan ketika akan melakukan tindakan. Disini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasarnya yaitu Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan. Media yang dipakai berupa power poin atmosfer yang didalamnya terdapat gambar-gambar mengenai atmosfer dan permasalahan yang terkait yaitu global warming, sumber belajar yang dipakai yaitu paket kelas 7 karangan tim abdi guru, dan skenario pembelajarannya dibuat semaksimal mungkin dengan di singkronkan metode brainstroming yang teliti. Materi yang dibahas hanya lapisan atmosfer dan manfaatnya saja selanjutnya dikaitkan dengan tema permasalahan global warming. Peneliti juga mempersiapkan format lembar observasi siswa dan guru, serta format wawancara.


(39)

54

2) Tindakan (act) Siklus I

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan menerapkan metode brainstroming. Disini peneliti dan guru mitra berkolaborasi dengan tujuan berkembang atau tidaknya keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. Siklus tindakan ini dimulai pada hari senin, 18 Maret 2013 jam ketiga. Berikut langkah-langkah pembelajaran IPS secara garis besar dengan menggunakan metode brainstroming untuk mengembangkan keterampilan keterampilan berpikir kreatif:

a) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode brainstroming. b) Menjelaskan lapisan atmosfer dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. c) Menjelaskan global warming yaitu tema permasalahan yang terkait dengan

materi atmosfer yang diangkat oleh guru.

d) Guru meminta siswa untuk menuliskan gagasan mereka sebanyak-banyaknya didalam kertas atau buku tulis.

e) Guru mempersilahkan siswa yang berani untuk mengungkapkan gagasan yang ditulis sebelumnya.

f) Guru meminta siswa tersebut menuliskan gagasan terbaik mereka yang diungkapkan tadi di papan tulis, begitu seterusnya siswa lain yang mengungkapkan gagasan yang lain juga.

g) Guru mengevaluasi gagasan terbaik yang ditulis di papan tulis dengan disertai oleh siswa.

3) Observasi (observe) Siklus I

Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan siklus, observasi yang dilaksanakan terdiri dari observasi siswa dan observasi guru. Pertama guru mitra menilai observasi siswa tujuannya untuk menilai keterampilan berpikir kreatif siswa dan observasi guru tujuannya untuk menilai seberapa jauh guru mengembangkan metode brainstroming. Catatan lapangan dan wawancara juga dilakukan namun tidak bersamaan dengan tindakan siklus.


(40)

55

4) Refleksi (reflect) Siklus I

Tahap ini merupakan tahap perbaikan dari tindakan yang dilakukan mengenai materi global warming. Tujuannya mengetahui kekurangan dan kelebihannya ketika dilakukan tindakan. Tahap ini juga dilakukan berkolaborasi dengan guru mitra. Kekurangannya guru mitra akan memberi masukan dan kemudian peneliti dan guru merencanakan ataupun merevisi untuk diterapkan tindakan selanjutnya.

b) Siklus II

1) Perencanaan (plan) Siklus II

Tahap ini yaitu merencanakan hal yang akan dilakukan ketika akan melakukan tindakan. Disini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kompetensi dasarnya yaitu mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan. Media yang dipakai berupa power poin angin dan hujan yang didalamnya terdapat gambar-gambar dan video proses hujan, sedangkan permasalahan yang terkait yaitu longsor di desa Mukapayung Cililin, sumber belajar yang dipakai yaitu paket kelas 7 karangan tim abdi guru, dan skenario pembelajarannya dibuat semaksimal mungkin dengan di singkronkan metode brainstroming yang teliti. Materi yang dibahas angin dan macamnya serta hujan dan macam-macamnya, selanjutnya dikaitkan dengan tema permasalahan longsor. Peneliti juga mempersiapkan format lembar observasi siswa dan guru, serta format wawancara.

2) Tindakan (act) Siklus II

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan menerapkan metode brainstroming. Disini peneliti dan guru mitra berkolaborasi dengan tujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. Siklus tindakan ini dimulai pada hari senin, 1 April 2013 jam ketiga. Berikut langkah-langkah pembelajaran IPS secara garis besar dengan menggunakan


(41)

56

metode brainstroming untuk mengembangkan keterampilan keterampilan berpikir kreatif:

a) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode brainstroming. b) Menjelaskan materi angin dan macam-macamnya serta hujan dan jenisnya. c) Menjelaskan longsor yaitu tema permasalahan yang terkait dengan materi

angin dan hujan yang diangkat oleh guru.

d) Guru meminta siswa untuk menuliskan gagasan mereka sebanyak-banyaknya didalam kertas atau buku tulis.

e) Guru mempersilahkan siswa yang berani untuk mengungkapkan gagasan yang ditulis sebelumnya.

f) Guru meminta siswa tersebut menuliskan gagasan terbaik mereka yang diungkapkan tadi di papan tulis, begitu seterusnya siswa lain yang mengungkapkan gagasan yang lain juga.

g) Guru mengevaluasi gagasan terbaik yang ditulis di papan tulis dengan disertai oleh siswa.

