ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA Ny.S
DENGAN DM ( DIABETES MELITUS) DI UPT PELAYANAN
LANJUT USIA DAN ANAK BALITA DI WILAYAH BINJAI
MEDAN
D
I
S
U
S
U
OLEH
DEWI SARI TAMPUBOLON
13.03.20.07
AKADEMI KEPERAWATAN SARI MUTIARA
MEDAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang MahaEsa yang
telah melimpah kan rahmat dan karunia-Nya Sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Dengan adanya laporan ini, di harapkan dapat membantu dalam
proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan doa.
Medan, 2015
Dewi Sari Tampubolon
BAB 1
2
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai
macam penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya
adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal
masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006).
Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang
karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini
banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup
terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
ganeratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan
lain-lain (Suyono, 2003: 573).Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai macam komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada membrane basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer arief, 2001: 580).
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan
upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut data organisasi kesehatan
dunia (WHO),
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes
terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (www.Diabetes
Mellitus News.com). Dengan prevalensi 8,4 % dari total penduduk,
diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan
pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan jumlah pasien Diabetes Mellitus
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari
seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita hamil menderita Diabetes Mellitus
Gestasional (www.depkes.go.id).
1.2.
Tujuan
3
1.
Mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes mellitus dan
penatalaksanaannya
2.
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus
3.
Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus
1.3. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?
2.
Apa saja pengkajian kesehatan pada diabetes melitus?
3.
Apa diagnosa NANDA, NOC, NIC terkait dengan diabetes melitus?
BAB II
4
TINJAUAN TEORI
2.1.
Konsep Dasar Lansia
A.
Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan
manusia ( Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4)
No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
B.
Klasifikasi Lansia
a.
Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b.
Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c.
Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003)
d.
Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2003)
e.
Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain ( Depkes RI,2003).
C.
Karakteristik Lansia
Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)
Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
b)
Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
2.2.
Pengertian DM
5
1
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
2
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
3
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang
terjadi akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing,
Brunner and Suddarth, 1998).
4
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan
gangguan heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan
dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal.
1367).
5
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)
6
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak
dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532)
7
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1996).
6
2.3 KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan
sebelum usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit.
b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)
Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi resistensi terhadap
kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor. Insulin pada sel
kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan berkurangnya produksi
insulin relatif.
c. DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)
Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat
keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan
morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan
makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin
lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya
untuk menjadi DM di masa mendatang.
2.4 ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tipe I
Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,
infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
a. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya
Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
7
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolaholah sebagai jaringan asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).
c. Virus dan bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes
Melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
d. Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong (Maulana Mirza, 2009).
2. Diabetes Melitus tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin
(Smeltzer
Suzanne
C,
2001).
Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II. Menurut Hans Tandra (2008), faktor-faktor ini
adalah:
a. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang
Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe II.
Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani dan
biasanya kurus. Namun, sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya
makin berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes.
b. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang
kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan
makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan
berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini
akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
dan menumpuk dalam peredaran darah.
c. Kurang Gerak Badan
8
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes.
Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan.
Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif
terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes tipe II
akan turun sampai 50%.
d. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan
tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena diabetes.
Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke,
penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan.
e. Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,
terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya anak
yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja
pun meningkat.
2.5 PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh
tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan
makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein
(Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses
tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa
kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan
sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak
dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah
180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
9
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka
sejumlah
air
hilang
dalam
urine
yang
disebut poliuria.
Poliuria
mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan
minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak
dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan
yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat
atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh
berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan
napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila
tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi
cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangren.
Aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ
ginjal akan terlihat adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya fungsi
ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ mata terjadi pandangan kabur.
Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk mengakibatkan neuropati perifer dengan
gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal, penurunan sensitivitas terhadap
panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan sirkulasi ekstremitas bawah yaitu
lamanya penyembuhan luka karena kurangnya O2 dan ketidakmampuan
fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan gangren. DM Tipe II (NIDDM)
terjadi resistensi insulin dan gangguan sirkulasi insulin yang secara normal akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa
dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
10
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1.
Poliuria (peningkatan volume urine)
2.
Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3.
Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi
hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
4.
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar
sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul:
1.
Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
2.
Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3.
Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
4.
Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
5.
Kelemahan tubuh
6.
Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7.
Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
11
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8.
Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9.
Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
glukosa darah puasa
glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization)
menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon
terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma.
Bila Whole blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya
lebih rendah 15% dibanding glukosa plasma atau serum.
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
plasma vena
darah kapiler
< 110
< 90
110 – 199
90 - 199
200
200
Kadar glukosa darah puasa
plasma vena
darah kapiler
< 110
< 90
110 – 125
126
90 - 109
110
b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa
dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
12
e. Osmolalitas serum
f. Elektrolit
g. Hemoglobin Glikosilat
h. Gas Darah Arteri
i. Trombosit darah
j. Ureum / kreatinin
k. Amilase
l. Insulin
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan
antibodi(autoantibodi).
n. Pemeriksaan fungsi tiroid
o. Urin
p. Kultur dan sensitivitas
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 10 desember 2015 pada pukul 11.00
sampai dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1. Pengumpulan data
1.
