SISTEM NILAI ORANG TUA YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSANNYA MENYEKOLAHKAN ANAK HINGGA KE JENJANG PERGURUAN TINGGI DI DESA MARGALUYU KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG.
SISTEM NILAI ORANG TUA YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSANNYA MENYEKOLAHKAN ANAK HINGGA KE JENJANG PERGURUAN TINGGI
DI DESA MARGALUYU KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi
Oleh :
Annisa Shinta Putri Nusantara NIM 1000118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
SISTEM NILAI ORANG TUA YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSANNYA MENYEKOLAHKAN ANAK HINGGA KE JENJANG PERGURUAN TINGGI
DI DESA MARGALUYU KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN SUMEDANG
Oleh
Annisa Shinta Putri Nusantara
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Annisa Shinta Putri Nusantara 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
(5)
ii
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Annisa Shinta Putri Nusantara (NIM.1000118) Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Dalam hal pendidikan formal untuk anak, peran orang tua sangat penting dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Pendidikan juga dapat menjadi saluran mobilitas sosial yang cukup efektif bagi seseorang, orang tua yang berasal dari golongan bawah dapat naik ke golongan atas jika memiliki anak yang berpendidikan tinggi. Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang termasuk kedalam desa yang memiliki tingkat kesadaran yang rendah mengenai pendidikan tinggi. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pandangan orang tua yang berprofesi sebagai buruh mengenai pendidikan tinggi untuk anak di Desa Margaluyu. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi orang tua sehingga berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi di Desa Margaluyu dan mengidentifikasi sistem nilai yang dianut oleh orang tua yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi di Desa Margaluyu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah bahwa orang tua di Desa Margaluyu memandang pendidikan tinggi penting untuk masa depan anaknya sehingga orang tua memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anaknya. Sedangkan orang tua yang tidak memberikan kesempatan pendidikan tinggi untuk anaknya memandang bahwa pendidikan tinggi tidak penting untuk anaknya karena anak harus segera bekerja atau menikah sehingga dapat membantu orang tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah Faktor-faktor psikologis berupa harapan orang tua kepada anak, faktor sosial budaya berupa lingkungan sekitar keluarga, faktor ekonomi, faktor minat anak terhadap sekolah. Sistem nilai dominan yang mempengaruhi keputusan orang tua menyekolahkan anaknya adalah nilai religi, nilai sosial dan nilai politik. Sedangkan sistem nilai yang mempengaruhi keputusan orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi adalah nilai ekonomi, nilai sosial dan nilai estetik. Rekomendasi untuk penelitian ini adalah para orang tua harus membekali anak dengan pendidikan yang tinggi agar anak dapat berkompetisi di masa depan. Untuk pihak pemerintah diharapkan dapat memberikan sosialisasi mengenai pentingnya pendidikan tinggi untuk anak dan memberikan bantuan kepada orang tua yang memiliki anak yang berprestasi namun tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah.
(6)
iii
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Annisa Shinta Putri Nusantara (Nim.1000118) Parents’ Value System Influencing Decision To Send Their Children To Higher Education In Margaluyu Village, Tanjungsari Subdistrict, Sumedang Regency. In connection with formal education for children, parents’ role is very important to give a chance for their children to be able to get education as high as possible. Education can also be a social mobility stream for people; the parents coming from lower class can take a higher place into the upper class if having children experiencing higher education. The belief about education value needs to be possessed by parents to give higher education chances for their children. Margaluyu village, Tanjungsari subdistrict in Sumedang regency is included into one of the villages which has lowly-ranked awareness of the importance of higher education. Therefore the research is proposed to acquire the description of the perspective about higher education from parents who work as labors; to investigate the factors influencing parents to have desires to send their children to the higher education in Margaluyu village; and to identify the value system believed by the parents which can influence their decision to send their children to the higher education in Margaluyu village.
The method employed in this research was descriptive with qualitative approach. The data collection was conducted using interview, observation, and documentation. The results showed that parents in Margaluyu village view higher education important for their children’s future, so they send their children to the higher education. Meanwhile, the parents who do not send their children to the higher education view higher education not important for their children because they have to work or get married in order to be able to help their parents. The factors influencing those decisions are psychological factor, such as parents’ hope for their children, social factor, for example the environment in family’s surroundings, economic factor, and the factor of children’s interest in school. The value system believed by parents about higher education for their children includes theoretical value, aesthetic value, economic value, political value, and religious value.
Recommendations for this research are firstly the parents should give their children chances to go to higher education in order to compete in the future. Secondly, the government is expected to give socialization about the importance of higher education for children and give relief to parents having children who have lots of achievement but do not own sufficient financial to send their children to higher education. Lastly, for the next research, it is expected to investigate the means to create social change in case of education in society based on the value approach believed by people.
