EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN GAYA BELAJAR KINESTETIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA.

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN GAYA BELAJAR KINESTETIK TERHADAP KETERAMPILAN

PROSES SAINS FISIKA SISWA

TESIS

Oleh :

SRIUTAMI KHOLILA MORA SIREGAR NIM. 8126175017

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Sriutami Kholila Mora Siregar (NIM : 8126175017) Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Menggunakan Peta Konsep DanGaya Belajar Kinestetik Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Kelas X SMA Negei 5 Padangsidempuan T.P 2014/2015.

Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses Fisika siswa dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep dan model pembelajaran Direct Instruction, untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik rendah, untuk mengetahui Interaksi antara Model Pembelajaran dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika siswa. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan kelas kedua sebagai kelas kontrol diterapkan Model Pembelajaran Direct Instruction. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes keterampilan proses sains Fisika dalam bentuk uraian sebanyak 13 soal dan insrumen angket Gaya Belajar Kinestetik yang telah dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan Model Pembelajaran Direct Instruction. Terdapat perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan siswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik rendah. Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan Gaya Belajar Kinestetik dalam mempengaruhi keterampilan proses sains Fisika siswa.


(5)

ABSTRACT

Sriutami Kholila Mora Siregar (NIM: 8126175017)The Effects of Cooperative Learning Group Investigation Model Using Concept Map And Kinesthetic Learning Style Towards Science Process Skills in Physics Students Class XSMA Negeri 5 Padangsidempuan TP 2014/2015.

The purposes of the research are: to determine differences in the physics skills of students with learning model Cooperative Group Investigation using concept maps and Direct Instruction teaching model, to determine differences in the physical skills of students who have high Kinesthetic Learning Styles and Learning Styles low, to determine the interaction between Models of Learning and Kinestetic Learning Styles toward physical process skills of students. The sample in this study conducted in a cluster random sampling of two classes, where the first class as a class experiment applied learning models Cooperative Group Investigation using Concept Maps as a class and the second class of controls implemented Direct Instruction model. The instrument used in this study is physics instrument science process skills in narrative form as many as 13 questions and insrumen kinesthetic learning style questionnaire that has been declared valid and reliable.The results were found: there are differences in physical science process skills students are taught by Cooperative Group Investigation learning model using Concept Maps and Direct Instruction teaching model. There are differences in physical science process skills of students who have a kinesthetic learning styles and students who have low kinesthetic learning style. Interaction between learning models Cooperative Group Investigation using Concept Maps and kinesthetic learning styles in influencing the physical science process skills of students.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MENGGUNAKAN PETA KONSEP DAN GAYA BELAJAR KINESTETIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES FISIKA SISWA” dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED yang ditengah-tengah

kesibukannya telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus pembimbing I serta Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku pembimbing II yang ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.


(7)

3. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.

4. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program

Pascasarjana UNIMED.

5. Bapak Drs. Anwar selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Padangsidimpuan beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Papa Tercinta dan Mama serta saudara-saudaraku tersayang yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.

7. Sahabat seperjuangan terkhusus angkatan III Prodi Pendidikan Fisika yang telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 8

1.3 Batasan Masalah 9

1.4 Rumusan Masalah 9

1.5 Tujuan Penelitian 10

1.6 Manfaat Penelitian 11

1.7 Definisi Operasional 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 13

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran 13

2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif 13

2.1.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 16

2.1.4. Model Pembelajaran Direct Instruction 19

2.1.5. Peta Konsep 21

2.1.6. Teori-teori Belajar Yang Mendukung 23

2.2. Gaya Belajar 28

2.2.1. Gaya Belajar Kinestetik 28

2.3. Keterampilan Proses 31

2.4. Penelitian Yang Relevan 34

2.5. Kerangka Konseptual 41

2.6. Hipotesis 42

BAB III : METODE PENELITIAN 43

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 43

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 43

3.3. Variabel Penelitian 43

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 44

3.5. Prosedur Penelitian 47


(9)

