Pengukuran dan analisa waktu konvergensi protokol routing eksternal Border Gateway Protocol (BGP) menggunakan GNS3.

(1)

ABSTRAK

Border Gateway Protocol merupakan exterior gateway protocol, dimana

protokol routing ini bekerja antar autonomous system (AS). Fungsi utama dari

Border Gateway Protocol (BGP) adalah tukar menukar informasi konektivitas jaringan, yang selanjutnya digunakan untuk membuat daftar tabel routing sehingga terjadi suatu koneksi.

Permasalahan yang diteliti adalah kemampuan routing Border gateway

protocol (BGP) eksternal untuk beradaptasi dan mencapai keadaan konvergensi ketika terjadi perubahan pada jaringan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan network emulator GNS3, dengan skenario pengukuran, waktu konvergensi awal (initial convergence), saat terjadi kegagalan link (failover convergence), dan saat link yang sebelumnya gagal berfungsi kembali (recovery convergence).

Waktu konvergensi dipengaruhi oleh network diameter, routing entry, dan

besaran nilai hold time yang digunakan oleh Border Gateway Protocol (BGP)

ketika salah satu router dimatikan (failover). Hold time dapat mencegah terjadinya routing oscillations ketika terjadi kegagalan link.

Kata kunci : routing protokol, Border gateway protocol (BGP), GNS3,


(2)

ABSTRACT

Border Gateway Protocol is an exterior gateway protocol, where this routing protocol works inter-autonomous systems (AS). The main function of the Border Gateway Protocol (BGP) is exchange the network connectivity information that is used for making routing table list, so any connection will be occurred.

The problem of this study is the capabilities of the external routing of Border Gateway Protocol to adapt and reach convergence state while there is any changing on the network. This study used network emulator GNS3, with measurement scenarios, initial convergence, failover converge, and when the previous link in the state of recovery convergence.

The convergence time is affected by the network diameter, the routing entry and holding time needed by BGP. Holding time can prevent routing oscillation when the link failure occurred.

Keywords : protocol routing, Border gateway protocol (BGP), GNS3, convergence time, hold time, routing oscillations.


(3)

i

PENGUKURAN DAN ANALISA WAKTU KONVERGENSI PROTOKOL ROUTING EKSTERNAL BORDER GATEWAY PROTOCOL (BGP)

MENGGUNAKAN GNS3 SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

OLEH :

ANNISA VIRGINIA OCTAVIANI 095314077

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii

MEASUREMENT AND ANALYSIS OF CONVERGENCE TIME EXTERNAL ROUTING BORDER GATEWAY PROTOCOL (BGP)

USING GNS3 THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain Sarjana Komputer Degree

in Informatic Engineering Department

CREATED BY :

ANNISA VIRGINIA OCTAVIANI 095314077

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

ALLAH tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Al-Baqarah (2 : 286) Even miracle need a little time. Ilana Tan Start everyday with a new hope, leave bad memories behind, and have faith for a better tomorrow.

Saya persembahkan skripsi ini kepada :

Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

Kedua orang tua dan kakak-kakak saya, yang kasih sayang dan doanya yang tidak terbatas.

Semua teman-teman, yang tidak pernah bosan memberikan dukungan dan semangat untuk saya.

Almamater Universitas Sanata Dharma, yang banyak memberikan pelajaran dan pengalaman selama kuliah.

Setiap orang yang hadir memberikan warna dan meninggalkan kenangan manis di setiap hari-hari saya.

Setiap detik waktu di kehidupan saya, yang terkadang saya sia-siakan. Dan untuk setiap orang yang membaca skripsi ini, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

Border Gateway Protocol merupakan exterior gateway protocol, dimana protokol routing ini bekerja antar autonomous system (AS). Fungsi utama dari Border Gateway Protocol (BGP) adalah tukar menukar informasi konektivitas jaringan, yang selanjutnya digunakan untuk membuat daftar tabel routing sehingga terjadi suatu koneksi.

Permasalahan yang diteliti adalah kemampuan routing Border gateway protocol (BGP) eksternal untuk beradaptasi dan mencapai keadaan konvergensi ketika terjadi perubahan pada jaringan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan network emulator GNS3, dengan skenario pengukuran, waktu konvergensi awal (initial convergence), saat terjadi kegagalan link (failover convergence), dan saat link yang sebelumnya gagal berfungsi kembali (recovery convergence).

Waktu konvergensi dipengaruhi oleh network diameter, routing entry, dan

besaran nilai hold time yang digunakan oleh Border Gateway Protocol (BGP) ketika

salah satu router dimatikan (failover). Hold time dapat mencegah terjadinya routing

oscillations ketika terjadi kegagalan link.

Kata kunci : routing protokol, Border gateway protocol (BGP), GNS3, waktu


(11)

ix

ABSTRACT

Border Gateway Protocol is an exterior gateway protocol, where this routing protocol works inter-autonomous systems (AS). The main function of the Border Gateway Protocol (BGP) is exchange the network connectivity information that is used for making routing table list, so any connection will be occurred.

The problem of this study is the capabilities of the external routing of Border Gateway Protocol to adapt and reach convergence state while there is any changing on the network. This study used network emulator GNS3, with measurement scenarios, initial convergence, failover converge, and when the previous link in the state of recovery convergence.

The convergence time is affected by the network diameter, the routing entry and holding time needed by BGP. Holding time can prevent routing oscillation when the link failure occurred.

Keywords : protocol routing, Border gateway protocol (BGP), GNS3,


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT., karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengukuran

dan Analisa Waktu Konvergensi Protokol Routing Eksternal Border Gateway Protocol (BGP) Menggunakan GNS3”. Tugas akhir ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer program studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut memberikan motivasi, semangat dan bantuan dalam bentuk apapun sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik :

1. Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan, rezeki dan kesabaran selama

penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi.

3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik


(13)

xi

4. Bapak Iwan Binanto, S.Si., M.Cs. selaku dosen pembimbing akademik

sekaligus dosen pembimbing tugas akhir penulis yang selalu memberikan semangat, kritik dan saran selama penulis mengerjakan tugas akhir ini.

5. Bapak Bambang Soelistijanto, Ph.D. dan Bapak Henricus Agung Hernawan,

S.T., M.Kom. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran terhadap tugas akhir ini.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah mendidik dan memberikan ilmu

pengetahuan selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Staff sekretariat dan laboratorium komputer yang membantu dalam

menyelesaikan tugas akhir.

8. Kedua orang tua penulis, Bapak Haendratno dan Ibu Sri Supriati, kakak-kakak

penulis, Churie Nurhaeni Yulia Ningrum, Amd. TEM.; Irine Octavianti Kusuma Wardhanie, S. S. Dan Pretty Valentine Fajriandini, S. IP. untuk doa, dukungan dan semangat yang tidak terbatas.

9. Teman-teman Teknik Informatika angkatan 2009, khususnya teman-teman

jaringan komputer, terimakasih untuk kenangan, semangat selama di bangku kuliah.


(14)

xii

10. Keluarga Fakultas Sains dan Teknologi khususnya program studi Teknik

Informatika Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas dinamikanya.

11. Teman-teman Laboratorium Tugas Akhir Jaringan Komputer, terimakasih

untuk semangat dan dukungan saling menguatkan untuk menyelesaikan tugas akhir.

12. Staff Perpustakaan dan teman-teman Mitra Perpustakaan, terimakasih untuk

dinamika dan hari-hari menyenangkannya.

13. Mastok Debian Vitraly, terimakasih untuk kehadiran, kesabaran, doa, semangat

dan dukungannya yang tidak terbatas.

14. Semua orang-orang baik yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang berada

disisi kiri kanan penulis, yang tanpa henti memberikan masukan, dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu diperlukan saran dan kritik yang penulis harapkan dalam memperbaiki tugas akhir ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak di masa yang akan datang. Terima Kasih.