(7)
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian……… 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
A. Teori Tindakan Sosial ... 10
B. Sistem Nilai ... 12
1. Definisi Nilai ... 12
2. Ciri-ciri Nilai ... 14
3. Klasifikasi Nilai ... 15
4. Definisi Sistem ... 18
5. Definisi Sistem Nilai ... 19
C. Pengambilan Keputusan ... 20
D. Pendidikan Tinggi ... 21
E. Pendidikan dan Mobilitas Sosial ... 22
(8)
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii
1. Definisi Keluarga ... 23
2. Orang Tua ... 24
3. Nilai Anak ... 25
4. Fungsi Keluarga Bagi Anak ... 26
G. Buruh dan Golongan Masyarakat Rendah ... 27
H. Persepsi dan Sikap ... 28
I. Kerangka Pemikiran ... 29
J. Penelitian Terdahulu ... 30
BAB III METODE PENELITAN ... 33
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
B. Metode dan Desain Penelitian ... 34
C. Definisi Operasional ... 34
D. Instrumen Penelitian... 35
E. Prosedur Penelitian... 35
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
G. Teknik Analisis Data ... 37
H. Uji Kredibilitas Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Hasil Penelitian ... 40
1. Kondisi Wilayah Desa Margaluyu ... 40
2. Kondisi Penduduk Desa Margaluyu ... 41
a.Jumlah Penduduk Desa Margaluyu ... 41
b.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Margaluyu 41 c.Kondisi Sosial Ekonomi di Desa Margaluyu ... 42
d.Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Margaluyu ... 44
3. Hasil Wawancara dan Observasi ... 45 a.Pandangan Orang Tua Mengenai Pendidikan Tinggi Untuk Anak 45
(9)
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix
b.Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Orang Tua Berkeinginan
Untuk Menyekolahkan Anak Hingga Ke Perguruan Tinggi…... 54
c.Sistem Nilai Yang Dianut Oleh Orang Tua Yang Dapat Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi ... 63
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
1. Pandangan Orang Tua Mengenai Pendidikan Tinggi Untuk Anak……… 75
2. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Orang Tua Berkeinginan Untuk Menyekolahkan Anak Hingga Ke Perguruan Tinggi…... 82
3. Sistem Nilai Yang Dianut Oleh Orang Tua Yang Dapat Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi ... 86
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 100
A. Simpulan ... 100
B. Rekomendasi ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
LAMPIRAN
(10)
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 ... 2
TABEL 1.2 ... 4
TABEL 1.3 ... 5
TABEL 4.1 ... 41
TABEL 4.2 ... 42
TABEL 4.3 ... 43
TABEL 4.4 ... 43
TABEL 4.5 ... 44
TABEL 4.6 ... 53
TABEL 4.7 ... 62
TABEL 4.8 ... 73
(11)
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ... 30 Gambar 4.1 ... 97
(12)
1
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan bagaikan gerbang menuju pembentukan suatu peradaban. Tanpa pendidikan, manusia dapat dikatakan tidak utuh. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia. Ungkapan tersebut tidaklah salah. Sebab, fungsi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 pasal 3 dan 4 yang menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Pasal 3). Pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab(Pasal 4). Di Negara Indonesia sendiri, bentuk pendidikan beragam jenisnya. Tampak dalam Undang-Undang No. 2/2009 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan pula bahwa bentuk pendidikan juga dibagi menjadi tiga: pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah, pendidikan informal di keluarga, dan pendidikan nonformal di masyarakat. Pada umumnya, bentuk pendidikan formal yang berjalan ini terdiri dari empat jenjang: Sekolah Dasar/ Ibtidaiyyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyyah (SMA/MA), dan Perguruan Tinggi (PT), seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2/1999 (Idi, 2011, hlm.70).
Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang termasuk ke dalam salah satu desa yang tingkat pendidikannya masih rendah. Lokasi desa ini kurang lebih 1 km dari pusat Kecamatan Tanjungsari. Namun,
(13)
2
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesadaran warga akan pentingnya pendidikan masih dapat dikatakan kurang. Hal tersebut dapat terlihat dari data tidak tamat sekolah dibawah ini :
TABEL 1.1
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Margaluyu
Sumber : Data Potensi Wilayah Kecamatan Tanjungsari, 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang belum menyelesaikan wajib belajar 9 tahun masih terhitung banyak yaitu berjumlah 193 orang. Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang tidak tamat Perguruan Tinggi/ Universitas masih sangat banyak yaitu berjumlah 1.357 orang. Hal ini menjadi miris karena mengingat zaman semakin modern dan manusia dituntut untuk bisa berkompetisi sebaik mungkin, dan salah satu cara menciptakan manusia yang kompetitif adalah melalui jenjang pendidikan yang ditamatkan.
Pendidikan formal merupakan salah satu lembaga yang menyelenggarakan proses pendidikan di dalam masyarakat. Ahmadi (2004, hlm.181) mengemukakan bahwa fungsi positif pendidikan sekolah antara lain mengembangkan kemampuan intelektual anak termasuk kemampuan melek huruf dan juga pengetahuan lain mengenai manusia yang berbeda-beda kebudayaan dan minatnya. Sedangkan menurut Bachtiar Rifai (dalam Ahmadi, 2004, hlm. 182) mengemukakan bahwa tugas pendidikan sekolah adalah sebagai sumber pembentukan kepribadian, transimi kultural, inovasi, integrasi sosial, dan juga pra seleksi tenaga kerja. Sekolah telah menjadi tempat anak untuk mengembangkan dirinya menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Tidak tamat SD/Madrasah
Tidak tamat SMP/Ibtidaiyah
Tidak tamat SMA/aliyah
Tidak tamat PT/
Universitas
Tidak pernah sekolah
(14)
3
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nasution (2010, hlm.38) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi seseorang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih baik lagi di masyarakat. Jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang akan mempengaruhi bagaimana orang lain memandangnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh seseorang maka akan semakin besar pula kesempatan dirinya untuk masuk ke golongan sosial yang lebih tinggi lagi. Dalam istilah sosiologi, hal tersebut dinamakan mobilitas sosial, yaitu perpindahan seseorang dari satu kedudukan ke kedudukan yang lainnya.
Pendidikan tinggi di zaman modern seperti sekarang ini sejatinya dibutuhkan oleh semua manusia. Berbagai masyarakat dari berbagai golongan harus mampu mengenyam pendidikan tinggi. Tidak terkecuali bagi masyarakat dari golongan bawah. Pendidikan tinggi bisa menjadi sarana mobilitas sosial vertikal bagi keluarga yang berasal dari golongan bawah. Salah satu golongan ekonomi kelas bawah adalah para pekerja buruh.