3.6.1 Tes Keterampilan Proses Sains 49

3.6.1.1 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 50

3.6.1.2 Validasi TesKeterampilan Proses Sains 50

3.6.1.3 Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains 52

3.6.1.4 Taraf Kesukaran Tes Keterampilan Proses

Sains 53

3.6.2 Angket Gaya Belajar Kinestetik 54

3.7. Teknik Analisis Data 56

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62

4.1. Hasil Penelitian 62

4.1.1. Keterampilan Proses Sains Sebelum Dilakukan

Perlakuan 62

4.1.1.1. Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa 62

4.1.1.2. Gaya Belajar Kinestetik 67

4.1.2 Data Postes 68

4.1.2.1 Postes Keterampilan Proses Sains 69

4.1.3. Uji Hipotesis 71

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 81

4.2.1 Perbedaan Keterampilan Proses Sains siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investigation Menggunakan Peta Konsep dan Model

Pembelajaran Direct Instruction 81

4.2.2 Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa yang

Mempunyai Gaya Belajar Kinestetik Tinggi dan

Rendah 87

4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Gaya

Belajar Kinestetik Untuk Meningkatkan Keterampilan

Proses SainsSiswa 90

BAB V:KESIMPULAN DAN SARAN 92

5.1 Kesimpulan 92

5.2 Saran 93


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 14 Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran Group

Investigation 18

Tabel 2.3 Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction 20

Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 44

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 45

Tabel 3.3. Rumus Unsur Persiapan ANAVA 46

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Keterampilan Proses Sains 49

Tabel 3.5 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 51

Tabel 3.6 Derajat Reliabilitas 52

Tabel 3.7. Reliabilitas 53

Tabel 3.8 Taraf Kesukaran Item Tes Keterampilan Proses Sains 54

Tabel 3.9. Koefision Korelasi Gaya Belajar Kinestetik 55

Tabel. 3.10.Kisi-kisi Instrumen Gaya Belajar Kinestetik Siswa Pada

Pembelajaran Materi Suhu dan Kalor 56

Tabel 4.1. Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas

Kontrol 62

Tabel 4.2. Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas

Eksperimen 63

Tabel 4.3. Uji Normalitas Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa 63

Tabel 4.4. Uji Normalitas Pretes 64

Tabel 4.5. Uji Homogenitas Varians Pretes Keterampilan Proses

Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 66

Tabel 4.6. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Keterampilan Proses

Sains Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol 66

Tabel 4.7. Data Gaya Belajar Kinestetik Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen 67

Tabel 4.8. Data Postes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas

Kontrol 69

Tabel 4.9. Data Postes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas

Eksperimen 70

Tabel 4.10. Data Disain Faktorial Rata-rata Keterampilan Proses Sains

Terhadap Kelompok Gaya Belajar Kinestetik 70

Tabel 4.11. Jumlah Siswa Gaya Belajar Kinestetik Tinggi dan Rendah

Model Pembelajaran 71

Tabel 4.12. Statistik ANAVA 71

Tabel 4.13. Uji Homogenitas Dari Varians 72

Tabel 4.14. Output perhitungan ANAVA Dua Jalur 72

Tabel4.15. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Antar kelompok 75

Tabel4.16. Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Terhadap


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Hubungan Antara Ketiga Variable 44

Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian 48

Gambar 4.1. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas Kontrol 64

Gambar 4.2. Gambar Histogram Distribusi Normal Kelas

Eksperimen 65

Gambar 4.3 Interaksi Model Pembelajaran dan Gaya Belajar

Kinestetik Tinggi dan Rendah 74

Gambar 4.4 Perbandingan keterampilan proses sains Pretes dan

Postes Kelas Direct Instruction dan Group Investigation 79

Gambar 4.5 Perbandingan keterampilan proses sains Gaya Belajar

Kinestetik Tinggi dan Rendah 80

Gambar 4.6. Interaksi Model Pembelajarandan Gaya Belajar


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 96

Lampiran 2 Bahan Ajar Suhu dan Kalor 111

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Suhu dan Kalor 122

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 125

Lampiran 5 Bahan Ajar Perpindahan Kalor 140

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Perpindahan Kalor Secara Konduksi 148

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3 153

Lampiran 8 Bahan Ajar Azas Black 167

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Azas Black 176

Lampiran 10 Validitas dan Reabilitas 179

Lampiran 11 Tingkat Kesukaran 182

Lampiran 12 Data Pretes 184

Lampiran 13 Uji Normalitas 186

Lampiran 14 Uji Homogenitas 188

Lampiran 15 Uji Kesamaan Kemampuan Awal 189

Lampiran 16 Gaya Belajar 190

Lampiran 17 Postes 192

Lampiran 18 Anava 194

Lampiran 19 Interaksi 197


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dimyati dan Mudjiono (2006:297).Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan baik jika proses tersebut mampu membangkitkan cara belajar yang menarik sehingga mampu mencapai hasil belajar yang baik. Menurut Sumiati (2007:25), hasil belajar itu berupa perubahan tingkah laku, baik berbentuk kecakapan berfikir, sikap maupun ketrampilan melakukan suatu kegiatan tertentu.

