Pandangan menantu tentang komunikasi interpersonal mertua menantu dalam adat Rebu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PANDANGAN MENANTU TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MERTUA MENANTU DALAM ADAT REBU

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Elsa Isabella Ginting
08911413 2

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PANDANGAN MENANTU TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MERTUA MENANTU DALAM ADAT REBU

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Elsa Isabella Ginting
08911413 2


PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Jangan pernah menyerah!!!!
Jika Tuhan belum menjawab doamu, itu karena Tuhan punya rencana yang lebih
baik dari yang
kamu inginkan untuk hidupmu

Yeremia 33 : 3

Berserulah kepada-Ku, maka AKU akan menjawab engkau dan akan
memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan tidak terpahami, yakni hal-hal
yang tidak kauketahui

Keberhasilan anda dalam hal-hal yang nampaknya “ kecil “ akan sangat
bermanfaat saat anda menghadapi persoalan-persoalan besar di kemudian hari

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Semua usahaku ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus, Tuhan yang selama ini
jadi teladan buatku. Sikap dan hidupnya menjadikan aku menjadi semakin lebih

baik

Orangtua yang paling aku sayang, mamak bapak yang selalu mendukungku disaat
aku bahagia sampai aku terjatuh, tidak pernah lelah memberikan aku semangat
dan selalu bekerja keras untuk membiayai hidup dan kuliahku

Keluargaku, abang, kak uwa dan bang tua. Terimakasih tidak pernah lelah untuk
memberi semangat dan motivasi agar aku menjadi semakin baik dan semakin
dewasa.

Sahabat-sahabat terbaik sepanjang massa Gita, Berta, Tina, Galuh dan Devis. Aku
selalu bersyukur bertemu orang seperti kalian di hidupku dan terimakasih sudah
jadi sahabat terbaik buat aku. Terimakasih selalu ada buatku disaat aku bahagia
sampai aku terjatuh. Terimakasih buat dukungan, semangat dan bantuannya
selama ini.

Dosen pembimbing terbaikku, Bu Monica. Terimakasih buat kesabaran dan
waktunya selama ini. Terimakasih juga sudah menjadi teman curhat buat aku
sehingga aku menjadi lebih semangat dan tegar dalam mengerjakan skripsi ini.


v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah saya
sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 April 2013
Penulis,

Elsa Isabella Ginting


vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PANDANGAN MENANTU TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MERTUA MENANTU DALAM ADAT REBU
Elsa Isabella Ginting
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana praktek komunikasi
interpersonal antara mertua dan menantu dalam adat rebu yang terjadi di dalam suku batak Karo.
Penelitian ini ingin melihat kesesuaian atau ketidaksesuaian antara praktek komunikasi di adat
rebu dengan asumsi- asumsi teoritik komunikasi interpersonal yang ideal. Pendekatan kualitatif
deskripstif dipilih untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan 3
subject yang menggunakan adat rebu. Penelitian ini melibatkan 2 subjek menantu wanita dan 1
subjek menantu laki-laki yang memakai adat rebu, dimana subjek yang diteliti berperan sebagai

menantu dan bertempat tinggal di lingkungan yang sama dengan mertua. Dari ketiga subjek
tersebut didapat hasil bahwa praktek komunikasi interpersonal yang terjadi di adat rebu memiliki
beberapa ketidaksesuaian dengan asumsi teoritik tentang komunikasi interpersonal yang ideal.
Praktek komunikasi interpersonal adat rebu dinilai menghambat komunikasi dengan mertua
sehingga mengakibatkan represi, displacement, stress, afeksi ekspresi, dan menghambat kedekatan
dengan mertua. Beberapa aspek daripraktek komunikasi yang terjadi di adat rebu sangat
bertentangan dengan teori komunikasi interpersonal.
Kata kunci : komunikasi interpersonal, mertua-menantu, adat rebu

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DOUGHTER/SON IN LAW VIEW ABOUT INTERPERSONAL
COMMUNICATION IN ADAT REBU

Elsa Isabella Ginting
ABSTRACT
The aim of this research was to describe the interpersonal communication between
daugthter and son inlous with their parent inlous within the adat rebu of Batak Karo. This
research wants to see the gap between the practice of interpersonal communication in this culture
with the theoritical discussion of an ideal interpersonal communication. This research applied
descriptive qualitative approach to answer the research question. This research involved 3
subjects who practice the adat rebu. The subject were 2 daugters in law and 1 son in law of batak
Karo family and lived on the same neighborhood with the parents in law. The result of this
research shows that the practice of interpersonal communication in adat Rebu was quite different
with the theoritical discussion of an ideal interpersonal communication. The result shows that adat
rebu is perceived as communication between daughter/ son in law and parents in law. It could
cause repression, displacement, stress, barrien in expressing, and it could disturb the connection
between them.
Keywords : interpersonal communication, parents-son/ doughter in law, adat rebu

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama
Nomor Mahasiswa

: Elsa Isabella Ginting
: 089114132

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PANDANGAN MENANTU TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MERTUA MENANTU DALAM ADAT REBU
Beserta perangkat yang lain (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royati kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat oleh Yogyakarta
Pada tanggal : 9 April 2013
Yang menyatakan,

(Elsa Isabella Ginting)

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sebagai bentuk
kepedulian penelitian terhadap budaya Batak Karo mengenai praktek komunikasi
intersonal dalam adat rebu.
Proses penyelesain skripsi ini melibatkan banyak pihak yang dengan tuluts
memberikan bantuan dan dukungannya, oleh karena itu peneliti mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya selama proses
penelitian dan penulisan skripsi ini. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Tuhan Yesus atas berkatnya selama ini memberikan saya berkat kesehatan,
perlindungan dan teladanNya sampai saat ini sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.