Yogyakarta, Maret 2015


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL (INGGRIS) ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xxi

Bab I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3


(16)

xiv

1.6. Metodologi Penelitian ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 6

Bab II ... 8

LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Jaringan Komputer ... 8

2.2. TCP / IP... 8

2.2.1 Lapisan link (link layer) ... 9

2.2.2 Lapisan network (network layer) ... 10

2.2.3 Lapisan transport (transport layer) ... 10

2.2.3.1 Transmission Control Protocol (TCP) ... 10

2.2.3.2 User Datagram Protocol (UDP) ... 11

2.2.4 Lapisan aplikasi (application layer) ... 11

2.3. Internet Protocol (IP) ... 12

2.3.1 Connectionless ... 12

2.3.2 Unreliable ... 12

2.4. Internet Protocol Version 4 (IPv4) ... 13

2.4.1. IPv4 Addressing ... 13

2.4.2. Struktur Header IPv4 ... 16

2.5. Autonomous System ... 19

2.6. Routing Protocol ... 20

2.6.1. Interior Gateway Protocol ... 21

2.6.2. Exterior Gateway Protocol ... 21


(17)

xv

2.7. Konvergensi Tabel Routing ... 29

2.8. Cisco ... 30

2.8.1. Cisco IOS ... 30

2.8.2. GNS3 ... 31

2.8.3. Dynamips ... 31

2.8.4. Dynagen ... 32

2.9. Wireshark ... 32

Bab III ... 36

METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1. Spesifikasi Obyek Pengukuran ... 36

3.2. Spesifikasi Hardware Komputer PC untuk Emulator router ... 36

3.3. Spesifikasi Software Komputer PC untuk Emulasi Router Cisco ... 37

3.4. Diagram Flowchart Perancangan Sistem ... 37

3.5. Rancangan Topologi Jaringan ... 38

Topologi 1 ... 38

Topologi 2 ... 39

Topologi 3 ... 40

3.6. Konfigurasi IP Address ... 41

3.7. Skenario Pengujian ... 44

3.8. Tahap Instalasi ... 47

3.9. Pengujian... 47

3.9.1. Capture menggunakan wireshark ... 47


(18)

xvi

3.9.3. Ping ... 60

3.9.4. Show ip route ... 67

BAB IV ... 80

IMPLEMENTASI DAN ANALISA ... 80

4.1. Persiapan Pengukuran ... 80

4.2. Konfigurasi Alamat IP ... 80

4.3. Konfigurasi Routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal ... 81

4.4. Metode Pengambilan Data ... 82

4.4.1. Initial Convergence ... 82

4.4.2. Failover Convergence ... 86

4.4.3. Recovery Convergence ... 97

4.5. Pengukuran dan Analisis Kecepatan Konvergensi ... 102

4.5.1. Initial Convergence ... 102

4.5.2. Failover Convergence ... 106

4.5.3. Recovery Convergence ... 111

BAB V ... 116

KESIMPULAN DAN SARAN ... 116

5.1. Kesimpulan ... 116

5.2. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Empat lapisan pada protokol TCP/IP ... 9

Gambar 2.2 Format Header IPv4 ... 16

Gambar 2.3 Model BGP-4 ... 22

Gambar 2.4 Tampilan wireshark ... 33

Gambar 2.5 Struktur paket sniffer... 34

Gambar 2.6 Struktur wireshark ... 34

Gambar 3.1 Diagram Flowchart Perancangan Sistem ... 37

Gambar 3.2 Desain Topologi 1 ... 38

Gambar 3.3 Desain Topologi 2 ... 39

Gambar 3.4 Desain Topologi 3 ... 40

Gambar 3.5 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 1 ... 48

Gambar 3.6 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 2 ... 49

Gambar 3.7 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 3 ... 50

Gambar 3. 8 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.3.0 pada Topologi 1 ... 51

Gambar 3. 9 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1 ... 52

Gambar 3. 10 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1 ... 53

Gambar 3. 11 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 2 ... 54

Gambar 3. 12 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 2 ... 54

Gambar 3. 13 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 2 ... 55


(20)

xviii

Gambar 3. 15 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.5.0 pada Topologi 3 ... 57

Gambar 3. 16 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 3 ... 58

Gambar 3. 17 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.3.0 pada Topologi 3 ... 58

Gambar 3. 18 Hasil Traceroute dari R4 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 3 ... 59

Gambar 3. 19 Hasil Traceroute dari R5 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 3 ... 60

Gambar 3. 20 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 1 ... 61

Gambar 3. 21 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 1 ... 62

Gambar 3. 22 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 1 ... 62

Gambar 3. 23 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 2 ... 63

Gambar 3. 24 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 2 ... 63

Gambar 3. 25 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 2 ... 64

Gambar 3. 26 Hasil Ping dari R4 pada Topologi 2 ... 64

Gambar 3. 27 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 3 ... 65

Gambar 3. 28 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 3 ... 65

Gambar 3. 29 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 3 ... 66

Gambar 3. 30 Hasil Ping dari R4 pada Topologi 3 ... 66

Gambar 3. 31 Hasil Ping dari R5 pada Topologi 3 ... 67

Gambar 3. 32 Hasil show ip route dari R1 pada Topologi 1 ... 68

Gambar 3. 33 Hasil show ip route dari R2 pada Topologi 1 ... 69

Gambar 3. 34 Hasil show ip route dari R3 pada Topologi 1 ... 70

Gambar 3. 35 Hasil show ip route dari R1 pada Topologi 2 ... 71

Gambar 3. 36 Hasil show ip route dari R2 pada Topologi 2 ... 72


(21)

xix

Gambar 3. 38 Hasil show ip route dari R4 pada Topologi 2 ... 74

Gambar 3. 39 Hasil show ip route dari R1 pada Topologi 3 ... 75

Gambar 3. 40 Hasil show ip route dari R2 pada Topologi 3 ... 76

Gambar 3. 41 Hasil show ip route dari R3 pada Topologi 3 ... 77

Gambar 3. 42 Hasil show ip route dari R4 pada Topologi 3 ... 78

Gambar 3. 43 Hasil show ip route dari R5 pada Topologi 3 ... 79

Gambar 4. 1 Konfigurasi alamat IP pada Cisco IOS ... 81

Gambar 4. 2 Konfigurasi routing protokol ... 81

Gambar 4. 3 Intial Convergence pada jalur R1 - R2 di topologi 1 ... 83

Gambar 4. 4 Hasil show ip route pada R1 di topologi 1 ... 85

Gambar 4. 5 Perubahan tabel routing R1 pada Topologi 1 saat failover convergence ... 86

Gambar 4. 6 Failover Convergence pada jalur R1 - R2 pada topologi 1 ... 87

Gambar 4. 7 Routing tabel pada R2 sebelum notification pada topologi 1 ... 88

Gambar 4. 8 Routing tabel pada R3 sebelum notification pada topologi 1 ... 89

Gambar 4. 9 Routing tabel dari R2 setelah notification pada Topologi 1 ... 91

Gambar 4. 10 Hasil capture wireshark di jalur R1 - R3 pada Topologi 1 ... 92

Gambar 4. 11 Routing tabel dari R3 setelah notification pada Topologi 1 ... 94

Gambar 4. 12 Hasil capture wireshark di jalur R2 - R3 pada Topologi 1 ... 95

Gambar 4. 13 Recovery convergence pada jalur R1 - R2 di topologi 1 ... 97

Gambar 4. 14 Tabel routing R1 pada Topologi 1 setelah recovery convergence ... 99

Gambar 4. 15 Recovery convergence pada jalur R2 - R3 di topologi 1 ... 100

Gambar 4. 16 Tabel routing R3 pada Topologi 1 setelah recovery convergence ... 101


(22)

xx

Gambar 4. 18 Grafik initial convergence pada Topologi 2 ... 104

Gambar 4. 19 Grafik initial convergence pada Topologi 3 ... 106

Gambar 4. 20 Grafik failover convergence pada Topologi 1 ... 107

Gambar 4. 21 Grafik failover convergence pada Topologi 2 ... 109

Gambar 4. 22 Grafik failover convergence pada Topologi 3 ... 110

Gambar 4. 23 Grafik recovery convergence pada Topologi 1 ... 112

Gambar 4. 24 Grafik recovery convergence pada Topologi 2 ... 113


(23)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Kelas dalam IPv4 ... 15

Tabel 3.1. Konfigurasi IP Address Topologi 1 ... 41

Tabel 3.2. Konfigurasi IP Address Topologi 2 ... 42

Tabel 3.3. Konfigurasi IP Address Topologi 3 ... 43

Tabel 4. 1 Bentuk tabel perubahan status initial convergence ... 84

Tabel 4. 2 Tabel pengukuran failover convergence pada jalur R1 - R2 di Topologi 1 ... 90

Tabel 4. 3 Bentuk tabel perubahan status failover convergence pada jalur R1 - R3 ... 93

Tabel 4. 4 Bentuk tabel perubahan status failover convergence pada jalur R2 - R3 ... 96

Tabel 4. 5 Bentuk tabel perubahan status recovery convergence pada jalur R1 -R2 ... 98


(24)

1

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi saat ini mempengaruhi kebutuhan masyarakat pada penggunaan internet. Penggunaan internet dimanfaatkan di berbagai bidang, seperti bidang pekerjaan, pelayanan umum, pendidikan dan sebagainya. Internet membantu masyarakat untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih mudah dan cepat. Meningkatnya kebutuhan akan internet untuk menyelesaikan pekerjaan, meningkatkan kebutuhan untuk menangani mekanisme teknis seperti menentukan jalur yang akan dipilih untuk mengirim paket-paket dari sumber ke tujuan. Agar router dapat meneruskan paket-paket dari sumber ke tujuaan, maka digunakan routing protokol.