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan pengumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang memerlukan proses berpikir yang baik. Dalam penerapan Fisika memerlukan peran aktif siswa. Peran aktif siswa ini dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum dan diskusi dengan melibatkan keterampilan proses sains.

Proses pembelajaran Fisika di SMA pada saat ini secara umum belum berdampak pada kemampuan penguasaan konsep, pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa dalam proses pembelajaran Fisika yang diterapkan oleh guru.


(14)

Akibatnya, banyak siswa yang tidak meminati pelajaran Fisika karena proses pembelajaran yang selama ini terjadi hanya menekankan pada aspek produk seperti menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus dan tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses-proses pembelajaran Fisika sehingga tidak dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada guru Fisika SMA Negeri 5 Padangsidimpuan diperoleh keterangan bahwa keterampilan proses sainsFisika siswa di sekolah tersebut masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa yang kurang memuaskan yakni 77 dengan nilai ketuntasan minimal 75. Salah satu siswa kelas X, yaitu Irma suryani menambahkan, rendahnya keterampilan proses sains siswa di sekolah ini karena kurangnya keaktifan dan kemauan siswa dalam belajar Fisika, dimana siswa kelas X baru saja memasuki sekolah SMA yang sebelumnya duduk di kelas SMP karena masing-masing siswa masih kurang mengenal satu sama lain, sehingga banyak siswa yang masih malu-malu memberikan pendapatnya tentang apa yang ada dalam benaknya. Pembelajaran yang masih berpusat kepada guru, guru mentransfer pengetahuan kepikiran siswa, siswa secara fisik diam dan penuh konsentrasi memperhatikan apa yang diajarkan guru yang nantinya akan melahirkan anggapan bahwa belajar hanyalah sekedar mengingat tapi tidak pada penguasaan konsep dan fakta.

Salah satu masalahnya adalah lemahnya proses pembelajaran yang diterapkan guru. Anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal


(15)

informasi, otak anak dipaksa untuk memahami informasi dan diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Fisika juga dianggap merupakan pelajaran yang tidak menyenangkan, penuh rumus-rumus, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan baik yang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi dimeja belajar tanpa diiringi kesadaran untuk menggali konsep lebih dalam yang sebenarnya dapat menambah wawasan ataupun mengasah keterampilan.

Faktor penyebab rendahnya partisipasi proses belajar mengajar, yakni :

1. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri

2. Siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada

orang lain.

3. Siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain.

Kesalahan tidak bisa hanya dibebankan kepada siswa tetapi utama adalah kepada guru, guru perlu memberi respon positif yang berupa upaya meningkatkan/membangkitkan partisipasi siswa yang nantinya pembelajaran akan dapat berjalan dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Secara umum, faktor yang paling berpengaruh pada pembelajaran adalah model pembelajaran yang tepat yang disesuaikan dengan proses belajaryang menarik. Dengan menariknya proses pembelajaran yang dilakukan guru nanti akan berdampak pada keterampilan proses sainsyang memuaskan bagi siswa sesuai dengan yang diharapkan, selain itu penggunaan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi juga akan sangat mempengaruhi peningkatan keterampilan


(16)

proses sains Fisika siswa sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Hal tersebut akan membuat siswa merasa senang dan tertarik mengikuti pembelajaran, sehingga kejenuhan dalam diri siswa akan terhapus dengan diciptakannya cara belajar yang menyenangkan serta penerapan model pembelajaran yang tepat.

Proses belajar dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan tertentu yakni mencapai perubahan khususnya penambahan ilmu pengetahuan. Menurut Sardiman (2009:21),belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak serta penyesuaian diri.

Tetapi dalam mencapai perubahan itu siswa selalu mengalami hambatan yaitu dalam hal bahan ajar. Untuk membantu anak didik mengatasi hambatan tersebut, maka guru selaku pendidik harus mendesain model pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran bisa membuat siswa lebih aktif dan tidak lagi berpusat pada guru. Dengan begitu siswa akan mengabaikan aktivitas lain yang mengganggu proses pembelajarannya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan cara belajar yang aktif serta prestasi belajar siswa yang memuaskan dalam pembelajaran Fisika. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar Fisika.