2.

Ibu Monica Eviandaru madyaningrum, App. Psych selaku dosen
pembimbing skripsi yang selalu memberikan pencerahan dengan saran dan
pendapat yang sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Terima kasih atas
bimbingan, kesabaran, dan diskusi yang mengantarkan pemikiran dan
penalaran saya terus bertumbuh.

3.

Ibu Ratri Sunar Astuti, M.si selaku Kaprodi dan ibu Agnes Indar
Etikawati, S.Psi, M.si.,Psi selaku wakaprodi

4.

Mas Gandung, Bu Nanik, dan Pak Gie, terima kasih atas bantuan yang
sudah diberikan selama in. Mas Doni atas bantuan peminjamannya buku
dan jurnal.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.

LS, CG, RT selaku subjek dalam penelitian ini. Terima kasih atas
partisipasinya dan kesediaan kalian untuk berbagi pengalaman dan
informasi dengan saya

6.

Keluarga saya, mamak, bapak, abang dan kakak-kakak saya yang tidak
pernah lelah memberikan saya dukungan dan semangat hingga selesai
menyelesaikan skripsi ini

7.

Sahabat-sahabat saya, Gita, tina, galuh dan bertha yang selalu ada di dekat
saya dan tidak pernah letih memberikan saya bantuan dan semangat.
Terima kasih buat semangat, waktu, perhatian, dan bantuanya selama ini.
Sangat bahagia dan bershukur dipertemukan dengan sahabat-sahabat yang
hebat seperti kalian.

8.

Teman-teman Guru Sekolah Minggu GBKP Yogyakarta khususnya kak
Lena, terima kasih buat dukungan, diskusi, doanya selama ini buat saya
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan terimakasih buat bimbingannya
selama ini sehingga menjadikan saya semakin menjadi dewasa.

9.

Teman-teman psikologi 2008 terima kasih untuk pengalaman selama kita
bersama-sama menempuh ilmu di Fak Psikologi, terima kasih buat
kenangan dan canda tawanya, dan mari sama-sama kita lanjutkan
perjuangan kita untuk kedepannya dan tetap selalu semangat.

10.

Buat saudaraku kiki yang selama ini menempuh ilmu bersama-sama di
Yogyakarta, terima kasih buat pengalamannya dan terima kasih buat
kenangan bersama yang kita lalui dan selalu berharap kita akan menjadi
orang yang sukses.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11.

Cleopus Otniel, Milkha Saira Louilia, Falel Bezalel, Lauloen terimakasih
menjadi teman berbagi cerita buatku, terimakasih selalu menemani harihariku sampai akhirnya skripsi ini selesai.

12.

Semua pihak yang senantiasa memberikan

dukungan dan doa untuk

kesuksesan saya
dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. Terima kasih.

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PESETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. vi
ABSTRAK................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. .. ix
KATA PEGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvii
DAFTAR SKEMA ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
1. Manfaat Teoritis .................................................................... 10
2. Manfaat Praktis...................................................................... 10

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 12
A. Komunikasi Interpersonal.................................................................. 12
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal .......................................... 12
2. Proses Komunikasi Interpersonal ................................................. 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ..... 15
4. Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal .................................... 17
5. Efektivitas Komunikasi Interpersonal .......................................... 18
B. Komunikasi Interpersonal Menantu – Mertua ................................... 23
C. Budaya Karo ..................................................................................... 25
1. Asal Usul Etnis dan Nama karo ................................................... 25
2. Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo ......................................... 27
3. Adat Rebu ................................................................................... 29
D. Gambaran Praktek Komunikasi Interpersonal Mertua Menantu
dalam Adat Rebu di Batak Karo ...................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 38
A. Pendekatan Kualitatif .................................................................. 38
B. Responden Penelitian .................................................................. 39
1. Karakteristik Penelitian.......................................................... 40
2. Jumlah Responden Penelitian................................................. 40
3. Prosedur Pengambilan Responden ......................................... 40
4. Lokasi Penelitian ................................................................... 41
C. Metode Pengambilan Data ........................................................... 41

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Alat Bantu PengumpulanData ...................................................... 43
1. Alat Perekam ( tape recorder)................................................ 44
2. Pedoman Wawancara ............................................................. 44
3. Alat Tulis dan Kertas Untuk Mencatat ................................... 45
E. Kredibilitas Penelitian ................................................................. 45
F. Prosedur Penelitian ...................................................................... 47
1. Tahap Persiapan Penelitian .................................................... 47
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................ 49
3. Tahap Pencatatan Data........................................................... 51
4. Prosedur Analisa Data ........................................................... 52
a. Organisasi Data ............................................................... 52
b. Koding ............................................................................ 53
c. Pengujian Terhadap Dugaan ............................................ 53
d. Analisis Tematik ............................................................. 54
e. Tahapan Interpretasi ........................................................ 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 55
A. Proses Penelitian ......................................................................... 55
1. Persiapan Penelitian ............................................................... 56
2. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 56
3. Proses Analisa Data ............................................................... 57
4. Jadwal Pengambilan Data ...................................................... 59
B. Profil Subjek ............................................................................... 62
C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian.......................................... 80