3) Observasi (observe) Siklus II

Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan siklus, observasi yang dilaksanakan terdiri dari observasi siswa dan observasi guru. Pertama guru mitra menilai observasi siswa tujuannya untuk menilai keterampilan berpikir kreatif siswa dan observasi guru tujuannya untuk menilai seberapa jauh guru mengembangkan metode brainstroming. Catatan lapangan dan wawancara juga dilakukan namun tidak bersamaan dengan tindakan siklus.

4) Refleksi (reflect) Siklus II

Tahap ini merupakan tahap perbaikan dari tindakan yang dilakukan selama penerapan metode berlangsung dengan tema permasalahan longsor. Tujuannya mengetahui kekurangan dan kelebihannya ketika dilakukan tindakan.


(42)

57

c) Siklus III

1) Perencanaan (plan) Siklus III

Sama seperti dua siklus sebelumnya, disini juga peneliti mempersiapkan RPP, media dan sumber belajar dengan baik, agar pelaksanaannya berjalan lancar. Masih pada Kompetensi dasar mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan. Namun materinya yaitu Hidrosfer dengan media berupa power point dan pohon masalah dengan tema banjir yang terbuat dari karton.

2) Tindakan (act) Siklus III

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan menerapkan metode brainstroming. Disini peneliti dan guru mitra berkolaborasi dengan tujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. Siklus tindakan ini dimulai pada hari senin, 8 April 2013 jam ketiga. Berikut langkah-langkah pembelajaran IPS secara garis besar dengan menggunakan metode brainstroming untuk mengembangkan keterampilan keterampilan berpikir kreatif:

a) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode brainstroming. b) Menjelaskan materi hidrosfer dan disertai dengan contoh kehidupan

sehari-hari.

c) Menjelaskan Banjir yaitu tema permasalahan yang terkait dengan materi hidrosfer yang diangkat oleh guru.

d) Guru meminta siswa untuk menuliskan gagasan mereka sebanyak-banyaknya didalam kertas atau buku tulis.

e) Guru mempersilahkan siswa yang berani untuk mengungkapkan gagasan yang ditulis sebelumnya.

f) Guru meminta siswa tersebut menuliskan gagasan terbaik mereka yang diungkapkan tadi di papan tulis, begitu seterusnya siswa lain yang mengungkapkan gagasan yang lain juga.


(43)

58

g) Guru mengevaluasi gagasan terbaik yang ditulis di papan tulis dengan disertai oleh siswa.

3) Observasi (observe) Siklus III

Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan siklus, observasi yang dilaksanakan terdiri dari observasi siswa dan observasi guru. Pertama guru mitra menilai observasi siswa tujuannya untuk menilai keterampilan berpikir kreatif siswa dan observasi guru tujuannya untuk menilai seberapa jauh guru mengembangkan metode brainstroming. Catatan lapangan dan wawancara juga dilakukan namun tidak bersamaan dengan tindakan siklus.

4) Refleksi (reflect) Siklus III

Tahap ini merupakan tahap perbaikan dari tindakan yang dilakukan selama penerapan metode berlangsung dengan tema permasalahan banjir. Tujuannya mengetahui kekurangan dan kelebihannya ketika dilakukan tindakan.

d) Siklus IV

1) Perencanaan (plan) Siklus IV

Siklus ini merupakan siklus terakhir yang tujuannya untuk mengetahui peningkatannya dibandingkan dengan siklus keempat. Sama seperti tiga siklus sebelumnya, disini juga peneliti mempersiapkan RPP, media dan sumber belajar dengan baik, agar pelaksanaannya berjalan lancar. Kompetensi dasar yang diambil yaitu mengenai mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi. Materinya yaitu badan usaha dan tema permasalahan koperasi sekolah.