(17)

Model pembelajaran yang tepat digunakan agar siswa lebih aktif dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono (2012:45), model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Sejalan dengan apa yang dikatakan Trianto (2011:59), bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang saling bekerja sama.Salah satu model pembelajaran Kooperatif yang dianggap mampu memperbaiki minat belajar dan memungkinkan kegiatan praktikum dilakukan di dalamnya adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.

Model Pembelajaran Kooperatif berupaya membantu siswa untuk mempelajari isi akademis dan berbagai keterampilan untuk mencapai berbagai sasaran,tujuan sosial dan hubungan antar manusia serta bagian akhir menyoroti tugas-tugas asesmen dan evaluasi. Model Pembelajaran Kooperatif menuntut kerja sama dan semua siswa terlibat dalam struktur tugas,struktur tujuan,dan struktur reward-nya. Ada beberapa tipe yang dapat diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif, antara lain:1)Student Team Achievement Divisions (STAD); 2)Jigsaw; 3)Group investigation (GI); dan 4)Struktural yang meliputi Think Pair Share(TPS), dan Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yang dirancang oleh Herbert Thelen dalam GI siswa bukan hanya bekerja bersama-sama, tetapi juga membantu


(18)

merencanakan topik yang akan dipelajari maupun prosedur investigasi yang akan digunakan (Arends, 2008:4-16).

Untuk mencapai kompetensi kognitif berupa penguasaan materi dapat juga dilakukan melalui pembelajaran praktik. Namun tidak sekedar pembelajaran praktik melainkan lebih menekankan pada penemuan konsep oleh siswa melalui berbagai aktivitas kognitif selama pengamatan terhadap suatu fakta berlangsung. Pembelajaran praktik seperti ini diharapkan akan memberikan pengalaman langsung dan nyata kepada siswa. Sehingga pembelajaran membentuk makna bagi siswa mengingat keilmuan Fisika itu sendiri mempelajari tentang benda dan gejala-gejala kebendaan maka pembelajaran dengan menyelidiki gejala-gejala kebendaan itu secara langsung atau praktikum adalah penting.

Berdasarkan hasil penelitian Halim (2012:16), Pengaruh strategi pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap hasil belajar Fisika siswa SMP N 2 secanggang kabupaten langkat : 1) Terdapat perbedaan hasil belajar Fisikasiswa antara kelompok yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS. Yaitu rata-rata hasil belajar Fisika siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS. 2) Terdapat perbedaan hasil belajar Fisika siswa yang mempunyai kecenderungan Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik. Rata-rata hasil belajar Fisika siswa yang memiliki kecenderungan Gaya Belajar Auditorial lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar Fisika siswa yang mempunyai kecenderungan Gaya Belajar


(19)

Kinestetik dan visual. 3) Terdapat interaksi antara Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap hasil belajar Fisika.

Suhendri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Efek Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor Kelas VII Semester I SMP IT Al-Fityan Medan. Hasil penelitian diperoleh aktivitas belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation mengalami peningkatan. Dimana Ha diterima dengan kata lain ada perbedaan terhadap efek penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas VII semester I SMP IT Al-Fityan Medan.

Peneliti sebelumnya dilakukan Wiratana (2013:11), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Keterampilan Proses Dan Hasil Belajar Sains. Hasil penelitian menunjukkan 1) Terdapat perbedaan keterampilan proses dan hasil belajar sains siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan siswa yang belajar model pembelajaran konvensional. 2) Terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa yang belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. 3) Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang: peneliti sebelumnya menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan


(20)

kelompok siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TPS dan gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa. Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang: Peneliti sebelumnya menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigationterhadap hasil belajar siswa. Perbedaan peneliti sebelumnya dengan peneliti sekarang: Peneliti sebelumnya menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigationterhadap keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar sains sedangkan peneliti sekarang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigationmenggunakan peta konsep digunakan dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap hasil belajar Fisika.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti ingin memperbaiki pembelajaran Fisika, dengan ini peneliti akan mengadakan penelitian

di SMA Negeri 5 Padangsidimpuan dengan judul :“Efek Model Pembelajaran Kooperatif TipeGroup Investigation Menggunakan Peta Konsep Dan Gaya Belajar Kinestetik Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 5 Padangsidimpuan T.P 2014/2015”.