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Analisa Tema .............................................................................. 81
1. Komunikasi Interpersonal Mertua Menantu
“Komunikasi seperti robot”.................................................... 81
2. Komunikasi Interpersonal Mertua Menantu Memicu Represi
Displacement, Kesalahpahaman, Hambatan Afeksi, Stress,
dan Hambatan Kedekatan ..................................................... 83
3. Komunikasi interpersonal Mertua Menantu
Mendorong Kontrol Diri dan Saling Menghargai ................... 86
4. Komunikasi Interpersonal Mertua Menantu adalah
Komunikasi “Ala Kuis Komuni Kata” ................................... 87
5. Komunikasi Interpersonal Mertua Menantu yang Ideal Menurut
Menantu” Komunikasi yang Langsung,Dekat dan Tanpa
Batasan” ................................................................................ 88
E. Pembahasan................................................................................. 88
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 94
A. Kesimpulan .................................................................................. 94
B. Saran ............................................................................................ 96
1. Saran Praktis .......................................................................... 96
2. Kelemahan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 98
LAMPIRAN ................................................................................................ 101

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 ( LS ) ................................... 59
Tabel 4.2 Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 ( RG) ................................... 60
Tabel 4.3 Jadwal Wawancara dengan Subjek 3 ( CG ) .................................. 61
Tabel 4.4 Rangkuman Tema Temuan penelitian ........................................... 80

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SKEMA

Skema Nalar Penelitian ................................................................................. 36
Skema Tema Penelitian Pandangan Menantu Tentang Komunikasi Mertua
Menantu dalam Adat Rebu.............................................................................. 93

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi Interpersonal merupakan bagian penting dalam keluarga.
Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan
dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun
yang tidak menyenangkan selain itu juga siap menyelesaikan masalah masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dengan kesabaran
dan kejujuran serta keterbukaan. Melalui komunikasi interpersonal,
permasalahan yang terjadi di antara anggota keluarga dapat dibicarakan
dengan mengambil solusi terbaik. Hal-hal yang di komunikasikan biasanya
berupa informasi, nasehat, petunjuk, pengarahan, atau meminta bantuan.
Tujuan pokok dari komunikasi interpersonal ini adalah memprakarsai dan
memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga
tercipta komunikasi yang efektif. Tujuan yang lain adalah untuk menjadikan
keluarga yang harmonis (Sunarsih, tanpa tahun).
Komunikasi interpersonal dalam keluarga merupakan hubungan
langsung antar anggota keluarga. Melalui komunikasi interpersonal feedback
dapat diperoleh segera oleh setiap anggota keluarga yang terlibat dalam
pembicaraan sehingga komunikator akan menyesuaikan diri dengan situasi
dari pasangan bicaranya, dengan harapan bahwa melalui penyesuaian diri
akan ada arus timbal balik yang lebih positif (Barus, 2005).

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Banyak sekali manfaat yang diperoleh ketika kita menggunakan
komunikasi interpersonal, dimana menurut De Vito (1997) manfaat
komunikasi interpersonal yaitu mampu menjadi salah satu unsur paling
penting dalam membentuk pribadi, menggerakkan partisipasi, memodifikasi
sikap-perilaku individu, meningkatkan hubungan, menyehatkan jiwa,
memberdayakan individu, dan bahkan ampuh dalam mengatasi konflikkonflik kepentingan.
Salah satu bentuk komunikasi interpersonal dalam keluarga adalah
komunikasi

antara

mertua

da n

menantu.

Keberhasilan

komunikasi

interpersonal antara mertua dan menantu dapat membantu terciptanya suatu
hubungan dan kerjasama yang baik antara mertua dan menantu (Hurlock,
2000). Apabila seorang menantu tidak berhasil melakukan penyesuaian
dengan mertuanya, maka akan menimbulkan konflik di dalam keluarga.
Konflik yang muncul antara menantu dan mertua akan menjadi permasalahan
yang muncul pada pasangan suami istri sehingga banyak pasangan yang
bercerai diakibatkan karena permasalahan yang muncul dari konflik antara
menantu dan mertua (Sipayung, 2010). Konflik yang muncul antara menantu
dengan mertua tersebut bisa diminimalisirkan dengan cara mengelola
komunikasi interpersonal (Nanina, 2009).
Manfaat dari komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh menantu
dan mertua adalah untuk mengatur semua yang ada dalam keluarga. Hal ini
dikarenakan ketika melakukan komunikasi, maka menantu dan mertua bisa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

saling terbuka untuk mencapai kesepakatan bersama sehingga terjalin suatu
hubungan yang harmonis (Oktovanni, 2010).
De Vito (2001) menjelaskan bahwa komunikasi dipengaruhi oleh
budaya begitu juga dengan komunikasi interpersonal. Menurutnya budaya
merupakan gaya hidup khusus yang ada dalam sebuah masyarakat yang di
dalamnya