2) Tindakan (act) Siklus IV

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan menerapkan metode brainstroming. Disini peneliti dan guru mitra berkolaborasi dengan tujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. Siklus tindakan ini dimulai pada hari Jumat, 10 Mei 2013 jam kelima. Berikut langkah-langkah pembelajaran IPS secara garis besar dengan menggunakan


(44)

59

metode brainstroming untuk mengembangkan keterampilan keterampilan berpikir kreatif:

a) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode brainstroming. b) Menjelaskan materi badan usaha dan disertai dengan contoh kehidupan

sehari-hari.

c) Menjelaskan koperasi sekolah yaitu tema permasalahan yang terkait dengan materi badan usaha yang diangkat oleh guru.

d) Guru meminta siswa untuk menuliskan gagasan mereka sebanyak-banyaknya didalam kertas atau buku tulis.

e) Guru mempersilahkan siswa yang berani untuk mengungkapkan gagasan yang ditulis sebelumnya.

f) Guru meminta siswa tersebut menuliskan gagasan terbaik mereka yang diungkapkan tadi di papan tulis, begitu seterusnya siswa lain yang mengungkapkan gagasan yang lain juga.

g) Guru mengevaluasi gagasan terbaik yang ditulis di papan tulis dengan disertai oleh siswa.

3) Observasi (observe) Siklus IV

Sama seperti siklus sebelumnya observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan siklus. Observasi terdiri dari observasi siswa dan observasi guru.

4) Refleksi (reflect) Siklus IV

Tahap refleksi pada siklus ini yaitu tujuannya untuk mengetahui peningkatan dari tiga siklus sebelumnya, juga untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam tindakan siklus keempat.

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Sebanyak apapun data yang kita peroleh dari hasil penelitan jika tidak diolah dan dianalisis maka tidak akan berarti apa-apa. Maka dari itu suatu data didalam PTK sangat penting untuk diolah dan dianalisis. Menurut Sanjaya (2011: 106) menganalisis data yaitu suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya


(45)

60

hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Hal yang serupa dikemukakan oleh Bogdan & Biklen dalam Meleong (2010: 248) bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif dilakukan dari awal penelitian sampai akhir penelitian.

Analisis data untuk mengetahui seberapa berhasil pengembangan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui metode brainstroming dalam pembelajaran IPS, diolah secara kuantitatif melalui penilaian unjuk kerja, menurut Komalasari (2010: 153) penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini dilakukan untuk keperluan mengklasifikasi kualitas berpikir kreatif pada siswa. Dilihat dari keterlibatan siswa dalam mengemukakan pendapat dan bertanya pada setiap siklusnya maka peneliti akan mengambil dari indikatornya yang sesuai dengan fokus penelitian dan digunakan kedalam lembar observasi.

Penilaian unjuk kerja terdiri dari daftar cek (check list) dan skala penilaian (rating scale). Maka peneliti melakukan evaluasi memakai format skala penilaian namun untuk pemberian skornya memakai daftar cek karena peneliti menilai 29 orang siswa secara bersamaan. Menurut Arifin (2011: 164) daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Cara yang dilakukan pada observasi ini yaitu hanya dengan mencentang pada bagian aspek tertentu sesuai dengan hasil penilaiannya dan disertai alasan memilih aspek tersebut dikolom keterangan atau jika tanpa keterangan dibawah tabel dijelaskan analisis pemilihan kategori tersebut. Sedangkan skala penilaian menurut Komalasari (2011: 155) bahwa skala penilaian atau rating scale terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Berikut kode aspek nilai yang gunakan pada lembar observasi:


(46)

61

Tabel 3.2

Pencapaian Aspek Penilaian

Aspek Penilaian Kode Observasi

Pencapaian Siswa Pencapaian Guru

Baik B 60% sampai 100% dari

seluruh siswa mencapai indikator

Langkah Pembelajaran dilaksanakan dengan jelas dan lengkap.

Cukup C 30% sampai 60%dari

seluruh siswa mencapai indikator

Langkah Pembelajaran dilaksanakan dengan jelas tetapi kurang lengkap.

Kurang K 0% sampai 30% dari

seluruh siswa mencapai indikator

Langkah Pembelajaran dilaksanakan tetapi tidak jelas dan tidak lengkap.

Menurut Komalasari (2010: 156) cara menghitung pencapaian yang didapat secara keseluruhan yaitu sebagai berikut:

Score yang didapat x 100 = N Score Maksimum

1. Tahapan Analisis Data

Analisis data dapat dilakukan dalam tiga tahap, berikut tahapan analisis data menurut Sanjaya (2011: 106) yaitu :

1) Reduksi data

Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Pada tahap ini guru dan peneliti mengumpulkan semua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kemudian dikelompokkan berdasarkan fokus masalah dan hipotesis.