Wahyono (2010, hlm.3) menyebutkan bahwa orang tua dalam hal ini sangat berperan sebagai pengambil keputusan bagi masa depan pendidikan anak. Dalam hal pemberian keputusan untuk memberikan pendidikan tinggi untuk anaknya, orang tua akan memutuskan hal tersebut berdasarkan beberapa faktor yang didasari oleh keuntungan-keuntungan yang akan diperolehnya di kemudian hari.
Dilihat dari jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Desa Margaluyu, jumlah pekerja golongan bawah seperti buruh masih banyak jumlahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari data dibawah ini :
(15)
4
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TABEL 1.2
Mata pencaharian masyarakat Desa Margaluyu
Pekerjaan Presentase
Petani 10,15%
Buruh tani 30,10%
Pedagang 5,20%
Buruh/karyawan 31,20%
PNS& YNI 4,15%
Wiraswasta 19,20%
Sumber : Data Penduduk Desa Margaluyu, 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa presentasi jumlah kaum buruh di Desa Margaluyu mencapai 61,3% dari total seluruh bidang pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Desa Margaluyu. Hal ini menandakan bahwa masih terdapat banyak masyarakat yang berada di golongan bawah yang tentunya perlu ditingkatkan kesejahteraannya salah satunya melalui jenjang pendidikan. Mobilitas sosial melalui jenjang pendidikan ini diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada keluarga dari golongan bawah untuk naik kelas ke golongan atas. Jenjang pendidikan yang harus ditempuh tentunya tidak bisa hanya sebatas lulusan SMA, di zaman seperti sekarang ini anak-anak dari kaum buruh harus dapat mengakses jenjang pendidikan tinggi sebagai upaya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak di masa depan.
Dalam hal pendidikan tinggi bagi anak-anak dari keluarga buruh, peneliti menemukan data di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang bahwa masih banyak anak buruh yang tidak menamatkan Perguruan Tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari data anak buruh yang tidak tamat Perguruan Tinggi sebagai berikut :
(16)
5
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TABEL 1.3
Jumlah anak buruh yang melanjutkan dan tidak melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di Desa Margaluyu
Melanjutkan ke Perguruan Tinggi
Tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi
117 314
Sumber : Data primer diolah, 2014
Data tersebut diperoleh penulis dengan mencari data primer berdasarkan jumlah anak buruh di Desa Margaluyu dalam rentang waktu 20 tahun terakhir. Jumlah yang ditunjukkan data tersebut memperlihatkan rentang jumlah yang cukup besar mengenai anak buruh di Desa Margaluyu yang tidak menamatkan atau tidak melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi dengan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Nasution (2010, hlm. 39) mengemukakakan bahwa pendidikan seseorang yang rendah (tamat SD, SMP, bahkan SMA) tidak akan banyak berpengaruh terhadap mobilitas sosial seseorang. Jika melihat iklan lowongan pencari kerja, syarat-syarat yang diajukan untuk posisi-posisi penting adalah bagi orang-orang yang minimal telah menamatkan pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi. Syarat seperti ini tentu akan meningkat lagi dikemudian hari jika program wajib belajar ditingkatkan menjadi 12 tahun, tentu akan sulit bagi anak-anak di zaman sekarang untuk berkompetisi di masa yang akan datang jika tidak memiliki bekal yang cukup dalam pendidikan. Hal ini menjadi menarik untuk diperhatikan, jika anak buruh sekarang tidak dibekali dengan pendidikan yang tinggi maka pada akhirnya mereka akan berakhir menjadi buruh kembali sama seperti orang tuanya. Dengan demikian, status sosial dan ekonomi keluarga tersebut tidak akan meningkat.
Pendidikan Tinggi bagi masyarakat dari golongan bawah seperti buruh tentu masih menjadi sebuah kesulitan tersendiri. Faktor ekonomi menjadi faktor utama mengapa kebanyakan anak dari golongan bawah tidak bisa melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2010,
(17)
-6
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak dari golongan rendah”. Namun, jika seseorang dari golongan bawah tersebut hanya dapat menamatkan pendidikan formal hingga ke jenjang SMA, maka mungkin saja hal tersebut tidak akan cukup berarti untuk dapat meningkatkan kedudukan sosialnya dikemudian hari. Ketika dia dewasa nanti, bisa saja terjadi suatu sikap frustasi terhadap kehidupan, kecuali jika dia mampu berkompetisi dengan orang-orang tamatan Perguruan Tinggi dengan cara kerja keras dan tekun dalam berkarya.
