MINERAL OPTIK CIRI CIRI OPTIS PADA MINER

TUGAS #1
MINERAL OPTIK
CIRI-CIRI OPTIS PADA MINERAL MAFIK

AGUNG YUDI MARFA / 410013179
KELAS 03 TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
kami akan membahas mengenai CIRI-CIRI OPTIS PADA MINERAL MAFIK
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah MINERAL OPTIK agar dapat
mengetahui tentang CIRI-CIRI OPTIS PADA MINERAL MAFIK
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

YOGYAKARTA, September 2014

Agung Yudi Marfa

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari tentang mineral yang terkandung pada suatu batuan. Mineral optik
membahas tentang mineral- mineral pada batuan dalam bentuk monomineral.
Salah satu tujuan mempelajari mineral optik ialah untuk untuk mengetahui cara
menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral secara mikroskopik.
Ilmu pengetahuan mineralogi menitikberatkan pada studi tentang
pengamatan dan pendeskripsian minera-mineral penyusun batuan yang merupakan
litologi dari permukaan bumi.
Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan

mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop.
Yang dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan
mikroskop biasa, dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang
diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias,
bukan cahaya terpantul. Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen
khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator,
polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini
cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus,
Bausch & Lomb, dan Reichert
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari
batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam
pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang
dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari
kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah
warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus.

I.2. Metode Penulisan
Data dari makalah ini, menggunakan metode pencarian (searchinng ) di
Internet dengan menggunakan media Google, sehingga data yang di inginkan
dapat di susun dengan baik, metode ini menggunakan durasi pencarian ± 3 jam.


I.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas pada mata
kuliah mineral optik jurusan teknik geologi STTNAS Yogyakarta. Sedangkan
tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
ciri ciri optis pada mineral mafik

BAB II
DASAR TEORI
II.1 Mineral optik
Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari tentang mineral yang terkandung pada suatu batuan. Mineral optik
membahas tentang mineral- mineral pada batuan dalam bentuk monomineral.
Salah satu tujuan mempelajari mineral optik ialah untuk untuk mengetahui cara
menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral secara mikroskopik.
Alat yang digunakan dalam pengamatan mineral mikroskopis adalah
Mikroskop Polarisasi sedangkan bahan yang diamati ialah sayatan mineral.

mikroskop polarisasi
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi

maka perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian.
Setiap bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau
mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik.
Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran
lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa butir debu yang betapapun kecilnya akan
dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.
1.

Bagian – Bagian Mikroskop Polarisasi

1.1 Kaki Mikroskop
Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada
yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch &

Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe
olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen
sebagai sumber cahaya pengganti cermin.
1.2 Substage Unit
1.2.1


Polarisator atau ” lower nicol ”

Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid. Berfungsi
untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya
cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan.
Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran
sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.
1.2.2

Diafragma Iris

Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya
yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan
diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya
yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap
orang relatif berbeda.
Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga
yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi
sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.
1.2.3


Kondensor
Terletak pada bagian paling atas dari “substage unit”. Kondensor berupa

lensa cembung yang berfungsi untuk memberikan cahaya memusat yang datang
dari cermin di bawahnya. Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari jalan
cahaya apabila tidak digunakan/difungsikan. Fungsi kondensor lebih lanjut akan
dibahas pada bab konoskop.
1.2.4

Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai

jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit
preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan

dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0 sampai 360 o. Pada bagian tepi
meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada
sumbunya (centering).
1.3 Tubus Mikroskop

Bagian ini terletak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong. Terdiri
atas beberapa bagian antara lain :
1.3.1 Lensa Objektif
Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk
menangkap

dan

memperbesar

bayangan

sayatan

mineral

dari

meja


objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif
dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya
perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
1.3.2 Lubang Kompensator
Adalah suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat memasukkan
kompensator,

suatu

bagian

yang

digunakan

untuk

menentukan

warna


interferensi. Kompensator berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah
depan, sehingga pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan
warna interferensi pada mineral.
1.3.3 Analisator
Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan
polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya
bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran
polarisator (nikol bersilang)
1.4 Lensa Amici Bertrand
Lensa ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik saja, untuk
memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back
focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.
1.5 Lensa Okuler

Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk
memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan
pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam
pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.