Ada dua jenis routing protokol yang digunakan yaitu interior gateway

protocol (IGP) dan exterior gateway protocol (EGP). Contoh interior gateway protocol (IGP) adalah RIP, dan OSPF. Sedangkan untuk exterior gateway protocol (EGP) contohnya border gateway protocol (BGP) (Naugle, 1998).

Permasalahan yang akan diteliti adalah kemampuan routing Border


(25)

konvergensi ketika jaringan mengalami down atau terjadi kegagalan dalam proses perpindahan routing, dengan menggunakan paramater waktu konvergensi. Nilai konvergensi sendiri dapat diketahui ketika terjadi perubahan pada jaringan. Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain oleh Achmad Kodar dengan judul Analisa dan Uji Kinerja PC Router yang Menjalankan Protokol Routing Border Gateway Protocol (BGP) Menggunakan Zebra/Quagga dimana pengujiannya adalah me-monitoring CPU Idle. Selain itu, penelitan yang dilakukan oleh Dewi Yolanda dengan judul penelitian Simulasi Kinerja Routing Protokol OSPF dan EIGRP Menggunakan Simulator Jaringan OPNET Modeler v.14.5 yang melakukan penelitian dengan menggunakan parameter waktu konvergensi.

Merujuk pada jurnal tersebut, penulis ingin melakukan penelitian pada

routing protokol Border gateway protocol (BGP) sebagai exterior gateway

protocol dengan menggunakan network simulator GNS3 yang dipasang pada komputer PC dimana parameter yang digunakan adalah waktu konvergensi.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diselesaikan berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan adalah, yaitu bagaimana melakukan pengukuran dan analisa


(26)

menggunakan waktu konvergensi sebagai parameter ketika terjadi perubahan pada jaringan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu konvergensi dari protokol routing Border Gateway Protocol (BGP).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah agar para administrator jaringan yang akan membangun sebuah jaringan dengan routing eksternal dapat memanfaatkan hasil penelitian dalam memilih protokol routing agar jaringan yang dibangun dapat bekerja dengan baik.

1.5. Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini dibatasi pada :

1. Alamat IP untuk perangkat menggunakan IPv4.

2. Pengujian dilakukan pada protokol routing Border Gateway Protocol

(BGP) eksternal.

3. Kinerja layanan jaringan yang dianalisis menggunakan parameter waktu


(27)

4. Topologi yang digunakan adalah topologi cincin (ring).

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah:

1. Studi literatur

Mengumpulkan berbagai macam referensi dan mempelajari teori yang mendukung penulisan tugas akhir, seperti :

a. Teori jaringan komputer.

b. Teori TCP/IP.

c. Teori IP versi 4.

d. Teori routing protocol BGP.

e. Teori sniffing dengan wireshark

2. Diagram flowchart perancangan sistem

Pada tahap ini ditulis penggambaran logika perancangan sistem melalui diagram flowchart, dibuat berdasarkan studi literatur yang ada. Diagram flowchart design perancangan sistem meliputi logika dari tahap awal merancang topologi jaringan hingga tahap pengujian unjuk kerja routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal.

3. Perancangan sistem

Pada tahap ini dilaksanakan perancangan sistem yang akan dibuat berdasarkan studi literatur dan diagram flowchart perancangan sistem.


(28)

Perancangan sistem meliputi skenari perancangan topologi jaringan, implementasi topologi jaringan pada GNS3 yang telah ditanam di komputer PC, setting alamat IP.

4. Pemilihan hardware dan software

Pada tahap ini, dilakukan pemilihan hardware dan software yang dibutuhkan untuk membangun jaringan komputer sesuai skenari topologi jaringan yang dibuat dan sekaligus untuk pengujian.

5. Tahap konfigurasi

Pada tahap ini, dilakukan konfigurasi pada setiap router yang terlibat dalam jaringan, meliputi konfigurasi alamat IP dan konfigurasi routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal.

6. Pengujian

Dalam tahap ini, dilakukan tiga tahap pengujian, yaitu pengujian initial convergence, failover convergence, dan recovery convergence untuk setiap router. Pengujian juga dilakukan untuk memastikan komunikasi terbentuk dalam jaringan dengan melakukan ping, traceroute, show ip route, debug ip bgp. Software pengujian menggunakan wireshark

untuk melakukan capture pertukaran message pada pembentukan sesi


(29)

7. Analisis data

Pada tahap analisa, dihasilkan output pengambilan data yang

didapatkan dari tahap-tahap pengujian berupa initial convergence,

failover convergence, dan recovery convergence

8. Hasil dan kesimpulan

Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang didapat.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah yang dihadapi, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang digunakan dalam melakukan analisis dan pengukuran kinerja protokol routing Border Gateway Protocol (BGP) yang menggunakan IPv4.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang flowchart, perancangan sistem, skenario pengujian, tahap implementasi dan tahap uji coba


(30)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

Pada bab ini berisi evaluasi dari pelaksanaan uji coba skenario yang dibuat. Hasil pengambilan data dikumpulkan dan dianalisa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat setelah melakukan analisa terhadap hasil pembahasan dan saran dari penulis.


(31)

8

Bab II

LANDASAN TEORI

2.1. Jaringan Komputer

Sebuah jaringan adalah kumpulan perangkat (sering disebut sebagai node) yang terhubung oleh jaringan komunikasi. Sebuah node dapat berupa komputer, printer, atau perangkat lain yang mampu mengirim dan atau menerima data yang dihasilkan oleh node lain di dalam jaringan (Forouzan, 2007).

Jaringan komputer modern adalah entitas dari banyak komponen kecil, sehingga diperlukan privasi dan keamanan dalam berkomunikasi. Dengan adanya keamanan jaringan komputer, maka pengguna akan merasa aman dan nyaman saat melakukan proses komunikasi pada jaringan komputer baik melalui intranet maupun internet.

2.2. TCP / IP

Sejarah TCP/IP dimulai dari lahirnya ARPANET yaitu jaringan paket switching digital yang didanai oleh DARPA (Defence Advanced Research


(32)

Projects Agency) pada tahun 1969. Kemudian ARPANET semakin berkembang sehingga protokol yang digunakan pada waktu itu tidak mampu lagi menampung jumlah node yang semakin banyak. Oleh karena itu DARPA mendanai pembuatan protokol komunikasi yang lebih umum, yakni TCP/IP dan menjadi standard ARPANET pada tahun 1983.

Protokol jaringan dikembangkan dalam bentuk lapisan, dengan setiap lapisan bertanggung jawab untuk setiap aspek yang berbeda dari proses komunikasi. Protokol TCP/IP merupakan kombinasi dari protokol yang berbeda di setiap lapisannya. TCP/IP terdiri dari empat lapisan, seperti pada Gambar 2.1 (Stevens, 1994)

Gambar 2.1 Empat lapisan pada protokol TCP/IP 2.2.1 Lapisan link (link layer)

Lapisan fisik merupakan lapisan terbawah yang mendefinisikan besaran fisik seperti media komunikasi, tegangan, dan arus. Lapisan ini dapat bervariasi bergantung pada media komunikasi pada sebuah


(33)

jaringan. TCP/IP bersifat fleksibel sehingga dapat mengkoneksikan berbagai jaringan dengan media fisik yang berbeda-beda.

2.2.2 Lapisan network (network layer)

Lapisan ini berhubungan dengan internet protokol (IP) yang digunakan untuk menyediakan fungsi pe-rute-an (routing) melalui banyak jaringan. Protokol ini tidak hanya diimplementasikan pada sistem akhir

tetapi juga dalam router. Lapisan ini juga menangani routing paket, IP

(internet protocol), ICMP (Internet Control Message Protocol), dan IGMP (Internet Group Management Protocol).

2.2.3 Lapisan transport (transport layer)

Lapisan transport menangani aliran data antara dua host untuk lapisan aplikasi yang terdapat diatasnya. Dalam lapisan ini terdapat dua protokol transport yaitu :

2.2.3.1 Transmission Control Protocol (TCP)

TCP digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang

membutuhkan kehandalan data sehingga memiliki deteksi galat atau error dan flow control. TCP bersifat connection oriented, yaitu dimana koneksi end-to-end harus dibangun di kedua ujung terminal sebelum kedua ujung terminal tersebut mengirimkan data.