Mengenai keputusan seseorang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ini tentunya sangat dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut orang tersebut dalam hal pendidikan tinggi. Hal ini didasari oleh makna dari nilai itu sendiri, dimana nilai merupakan sesuatu yang dianggap penting atau tidak penting bagi seseorang dan akan menentukan sikap seseorang. Jika orang tua yang berprofesi sebagai buruh bisa menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang Perguruan Tinggi tentu ada nilai tertentu mengenai pendidikan tinggi sehingga melahirkan suatu keputusan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi meskipun ditengah kondisi ekonomi yang serba kekurangan. Jika orang tua dari golongan buruh tersebut tidak memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anaknya tentu ada nilai tertentu pula yang orang tua yakini mengenai pendidikan tinggi sehingga melahirkan keputusannya untuk tidak menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang Perguruan Tinggi. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai sistem nilai orang tua yang mempengaruhi keputusannya menyekolahkan anak atau tidak menyekolahkan anak hingga ke jenjang perguruan tinggi di Desa Margaluyu.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Pendidikan tinggi menempati posisi yang penting sebagai saluran mobilitas sosial terutama bagi masyarakat yang menduduki kelas bawah seperti buruh. Peranan orang tua sangatlah penting dalam mewujudkan pendidikan tinggi bagi anak, nilai-nilai yang dianutnya dalam kehidupan akan mempengaruhi keputusannya dalam menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi atau tidak. Di Desa Margaluyu masih terdapat banyak orang tua dengan tingkat ekonomi
(18)
7
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menengah kebawah yang tidak menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi sehingga anaknya hanya bisa bekerja sebagai buruh mengikuti orang tuanya. Maka dari itu permasalahan yang diteliti adalah bagaimana sistem nilai yang dianut oleh orang tua yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi di Desa Margaluyu.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pandangan orang tua yang berprofesi sebagai buruh di Desa Margaluyu mengenai pendidikan tinggi untuk anaknya?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi orang tua di Desa Margaluyu berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi? 3. Bagaimana sistem nilai yang dianut oleh orang tua di Desa Margaluyu yang
dapat mempengaruhi keputusannya dalam menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tentang pandangan orang tua yang berprofesi sebagai buruh di Desa Margaluyu mengenai pendidikan tinggi untuk anak.
2. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi orang tua di Desa Margaluyu sehingga berkeinginan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi.
3. Mengidentifikasi sistem nilai yang dianut oleh orang tua di Desa Margaluyu yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat. Terdapat manfaat teoritis dan praktis.
(19)
8
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjadi kontsumber kontribusi bagi pengetahuan baru tentang bagaimana sistem nilai dapat mempengaruhi keputusan orang tua yang berprofesi sebagai buruh untuk menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi.
2. Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada keluarga buruh mengenai pentingnya pendidikan tinggi dalam rangka mempersiapkan masa depan anak yang lebih baik.
b)Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi pemerintah untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan keluarga buruh dan juga menjadi rujukan bagi pemerintah untuk menanggapi dan menanggulangi permasalahan pendidikan tinggi khususnya bagi keluarga buruh.
c) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan pendidikan untuk dapat meningkatkan partisipasi pendidikan di masyarakat dengan pendekatan nilai.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN : Pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian baik secara teoitis maupun secara praktis.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA : Kajian pustaka berisi tentang teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN : Metode penelitian berisi lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
(20)
9
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Pada bagian ini dipaparkan berbagai hasil penelitian dalam bentuk deskripsi dan juga dipaparkan pembahasan berdasarkan teori yang digunakan dan telah ditulis di BAB II.
BAB IV ini terdiri dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahsan peneliti terhadap hasil penelitian tersebut.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN : Berisi simpulan yang menjawab rumusan masalah dan saran yang diberikan oleh peneliti
(21)
33
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang, peneliti memilih lokasi ini dikarenakan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut antara lain ; jumlah penduduk yang berprofesi sebagai buruh masih sangat banyak, di lokasi ini masih banyak anak-anak buruh yang tidak melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi, keterjangkauan peneliti terhadap lokasi.
Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara
“purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”
(Sugiyono, 2012, hlm. 216). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah orang-orang di Desa Margaluyu yang bersangkutan dengan objek penelitian dan orang-orang yang dianggap mampu memberikan informasi tambahan mengenai penelitian ini. Subjek penelitian tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Bertempat tinggal di Desa Margaluyu
2. Orang tua yang berprofesi sebagai buruh dan telah atau sedang menyekolahkan anaknya di Perguruan Tinggi.
3. Anak buruh yang telah atau sedang mengenyam pendidikan formal di Perguruan Tinggi.
4. Orang tua yang berprofesi sebagai buruh yang tidak menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi.
5. Anak buruh yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.
6. Tokoh masyarakat yang mengetahui informasi mengenai objek penelitian.
(22)
34
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan peneliti ingin mengungkapkan makna yang terjadi pada suatu fenomena yang sedang diteliti secara lebih dalam. Rurchan (dalam Basrowi
dan Suwandi, 2008, hlm. 1) menyatakan bahwa melalui “penelitian kualitatif
peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari”. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008, hlm. 1)
menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati”.
C. Definisi Operasional
1. Sistem nilai
Sistem nilai merupakan tatanan yang memuat seperangkat nilai dari individu yang diperolehnya dari pengalaman belajar , baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat, yang akan turut mewarnai pola pikir dan pola sikap seseorang dalam menilai benda-benda, situasi-situasi kejadian-kejadian, dan manusia-manusia lain. sistem nilai merupakan satu set prinsip, atau sesuatu yang ideal dalam menuntun sikap dan perilaku seseorang atau anggota dari suatu komunitas, sistem nilai memberi struktur dan tujuan hidup dengan menentukan apa yang berarti dan penting bagi diri.
2. Pengambilan keputusan
Pengertian keputusan secara umum adalah suatu pilihan dari strategis tindakan. Menurut Sweeney dan McFarlin mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses dalam mengevaluasi satu atau lebih pilihan dengan tujuan untuk meraih hasil terbaik yang diharapkan.
3. Orang tua
Orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan figur yang akan selalu ditiru dan dicontoh perilakunya.
(23)
35
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Anak
Menurut kamus Bahasa Indonesia, anak adalah keturunan yang dilahirkan.
5. Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi dalam hal ini termasuk ke dalam pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau professional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan, meningkatkan kesejahteraan manusia. Pendidikan tinggi mempunyai tujuan yang majemuk, dalam rangka kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan menampung calon mahasiswa yang minat dan kemampuannya berbeda-beda karena itu Perguruan Tinggi di Indonesia disusun dalam multi strata
D. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2012, hlm.222) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan temuannya.