Deskripsi optis pada mineral merupakan hal yang vakum dalam
pembelajaran mineral optik, yakni:

contoh sayatan mineral

NIKOL SEJAJAR (Plane Polarized Light/PPL)
Warna
Warna mineral adalah pencerminan dari data serap atau absorpsi panjang
gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk khususnya untuk mineral
yang teransparant yang bersifat anisotropik2 jenis warna:
A. Opak : mineral tidak tembus cahaya. Dilihat dengan mikroskop
refleksi. Warna: hitam. Suatu obyek yang berwarna hitam akan menyerap semua
sinar yang mengenainya.
B. Mineral tidak tembus cahaya : apabila diberi cahaya akan menampilkan
bermacam warna. Dengan mikroskop polarisasi.

1. Isotrop : dipantulkan kesegala arah dengan kecepatan sama.
2. Anisotrop : dipantulkan kesegala arah dengan kecepatan berbeda.
C. Semua obyek yang warna putih akan memantulkan seluruh warna yang
datang dan hanya sebagian kecil yang terpantulkan, ssehingga tampak

memperlihatkan warna kelabu.

Bentuk
Pada pengamatan bentuk mineral secara optik mikroskopik, maka bentuk
yang dapat kita amati adalah bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi, tetapi
dengan bantuan struktur dalam mineral yang dapat teramati seperti halnya bidang
belah atau “cleavage”,maka kita dapat mentafsirkan akan struktur kristal dari
mineral tersebut.
Dengan demikian berdasarkan kenampakan bentuk mineral dalam kondisi
2 dimensi, maka kita dapat merefleksikannya kedalam bentuk kondisi 3 dimensi.
Bentuk mineral yang dapat diamati:

– Perismatik : bila belahan tampak sejajar
a. Prismatik euhedral
b. Prismatik subhedral
c. Prismatik anhedral
– Kubik :memliki sumbu 2 arah dan saling tegak lurus.
– Rhombik : sumbu-sumbunya dapat saling tegak lurus atau tidak,bentuknya
biasanya segienam.
– Polygonal:bentuk dan belahan tidak karuan panjang sisi tidak sama

Pleokroisme
Pleokroisme merupakan warna yang terjadi (bila meja mikroskop diputar
360 ), karena adanya perbedaan daya absorpsi dari sumbu-sumbu kristal terhadap

kedudukan analisator dan polarisator.
Macam-macamnya:
– Dikroik :biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem krista;
trigonal dan hexagonal pada perputaran antara 0 -90 terjadi 2 kali.
– Trikroik: biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal
orthorombik, triklinik, monoklin. warna pleokroik ini tergantung pada sumbu
X,Y,Z.

Indeks Bias
Indeks bias adalah suatu angka (konstanta) yang menunjukan
perbandingan antara sinus sudut datanh dan sinus sudut pantul ; (n=sin i/sin r
=l/v ) . indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar didalam medium yang
berbeda.
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara relatif dengan memperhatikan
relief dan dibandingkan dengan pergerakan garis becke,atau secara absolut dengan
menggunakan minyak imersi.
Semua kristal yang bersistem isometrik tergolong sebagai zat isotropik dengan
demikian mempunyai satu harga indeks bias (nω dan nε ), sedangkan yang
bersistem orthorombik, monoklin, atau triklin,mempunyai tiga harga indeks bias
[nα nβ ,dan nγ ].