(34)

2.2.3.2 User Datagram Protocol (UDP)

UDP digunakan untuk aplikasi yang memiliki paket data tidak terlalu panjang dan tidak menuntut kehandalan data yang tinggi. UDP bersifat connectionless sehingga tidak ada mekanisme pemeriksaan data dan flow control. Beberapa aplikasi lebih memilih UDP karena efisien dan lebih sederhana.

2.2.4 Lapisan aplikasi (application layer)

Merupakan lapisan terakhir yang berfungsi mendefinisikan aplikasi-aplikasi yang dijalankan pada jaringan. Selain itu representasi data dan manajemen hubungan ditangani aplikasi ini. Pada umumnya aplikasi yang ditangani pada lapisan ini, adalah

a. Telnet untuk remote login.

b. File Transfer Protocol (FTP).

c. Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), untuk electronic mail.


(35)

2.3. Internet Protocol (IP)

Internet protocol berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang tepat. Oleh karena itu internet protocol memegang peranan penting dari jaringan TCP/IP (Forouzan, 2007). Karena semua aplikasi jaringan TCP/IP bertumpu di internet protocol agar dapat berjalan dengan baik. Intenet protocol merupakan protokol pada network layer yang bersifat :

2.3.1 Connectionless

Setiap paket data yang dikirim pada suatu saat akan melalui rute secara bebas. Paket internet protocol datagram akan melalui rute yang

ditentukan oleh setiap router yang dilalui oleh paket tersebut. Hal ini

memungkinkan keseluruhan datagram tiba di tempat tujuan dalam urutan yang berbeda karena menempuh rute yang berbeda pula.

2.3.2 Unreliable

Internet protocol tidak menjamin datagram yang dikirim pasti

sampai ke tempat tujuan. Internet protocol hanya akan melakukan best

effort delivery yakni melakukan usaha sebaik-baiknya agar paket yang dikirim tersebut sampai ke tujuan.


(36)

2.4. Internet Protocol Version 4 (IPv4)

IPv4 adalah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP dengan kapasitas pengalamatan 32-bit atau sejumlah

232 buah IP address. Alamat IPv4 dituliskan dalam notasi desimal bertitik

(dotted-decimal notation), yang dibagi kedalam empat buah oktet dengan panjang 8-bih sehingga nilainya berkisar antara 0 sampai 255.

2.4.1.IPv4 Addressing

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnetmask jaringan, yaitu :

1. Network Identifier/NetID atau network address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan

diaman host berada. Alamat network identifier tidak boleh bernilai

0 atau 255.

2. Host Identifier/HostID atau host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis

teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak

boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network


(37)

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.

2. Alamat Broadcast, meruapakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.

3. Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast diguanakan dalam komunikasi one-to-many.

Pada RFC 791, alamat IPV4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet pertamanya, seperti pada tabel 2.1. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas pada IPv4 adalah pola binner yang terdapat dalam oktet

pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tetapi untuk lebih


(38)

Tabel 2.1 Pembagian Kelas dalam IPv4 Kelas alamat IP Oktet pertama (desimal) Oktet pertama (binner) Digunakan oleh

Kelas A 1 – 126 0xxx xxxx Alamat unicast untuk

jaringan skala besar.

Kelas B 128 – 191 1xxx xxxx Alamat unicast untuk

jaringan skala menengah hingga skala besar.

Kelas C 192 – 223 110x xxxx Alamat unicast untuk

jaringan skala kecil.

Kelas D 224 – 239 1110 xxxx Alamat multicast (bukan

alamat unicast).

Kelas E 240 – 255 1111 xxxx Direservasikan,

umumnya digunakan

sebagai alamat untuk

eksperimen atau

penelitian (bukan alamat unicast).


(39)

2.4.2.Struktur Header IPv4

Paket-paket data dalam protokol IPv4 dikirimkan dalam bentuk datagram. Sebuah paket IPv4 terdiri atas header IP dan muatan IP (payload). Header IP menyediakan dukungan untuk memetakan jaringan (routing), identifikasi muatan IP, ukuran header IP dan paket IP, dukungan fragmentasi dan juga IP options. Sedangkan payload IP berisi informasi yang dikirimakn. Sebelum dikirimkan di dalam saluran jaringan, paket IP akan dibungkus (encapsulation) dengan header protokol lapisan antarmuka jaringan dan trailernya, untuk membuat sebuah frame jaringan. Setiap paket terdiri dari beberapa field yang memiliki fungsi tersendiri dan memiliki informasi yang berbeda-beda. Gambar 2.2 menunjukkan struktur dari paket IPv4.


(40)

Header IPv4 terdiri atas beberapa field (Forouzan, 2003), yaitu :

1. Version

Mengindikasikan versi IP yang digunakan, berukuran 4-bit.

2. IP Header Length

Menunjukkan ukuran header yang digunakan dalam satuan per 4-bytes.

3. Type of Service

Field ini menunjukkan layanan yang hendak diapakai oleh paket yang bersangkutan.

4. Total Length

Menunjjukan ukuran paket yang terdiri dari header dan data.

5. Identification

Menunjukkan identitas suatu fragmen yang digunakan dalam penyatuan kembali (reassembly) menjadi paket utuh.

6. Flags


(41)

7. Fragment Offset

Menunjukkan posisi setiap fragmen.

8. Time to Live

Menunjukkan jumlah node maksimal yang dapat dilalui oleh setiap paket yang dikirim.

9. Protocol

Menunjukkan protokol di lapisan yang lebih tinggi.

10. Header Checksum

Menujukkan nilai yang digunakan dalam pengecekan kesalahan terhdap header sebelum dan sesudah pengiriman.

11. Source Address

Menunjukkan alamat pengirim paket.

12. Destination Address

Menunjukkan alamat penerima paket.

13. Options

Menunjukkan informasi yang memungkinkan suatu paket meminta layanan tambahan.


(42)

14. Padding

Bit-bit “0” tambahan yang ditambahkan ke dalam field ini untuk memastikan header IPv4 tetap berukuran multiple 32-bit.

15. Data

Berisi informasi upper-layer. Panjang variabel sampai dengan 64

Kb.

2.5. Autonomous System

Sebuah autonomous system (AS) adalah sekolompok jaringan dan router di bawah otoritas administrasi tunggal sebuah administrasi tunggal. Routing

yang berada di dalam satu autonomous system disebut intra-domain routing.

Sedangkan routing yang berada diantara lebih dari satu autonomous system

disebut inter-domain routing. Setiap autonomous system dapat memilih satu

atau lebih protokol routing untuk intra-domain yang menangani routing yang ada di dalam autonomous system. Namun, hanya satu protokol routing yang digunakan oleh inter-domain untuk menangani routing antar autonomous system (Forouzan, 2007).


(43)

2.6. Routing Protocol

Protokol routing pada dasarnya adalah metode-metode yang digunakan oleh router untuk saling mengkomunikasikan Informasi NLR (Network Layer Reachability). Dengan demikian, sebuah router dapat menginformasikan rute-rute yang diketahuinya kepada router-router lain di dalam jaringan. Tujuan penggunaan protokol routing adalah :

 Menyederhanakan proses manajemen jaringan karena alamat-alamat yang

dapat dicapai dapat segera diketahui secara otomatis.

 Menemukan jalur-jalur “bebas loop” di dalam jaringan.

 Menetapkan jalur “terbaik” diantara beberapa pilihan yang tersedia.

 Memastikan bahwa semua router yang ada di dalam jaringan

“menyetujui” jalur-jalur terbaik yang telah ditetapkan.

Metode komunikasi yang digunakan biasanya begantung pada format dari paket yang membawa informasi dari satu router ke router lainnya. Metode pengolahan NLRI (Network Layer Reachability Information) disebut algoritma. Untuk dapat memilih jalur terbaik, protokol-protokol routing menyandarkan

keputusannya pada perhitungan metrik. Metrik adalah sebuah nilai numeric

yang dapat merepresentasikan tingkat prioritas atau prefensi sebuah rute., relative terhadap rute lainnya yang menuju ke satu tujan yang sama. Kondisi

dimana semua router di dalam jaringan dapat mencapai “kesepakatan” bulat


(44)

masalah looping disebut konvergensi jaringan. Pengelompokkan protokol

routing dapat dilakukan menurut karakteristik administratifnya, yaitu protokol

routing interior dan protokol routing eksterior.

2.6.1. Interior Gateway Protocol

Interior Gateway Protocol adalah protokol-protokol routing yang

digunakan di dalam satu independent network system atau autonomous

system (AS). Contoh interior gateway protocol, adalah RIPv1, RIPv2, RIPng, IGRP, EIGRP, EIGRP untuk IPv6, OSPF, OSPFv2, OSPFv3, IS-IS, dan IS-IS untuk IPv6.

