PERAN GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN NUANSA

PERAN GURU PAI DALAM PENGEMBANGAN
NUANSA RELIGIUS DI SEKOLAH
Oleh:
Hary Priatna Sanusi
Abstract
A religious teacher required not only teach Islamic religious knowledge in the learning
process, but also undertake other efforts that can help achieve the goal of Islamic education.
These efforts, among others, realized through the efforts of teachers of religion in fostering
religious atmosphere in the school. As for the religious atmosphere is the creation of the
religious situation among educators and their students are reflected in efforts to understand
the teachings of religion, nobility of the learner, simple and frugal life, love cleanliness, and
soon realize and correct the error.
Keywords: teacher competencies, roles, and religious situations

A. PENDAHULUAN
Kultur bangsa Indonesia, dalam pemaparan Kartika, menempatkan profesi guru
pada posisi yang tinggi. Bahkan jauh sebelum kemerdekaan, guru ditempatkan pada
posisi yang lebih mulia dari pada raja dan orang tua. Hal ini antara lain terungkap
dari suatu pernyataan tentang siapa yang wajib dihormati dalam kehidupan di dunia
ini. Adapun yang wajib dihormati, yaitu “Guru, Ratu, Wongatowo Karo”. Artinya,
yang pertama wajib dihormati dan dipatuhi adalah guru, kemudian penguasa

(raja/ratu) dan kedua orang tua kita.1
Pada era informasi dan globalisasi seperti sekarang ini pun, keberadaan seorang
guru masih tetap memegang peranan penting yang belum dapat digantikan oleh
mesin, radio, atau komputer yang paling canggih sekalipun.2 Sebab masih terlalu
banyak unsur-unsur manusiawi yang terserap dalam kepribadian guru yang tidak
dapat dijangkau melalui alat-alat tersebut.
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas
dalam bentuk pengabdian. Menurut Moh. Uzer Usman, jabatan guru memangku tiga
jenis tugas, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam

1

Euis Kartika, Peran Guru PAI dalam Pengembangan Suasana Religius di Sekolah,

t.p, h. 1
2

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar Baru,
2003), h.12


Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

143

Hary Priatna

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

bidang kemasyarakatan.3 Dalam kapasitasnya sebagai jabatan profesi, guru bertugas
untuk mendidik, mengajar dan melatih. Sedang tugasnya dalam bidang kemanusiaan
meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua
kedua. Adapun tugas dalam bidang kemasyarakatan pada hakekatnya adalah
merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam menentukkan
gerak maju kehidupan bangsa.
Menurut Mc. Leod yang dikutip oleh Muhibbin Syah sosok guru didefinisikan
sebagai “a person whose occupations teaching others” (guru adalah seseorang yang
pekerjaannya mengajar orang lain), dengan maksud menularkan pengetahuan dan
kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif), melatih keterampilan jasmani
kepada orang lain (bersifat psikomotor), dan menanamkan nilai dan keyakinan
kepada orang lain (bersifat afektif).4 Guru agama (Islam) sebagai pengembang dan

penanggung jawab mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, menurut Zuhairini
mempunyai tugas yaitu mengajar ilmu pengetahuan agama Islam, menanamkan
keimanan dalam jiwa anak didik, mendidik anak agar taat menjalankan agama, dan
mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.5
Seorang guru agama dituntut tidak hanya mengajarkan ilmu pendidikan agama
Islam semata dalam proses pembelajaran, tetapi juga melakukan usaha-usaha lainnya
yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan agama Islam. Usaha-usaha
tersebut antara lain diwujudkan melalui upaya guru agama dalam menumbuhkan
suasana religius di sekolah. Adapun yang dimaksud dengan suasana religius adalah
terciptanya situasi keagamaan di kalangan pendidik dan anak didiknya yang
tercermin dalam usaha memahami ajaran-ajaran agama, budi luhur dari peserta
didik, hidup sederhana dan hemat, mencintai kebersihan, dan segera menyadari dan
memperbaiki kesalahan.6
B. SEKILAS MENGENAI PEMAKNAAN GURU PAI
Guru merupakan unsur yang sangat dominan dan dinilai sangat penting dalam
jalur pendidikan sekolah (formal) pada umumnya, karena bagi siswa guru sering
dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Demikian pula
3

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2001), h.6
4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010), h.222
5
Zuhairini, dkk, Maetodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1997), h.35 dan lihat pula Euis Kartika, loc.cit
6
Anonimous, Memelihara Kelangsungan Anak menurut Ajaran Islam, (Jakarta: MUI
dan UNICEF, 1988), h.31