Relief
Relief merupakan kenampakan yang timbul akibat perbedaan indeks bias
antara suatu media dengan media yang mengitarinya. Dengan kata lain, bahwa
cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke media lain yang
mempunyai harga indeks bias yang berbeda, maka akan mengalami
pembiasan/pemantulan pada batas sentuhan antara kedua media tersebut. Semakin

besar perbedaan indeks bias kedua bahan, kama semakin jelas/ menonjol bidang
batas antarakeduanya.jika dua bahan tersebut, mempunyai harga indeks biasnya
sama, maka bidang batasnya akan tidak nampak sama sekali.

NIKOL SILANG (Cross Polarized Light/XPL)
Bias Rangkap (Bire Fringence)

Biasrangkap adalah angka yang menunjukan perbedaan indek bias sinar ordiner
dan extraordiner .
Faktor yang mempengaruhi:
a. Macam sayatan (//c atau hampir // c ).
b. Ketebalan sayatan
c. Macam sinar yang masuk,dimana setiap sinar yang msuk mempunyai panjang
gelombang yang berbeda.

Orientasi
Orientasi mineral merupakan hubungan antara arah-arah sumbu optik
dengan sumbu-sumbu kristallografinya.
Tujuannya : penentuan orientasi mineral ini digunakan untuk dapat mengetahui
kedudukan sumbu-sumbu indikatriks di dalam suatu mineral.
Macam-macam orientasi: berdasarkan tingkat perbedaan kecepatan cahaya yang

merambat didalam mineral yang anisotopik.
1. Orientasi “length slow” berarti bahwa sumbu terpanjang indikatrik getaran
sianr lambat (γ) sejajar (//) sumbu C sebagai arah sumbu terpanjang kristal.
2. Orientasi “length fast” berarti bahwa sumbu terpanjang indikatrik (γ) tegak
lurus sumbu C atau (γ) hampir tegak lurus sumbu C.adanya 2 alternatif:
a. Gejala addisi
b. Gejala subtraksi

Pemadaman
Pemadaman merupakan proses penggelapan yaitu akibat perulangan
pembiasan yang terjasi yang diperoleh dengan merubah-rubah posisi mineral
terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Jadi pemadaman dapat terjadi
apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak lurus dengan bidangbidang getar polarisator dan analisator.
– Macam-macam pemadaman
Berdasarkan posisi atau kedudukan pemadaman mineral terhadap analisator dan
polarisator dapat dibagi atas:
1. Pemadaman paralel= Bila pemadaman terjadi pada posisi 45-90 (derajat)
2. Pemadaman miring= Bila pemadaman terjadi pada posisi n. K-balsam
Belahan : Fracture yang tidak teratur umum.
Bias rangkap : Kuat, teratas orde ke IIKembaran : -Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan : Forsterite juga ditemukan dalam banyak meteorit besi-nikel. Bukan
hanya sebagai butir Kristal kecil tapi signifikan sebagai ukuran kadang
menduduki lebih dari 50% dari volume meteorit.
OLIVINE ((Mg,Fe)

OLIVINE ((Mg,Fe4SiO2 )

Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna-warna
Bentuk : Anhedral dengan bentuk poligonal dan berupa fenokris
Relief : Tinggi
Pleokroisme : -Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : paralel tidak sempurna (010), pecahan tidak teratur
Bias rangkap : Kuat,orde – II paling atas
Kembaran : kadangkadang dijumpai
Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif dan negatif
Keterangan : Mineral yang sering membuat kekeliruan dengan olivine adalah
diopside, tetapi diopside mempunyai belahan
yang baik, sudut pemadaman yang miring, dan kadang
kadang bias rangkap lemah. Sedangkan olivine yang kaya oksida besi dinamakan
Hyalosideri terdiridari 50% Fe2 SiO4 Biasanya olivine terubah menjadi antigori
dan magnetik sekunder pada bagian pecahan. Olivine mineral yang
umumdalambatuanbekumafik-ultramafik, sepertibasa nitedunite dan peridotite.