2.6.2.Exterior Gateway Protocol

Exterior Gateway Protocol adalah protokol routing yang dapat

bekerja antar-beberapa buah independent network system atau

autonomous system (AS). Contoh exterior gateway protocol, adalah EGP, BGPv4, dan BGPv4 untuk IPv6.

2.6.3. Border Gateway Protocol

Border Gateway Protocol (BGP) adalah protokol routing yang memakai system autonomous. Fungsi utama dari BGP adalah tukar-menukar infomasi konektivitas jaringan antar BGP. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk membuat daftar routing sehingga terjadi suatu koneksi. BGP menggunakan pola hop-by-hop dimana hanya


(45)

menggunakan jalur berikutnya yang terdaftar dalam autonomous system. BGP menggunakan TCP sebagai media transport dan port 179 untuk koneksi BGP. Gambar 2.3 memperlihatkan model BGP-4.

Gambar 2.3 Model BGP-4 2.6.3.1. Jenis-jenis BGP

Routing protokol BGP dibagi menjadi dua berdasarkan fungsi, lokasi berjalannya sesi BGP, dan kebutuhan konfigurasinya.

1. Internal BGP (iBGP)

Internal BGP (iBGP) adalah sebuah sesi BGP yang terjalin antara dua router yang menjalankan BGP


(46)

yang berada dalam satu autonomous system yang sama. Sesi internal BGP biasanya dibangun dengan cara membuat sebuah sesi BGP antar-sesama router internal dengan menggunakan nomor AS yang sama.

2. External BGP (eBGP)

External BGP (eBGP) adalah sebuah sesi yang terjadi antar-dua router atau lebih yang berbeda autonomous system-nya. Tidak hanya berbeda nomor AS saja, namun juga berbeda administrasinya. Misalnya, router yang digunakan dapat saling bertukar informasi dengan router ISP dengan bantuan BGP, maka untuk itu perlu dibuat sesi eBGP.


(47)

2.6.3.2. Pembentukan Sesi BGP

Pembentukan sesi BGP menggunakan paket (Rafiudin, 2004):

1. Open message

Setelah sebuah koneksi TCP dibangun diantara

dua sistem BGP, mereka akan bertukar “open message”

untuk membuat koneksi BGP diantara mereka. Begitu koneksi dicapai, maka kedua sistem akan dapat berkirim trafik data dan pesan.

Open message terdiri dari header BGP dan field-field, yaitu :


(48)

My autonomous system, menunjukkan nomer autonomous system dari pengirim.

Hold time, pengajuan nilai hold-time. Kita mengkonfigurasi hold-time local dengan statemen BGP hold-time.

BGP identifier, IP address dari sistem BGP. Address ini ditetapkan saat sistem dihidupkan dan nilainya sama untuk setiap interface local dan juga setiap peer BGP.

Kita mengkonfigurasi BGP identifier dengan statemen router-id pada level hirarki [edit routing-options]. Secara default, BGP menggunakan IP address dari interface pertama yang ditemukan dalam router.

Parameter field length dan parameter itself, ini merupakan fiel-field opsional.

2. Update message

Sistem BGP mengirim update message untuk melakukan pertukaran informasi reachabilitas network.


(49)

Sistem BGP menggunakan informasi ini guna

mengkonstruksi grafik yang menjelaskan

keterkaitan/hubungan diantara semua AS yang dikenal.

Update message terdiri dari BGP header plus field-field opsional berikut :

Unfeasible routes length, panjang field yang me-list rute-rute yang ditarik dari service sebab mereka tidak lagi bisa dicapai.

Withdrawn router, prefix IP address untuk rute-rute yang ditarik dari service.

Total path attribute length, panjang field yang me-list path-path attribute untuk sebuah rute yang memungkinkan pencapaian tujuan (destinasi).

Path attributes, properti dari rute, termasuk path origin, multiple exit discriminator (MED), beserta

informasi tentang aggregation, communities,


(50)

Network layer reachability information (NLRI), prefix IP address untuk rute-rute yang di-advertise dalam update message.

3. Keepalive message

Sistem BGP akan bertukar keepalive message

untuk menetapkan apakah sebuah link atau host mendapati masalah (fail) atau tidak lagi eksis. Keepalive message biasanya cukup sering bertukar sehingga hold timer tidak berakhir (expire). Message ini hanya terdiri dari BGP header.

4. Notification message

Sistem BGP mengirim pesan notification saat

sebuah kondisi error terdeteksi. Begitu message terkirim, sesi BGP dan koneksi TCP diantara sistem-sistem BGP akan ditutup. Pesan Notification terdiri dari BGP header plus kode error (error code) dan subcode, juga data penjelasan error.

 AS_PATH, adalah jalur routing BGP berdasarkan pada daftar

autonomous system yang harus dilewati untuk mencapai alamat tujuan. Jalur routing yang dipilih adalah jalur routing dengan


(51)

AS_PATH paling pendek, dengan AS_PATH memungkinkan BGP-4 mendeteksi adanya routing loop.

 NEXT_HOP, adalah jalur berikutnya yang akan dilalui dalam

routing BGP-4.

 Weigth, adalah parameter dari router itu sendiri mengenai routing

mana yang hendak dipilih. Weight diberikan ke sebuah router dan hanya digunakan oleh router itu sendiri. Semakin tinggi nilai weight dari sebuah router maka semakin baik jalur routing melalui router tersebut.

 Local Preference, merupakan parameter yang digunakan untuk

memilih jalur routing. Berbeda dengan weight yang digunakan sendiri oleh router, local preference digunakan bersama antar router iBGP tetapi tidak dapat digunakan secara bersama pada router eBGP. Default nilai local preference adalah 100, semakin tinggi nilai local preference maka semakin baik jalur routing tersebut.

 Multi-Exit Descriminator (MED), menggambarkan kondisi jalur

yang dimiliki untuk menuju eksternal router. Berbeda dengan weight dan local preference, MED meninggalkan jaringan yang digunakan. Default nilai MED adalah 0, semakin kecil nilai MED menunjukkan semakin baik jalur routing tersebut.


(52)

 Community, adalah sekumpulan BGP-4 yang berada dalam

autonomous system (AS) yang sama.

2.6.3.3. BGP Timer

Protokol routing BGP menggunakan standar waktu (Rekhter & Watson, 1995), yaitu :

1. ConnectRetry, dengan nilai yang disarankan 120 detik.

2. Hold time, dengan nilai yang disarankan 90 detik.

3. Keep alive, dengan nilai yang disarankan 30 detik.

4. MinASOriginationInterval, dengan nilai yang

disarankan 15 detik.

5. MinRouteAdvertisemenInterval, dengan nilai yang

disarankan 30 detik.

2.7. Konvergensi Tabel Routing

Waktu konvergensi adalah proses membawa semua tabel rute ke keadaan konsistensi untuk berbagi informasi melalui jaringan dan menghitung jalur terbaik untuk semua router (Doyle & Carroll, 2009). Nilai konvergensi dapat diketahui ketika terjadi perubahan pada jaringan. Ketika koneksi putus atau


(53)

berubah, pembaruan akan dikirim ke seluruh jaringan yang mengalami perubahan dalam topologi jaringan tersebut. Setelah itu, setiap router menjalankan algoritma routing untuk menghitung ulang rute dan membuat tabel routing yang baru. Setelah router selesai memperbarui tabel routing mereka, maka proses konvergensi telah selesai.

2.8. Cisco

Cisco Systems adalah sebuah perusahaan yang didirikan pada tahun 1984 oleh dua orang eks-staf Stanford University bernama Leonard Bosack dan Sandy K. Lerner. Perangkat yang diproduksi Cisco networking, seperti router, bridge, hub dan switch. Cisco System dimulai sekitar tahun 1980 dan 1981, setelah Xerox PARC (Palo Alto Research Center) menghibahkan beberapa komputer Alto dan Ethernet Card kepada Universitas Stanford. Kemudian oleh mereka dikembangkan menjadi perangkat multiprotocol router yang ditanamkan dalam perangkat berbentuk seperti komputer yang diberi label Cisco (Sofana, 2010).

2.8.1. Cisco IOS

Cisco IOS adalah nama sistem operasi yang digunakan pada perangkat router dan switch buatan Cisco. IOS merupakan sistem operasi


(54)

internetworking dan telekomunikasi. Cisco IOS menyediakan command line interface (CLI) dan kumpulan perintah standar.

Kurt Laugheed, melakukan riset untuk meningkatkan kemampuan perangkat Cisco. Hasilnya adalah CLI generasi pertama yang digunakan pada router Cisco. Di awal tahun 1990, Greg Satz dan Terry ditugaskan untuk menyempurnakan CLI, selama 18 bulan penyempurnaan keluarlah CLI terbaru versi 9.21. Inilah yang menjadi cikal bakal Cisco IOS (Sofana, 2010).