Data biografi klien
a.
Nama
: Siti Aisyah
b.
Tanggal Lahir
:
c.
Pendidikan terakhir
: SD
d.
Agama
: Islam
e.
Status perkawinan
: Menikah
f.
Ciri-ciri tubuh
:
g.
Alamat
: Brandan
h.
Orang yang dekat dihubungi : -
i.
Hubungan dengan klien
:-
2. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : tidak bekerja. Pekerjaan sebelumnya : bekerja sebagai
ibu rumah tangga.
3. Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di panti sosial tresna werdha binjai bersama 4 orang lansia
lain yang tinggal di wisma mawar. Kondisi wisma bersih, pencahayaan
dalam wisma cukup terang, memiliki jendela rumah kaca dan terbuka.
Pertukaran udara dan cahaya matahari cukup. Kondisi sekitar dan dalam
rumah nyaman.
14
4. Riwayat rekreasi
Klien mengaku hanya berada di wisma dan ke mesjid, hiburan yang ada di
wisma Ny.S adalah televise dan memanam tanaman seperti kacang
tanah,dan bunga
5. Sistem Pendukung
Di wisma tinggal bersama 4 orang lansia dan seorang pengawas yang
membantu kegiatan lansia dari pukul 08.00 wib s/d 18.00 wib berada di
wisma mawar.
6. Deskripsi Kekhusukan
Sebagai muslim Ny.S menjalankan shalat
7. Status kesehatan
Klien mengatakan sering pusing
8. A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor
dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu
memenuhi kebutuhan makan, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian
secara mandiri.
9. Tinjauan system
a.
Keadaan umum
: baik, klien tampak bersih.
b.
Tingkat kesadaran
: CM (kompos mentis)
c.
Skala koma Glasgow : 15
d.
Tanda-tanda vital
: N: 80 x/mnt; S : 36,50C; RR: 20x/m; TD:
130/80 mmHg
e.
Sistem kardiovaskuler :
1.
Inspeksi
: keadaan umum terlihat baik.
15
2.
Palpasi
:tidak
ada
pelebaran
pembuluh
darah
dan
pembesaran jantung.
f.
3.
Perkusi
: normal
4.
Auskultasi : irama jantung teratur.
Sistem pernafasan :
1.
Inspeksi
: dada kanan dan kiri terlihat simetris, tidak adanya
pergerakan otot dada.
g.
h.
2.
Palpasi
: tidak ada pembesaran abnormal.
3.
Perkusi
: suara paru sama dan seimbang.
4.
Auskultasi : normal
Sistem integumen :
1.
Inspeksi
: tekstur kulit kendur dan keriput.
2.
Palpasi
: terdapat bengkak di jari kaki, turgor kulit jelek.
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi,
Inkotinensia urin (-).
i.
Sistem musculoskeletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis
(-), kemampuan menggengam kuat, tidak ada kelainan tulang.
j.
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis.
k.
Sistem imun
Klien mengatakan tidak tahu mengenai suntik imunisasi.
l.
Sistem gastrointestinal
16
Klien hanya makan makanan yang disediakan di dapur panti sosial
tresna werdha binjai. Ny.S tidak minum kopi. Klien dapat
menghabiskan makanan 1/2 porsi.
m.
Sistem reproduksi
n.
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien
terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas,
bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Interprestasi klien
terhadap lawan bicara baik. Pandangan klien jelas. Kemampuan
pendengaran baik.
10. Status kognitif/afektif/social
a.
Short potable mental status questionnaire (SPMSQ) dengan
kesalahan 5, fungsi intelektual sedang.
b.
Mini mental state exam (MMSE) dengan skor : 25, aspek kognitif
dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c.
Inventaris depresi beck, dengan skor 3 untuk keletihan.
d.
Apgar keluarga dengan lansia, skor : 8 dimana fungsi social klien
dalam keadaan baik.
