BAHAN DAN KLS 2 SMP
KESENIAN BUDAYA ACEH
«
»
TARIAN TRADISIONAL ACEH
Tari Tarek Pukat
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional yang
menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di Aceh, meskipun jauh
dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung
dengan Negara lain.
Aceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki kultur dan seninya yang
khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang menjadi nilai wisata di
aceh. Tarian di aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata, sebab disini tersedia
SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada.
Selain itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar
dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.
Dari berbagai budaya yang ada di Aceh, seni tari merupakan salah satu budaya yang sangat
populer dari wilayah ini yang mampu mewakili eksisteni seni di nusantara, tidak hanya itu,
seni tari dari aceh sering kali dipertunjukkan di berbagai wilayah mancanegara. Seni budaya
dimiliki ini menjadi paket-paket yang sangat menarik karena memperlihatkan ke khasannya
tersendiri, proses pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan kedepan
yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian
masyarakat aceh yang islami dan tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas
dalam berbagai tarian, baik sedati saman, debus, ranup lampuan dan taraian tradisional
lainnya. Adapun Seni Tari dari Aceh antara lain sebagai berikut :
Tari Laweut
Tari Laweut (http://atjeh-u.blogspot.com)
Laweut berasal dari kata Seulawet, sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di
persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari ini di
pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan
pembangunan.
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari Likok Pulo adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Aceh, Indonesia. “Likok”
berarti gerak tari, sementara “Pulo” berarti pulau. Pulo di sini merujuk pada sebuah pulau
kecil di ujung utara Pulau Sumatera yang juga disebut Pulau Breuh, atau Pulau Beras.
Tarian ini lahir sekitar tahun 1849, diciptakan oleh seorang ulama tua berasal dari Arab yang
hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh. Tari ini diadakan sesudah menanam padi atau
sesudah panen padi, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian
dipertandingkan dapat berjalan semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi
duduk bersimpuh, berbanjar, atau bahu membahu.
Tari Pho
Tari Pho (http://indovasi.or.id)
Tari Pho adalah tari yang berasal dari Aceh. Perkataan Pho berasal dari kata peubae, peubae
artinya meratoh atau meratap. Pho adalah panggilan atau sebutan penghormatan dari rakyat
hamba kepada Yang Mahakuasa yaitu Po Teu Allah. Bila raja yang sudah almarhum disebut
Po Teumeureuhom.
Tarian ini dibawakan oleh para wanita, dahulu biasanya dilakukan pada kematian orang besar
dan raja-raja, yang didasarkan atas permohonan kepada Yang Mahakuasa, mengeluarkan isi
hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap melahirkan kesedihan-kesedihan
yang diiringi ratap tangis. Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi ditonjolkan
pada waktu kematian, dan telah menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada
upacara-upacara adat.
Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut
tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada
acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh
tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee.
Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub)
yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari
Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
Tari Rapa’i Geleng
Tari Rapa’i Geleng (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian.
Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam
lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang
disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap
mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu,
mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para
penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat
dinikmati dan menyenangkan.
Tari Ratéb Meuseukat
Tari Ratéb Meuseukat (http://www.pinterest.com)
Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib artinya ibadat dan
meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.
Tari Ratéb Meuseukat (http://visitbandaatjeh.blogspot.com)
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh
Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk
wanita mengambil posisi dengan cara duduk atau berlutut dalam satu barisan dan membuat
gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai
dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan cepat.
Tari Ratoh Duek
Tari Ratoh Duek (http://www.tanohaceh.com)
Tari Ratoh Duek adalah sebuah tarian masyarakat Aceh yang tengah berkembang pesat di
Jakarta. Umumnya, masyarakat Jakarta mengenal dan menyebutnya dengan nama Tari
Saman. Hampir tidak ada perbedaan antara kedua jenis tari ini, tari Ratoh Duek dilakukan
oleh penari perempuan, sedangkan tari Saman dilakukan oleh penari laki-laki.