2. FAYALITE ((Fe, Mg) SiO2

Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai kekuningan atau netral
Bentuk : Euhedral, Kristal anhedral
Relief : Sangat tinggi
Pleokroisme : LemahIndeks bias : n mineral > n. K balsam
Belahan : paralel tidak sempurna dalam satu arah (010)
Bias rangkap : Kuat
Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif Keterangan :
Fayalite juga ditemukan banyak besi-nikel dalam meteorit, bukan hanya sebagai
butiran kecil tetapi sebagai Kristal besar kadang-kadang menduduki lebih dari
50% dari volume meteorit.

3. MONTICELLITE (CaMgSiO4)

SifatOptis
Warna absorbsi : Tidak berwarna
Bentuk : Granular, berupa kristal anhedral-subhedral dan prismatic panjang
Relief : Agak Tinggi
Pleokroisme : -Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Paralel tidak sempurna (010), pecahan tidak teratur
Bias rangkap : Sedang merah orde –I
Kembaran : Kadang-kadang dijumpai
Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)Tanda optis : Negatif
Keterangan : Monticellita adalah mineral yang agak sulit dikenal karena tidak
mempunyai sifat yang jelas, mempunyai forster dan olivine tetapi mempunyai
bias rangkap lemah daripada lainnya, merupakan mineral cirri metamorf kotak
dari batugamping dan dolomite tetapi kadang-kadang juga didapatkan dalam
batuan beku seperti : alnoiteplizenit dan nepheline basah.

B. PYROXENE
1. ORTHOPYROXENE ESTANTITE (MgSiO3)
SifatOptis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai netral
Bentuk : Kristal prismatic. Inklusi-inklusi umum dan menghasilkan struktur
schiler.
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai kemerah-mudaan
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Paralel (110),(010),(100)
Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai merah orde –I
Kembaran : Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Enstatite Lebih umum terbentuk pada batuan beku jika bukan untuk
kelimpahan besi di sebagian besar magma.

2. HYIPERSTHENE ((Mg,Fe)SiO3
SifatOptis
Warna absorbsi : Netral-hijau muda/merah muda
Bentuk : Kristal subhedral prismatik
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai kemerah-mudaan
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Paralel (110),(010),(100)
Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai merah orde –I
Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :
Hyipersthene
Menyerupai beberapa macam andalusite, tetapi andalus lenght-fast hyipersthene
Didapatkan dalam batuan beku, cirri utama dari norite hypersthene
.

3. CHLYNOPYROXENE AUGITE (Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al2Fe)2O3)
SifatOptis
Warna absorbsi : Hampir tidak berwarna, netral coklat kehijauan muda ataukeung
uan muda
Bentuk : Kristal prismatik pendek
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Tidak ada sampai lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110), dalam dua arah pada sudut 87 dan 93 .satu arahdalam sayatan
loditudinal pararel
Bias rangkap : Sedang kira-kira ditengah orde-II
Kembaran : Umum, polisintetik, kombinasi polisintetik yang dikenalsebagai
struktur herring bone
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 36 sampai 45 (C^X)
Orientasi optis : Length fast kadang-kadang length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif

Keterangan : Augite sulit dibedakan dar diopside, tetapi diopside mempunyai
sudut pemadaman yang kecil dan warna yang terang. Augite teralterasi menjadi
hornblende .

4. DIOPSITE (CaMgSi2O6)
SifatOptis
Warna absorbsi : Tidak berwarna atau netral
Bentuk : Kristal subhedral
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (110) pada sudut 87o dan 93o
Bias rangkap : Sedang, bervariasi dari yang terbawah sampai yang teratas orde
keII
Kembaran : Polisintetik
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 37o sampai 44o (C^Z)
Orientasi optis : Slower ray
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan : Spesimen mineral Diopside
Bisa sangat mencolok dalam penampilan, dan menarik bagi kolektor mineral.