meliputi

nilai,

kepercayaan,

cara

berperilaku

dan

cara

berkomunikasi yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui
komunikasi. Setiap individu yang terlibat didalam komunikasi akan selalu
menyesuaiakan diri sesuai dengan budaya yang membentuknya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak budaya, dengan
kata lain di berbagai budaya yang dimiliki juga memiliki pola-pola
komunikasi yang khas. Kebudayaan yang berbeda menentukan pola-pola
komunikasi yang berbeda pula (Sendjaja, 1994). Hal ini juga bisa terlihat
pada hubungan dan gaya komunikasi interpersonal antara menantu dan
mertua.
Masing-masing kelompok budaya memiliki rumusannya sendirisendiri tentang komunikasi interpersonal antara mertua dan menantu yang
dianggap ideal. Termaksuk salah satunya adalah dalam kelompok budaya
batak Karo. Apabila dilihat secara sekilas, pola komunikasi interpersonal
antara mertua dan menantu dalam adat karo tampak bertentangan dengan
asumsi –asumsi tentang komunikasi interpersonal menurut teori-teori
psikologi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Dalam studi-studi Psikologi komunikasi interpersonal yang baik
biasanya ditandai dengan komunikasi yang dilakukan secara langung, artinya
pesan disampaikan secara langsung dan bertatap muka sehingga efek yang
didapat dari pesan yang disampaikan diperoleh secara langsung. Saat
melakukan komunikasi secara langsung dan tatap muka pihak yang
melakukan komunikasi juga bisa mendapat bahasa nonverbal untuk
mendukung agar pesan yang disampaikan diterima dengan jelas. Hal ini
berbeda saat pihak yang berkomunikasi melakukan komunikasi secara tidak
langsung sehingga tidak dapat melihat bahasa nonverbal untuk mendukung
pesan yang disampaikan dengan jelas (De Vito, 2008).
Mulyana (2005) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal yang
baik dilakukan secara tatap muka agar orang yang terlibat dalam komunikasi
mendapatkan reaksi secara langsung. Hal tersebut senada dengan yang
dikatakan oleh Enjourm (2011) bahwa kelebihan komunikasi secara tatap
muka adalah menjadikan komunikasi menjadi efektif karena memperoleh
umpan balik secara langsung saat komunikasi berlangsung.
Asumsi-asumsi diatas berbeda dengan budaya Karo

dimana

komunikasi interpersonal antara mertua dan menantu tidak boleh dilakukan
secara langsung dan tidak boleh berkomunikasi secara tatap muka. Hal ini
disebut sebagai adat rebu.
Adat rebu adalah suatu larangan berkomunikasi secara langsung
antara menantu perempuan dengan mertua laki-laki, menantu laki-laki dengan
mertua perempuan, dan sesama ipar yang berbeda jenis kelamin. Apabila

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

diantara pihak-pihak yang terkait ingin melakukan komunikasi harus melalui
perantara (Bangun, 1986).
Adat rebu merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal
dalam keluarga dan merupakan bentuk komunikasi yang unik pada budaya
Karo. Selain tidak bisa melakukan komunikasi secara langsung dalam adat
rebu pihak-pihak yang tidak bisa berkomunikasi secara langsung juga tidak
boleh bersentuhan anggota badan, tidak bisa melakukan tatap muka dan
duduk berhadapan serta duduk dalam satu tempat duduk.
Adat rebu terbentuk karena pada zaman dahulu bentuk rumah adat
Karo adalah “Rumah Si Waluh Jabu”. Dalam rumah adat ini terdapat delapan
kepala rumah tangga yang tinggal secara bersama-sama, sehingga untuk
menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti khilaf ataupun terjadi
hubungan seks antara mereka maka diciptakan adat rebu (Bangun, 1986).
Adat rebu ini berguna untuk menjaga relasi antara orang–orang yang
seharusnya dihormati.
Sembiring (2011) memberikan contoh komunikasi menantu dengan
mertua yang menggunakan adat rebu sebagai berikut, percakapan ini
mengambarkan situasi ketika seorang mertua ingin menyampaikan informasi
kepada menantu dan cucunya menjadi perantara.
Bengkila ( mertua):O kempu kataken man permain ena tanggerken kari nakan
temuenta sekalak! (O cucuku katakan kepada ibumu untuk memasak nasi karena
tamu kita akan datang!)”.
“Permain ( menantu):Oe ningen kataken man Lakindu O Nak ku (bilang ya sama
kakek nak)”.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

Selain itu adat rebu juga bisa menggunakan benda mati sebagai
mediatornya untuk melakukan komunikasi interpersonal, yaitu:
“Bengkila ( mertua): O dinding kataken man permain ena tanggerken kari nakan
temuenta sekalak! (O dinding sampaikan kepada ibumu untuk memasak nasi karena
tamu kita akan datang!)”.
“Permain ( menantu): Oe ningen kataken man Lakindu O dinding (bilang ya sama
kakek dinding)”.