E. Prosedur Penelitian
Suatu peneitian ilmiah harus melalui beberapa prosedur yang sistematis dalam proses penelitiannya. Dalam penelitian ini tahapan penelitian dibagi menjadi 3 bagian, diantaranya :
1. Tahap pra-penelitian, pada tahap ini peneliti melakukan pendahuluan dengan mengurus surat-surat ijin yang dibutuhkan dalam rangka penelitian dan mendatangi lokasi penelitian kemudian setelah mendapatkan ijin peneliti mewawancarai beberapa sumber terkait untuk dimintai informasi. Pada tahap ini peneliti mendatangi Kantor Desa Margaluyu untuk memetakan masalah yang terjadi di Desa Margaluyu
(24)
36
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bidang pendidikan dan mencari fokus penelitian yang akan diteliti. Lamanya tahap pra- penelitian ini yaitu sekitar satu bulan.
2. Tahap Penelitian, pada tahap ini peneliti sudah menemukan fokus penelitian dan mulai mencari data untuk menjawab berbagai macam rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti. Lamanya proses penelitian di lapangan dan analisis data hasil temuan di lapangan ini yaitu sekitar 2 bulan.
3. Tahap penyusunan laporan, pada tahap ini hasil analisis data yang ada di susun oleh peneliti dalam bentuk laporan ilmiah.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualiatif pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan
data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012, hlm. 225).
Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2012, hlm. 227). Hal ini dikarenakan hal yang akan diteliti oleh peneliti adalah mengenai persepsi atau pandangan seseorang sehingga peneliti lebih bisa memperoleh banyak informasi melalui teknik wawancara mendalam , teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur, teknik wawancara ini digunakan bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2012, hlm. 233). Sehingga pedoman wawancara dan alat pengumpul data lainnya yang menunjang lancarnya proses wawancara sangat diperlukan. Selain itu dokumentasi menjadi pelengkap data yang dibutuhkan oleh peneliti. Menurut Sugiono (2012, hlm.240) “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
(25)
37
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data model Milles dan Huberman. Dalam model ini aktivitas dalam analisis datanya adalah dengan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data. Berikut ini akan dijelaskan proses analisis data dari setiap komponennya :
1. Reduksi data
Pada tahap ini berbagai informasi yang diperoleh peneliti selama di lapangan akan dirangkum dan dipilih hingga ditemukan bagian-bagian penting dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 247)
“mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”. 2. Display data
Display data merupakan tahap setelah data direduksi. Fungsi utama mendisplay data adalah akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2012, hlm. 249). Display data dalam penelitian ini berbentuk tabel.
3. Verifikasi data
Verifikasi data merupakan tahap pengambilan kesimpulan penelitian. Kesimpulan data dalam suatu penelitian kualitatif dapat berupa jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan semula atau dapat berbeda tergantung hasil temuan di lapangan.
H. Uji Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengecek kebenaran data yang telah diteliti. Untuk menguji kredibilitas data, peneliti melakukan beberapa langkah, daintaranya sebagai berikut :
(26)
38
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Perpanjangan keikutsertaan
Mengharuskan peneliti lebih lama di lapangan dan bertemu serta berkomunikasi dengan lebih banyak orang. Hal ini bermanfaat bukan hanya untuk peningkatan keakraban melainkan juga untuk meningkatkan kualitas kepercayaan sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan.
2. Ketekunan pengamatan
Peneliti diharuskan lebih fokus dalam melakukan pengamatan, lebih rinci dalam menganalisis data, hal ini dilakukan secara terus menerus sampai menemukan penjelasan yang mendalam terhadap gejala atau fenomena yang sangat menarik dan menonjol.
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan proses pengecekan data melalui beragam sumber, teknik, dan waktu. Dalam proses triangulasi sumber peneliti turut mewawancarai anak dari orang tua yang sedang diteliti oleh peneliti, wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh kesamaan informasi antara orang tua dengan anak. Dalam proses triangulasi teknik, peneliti menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data, selain wawancara mendalam, peneliti juga menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Sedangkan untuk keperluan triangulasi waktu, dalam hal ini peneliti mewawancarai dan mengamati subjek penelitian di dua suasana yang berbeda, pertama saat subjek berada di sekeliling keluarganya dan yang kedua saat subjek hanya berdua bersama peneliti. 4. Analisis kasus negatif
Merupakan upaya untuk mencari kasus yang tidak sama atau tidak sejalan bahkan bertentangan dengan arus utama informasi sebagai pembanding.
5. Membercheck
Merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yng diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Dalam
(27)
39
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian ini, peneliti akan menemui kembali subjek penelitian dan menanyakan kembali beberapa pertanyaan penelitian yang telah ditanyakan sebelumnya dan mengecek apakah masih terdapat kesamaan jawaban subjek penelitian dengan jawaban yang telah ia kemukakan sebelumnya.
6. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu seperti alat perekam suara untuk merekam proses wawancara yang berlangsung, dan juga menggunakan kamera untuk mengabadikan beberapa peristiwa penting terkait penelitian.