1.2.Identifikasi Masalah

Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah:

1. Hasil belajar siswa SMA Negeri 5 rendah, disebabkan pembelajaran yang

kurang menarik sehingga siswa merasa bosan mengikuti proses pembelajaran.

2. Proses pembelajaran Fisika hanya menekankan pada aspek menghapal prinsip-prinsip atau rumus.


(21)

3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dengan karakteristik materi pelajaran.

4. Pembelajaran belum berbasis aktivitas siswa (student centered), karena belum ditunjang oleh pemilihan model dan ketersediaan perangkat pembelajaran yang sesuai.

5. Budaya belajar mandiri baik secara individu atau kelompok masih sangat rendah.

6. Kurangnya sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, sehingga siswa jarang melakukan kegiatan praktikum disekolah.

1.3.Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya pembahasan yang melebar dalam sebuah penelitian, perlu dibuat suatu batasan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membatasi masalah penelitian mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dan Direct Instruction.

2. Hal yang akan diteliti Gaya Belajar Kinestetik pada materi Suhu dan Kalor.


(22)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep dan Model Pembelajaran Direct Instruction.

2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik rendah.

3. Apakah ada interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep dengan Model Pembelajaran Direct Instruction dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika siswa.

1.5.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep dan Model Pembelajaran Direct Instruction.

2. Perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai Gaya Kinestetik tinggi dan Gaya Kinestetik rendah.

3. Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep dengan Model Pembelajaran Direct Instruction


(23)

dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika siswa.

1.6.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi siswa, mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan melalui

Model Pembelajaran menggunakan peta konsep disesuaikan dengan Gaya Belajar Kinestetik siswa.

2. Bagi guru sebagai bahan masukan dalam menerapkan model pembelajaran

yang dilakukan menggunakan peta konsep disesuaikan dengan Gaya Belajar Kinestetik siswa.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijaksanaan dalam pembelajaran Fisika.

4. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman mengajar yang baik dalam

menerapkan model pembelajaran yang tepat.

5. Sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan guna kemajuan

pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran Fisika pada khususnya.

1.7.Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan definisi operasional:


(24)

1. Group Investigation atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan melibatkan siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. (Trianto, 2011:80).

2. Model Pembelajaran Direct Instruction merupakan suatu model

pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik. Sehingga didalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.pemberian arahan dan kontrol secara ketat di dalam pengembangan model pembelajaran Direct Instruction ini terutama sekali dilakukan ketika guru menjelaskan tentang tugas-tugas belajar, menjelaskan materi pelajaran.(Joyce,2009: 431).

3. Gaya belajar merupakan karakteristik penting dari berbagai ciri yang mempengaruhi cara siswa belajar. Gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan mengolah informasi tersebut menjadi bermakna. (DePorter dan Hernacki, 2013:112)

4. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi.Proses belajar mengajar dalam


(25)

lingkup ilmu pengetahuan alam membutuhkan kemampuan ilmiah yang seharusnya diperoleh dengan melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah di laboratorium atau lingkungan. (Ridwan. A. Sani, 2012:25).


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dan Gaya Belajar Kinestetik pada keterampilan proses sains Fisika siswa, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dibandingkan dengan Model Pembelajaran Direct Instruction, dimana keterampilan proses sains Fisika pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

2. Ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik rendah, dimana keterampilan proses sains Fisika yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik tinggi lebih baik daripada yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik rendah.

3. Ada interaksi antara Model Pembelajaran kooperatif Tipe Group

Investigation menggunakan Peta Konsep dengan Model Pembelajaran Direct Instruction dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika siswa, dimana Gaya Belajar Kinestetik tinggi pada


(27)

kelas eksperimen model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep paling dominan dibandingkan Gaya Belajar Kinestetik rendah Model Pembelajaran Direct Instruction.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation menggunakan peta konsep sebagai berikut:

1. Dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation guru harus memperhatikan gaya belajar kinestetik siswa, karena model ini tepat untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik tinggi. 2. Untuksiswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik rendah disarankan

untuk tidak diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation karena siswa akan kesulitan dalam melakukan proses investigasi (percobaan fisika) selama pembelajaran.

3. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.,(2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Arends, R.I., (2008), Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar Edisi Ketujuh / jilid I, Buku Dua, Penerbit Pustaka Belajar,Yogyakarta.