Dilihat berdasarkan contoh komunikasi interpersonal antara menantu
dan mertua di atas terlihat bahwa komunikasi yang dilakukan sangat terbatas
karena menggunakan perantara. Komunikasi interpersonal menggunakan adat
rebu terlihat merupakan komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung.
Menurut teori komunikasi interpersonal model komunikasi yang diterapkan
dalam adat rebu merupakan model yang kurang ideal karena dapat
menimbulkan salah faham dalam penerimaan makna pesan (Elearning
Gunadarma, 2012).
Apabila mertua dan menantu berkomunikasi secara tidak langsung hal
ini bisa membuat menantu tidak mengerti apa yang dikatakan mertua,
membuat menantu dan mertua tidak mengenal satu sama lain atau tidak dekat
secara personal dan bisa saja merasa tidak nyaman secara bersama-sama
(Prentice, 2008). Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Mulyana
(2005)

yang

menyatakan

bahwa

kedekatan

hubungan

pihak

yang

berkomunikasi akan tercermin pada jenis pesan yang disampaikan atau respon
nonverbal mereka seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif dan jarak
fisik yang sangat dekat. Menantu yang menggunakan adat rebu otomatis
tidak bisa melakukan kontak fisik saat berkomunikasi karena salah satu
aturan yang ditekankan adalah bersentuhan anggota badan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

Sering kali ditemui bahwa menantu yang menggunakan adat rebu
memiliki hubungan interpersonal yang kurang dekat dengan mertua. Hal ini
terlihat dari penuturan yang diungkapkan oleh Sisi ( wanita, 27 tahun).
“Hal negatifnya sih menurut kakak kalo kita perlu sesuatu hal yang nggak bisa kita
kerjakan dan perlu bantuan langsung dari kila (mertua laki-laki) jadi susah cara
penyampaiannya, terus jadi buat jarak antara kakak sama mertua kakak.”
(Komunikasi Interpersonal, 31 Mei 2012)

Rani (wanita, 29 tahun) juga merasa bahwa komunikasi interpersonal
yang ia jalani bersama mertuanya menjadikan hubungan mereka tidak terlalu
dekat.
“kalo kakak rasa selama kakak pake adat rebu ini, hubungan kakak sama mertua
kakak jadi nggak dekat.”
(Komunikasi Interpersonal. 1 April 2012)

Selain menghambat kedekatan, penerapan adat rebu juga menghambat
terjadinya keterbukaan . Hal ini dinyatakan dalam teori-teori komunikasi
interpersonal bahwa keterbukaan merupakan unsur penting yang diperlukan
untuk menjamin keberhasilan komunikasi interpersonal. Hal ini seperti yang
diceritakan oleh Dinda (wanita, 27 tahun) yang menggunakan adat rebu
dalam keluarga :
“ kalau berbicara dengan mertua perempuan kakak selalu terbuka, ya karena mertua
kakak yang perempuan juga berkomunikasi yang baik sama kakak, tapi karena
kakak pakai adat rebu ini bagi kakak sangat sulit untuk melakukan komunikasi
secara terbuka dengan mertua kakak yang laki-laki. Ya terkait dengan adatnya tadi
tidak bisa berkomunikasi secara langsung dan harus memakai perantara”.
(Komunikasi personal, 30 Januari 2012 )

Lebih jauh penerapannya adat rebu juga potensial menghambat
terbentuknya empati antara mertua dan menantu. Menurut De Vito (2001)
dalam komunikasi interpersonal yang efektif, pihak-pihak akan mampu
merasakan apa yang orang lain rasakan serta mengalami apa yang orang lain

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

alami berdasarkan sudut pandang lawan bicaranya. Komunikasi seperti ini
biasanya dilakukan secara langsung sehingga dapat merasakan apa yang
dialami oleh lawan bicara dan memberikan perhatian secara langsung seperti
menunjukkan keprihatinan melalui ekspresi wajah atau pun memberikan
perhatian secara langsung dengan kedekatan secara fisik.
Dalam adat rebu dimana komunikasi secara tatap muka dan
bersentuhan anggota badan tidak diperbolehkan komunikator biasanya sulit
menunjukkan rasa empati dan perhatiannya kepada lawan bicara.
Seperti yang dicerita oleh Sisi (wanita, 27 tahun) yang menggunakan
adat rebu dengan mertua laki-lakinya:
“kemaren itu mertua kakak sakit, kebetulan yang dirumah cuma kakak sama mertua
yang laki-laki. Namanya orang sakit kan butuh bantuan kan, kalo enggak kakak pas
itu siapa lagi yang kasih bantuan. Kakak kasian ngeliat mertua kakak, masa kakak
harus rela biarkan dia ambil minum sendiri. Kakak pun kalo sakit pasti butuh
pertolongan orang lain, kakak fikirkan pasti mertua kakak juga gitu kan. Karena kami
rebu gini kan dek, akhirnya kakak pura-pura aja ngomong sama suami kakak nanya
apa mau mertua kakak itu, padahal enggak adanya siapa-siapa. Sementara itu
ternyata kila kakak itu udah makan sendiri. Kelamaan kakak mikir gimana cara yang
pas, jadi dikit sulit sih kakak rasa buat nunjukin perhatian kita, bisa sih bisa cuma
kadang kalo kejadiannya kayak gitu sedikit sulit”

(Komunikasi Personal, 10 September 2012)