144

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

Hary Priatna

dalam proses pembelajaran, guru harus mimiliki kemampuan tersendiri guna

mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Untuk memiliki kemampuan tersebut guru perlu membina diri secara optimal
sebagai karekteristik pekerjaan profesional.7
Secara definitif operasional, terdapat berbagai macam pandangan mengenai
definisi guru, yaitu:
1. Menurut pandangan tradisional, guru adalah seseorang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
2. Menurut seorang ahli pendidikan, guru adalah seseorang yang menyebabkan
orang lain mengetahui atau mampu melaksanakan sesuatu atau memberikan
pengetahuan atau keterampilan kepada orang lain8.
Kata guru yang dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris
disebut teacher itu memiliki arti yang sangat sederhana, yaitu: a person whose
occupation is teaching other . Artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya
mengajar orang lain9. Demikian pula halnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
guru dibatasi sebagai seseorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar10.
Dalam Undang-undang R.I No. 14 tahun 2005 tentang guru Bab 1 Pasal 1
dijelaskan, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah11.
Menurut Ahmad Tafsir yang dimaksud oleh guru adalah pendidik yang
memberikan pelajaran kepada murid, dan biasanya guru adalah pendidik yang
memegang mata pelajaran di sekolah12. Jadi apabila dimaksudkan dengan guru
agama, maka jawabannya adalah pendidik yang memegang mata pelajaran agama di
sekolah, tanpa membeda-bedakan agama tertentu.
Guru agama (Islam) sebagai pemegang dan penanggung jawab mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, menurut Zuhairini mempunyai tugas lain yaitu mengajar
7

Euis Kartika, op.cit.,h. 14
Roestiyah, N.K., StrategiBelajarMengajar,(Jakarta: PT. BinaAksara, 2007), h. 176
9
Muhibbin Syah, loc.cit.
10
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka,
1988), h.228
11
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta:
SinarGrafika, 2006), hlm. 2.

12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), cet. ke-10, h.75
8

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

145

Hary Priatna

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

ilmu pengetahuan agama Islam, menanamkan keimanan ke dalam jiwa anak didik,
mendidik anak agar taat menjalankan agama, dan mendidk anak agar berbudi pekerti
yang mulia13.
C. KOMPETENSI DAN KARAKTERISTIK GURU PAI
Secara etimologis, kata kompetensi berasal dari kata kompeten, yang diartikan
dengan “berhak”, berkuasa atau berwenang. Sedang kompetensi diartikan sebagai
suatu hak yang didasarkan pada peraturan tertentu14. Perkataan kompetensi yang

dalam bahasa Inggris disebut dengan Competence diartikan pula sebagai
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu15.
Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru
sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang
dimilikinya16. Selain itu, Broke dan Stone berpendapat bahwa kompetensi guru
merupakan gambaran hakekat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan
yang nampak sangat berarti17.
Lebih lanjut dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut
untuk memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis,
yang meliputi: Kompetensi kognitif (ranah cipta), Kompetensi afektif (ranah rasa),
dan Kompetensi psikomotor (ranah karsa)18.
Selain itu, Ramayulis mengemukakan beberapa jenis kompetensi guru agama
(Islam), antara lain: 1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap
individu atau murid yang diajarkan; 2) Membina suatu suasana sosial yang meliputi
interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral
(bathiniah) terhadap murid bagi terciptanya kesefahaman dan kesamaan arah dalam
pikiran serta perbuatan murid dan guru; dan 3) Membina suatu perasaan saling
menghormati, saling bertanggung jawab dan saling percaya mempercayai antara
guru dan murid19.
Sementara itu, kompetensi guru agama yang dikembangkan oleh Muhaimin dan

Abdul Mudjieb meliputi kategori berikut ini, yaitu: 1) penguasaan materi al-Islam
yang komprehensif serta wawasan dan bahan penghayatan, terutama pada bidang
13

Zuhairini, dkk, loc.cit.
Mas’ud Hasan, Kamus Istilah Populer , (Semarang: Bintang Pelajar, t.t.), h.129
15
Departemen P dan K, op.cit., h.453
16
Nana Sudjana,op.cit., h. 17
17
Tabrani Rusyan, Profesionalisme Tenaga Kependidikan , (Jakarta:Nine Karya Jaya,
1992), h.11
18
Muhibbin Syah, op.cit., h.229
19
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h.43-44
14