(28)
100
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berikut ini simpulan dari seluruh hasil penelitian yang dilakukan di Desa Margaluyu mengenai keputusan orang tua untuk memberikan kesempatan pendidikan tinggi untuk anaknya :
Pandangan seseorang akan menghasilkan suatu sikap dan tindakan. Orang tua yang berprofesi sebagai buruh yang memberikan kesempatan pendidikan tinggi untuk anaknya memandang bahwa pendidikan tinggi itu penting untuk masa depan anak. Diharapkan anak tidak memiliki pekerjaan yang sama seperti orang tuanya yang berprofesi sebagai buruh. Pendidikan tinggi sebagai jalan untuk meningkatkan derajat orang tua di masa depan. Pendidikan tinggi akan menjadikan wawasan anak dalam bidang keilmuan menjadi meningkat dan menjadikan anak lebih bermanfaat di masyarakat. Sedangkan untuk orang tua yang tidak memberikan kesempatan pendidikan tinggi untuk anaknya memandang bahwa pendidikan tinggi hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang berstatus ekonomu cukup dan memandang bahwa tidak semua orang yang berpendidikan tinggi kelak akan mendapatkan pekerjaan yang baik, pandangan tersebut karena melihat masih banyak lulusan Perguruan Tinggi yang belum mendapatkan pekerjaan.
Terdapat faktor-faktor yang melatarbelakangi keputusan orang tua ingin memberikan kesempatan pendidikan tinggi untuk anaknya ataukah tidak. Diantaranya ; Yang pertama, faktor psikologis, adanya harapan agar anak lebih sukses dibandingkan kedua orang tuanya, hal ini terjadi pada orang tua yang memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anaknya. Yang kedua
faktor minat anak, minat dan semangat anak yang besar untuk dapat
bersekolah tinggi mendorong keputusan orang tua untuk menyekolahkan anak hingga ke jenjang Perguruan Tinggi ataukah tidak. Yang ketiga, faktor
(29)
101
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang akan datang dengan cara membekali anak dengan pendidikan yang baik agar di masa depan anaknya menjadi orang yang sukses namun ada juga orang tua yang menjadikan masalah ekonomi sebagai hambatan untuk menyekolahkan anak. Yang keempat, faktor religi, orang tua berharap anaknya bisa menjadi anak yang baik dan bermanfaat bagi orang lain dengan ilmu yang dimilikinya, seperti ajaran agama yang mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain. Yang kelima, faktor sosial budaya, bagi orang tua yang tidak memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anaknya adalah orang tua berharap jika anak laki-laki segera bekerja setelah lulus SMA dan anak perempuan segera menikah. Lingkungan sekitar rumah tidak ada yang melanjutkan sekolah hingga ke jenjang Perguruan Tinggi sehingga tidak ada motivasi kuat untuk bersekolah tinggi sedangkan lingkungan sosial yang baik akan memebrikan dorongan kepada orang tua untuk memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anaknya.
Nilai yang dianut oleh seseorang mengenai pendidikan sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya untuk memutuskan apakah anaknya akan diberikan kesempatan pendidikan tinggi ataukah tidak. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai teoritik yaitu mengenai bagaimana pandangan secara kebenaran yang didasarkan melalui pengalaman mengenai pendidikan tinggi untuk anak, nilai yang kedua yaitu nilai estetik mengenai bagaimana gambaran secara estetik anak yang berpendidikan tinggi dengan yang tidak berpendidikan tinggi, nilai estetik ini menjadi gambaran orang tua mengenai
bagaimana anak seharusnya ‘terlihat’ di masyarakat. Nilai selanjutnya yaitu
nilai ekonomi, bagaimana kadar untung-rugi jika orang tua menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi dan pengorbanan yang harus dilakukan untuk dapat menyekolahkan anak hingga ke jenjang Perguruan Tinggi. Nilai sosial menunjukkan bahwa akan ada pengorbanan yang dilakukan orang tua untuk dapat menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi, keputusan untuk menyekolahkan anak merupakan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anaknya, sedangkan bentuk kasih sayang dari orang tua yang tidak
(30)
102
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyekolahkan anak hingga ke jenjang Perguruan Tinggi adalah dengan mempersilahkan anak untuk memilih jalan hidupnya sendiri apakah ingin bersekolah ataukah tidak. Nilai politik merupakan nilai yang memuat unsur kekuasaan, orang tua yang menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi berharap kelak anaknya akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari orang tua, berharap anaknya memiliki kedudukan yang baik di masyarakat. Sedangkan orang tua yang tidak menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi tidak berorientasi politik dan tidak mengharapkan kekuasaan yang lebih dari apa yang dimilkinya sekarang. Nilai religi menjadi dasar seseorang dalam bertingkah laku berdasarkan ajaran agama yang dianutnya, orang tua yang memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anaknya meyakini bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan berharap bahwa jika anaknya memiliki ilmu pengetahuan yang luas yang didapatkannya melalui sekolah maka anak akan menjadi manfaat untuk masyarakat, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Sedangkan nilai religi tidak terlalu dominan pada orang tua yang tidak menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi, nilai-nilai agama hanya sebatas pengetahuan dasar mengenai ibadah ritual. Kewajiban agama kepada manusia untuk menuntut ilmu tidak terlalu dihayati oleh orang tua yang tidak memberikan kesempatan pendidikan tinggi untuk anaknya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sistem nilai ornag tua yang mempengaruhi keputusannya menyekolahkan anak hingga ke jenjang Perguruan Tinggi, maka disarankan bagi :
1. Pejabat pemerintah Desa Margaluyu dan dinas-dinas terkait di Kecamatan Tanjungsari agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat Desa mengenai pentingnya pendidikan tinggi bagi seseorang sebagai bekal untuk masa depan anak di kemudian hari. 2. Bagi orang tua disarankan untuk memperhatikan masa depan anak
(31)
103
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan tinggi. Orang tua harus membekali anak untuk menjadi pribadi yang pantang menyerah dan terus bersemangat menggapai cita-cita.