Berdasarkan kutipan wawancara di atas terlihat bahwa menantu yang
menggunakan adat rebu merasa kesulitan untuk bisa mengungkapkan dirinya,
bersikap terbuka terhadap mertuanya, dan menunjukkan empati kepada
mertuanya. Selain itu, terlihat bahwa komunikasi interpersonal yang terjalin
di dalam keluarga khususnya antara mertua dan menantu yang menggunakan
adat rebu di budaya Karo tidak dapat berlangsung sesuai konsep teoritis
tentang Komunikasi Interpersonal. Budaya rebu tidak memakai komunikasi
secara langsung sehingga tidak ada komunikasi transaksional manusia yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

melibatkan pengaruh timbal balik dengan tujuan mengelola hubungan
(Beebe, 2008).
Hal ini lah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pandangan menantu tentang komunikasi interpersonal mertua menantu dalam
adat rebu secara luas dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam
penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana gambaran praktek komunikasi
interpersonal mertua menantu dalam adat rebu yang terjadi di batak Karo,
mengidentifikasi

apakah budaya rebu tersebut menimbulkan masalah

Psikologis kepada orang-orang yang masih menggunakannya dan melihat
bagaimana pandangan menantu secara luas tentang komunikasi interpersonal
mertua menantu dalam budaya Batak Karo budaya Rebu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian
ini adalah melihat bagaimanakah pandangan menantu tentang komunikasi
interpersonal Mertua dan Menantu dalam adat rebu di budaya batak Karo?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pandangan menantu
tentang komunikasi interpersonal Mertua dan Menantu dalam adat rebu di
budaya batak Karo.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini bias
memberikan sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu Psikologi
khususnya Psikologi Perkembangan (Psikologi Keluarga) dan Psikologi
Sosial. Informasi tentang adat rebu tersebut akan menjadi referensi bagi
psikologi

perkembangan

dan

psikologi

sosial

untuk

mengetahui

fenomenologi yang terjadi di budaya Indonesia. Hal tersebut akan
menjadi salah satu sumber untuk mengetahui bagaimana pandangan
menantu yang memakai adat rebu

dan apakah adat rebu tersebut

berdampak pada pola prilakunya. Dan apabila terjadi kasus mengenai
menantu yang berasal dari suku karo, penelitian ini bisa menjadi salah satu
referensi untuk menemukan informasi.
2. Manfaat Praktis
a. Mertua dan menantu akan mengetahui dan memahami gambaran dari
komunikasi interpersonal yang terjadi pada adat rebu, sehingga dapat
mengantisipasi

kondisi

yang

harus

dilakukan

saat

hendak

berkomunikasi.
b. Memberi informasi kepada masyarakat umum bahwa di Indonesia
terdapat budaya rebu, dimana budaya tersebut tidak mengijinkan
mertua dan menantu berkomunikasi secara langsung sehingga
informasi tersebut dapat menjadi tambahan ketika ingin menikah
dengan suku batak karo yang menggunakan rebu.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

c. Menjadi pertimbangan untuk petinggi adat dan masyarakat karo akan
budaya rebu tersebut, apakah budaya rebu tersebut masih layak
digunakan di era globalisasi sekarang atau tidak.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Manusia sebagai makhluk sosial harus hidup bermasyarakat. Effendi
(2003) mengatakan semakin besar suatu masyarakat, berarti semakin banyak
manusia yang dicakup, dan cenderung akan semakin banyak masalah yang
timbul, akibat perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara manusia-manusia
tersebut. Pada masing-masing individu yang beraneka ragam itu, dalam
pergaulan hidupnya terjadi interaksi dan saling mempengaruhi demi
kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling
mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan. Komunikasi
memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita
bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian besar
kegiatan komunikasi yang dilakukan berlangsung dalam situasi komunikasi
interpersonal. Situasi komunikasi interpersonal ini bisa kita temui dalam
konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok maupun organisasi.
Komunikasi interpersonal mempunyai berbagai macam manfaat.
Melalui komunikasi komunikasi interpersonal, kita dapat mengenal diri kita
sendiri dan orang lain, bisa mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan
yang lebih bermakna, bisa melepaskan ketegangan, bisa mengubah nilai-nilai
dan sikap hidup seseorang, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang
12

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

lain dan sebagainya. Singkatnya, komunikasi interpersonal mempunyai
berbagai macam maanfaat.
Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian panduan
pikiran dan perasaan seseorang kepada seorang lainnya agar mengetahui,
mengerti, atau melakukan kegiatan tertentu (dalam Efendy, 2006).
Komunikasi interpersonal adalah suatu bentuk khusus dari komunikasi
transaksional manusia yang melibatkan pengaruh timbal balik, biasanya
bertujuan untuk mengelola hubungan (Beebe, 2008). Transaksi dimaksudkan
bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponennya
saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai
suatu kesatuan atau keseluruhan.
Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh di atas dapat di
simpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan
yang terjadi antara dua orang ataupun lebih dengan tujuan untuk mengubah
perilaku dari lawan bicaranya dan mengharapkan suatu timbal balik dari
lawan bicaranya. Dimana komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi
paling baik untuk meningkatkan hubungan interpersonal antara komunikator
dan komunikan.