17
Aplikasi NANDA, NOC DAN NIC
N
O
DIAGNOSA
1
Perubahan Nutrisi
Kurang
NOC
NIC
Status
Gizi
:
Monitor gizi
dari Asupan Makanan Dan Aktivitas yang dilakukan :
Kebutuhan Tubuh Cairan
Amati kecenderungan pengurangandan dan penambahan BB
b.dPenurunan
Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan
Insulin
Monitor respon emosional klien ketika ditempatka pada suatu keadaan yang
ada makanan
Data
Klien
Subjektif :
a)
b)
klien
diharapkan
mampu untuk :
sering
Monitor lingkungan tempat makanan
Monitor mual dan muntah
Mempertahankan
Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan,kelatihan dan kelemahan
merasa lapar dan berat badan
Monitor masukan kalori dari bahan makanan
haus
Manajemen Nutrisi
klien
Mempertahankan
masa tubuh dan berat Aktivitas yang dilakukan :
mengatakan berat badan
badannya
menurun selama 1
bulan terakhir
dalam
batas
normal
Memiliki
laboratorium
Kaji apa klien ada alergi makanan
Kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan
nilai lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan klien.
dalam
batas normal
Melaporkan tingkat
energi yang adekuat
Ajari klien tentang diet yang bener sesuai kebutuhan tubuh
Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori
Timbang BB secara teratur
Pasyikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat tinggi untuk
18
data Objektif :
a)
Berat
mencegah sembelit
badan
Pastikan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan
klien menurun
b)
Mukosa
bibir
Aktivitas yang dilakukan :
kering
c)
Monitor guladarah sesuaiindikasi
Klien
makan
Monitor tanda dan gejala
3x/hari,
menghabiskan 3/4
Monitor TTV sesuai indikasi
porsimakanan dan
Batasi latihan ketika gula darah besar dari 250mg/dl khusus nya adanya
keton dalam urin
buah-buahan
Kekurangan
Volume
b.d
Monitor status cairan intake output sesuai kebutuhan
Keseimbangan
Cairan Elektrolit
dan
Manajemen Asam-Basa
asam-
Diuresis Basa
Osmotik
Klien
Data
diharapkan Aktivitas yang dilakukan :
mampu
Subjektif :
a)
poliuri, polidipsi, polifagia. Keletihan,
pandangankabur atausakit kepala
mengkonsumsi
2
Manajemen Hiperglikemi
untuk
menormalkan :
Klien
Albumin serum
mengatakan
pH serum
sering
Kreatinin serum
merasa
Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan vena sentral), MAP
(tekanan arteri rata-rata), PAP (tekanan arteri paru)
Dapatkan hasil labor untuk menganalisa keseimbangna asam basa seperti
ABG, urin dan level serum
Pantau
ketidakseimbangan
19
elektrolit
yang
semakin
buruk
dengan
haus
b)
Bikarbonat serum
Klien mengaku
mengoreksi ketidakseimbangan asam basa
pH Urine
Dorong
sering BAK, bila
malam
hari
hingga 10 kali
c)
Klien
diharapkan
untuk
menormalkan :
bulan terakhir
aktif
dalam
pengobatan
Tanda-tanda
Monitor status hidrasi (seperti :kelembapan mukosa membrane, nadi)
bibir lembab
Balan
Objektif :
Aktivitas yang dilakukan :
Pertahankan intake yang akurat
dehidrasi tidak ada
Data
Manajemen Cairan
Timbang BB tiap hari
Mukosa mulut dan
Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP, PAP
Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan BUN, Ht ↓)
cairan
seimbang
Monitor TTV
Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites,
Klien
distensi vena leher)
minum sekitar
2500 cc sehari
Hidrasi
Klien
Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah dialisa
diharapkan
terlihat mampu menormalkan :
kurang
tidur,
Hidrasi kulit
karena
sering
Kelembaban
BAK,
untuk
Keseimbangan
Klien
menurun selama 1
Klien
keluarga
Cairan
badannya
b)
dan
ketidakseimbangan asam basa
mengatakan berat mampu
a)
pasien
terutama membran mukosa\
pada malam hari
Haus yang abormal
Monitor status nutrisi
Monitor respon pasien untuk meresepkan terapi elektrolit
Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi
20
c)
Berat
badan
klien menurun
d)
Mukosa
Pengeluaran urin
Kaji kemungkinan factor resiko terjadinya imbalan cairan (seperti :
Tekanan darah
hipertermia, gagal jantung, diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)
bibir
Monitor BB, intake dan output
kering
e)
Monitor nilai elektrolit urin dan serum
TD : 170/100
Monitor osmolalitas urin dan serum
mmHg
Monitor membrane mukosa, turgor dan rasa haus
f)
N : 80x/menit
g)
RR : 20x/menit
h)
S : 37o C
3
Intoleransi
Monitor warna dan kuantitas urin
Toleransi Aktivitas
Terapi Aktivitas
Aktivitas b.d
Kelemahan
Data Subjektif
:
a)
diharapkan Aktivitas yang dilakukan :
mampu
Klien mengaku
jarang
berolahraga
nadi
Jumlah
saat
Jadwalkan klien untuk latihan-latihan fisik secara rutin.
Bantu klien dengan aktivitas-aktivitas fisik.
pernafasan
saat beraktivitas.
Tekanan
Monitor program aktivitas klien.
Bantu klien untuk melalukan aktivitas yang biasanya ia lakukan.
saat beraktivitas.
Klien mengatak
an lemas
untuk
menyeimbangkan :
Denyut
waktu luang.
b)
Klien
Monitor respon fisik, sosial, dan spiritual dari klien terhadap aktivitasnya.
Bantu klien untuk memonitor kemajuan dari pencapaian tujuan.
darah
21
sistolik
Data Obejektif
:
beraktivitas.
darah
Aktivitas klien diastolic
dibantu
perawat beraktivitas.
dan keluarga
b)
Klien
Warna kulit.
terlihat
lemah
c)
Kekuatan
:
164cm/68kg
b.
Bagaimana cara melakukan suatu aktivitas.
c.
Bagaimana cara memonitor toleransi aktivitas.
tubuh
d.
Kekuatan
tubuh energi.
Berikan informasi-informasi seputar kesehatan fisik klien.
:
t)
daya Tahan Tubuh
Level Aktifitas : Klien
diharapkan
mampu
3(membutuhkan
menyeimbangkan :
lain).
orang
Mengontrol berat badan
Aktivitas yang dilakukan :
Level
bantuan
Bagaimana menjaga latihan.
Berikan informasi kepada klien bagaiamana teknik-teknik untuk menyimpan
25, 28 (overweigh
e)
Tujuan dan kegunaan aktivitas dan latihan.
bagian bawah.
BMI
Ajarkan klien tentang :
saat
a.
bagian atas.
TB/BB
Pengajaran : Penentuan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas yang dilakukan :
Tekanan
a)
d)
saat
untuk
Aktivitas
Diskusikan dengan klien hubungan antara intake maknan, latihan,
peningkatan berat badan dan kehilangan berat badan
Diskusikan dengan klien kondisi pengobatan yang mempengaruhi berat
badan
Daya tahan otot
Diskusikan hubungan resiko berat badan normal dan tidak normal
Hemoglobin
Beri informasi kepada klien tentang berat badan yang ideal
Hematocrit
Diskusikan bersama klien metode tentang intake makanan sehari-hari
Glukosa darah
Minta informasi dari klien, apakah ada dukungan luar yang mempengaruhi
Serum elektrolit
berat badannya
22
Rasa lelah
Perawatan
Kaji peningkatan keseimbangan makanan
Diri
:
Aktivitas-aktivitas
sehari-hari
Klien
diharapkan
mampu
untuk
menyeimbangkan :
Pola makan.
Berjalan.
Aktivitas
23
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin
(hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum
adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
karbohidrat lainnya.
4.2 SARAN
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya hidup karena ini sangat
berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit itu sendiri maka dari itu penderita penyakit
diabetes mellitus haus selalu menjaga kandungan gula dalam darah dengan tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung kadar glukosa yang tinggi. Untuk dari itu penderita bisa
menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga harus harus rajin dalam olahraga karena itu
sangat penting bagi kesehatan anda.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Hasil dan alasan
Penerapan pola makan terkontrol untuk pencegahan dan menghindari makanan tinggi purin yang
dapat menimbulkan kadar asam urat naik serta rajin mengikuti senam dan aktif menggerakkan
persendian untuk menghindari rasa nyeri yang timbul.
4.2.
Hambatan
Penerapan tindakan mandiri ini tidak bisa di kontrol secara langsung dan teratur dalam
penerapannya untuk dilaksanakan dan diterapkan.
25
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
1.
Pola makan teratur dapat mencegah peningkatan kadar asam urat karena salah satu
penyebabnya makanan tinggi purin.
2.
Mengikuti kegiatan senam secara teratur untuk menurunkan kekakuan otot dan rasa
nyeri yang timbul.
5.2.
Saran
1. Diharapkan makanan yang disediakan di dapur panti sosial tresna werdha binjai dapat
mengurangi pemberian makanan tinggi purin dan dapat membantu lansia dalam
mengatur makanan yang akan dikonsumsi
2. Penerapkan tindakan mandiri ini diharapkan dapat dikontrol secara langsung agar
lebih efektif.
26
DENGAN DM ( DIABETES MELITUS) DI UPT PELAYANAN
LANJUT USIA DAN ANAK BALITA DI WILAYAH BINJAI
MEDAN
D
I
S
U
S
U
OLEH
DEWI SARI TAMPUBOLON
13.03.20.07
AKADEMI KEPERAWATAN SARI MUTIARA
MEDAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang MahaEsa yang
telah melimpah kan rahmat dan karunia-Nya Sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Dengan adanya laporan ini, di harapkan dapat membantu dalam
proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Saya juga tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan doa.
Medan, 2015
Dewi Sari Tampubolon
BAB 1
2
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pola hidup masyarakat yang cenderung semakin meningkat, berbagai
macam penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya
adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang lebih dikenal
masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli 2006).
Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang
karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan, akhir-akhir ini
banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup
terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
ganeratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan
lain-lain (Suyono, 2003: 573).Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai macam komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada membrane basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer arief, 2001: 580).
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan
upaya penanganan yang tepat dan serius. Menurut data organisasi kesehatan
dunia (WHO),
Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes
terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (www.Diabetes
Mellitus News.com). Dengan prevalensi 8,4 % dari total penduduk,
diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan
pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan jumlah pasien Diabetes Mellitus
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari
seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita hamil menderita Diabetes Mellitus
Gestasional (www.depkes.go.id).
1.2.
Tujuan
3
1.
Mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes mellitus dan
penatalaksanaannya
2.
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus
3.
Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus
1.3. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?
2.
Apa saja pengkajian kesehatan pada diabetes melitus?
3.
Apa diagnosa NANDA, NOC, NIC terkait dengan diabetes melitus?
BAB II
4
TINJAUAN TEORI
2.1.
Konsep Dasar Lansia
A.
Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan
manusia ( Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4)
No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
B.
Klasifikasi Lansia
a.
Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b.
Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c.
Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003)
d.
Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2003)
e.
Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain ( Depkes RI,2003).
C.
Karakteristik Lansia
Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)
Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
b)
Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
2.2.
Pengertian DM
5
1
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
2
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
3
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang
terjadi akibat kurangnya produksi insulin dengan adanya kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing,
Brunner and Suddarth, 1998).
4
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan
gangguan heterogen yang secara klinis ditandai dengan ketidaknormalan
dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000, hal.
1367).
5
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)
6
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak
dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532)
7
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan
neurologis (Barbara C. Long, 1996).
6
2.3 KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
a. DM Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan
sebelum usia 30 tahun. Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi insulin atau produksinya sangat sedikit.
b. DM Tipe II : Non Insulin Independent Diabetes Melitus (NIDDM)
Biasanya terjadi di atas usia 35 tahun ke atas. Terjadi resistensi terhadap
kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor. Insulin pada sel
kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan berkurangnya produksi
insulin relatif.
c. DM Gestational (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)
Kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat
keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan
morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan
makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin
lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya
untuk menjadi DM di masa mendatang.
2.4 ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tipe I
Diabetes Melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,
infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
a. Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya
Diabetes Melitus tipe I. Kecendrungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen trasplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
7
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolaholah sebagai jaringan asing (Smeltzer Suzanne C, 2001).
c. Virus dan bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes
Melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan
menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
d. Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong (Maulana Mirza, 2009).
2. Diabetes Melitus tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin
(Smeltzer
Suzanne
C,
2001).
Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan
proses terjadinya diabetes tipe II. Menurut Hans Tandra (2008), faktor-faktor ini
adalah:
a. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku Indian di Amerika, Hispanik, dan orang
Amerika di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe II.
Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut dulunya adalah pemburu dan petani dan
biasanya kurus. Namun, sekarang makanan lebih banyak dan gerak badannya
makin berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes.
b. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe II adalah mereka yang
kelewat gemuk. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan
makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan
berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak ini
akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
dan menumpuk dalam peredaran darah.
c. Kurang Gerak Badan
8
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes.
Olahraga atau aktivitas fisik membantu kita untuk mengontrol berat badan.
Glukosa darah dibakar menjadi energi. Sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif
terhadap insulin. Peredaran darah lebih baik. Dan resiko terjadinya diabetes tipe II
akan turun sampai 50%.
d. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan
tingginya kadar glukosa darah. Akibatnya, seseorang juga bisa terkena diabetes.
Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke,
penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit yang berlebihan.
e. Usia
Resiko terkena diabetes akan meningkat dengan bertambahnya usia,
terutama di atas 40 tahun. Namun, belakangan ini, dengan makin banyaknya anak
yang mengalami obesitas, angka kejadian diabetes tipe II pada anak dan remaja
pun meningkat.
2.5 PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru
dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi
supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh
tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan
makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein
(Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses
tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa
kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan
sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak
dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah
180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
9
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka
sejumlah
air
hilang
dalam
urine
yang
disebut poliuria.
Poliuria
mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan
minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak
dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan
yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat
atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh
berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan
napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila
tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi
cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya
protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangren.
Aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh terganggu, pada organ
ginjal akan terlihat adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya fungsi
ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ mata terjadi pandangan kabur.
Sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk mengakibatkan neuropati perifer dengan
gejala antara lain : kesemutan, parastesia, baal, penurunan sensitivitas terhadap
panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan sirkulasi ekstremitas bawah yaitu
lamanya penyembuhan luka karena kurangnya O2 dan ketidakmampuan
fagositosis dari leukosit yang mengakibatkan gangren. DM Tipe II (NIDDM)
terjadi resistensi insulin dan gangguan sirkulasi insulin yang secara normal akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa
dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
10
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1.
Poliuria (peningkatan volume urine)
2.
Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3.
Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi
hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
4.
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar
sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul:
1.
Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
2.
Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3.
Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
4.
Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
5.
Kelemahan tubuh
6.
Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7.
Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
11
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8.
Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9.
Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK
a. Glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
glukosa darah puasa
glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization)
menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon
terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma.
Bila Whole blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya
lebih rendah 15% dibanding glukosa plasma atau serum.
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
plasma vena
darah kapiler
< 110
< 90
110 – 199
90 - 199
200
200
Kadar glukosa darah puasa
plasma vena
darah kapiler
< 110
< 90
110 – 125
126
90 - 109
110
b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa
dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
12
e. Osmolalitas serum
f. Elektrolit
g. Hemoglobin Glikosilat
h. Gas Darah Arteri
i. Trombosit darah
j. Ureum / kreatinin
k. Amilase
l. Insulin
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan
antibodi(autoantibodi).
n. Pemeriksaan fungsi tiroid
o. Urin
p. Kultur dan sensitivitas
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 10 desember 2015 pada pukul 11.00
sampai dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1. Pengumpulan data
1.
Data biografi klien
a.
Nama
: Siti Aisyah
b.
Tanggal Lahir
:
c.
Pendidikan terakhir
: SD
d.
Agama
: Islam
e.
Status perkawinan
: Menikah
f.
Ciri-ciri tubuh
:
g.
Alamat
: Brandan
h.
Orang yang dekat dihubungi : -
i.
Hubungan dengan klien
:-
2. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini : tidak bekerja. Pekerjaan sebelumnya : bekerja sebagai
ibu rumah tangga.
3. Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di panti sosial tresna werdha binjai bersama 4 orang lansia
lain yang tinggal di wisma mawar. Kondisi wisma bersih, pencahayaan
dalam wisma cukup terang, memiliki jendela rumah kaca dan terbuka.
Pertukaran udara dan cahaya matahari cukup. Kondisi sekitar dan dalam
rumah nyaman.
14
4. Riwayat rekreasi
Klien mengaku hanya berada di wisma dan ke mesjid, hiburan yang ada di
wisma Ny.S adalah televise dan memanam tanaman seperti kacang
tanah,dan bunga
5. Sistem Pendukung
Di wisma tinggal bersama 4 orang lansia dan seorang pengawas yang
membantu kegiatan lansia dari pukul 08.00 wib s/d 18.00 wib berada di
wisma mawar.
6. Deskripsi Kekhusukan
Sebagai muslim Ny.S menjalankan shalat
7. Status kesehatan
Klien mengatakan sering pusing
8. A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor
dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu
memenuhi kebutuhan makan, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian
secara mandiri.
9. Tinjauan system
a.
Keadaan umum
: baik, klien tampak bersih.
b.
Tingkat kesadaran
: CM (kompos mentis)
c.
Skala koma Glasgow : 15
d.
Tanda-tanda vital
: N: 80 x/mnt; S : 36,50C; RR: 20x/m; TD:
130/80 mmHg
e.
Sistem kardiovaskuler :
1.
Inspeksi
: keadaan umum terlihat baik.
15
2.
Palpasi
:tidak
ada
pelebaran
pembuluh
darah
dan
pembesaran jantung.
f.
3.
Perkusi
: normal
4.
Auskultasi : irama jantung teratur.
Sistem pernafasan :
1.
Inspeksi
: dada kanan dan kiri terlihat simetris, tidak adanya
pergerakan otot dada.
g.
h.
2.
Palpasi
: tidak ada pembesaran abnormal.
3.
Perkusi
: suara paru sama dan seimbang.
4.
Auskultasi : normal
Sistem integumen :
1.
Inspeksi
: tekstur kulit kendur dan keriput.
2.
Palpasi
: terdapat bengkak di jari kaki, turgor kulit jelek.
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi,
Inkotinensia urin (-).
i.
Sistem musculoskeletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis
(-), kemampuan menggengam kuat, tidak ada kelainan tulang.
j.
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis.
k.
Sistem imun
Klien mengatakan tidak tahu mengenai suntik imunisasi.
l.
Sistem gastrointestinal
16
Klien hanya makan makanan yang disediakan di dapur panti sosial
tresna werdha binjai. Ny.S tidak minum kopi. Klien dapat
menghabiskan makanan 1/2 porsi.
m.
Sistem reproduksi
n.
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien
terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas,
bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Interprestasi klien
terhadap lawan bicara baik. Pandangan klien jelas. Kemampuan
pendengaran baik.
10. Status kognitif/afektif/social
a.
Short potable mental status questionnaire (SPMSQ) dengan
kesalahan 5, fungsi intelektual sedang.
b.
Mini mental state exam (MMSE) dengan skor : 25, aspek kognitif
dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c.
Inventaris depresi beck, dengan skor 3 untuk keletihan.
d.
Apgar keluarga dengan lansia, skor : 8 dimana fungsi social klien
dalam keadaan baik.
17
Aplikasi NANDA, NOC DAN NIC
N
O
DIAGNOSA
1
Perubahan Nutrisi
Kurang
NOC
NIC
Status
Gizi
:
Monitor gizi
dari Asupan Makanan Dan Aktivitas yang dilakukan :
Kebutuhan Tubuh Cairan
Amati kecenderungan pengurangandan dan penambahan BB
b.dPenurunan
Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan
Insulin
Monitor respon emosional klien ketika ditempatka pada suatu keadaan yang
ada makanan
Data
Klien
Subjektif :
a)
b)
klien
diharapkan
mampu untuk :
sering
Monitor lingkungan tempat makanan
Monitor mual dan muntah
Mempertahankan
Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan,kelatihan dan kelemahan
merasa lapar dan berat badan
Monitor masukan kalori dari bahan makanan
haus
Manajemen Nutrisi
klien
Mempertahankan
masa tubuh dan berat Aktivitas yang dilakukan :
mengatakan berat badan
badannya
menurun selama 1
bulan terakhir
dalam
batas
normal
Memiliki
laboratorium
Kaji apa klien ada alergi makanan
Kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan
nilai lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan klien.
dalam
batas normal
Melaporkan tingkat
energi yang adekuat
Ajari klien tentang diet yang bener sesuai kebutuhan tubuh
Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori
Timbang BB secara teratur
Pasyikan bahwa diet mengandung makanan yang berserat tinggi untuk
18
data Objektif :
a)
Berat
mencegah sembelit
badan
Pastikan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan
klien menurun
b)
Mukosa
bibir
Aktivitas yang dilakukan :
kering
c)
Monitor guladarah sesuaiindikasi
Klien
makan
Monitor tanda dan gejala
3x/hari,
menghabiskan 3/4
Monitor TTV sesuai indikasi
porsimakanan dan
Batasi latihan ketika gula darah besar dari 250mg/dl khusus nya adanya
keton dalam urin
buah-buahan
Kekurangan
Volume
b.d
Monitor status cairan intake output sesuai kebutuhan
Keseimbangan
Cairan Elektrolit
dan
Manajemen Asam-Basa
asam-
Diuresis Basa
Osmotik
Klien
Data
diharapkan Aktivitas yang dilakukan :
mampu
Subjektif :
a)
poliuri, polidipsi, polifagia. Keletihan,
pandangankabur atausakit kepala
mengkonsumsi
2
Manajemen Hiperglikemi
untuk
menormalkan :
Klien
Albumin serum
mengatakan
pH serum
sering
Kreatinin serum
merasa
Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan vena sentral), MAP
(tekanan arteri rata-rata), PAP (tekanan arteri paru)
Dapatkan hasil labor untuk menganalisa keseimbangna asam basa seperti
ABG, urin dan level serum
Pantau
ketidakseimbangan
19
elektrolit
yang
semakin
buruk
dengan
haus
b)
Bikarbonat serum
Klien mengaku
mengoreksi ketidakseimbangan asam basa
pH Urine
Dorong
sering BAK, bila
malam
hari
hingga 10 kali
c)
Klien
diharapkan
untuk
menormalkan :
bulan terakhir
aktif
dalam
pengobatan
Tanda-tanda
Monitor status hidrasi (seperti :kelembapan mukosa membrane, nadi)
bibir lembab
Balan
Objektif :
Aktivitas yang dilakukan :
Pertahankan intake yang akurat
dehidrasi tidak ada
Data
Manajemen Cairan
Timbang BB tiap hari
Mukosa mulut dan
Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP, PAP
Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan BUN, Ht ↓)
cairan
seimbang
Monitor TTV
Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites,
Klien
distensi vena leher)
minum sekitar
2500 cc sehari
Hidrasi
Klien
Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah dialisa
diharapkan
terlihat mampu menormalkan :
kurang
tidur,
Hidrasi kulit
karena
sering
Kelembaban
BAK,
untuk
Keseimbangan
Klien
menurun selama 1
Klien
keluarga
Cairan
badannya
b)
dan
ketidakseimbangan asam basa
mengatakan berat mampu
a)
pasien
terutama membran mukosa\
pada malam hari
Haus yang abormal
Monitor status nutrisi
Monitor respon pasien untuk meresepkan terapi elektrolit
Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi
20
c)
Berat
badan
klien menurun
d)
Mukosa
Pengeluaran urin
Kaji kemungkinan factor resiko terjadinya imbalan cairan (seperti :
Tekanan darah
hipertermia, gagal jantung, diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)
bibir
Monitor BB, intake dan output
kering
e)
Monitor nilai elektrolit urin dan serum
TD : 170/100
Monitor osmolalitas urin dan serum
mmHg
Monitor membrane mukosa, turgor dan rasa haus
f)
N : 80x/menit
g)
RR : 20x/menit
h)
S : 37o C
3
Intoleransi
Monitor warna dan kuantitas urin
Toleransi Aktivitas
Terapi Aktivitas
Aktivitas b.d
Kelemahan
Data Subjektif
:
a)
diharapkan Aktivitas yang dilakukan :
mampu
Klien mengaku
jarang
berolahraga
nadi
Jumlah
saat
Jadwalkan klien untuk latihan-latihan fisik secara rutin.
Bantu klien dengan aktivitas-aktivitas fisik.
pernafasan
saat beraktivitas.
Tekanan
Monitor program aktivitas klien.
Bantu klien untuk melalukan aktivitas yang biasanya ia lakukan.
saat beraktivitas.
Klien mengatak
an lemas
untuk
menyeimbangkan :
Denyut
waktu luang.
b)
Klien
Monitor respon fisik, sosial, dan spiritual dari klien terhadap aktivitasnya.
Bantu klien untuk memonitor kemajuan dari pencapaian tujuan.
darah
21
sistolik
Data Obejektif
:
beraktivitas.
darah
Aktivitas klien diastolic
dibantu
perawat beraktivitas.
dan keluarga
b)
Klien
Warna kulit.
terlihat
lemah
c)
Kekuatan
:
164cm/68kg
b.
Bagaimana cara melakukan suatu aktivitas.
c.
Bagaimana cara memonitor toleransi aktivitas.
tubuh
d.
Kekuatan
tubuh energi.
Berikan informasi-informasi seputar kesehatan fisik klien.
:
t)
daya Tahan Tubuh
Level Aktifitas : Klien
diharapkan
mampu
3(membutuhkan
menyeimbangkan :
lain).
orang
Mengontrol berat badan
Aktivitas yang dilakukan :
Level
bantuan
Bagaimana menjaga latihan.
Berikan informasi kepada klien bagaiamana teknik-teknik untuk menyimpan
25, 28 (overweigh
e)
Tujuan dan kegunaan aktivitas dan latihan.
bagian bawah.
BMI
Ajarkan klien tentang :
saat
a.
bagian atas.
TB/BB
Pengajaran : Penentuan Aktivitas dan Latihan
Aktivitas yang dilakukan :
Tekanan
a)
d)
saat
untuk
Aktivitas
Diskusikan dengan klien hubungan antara intake maknan, latihan,
peningkatan berat badan dan kehilangan berat badan
Diskusikan dengan klien kondisi pengobatan yang mempengaruhi berat
badan
Daya tahan otot
Diskusikan hubungan resiko berat badan normal dan tidak normal
Hemoglobin
Beri informasi kepada klien tentang berat badan yang ideal
Hematocrit
Diskusikan bersama klien metode tentang intake makanan sehari-hari
Glukosa darah
Minta informasi dari klien, apakah ada dukungan luar yang mempengaruhi
Serum elektrolit
berat badannya
22
Rasa lelah
Perawatan
Kaji peningkatan keseimbangan makanan
Diri
:
Aktivitas-aktivitas
sehari-hari
Klien
diharapkan
mampu
untuk
menyeimbangkan :
Pola makan.
Berjalan.
Aktivitas
23
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin
(hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum
adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
karbohidrat lainnya.
4.2 SARAN
Bagi penderita diabetes mellitus diharapkan selalu menjaga gaya hidup karena ini sangat
berpengaruh terhadap keparahan dari penyakit itu sendiri maka dari itu penderita penyakit
diabetes mellitus haus selalu menjaga kandungan gula dalam darah dengan tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung kadar glukosa yang tinggi. Untuk dari itu penderita bisa
menggantinya dengan gula jagung. Pederita juga harus harus rajin dalam olahraga karena itu
sangat penting bagi kesehatan anda.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Hasil dan alasan
Penerapan pola makan terkontrol untuk pencegahan dan menghindari makanan tinggi purin yang
dapat menimbulkan kadar asam urat naik serta rajin mengikuti senam dan aktif menggerakkan
persendian untuk menghindari rasa nyeri yang timbul.
4.2.
Hambatan
Penerapan tindakan mandiri ini tidak bisa di kontrol secara langsung dan teratur dalam
penerapannya untuk dilaksanakan dan diterapkan.
25
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
1.
Pola makan teratur dapat mencegah peningkatan kadar asam urat karena salah satu
penyebabnya makanan tinggi purin.
2.
Mengikuti kegiatan senam secara teratur untuk menurunkan kekakuan otot dan rasa
nyeri yang timbul.
5.2.
Saran
1. Diharapkan makanan yang disediakan di dapur panti sosial tresna werdha binjai dapat
mengurangi pemberian makanan tinggi purin dan dapat membantu lansia dalam
mengatur makanan yang akan dikonsumsi
2. Penerapkan tindakan mandiri ini diharapkan dapat dikontrol secara langsung agar
lebih efektif.
26