5. PIGEONITE ((Mg,Fe2+,Ca)2Si2O6)
SifatOptis
Warna absorbsi : Tidak berwarna atau netral
Bentuk : Kristal anbhedra
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (110) pada sudut 87o dan 93o
Bias rangkap : Sedang, bervariasi dari yang terbawah sampai yang teratasorde
keII
Kembaran : Polisintetik
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 22o sampai 45o
Orientasi optis : Slower ray
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan : Pigeonite

Ditemukan sebagai fenokris di batuan vulkanik di Bumi dan sebagai kristal di
meteorit dari Mars dan Bulan. Dalam perlahan didinginkan batuan beku
intrusif, pigeonit jarang diawetkan, namun bukti tekstur breakdown
untuk Orthopyroxene Ditambah Augite dapat hadir, seperti yang ditunjukkan pada
gambar mikroskopis yang menyertainya.

6. AEGIRINE (NaFe(SiO3)2)
Sifat optis
Warna absorsi : Hijau,kuning kecoklatan
Bentuk : Kristal prismatik
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Kuat,hijau tua,hijau muda,kuning
Indeks bias : n.mineral > n.k balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 870 dan 930
Bias rangkap : Kuat sampai sangat kuat,orde ketiga, atau orde-IV
Kembaran : Sudut Pemadaman : Dalam sayatan longitudinal sangat kecil (20-100 )
Orientasi optis : Length Fast
Tanda optis : Negatif
Keterangan :
Aegirine menyerupai beberapa Amphibole tetapi dibedakan dengan sudut
pemadaman yang kecil dan Length Fast. Acmite adalah piroksen yang erat

hubungannya dengan Aegirine, perbedaanya dari warnanya yang
coklat.Merupakan cirri dari batunan beku yang kaya soda seperti
Nepheline Syenite, Phonolite, Trachite, Soda Granite .Sering kali terdapatsebagai
Overgrouth dengankristal Aegirine-augite.

7. HEDENBERGITE (FeCaSi2O6)
SifatOptis
Warna absorbsi : Netral sampai kehijauan
Bentuk : Columnar aggregate
Relief : Sangat tinggi
Pleokroisme : -Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 87o dan 93o
Bias rangkap : Sedang, ungu orde pertama
Kembaran : Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal kira-kira 42o
Orientasi optis : Faster ray
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan : Hedenbergite walaupun biasanya lebih gelap dari
pada batu permata sepupunya Diopside, masih bisa menjadi spesimen mineral
yang indah dari hijau gelap ke warna hitam bisa stricking dengan kilau terang

yang ditemukan pada beberapa spesimen. Meskipun ini bukan merupakan mineral
jarang, Kristal baik Hedenbergite yang langka dan spesimen yang menunjukkan
kristal yang bagus, baik warna dan kilap dihargai.

8. JADEITE (NaAl(SiO3)2)
Sifatoptis
Warna absorsi : Tidak berwarna sampai hijau
Bentuk : Granular sampai columnar atau fibrous
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Bervariasi
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 87ᵒdan 93ᵒ
Bias rangkap : Sedang, orde-ll
Kembaran : kadang-kadang didapatkanSudut pemadaman : Dalam sayatan longitu
dinal bervariasi dari 30ᵒ sampai 40ᵒ
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Jadite dibedakandari nephrite dengan sudut pemadaman yang besar
dan indeks bias yang lebih besar. Dari Diopside dengan sudut pemadaman yang

kecil dan columnar. Jadite teralterasi menjadi Termilite actinolite dan hanya
terdapat pada batuan Jadite (jadeitite).

9. AEGERIN-AUGITE ((Na,Ca)(Fe3+,Fe2+,Mg,Al)Si2O6)
SifatOptis
Warna absorbsi : Hijau
Bentuk : Kristal euhedral prismatic pendek
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Sedang, kuning hijau sampai kehijauan
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (1100 pada sudut 87o dan 930)
Bias rangkap : Teratas sampai di tengah orde ke II
Kembaran : Umum
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal kira-kira dari -15o sampai -36o
Orientasi optis : Lenght fast
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif atau negative
Keterangan : Dilihat dalam cahaya terpolarisasi-bidang dari cokelatkemerahan
dellaventuraite (OPTK) sebagai pertumbuhan berlebih pada ungu-abu aegirine-

augit (AE-AG) dalammatriks bulatkuarsa (QZ) dengan minor bulat
(legatinggi) butir Apatite
.