Dahar, Ratna W., (2005), Teori-teori Belajar,Jakarta :Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. DePorter dan Hernacki, (2013), Quantum Learning, Jakarta : Mizan Pustaka. Halim (2012), Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap

Hasil Belajar Fisika siswa SMP N 2 secanggang kabupaten langkat. Jurnal tabularasa PPS Unimed, Vol. 9, no. 2. 1-18.

Haris, A., dan jihad, A., (2012), Evaluasi Pembelajaran, Multi

Presindo,Yogyakarta.

Hamalik, O.,(2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.

Istikomah,(2010), Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap ilmiah, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. ISSN : 1693-126,. 40-43.

Joyce, Wheil, dan Calhoun, (2009), Model’s of Teaching, Pustaka

Pelajar,Yogyakarta.

Panjaitan (2013), Analisis pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan model pembelajaran langsung. Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 2301-7651.Vol. 1 (2). 1-7.

Mitzi G. Mitchell, (2008), Group Investigation as a cooperatif learning strategi : An Integrated analiysis of the literature, The alberta journal of educational research. Vol. 54, No. 4, 388-395.

Mun Fie TSOI (2004), Using group investigation for chemistry in teacher education, asia pasific forum on science learning and teaching, Vol 5, Issue 1, Article 6, Hal 1-12.

Nilufer Okur AKCAY (2012), The effects of group investigation and cooperatif learning techniques applied in teaching force and motion subjects on students academic achievements, journal of education sciences research Vol 2, No: 1, Hal 1-15.


(29)

Marthen Kanginan,(2007),Seribu Pena Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Sunardi & Irawan,(2011). Fisika Bilingual. Bandung :Yrama Widya

Purwoko, (2009), Physics for senior high school year X,Jakarta Timur:Yudhistira. Marthen Kanginan,(1999), Seribu Pena Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta:

Erlangga

Muhammad, F.R., (2008), Kajian Konsep Fisika 1 Untuk kelas X SMA dan MA. Jawa Tengah: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Zaelani, A, 2006.1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika.

Bandung:Yrama Widya

Ridwan, A.S., (2012), Pengembangan laboratorium Fisika, Unimed Press, Medan Sardiman, (2009), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta. Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Suhendri, D., dan Sahyar, (2012), Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor Kelas VII Semester 1 SMP IT AL-FITYAN Medan, Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed, Jurnal Online Fisika ISSN 2301-7651, Vol. 1 (1). 70-80.

Wiratana, (2013), Pengaruh mode pembelajaran kooperatif tipe investigation klompok (group investigation) terhadap keterampilan proses dan hasil belajar sains siswa SMP, e-journal program pascasarjana Universitas Ganesha singaraja program studi IPA, Vol 3, 1-12

Sumiati, A., (2007), Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.

Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Susilohadi, (2012), Pengaruh model pembelajaran kooperatif strukturan tipe number head together dan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri surabaya, Program studi pendidikan matematika FKIP Universitas PGRI adi buana surabaya.


(1)

1. Group Investigation atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan melibatkan siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. (Trianto, 2011:80).

2. Model Pembelajaran Direct Instruction merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik. Sehingga didalam implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang dikontrol secara ketat pula.pemberian arahan dan kontrol secara ketat di dalam pengembangan model pembelajaran Direct Instruction ini terutama sekali dilakukan ketika guru menjelaskan tentang tugas-tugas belajar, menjelaskan materi pelajaran.(Joyce,2009: 431).

3. Gaya belajar merupakan karakteristik penting dari berbagai ciri yang mempengaruhi cara siswa belajar. Gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang dalam menyerap informasi, kemudian mengatur informasi, dan mengolah informasi tersebut menjadi bermakna. (DePorter dan Hernacki, 2013:112)

4. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi.Proses belajar mengajar dalam


(2)

lingkup ilmu pengetahuan alam membutuhkan kemampuan ilmiah yang seharusnya diperoleh dengan melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah di laboratorium atau lingkungan. (Ridwan. A. Sani, 2012:25).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dan Gaya Belajar Kinestetik pada keterampilan proses sains Fisika siswa, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dibandingkan dengan Model Pembelajaran Direct Instruction, dimana keterampilan proses sains Fisika pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

2. Ada perbedaan keterampilan proses sains Fisika siswa yang mempunyai Gaya Belajar Kinestetik tinggi dan Gaya Belajar Kinestetik rendah, dimana keterampilan proses sains Fisika yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik tinggi lebih baik daripada yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik rendah.

3. Ada interaksi antara Model Pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan Peta Konsep dengan Model Pembelajaran Direct Instruction dan Gaya Belajar Kinestetik terhadap keterampilan proses sains Fisika siswa, dimana Gaya Belajar Kinestetik tinggi pada


(4)

kelas eksperimen model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation menggunakan peta konsep paling dominan dibandingkan Gaya Belajar Kinestetik rendah Model Pembelajaran Direct Instruction.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation menggunakan peta konsep sebagai berikut:

1. Dalam penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation guru harus memperhatikan gaya belajar kinestetik siswa, karena model ini tepat untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik tinggi. 2. Untuksiswa yang memiliki Gaya Belajar Kinestetik rendah disarankan

untuk tidak diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation karena siswa akan kesulitan dalam melakukan proses investigasi (percobaan fisika) selama pembelajaran.

3. Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutnya penelitian ini dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan bantuan metode ataupun media pembelajaran kreatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.,(2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Arends, R.I., (2008), Learning To Teach, Belajar Untuk Mengajar Edisi Ketujuh / jilid I, Buku Dua, Penerbit Pustaka Belajar,Yogyakarta.

Dahar, Ratna W., (2005), Teori-teori Belajar,Jakarta :Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta. DePorter dan Hernacki, (2013), Quantum Learning, Jakarta : Mizan Pustaka. Halim (2012), Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap

Hasil Belajar Fisika siswa SMP N 2 secanggang kabupaten langkat. Jurnal tabularasa PPS Unimed, Vol. 9, no. 2. 1-18.

Haris, A., dan jihad, A., (2012), Evaluasi Pembelajaran, Multi Presindo,Yogyakarta.

Hamalik, O.,(2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.

Istikomah,(2010), Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap ilmiah, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. ISSN : 1693-126,. 40-43.

Joyce, Wheil, dan Calhoun, (2009), Model’s of Teaching, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Panjaitan (2013), Analisis pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dan model pembelajaran langsung. Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 2301-7651.Vol. 1 (2). 1-7.

Mitzi G. Mitchell, (2008), Group Investigation as a cooperatif learning strategi : An Integrated analiysis of the literature, The alberta journal of educational research. Vol. 54, No. 4, 388-395.

Mun Fie TSOI (2004), Using group investigation for chemistry in teacher education, asia pasific forum on science learning and teaching, Vol 5, Issue 1, Article 6, Hal 1-12.

Nilufer Okur AKCAY (2012), The effects of group investigation and cooperatif learning techniques applied in teaching force and motion subjects on students academic achievements, journal of education sciences research Vol 2, No: 1, Hal 1-15.


(6)

Marthen Kanginan,(2007),Seribu Pena Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Sunardi & Irawan,(2011). Fisika Bilingual. Bandung :Yrama Widya

Purwoko, (2009), Physics for senior high school year X,Jakarta Timur:Yudhistira. Marthen Kanginan,(1999), Seribu Pena Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta:

Erlangga

Muhammad, F.R., (2008), Kajian Konsep Fisika 1 Untuk kelas X SMA dan MA. Jawa Tengah: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Zaelani, A, 2006.1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika. Bandung:Yrama Widya

Ridwan, A.S., (2012), Pengembangan laboratorium Fisika, Unimed Press, Medan Sardiman, (2009), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta. Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Suhendri, D., dan Sahyar, (2012), Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Kalor Kelas VII Semester 1 SMP IT AL-FITYAN Medan, Prodi Dikfis Pascasarjana Unimed, Jurnal Online Fisika ISSN 2301-7651, Vol. 1 (1). 70-80.

Wiratana, (2013), Pengaruh mode pembelajaran kooperatif tipe investigation klompok (group investigation) terhadap keterampilan proses dan hasil belajar sains siswa SMP, e-journal program pascasarjana Universitas Ganesha singaraja program studi IPA, Vol 3, 1-12

Sumiati, A., (2007), Metode Pembelajaran, Wacana Prima, Bandung.

Suprijono, A., (2012), Cooperative Learning, Teori dan Aplikasinya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Susilohadi, (2012), Pengaruh model pembelajaran kooperatif strukturan tipe number head together dan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP negeri surabaya, Program studi pendidikan matematika FKIP Universitas PGRI adi buana surabaya.