3. Bagi anak yang telah diberikan kesempatan pendidikan tinggi harus dapat mempertangungjawabkan hal tersebut dengan balajar giat dan selalu berusaha sebaik mungkin dalam memeprsiapkan masa depan yang baik. Bagi anak yang belum melanjutkan pendidikan tinggi diharapkan agar memiliki tekad yang kuat untuk terus melanjutkan sekolah dan menularkan semangat tersebut kepada anak dikemudian hari.
4. Masyarakat harus senantiasa mengambil andil dalam pemberantasan kemiskinan dan kebodohan sehingga masyarakat Desa Margaluyu menjadi masyarakat yang maju.
5. Bagi pembuat kebijakan pendidikan perlu untuk memahami nilai yang dianut masyarakat sebagai pendekatan untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hal pendidikan.
(32)
104
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA Buku :
Ahmadi, Abu. (2004) Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi dan Suwandi. (2008) Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Elmubarok,Zaim. (2009) Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta
Gunawan. (2010) Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Herimanto dan Winarno, (2010) Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Aksara
Huky, Wila. (1982) Pengantar Sosiologi. Surabaya : Usaha Nasional
Idi, Abdulah. (2011) Sosiologi Pendidikan : Individu, Masyarakat, dan
Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Ihromi (Penyunting), (1999) Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Joyomartono, Mulyono. 1992. Faktor Sosial Budaya Dalam Pengambilan
Keputusan Untuk Melanjutkan Sekolah Sesudah Tamat Enam Tahun Di Masyarakat Jawa Tengah. Semarang. IKIP Semarang Press
Koentjaraningrat.( 2005) Pengantar Antropologi jilid 1. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Koentjaraningrat. (1971) Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
(33)
105
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mansyur, Holil. (1987) Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya : Usaha Nasional.
Marzali, Amri. (2005) Antropologi & Pembangunan Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Nasution. (2009) Sosiologi Pendidikan. Jakarta ; Bumi Aksara.
Salim, Agus. (2003) Indonesia Belajarlah. UNNES
Sarwono, Sarlito dan Winarno, Eko (2009) Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Setiadi, Elly. M dan Kolip, Usman. (2011a) Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Setiadi, Elly.M, Elly dan Kolip, Usman. (2011b) Pengantar Antropologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.
Shochib,Moh.(2010) Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta : Rineka Cipta
Ritzer,George. (2013) Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta: Rajawali Pers.
Rizer,George. (2012) Teori Sosiologi : Dari Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Post Modern. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Robins, S.P. dan Judge, T.A. (2007) Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.
(34)
106
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soelaeman, Munandar. (2010) Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar. Bandung : PT Refika Aditama
Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia .(2010) Landasan Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Syam, Nina.W. (2012) Sosiologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Skripsi, Tesis dan Disertasi
Sianturi. (2011) Pola Asuh Anak Pada Keluarga Petani Di Desa
Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu Kabupaten Dairi. Skripsi,
Universitas Sumatera Utara.
Wahyono, Tri. (2010) Keputusan orang tua dalam menentukan pendidikan
tinggi bagi anak perempuan di Desa Kedungsono, Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.
Maulyanti, Neneng. (2009) Pola transformasi sistem nilai budaya melalui
persekolahan (studi kasus di SMAN 1 Margahayu dan SMA Fujimi).
Tesis, Pendidikan Nilai, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sardjiwo. (2011) Kajian model implementasi pendidikan nilai sebagai
dukunganakademik terhadap pendidikan karakter(studi kasus di UPI). Disertasi, Pendidikan Nilai, Universitas Pendidikan Indonesia.
Suhardini, Asep Dudi. (2008) Prinsip eskatologi dalam upaya eksploratif
pengayaan sumber nilai-nilai pendidikan. Disertasi, Pendidikan
(35)
107
Annisa Shinta Putri Nusantara, 2014
Sistem Nilai Orang Tua Yang Mempengaruhi Keputusannya Menyekolahkan Anak Hingga Ke Jenjang Perguruan Tinggi Di Desa Margaluyu Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jurnal :
Huba, R.K., Bahari, Y., dan Rustiyarso (2014) Analisis Faktor Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Pada Keluarga Petani, Jurnal Untan. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 3(1), hlm. 1-14
Suharyat, Y (2009). Hubungan Antara Sikap, Minat dan Perilaku Manusia.
Jurnal Region, 1 (3), hlm.1-19.
Suryani,N., Amanah, S., dan Kusumastuti, Y. (2004). Analisis Pendidikan Formal Anak Pada Keluarga Nelayan Di Desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Buletin
Ekonomi Perikanan, 5 (2), hlm.33-43.
Zuber, A (2012). Model Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Pedesaan : Tinjauan Teoritik. Jurnal Dilema, 29(1), hlm.1-12.