2.8.2.GNS3

GNS3 adalah aplikasi emulator network yang dapat digunakan untuk membuat diagram topologi network. Topologi tersebut dapat dihidupkan, sehingga dapat berhadapan dengan network sungguhan. Tidak hanya sebatas membuat topologi yang adala di dalam mesin virtual GNS3 saja, tetapi setiap topologi yang dibuat dalam mesin GNS3 dari berbagai PC yang berbeda dapat dihubungkan satu sama lain (Sofana, 2010).

2.8.3.Dynamips

Dynamips merupakan software aplikasi mode teks tanpa antar muka grafis yang dibuat oleh Christope Fillot dan dapat mengemulsikan router


(55)

Cisco seri 1700, 2600, 2691, 3600, 3700, dan 7200 hardware. Fungsi dynamips adalah :

 Untuk keperluan training bagi para siswa, sehingga dapat

memahami perintah-perintah IOS tanpa router sesungguhnya.

 Untuk keperluan testing dan eksperimen fitur-fitur IOS.

 Untuk menguji kualitas konfigurasi sebelum diterapkan pada router

sungguhan.

2.8.4.Dynagen

Dynagen dibuat oleh Greg Anuzelli. Dynagen merupakan aplikasi frontend bagi Dynamips.

2.9. Wireshark

Wireshark merupakan software yang digunakan untuk melakukan analisa lalu lintas dan kinerja jaringan komputer. Wireshark dapat membaca data secara langsung dari Ethernet, Token-Ring, FDDI, serial (PPP and SLIP), 802.11 wireless LAN dan koneksi ATM. Gambar 2.4 menunjukkan tampilan dari wireshark.


(56)

Gambar 2.4 Tampilan wireshark

Wireshark menggunakan Graphical User Interface (GUI) sehingga mudah digunakan dan dipahami. Tools ini mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang berjalan dalam jaringan. Semua jenis paket informasi dalam berbagai format protokol akan mudah ditangkap dan dianalisa. Namun tools ini hanya bisa bekerja di dalam jaringan melalui LAN atau Ethernet Card yang ada di PC. Untuk struktur dari packet sniffer terdiri dari dua bagian, yaitu packet analyzer pada layer application operating system (kernel). Gambar 2.4 menunjukkan struktur paket sniffer.


(57)

Gambar 2.5 Struktur paket sniffer

Gambar 2.5 menunjukkan struktur tampilan user interface dari wireshark.


(58)

Keterangan :

a. Command menu.

b. Display filter specification, digunakan untuk memfilter paket data.

c. Listing of captured packets, yaitu paket data yang tertangkap oleh

wireshark.

d. Details of selected packet header, yaitu data lengkap tentang header

suatu paket.


(59)

Bab III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Spesifikasi Obyek Pengukuran

Dalam tugas akhir ini akan dilakukan pengujian terhadap kecepatan konvergensi dari beberapa skenario jaringan, untuk mengetahui kinerja dari

algoritma routing protokol Border Gateway Protocol (BGP) eksternal.

Pengujian menggunakan GNS3 yang yang ditanam pada komputer PC dengan

mengemulasikan Cisco router seri 2691 yang mendukung routing Border

gateway protocol (BGP).

3.2. Spesifikasi Hardware Komputer PC untuk Emulator router

 Processor Intel Pentium Dual Core

 Harddisk 500 GB


(60)

3.3. Spesifikasi Software Komputer PC untuk Emulasi Router Cisco

 Operating System Windows 7.

 Simulator GNS3-0.8.4-all-in-one untuk mengemulasikan router.

 OS Cisco pada GNS3 : c2691-advipservicesk9-mz.124-15.T6.image

3.4. Diagram Flowchart Perancangan Sistem


(61)

3.5. Rancangan Topologi Jaringan

Topologi 1

Perancangan topologi jaringan ini terdiri dari tiga router yang memiliki autonomous system (AS) yang berbeda.


(62)

Topologi 2

Perancangan topologi jaringan ini terdiri dari empat router yang memiliki autonomous system (AS) yang berbeda.


(63)

Topologi 3

Perancangan topologi jaringan ini terdiri dari lima router yang memiliki autonomous system (AS) yang berbeda.


(64)

3.6. Konfigurasi IP Address

Tabel 3.1. Konfigurasi IP Address Topologi 1

Nama Perangkat

Interface IP Address Subnet Mask

Alamat Gateway

Router R1 (AS 100)

Fa 0/0 192.168.1.1 /24 -

Fa 0/1 192.168.2.1 /24 -

Lo 0 10. 0.1.1 /24 -

Lo 1 10.0.2.1 /24 -

Lo 2 10.0.3.1 /24 -

Lo 3 10.0.4.1 /24 -

Router R2 (AS 200)

Fa 0/0 192.168.1.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.3.1 /24 -

Lo 0 11.0.1.1 /24 -

Lo 1 11.0.2.1 /24 -

Lo 2 11.0.3.1 /24 -

Lo 3 11.0.4.1 /24 -

Router R3 (AS 300)

Fa 0/0 192.168.2.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.3.2 /24 -

Lo 0 12.0.1.1 /24 -

Lo 1 12.0.2.1 /24 -

Lo 2 12.0.3.1 /24 -


(65)

Tabel 3.2. Konfigurasi IP Address Topologi 2

Nama Perangkat

Interface IP Address Subnet Mask

Alamat Gateway

Router R1 (AS 100)

Fa 0/0 192.168.1.1 /24 -

Fa 0/1 192.168.2.1 /24 -

Lo 0 10. 0.1.1 /24 -

Lo 1 10.0.2.1 /24 -

Lo 2 10.0.3.1 /24 -

Lo 3 10.0.4.1 /24 -

Router R2 (AS 200)

Fa 0/0 192.168.1.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.3.1 /24 -

Lo 0 11.0.1.1 /24 -

Lo 1 11.0.2.1 /24 -

Lo 2 11.0.3.1 /24 -

Lo 3 11.0.4.1 /24 -

Router R3 (AS 300)

Fa 0/0 192.168.2.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.4.1 /24 -

Lo 0 12.0.1.1 /24 -

Lo 1 12.0.2.1 /24 -

Lo 2 12.0.3.1 /24 -

Lo 3 12.0.4.1 /24 -

Router R4 (AS 400)

Fa 0/0 192.168.3.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.4.2 /24 -


(66)

Lo 1 13.0.2.1 /24 -

Lo 2 13.0.3.1 /24 -

Lo 3 13.0.4.1 /24 -

Tabel 3.3. Konfigurasi IP Address Topologi 3

Nama Perangkat

Interface IP Address Subnet Mask

Alamat Gateway

Router R1 (AS 100)

Fa 0/0 192.168.1.1 /24 -

Fa 0/1 192.168.2.1 /24 -

Lo 0 10. 0.1.1 /24 -

Lo 1 10.0.2.1 /24 -

Lo 2 10.0.3.1 /24 -

Lo 3 10.0.4.1 /24 -

Router R2 (AS 200)

Fa 0/0 192.168.1.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.3.1 /24 -

Lo 0 11.0.1.1 /24 -

Lo 1 11.0.2.1 /24 -

Lo 2 11.0.3.1 /24 -

Lo 3 11.0.4.1 /24 -

Router R3 (AS 300)

Fa 0/0 192.168.2.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.4.1 /24 -

Lo 0 12.0.1.1 /24 -

Lo 1 12.0.2.1 /24 -

Lo 2 12.0.3.1 /24 -


(67)

Router R4 (AS 400)

Fa 0/0 192.168.3.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.5.1 /24 -

Lo 0 13.0.1.1 /24 -

Lo 1 13.0.2.1 /24 -

Lo 2 13.0.3.1 /24 -

Lo 3 13.0.4.1 /24 -

Router R5 (AS 500)

Fa 0/0 192.168.4.2 /24 -

Fa 0/1 192.168.5.2 /24 -

Lo 0 14.0.1.1 /24 -

Lo 1 14.0.2.1 /24 -

Lo 2 14.0.3.1 /24 -

Lo 3 14.0.4.1 /24 -

3.7. Skenario Pengujian

Skenario pengujian terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Initial Convergence, pengujian dilakukan pada saat jaringan baru saja dihidupkan.

Tujuan : mendapatkan data pengukuran kecepatan konvergensi pada topologi jaringan.


(68)

Kondisi awal : router telah menyala dan telah dikonfigurasi, namun

routing Border gateway protocol (BGP) eksternal belum dijalankan

sehingga belum terhubung dengan network peer-nya.

Kondisi akhir : router telah menyala dan routing Border gateway protocol (BGP) eksternal telah bekerja sehingga terhubung dengan network peer-nya dan terjadi perubahan pada routing tabel.

2. Failover Convergence, pengujian dilakukan pada saat terjadi perubahan pada topologi, dengan cara salah satu router diubah statusnya menjadi "shutdown" .

Tujuan : mendapatkan data pengukuran kecepatan konvergensi pada pada saat topologi berubah.

Kondisi awal : router dalam keaadaan menyala dan routing Border gateway protocol (BGP) eksternal bekerja sehingga terhubung dengan network peer-nya.

Kondisi akhir : router berubah status menjadi "shutdown" sehingga tidak

terhubung dengan network peer-nya dan terjadi perubahan pada routing


(69)

3. Recovery Convergence, pengujian dilakukan pada saat router yang shutdown hidup kembali.

Tujuan : mendapatkan data pengukuran kecepatan konvergensi pada pada saat topologi berubah.

Kondisi awal : router masih dalam keaadan shutdown setelah pengujian failover convergence, sehingga sehingga tidak terhubung dengan network peer-nya.

Kondisi akhir : router kembali menyala dan routing Border gateway protocol (BGP) eksternal telah bekerja sehingga terhubung dengan network peer-nya dan terjadi perubahan pada routing tabel.

Pengambilan data waktu konvergensi dilakukan dengan melakukan capture pertukaran message saat pembentukan sesi pada routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal menggunakan Wireshark yang merupakan software untuk melakukan analisa lalu lintas dan kinerja jaringan komputer. Wireshark telah ada di dalam GNS3, sehingga untuk menggunakannya dengan menjalankan menu capture pada router.


(70)

3.8. Tahap Instalasi

Tahap ini dilakukan untuk mencoba dan menguji sistem yang telah dirancang dan digambarkan sebelumnya.

Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah mengkonfigurasi alamat IP pada interface di masing-masing router. Kemudian dilanjutkan dengan

konfigurasi routing Border Gateway Protokol (BGP) eksternal pada setiap

router. Setelah itu, untuk mengetahui router telah terhubung bisa dengan cara sederhana yaitu dengan melakukan ping pada setiap router.

3.9. Pengujian

Tahap pengujian dilakukan apabila konfigurasi hardware dan software

telah dilakukan. Ada tiga tahap pengujian, yaitu initial convergence, failover

convergence, dan recovery convergence.

3.9.1. Capture menggunakan wireshark

Wireshark digunakan untuk mengambil hasil/capture pertukaran message pada pembentukan sesi routing Border Gateway Protocol (BGP) eksternal antar dua perangkat jaringan komputer atau lebih.


(71)

3.9.1.1 Topologi 1

Gambar 3.5 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 1

Pada topologi 1 capture menggunakan wireshark untuk jalur R1-R2 dilakukan pada interface f0/0 R1 yang terhubung dengan R2, kemudian untuk jalur R1-R3 dilakukan pada interface f0/1 R1 yang terhubung dengan R3, dan untuk jalur R2-R3 dilakukan pada interface f0/1 R2 yang terhubung dengan R3.


(72)

3.9.1.2 Topologi 2

Gambar 3.6 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 2

Pada topologi 2 capture menggunakan wireshark untuk jalur R1-R2 dilakukan pada interface f0/0 R1 yang terhubung dengan R2, kemudian untuk jalur R1-R3 dilakukan pada interface f0/1 R1 yang terhubung dengan R3, selanjutnya untuk jalur R2-R4 dilakukan pada interface f0/1 R4 yang terhubung dengan R2, dan untuk jalur R3-R4 dilakukan pada interface f0/0 R4 yang terhubung dengan R3.


(73)

3.9.1.3 Topologi 3

Gambar 3.7 Capture menggunakan wireshark pada Topologi 3

Pada topologi 3 capture menggunakan wireshark untuk jalur R1-R2 dilakukan pada interface f0/0 R1 yang terhubung dengan R2, dan untuk jalur R1-R3 dilakukan pada interface f0/1 R1 yang terhubung dengan R3. Sedangkan untuk jalur R2-R4 capture dilakukan pada interface f0/0 pada R4 yang terhubung dengan R2, selanjutnya untuk jalur R3-R5 capture dilakukan pada interface f0/0 R5 yang terhubung dengan R3, dan untuk jalur R4-R5 capture dilakukan pada interface f0/1 pada R4 yang terhubung dengan


(74)

3.9.2. Traceroute

Traceroute (tracert) adalah perintah untuk menunjukkan rute yang dilewati paket untuk mencapai tujuan. Proses ini dilakukan dengan

mengirim pesan Internest Control Message Protocol (ICMP) Echo

Request ke tujuan. Rute yang ditampilkan adalah daftar interface router (yang paling dekat dengan host) yang terdapat pada jalur antara host dan tujuan. Proses traceroute dilakukan pada setiap router.

Contoh pada salah satu router : #traceroute [ip tujuan]

3.9.2.1. Topologi 1

Hasil traceroute pada topologi 1 ditampilkan pada Gambar 3.8, Gambar 3.9, dan Gambar 3.10.

Gambar 3. 8 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.3.0 pada Topologi 1

Dari Gambar 3.8, dapat dilihat, dari router R1 menuju ke IP address 192.168.3.2 yang berada di router R3. Paket melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network


(75)

dengan IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2, kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.3.2 yang berada di router R3 via AS 200 yaitu router R2.

Gambar 3. 9 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1

Dari Gambar 3.9, dapat dilihat, dari router R2 menuju ke IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3. Paket melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1, kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3 via AS 100 yaitu router R1.


(76)

Gambar 3. 10 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 1

Dari Gambar 3.10, dapat dilihat, dari router R3 menuju ke IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2. Paket melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.2.1 yang berada di router R1, kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2 via AS 100 yaitu router R1.


(77)

3.9.2.2. Topologi 2

Hasil traceroute pada topologi 2 ditampilkan pada Gambar 3.11, Gambar 3.12, Gambar 3.13, dan Gambar 3.14.

Gambar 3. 11 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 2

Dari Gambar 3.11, dapat dilihat, dari router R1 menuju ke IP address 192.168.4.2 yang berada di router R4. Paket melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3, kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.4.2 yang berada di router R4 via AS 300 yaitu router R3.

Gambar 3. 12 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 2


(78)

Dari Gambar 3.12, dapat dilihat, dari router R2 menuju ke IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3. Paket melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1, kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.2 yang berada di router R3 via AS 100 yaitu router R1.

Gambar 3. 13 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 2

Dari Gambar 3.13, dapat dilihat, dari router R3 menuju ke IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2. Paket melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.2.1 yang berada di router R1, kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2 via AS 100 yaitu router R1.


(79)

Gambar 3. 14 Hasil Traceroute dari R4 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 2

Dari Gambar 3.14, dapat dilihat, dari router R4 menuju ke IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1. Paket melewati dua network, atau dua kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.3.1 yang berada di router R2, kemudian dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1 via AS 200 yaitu router R1.


(80)

3.9.2.3. Topologi 3

Hasil traceroute pada topologi 2 ditampilkan pada Gambar 3.15, Gambar 3.16, Gambar 3.17, Gambar 3.18, dan Gambar 3.19.

Gambar 3. 1 Hasil Traceroute dari R1 ke network 192.168.5.0 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.15, dapat dilihat, dari router R1 menuju ke IP address 192.168.5.1 yang berada di router R4. Paket melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.2.2 yang berada di router R3, kemudian melewati network dengan IP address 192.168.4.2 yang berada di router R5 dan dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.5.1 yang berada di router R4 via AS 500 yaitu router R5.


(81)

Gambar 3. 2 Hasil Traceroute dari R2 ke network 192.168.4.0 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.16, dapat dilihat, dari router R2 menuju ke IP address 192.168.4.1 yang berada di router R3. Paket melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.3.2 yang berada di router R4, kemudian melewati network dengan IP address 192.168.5.2 yang berada di router R5 dan dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.4.1 yang berada di router R4 via AS 500 yaitu router R5.

Gambar 3. 3 Hasil Traceroute dari R3 ke network 192.168.3.0 pada Topologi 3


(82)

Dari Gambar 3.17, dapat dilihat, dari router R3 menuju ke IP address 192.168.3.2 yang berada di router R4. Paket melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.2.1 yang berada di router R1, kemudian melewati network dengan IP address 192.168.1.2 yang berada di router R2 dan dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.3.2 yang berada di router R4 via AS 200 yaitu router R2.

Gambar 3. 4 Hasil Traceroute dari R4 ke network 192.168.2.0 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.18, dapat dilihat, dari router R4 menuju ke IP address 192.168.2.1 yang berada di router R1. Paket melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.5.2 yang berada di router R5, kemudian melewati network dengan IP address 192.168.4.1 yang berada di router R3 dan dilanjutkan langsung ke IP


(83)

address 192.168.2.1 yang berada di router R1 via AS 300 yaitu router R3.