2) Mendeskripsikan data

Data yang telah dipilih sesuai dengan fokus masalah kemudian dideskripsikan sehingga data yang telah diorganisir menjadi bermakna.


(1)

Widiya Purwanti, 2013

Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VII-I di SMPN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengungkapkan gagasan mereka sebanyak mungkin, tidak boleh melakukan penilaian selama pengungkapan gagasan masih berlangsung. Setelah selesai pengungkapan gagasan, siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi gagasan-gagasan yang telah diungkapkan tadi dan memilih gagasan terbaik. Sehingga hasil penerapan metode brainstroming berdasarkan teknik observasi, wawancara, catatan lapangan dan studi dokumentasi.

3. Guru merefleksikan metode brainstroming untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS dengan hasil akhir dari refleksi ini yaitu berada pada kategori baik. Guru melakukan diskusi balikan bersama guru mitra, hal itu dilakukan untuk perbaikan pada tindakan siklus pembelajaran selanjutnya, masukan diberikan agar peneliti sebagai guru pada saat proses pembelajaran selanjutnya lebih baik lagi sesuai dengan rencana yang telah dilakukan. Acuan dalam melakukan refleksi ini yaitu dengan melihat hasil observasi siswa, observasi guru, wawancara siswa, catatan lapangan, dan studi dokumentasi.

4. Siswa mengimplementasikan keterampilan berpikir kreatif setelah diterapkannya metode brainstroming atau curah gagasan dalam pembelajaran IPS dan hasil akhir pada siklus keempat keterampilan berpikir kreatif siswa di kelas VII-I berada pada kategori baik. Siswa lebih antusias dengan pembelajaran IPS, siswa lebih berani dalam bertanya dalam hal ini siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yang merupakan ciri dari orang yang berpikir kreatif, siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapat, siswa lebih kritis dalam materi pembelajaran IPS, dan siswa lebih antusias jika diberi tugas yang membolehkan mereka untuk berkreasi, sehingga kreativitas mereka menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini, sebagai bahan rekomendasi dalam mempertimbangkan baik hasil temuan dilapangan maupun secara teoritis. Beberapa hal yang menjadi bahan rekomendasi yaitu sebagai berikut:


(2)

155

1. Bagi peneliti, pada penelitian metode brainstroming ini terbukti telah mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS. Siswa lebih ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran terutama dalam mengemukakan gagasan. Namun dalam hal ini peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan penelitian ini. Maka peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya, materi harus lebih dikuasai oleh guru, mencari tema permasalahan yang familiar dengan siswa, dengan fokus penelitian lainnya seperti berbicara kreatif atau membuat suatu produk dengan pengembangan kreativitas.

2. Bagi siswa, keterampilan berpikir kreatifnya terus berkembang. Dengan cara tidak ragu-ragu untuk mengungkapkan gagasannya dan bertanya pada saat pembelajaran IPS berlangsung. Sehingga pembelajaran IPS diharapkan lebih komunikatif.

3. Bagi guru, metode brainstroming merupakan salah satu alternatif solusi bagi pembelajaran IPS di kelas. Guru harus senantiasa membimbing dan memfasilitasi siswa agar siswa lebih dominan aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus memperjelas aturan dari metode ini, sehingga siswa lebih paham ketika melakukannya.

4. Bagi sekolah, penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan metode brainstroming terbukti telah mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Maka dari itu sekolah harus lebih mendukung, memfasilitasi, dan memperbaiki fasilitas yang sudah ada, sehingga guru lebih mudah saat mengajar di kelas. Kemudian guru juga harus mendukung metode pembelajaran yang ada selama itu berdampak positif untuk siswa.


(3)

Widiya Purwanti, 2013

Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VII-I di SMPN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ambarjaya, B, S. Psikologi Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Buku seru. Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Aqib, Z. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: CV.Yrama Widya.

Beetlestone, F. (2012). CREATIVE LEARNING Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa. Bandung: Nusa Media.

Dananjaya, U. (2010). Media Pembelajaran Aktif: Bukunya Para Guru. Jakarta: Nuansa Cendekia.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fitri, Zaenul, A. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Karakter.

Yogyakarta: Ar-russ Media.

Hurlock E.B. (1999). Perkembang Anak. Jakarta: Erlangga.

Gie, L. (2003). Teknik Berfikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada.

Jhonson, E.B. (2008). Contextual Teaching and Learning. Bandung: Mizan Media Utama.

Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur.

Kesuma.D, Triana.C & Permana.J. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Kuntjojo. (2009). Metode Penelitian. Kediri : Tidak Diterbitkan.

Lickona, T. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Meleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter: Konstruksi & Praktek. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Munandar, U. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.


(4)

157

Munandar, U. (1999). Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Bandung: PT. Rineka Cipta.

Musbikin, I. (2006). Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Nasution. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Rumanti, A. M. (2005). Dasar-Dasar Public Relation. Jakarta: PT. Grasindo. Rawlinson, JG. (1977). Berfikir Kreatif dan Brainstroming. Jakarta: Erlangga. Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta.

Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek.

Semiawan, Putrawan, & Setiawan. (2010). Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sontani, T. U & Muhidin, A.S. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama.

Sudjana. N. (1983). Metoda dan Teknik Kegiatan Belajar Partisipatif. Bandung: THEME 76.

Sudjana. D. (2005). Metode & Teknik Pembelajaran Partisifatif. Bandung: Falah Production.

Sunal, C. S. & Marry, E. H. (2005). Social studies for the elementary and middle grades : a constructivist approach. USA: Pearson Education, Inc.


(5)

Widiya Purwanti, 2013

Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif melalui Metode Brainstroming dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas VII-I di SMPN 5 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Supriatna, N. (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Susanti, R. A. at all. (2012). PROSIDING Seminar Nasional : Inovasi Pembelajaran Sebagai Upaya Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran IPS. Bandung: UPI.

Susilana, R. Dkk. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Vangundy, A.B. (2011). Cara Mendapatkan Ide-ide Kreatif dan Cemerlang. Jakarta: PT. Indeks.

Usman, U. (2011). Menjadi Guru yang Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widyamartaya. (1980). Kreatif Berwicara. Yogyakarta: Kanisius.

Wiriaatmaja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Jakarta: ROSDA.

Jurnal

Hasan, H. (2010). “Revitalisasi Pendidikan IPS dan Ilmu Sosial untuk Pembangunan Bangsa”. Inovasi Pembelajaran IPS. (1), 8-27.

Syam, S. (2010). “Menggagas Pendidikan IPS yang Berwawasan Global”. Inovasi Pembelajaran IPS. (1), 160-193.

Skripsi

Aeni, S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Curah Pendapat (Brainstroming) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran PKn ( Studi Deskriptif di Kelas VIII SMPN Negeri 1 Lembang). Bandung : Tidak diterbitkan.

Herlina, A. E. (2011). Pengaruh Upacara Hajat Sasasih terhadap Nilai Moral Kewarganegaraan. Bandung : Tidak diterbitkan.

Karwati. (2008). Penerapan Pembelajaran Model Curah Pendapat (Brainstroming) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran Pkn di Kelas VII B SMPN 1 Lembang). Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

159

Novianty, L. (2008). Pemanfaatan Buku Teks Sejarah dalam Upaya Mengembangkan Kreativitas Siswa di Kelas ( Penelitian Tindakan Kelas di XI-IS.2 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Legok-Tangerang). Bandung: Tidak diterbitkan.

Praptiwi. (2008). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di SMA (Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 3 Bandung). Bandung: Tidak diterbitkan.

Internet

Putri, C. (2009). Dasar-dasar Berbicara. (Online). .http://putrychan.wordpress.com/2009/06/18/dasar-dasar-berbicara/ (11 Desember 2013).


Dokumen yang terkait

Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Konstruktivisme Pokok Bahasan Gerak Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMPN 4 Ungaran

0 8 111

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA CUPLIKAN FILM DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan di Kelas VIII-G SMP Negeri 15 Kota Bandung.

2 3 43

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-I SMP Negeri 45 Bandung.

0 2 52

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE VCT DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SANTUN : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII E SMPN 4 Bandung.

0 3 5

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PROBLEM SOLVINGDALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII E SMP Yayasan Atikan Sunda Bandung.

0 6 36

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMUNIKATIF ANTAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS)DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung.

0 1 56

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS : penelitian tindakan kelas vii d smpn 26 bandung.

0 2 11

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW: penelitian tindakan kelas di kelas viii-7 smpn 9 bandung.

0 2 35

PENERAPAN METODE INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP ISU KESENJANGAN SOSIAL-EKONOMI DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII C SMPN 5 Kota Bandung.

0 4 62

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :penelitian tindakan kelas di kelas X-IPS SMA Puragabaya Bandung.

1 10 9