Model Penyelesaian Money Politics Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) melalui Penegakan Hukum Progresif sebagai Upaya Memperkuat Demokrasi Lokal.
(B. Hukum)
Model Penyelesaian Money Politics Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) melalui
Penegakan Hukum Progresif sebagai Upaya Memperkuat Demokrasi Lokal
Kata kunci: money politics, regulasi, demokrasi
Widada, Sutapa Mulja; Mulyanto; Adnan, Moh.; Lutfiyah, Zeni
Fakultas Hukum UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Tujuan penelitian untuk memformulasikan model penyelesaian money politics pemilihan umum kepala
daerah (pemilukada) melalui penegakan hukum progresif sebagai upaya memperkuat demokrasi lokal.
Model tersebut dikembangkan berdasar temuan hasil studi lapangan secara evaluatif-preskriptif guna
penyempurnaan regulasi Pemilukada yag lebih baik pada masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum sosiologis (empiris). Lokasi penelitian di Jawa
tengah meliputi Surakarta. Data primer berasal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surakarta dan Panitia
Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Surakarta. Data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder
dan tersier. Instrumen pengumpul data menggunakan indepth interview dan studi kepustakaan. Analisis
data menggunakan model analisis kualitatif dengan interpretasi berdasar teori (theoritical interpretation)
dan ditarik generalisasi sebagai rumusan yang bersifat ideal (ius constitutum).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Implementasi Pemilukada Surakarta Tahun 2010 dalam
rangka memperkuat demokrasi lokal dapat berjalan lancar dengan indikator sukses administratif
elektoral, sukses politis elektoral dan sukses kualitas produknya. Masalah-masalah yang muncul dalam
Pemilukada langsung di Surakarta terjadi pada hampir di setiap tahapan. Dari Panwaslu terdapat 13 (tiga
belas) pelanggaran administrasi dan pidana yang dilakukan oleh kedua pasangan yakni Joko Widodo Hadi Rudiyatmo (Jo-Di) dan Eddy Wirabhumi -Supradi Kertamenawi. Meskipun ada dugaan money
politics tapi tidak sampai ke pengadilan Surakarta. Ketiga, Modus operandi ‘money politics’ sangat
variatif, sedangkan regulasi money politics yang terdapat dalam Pasal 82 ayat (1) dan (2) jo Pasal 117 ayat
(2) UU No. 32 Tahun 2004 sangat lemah dari aspek subjek hukum dan sanksi hukum yang tidak
menimbulkan efek jera.
Model Penyelesaian Money Politics Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) melalui
Penegakan Hukum Progresif sebagai Upaya Memperkuat Demokrasi Lokal
Kata kunci: money politics, regulasi, demokrasi
Widada, Sutapa Mulja; Mulyanto; Adnan, Moh.; Lutfiyah, Zeni
Fakultas Hukum UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Tujuan penelitian untuk memformulasikan model penyelesaian money politics pemilihan umum kepala
daerah (pemilukada) melalui penegakan hukum progresif sebagai upaya memperkuat demokrasi lokal.
Model tersebut dikembangkan berdasar temuan hasil studi lapangan secara evaluatif-preskriptif guna
penyempurnaan regulasi Pemilukada yag lebih baik pada masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum sosiologis (empiris). Lokasi penelitian di Jawa
tengah meliputi Surakarta. Data primer berasal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surakarta dan Panitia
Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Surakarta. Data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder
dan tersier. Instrumen pengumpul data menggunakan indepth interview dan studi kepustakaan. Analisis
data menggunakan model analisis kualitatif dengan interpretasi berdasar teori (theoritical interpretation)
dan ditarik generalisasi sebagai rumusan yang bersifat ideal (ius constitutum).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Implementasi Pemilukada Surakarta Tahun 2010 dalam
rangka memperkuat demokrasi lokal dapat berjalan lancar dengan indikator sukses administratif
elektoral, sukses politis elektoral dan sukses kualitas produknya. Masalah-masalah yang muncul dalam
Pemilukada langsung di Surakarta terjadi pada hampir di setiap tahapan. Dari Panwaslu terdapat 13 (tiga
belas) pelanggaran administrasi dan pidana yang dilakukan oleh kedua pasangan yakni Joko Widodo Hadi Rudiyatmo (Jo-Di) dan Eddy Wirabhumi -Supradi Kertamenawi. Meskipun ada dugaan money
politics tapi tidak sampai ke pengadilan Surakarta. Ketiga, Modus operandi ‘money politics’ sangat
variatif, sedangkan regulasi money politics yang terdapat dalam Pasal 82 ayat (1) dan (2) jo Pasal 117 ayat
(2) UU No. 32 Tahun 2004 sangat lemah dari aspek subjek hukum dan sanksi hukum yang tidak
menimbulkan efek jera.