Gambar 3. 5 Hasil Traceroute dari R5 ke network 192.168.1.0 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.19, dapat dilihat, dari router R5 menuju ke IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1. Paket melewati tiga network, atau tiga kali hop, yaitu network dengan IP address 192.168.5.1 yang berada di router R4, kemudian melewati network dengan IP address 192.168.3.1 yang berada di router R2 dan dilanjutkan langsung ke IP address 192.168.1.1 yang berada di router R1 via AS 200 yaitu router R2.

3.9.3. Ping

Ping digunakan untuk memeriksa konektivitas antar jaringan melalui sebuah protokol Transmission Control Protokol/Internet Control


(84)

Message Protocol (ICMP) kepada alamat IP yang hendak diuji coba konektivitasnya.

Contoh pada salah satu router : #ping [ip tujuan]

3.9.3.1. Topologi 1

Hasil ping pada setiap router untuk topologi 1, ditampilkan pada Gambar 3.20, Gambar 3.21 dan Gambar 3.22.

Gambar 3. 6 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 1

Dari Gambar 3.20, dapat dilihat, router R1 melakukan ping ke IP address 192.168.3.2 dan 12.0.1.1 yang ada di router R3.


(85)

Gambar 3. 7 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 1

Dari Gambar 3.21, dapat dilihat, router R2 melakukan ping ke IP address 192.168.2.2 dan 12.0.1.1 yang ada di router R3.

Gambar 3. 8 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 1

Dari Gambar 3.22, dapat dilihat, router R3 melakukan ping ke IP address 192.168.1.2 dan 11.0.1.1 yang ada di router R2.

3.9.3.2. Topologi 2

Hasil ping pada setiap router untuk topologi 2, ditampilkan pada Gambar 3.23, Gambar 3.24, Gambar 3.25 dan Gambar 3.26.


(86)

Gambar 3. 9 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 2

Dari Gambar 3.23, dapat dilihat, router R1 melakukan ping ke IP address 192.168.4.2 dan 13.0.1.1 yang ada di router R4.

Gambar 3. 10 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 2

Dari Gambar 3.24, dapat dilihat, router R2 melakukan ping ke IP address 192.168.2.2 dan 12.0.1.1 yang ada di router R3.


(87)

Gambar 3. 11 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 2

Dari Gambar 3.25, dapat dilihat, router R3 melakukan ping ke IP address 192.168.1.2 dan 11.0.1.1 yang ada di router R2.

Gambar 3. 12 Hasil Ping dari R4 pada Topologi 2

Dari Gambar 3.26, dapat dilihat, router R4 melakukan ping ke IP address 192.168.1.1 dan 10.0.1.1 yang ada di router R1.


(88)

3.9.3.3. Topologi 3

Hasil ping pada setiap router untuk topologi 3, ditampilkan pada Gambar 3.27, Gambar 3.28, Gambar 3.29, Gambar 3.30 dan Gambar 3.31.

Gambar 3. 13 Hasil Ping dari R1 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.27, dapat dilihat, router R1 melakukan ping ke IP address 192.168.5.1 dan 13.0.1.1 yang ada di router R4.

Gambar 3. 14 Hasil Ping dari R2 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.28, dapat dilihat, router R2 melakukan ping ke IP address 192.168.4.1 dan 12.0.1.1 yang ada di router R3.


(89)

Gambar 3. 15 Hasil Ping dari R3 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.29, dapat dilihat, router R3 melakukan ping ke IP address 192.168.4.1 dan 12.0.1.1 yang ada di router R5.

Gambar 3. 16 Hasil Ping dari R4 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.30, dapat dilihat, router R4 melakukan ping ke IP address 192.168.2.1 dan 10.0.1.1 yang ada di router R1.


(90)

Gambar 3. 17 Hasil Ping dari R5 pada Topologi 3

Dari Gambar 3.31, dapat dilihat, router R5 melakukan ping ke IP address 192.168.1.1 dan 10.0.1.1 yang ada di router R1.

3.9.4. Show ip route

Show ip route digunakan untuk menujukkan jalur/rute ip tetangga yang dilalui jika ingin mengirim paket data, didapatkan dari tabel routing.

Contoh pada salah satu router : #show ip route

3.9.4.1. Topologi 1

Hasil show ip route pada setiap router untuk topologi 1, ditampilkan pada Gambar 3.32, Gambar 3.33 dan Gambar 3.34.


(91)

Gambar 3. 32 Hasil show ip route dari R1 pada Topologi 1

Dari Gambar 3.32, dapat dilihat terdapat huruf 'B' pada bagian kiri network address menandakan bahwa network

tersebut telah terhubung pada router dengan routing border

gateway protokol (BGP) eksternal. Sedangkan untuk huruf 'C' menandakan bahwa network tersebut terhubung secara langsung (directly connected).

Gambar 3.32 memperlihatkan subnet 11.0.0.0/24; 12.0.0.0/24; dan network 192.168.3.0/24 terhubung dengan network pada R1 menggunakan routing BGP.


(92)

Gambar 3. 33 Hasil show ip route dari R2 pada Topologi 1

Gambar 3.33 memperlihatkan subnet 10.0.0.0/24; 12.0.0.0/24; dan network 192.168.2.0/24 terhubung dengan network pada R2 menggunakan routing BGP.


(93)

Gambar 3. 34 Hasil show ip route dari R3 pada Topologi 1

Gambar 3.34 memperlihatkan subnet 10.0.0.0/24; 11.0.0.0/24; dan network 192.168.1.0/24 terhubung dengan network pada R3 menggunakan routing BGP.


(94)

3.9.4.2. Topologi 2

Hasil show ip route pada setiap router untuk topologi 2, ditampilkan pada Gambar 3.35, Gambar 3.36, Gambar 3.37, dan Gambar 3.38.

Gambar 3. 18 Hasil show ip route dari R1 pada Topologi 2

Gambar 3.35 memperlihatkan subnet 11.0.0.0/24; 12.0.0.0/24; 13.0.0.0/24; juga network 192.168.3.0/24 dan 192.168.4.0/24 terhubung dengan network pada R1 menggunakan routing BGP.


(95)

Gambar 3. 19 Hasil show ip route dari R2 pada Topologi 2

Gambar 3.36 memperlihatkan subnet 10.0.0.0/24; 12.0.0.0/24; 13.0.0.0/24; juga network 192.168.2.0/24 dan 192.168.4.0/24 terhubung dengan network pada R2 menggunakan routing BGP.


(96)

Gambar 3. 20 Hasil show ip route dari R3 pada Topologi 2

Gambar 3.37 memperlihatkan subnet 10.0.0.0/24; 11.0.0.0/24; 13.0.0.0/24; juga network 192.168.1.0/24 dan 192.168.3.0/24 terhubung dengan network pada R3 menggunakan routing BGP.


(97)

Gambar 3. 21 Hasil show ip route dari R4 pada Topologi 2

Gambar 3.38 memperlihatkan subnet 10.0.0.0/24; 11.0.0.0/24; 12.0.0.0/24; juga network 192.168.1.0/24 dan 192.168.2.0/24 terhubung dengan network pada R4 menggunakan routing BGP.


(98)

3.9.4.3. Topologi 3

Hasil show ip route pada setiap router untuk topologi 3, ditampilkan pada Gambar 3.39, Gambar 3.40, Gambar 3.41, Gambar 3.42dan Gambar 3.43.

Gambar 3. 22 Hasil show ip route dari R1 pada Topologi 3

Gambar 3.39 memperlihatkan subnet 11.0.0.0/24;

12.0.0.0/24; 13.0.0.0/24; 14.0.0.0/24; juga network


(99)

terhubung dengan network pada R1 menggunakan routing BGP.

Gambar 3. 23 Hasil show ip route dari R2 pada Topologi 3

Gambar 3.40 memperlihatkan subnet 10.0.0.0/24;

12.0.0.0/24; 13.0.0.0/24; 14.0.0.0/24; juga network

192.168.2.0/24; 192.168.4.0/24; dan 192.168.5.0/24

terhubung dengan network pada R2 menggunakan routing BGP.


(100)

Gambar 3. 41 Hasil show ip route dari R3 pada Topologi 3

Gambar 3.41 memperlihatkan subnet 10.0.0.0/24;

11.0.0.0/24; 13.0.0.0/24; 14.0.0.0/24; juga network

192.168.1.0/24; 192.168.3.0/24; dan 192.168.5.0/24

terhubung dengan network pada R3 menggunakan routing BGP.


(1)

(2)

138

Topologi 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

140

Topologi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI