SEJARAH PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN DEFI
SEJARAH PERKEMBANGAN PARIWISATA
DAN DEFINISI PARIWISATA
Oleh: Putu Diah Sastri Pitanatri
Pada awalnya kegiatan perjalanan berkembang karena adanya kebutuhan
manusia untuk bertahan hidup. Perjalanan pada awalnya bertujuan memperluas
jaringan perdagangan dimana semakin luas jaringan perdagangan terkait erat
dengan ragam/variasi produk yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Aspek lainnya berkaitan dengan keinginan untuk menaklukkan/memperluas daerah
jajahan. Ketika polulasi makin meningkat maka kebutuhan kelompok.masyarakat
juga meningkat. Hal ini mendorong kelompok berusaha memenuhi kebutuhan
anggotanya dengan melakukan ekspansi (perluasan) daerah jajahan ke wilayah lain
yang potensial.
Perjalanan juga berkaitan erat dengan keingintahuan manusia yang tidak
terbatas menyebabkan manusia tidak berhenti melakukan perjalanan dengan
tujuan memenuhi rasa ingin tahunya. Keingintahuan ini yang mendorong
manusia melakukan perjalanan lintas daerah, Negara bahkan lintas benua.
Secara umum perjalanan pariwisata berkaitan dengan sejarah perjalanan
manusia baik yang klasik maupun modern. Berikut bebarapa milestone penting
berkaitan dengan perkembangan perjalanan manusia yang merupakan dasar bagi
perkembangan perjalanan wisata.
A. Sejarah Perjalanan Melalui Darat
•
Kendaraan darat pertama berupa alat peluncur berasal dari Tundra di
kawasan utara Eropa, sekitar tahun 7000 SM. Masyarakat Tundra
sengaja menuangkan lemak mentega di jalan untuk melicinkan jalan alat
peluncur yang digerakkan dengan cara ditarik menggunakan tali.
•
Binatang pertama kali dimanfaatkan sebagai alat transportasi di Mesir pada
tahun 3500 SM. Ini merupakan kemajuan tersendiri karena jarak tempuh
perjalanan bisa lebih jauh.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 1
•
Penemuan alat peluncur dengan roda‐roda kecil selinder di Irak tahun
3000SM merupakan milestones penting karena merupakan cikal bakal
perkembangan kendaraan darat.
•
Tahun 2800 SM di Sumeria sudah ditemukan adanya kereta yang ditarik sapi
jantan, sedangkan di Yunani, 1700 SM, masyarakat sudah bepergian
menggunakan kereta kuda. Sejak saat itu kerata berkembang menjadi salah
satu alat transportasi yang banyak digunakan karena berbagai kelebihannya
antara lain jarak tempuh lebih jauh, tidak melelahkan karena ditarik binatang,
lebih nyaman serta dapat memuat lebih dari 1 orang.
•
Pada tahun 1000 SM di bawah kepemimpinan Dinasti Chou Cina
sudah berhasil menciptakan sistem jalan raya pertama di dunia lengkap
dengan tempat menginap bagi pejalan serta terdapat kawasan tepian jalan
yang teduh untuk beristirahat. Perkembangan ini makin merujuk pada
kegiatan berwisata
B. Sejarah Perjalanan Melalui Laut
•
Perahu yang digunakan dengan dayung tangan pertama kali ditemukan
di Mesir Kuno tahun 6000 SM. Perahu yang digunakan dihias menarik
dengan berbagai hiasan dan terlihat berlayar di sepanjang sungai Nil.
•
Sekitar tahun 2000 SM, orang Polynesia telah berlayar dengan
menggunakan perahu bercadik menuju kepulauan Marquesas. Mereka
menggunakan bantuan matahari, bintang, arus dan pola terbang burung
untuk menentukan arah di lautan Pasifik.
C. Sejarah Perjalanan Pariwisata
Sejarah perjalanan pariwisata dimulai di Yunani, Pada awalnya pariwisata
merupakan hak khusus orang kaya saja sebagai bagian dari fasilitas eksklusif yang
memebedakan dengan orang miskin/rakyat jelata. Pada saat itu di Yunani sudah
dibangun resor untuk bersantai di luar kota atau sepanjang garis pantai. Beberapa
obyek yang terkenal saat itu antara lain Kota Dephne yang terkenal dengan sumber
Putu Diah Sastri Pitanatri | 2
air panas dan Balae yaitu suatu kawasan pantai yang mewah. Di Romawi juga sudah
ada obyek wisata (Colisseum/Forum), dimana wisatawan dapat menikmati
keindahannya sambil berpose di depan bangunan tersebut
Tahun 146 SM, ahli sejarah Philon mendeskripsikan 7 keajaiban dunia : Piramid,
Mercusuar, Taman gantung Babylon, Patung besar di Rhodes, Patung Zeus, Kuil
Artemis dan kuburan Mausolus
Sementara itu di Italia sudah membangun sistem jalan batu untuk
perdagangan dan pasukan perang. Orang yang kaya dapat melakukan perjalanan
dengan kereta perang di atas jalan batu jika membayar. Disertai pemandu
(vetturino) yang mengatur transport, penginapan, makan, keamanan (melindungi
wisatawan dari bandit)
Tahun 982M Orang Eropa pertama yang mengunjungi Amerika Utara dari
Norwegia). Tahun 1275 Marcopolo melakukan perjalanan ke Bagdad melintasi Gurun
Gobi menuju kota terlarang Peiping dan kemudian kembali ke Venice. Ia menulis
buku tentang perjalanan dan eksplorasinya.
Perkembangan perjalanan wisata pada Zaman Penemuan Eropa ditandai
tahun 1492 dengan mulainya ekspedisi Columbus ke Benua Timur dan Dunia Baru
(Eropa). Sementara tahun 1947 John Cabot sudah mendarat di Amerika Utara. Pada
abad ke‐18 James Cook berhasil memetakan Samodra Pasifik, memasukkan
Australia dan Selandia Baru sebagai bagian dari Inggris. Ekspansi Eropa (Belanda,
Inggris, Soanyol dan Perancis) untuk memperluas daerah pemerintahan Eropa ke
Amerika Utara/Selatan, Asia dan kawasan Pasifik juga menjadi bagian penting dalam
sejarah perjalanan wisata
Milestones penting lainnya adalah pada Zaman Kereta Api yang ditandai
dengan penemuan kereta di Jerman api yang merupakan awal terejadinya revolusi
transportasi dan sekaligus revolusi perjalanan pariwisata. Tahun 1800 kereta dengan
rel baja muncul di Amerika Pada abad 19 kereta api menjadi mode transportasi dan
penggerak pariwisata. Tahun 1904 Amerika telah memilki 4 rute kereta api sampai
Canada. Di tempat tujuan kereta dibangun hotel. Di Eropa (Berlin, Amsterdam,
Brussels, Viena, Riveira dan Perancis) dibangun jjaringan kereta api menuju tempat‐
tempat berlibur
Putu Diah Sastri Pitanatri | 3
Sementara perkembangan lain yang patut dicatat adalah Zaman kapal uap
yang merupakan salah satu penemuan penting bagi perjalanan wisata lintas
pulau/benua. Tahun 1818, diluncurkan James Monroe adalah nama kapal lintas
samodra pertama menuju Liverpool. Tahun 1819, kapal mesun uap
(Savannab) berlayar melintasi Lautan Atlantik. Pada akhir abad 19 kapal cepat (layar
dengan badan ramping) mendomonasi transportasi laut . Tahun 1848 ditemukan
kapal cepat menuju California
Agen Perjalanan Modern Pertama ditandai pada tahun 1845 Thomas Cook
membuka BPW di London dengan nama Thomas Cook and Son melalui perjalanan
dengan kereta api dan kapan uap. Untuk itu Thomas Cook mendapat komisi
dari Perusahaan kereta Api dan Kapal uap karena telah menjualkan tiket. Cook juga
mengkoordinir perjalanan wisata secara berkelompok dan dan menyelenggarakan
wisata berpemandu untuk orang‐orang kaya yang tertarik melakukan perjalanan ke
luar negeri. Untuk membantu penjualan tiket kereta api, Cook juga menerbitkan
buku panduan untuk kereta api bernama The Thos Cook 7 Son Timetable yang
menjadi referansi utama perjalanan kereta api Eropa.
Tahun 1882 Ward G. Foster mendirikan Biro perjalanan wisata ercran
pertama di Amerika. Ia juga membuka toko cindera mata dan hotel resort di
Florida dan berkembang pesat. Namun tahun 1980‐an biro penjalan tersebut
diambil alih Carlson Travel Group dan mengganti nama menjadi Carlson.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 4
DEFINISI PARIWISATA
A. Peninjauan Secara Etymologis
A Yoeti (1982:103) menyebutkan bahwa secara etimologis kata “pariwisata”
berasal dari bahasa Sansekerta, bukan berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau
“tourism” (bahasa Inggeris). Kata Pariwisata menurut pengertian ini sinonim dengan
pengertian “tour”. Pendapat ini berdasarkan pemikiran sebagi berikut: kata
pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing‐masung kata “pari” dan “wisasta”:
‐
Pari berarti banyak, berkali‐kali, berputar‐putar, lengkap
‐
Wisata berate perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim
daro kata “travel” dalam bahasa Inggeris
Atas dasar itu, maka kata “Pariwisata” seharusnya diartikan sebagai suatu
perjalana yang dilakukan berkali‐kali atau berputar‐putar, dari suatu tempat ke
tempat lain, yang dalam bahasa Inggeris disebut dengan kata “tour”. Sedangkan
untuk pengertian jamak kata “kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme”
atau “tourism”. lebih lanjut batasan pariwisata menurut ketetapan MPRS No I‐II
tahun 1960, sebagai berikut :
"Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara
memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani
setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat‐lihat
daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara‐negara lain (pariwisata luar
negeri)".
B. Pendapat Oleh Beberapa Ahli
Dalam Anatomi Pariwisata (Soekadijo: 2000) disebutkan bahwa pengertian
tentang pariwisata dan wisatawan timbul di Perancis menjelang akhir abad ke‐17.
Pada tahun 1672. De St. Maurice, seorang bangsawan Perancis menerbitkan sebuah
Putu Diah Sastri Pitanatri | 5
buku petunjuk The true guide for foreigners traveling in France, to appreciate it’s
beauties, learn the languange and take the excersise. Di dalam buku ini diceritakan
tentang keadaan di sepanjang jalan menuju kota Paris dan kota‐kota yang dilaluinya.
Disamping definisi keluaran Yoeti dan para pemikir pariwisata jaman 40an
hingga 80an, perlu juga menilik definisi dari peneliti era kontemporer akhir 90an dan
abad 21 ini. Mengenai hal ini, pemikiran yang dikemukakan Christian Nielsen dalam
memaparkan pengertian pariwisata menjadi sangat menarik. Menurut Nielsen
(2001), dalam mendefinisikan kepariwisataan, banyak pendekatan yang bisa diambil
oleh para peneliti pada tahun‐tahun belakangan ini. Setidaknya ada enam
pendekatan bisa digunakan, antara lain; pendekatan ekonomi, teknis, pengalaman,
psikologis, menyeluruh dan komunikasi.
Definisi Ekonomi (economic)
Memandang kepariwisataan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, sama dengan
mengenalnya sebagai suatu industri pada umumnya. Seorang ahli ekonomi bangsa
Austria tahun 1910 yaitu Hermann V. Schulalard, sebagai berikut :
"Tourism is The sum of operations, mainly of an economic nature, which
directly related to the entry, stay and mavemant of foreigner inside certain
cauntry, city or region".
(Schulalard 1910)
Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya
dengan kegiatan perekonomian, yang secara langsung berhubungan dengan
masuknya dan adanya pendiaman dan bergeraknya orang‐orang asing keluar masuk
kota, daerah atau negara”.
Dalam menyepakati gagasannya Schulalard, Nielsen juga mengambil definisi
yang ditawarkan Ryan, seorang ahli ekonomi asal Eropa. Definisi Ryan sebagai
berikut ;
“... a study of the demand for, and suply of accommodation and supportive
services for those staying away from home, and the resultant patterns of
expenditure, income creation and employment”.
(Ryan 1991a)
Putu Diah Sastri Pitanatri | 6
Definisi ini, menurut kritik Nielsen ternyata masih terlalu lunak (blend defininition).
Perlu dicatat bahwa definisi ini tidak memasukkan referensi tentang bersenang‐
senang dan pelesir. Definisi ini meliputi kunci‐kunci tertentu seperti demand &
supply dan stay away from home. Kelalaian mencantumkan kata kata seperti travel,
trip, journey (atau bentuk lain perpindahan) merupakan kelemahan yang penting
darinya– utamanya dalam mengangkat salah satu model dasar kepariwisataan yang
diajukan Laws (1991), lihat bagan 2.1. Model ini membedakan antara rumah (home)
dan beberapa tempat tujuan (destination), dan mengindikasikan usaha fisik yang
terkandung dalam bergerak ke dan dari rumah.
Bagan 2.1
Model dasar pariwisata (the basic tourism model)
Definisi Teknis (technical)
Para perencana pariwisata (tourism planner) memiliki perbedaan interpretasi
terhadap kepariwisataan, tergantung pada bagaimana kebutuhan individu dan
orientasi mereka. Hal ini sama artinya bahwa pendekatan mereka dalam
mendefinisikan kepariwisataan akan merefleksikan pada atribut‐atribut teknis yang
lebih spesifik. Pariwisata dapat didefinisikan dari sisi salah satu alasan melakukan
perjalanan–baik itu alasan bersenag‐senang, alasan keluarga atau bisnis. Sebagai
contoh, American Express mengklaim bahwa:
“Travel and tourism is a vast complex network of bussines engaged in the
lodging, transpostation, feeding and entertainment of traveller”.
American Express, quoted by Ryan 1991a.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 7
Meskipun singkat, definisi ini cukup menyatakan secara jelas daerah umum
operasi American Express, dan juga mewakili seluruh definisi pariwisata dari sisi
bisnis. Menurut Nielsen, definisi ini agak terlalu meluas untuk memuaskan keinginan
khusus dari beragam komponen (participants) pariwisata yang ada. Para ekonom
mungkin meminta pengertian yang lebih jelas dan wisatawan mungkin tidak dihargai
(ter‐apresiasi) oleh pemikiran bahwa dirinya sebagai bagian dari “network of
bussines”. Wisatawan tentunya lebih senang jika mereka hanya diperlakukan sebagai
penikmat liburan. Nielsen mengkritik bahwa sisi bisnis seharusnya hanya
digarisbawahi, bukan dikedepankan sebagai alasan teknis pendefinisian pariwisata.
Definisi Pengalaman (experiential)
Memahami bahwa setiap individu itu berbeda, maka pariwisata dapat
didefinisikan untuk mengakomodasi dampak setiap pengalaman seseorang dalam
melakukan perjalanan. Keinginan untuk memenuhi kepuasan sensual (sensual
gratification) ini ialah komponen utama dalam mengisi liburan para turis, yang mana
motivasi utamanya ialah beristirahat, bersenang‐senang, petualangan, penemuan
baru, dll. Definisi dengan pendekatan ini misalnya;
“... benefits that arise from experincing new places, and new situations that
are of a temporary duration, whilst free from the constrains of work, or
normal patterns of daily life at home”.
(Ryan, 1991a)
Definisi ini secara jelas menggarisbawahi kesepakatannya dalam memilih
elemen escapism atau “melarikan diri” sebagai motivasi utama melakukan
perjalanan wisata. Alasan melakukan perjalanan wisata untuk melarikan diri dari
rutinitas kehidupan sehari‐hari merupakan alasan yang cukup banyak dimiliki para
wisatawan. Pada definisi ini, rasa emosi dan pengembangan diri begitu inheren.
Definisi Psikologi (psyichological)
Manfaat ilmu psikologi bagi pariwisata tampak jelas seperti hubungannya
dengan perjalanan liburan. Dengan ilmu psikologi dapat menentukan motivasi,
Putu Diah Sastri Pitanatri | 8
kondisi ekonomi dan permintaan adanya perjalanan dari seorang calon wisatawan.
Contoh sederhana dari definisi psikologi telah diberikan oleh Nielsen selama
wawancaranya dengan seorang mantan manager Airport di New Zealand, di bawah
ini;
“... (people go to) places they have always wanted to go. A great many
Australian go to Europe ‐Italians, Greeks, Yugoslavs‐ not so much now ...”
(Interviews, Holt 1995)
Pernyataan di atas merupakan hasil kombinasi antara alasan pengalaman
dan psikologi, yang mungkin menekankan faktor impian masa kanak‐kanak ‐‐
keinginan, semenjak awal masa kanak‐kanak (ketika fantasi begitu mudah lari ke
hal‐hal yang lebih liar dan sama sekali baru) untuk melihat sesuatu. Meskipun
mengesankan dalam kesederhanaannya, tapi definisi di atas gagal menangkap
hakikat pariwisata (essense of tourism). Ia telah gagal menjelaskan mengapa mereka
selalu ingin pergi keluar ke tempat yang sama. Hal ini karena orang tua mereka
berasal dari tempat yang sama? Atau karena mereka melihatnya di tetevisi atau di
sebuah majalah? Atau mereka mendengar berita dari tetangga mereka yang pernah
membicarakan –mendiskusikan‐ tempat tersebut? Atau dengan sederhananya
mereka pikir asal pergi saja? Ada berlimpah (plethora) kemungkinan. Motivasi
melakuklan perjalanan sebenarnya lebih kompleks dari pada sekadar pernyataan di
atas
Definisi Menyeluruh (holistik)
Pendekatan secara menyeluruh, penyelidikan yang luas (broad‐reaching)
dalam terminologi, mengasimilasi ragam interpretasi ke dalam sebuah definisi umum
untuk pertamakalinya telah dilakukan oleh Tourism Steering Group hingga Sratford‐
upon‐Avon District Council di Inggris. Dalam laporannya tahun 1978, kelompok ini
setuju dengan definisi yang mereka anggap universal, sebagai berikut;
“... day trippers from the cities of the Midlands, evening theatregoers from
London, coach‐tour passenger from all over the world hurtling through the
country, conference delegates and longer‐stay customers of the whole price
range of serviced and unserviced accomodation . . . a visitor to the District for
Putu Diah Sastri Pitanatri | 9
whatever reason he or she comes, for however long he or she may stay, and
by whatever means he or she may come ...”
(Tourism Steering Group, 1978, quoted by Ryan 1991a)
Definisi ini berguna bagi mereka yang kali pertama (newcomer) mempelajari
pariwisata. Deskripsinya cukup detil dan skupnya tidak merujuk secara spesifik pada
sisi bisnis pariwisata belaka. Kalim terhadap ke‐universal‐an definisi ini muncul
karena dalam pernyataannya mencakup tujuan mengadakan perjalanan, durasi yang
dimaksud, batas harga, jenis dan tipe akomodasi, dan tipe pariwisata itu sendiri
(pariwisata budaya, petualangan, day‐tripping dan lain sebainya). Definisi ini
mungkin dapat dikritisi dari sisi panjangnya penggunaan kalimat, tetapi ini
merupakan justifikasi untuk melengkapi banyaknya segi sektor pariwisata.
Prof. K. Kraft (1942) juga mengemukakan batasan bersifat tekhnis dengan
pendekatan menyeluruh sebagai berikut :
"Tourism is the totally of the relation shif and phenomena arising from the
travel and stay of strangers (ortsfremde), provide the stay does not imply the
establishment of a permanent resident".
Kraft (1942)
Dalam definisi tersebut Kraft menyebutkan bahwa kepariwisataan adalah
keseluruhan dari pada gejala‐gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan
pendiaman orang‐orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan
pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari
aktifitas yang bersifat sementara itu.
Definisi Komunikasi/Pemasaran (Communications/Marketing)
Satu interpretasi akhir yang cukup relevan dalam konteks pendekatan
komunikasi ini, ialah bagaimana penjelasan pariwisata sebagai sebuah fungsi
pemasaran, atau lebih luas lagi sebagai pengalaman komunikasi. Dalam usahanya
mencoba menyampaikan konsep pariwisata kepada multiple users (pelajar,
profesional, akademisi, pengusaha, pemerintah dan media), suatu definisi pasar atau
komunikasi mungkin merupakan jalan terbaik untuk memahami kepariwisataan
sebagai sebuah maksud ataupun aksi (Nielsen, 2001:16). Sebagai contoh,
Putu Diah Sastri Pitanatri | 10
kepariwisataan mungkin menjadi sebuah bentuk ekspresi diri (seperti seni, tulisan,
orasi); atau suatu keinginan untuk melatih banyaknya kebebasan yang dinikmati
individu dalam masyarakat modern (kebebasan berbelanja, kebebasan
bergerak/berpindah, kebebasan menikmati pengalaman yang sama sekali berbeda
dan baru, dll); dan untuk mengkomunikasikan keinginan masa kini atau masa
mendatang dalam aktifitas komersial, seperti aesthetik, fisik, virtual, riil dan
perjalanan emosional dan bahkan keputusan/penentuan berwisata itu sendiri.
Definisi ini sebagai batas dari definisi experiential dan psychological, dan
tentunya menyentuh sisi bisnis/komersial dari kepariwisataan. Hal ini tidak melulu
pada tataran kritis, tetapi malah mengenalkan beberapa elemen kepada suatu
definisi pariwisata atas dasar kebebasan fundamental, dan dengan nilai dualisme
dari physical/aesthetic, dan self/other‐nya (yang masih bisa diperdebatkan), maka
akan mampu mengkomunikasikan keinginan di hati wisatawan melalui pengalaman
dan motivasi mereka, sehingga sampai pada pengambilan keputusan untuk
melakukan perjalanan. Para ahli pemasaran pariwisata akan memahami hubungan
kritis antara perilaku wisatawan/konsemen dan ekspresi keinginan bebas ini. Definisi
seperti ini memperkenalkan konsep waktu (yang memawakili potensi pariwisata
masa kini dan mendatang), dan konsep pariwisata nyata melawan yang virtual.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 11
DAFTAR PUSTAKA
A. Yoeti, Oka. Pengantar Ilmu Pariwisata. 1993. Penerbit: Angkasa Bandung
Soekadijo. R,G. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic
Linkage”. Cetakan Ketiga. 2000. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Suwontoro, Gamal. Dasar‐Dasar Pariwisata. Cetakan Pertama. 1997. Penerbit: Andi
Yogyakarta
Putu Diah Sastri Pitanatri | 12
DAN DEFINISI PARIWISATA
Oleh: Putu Diah Sastri Pitanatri
Pada awalnya kegiatan perjalanan berkembang karena adanya kebutuhan
manusia untuk bertahan hidup. Perjalanan pada awalnya bertujuan memperluas
jaringan perdagangan dimana semakin luas jaringan perdagangan terkait erat
dengan ragam/variasi produk yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Aspek lainnya berkaitan dengan keinginan untuk menaklukkan/memperluas daerah
jajahan. Ketika polulasi makin meningkat maka kebutuhan kelompok.masyarakat
juga meningkat. Hal ini mendorong kelompok berusaha memenuhi kebutuhan
anggotanya dengan melakukan ekspansi (perluasan) daerah jajahan ke wilayah lain
yang potensial.
Perjalanan juga berkaitan erat dengan keingintahuan manusia yang tidak
terbatas menyebabkan manusia tidak berhenti melakukan perjalanan dengan
tujuan memenuhi rasa ingin tahunya. Keingintahuan ini yang mendorong
manusia melakukan perjalanan lintas daerah, Negara bahkan lintas benua.
Secara umum perjalanan pariwisata berkaitan dengan sejarah perjalanan
manusia baik yang klasik maupun modern. Berikut bebarapa milestone penting
berkaitan dengan perkembangan perjalanan manusia yang merupakan dasar bagi
perkembangan perjalanan wisata.
A. Sejarah Perjalanan Melalui Darat
•
Kendaraan darat pertama berupa alat peluncur berasal dari Tundra di
kawasan utara Eropa, sekitar tahun 7000 SM. Masyarakat Tundra
sengaja menuangkan lemak mentega di jalan untuk melicinkan jalan alat
peluncur yang digerakkan dengan cara ditarik menggunakan tali.
•
Binatang pertama kali dimanfaatkan sebagai alat transportasi di Mesir pada
tahun 3500 SM. Ini merupakan kemajuan tersendiri karena jarak tempuh
perjalanan bisa lebih jauh.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 1
•
Penemuan alat peluncur dengan roda‐roda kecil selinder di Irak tahun
3000SM merupakan milestones penting karena merupakan cikal bakal
perkembangan kendaraan darat.
•
Tahun 2800 SM di Sumeria sudah ditemukan adanya kereta yang ditarik sapi
jantan, sedangkan di Yunani, 1700 SM, masyarakat sudah bepergian
menggunakan kereta kuda. Sejak saat itu kerata berkembang menjadi salah
satu alat transportasi yang banyak digunakan karena berbagai kelebihannya
antara lain jarak tempuh lebih jauh, tidak melelahkan karena ditarik binatang,
lebih nyaman serta dapat memuat lebih dari 1 orang.
•
Pada tahun 1000 SM di bawah kepemimpinan Dinasti Chou Cina
sudah berhasil menciptakan sistem jalan raya pertama di dunia lengkap
dengan tempat menginap bagi pejalan serta terdapat kawasan tepian jalan
yang teduh untuk beristirahat. Perkembangan ini makin merujuk pada
kegiatan berwisata
B. Sejarah Perjalanan Melalui Laut
•
Perahu yang digunakan dengan dayung tangan pertama kali ditemukan
di Mesir Kuno tahun 6000 SM. Perahu yang digunakan dihias menarik
dengan berbagai hiasan dan terlihat berlayar di sepanjang sungai Nil.
•
Sekitar tahun 2000 SM, orang Polynesia telah berlayar dengan
menggunakan perahu bercadik menuju kepulauan Marquesas. Mereka
menggunakan bantuan matahari, bintang, arus dan pola terbang burung
untuk menentukan arah di lautan Pasifik.
C. Sejarah Perjalanan Pariwisata
Sejarah perjalanan pariwisata dimulai di Yunani, Pada awalnya pariwisata
merupakan hak khusus orang kaya saja sebagai bagian dari fasilitas eksklusif yang
memebedakan dengan orang miskin/rakyat jelata. Pada saat itu di Yunani sudah
dibangun resor untuk bersantai di luar kota atau sepanjang garis pantai. Beberapa
obyek yang terkenal saat itu antara lain Kota Dephne yang terkenal dengan sumber
Putu Diah Sastri Pitanatri | 2
air panas dan Balae yaitu suatu kawasan pantai yang mewah. Di Romawi juga sudah
ada obyek wisata (Colisseum/Forum), dimana wisatawan dapat menikmati
keindahannya sambil berpose di depan bangunan tersebut
Tahun 146 SM, ahli sejarah Philon mendeskripsikan 7 keajaiban dunia : Piramid,
Mercusuar, Taman gantung Babylon, Patung besar di Rhodes, Patung Zeus, Kuil
Artemis dan kuburan Mausolus
Sementara itu di Italia sudah membangun sistem jalan batu untuk
perdagangan dan pasukan perang. Orang yang kaya dapat melakukan perjalanan
dengan kereta perang di atas jalan batu jika membayar. Disertai pemandu
(vetturino) yang mengatur transport, penginapan, makan, keamanan (melindungi
wisatawan dari bandit)
Tahun 982M Orang Eropa pertama yang mengunjungi Amerika Utara dari
Norwegia). Tahun 1275 Marcopolo melakukan perjalanan ke Bagdad melintasi Gurun
Gobi menuju kota terlarang Peiping dan kemudian kembali ke Venice. Ia menulis
buku tentang perjalanan dan eksplorasinya.
Perkembangan perjalanan wisata pada Zaman Penemuan Eropa ditandai
tahun 1492 dengan mulainya ekspedisi Columbus ke Benua Timur dan Dunia Baru
(Eropa). Sementara tahun 1947 John Cabot sudah mendarat di Amerika Utara. Pada
abad ke‐18 James Cook berhasil memetakan Samodra Pasifik, memasukkan
Australia dan Selandia Baru sebagai bagian dari Inggris. Ekspansi Eropa (Belanda,
Inggris, Soanyol dan Perancis) untuk memperluas daerah pemerintahan Eropa ke
Amerika Utara/Selatan, Asia dan kawasan Pasifik juga menjadi bagian penting dalam
sejarah perjalanan wisata
Milestones penting lainnya adalah pada Zaman Kereta Api yang ditandai
dengan penemuan kereta di Jerman api yang merupakan awal terejadinya revolusi
transportasi dan sekaligus revolusi perjalanan pariwisata. Tahun 1800 kereta dengan
rel baja muncul di Amerika Pada abad 19 kereta api menjadi mode transportasi dan
penggerak pariwisata. Tahun 1904 Amerika telah memilki 4 rute kereta api sampai
Canada. Di tempat tujuan kereta dibangun hotel. Di Eropa (Berlin, Amsterdam,
Brussels, Viena, Riveira dan Perancis) dibangun jjaringan kereta api menuju tempat‐
tempat berlibur
Putu Diah Sastri Pitanatri | 3
Sementara perkembangan lain yang patut dicatat adalah Zaman kapal uap
yang merupakan salah satu penemuan penting bagi perjalanan wisata lintas
pulau/benua. Tahun 1818, diluncurkan James Monroe adalah nama kapal lintas
samodra pertama menuju Liverpool. Tahun 1819, kapal mesun uap
(Savannab) berlayar melintasi Lautan Atlantik. Pada akhir abad 19 kapal cepat (layar
dengan badan ramping) mendomonasi transportasi laut . Tahun 1848 ditemukan
kapal cepat menuju California
Agen Perjalanan Modern Pertama ditandai pada tahun 1845 Thomas Cook
membuka BPW di London dengan nama Thomas Cook and Son melalui perjalanan
dengan kereta api dan kapan uap. Untuk itu Thomas Cook mendapat komisi
dari Perusahaan kereta Api dan Kapal uap karena telah menjualkan tiket. Cook juga
mengkoordinir perjalanan wisata secara berkelompok dan dan menyelenggarakan
wisata berpemandu untuk orang‐orang kaya yang tertarik melakukan perjalanan ke
luar negeri. Untuk membantu penjualan tiket kereta api, Cook juga menerbitkan
buku panduan untuk kereta api bernama The Thos Cook 7 Son Timetable yang
menjadi referansi utama perjalanan kereta api Eropa.
Tahun 1882 Ward G. Foster mendirikan Biro perjalanan wisata ercran
pertama di Amerika. Ia juga membuka toko cindera mata dan hotel resort di
Florida dan berkembang pesat. Namun tahun 1980‐an biro penjalan tersebut
diambil alih Carlson Travel Group dan mengganti nama menjadi Carlson.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 4
DEFINISI PARIWISATA
A. Peninjauan Secara Etymologis
A Yoeti (1982:103) menyebutkan bahwa secara etimologis kata “pariwisata”
berasal dari bahasa Sansekerta, bukan berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau
“tourism” (bahasa Inggeris). Kata Pariwisata menurut pengertian ini sinonim dengan
pengertian “tour”. Pendapat ini berdasarkan pemikiran sebagi berikut: kata
pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing‐masung kata “pari” dan “wisasta”:
‐
Pari berarti banyak, berkali‐kali, berputar‐putar, lengkap
‐
Wisata berate perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim
daro kata “travel” dalam bahasa Inggeris
Atas dasar itu, maka kata “Pariwisata” seharusnya diartikan sebagai suatu
perjalana yang dilakukan berkali‐kali atau berputar‐putar, dari suatu tempat ke
tempat lain, yang dalam bahasa Inggeris disebut dengan kata “tour”. Sedangkan
untuk pengertian jamak kata “kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme”
atau “tourism”. lebih lanjut batasan pariwisata menurut ketetapan MPRS No I‐II
tahun 1960, sebagai berikut :
"Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara
memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani
setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat‐lihat
daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara‐negara lain (pariwisata luar
negeri)".
B. Pendapat Oleh Beberapa Ahli
Dalam Anatomi Pariwisata (Soekadijo: 2000) disebutkan bahwa pengertian
tentang pariwisata dan wisatawan timbul di Perancis menjelang akhir abad ke‐17.
Pada tahun 1672. De St. Maurice, seorang bangsawan Perancis menerbitkan sebuah
Putu Diah Sastri Pitanatri | 5
buku petunjuk The true guide for foreigners traveling in France, to appreciate it’s
beauties, learn the languange and take the excersise. Di dalam buku ini diceritakan
tentang keadaan di sepanjang jalan menuju kota Paris dan kota‐kota yang dilaluinya.
Disamping definisi keluaran Yoeti dan para pemikir pariwisata jaman 40an
hingga 80an, perlu juga menilik definisi dari peneliti era kontemporer akhir 90an dan
abad 21 ini. Mengenai hal ini, pemikiran yang dikemukakan Christian Nielsen dalam
memaparkan pengertian pariwisata menjadi sangat menarik. Menurut Nielsen
(2001), dalam mendefinisikan kepariwisataan, banyak pendekatan yang bisa diambil
oleh para peneliti pada tahun‐tahun belakangan ini. Setidaknya ada enam
pendekatan bisa digunakan, antara lain; pendekatan ekonomi, teknis, pengalaman,
psikologis, menyeluruh dan komunikasi.
Definisi Ekonomi (economic)
Memandang kepariwisataan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, sama dengan
mengenalnya sebagai suatu industri pada umumnya. Seorang ahli ekonomi bangsa
Austria tahun 1910 yaitu Hermann V. Schulalard, sebagai berikut :
"Tourism is The sum of operations, mainly of an economic nature, which
directly related to the entry, stay and mavemant of foreigner inside certain
cauntry, city or region".
(Schulalard 1910)
Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya
dengan kegiatan perekonomian, yang secara langsung berhubungan dengan
masuknya dan adanya pendiaman dan bergeraknya orang‐orang asing keluar masuk
kota, daerah atau negara”.
Dalam menyepakati gagasannya Schulalard, Nielsen juga mengambil definisi
yang ditawarkan Ryan, seorang ahli ekonomi asal Eropa. Definisi Ryan sebagai
berikut ;
“... a study of the demand for, and suply of accommodation and supportive
services for those staying away from home, and the resultant patterns of
expenditure, income creation and employment”.
(Ryan 1991a)
Putu Diah Sastri Pitanatri | 6
Definisi ini, menurut kritik Nielsen ternyata masih terlalu lunak (blend defininition).
Perlu dicatat bahwa definisi ini tidak memasukkan referensi tentang bersenang‐
senang dan pelesir. Definisi ini meliputi kunci‐kunci tertentu seperti demand &
supply dan stay away from home. Kelalaian mencantumkan kata kata seperti travel,
trip, journey (atau bentuk lain perpindahan) merupakan kelemahan yang penting
darinya– utamanya dalam mengangkat salah satu model dasar kepariwisataan yang
diajukan Laws (1991), lihat bagan 2.1. Model ini membedakan antara rumah (home)
dan beberapa tempat tujuan (destination), dan mengindikasikan usaha fisik yang
terkandung dalam bergerak ke dan dari rumah.
Bagan 2.1
Model dasar pariwisata (the basic tourism model)
Definisi Teknis (technical)
Para perencana pariwisata (tourism planner) memiliki perbedaan interpretasi
terhadap kepariwisataan, tergantung pada bagaimana kebutuhan individu dan
orientasi mereka. Hal ini sama artinya bahwa pendekatan mereka dalam
mendefinisikan kepariwisataan akan merefleksikan pada atribut‐atribut teknis yang
lebih spesifik. Pariwisata dapat didefinisikan dari sisi salah satu alasan melakukan
perjalanan–baik itu alasan bersenag‐senang, alasan keluarga atau bisnis. Sebagai
contoh, American Express mengklaim bahwa:
“Travel and tourism is a vast complex network of bussines engaged in the
lodging, transpostation, feeding and entertainment of traveller”.
American Express, quoted by Ryan 1991a.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 7
Meskipun singkat, definisi ini cukup menyatakan secara jelas daerah umum
operasi American Express, dan juga mewakili seluruh definisi pariwisata dari sisi
bisnis. Menurut Nielsen, definisi ini agak terlalu meluas untuk memuaskan keinginan
khusus dari beragam komponen (participants) pariwisata yang ada. Para ekonom
mungkin meminta pengertian yang lebih jelas dan wisatawan mungkin tidak dihargai
(ter‐apresiasi) oleh pemikiran bahwa dirinya sebagai bagian dari “network of
bussines”. Wisatawan tentunya lebih senang jika mereka hanya diperlakukan sebagai
penikmat liburan. Nielsen mengkritik bahwa sisi bisnis seharusnya hanya
digarisbawahi, bukan dikedepankan sebagai alasan teknis pendefinisian pariwisata.
Definisi Pengalaman (experiential)
Memahami bahwa setiap individu itu berbeda, maka pariwisata dapat
didefinisikan untuk mengakomodasi dampak setiap pengalaman seseorang dalam
melakukan perjalanan. Keinginan untuk memenuhi kepuasan sensual (sensual
gratification) ini ialah komponen utama dalam mengisi liburan para turis, yang mana
motivasi utamanya ialah beristirahat, bersenang‐senang, petualangan, penemuan
baru, dll. Definisi dengan pendekatan ini misalnya;
“... benefits that arise from experincing new places, and new situations that
are of a temporary duration, whilst free from the constrains of work, or
normal patterns of daily life at home”.
(Ryan, 1991a)
Definisi ini secara jelas menggarisbawahi kesepakatannya dalam memilih
elemen escapism atau “melarikan diri” sebagai motivasi utama melakukan
perjalanan wisata. Alasan melakukan perjalanan wisata untuk melarikan diri dari
rutinitas kehidupan sehari‐hari merupakan alasan yang cukup banyak dimiliki para
wisatawan. Pada definisi ini, rasa emosi dan pengembangan diri begitu inheren.
Definisi Psikologi (psyichological)
Manfaat ilmu psikologi bagi pariwisata tampak jelas seperti hubungannya
dengan perjalanan liburan. Dengan ilmu psikologi dapat menentukan motivasi,
Putu Diah Sastri Pitanatri | 8
kondisi ekonomi dan permintaan adanya perjalanan dari seorang calon wisatawan.
Contoh sederhana dari definisi psikologi telah diberikan oleh Nielsen selama
wawancaranya dengan seorang mantan manager Airport di New Zealand, di bawah
ini;
“... (people go to) places they have always wanted to go. A great many
Australian go to Europe ‐Italians, Greeks, Yugoslavs‐ not so much now ...”
(Interviews, Holt 1995)
Pernyataan di atas merupakan hasil kombinasi antara alasan pengalaman
dan psikologi, yang mungkin menekankan faktor impian masa kanak‐kanak ‐‐
keinginan, semenjak awal masa kanak‐kanak (ketika fantasi begitu mudah lari ke
hal‐hal yang lebih liar dan sama sekali baru) untuk melihat sesuatu. Meskipun
mengesankan dalam kesederhanaannya, tapi definisi di atas gagal menangkap
hakikat pariwisata (essense of tourism). Ia telah gagal menjelaskan mengapa mereka
selalu ingin pergi keluar ke tempat yang sama. Hal ini karena orang tua mereka
berasal dari tempat yang sama? Atau karena mereka melihatnya di tetevisi atau di
sebuah majalah? Atau mereka mendengar berita dari tetangga mereka yang pernah
membicarakan –mendiskusikan‐ tempat tersebut? Atau dengan sederhananya
mereka pikir asal pergi saja? Ada berlimpah (plethora) kemungkinan. Motivasi
melakuklan perjalanan sebenarnya lebih kompleks dari pada sekadar pernyataan di
atas
Definisi Menyeluruh (holistik)
Pendekatan secara menyeluruh, penyelidikan yang luas (broad‐reaching)
dalam terminologi, mengasimilasi ragam interpretasi ke dalam sebuah definisi umum
untuk pertamakalinya telah dilakukan oleh Tourism Steering Group hingga Sratford‐
upon‐Avon District Council di Inggris. Dalam laporannya tahun 1978, kelompok ini
setuju dengan definisi yang mereka anggap universal, sebagai berikut;
“... day trippers from the cities of the Midlands, evening theatregoers from
London, coach‐tour passenger from all over the world hurtling through the
country, conference delegates and longer‐stay customers of the whole price
range of serviced and unserviced accomodation . . . a visitor to the District for
Putu Diah Sastri Pitanatri | 9
whatever reason he or she comes, for however long he or she may stay, and
by whatever means he or she may come ...”
(Tourism Steering Group, 1978, quoted by Ryan 1991a)
Definisi ini berguna bagi mereka yang kali pertama (newcomer) mempelajari
pariwisata. Deskripsinya cukup detil dan skupnya tidak merujuk secara spesifik pada
sisi bisnis pariwisata belaka. Kalim terhadap ke‐universal‐an definisi ini muncul
karena dalam pernyataannya mencakup tujuan mengadakan perjalanan, durasi yang
dimaksud, batas harga, jenis dan tipe akomodasi, dan tipe pariwisata itu sendiri
(pariwisata budaya, petualangan, day‐tripping dan lain sebainya). Definisi ini
mungkin dapat dikritisi dari sisi panjangnya penggunaan kalimat, tetapi ini
merupakan justifikasi untuk melengkapi banyaknya segi sektor pariwisata.
Prof. K. Kraft (1942) juga mengemukakan batasan bersifat tekhnis dengan
pendekatan menyeluruh sebagai berikut :
"Tourism is the totally of the relation shif and phenomena arising from the
travel and stay of strangers (ortsfremde), provide the stay does not imply the
establishment of a permanent resident".
Kraft (1942)
Dalam definisi tersebut Kraft menyebutkan bahwa kepariwisataan adalah
keseluruhan dari pada gejala‐gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan
pendiaman orang‐orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan
pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari
aktifitas yang bersifat sementara itu.
Definisi Komunikasi/Pemasaran (Communications/Marketing)
Satu interpretasi akhir yang cukup relevan dalam konteks pendekatan
komunikasi ini, ialah bagaimana penjelasan pariwisata sebagai sebuah fungsi
pemasaran, atau lebih luas lagi sebagai pengalaman komunikasi. Dalam usahanya
mencoba menyampaikan konsep pariwisata kepada multiple users (pelajar,
profesional, akademisi, pengusaha, pemerintah dan media), suatu definisi pasar atau
komunikasi mungkin merupakan jalan terbaik untuk memahami kepariwisataan
sebagai sebuah maksud ataupun aksi (Nielsen, 2001:16). Sebagai contoh,
Putu Diah Sastri Pitanatri | 10
kepariwisataan mungkin menjadi sebuah bentuk ekspresi diri (seperti seni, tulisan,
orasi); atau suatu keinginan untuk melatih banyaknya kebebasan yang dinikmati
individu dalam masyarakat modern (kebebasan berbelanja, kebebasan
bergerak/berpindah, kebebasan menikmati pengalaman yang sama sekali berbeda
dan baru, dll); dan untuk mengkomunikasikan keinginan masa kini atau masa
mendatang dalam aktifitas komersial, seperti aesthetik, fisik, virtual, riil dan
perjalanan emosional dan bahkan keputusan/penentuan berwisata itu sendiri.
Definisi ini sebagai batas dari definisi experiential dan psychological, dan
tentunya menyentuh sisi bisnis/komersial dari kepariwisataan. Hal ini tidak melulu
pada tataran kritis, tetapi malah mengenalkan beberapa elemen kepada suatu
definisi pariwisata atas dasar kebebasan fundamental, dan dengan nilai dualisme
dari physical/aesthetic, dan self/other‐nya (yang masih bisa diperdebatkan), maka
akan mampu mengkomunikasikan keinginan di hati wisatawan melalui pengalaman
dan motivasi mereka, sehingga sampai pada pengambilan keputusan untuk
melakukan perjalanan. Para ahli pemasaran pariwisata akan memahami hubungan
kritis antara perilaku wisatawan/konsemen dan ekspresi keinginan bebas ini. Definisi
seperti ini memperkenalkan konsep waktu (yang memawakili potensi pariwisata
masa kini dan mendatang), dan konsep pariwisata nyata melawan yang virtual.
Putu Diah Sastri Pitanatri | 11
DAFTAR PUSTAKA
A. Yoeti, Oka. Pengantar Ilmu Pariwisata. 1993. Penerbit: Angkasa Bandung
Soekadijo. R,G. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic
Linkage”. Cetakan Ketiga. 2000. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Suwontoro, Gamal. Dasar‐Dasar Pariwisata. Cetakan Pertama. 1997. Penerbit: Andi
Yogyakarta
Putu Diah Sastri Pitanatri | 12