C. AMPHIBOLES
1. HORNBLENDE (Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2(Si,Al)4(O11)2)
Sifat optis
Warna absorbsi : Hijau atau coklat
Bentuk : Kristal prismatik
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Kuat
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56ᵒ dan 124ᵒ
Bias rangkap : Sedang, ditengah orede kedua
Kembaran : Agak umum
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 12ᵒ sampai 30ᵒ
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif

Keterangan : Hornblende berbeda dari augite dalam belahan, pleokronisme dan su
dut pemadaman. Hornlende coklat menyerupai biotite mempunyai belahan yang
baik (satuarah) dan parallel sudut pemadamannya. Hornblende sangat umum
didapatkan dan merupakan mineral yang tersebar

2. LAMPROBOLITE ((Ca,Mg,Fe,Al) SiO2)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Kuning sampai coklat, seringkali dengan batas opak
Bentuk : Kristal euhedral prismatik pendek
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Agak kuat
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56o dan 1240
Bias rangkap : Agak kuat sampai sangat kuat, orde III
Kembaran : Tidak nampak
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 0o – 120 (simetris)
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif

Keterangan :Lamprobolite dibedakandari hornblende coklat dengan sudut
pemadaman yang kecil dan bias rangkap kuat. Kaerstutite adalah
titaniuamamphibolites yang berhubungan dengan lamprobolite. Terdapat dalam
batuan vulkanik seperti andesite, auganite, basalt, basanite dan berhubungan
dengan tuff.

3. NEPHRITE {Ca2(Mg, Fe)5(OH)2Si8O22}
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai abu-abu
Bentuk : Fibrous sampai fibro lamellar aggregate, kristal prismatictidak sempurna
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Menyerupai termolite actinolite tetapi jarang yang jelas
Bias rangkap : Sedang, dari abu-abu orde pertama sampai warna cerah ditengah
orde kedua
Kembaran : Kadang-kadang dijumpai
Sudut pemadaman : Bervariasi dari pararel sampai yang maksimum 10o – 200 (sim
etris)
Orientasi optis : Length slow

Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : apabila dipanaskan mengeluarkan air yang menunjukkan bahwa
ia terbentukdalam suasanahidro (perhatikanadanyagugusan OH) atau dikenal
sebagai Amphibole
.

4. ANTHOPHYLLITE (Mg,Fe)7(OH)2(Si4O11)2
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna atau warna muda
Bentuk : Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 54ᵒ dan 126ᵒ.Umum.
Bias rangkap : Sedang, teratas sampai terbawah orde-ll
Kembaran : Tidak ada
Sudut pemadaman : Paralel / simetris
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif dan negatif

Keterangan : Menyerupai Tremolite-actinolit dan Cummingtonite , tetapi dapat
dibedakan dari sudut pemadamnya yang paralel.Terakterasi menjadi talc dan
sebagian yang terbentuk yang terbentuk disebut hidrus anthopylite Anthipylite
adalahciri batuanmetamorf dan mineral sekunder dalam peridotit dandunite.

5. TREMOLITE ACTINOLITE (Ca2(Mg Fe)3(OH)2(SiO4O11)2)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai hijau muda
Bentuk : Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah dalam sudut 56ᵒ dan 124ᵒ
Pararel dengan panjang Bias rangkap : Kuat,ordeII palingatas
Kembaran : Sedang sampai agak kuat. Orde ll
Sudut pemadaman : Dalam sayatan Longitudinal bervariasi dari 10ᵒ sampai 20ᵒ
(pararel-simetri)
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)

Tanda optis : Negatif
Keterangan : Tremolith merupakan amphibole yang tidak berwarna, edenite
menyerupai tremolite Tetapi mempunyai sudut pemandaman yang besar. Tremolit
actinolite teralterasi menjadi talc Tremolite-actionolite terdapat dalam metamorf
kontak scist dan gneiss dan batu gamping metamorf, juga didapatkann sebagain
pengganti pyroxene dalam batuan beku.