Website :
http://id.Wikipedia.Org/wiki/buruh. (diakses tanggal 12 Juni 2014)
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dan 4 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
(1)
102
menyekolahkan anak hingga ke jenjang Perguruan Tinggi adalah dengan mempersilahkan anak untuk memilih jalan hidupnya sendiri apakah ingin bersekolah ataukah tidak. Nilai politik merupakan nilai yang memuat unsur kekuasaan, orang tua yang menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi berharap kelak anaknya akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari orang tua, berharap anaknya memiliki kedudukan yang baik di masyarakat. Sedangkan orang tua yang tidak menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi tidak berorientasi politik dan tidak mengharapkan kekuasaan yang lebih dari apa yang dimilkinya sekarang. Nilai religi menjadi dasar seseorang dalam bertingkah laku berdasarkan ajaran agama yang dianutnya, orang tua yang memberikan kesempatan pendidikan tinggi kepada anaknya meyakini bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan berharap bahwa jika anaknya memiliki ilmu pengetahuan yang luas yang didapatkannya melalui sekolah maka anak akan menjadi manfaat untuk masyarakat, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya. Sedangkan nilai religi tidak terlalu dominan pada orang tua yang tidak menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi, nilai-nilai agama hanya sebatas pengetahuan dasar mengenai ibadah ritual. Kewajiban agama kepada manusia untuk menuntut ilmu tidak terlalu dihayati oleh orang tua yang tidak memberikan kesempatan pendidikan tinggi untuk anaknya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sistem nilai ornag tua yang mempengaruhi keputusannya menyekolahkan anak hingga ke jenjang Perguruan Tinggi, maka disarankan bagi :
1. Pejabat pemerintah Desa Margaluyu dan dinas-dinas terkait di Kecamatan Tanjungsari agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat Desa mengenai pentingnya pendidikan tinggi bagi seseorang sebagai bekal untuk masa depan anak di kemudian hari. 2. Bagi orang tua disarankan untuk memperhatikan masa depan anak
(2)
103
pendidikan tinggi. Orang tua harus membekali anak untuk menjadi pribadi yang pantang menyerah dan terus bersemangat menggapai cita-cita.
3. Bagi anak yang telah diberikan kesempatan pendidikan tinggi harus dapat mempertangungjawabkan hal tersebut dengan balajar giat dan selalu berusaha sebaik mungkin dalam memeprsiapkan masa depan yang baik. Bagi anak yang belum melanjutkan pendidikan tinggi diharapkan agar memiliki tekad yang kuat untuk terus melanjutkan sekolah dan menularkan semangat tersebut kepada anak dikemudian hari.
4. Masyarakat harus senantiasa mengambil andil dalam pemberantasan kemiskinan dan kebodohan sehingga masyarakat Desa Margaluyu menjadi masyarakat yang maju.
5. Bagi pembuat kebijakan pendidikan perlu untuk memahami nilai yang dianut masyarakat sebagai pendekatan untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hal pendidikan.
(3)
DAFTAR PUSTAKA Buku :
Ahmadi, Abu. (2004) Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Basrowi dan Suwandi. (2008) Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Elmubarok,Zaim. (2009) Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta
Gunawan. (2010) Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Herimanto dan Winarno, (2010) Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Aksara
Huky, Wila. (1982) Pengantar Sosiologi. Surabaya : Usaha Nasional
Idi, Abdulah. (2011) Sosiologi Pendidikan : Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Ihromi (Penyunting), (1999) Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Joyomartono, Mulyono. 1992. Faktor Sosial Budaya Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Melanjutkan Sekolah Sesudah Tamat Enam Tahun Di Masyarakat Jawa Tengah. Semarang. IKIP Semarang Press
Koentjaraningrat.( 2005) Pengantar Antropologi jilid 1. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
(4)
Mansyur, Holil. (1987) Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya : Usaha Nasional.
Marzali, Amri. (2005) Antropologi & Pembangunan Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Nasution. (2009) Sosiologi Pendidikan. Jakarta ; Bumi Aksara.
Salim, Agus. (2003) Indonesia Belajarlah. UNNES
Sarwono, Sarlito dan Winarno, Eko (2009) Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Setiadi, Elly. M dan Kolip, Usman. (2011a) Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Setiadi, Elly.M, Elly dan Kolip, Usman. (2011b) Pengantar Antropologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.
Shochib,Moh.(2010) Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta : Rineka Cipta
Ritzer,George. (2013) Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta: Rajawali Pers.
Rizer,George. (2012) Teori Sosiologi : Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Post Modern. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Robins, S.P. dan Judge, T.A. (2007) Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.
(5)
Soelaeman, Munandar. (2010) Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar. Bandung : PT Refika Aditama
Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia .(2010) Landasan Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Syam, Nina.W. (2012) Sosiologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Skripsi, Tesis dan Disertasi
Sianturi. (2011) Pola Asuh Anak Pada Keluarga Petani Di Desa Jumantuang, Kecamatan Siempatnempu Kabupaten Dairi. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Wahyono, Tri. (2010) Keputusan orang tua dalam menentukan pendidikan tinggi bagi anak perempuan di Desa Kedungsono, Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.
Maulyanti, Neneng. (2009) Pola transformasi sistem nilai budaya melalui persekolahan (studi kasus di SMAN 1 Margahayu dan SMA Fujimi). Tesis, Pendidikan Nilai, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sardjiwo. (2011) Kajian model implementasi pendidikan nilai sebagai dukunganakademik terhadap pendidikan karakter(studi kasus di UPI). Disertasi, Pendidikan Nilai, Universitas Pendidikan Indonesia.
Suhardini, Asep Dudi. (2008) Prinsip eskatologi dalam upaya eksploratif pengayaan sumber nilai-nilai pendidikan. Disertasi, Pendidikan Nilai, Universitas Pendidikan Indonesia.
(6)
Jurnal :
Huba, R.K., Bahari, Y., dan Rustiyarso (2014) Analisis Faktor Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Pada Keluarga Petani, Jurnal Untan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 3(1), hlm. 1-14
Suharyat, Y (2009). Hubungan Antara Sikap, Minat dan Perilaku Manusia. Jurnal Region, 1 (3), hlm.1-19.
Suryani,N., Amanah, S., dan Kusumastuti, Y. (2004). Analisis Pendidikan Formal Anak Pada Keluarga Nelayan Di Desa Karangjaladri, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Buletin Ekonomi Perikanan, 5 (2), hlm.33-43.
Zuber, A (2012). Model Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Pedesaan : Tinjauan Teoritik. Jurnal Dilema, 29(1), hlm.1-12.
Website :
http://id.Wikipedia.Org/wiki/buruh. (diakses tanggal 12 Juni 2014)
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dan 4 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional.