PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIH

PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI

RATIH MARINA KURNIATY A34204032 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN

RATIH MARINA KURNIATY. A34204032. Pelaksanaan Konstruksi Taman dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi. (Dibawah bimbingan Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, MAgr).

Kota Bekasi merupakan kota yang memiliki letak strategis di antara dua propinsi, yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat. Bekasi sebagai kota yang bersebelahan dengan ibukota Jakarta, membutuhkan sarana pendukung baik transportasi, perumahan, kawasan perbelanjaan, kawasan rekreasi maupun kawasan bisnis yang berfungsi dengan baik. Kota Bekasi memerlukan taman- taman kota yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap ruang terbangun.

Pelaksanaan konstruksi taman dan pemeliharaan RTH jalan Kota Bekasi diikuti melalui magang pada lokasi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Bekasi dibawah bimbingan bidang Pertamanan Kota Bekasi. Bentuk RTH di Kota Bekasi yang dikelola bidang pertamanan berupa taman alun- alun, jalur hijau jalan, dan pulau jalan (traffic island). Tujuan khusus dari magang adalah mengetahui dan memahami proses dalam kegiatan pemeliharaan dan pelaksanaan pekerjaan lanskap Kota Bekasi. Hasil identifikasi aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan taman-taman Kota Bekasi diperoleh melalui pengamatan kegiatan pemeliharaan dan pelaksanaan konstruksi taman.

Tujuan selanjutnya adalah menganalisis permasalahan dan memberi solusi dalam penataan lanskap Kota Bekasi khususnya dalam pemeliharaan dan pelaksanaan lanskap. Untuk kegiatan pemeliharaan dianalisis termasuk kebutuhan tenaga kerja dalam satu tahun.

Kegiatan pelaksanaan konstruksi selama magang dilaksanakan di median Jl. Chairil Anwar dan taman pulau (traffic island) Jl. PMI. Untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan bertempat di Taman Cut Meutia, dan mengikuti semua kegiatan pemeliharaan taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi.

Proses pekerjaan pelaksanaan konstruksi pagar taman diawali dengan penentuan pelaksana dengan pemilihan langsung. Metoda pemilihan langsung dilakukan karena dengan menggunakan metode pelelangan umum atau pelelangan Proses pekerjaan pelaksanaan konstruksi pagar taman diawali dengan penentuan pelaksana dengan pemilihan langsung. Metoda pemilihan langsung dilakukan karena dengan menggunakan metode pelelangan umum atau pelelangan

Jenis pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin meliputi pembersihan area taman, penyiraman tanaman, pemangkasan rumput, pemangkasan semak, penutup tanah dan pohon, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma, penyulaman tanaman, dan pembersihan perkerasan. Pemeliharaan fisik yang dilakukan meliputi pemeliharaan softscape dan hardscape. Pemeliharaan fisik pada bidang Pertamanan Kota Bekasi cenderung lebih mengerjakan pemeliharaan softscape. Karena pemeliharaan elemen hardscape yang ada hanya sedikit seperti pengecatan bak tanaman dan pembersihan paving.

Analisis kapasitas kerja petugas taman diperoleh dengan membandingkan kapasitas kerja petugas pemeliharaan taman antara bidang Pertamanan Kota Bekasi dengan pustaka. Nilai efektivitas yang lebih tinggi hanya pada kegiatan pemangkasan semak dan penutup tanah dengan gunting pangkas. Nilai efektivitas yang lebih rendah pada kebanyakan kegiatan pemeliharaan dapat disebabkan karena sistem pemeliharaan yang digunakan membuat pekerjaan menjadi monoton untuk tiap petugas. Selama jam kerja sebagian dari mereka kurang memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini juga dapat disebabkan karena kurangnya dukungan pengawas lapangan sehingga motivasi pekerja cenderung menurun.

Kegiatan pemeliharaan dapat dinilai dari jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Dari hasil perhitungan HOK pemeliharaan diperoleh kebutuhan HOK

untuk Taman Cut Meutia yang memiliki luas 5.710 m² adalah 6 orang. Untuk taman segitiga Jl. Ahmad Yani yang memiliki luas 477 m² diperlukan HOK 3

orang.

PELAKSANAAN KONSTRUKSI TAMAN DAN PEMELIHARAAN RTH JALAN KOTA BEKASI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh: Ratih Marina Kurniaty A34204032 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pelaksanaan Konstruksi Taman dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi Nama

: Ratih Marina Kurniaty NRP : A34204032

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Nizar Nasrullah, Magr NIP 131 578 792

Menyetujui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

Tanggal disetujui:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 22 Maret 1986 dan merupakan putri pertama dari Bapak Santoso dan Ibu Desmutia Yetty. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis memperoleh pendidikan pertama di TK At-Taqwa pada tahun 1990/1992. Pendidikan selanjutnya di SDS Harapan Indonesia sampai tahun 1998. Penulis diterima di SLTPN 5 Bekasi dan lulus pada tahun 2001. Di sekolah lanjut tingkat pertama ini, penulis pernah berkecimpung dalam kegiatan PMR. Penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di SMUN 4 Bekasi. Penulis pernah terlibat dalam kegiatan KIR SMUN 4 Bekasi. Penulis pernah mengikuti Olympiade Kimia di Universitas Indonesia tahun 2003.

Penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui USMI dengan Program Studi Arsitektur Lanskap. Saat di perguruan tinggi, pengalaman organisasi penulis pertama kalinya melangkah dalam kegiatan DKM Al-Hurriyyah IPB tahun 2004 hingga 2007. Penulis pernah terlibat dalam HIMASKAP periode 2005/2006 sebagai sekretaris. Penulis pernah berkecimpung dalam kegiatan DPM FAPERTA periode 2006/2007.

Selain di organisasi formal dalam kampus, penulis juga pernah mengikuti magang di Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor pada bulan Juli-Agustus 2006. Penulis pernah mengikuti seminar kesehatan lingkungan “Save The Earth, Stop Global Warming” dari BEM Jurusan Kesehatan Lingkungan POLTEKES Jakarta II pada tanggal 16 Februari 2008. Sebelum masa studi berakhir, penulis mengikuti Stadium Generale: The Prospect of Landscape Architecture Profession in The Global Era dari presiden IFLA sebagai pembicara pada tanggal 8 Agustus 2008 yang diselenggarakan di departemen Arsitektur Lanskap IPB.

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum, Wr.Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena

atas berkat rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “ Pelaksanaan Konstruksi Taman dan Pemeliharaan RTH Jalan Kota Bekasi”.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moral maupun material. Pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Papa dan Mama, terima kasih atas do’a dan kasih sayang selama ini kepada

penulis. Intan, adik-ku, terima kasih juga atas semangat dan do’anya.

2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi penulis selama masa perkuliahan. Terimakasih atas bimbingan, motivasi, dan dukungan yang selalu diberikan pada penulis.

3. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS., selaku dosen penguji 1, terima kasih atas masukan,

saran, dan kritik yang membangun.

4. Dr. Ir. Andi Gunawan, MSc., selaku dosen penguji 2, terima kasih atas masukan, saran, dan kritik yang membangun.

5. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Bekasi, terima kasih atas data-data yang dibutuhkan penulis.

6. Bu Novi, Bu Ade, Bu Ummi, Bu Ida, Pak Agus dan staf-staf Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, terima kasih atas bimbingan dan bantuannya

7. Teman-teman wisma Nabila-Anggrek, terimakasih telah menjadi teman berbagi suka dan duka selama masa kuliah.

8. Teman-teman KKP penulis (Efi, Desi, Sari, Dede, dan Yudi), terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan selama KKP di Subang, Kecamatan Cisalak, Desa Pasanggrahan.

9. Peserta yang menghadiri seminar penulis, terimakasih atas pertanyaan yang diberikan sebagai suatu masukan yang berarti.

10. Teman-teman se-Pebimbing Akademik (Putri, Fida, dan Soni) dan se- Pembimbing Skripsi (Occy, Ozi, dan Kak Piko), terima kasih atas kebersamaan dan motivasinya.

11. Saudara-saudara penulis lainnya di Lanskap’41…(Aini, Karina, Hendi, Ria, Memey, Lintang, Sari, Dita, Mba Yu, Dimas, Neno, Nana, Syita, Anjar, Anggy, Imad, Wahyuni, Dini, Tyas, Sekar, Dina, Dayat, Buyung, Dewina, Deni, Ipah, Putera, Ridho, Ita, Intan, Fuji, Diana, Cici, Krista, Diah, Faikoh), terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan dalam suka dan duka selama ini. Thanks for the memories.

12. Teman-teman se-Lanskap (angkatan 38, 39, 40, 42, dan 43), Terima kasih atas motivasi, saran, dan do’anya.

13. Pihak-pihak lain yang tidak sempat disebutkan, terima kasih atas semuanya. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam hasil tugas akhir ini. Walau demikian, dengan segala kekurangannya penulis tetap berharap semoga hasil studi dari magang penulis ini dapat memberikan manfaat bagi pihak bidang Pertamanan Kota Bekasi khususnya dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalam.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Letak Kota Bekasi yang bersebelahan dengan ibukota Jakarta, membutuhkan sarana pendukung baik transportasi, perumahan, kawasan perbelanjaan, kawasan rekreasi maupun kawasan bisnis yang berfungsi dengan baik. Kota Bekasi memerlukan taman-taman kota yang berfungsi sebagai penyeimbang terhadap ruang terbangun. Taman-taman Kota Bekasi memiliki masalah yang berbeda-beda dari masalah estetika, pemeliharaan, maupun fungsi. (DKPP Kota Bekasi, 2005)

Perda No. 4 tahun 2000 tentang rencana tata ruang Kota Bekasi yang memperhatikan kebutuhan terhadap ruang-ruang terbuka hijau. Dalam hal ini, RTH difungsikan untuk: (1) Meningkatkan kualitas kehidupan Kota Bekasi, (2) Membentuk paru-paru kota di tengah-tengah sistem transportasi, perdagangan dan industri, (3) Area rekreasi terbuka dan murah bagi warga Kota Bekasi, (4) Media- media visualisasi kota yang menarik, segar dan hijau, (5) Ruang-ruang terbuka pendukung dan penghubung antara ruang-ruang aktifitas kota, (6) Memberi citra positif terhadap Kota Bekasi dalam bentuk penataan dan perencanaan taman yang lebih estetis, spesifik dan memiliki karakteristik. (DKPP Kota Bekasi, 2005)

Untuk mewujudkan RTH Kota Bekasi sesuai yang diharapkan, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi memiliki tugas dan fungsi membangun dan memelihara RTH. Tahap pelaksanaan lanskap dibagi dalam pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik. Pelaksanaan administrasi merupakan proses administrasi pengadaan pengadaan barang/jasa suatu proyek. Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak dan penerimaan barang/jasa.

Kegiatan pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan pembangunan lanskap. Pemeliharaan diartikan sebagai upaya menjaga taman baik fungsi/tujuan dibuatnya, dan menjaga elemen taman seperti dalam keadaan awalnya atau mendekati aslinya.

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi secara rutin melakukan pemeliharaan RTH agar RTH dapat berfungsi dan memberi estetika kota. Oleh karena itu, magang (internship) di Kota Bekasi dalam kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam menambah ilmu dan keprofesian mahasiswa.

1.2. Tujuan Tujuan umum

Secara umum tujuan dari magang ini yaitu:

1. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan serta memperluas wawasan dan keahlian untuk mencapai profesionalisme di bidang Arsitektur Lanskap.

2. Mengembangkan sikap dan keterampilan mahasiswa melalui keikutsertaan dalam kegiatan lapang dan pengamatan teknik di lapang.

3. Mengenal dan menganalisis permasalahan yang ada pada lanskap perkotaan dan mencari alternatif pemecahannya.

Tujuan khusus

Secara khusus tujuan dari kegiatan magang antara lain:

1. Mengetahui dan memahami proses dalam kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan RTH Kota Bekasi.

2. Menganalisis permasalahan dan memberi solusi dalam aspek pemeliharaan dan pelaksanaan lanskap.

1.3. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan magang antara lain:

1. Meningkatkan wawasan mahasiswa dan sikap profesionalisme dalam dunia kerja instansi pemerintah khususnya pada bidang Arsitektur Lanskap.

2. Menambah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah diberikan pada perkuliahan pada pelaksanaan dan pemeliharaan secara nyata di lapangan.

3. Sebagai salah satu media pertukaran informasi ilmu pengetahuan dalam bidang Arsitektur Lanskap antara DKPP (Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman) Kota Bekasi dengan IPB.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kota

Kota adalah suatu pusat populasi yang luas dan padat penduduknya untuk aktivitas ekonomi, sosial dan politik, mempunyai sebuah posisi geografi yang relatif tetap dan kekuasaan pemerintah spesifik. Selain itu, suatu kota harus tumbuh, berfungsi untuk organisme di dalamnya, cukup cahaya, udara, air, makanan, sirkulasi yang baik, sistem manajemen pengolahan limbah yang baik, terciptanya pembaharuan atau kota tersebut akan rusak dan mati (Simonds, 1983).

Menurut Gallion dan Eisner (1994) bahwa kota merupakan sebuah pusat industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan atau mencakup semua kegiatan tersebut. Kota merupakan kawasan yang memiliki keaktifan, keanekaragaman dan kompleksitasnya (Branch, 1995). Dijelaskan pula bahwa kepadatan perkotaan tergantung pada tiga kondisi: persentase luas tanah yang tertutup oleh bangunan tanpa adanya ruang terbuka, ketinggian bangunan, dan banyaknya ruang terbuka yang permanen di seluruh wilayah kota.

Dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 dijelaskan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

2.2. Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau

Menurut Simonds (1983), ruang terbuka meliputi seluruh bidang tanah yang tidak ditempati oleh bangunan, seperti lapangan parkir, jalan-jalan kendaraan, jalur hijau, taman-taman pribadi, jalan setapak (pedestrian line), dan lainnya sehingga ruang terbuka bukan hanya berarti lahan yang belum terbangun, tetapi dapat digunakan. Dalam Permendagri No. 1 tahun 2007 yang dimaksud dengan ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

Taman merupakan salah satu jenis RTH yang menjadi daya tarik lingkungan yang memberikan nilai tambah. Taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemilik atau penggunanya (Arifin, 2005).

Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Penataan RTHKP adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian RTHKP (Permendagri No 1 tahun 2007).

Fungsi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (Permendagri No 1 tahun 2007) adalah

a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan

b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara

c. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati

d. Pengendali tata air, dan

e. Sarana estetika kota Manfaat Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (Permendagri No 1

tahun 2007) adalah

a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah

b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan

c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial

d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan

e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah

f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula

g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat

h. Memperbaiki iklim mikro

i. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan Disebutkan juga dalam Permendagri No 1 tahun 2007 mengenai jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan yang meliputi taman kota; taman wisata alam; taman rekreasi; taman lingkungan perumahan dan i. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan Disebutkan juga dalam Permendagri No 1 tahun 2007 mengenai jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan yang meliputi taman kota; taman wisata alam; taman rekreasi; taman lingkungan perumahan dan

2.3. Lanskap dan Taman

Taman kota adalah ruang terbatas penggunaannya dan lentur bentuknya yang dikembangkan dengan struktur yang minimal dan didominasi oleh elemen alami yang dikembangkan dengan struktur minimal dan didominasi oleh elemen alami yang dipergunakan untuk tempat santai secara umum (Eckbo, 1964).

Taman kota (Eckbo,1964) dibedakan berdasarkan luas dan penggunaannya terdiri dari:

(1) Neighborhood Park Taman ini terletak di sekitar pemukiman dan luasnya sekitar 2-4 ha

sebagai fasilitas rekreasi dan area interaksi sosial dalam lingkungan pemukiman ketetanggaan.

(2) Community Park Taman ini mempunyai sifat yang lebih akumulatif daripada ”neighborhood

park ” dan untuk menampung kegiatan rekreasi bagi warga dalam bentuk suatu ”community” dan luasnya sekitar 4-20 ha atau lebih

(3) City dan Regional Park Taman ini cukup luas dapat mencapai 40 ha bahkan 400 ha atau lebih, dan

dilengkapi oleh nilai-nilai visual yang dapat menghilangkan kesan perkotaan.

Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Dalam suatu lanskap karakter harus menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat karakter lanskap tersebut. Bentangan alam, salah satu contohnya adalah lingkungan kehidupan manusia maupun hewan, lebih sederhana lagi dapat dicontohkan dengan sebuah alam/lingkungan habitat kupu-kupu baik buatan manusia maupun hasil proses alam (Simonds, 1983).

2.4. Sistem Pertamanan Kota

Standarisasi taman-taman kota tergantung dari keadaan kota tersebut seperti topografi, luas kota, jumlah penduduk, kebiasaan sosial masyarakat dan kebijaksanaan pemerintah setempat (Eckbo, 1964). Menurut Dahl dan Molnar (2003), dijelaskan bahwa sistem pertamanan meliputi langkah-langkah berikut:

1. Awalnya, sebuah inventarisasi dibuat dengan taman yang ada meliputi ukuran luas, lokasi, dan aktivitas yang tersedia. Ini menunjukkan kondisi taman saat itu.

2. Menentukan ukuran luas yang ada dibandingkan dengan standar nasional yang dipertimbangkan menjadi batas minimum untuk populasi yang ada. Sebagai contoh, standar yang diusulkan untuk kota kecil sebaiknya luas taman 4,6 ha untuk 1000 orang. Selanjutnya, sasaran tersebut ditetapkan.

3. Langkah berikutnya adalah menentukan dimana wilayah pemerintahan dengan wilayah yang berpotensi untuk rekreasi ditempatkan. Bidang ini diidentifikasi dengan analisa keberadaan alam dan kondisi budaya. Kemudian belajar memahami tekanan populasi, arah perkembangan masa depan, daya tarik pada waktu luang yang dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, etnik, dan penghasilan kelompok yang diadakan untuk menyediakan informasi yang akan memungkinkan perencana untuk mengetahui lahan berpotensi tinggi yang diperoleh secara nyata.

4. Terakhir, prioritas tambahan diuraikan dan peluang biaya diperiksa.

2.5. Pelaksanaan Lanskap

Menurut Simonds (1983), pelaksanaan (construction) merupakan tahap yang dilakukan setelah proses perencanaan dan perancangan selesai. Menurut Harris dan Dines (1988), tahap pelaksanaan terdiri dari:

1. Pekerjaan pembangunan, pengawasan, dan koordinasi yang mencakup administrasi, jadwal kerja, laporan, dokumentasi, pengawasan serta kontrol biaya.

2. Penerimaan pekerjaan, meliputi penyetujuan kelengkapan pekerjaan dan pembayaran kepada kontraktor.

Pelaksanaan Administrasi Pelaksanaan administrasi lanskap adalah pekerjaan lanskap yang dimulai

dengan proses pembuatan dokumen pelaksanaan, tahap pelelangan, pembuatan surat-surat, berita acara, perjanjian kerja/ kontrak dan pembuatan form untuk laporan selama kegiatan pelaksanaan fisik serta beberapa prosedur kerja sebagai penuntun dan panduan pekerjaan di lapang (Simonds, 1983).

Pelaksanaan administrasi merupakan proses administrasi pengadaan barang dan jasa untuk suatu proyek. Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang diperlukan perusahaan, meliputi pengadaan: barang, jasa pemborongan, jasa konsultasi dan jasa lainnya. Proses pengadaan barang/jasa meliputi tahapan perencanaan kebutuhan, pemilihan penyedia barang/jasa, pelaksanaan kontrak dan penerimaan barang/jasa. Menurut Perpres RI No 85 tahun 2006, tentang perubahan keenam atas Keppres No 80 tahun 2003 paragraf kedua pasal 17, pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:

1. Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborong/jasa lainnya, pada prinsipnya dilakukan melalui metoda pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar propinsi

2. Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan 2. Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan

3. Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak- banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.

4. Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau bernilai di atas lima puluh miliar rupiah. Penggolongan penyedia barang/jasa adalah penetapan batas nilai pekerjaan/kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa sesuai dengan kualifikasi dan klasifikasinya. Kualifikasi merupakan penilaian tingkat kemampuan finansial, personalia, peralatan dan perlengkapan pada masing- masing bidang pekerjaan. Klasifikasi penyedia barang/jasa meliputi jasa pengadaan barang/pemborongan/jasa lainnya dan jasa pengadaan konsultasi.

Prakualifikasi wajib dilaksanakan untuk pengadaan jasa konsultasi dan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang menggunakan metoda penunjukan langsung untuk pekerjaan kompleks, pelelangan terbatas dan pemilihan langsung. Adapun kualifikasi terhadap klasifikasi/jenis pengadaan tersebut dibedakan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Jenis Pengadaan Barang/Jasa

Jenis Pengadaan Kompleksitas Pekerjaan Kompleks Tidak Kompleks Jasa Pengadaan

Pascakualifikasi/ Pascakualifikasi Barang/Pemborongan/

a. Pelelangan

Umum

Prakualifikasi

Jasa Lainnya

b. Pelelangan

c. Pemilihan

d. Penunjukan

Prakualifikasi -

Langsung

Jasa Pengadaan

a. Seleksi Umum Prakualifikasi Prakualifikasi Konsultasi

b. Seleksi Terbatas Prakualifikasi Prakualifikasi

c. Seleksi Langsung Prakualifikasi Prakualifikasi

d. Penunjukan

Pelaksanaan Fisik Pelaksanaan fisik meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan,

pengolahan tanah, pelaksanaan soft material dan pelaksanaan hard material dan pemeliharaan (Rachman, 1984). Pelaksanaan fisik merupakan tahap pekerjaan lanskap yang dilaksanakan oleh penerima pekerjaan di lapangan dimana jenis, lokasi, volume dan persyaratan lain telah ditetapkan sebelumnya pada pelaksanaan administrasi.

2.6. Pemeliharaan Lanskap

Pemeliharaan adalah usaha untuk merawat serta mempertahankan suatu taman sehingga dapat tetap terjaga keindahannya dari fungsi taman tersebut. Pemeliharaan dapat dilakukan pada hard material maupun soft material (Dinas Pertamanan DKI Jakarta, 1994). Carpenter et al. (1975) mendefinisikan pemeliharaan sebagai bagian dari industri lanskap yang menangani dan memelihara kondisi tapak agar selalu tampak seperti yang diharapkan secara estetik dan menyenangkan dengan lingkup tanggung jawab pada manajemen, pengetahuan penanganan tanaman dan elemen lanskap lainnya.

Lebih lanjut Arifin dan Nurhayati (2005) menyatakan bahwa terdapat dua jenis pemeliharaan, yaitu pemeliharaan fisik dan pemeliharaan ideal. Pemeliharaan ideal adalah jenis pemeliharaan untuk mempertahankan tujuan dan fungsi dibuatnya taman atau jenis lainnya. Pemeliharaan ini dilakukan dengan membuat peraturan-peraturan penggunaan lahan. Pemeliharaan fisik meliputi pemeliharaan elemen keras maupun elemen lunak (tanaman).

Menurut Sternloff dan Warren (1984), prinsip-prinsip pemeliharaan taman adalah sebagai berikut:

1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan

2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis baik waktu, tenaga kerja, peralatan dan bahan

3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana pemeliharaan tertulis yang logis

4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada kebijaksanaan dan prioritas yang benar

5. Pemeliharaan dan pencegahan perlu ditekankan

6. Pengelolaan pemeliharaan taman harus diorganisir dengan baik

7. Sumber dana yang cukup perlu untuk mendukung program pemeliharaan yang telah ditetapkan

8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup penting untuk melaksanakan fungsi- fungsi pemeliharaan

9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami

10. Pengelola pemelihara taman harus bertanggungjawab terhadap keamanan masyarakat dan pekerja

11. Pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan pembangunan taman

12.Para pegawai pemeliharan harus bertanggungjawab menjaga citra perusahaan di mata publik.

2.7. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 2004). Menurut Sternloff dan Warren (1984), perencanaan pengelolaan taman yang baik dan logis harus mencakup hal- hal berikut ini:

1. Pendataan lengkap mengenai seluruh area taman, fasilitas, dan peralatan yang dipelihara

2. Perencanaan pemeliharaan secara tertulis, meliputi:

a. Standar pemeliharaan semua area, fasilitas dan peralatan

b. Pengidentifikasian dan pembuatan daftar kegiatan pemeliharaan rutin untuk mencapai standar yang telah ditetapkan

c. Prosedur yang menerangkan metode yang efisien dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin

d. Frekuensi kegiatan pemeliharaan

e. Karyawan yang melaksanakan kegiatan

f. Bahan-bahan termasuk bahan sekali pakai

g. Peralatan untuk melaksanakan kegiatan

h. Pendugaan waktu yang akurat

3. Cara pelaksanaan pemeliharaan tidak rutin dan insidental seperti pekerjaan perbaikan dan persiapan tenaga khusus

4. Pemeliharaan preventif terhadap kondisi yang dapat mempercepat keausan dan kerusakan melalui inspeksi yang sistematik dan terjadwal

5. Jadwal penugasan untuk tiap pekerjaan pemeliharaan meliputi perorangan, tim atau kontraktor sehingga terpantau apakah pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik

6. Sistem untuk mendesain dan merencanakan pekerjaan, jadwal pemeliharaan, dan pengawasan

7. Sistem analisis dan pengawasan biaya pemeliharaan

Carpenter et al. (1975) bahwa hal terpenting lainnya yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan adalah melakukan pekerjaan yang tepat pada waktu yang Carpenter et al. (1975) bahwa hal terpenting lainnya yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan adalah melakukan pekerjaan yang tepat pada waktu yang

1. Mengklasifikasikan area berdasarkan tingkat pemeliharaan

2. Membuat daftar tanaman yang ada dalam area yang harus dipelihara dan tentukan jenisnya (semak, pohon, herba). Karena jenis aktivitas pemeliharaan tergantung dari jenis tanaman tersebut

3. Menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai pemeliharaan yang diinginkan

Dijelaskan juga oleh Carpenter et al. (1975) bahwa tingkat pemeliharaan taman dibedakan menjadi 3 area, yaitu area yang membutuhkan tingkat pemeliharaan tinggi (intensif), sedang (semi-intensif), dan rendah (ekstensif). Faktor utama yang membedakan tingkat pemeliharaan tersebut adalah biaya. Tingkat pemeliharaan yang intensif membutuhkan biaya yang tinggi, begitu pula sebaliknya.

2.8. Sistem Pemeliharaan

Sistem penetapan metode pemeliharaan pada umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan unit, pemeliharaan khusus, dan pemeliharaan kontrak (Sternloff dan Warren, 1984) dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Pemeliharaan unit, yaitu karyawan unit melakukan semua jenis pekerjaan pemeliharaan sendiri. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan sistem ini adalah: - Karyawan lebih mengenal fasilitas yang ada - Relatif lebih mudah dalam menentukan penugasan - Memudahkan direktur unit mengontrol pemeliharaan dan program

karyawan sehingga lebih mudah terkoordinasi - Karyawan cenderung loyal kepada unit dan bangga pada pekerjaannya Pekerjaan ini akan lebih efektif jika cukup banyak pekerjaan sehingga karyawan dapat bekerja sepanjang tahun dan jika terdapatnya alat sederhana tidak akan terlalu mahal.

2. Pemeliharaan khusus, yaitu karyawan dilatih mengerjakan pekerjaan tertentu saja seperti memangkas, mengendalikan gulma, dan sebagainya. Keuntungan dari sistem khusus ini adalah : - Karyawan jadi ahli dalam pekerjaannya - Peralatan mahal yang disediakan dapat digunakan dengan baik,

sehingga biaya-biaya alat dapat diminimalkan Namun kekurangan dari sistem ini adalah : - Terjadi pengulangan-pengulangan yang membuat pekerjaan monoton

bagi karyawan - Kehilangan waktu untuk berpindah dari satu unit ke unit lain Pekerjaan ini akan efektif jika keterampilan yang diperlukan untuk alat tertentu cukup sulit untuk dipelajari, dan jumlah area yang kecil membuat pekerjaan menjadi tidak praktis

3. Pemeliharaan oleh kontraktor, yaitu semua pekerjaan dilakukan oleh kontraktor, dan keuntungan yang diperoleh adalah : - Tidak ada investasi alat - Karyawan yang terlatih dapat digunakan dalam pekerjaan - Tidak ada persoalan karyawan Sedangkan kerugiannya antara lain: - Kehilangan kontrol kapan dan bagaimana pekerjaan diselesaikan

dengan baik - Biaya lebih mahal karena kontraktor mengambil keuntungan

2.9. Jalur Hijau Jalan dan Pemeliharaan Fisik

Menurut Simonds (1983), jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Dijelaskan juga fungsi tanaman pada jalan adalah untuk mengisi ruang yang membatasi antara jalan dengan bagian lain yang ditempatkan mengikuti alur jalan dan merupakan bagian dalam sistem jaringan jalan, sehingga tanaman menjadi pagar alami pada jalan (Harris dan Dines, 1988).

Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen taman yang meliputi elemen keras dan elemen lembut agar tetap menampilkan sifat fisiknya sesuai desain awal yang diinginkan, sehingga aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga taman tetap rapi indah, asri, nyaman dan aman.

Secara umum, pemeliharaan elemen keras merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan lumut dan karat, pengecatan, dan penggantian atau perbaikan elemen yang rusak. Sementara pemeliharaan tanaman meliputi pembersihan areal taman, penyiangan, penggemburan tanah, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penyulaman dan pemindahan tanaman, pembibitan, serta pemeliharaan peralatan. (Arifin dan Arifin, 2005)

III. . METOD DOLOGI

3.1. Loka si dan Wak ktu

Ke egiatan ma agang ini d dilaksanaka an di Dina as Kebersih han Pertam manan Pemakama an Kota Be ekasi (DKP PP Kota Be ekasi). Kegi iatan magan ng ini dilak kukan mulai 21 Februari 2008 samp pai 20 Jun ni 2008 di ibawah bim mbingan b idang Pertamana an.

Da alam kegiat tan magang g tersebut berbagai k kegiatan yan ng dilaksan nakan bidang Pe rtamanan d an Pemakam man Kota B Bekasi diiku uti dan dipel lajari, khusu usnya pada aspe ek pemelih haraan, pel laksanaan konstruksi dan admi inistrasi. L Lokasi kegiatan m magang mel liputi taman n pulau jala an (Traffic I Island ), jalu ur hijau kota a, dan taman-tam man yang dik kelola oleh bidang Pert tamanan da an Pemakam man Kota Be ekasi.

Gamb bar 1. Peta O Orientasi Lo okasi Kegia atan Magang g

Selama magang, kegiatan pelaksanaan konstruksi dilakukan di median Jalan Chairil Anwar dan taman pulau jalan (traffic island) PMI, sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan dilakukan di Taman Cut Meutia, namun mengikuti kegiatan pemeliharaan pada semua taman-taman yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi.

Tabel 2. Jenis dan waktu kegiatan selama magang.

April Mei Juni No Kegiatan

Nama

Feb Maret

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Orientasi kantor dan

vvv

kondisi lapang 2 Pengenalan Organisasi dan Manajemen

Pengenalan Lembaga kerja dan

v vvvvv

struktur organisasi Pengenalan Kondisi

Lapang 3 Pemeliharaan lanskap

4 Pelaksanaan pekerjaan lanskap Pelaksanaan

Administrasi v v v v v

Pelaksanaan Konstruksi

v v vv taman 5 Analisis dan evaluasi

vvvvv v v v v v vvvv pekerjaan

6 Penulisan v v v v v v v v v v vvvvv skripsi

3.2. Metode Kerja

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi, lapang, dan studio. Sebagian besar waktu kegiatan magang meliputi kegiatan pemeliharaan. Kegiatan administrasi meliputi pengenalan struktur organisasi dinas, sistem pembagian kerja, mempelajari prosedur pelelangan dan RKS

(Rencana Kerja dan Syarat-syarat) proyek pada salah satu pekerjaan bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi yang dilaksanakan yaitu pelaksanaan konstruksi pagar taman. Kegiatan studio meliputi pembuatan rencana pemeliharaan, desain ulang dan penyusunan RAB.

Selama magang, mahasiswa mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan administrasi antara lain mempelajari dan mengamati sistem kerja, prosedur pelelangan dan penyusunan RKS proyek

2. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan antara lain mengamati pekerjaan konstruksi pagar taman

3. Kegiatan manajemen proyek, meliputi: kegiatan lelang dan pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

4. Kegiatan pemeliharaan dan manajemen karyawan. Data diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara

serta studi pustaka. Sumber data diperoleh melalui Dinas Tata Kota dan Pemukiman Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi, Bappeda, BPS Kota Bekasi serta survai lapang seperti dijelaskan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Jenis Data, Unit Data, Sumber, Cara Pengumpulan dan Kegunaan

Jenis Data

A ASPEK BIOFISIK DAN SOSIAL

Administrasi

BAPPEDA Studi pustaka

Mengetahui kondisi luas dan batas

wilayah administratif Sejarah Kota

dan wawancara

BAPPEDA Studi pustaka

Mengetahui kondisi umum kota dari segi sejarah

Topografi

BAPPEDA Studi pustaka

Mengetahui kemiringan lahan,

dan wawancara

kondisi ketinggian kota di atas permukaan laut

Hidrologi

BAPPEDA Studi pustaka

Mengetahui sumber air kota dan

dan wawancara

sistem irigasi serta pemanfaatannya

Iklim a. Temperatur b. Kelembaban

Studi pustaka

Mengetahui tingkat kenyamanan

BAPPEDA

c. Curah hujan

dan wawancara

kota

d. Intensitas matahari Vegetasi

DKPP

Studi pustaka

Mengetahui jenis dan persebaran

Bekasi dan dan pengamatan pengamatan foto lapang

Penggunaan lahan

BAPPEDA Studi pustaka

Mengetahui peruntukkan lahan

spesifik dan spasial jika ada View

dan wawancara

Pengamatan Pengamatan foto Mengetahui kondisi ruang terbuka

Lapang

hijau kota saat di lapang

Pertamanan kota

DKPP

Studi pustaka

Mengetahui taman-taman yang

Bekasi

dan wawancara

ada baik berupa tabel maupun secara spasial

Demografi/kependudukan BPS Studi pustaka Mengetahui persebaran dan

dan wawancara

jumlah penduduk

B ASPEK PEMELIHARAAN

Struktur organisasi Tujuan,Visi,Misi

Mengenal kondisi organisasi dan Manajemen pemeliharaan

Wawancara,

aspek pengelolaan yang dilakukan a. Pelaksanaan

DKPP

studi pustaka,

dan aspek pemeliharaan yang pemeliharaan

b. Jadwal pemeliharaan c. Kapasitas kerja

C ASPEK PELAKSANAAN

Pelaksanaan Konstruksi

Mengetahui proses administrasi dan Proses administrasi

DKPP

Studi pustaka

Bekasi

dan Wawancara dan konstruksi

3.3. Kerangka Pikir

Adanya taman-taman kota yang dikelola bidang Pertamanan dan Pemakaman Kota Bekasi merupakan bagian perwujudan dari visi Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) untuk menjadikan Kota Bekasi sebagai kota terbersih, tertata dan terasri se-Jawa Barat. Program Adipura yang diselenggarakan Kementrian Lingkungan Hidup tiap setahun sekali mendorong Kota Bekasi untuk meningkatkan kebersihan dan keasrian kota.

Proses pembelajaran (magang) dilakukan di bawah bimbingan bidang Pertamanan Kota Bekasi dalam bidang Pemeliharaan dan Pembangunan Taman. Kegiatan magang mencakup 3 aspek yaitu:

1. Aspek pemeliharaan meliputi pemeliharaan fisik dan ideal

2. Aspek kelembagaan dan SDM meliputi pengenalan lembaga kerja dan sistem kerja.

3. Aspek pelaksanaan meliputi kegiatan pelaksanaan konstruksi pagar taman, mengikuti dan mempelajari proses administrasi. Ketiga aspek tersebut dianalisis potensi yang dapat dipertahankan dan

permasalahan yang ditemukan di lapangan. Seluruh hasil analisis dirangkum secara deskriptif, kemudian dibuat rekomendasi untuk pengelolaan pemeliharaan. Adapun kerangka pikir dalam kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 2.

Kota Bekasi

Program Adipura Kota Bekasi

Proses

Belajar/Magang

Pemeliharaan Pelaksanaan Kelembagaan

dan SDM

Administrasi dan

Fisik Ideal

Pemecahan Masalah

Gambar 2. Kerangka Pikir Kegiatan Magang

IV. KONDISI UMUM

4.1. Sejarah Kota Bekasi

Dalam catatan sejarah, nama "Bekasi" memiliki arti dan nilai sejarah yang khas. Menurut Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno), asal mula kata Bekasi secara filosofis berasal dari kata Chandrabhaga. Chandra berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama dengan kata Sasi) dan Bhaga berarti "bagian". Jadi, secara etimologis kata Chandrabhaga berarti bagian dari bulan. Kata Chandrabhaga berubah menjadi Bhagasasi yang pengucapannya sering disingkat menjadi Bhagasi. Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa Belanda seringkali ditulis "Bacassie" kemudian berubah menjadi Bekasi hingga kini. Bekasi dikenal sebagai "Bumi Patriot", yakni sebuah daerah yang dijaga oleh para pembela tanah air. Mereka berjuang disini sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan negeri tercinta dan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Balada kepahlawanan tersebut tertulis dengan jelas dalam setiap bait guratan puisi heroik Pujangga Besar Chairil Anwar yang berjudul "Krawang - Bekasi ".

Berdasarkan UU No.14 tahun 1950, terbentuklah Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi ini memiliki wilayah yang cukup luas, dan terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan dan 95 desa. Pesatnya perkembangan Kecamatan Bekasi menuntut adanya pemekaran Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi. Pembentukan Kota Administratif Bekasi ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 1981. Pada awal pembentukan ini Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982 dengan walikota pertama adalah H. Soedjono.

Kota Administratif Bekasi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini tampak pada peningkatan jumlah penduduk serta tingginya aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, status Kota Administratif Bekasi diubah menjadi Kotamadya Bekasi. Hal ini diatur dalam UU No. 9 tahun 1996.

4.2. Wilayah Administrasi

Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi Kota Bekasi terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106⁰55' BT dan 6⁰15' - 6⁰15' LS dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah administrasi Kota Bekasi adalah: Sebelah Utara

: Kabupaten Bekasi

Sebelah Selatan

: Kabupaten Bogor

Sebelah Barat

: Kota Jakarta Timur

Sebelah Timur

: Kabupaten Bekasi

Gambar 3. Peta Batas Wilayah Administratif Kota Bekasi

Sejak tahun 2001 wilayah administrasi Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 52 kelurahan (Tabel 4). Kota Bekasi memiliki luas

wilayah sekitar 210,49 km², dengan Kecamatan Bantar Gebang sebagai wilayah terluas (41,78 km²) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49 km²).

Tabel 4. Wilayah Administrasi Kota Bekasi

No Kecamatan Kelurahan

1 Bekasi Timur

1. Bekasi Jaya

2. Aren Jaya

3. Duren Jaya

4. Margahayu

2 Bekasi Barat

1. Bintara

2. Kota Baru

3. Jakasampurna

4. Kranji

5. Bintara Jaya

3 Bekasi Selatan

1. Pekayon Jaya

2. Jakamulya

3. Kayuringin Jaya

1. Bojong Rawalumbu

2. Pengasinan

3. Bojongmenteng

4. Sepanjang Jaya

5 Bekasi Utara

1. Kaliabang Tengah

2. Harapan Baru

3. Teluk Pucung

4. Perwira

5. Harapan Jaya

6. Margamulya

6 Medan Satria

1. Medan Satria

2. Kalibaru

3. Pejuang

4. Harapan Mulya

7 Jatiasih

1. Jatimekar

2. Jatirasa

3. Jatiluhur

4. Jatiasih

5. Jatikramat

6. Jatisari

No Kecamatan Kelurahan

9 Pondok Gede

10 Bantar Gebang

1. Bantar Gebang

2. Ciketing Udik

3. Cikiwul

4. Sumur Batu

11 Pondok Melati

1. Jati Melati

2. Jati warna

3. Jati Rahayu

4. Jati murni

12 Mustika Jaya

1. Mustika Jaya

Sumber: Bappeda Kota Bekasi, 2005

4.3.Kondisi Fisik

1. Topografi Kondisi topografi relatif datar dengan kemiringan lahan 0-2%. Wilayah Kota Bekasi terletak pada ketinggian antara 10-45 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 25 meter di atas permukaan laut terletak pada kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur dan Pondok Gede. Sedangkan wilayah dengan ketinggian lebih dari 25 meter di atas permukaan laut terletak pada Kecamatan Bantar Gebang, Jatiasih dan Jatisampurna (Bappeda Kota Bekasi, 2005).

2. Hidrologi Kondisi hidrologi Kota Bekasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi 2. Hidrologi Kondisi hidrologi Kota Bekasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi

3. Jenis Tanah dan Geologi Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh Pleistocene Volcanic Facies . Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi bagian utara. Sedangkan struktur Miocene Sedimentary Facies terdapat di bagian timur wilayah Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan DKI Jakarta. Tanah di Kota Bekasi didominasi oleh jenis tanah latosol dan aluvial (Bappeda Kota Bekasi, 2005).

4. Vegetasi Kondisi vegetasi di wilayah Kota Bekasi sedikit penyebarannya dan meliputi tanaman yang terletak pada taman kota, taman rumah dan pekarangan, jalur hijau jalan, serta areal pertanian (Bappeda Kota Bekasi, 2005).

5. Iklim dan Curah Hujan Wilayah Kota Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang rendah. Penutupan lahan yang didominasi oleh bangunan (industri/perdagangan serta pemukiman) menimbulkan kondisi lingkungan yang panas. Temperatur harian berkisar antar 24-33⁰C. (Bappeda Kota Bekasi, 2005).

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Maret, yaitu masing- masing tercatat 294 mm dan 391 mm dengan jumlah hari hujan 15 dan 14 hari. Jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 36 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak empat. Total curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2006 adalah 1.941 mm (Bappeda Kota Bekasi, 2006).

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi

Mayoritas penduduk Kota Bekasi adalah pendatang/migran dari daerah lain. Secara umum komposisi penduduk di Kota Bekasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang datang dari DKI Jakarta dan yang datang dari luar Jakarta, yang secara umumnya tinggal menetap di Kota Bekasi. Penyebaran penduduk di Kota Bekasi memiliki kecenderungan terkonsentrasi di wilayah barat dan pusat (Pondok Gede dan Bekasi Barat) yang berbatasan dengan DKI Jakarta serta di bagian utara dan timur (Bekasi Utara dan Bekasi Timur) yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Bekasi (jiwa)

Tahun

No Kecamatan 2006 2007

1 Pondok Gede

3 Pondok Melati*

5 Bantar Gebang

6 Mustika Jaya*

7 Bekasi Timur

8 Rawa Lumbu

9 Bekasi Selatan

10 Bekasi Barat

11 Medan Satria

12 Bekasi Utara

Kota Bekasi

*) Kecamatan pemekaran Sumber: BPS Kota Bekasi

4.5. Rencana Tata Ruang Kota Bekasi

4.5.1. Maksud dan Tujuan Penataan

Rencana tata ruang suatu kota berfungsi untuk menjaga konsistensi perkembangan kota/kawasan perkotaan, baik pada level makro/wilayah kota maupun pada level rencana detail. Dalam UU No. 26 tahun 2007 dengan tegas lebih mengarahkan pemanfaatan untuk RTH baik lahan privat maupun publik. Tujuan penyelenggaraan RTH di perkotaan adalah untuk meningkatkan mutu Rencana tata ruang suatu kota berfungsi untuk menjaga konsistensi perkembangan kota/kawasan perkotaan, baik pada level makro/wilayah kota maupun pada level rencana detail. Dalam UU No. 26 tahun 2007 dengan tegas lebih mengarahkan pemanfaatan untuk RTH baik lahan privat maupun publik. Tujuan penyelenggaraan RTH di perkotaan adalah untuk meningkatkan mutu

Menurut Permendagri No.1 tahun 2007, perencanaan pembangunan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan memuat jenis, lokasi, luas, kebutuhan biaya, target waktu pelaksanaan, dan disain teknis. Pembangunan RTH berdasarkan luas wilayah perkotaan mempunyai ketentuan sebagai berikut:

• RTH di perkotaan terdiri dari RTH publik (milik pemerintah dan terbuka

untuk umum) dan RTH privat (milik perorangan atau swasta) • Proporsi RTH baik privat maupun publik pada wilayah perkotaan

disesuaikan dengan potensi kota dan mengacu pada ketentuan perundangan

• Proporsi RTH Publik pada wilayah kota paling sedikit 10% dari wilayah

kota • Jika luas RTH baik publik maupun privat di suatu kota memiliki total luas

lebih besar dari peraturan/ perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya (Bappeda, 2007).

4.5.2. Kebijaksanaan Pengembangan RTH

Kondisi RTH di Kota Bekasi jika dilihat pada RTRW Kota Bekasi dapat digambarkan menurut jenis kawasan/RTH sebagai berikut: Pertamanan

Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam berbagai kawasan fungsional kota antara lain pemerintahan, perdagangan, dan jasa, industri, pendidikan dan pusat BWK/Sub BWK. Arahan rencana pemanfaatan pada jenis RTH ini dalam RTRW 2000-2010 mempunyai fungsi utama sebagai :

- Sarana untuk menciptakan keserasian dan keindahan lingkungan - Sarana untuk mempengaruhi atau memperbaiki iklim mikro

mempertimbangkan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari kondisi lapangan tahun 2005, taman yang ada hanya sebagian kecil dari kegiatan pembangunan di Kota Bekasi, baik itu kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pemukiman, dan industri, yang menyediakan pertamanan dengan proporsi memadai. Bahkan di Kota Bekasi ini masih sedikit terdapat taman kota yang berfungsi sebagai taman bermain serta tempat sosialisasi dan interaksi antar penduduk kotanya. Pada kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berkembang di Kota Bekasi umumnya tidak menyediakan taman, baik berupa taman lingkungan atau yang berupa buffer guna memisahkan antar kegiatan industri dengan kegiatan lainnya. Penyediaan taman ini hanya dilakukan di pemukiman-pemukiman yang dikembangkan swasta dalam skala besar. Namun demikian luasan taman yang tersedia belum mencukupi (Bappeda, 2007). Lapangan Olahraga

Terletak menyebar sesuai dengan jenis skala pelayanan (pusat kota, pusat BWK, pusat sub-BWK). Arahan rencana pemanfaatan untuk lapangan olahraga dalam RTRW 2000-2010 difungsikan sebagai sarana olahraga dan rekreasi dengan pola pengembangan yang perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan pemukiman dan pusat-pusat kegiatan baru (pusat BWK, pusat sub-BWK, lingkungan pemukiman). Jika dilihat dari kondisi di lapangan tahun 2005, lapangan olahraga yang tetap terjaga keberadaannya berupa kompleks olahraga Kota Bekasi di Jl. Ahmad Yani. Untuk lapangan olahraga skala lingkungan masih sangat terbatas jumlahnya dengan proporsi yang masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani fasilitas ini. (Bappeda, 2007) Jalur Hijau

Jenis RTH ini di Kota Bekasi tersebar dalam bentuk jalur. Arahan rencana pemanfaatan untuk jalur hijau dalam RTRW 2000-2010 ini mempunyai fungsi utama sebagai jalur pengaman utilitas/instalasi penting (sungai, jalan kereta api, jalan tol, jaringan listrik tegangan tinggi); sekaligus menciptakan keserasian lingkungan. Pola pengembangan perlu memperhatikan lokasi, jaringan yang diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Jika dibandingkan dengan kondisi di lapangan tahun 2005, maka hampir seluruh jalur hijau yang ada di Kota Bekasi khususnya yang ada di pusat kota sebagian besar kondisinya sudah terpenetrasi oleh bangunan, baik itu berupa jalur hijau di sepanjang jalan, sepanjang KA, sepanjang tegangan tinggi, maupun jalur hijau sepanjang sungai (sempadan sungai). (Bappeda, 2007)