2. Proses Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Apabila kita perhatikan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

batasan komunikasi interpersonal dari Devito (2005), maka kita dapat melihat
elemen-elemen apa saja yang terkandung di dalamnya. Proses komunikasi
interpersonal dapat diuraikan menjadi :
a. Adanya pesan
Bentuk pesan dapat bersifat informatif dimana pesan diberikan dan
komunikasi membuat persepsi sendiri, persuasif bersifat bujukan untuk
membangkitkan pengertian dan koersif untuk memaksa dengan ancaman
sanksi dan biasanya berbentuk perintah.
b. Adanya orang-orang atau sekelompok kecil orang-orang
Yang

dimaksud

disini

adalah

bahwa

apabila

seseorang

berkomunikasi, maka membutuhkan orang lain sebagai lawan berinteraksi
paling sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin juga akan
melibatkan sekelompok kecil orang.
c. Adanya penerimaan pesan
Yang dimaksud dengan penerimaan ialah bahwa dalam suatu
komunikasi interpersonal, tentu pesan-pesan yang dikirimkan oleh
seseorang harus dapat diterima oleh orang lain.
d. Adanya efek
Dalam suatu komunikasi tentu akan terjadi beberapa efek. Efek
mungkin berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidak setujuan mutlak,
atau mungkin berupa pengertian mutlak atau ketidak-mengertian mutlak
pula. Dengan demikian komunikan tentu akan terpengaruh pula oleh
pengiriman pesan oleh komunikator.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

e. Adanya umpan balik
Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pesan yang dikirim
kembali oleh komunikan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Apabila komunikasi itu tatap muka, maka umpan balik bisa berupa katakata, kalimat, gerakan mata, senyum, anggukan kepala atau gelengan
kepala.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Rakhmat

(2001)

mengemukakan

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi komunikasi interpersonal terdiri dari:
a. Persepsi Interpersonal
Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk
membedakan bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi.
b. Konsep Diri
Menurut Brooks (dalam Rakhmat 2001) konsep diri adalah suatu
pandangan dan perasan individu tentang dirinya. Jika individu dapat
diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya,
individu cenderung akan bersikap menghormati dan menerima diri.
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak
dirinya, individu cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

c. Atraksi Interpersonal
Menurut Barlund (dalam Rakhmat 2001) Atraksi interpersonal
diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa
menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus komunikasi
interpersonal yang akan terjadi. Misalnya makin tertarik individu kepada
seseorang, makin besar kecenderungan individu berkomunikasi. Kesukaan
pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai
atraksi interpersonal.
d. Hubungan Interpersonal
Menurut Goldstein (dalam Rakhmat, 2001) hubungan interpersonal
ada tiga yaitu:
i.

Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin
terbuka individu mengungkapkan perasaannya.

ii.

Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin
cenderung individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta
penolongnya (psikolog).

iii.

Semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka makin
cenderung individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan
bertindak atas nasehat penolongnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

4.

Prinsip-prinsip Komunikasi Interpersonal
Menurut Beebe (2008) komunikasi interpersonal terdiri dari beberapa
prinsip yaitu :
a. Komunikasi interpersonal menghubungkan seseorang dengan orang Lain.
Dengan komunikasi interpersonal seseorang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh orang lain. Dasar pemahaman tentang komunikasi
interpersonal adalah asumsi bahwa kualitas suatu hubungan interpersonal
dapat dilihat dari kualitas komunikasinya.
b. Komunikasi interpersonal merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah
(irreversible)
Proses dalam komunikasi interpersonal hanya bisa berjalan satu
arah, tidak bisa dibalik. Ketika memulai komunikasi interpersonal ini maka
tidak akan bisa kembali lagi ke awal. Tetapi komunikasi tersebut akan
terus berkesinambungan, dibentuk oleh peristiwa, pengalaman, dan
pemikiran dari mitra komunikasi.
c. Komunikasi interpersonal merupakan sesuatu yang rumit (complicated)
Tidak ada bentuk komunikasi yang sederhana. Ketika manusia
berkomunikasi, maka informasi tersebut diinterpretasi melalui simbolsimbol. Simbol adalah kata-kata, suara, atau gambaran visual mengenai
sesuatu, bahkan konsep atau objek memiliki berbagai makna dan
interpretasi. Bahasa juga merupakan bagian dari sistem.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

d. Komunikasi interpersonal diatur oleh aturan
Aturan adalah sesuatu hal yang menunjukkan perilaku apa yang
wajib, disukai, atau dilarang dalam konteks tertentu. Aturan-aturan ini
membantu mendefinisikan komunikasi yang pantas dan tidak pantas dalam
situasi tertentu baik yang eksplisit maupun implisit. Aturan komunikasi
interpersonal dikembangkan oleh orang-orang yang terlibat dalam interaksi
dan oleh budaya di mana individu tersebut berkomunikasi.
e. Komunikasi interpersonal terdiri dari dimensi isi (content) dan hubungan
Dimensi isi komunikasi terdiri dari informasi, gagasan, atau
tindakan yang disarankan untuk berbagi. Dimensi hubungan dari
komunikasi biasanya lebih tersirat, ia menawarkan isyarat tentang emosi,
sikap, dan jumlah kekuasaan dan kontrol pembicara terhadap orang lain.
5.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini adalah
komunikasi paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau
perilaku seseorang, karena sifatnya berupa percakapan. Arus balik bersifat
langsung, komunikator mengetahui tanggapan “komunikan ketika itu juga.
Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti
apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya” (Sunarto,
2003, p. 13).
Selain itu, keefektifan dalam komunikasi interpersonal ditentukan oleh
kemampuan untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan, atau mempengaruhi orang
lain sesuai dengan yang diinginkannya (Johnson, 1981).
Menurut De Vito (dalam Sendjaja, 2004) karakteristik –karakteristik
efektivitas komunikasi interpersonal terbagi 2 (dua) yaitu perspektif humanistik
dan perspektif pragmatis.
a. Perspektif humanistik, meliputi sifat–sifat yaitu :
i.