6. CUMMINGTONITE (Mg,Fe)7(OH)2(Si4O11)2
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai hijau muda
Bentuk : Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : LemahIndeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56o – 124o Paralel dengan panjang
Bias rangkap : Sedang sampai agak kuat, terbawah atau ditengah orde kedua
Kembaran : Polisentrik
Sudut pemadaman : Dalaam sayatan langitudinal bervariasi dari 15o – 20o
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua(biaxial)
Tanda optis : Positif

Keterangan : Cummingtonite kadang mempunyai grunerite, tetapi cummingtonite
Mempunyai sudut pemadaman yang
lebih besar dan indeks bias yang lebih kecil dan tanda optisnyayang positif.
Dibedakan dengan tremolite dari tanda optisnya yang positif dan di bedakan
dengan anthophyllite
Dari sudut pemadamannya yang miring. Umum dijumpai pada batuan metamorf.

7. GRUNERITE (Fe7Si8O22(OH)2)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna
Bentuk : Columnar sampai fibrous aggregate
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (110) pada sudut 56o dan 124o Pararel dan panjang
Bias rangkap : Agak kuat
Kembaran : Kadang polisintetik
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 10o – 150
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)

Tanda optis : Negatif
Keterangan : Ini adalah endmember besi dari seri grunerite-cummingtonite.
Membentuksebagaiberserat, columnar atauagregatkristalbesar. Kristal monoklin
prismatik. Kilapnya adalah kaca sampai mutiara dengan warna mulai dari hijau,
coklat keabu-abu gelap.

D. BIOTITE (K 2(Mg,Fe)2(OH)2(AlSi3O10)
SifatOptis
Warna absorbsi : Cokelat kekuning-kemerahan cokelat, hijau zaitun
Bentuk : Kristal euhedral, tabular lamenar dan agak melengkung
Relief : Sedang
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Sempurna dalam satu arah (001)
Bias rangkap : Kuat merah ,orde IIKembaran : Kadang-kadang ada
Sudut pemadaman : Pararel dengan belahan 3ᵒ

Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Biotite dibedakan dengan Phlogopite dengan warna gelap dan sudut
aborsikuat. Dari Hornblende cokelat umum dibedakan dengan sudut pemadaman
yang kecil dan perbedaan belahan. Biotite sering teralterasi menjadi Chlorite, juga
menjadi Vermiculitte Biotite mineral yang tersebar luasdan umum terdapat dalam
batuan beku hampir seluruh tipe, juga dalam Schist dan Gneiss dan zona
metamorf kontak. Biotite umum dalam sediment detrital.

KESIMPULAN
Deskripsi optis pada mineral merupakan hal yang vakum dalam
pembelajaran mineral optik, bahwa dalam menentukan ciri-ciri suatu mineral
optic kita harus dapat mendeskripsikan ciri-ciri optic yg menbedakan mineral
dengan mineral lain, diantaranya warna, bentuk, indeks bias, relief, dalam nikol
sejajar, sedangkan dalam nikol silang yaitu bias rangkap, orientasi, pemadaman,
dan kembaran.
Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari tentang mineral yang terkandung pada suatu batuan. Mineral optik
membahas tentang mineral- mineral pada batuan dalam bentuk monomineral.
Salah satu tujuan mempelajari mineral optik ialah untuk untuk mengetahui cara
menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral secara mikroskopik.

DAFTAR PUSTAKA
http://semangatgeos.blogspot.com/2011/05/kelompok-amfibol-biotit.html
http://irfandipermana.blogspot.com/2012/02/mineral-optik.html
http://bobbyinternisti.blogspot.com/2012/04/sifat-optik-mineral_06.html

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124