146


Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

Hary Priatna

yang menjadi tugasnya; 2) penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode dan
teknik) pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya; 3) penguasaan ilmu
dan wawasan kependidikan; 4) memahami prinsif-prinsif dan menafsirkan hasil
penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan
Islam; 5) memiliki kepekaan informasi secara langsung yang mendukung
kepentingan tugasnya20.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi, bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai
pendidik yang sebenarnya, jika di dalam dirinya terkandung beberapa aspek yang
diidentifikasi sebagai kompetensi, yaitu meliputi:
1. Berwibawa. Kewibawaan merupakan sikap dan penampilan yang dapat
menimbulkan rasa segan dan hormat, sehingga peserta didik merasa memperoleh
pengayoman dan perlindungan, yang bukan berdasarkan tekanan, ancaman,
ataupun sanksi melainkan atas kesadarannya sendiri.

2. Memiliki sikap tulus ikhlas dan pengabdian sikap tulus ikhlas tampil dari hati
yang rela berkorban untuk anak didik, yang diwarnai juga dengan kejujuran,
keterbukaan dan kesabaran.
3. Keteladanan
Keteladanan guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan, karena
guru adalah orang pertama sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan
kepribadian seseorang. Karena itu seorang guru yang baik senantiasa akan
memberikan yang baik pula kepada anak didiknya21.
Selain memiliki kompetensi, Mahmud Junus (1966:114) yang dikutip oleh
Ahmad Tafsir mengungkapkan sifat-sifat guru Pendidikan Agama Islam yang baik,
yaitu:
1. Kasih sayang pada murid
2. Senang memberikan nasehat
3. Senang memberikan peringatan
4. Senang melarang murid melakukan hal yang tidak baik
5. Bijak dalam memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan lingkungan murid
6. Hormat pada pelajaran lain yang bukan menjadi pegangannya
7. Bijak dalam memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan taraf kecerdasan
murid
8. Mementingkan berpikir dan berijtihad
9. Jujur dalam keilmuan, dan
20

Abdul Mudjib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993),

h.172
21

Hadari Nawawi, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h.108

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

147

Hary Priatna

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

10. Adil.22
Sementara itu, jenis-jenis kompetensi yang dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga
Teknis, bagi seorang guru tak terkecuali guru agama (Islam) adalah meliputi
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berperan dalam masyarakat sebagai warga
negara yang berjiwa pancasila, dan mengembangkan sifat-sifat terpuji yang
dipersyaratkan bagi jabatan guru23.
Adapun menurut rumusan M. Ngalim Purwanto beberapa jenis sifat guru
yang baik antara lain: 1) berperilaku adil, 2) percaya dan suka kepada anak didiknya,
3) bersifat penyabar dan rela berkorban, 4) memiliki kewibawaan, 5) orang yang
penggembira, tidak lekas marah, 6) bersikap baik kepada guru lainnya, 7) bersikap
baik kepada masyarakat, 8) menguasai benar-benar mata pelajaran yang menjadi
pegangannya, 9) berpengetahuan luas, dan 10) menyukai mata pelajarannya24.
D. KARAKTERISTIK PAI DI SEKOLAH
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi
kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan
setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi
spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan,
serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada
optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama
diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa
22

Ahmad Tafsir, op.cit., h.84
Moh. Uzer Usman, op.cit., h.16
24
Ngalim Purwanto,op.cit., h.176
23

148

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

Hary Priatna

kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan
manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis
dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong
dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang
secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
1. lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan
materi;
2. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang
tersedia;
3. memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk
mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan
dan ketersediaan sumber daya pendidikan.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu
berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban
bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam
menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan
masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar
perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang
tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian
tujuan Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam di SMP/MTs misalnya, bertujuan untuk:
1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT;
2. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur,
adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara
personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas
sekolah.