Keterbukaan
Aspek keterbukaan dari komunikasi interpersonal ditandai
dengan adanya kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur dan
terus terang terhadap stimulus yang datang. Demikian pula sebaliknya,
komunikan memberikan tanggapan secara jujur dan terbuka tentang
segala sesuatu yang dikatakan komunikator. Di sini keterbukaan
diperlukan dengan cara memberi tanggapan secara spontan dan tanpa
dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain.

ii.

Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan
dirinya pada peranan atau posisi orang lain. Komunikator dan
komunikan merasakan situasi dan kondisi yang mereka alami tanpa
berpura-pura. Dengan empati seseorang berusaha melihat dan
merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.

iii. Perilaku suportif/ dukungan
Komunikasi interpersonal yang efektif adalah komunikasi
dimana terdapat perilaku suportif / sikap mendukung di dalam diri

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

seseorang. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak
bersikap bertahan (defensif). Keterbukaan dan empati tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak suportif melainkan berlangsung
dalam suasana suportif. Sehingga kita perlu memperlihatkan prilaku
suportif dengan bersikap :
a. deskriptif, bukan evaluatif,
b. spontan, bukan strategic,
c. profesional, bukan sangat yakin
iv.

Prilaku
Komunikasi interpersonal akan efektif bila pelaku komunikasi
memiliki perilaku positif. Sikap positif

dalam komunikasi

interpersonal menunjuk pada dua aspek, yaitu:
a. Komunikasi interpersonal akan berkembang bila menyatakan sikap
positif, dimana ada pandangan positif terhadap diri sendiri.
b. Mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan berbagai
situasi komunikasi. Hal ini dapat menciptakan suasana interaksi
yang menyenangkan.
v.

Kesamaan
Kesamaan dalam komunikasi interpersonal ini mencakup
kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi.
Artinya, komunikasi interpersonal umumnya akan lebih efektif bila
para pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman
yang sama. Namun, hal ini tidak berarti bahwa ketidaksamaan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

tidaklah komunikatif. Kesamaan dalam percakapan di antara para
pelaku komunikasi,memberi pengertian bahwa dalam komunikasi
interpersonal harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima
pesan.
b. Perspektif pragmatis, meliputi sifat–sifat yaitu:
i.

Bersikap Nyakin
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang
mempunyai keyakinan diri. Dalam arti bahwa seorang tidak merasa
malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain. Dalam berbagai
situasi komunikasi, orang yang mempunyai sifat semacam ini akan
bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non verbal.

ii.

Kebersaman
Seseorang

bisa

meningkatkan

efektivitas

komunikasi

interpersonal dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa
kebersamaan. Orang yang memiliki sifat ini, bila berkomunikasi
dengan

orang

la in

akan

memperhatikannya

dan

merasakan

kepentingan orang lain.
iii. Manajemen Interaksi
Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan
mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan keduea
belah pihak, sehingga tidak seorang pun merasa diabaikan. Hal ini
ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan
secara konsisten. Dan biasanya, dalam berkomunikasi orang yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

memiliki sifat semacam ini akan menggunakan pesan–pesan verbal
dan non verbal secara konsisten pula.
i.

Prilaku Ekspresif
Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang
secara sungguh–sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain.
Perilaku ekspresif ini hampir sama dengan keterbukaan,
mengekspresikan tanggung jawab terhadap perasaan dan
pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan memberikan
umpan balik yang relevan. Orang yang berperilaku ekspresif
akan menggunakan berbagai variasi pesan baik secara verbal
maupun non verbal, untuk menyampaikan keterlibatan dan
perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan.

ii.

Orientasi Pada Orang Lain
Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang
harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain. Artinya
adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan orang
lain selama berkomunikasi interpersonal. Tentunya dalam hal
ini seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan
orang lain. Selain itu, orang yang memiliki sifat ini harus
mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut pandang
orang lain serta menghargai perbedaan orang lain dalam
menjelaskan suatu hal.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 23

B. Komunikasi Interpersonal Menantu – Mertua
Pernikahan dalam tradisi masyarakat asia pada umumnya
merupakan proses sosial yang melibatkan bukan hanya kedua individu
yang menikah tetapi juga orangtua kedua keluarga dari masing-masing
individu. Menikah dalam budaya Indonesia adalah menikahi keluarga
masing-masing pasangan ( Friedman, 1998). Pandangan umum di
Indonesia menyatakan bahwa ketika menikah maka menantu tidak hanya
menjadi anak dari orangtuanya tetapi juga anak dari mertuanya, sehingga
apabila ada pihak keluarga yang tidak setuju maka harus dic