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

149

Hary Priatna

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

E. PENGEMBANGAN NUANSA RELIGIUS DI SEKOLAH
Guru PAI dalam konteks pengembangan kompetensi siswa sangat bersentuhan
dengan materi dan kompetensi akhlak mulia. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
yang berupaya untuk mentransfer, membentuk, dan menginternalisasi nilai-nilai
religius mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan akhlak mulia siswa. Dalam
hal ini, guru PAI dapat mengembangkan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Menebarkan ucapan salam. Pada kegiatan ini, guru dapat senantiasa
mengucapkan salam kepada anak didiknya di sekolah, mengucapkan salam
ketika akan membuka atau menutup pelajarannya; dan menyapa guru lainnya
dengan ucapan salam terlebih dahulu.
2. Melaksanakan shalat berjamaah di sekolah. Guru dapat membiasakan shalat
berjamaah di sekolah bersama anak didiknya, memberikan contoh keteladanan
kepada anak didiknya untuk shalat berjamaah di sekolah, dan melaksanakan
shalat berjamaah di sekolah dengan tepat waktu.
3. Pengajian dan baca tulis al-Qur’an. Pada kegiatan ini upaya guru PAI adalah
bertadarus al-Qur’an di sekolah dalam rangka menumbuhkan suasana religius di
sekolahnya, senantiasa mengajak anak didiknya untuk belajar membaca dan
memahami al-Qur’an, dan berupaya menghidupkan kegiatan pengajian atau
ceramah keagamaan
4. Kegiatan Praktek Ibadah. Pada kegiatan ini, guru PAI berupaya melaksanakan
kegiatan praktek ibadah shalat di sekolah, mengingatkan anak didiknya untuk
mempraktekkan kehidupan keagamaan di sekolah, dan
memberikan
keteladanan dalam mempraktekkan amaliyah ibadah kepada anak didiknya.
5. Kegiatan silaturahim di kalangan siswa dan guru. Pada kegiatan ini, guru
berupaya untuk mengajak siswa untuk bersama-sama menjenguk siswa yang
sedang sakit, menjalin keakraban dengan anak didiknya dan guru yang lainnya,
dan menaruh sikap hormat terhadap sesama dan menyayangi anak didiknya.

150

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

Hary Priatna

F. PENUTUP
Upaya-upaya pengembangan nuansa religius tersebut, dapat digambarkan
sebagai berikut:

Menebarkan ucapan
salam

Melaksanakan
shalat berjamaah di
Upaya
Pengembangan
Pengajian dan baca
tulis al-Qur’an

1. mengucapkan

salam kepada anak
didiknya di sekolah,
2. mengucapkan salam ketika akan
membuka atau menutup pelajarannya;
3. menyapa guru lainnya dengan ucapan
salam terlebih dahulu
1. membiasakan shalat berjamaah di sekolah
bersama anak didiknya
2. memberikan contoh keteladanan kepada anak
didiknya untuk shalat berjamaah di sekolah,
3. dan melaksanakan shalat berjamaah di sekolah
dengan tepat waktu

1. bertadarus al-Qur’an di sekolah dalam
rangka menumbuhkan suasana religius di
sekolahnya,
2. mengajak anak didiknya untuk belajar
membaca dan memahami al-Qur’an,
3. berupaya
menghidupkan
kegiatan
pengajian atau ceramah keagamaan

1.
Kegiatan Praktek
Ibadah

2.
3.

Kegiatan
silaturahim di
kalangan siswa dan

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013

berupaya melaksanakan kegiatan praktek
ibadah shalat di sekolah
mengingatkan
anak
didiknya
untuk
mempraktekkan kehidupan keagamaan di
sekolah,
memberikan
keteladanan
dalam
mempraktekkan amaliyah ibadah kepada
anak didiknya

1.

guru berupaya untuk mengajak siswa untuk
bersama-sama menjenguk siswa yang sedang sakit

2.

menjalin keakraban dengan anak didiknya dan
guru yang lainnya,

3.

menaruh sikap hormat terhadap sesama dan
menyayangi anak didiknya

151

Hary Priatna

Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius

G. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mudjib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya
Ahmad Tafsir. 2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Anonimous. 1988. Memelihara Kelangsungan Anak menurut Ajaran Islam. Jakarta:
MUI dan UNICEF
Departemen P dan K. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka
Euis Kartika, Peran Guru PAI dalam Pengembangan Suasana Religius di Sekolah,
t.p, h. 1
Hadari Nawawi. 1993. Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Mas’ud Hasan. t.t. Kamus Istilah Populer . Semarang: Bintang Pelajar
Moh. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Muhibbin Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru . Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana. 2003. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru
Ramayulis. 1994. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h.43-44
Roestiyah, N.K. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara
Tabrani Rusyan. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan . Jakarta: Nine Karya
Jaya
Zuhairini, dkk. 1997. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Usaha
Nasional

152

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 11 No. 2 - 2013