Tari Seudati
Tari Seudati (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Seudati adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian
yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan
hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti
delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu Syekh
dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau putih, baju kaos
putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai tangkulok.
Tari Tarek Pukat
Tari Tarek Pukat (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat
jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat
dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da
riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Saman
Tari Saman (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh Saman,
beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh dengan
iringan gerakan-gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana menjadi
gembira, gerakan tepukan dada, tepukan diatas lutut, mengangkat tangan secara bergantian
dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
Tari Bines
Tari Bines (http://www.tribunnews.com)
Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Gayo Lues. Tarian ini
muncul dan berkembang di Aceh Tengah namun kemudian dibawa ke Aceh Timur. Menurut
sejarah tarian ini diperkenalkan oleh seorang ulama bernama Syech Saman dalam rangka
berdakwah.Tari ini ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar sambil
menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari
melakukan gerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya
berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari Tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik dari
tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari desa undangan dengan
menaruhnya diatas kepala perempuan yang menari.
Tari Didong
Tari Didong (http://visitacehdarussalam.blogspot.com)
Didong adalah sebuah kesenian rakyat Gayo yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra.
Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Salah seorang seniman yang peduli pada
kesenian ini adalah Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat
Takengon dan Bener Meriah.
Ada yang berpendapat bahwa kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau
“donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersamasama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari
kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah.
Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang
disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4–5 orang
ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang
komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan
mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum
tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya
adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuanperempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok
didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini
biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang Céh. Peralatan yang dipergunakan pada
mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun,
dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat
musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu
menggerakkan badan ke depan atau ke samping.
Tari Guel
Tari Guel (http://uranggayo.wordpress.com)
Tari guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti membunyikan.
Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para
peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan
gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.
Tari Guel (http://www.tribunnews.com)
Tari guel dibagi dalam empat babakan baku. Terdiri dari babak Mu natap, Babak II Dep,
Babak III Ketibung, Babak IV Cincang Nangka. Ragam Gerak atau gerak dasar adalah Salam
Semah (Munatap), Kepur Nunguk, Sining Lintah, Semer Kaleng (Sengker Kalang), DahPapan.
Sementara jumlah para penari dalam perkembangannya terdiri dari kelompok pria dan wanita
berkisar antara 8-10 ( Wanita), 2-4 ( Pria). Penari Pria dalam setiap penampilan selalu tampil
sebagai simbol dan primadona, melambangkan aman manyak atau lintoe Baroe dan Guru
Didong. Jumlah penabuh biasanya minimal 4 orang yang menabuh canang, gong, gegedem,
dan memong.
Tari Ula-Ula Lembing
Tari Ula-Ula Lembing (http://visitacehdarussalam.blogspot.com)
Tari Ula-ula Lembing merupakan tarian daerah Aceh Tamiang. Tarian Ula-ula Lembing
ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke sekeliling panggung bagai ular. Tarian ini
harus dibawakan dengan penjiwaan yang lincah dan ceria. Tari Ula-ula Lembing adalah salah
satu tarian daerah dari Kabupaten Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan dengan melingkar
menyerupai ular, dengan gerakan yang lincah dan dinamis.
Tari Cangklak
Tari Cangklak (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik gemulai, energik dan sedikit genit
dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta
pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan indetik dengan perempuan seperti payung,
kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian yang laku di aceh dengan tarian khas melayu
dari daerah timur aceh.
Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di
hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan
ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan
persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi menakala
bersamaan dipaparkan menjadi satu manfaat bagi kehidupan.
Rapai Daboh
Rapai Daboh (http://ayomenari.com)
Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh
terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai),
dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang
menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus
menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya
menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab
tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan
bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa;
jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang
memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh
pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang
pastilah senjata akan makan tubuh mereka.
Semoga Bermanfaat.
Sumber Artikel : http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2014/09/tarian-tradisionalnanggroe-aceh.html
04 Jun This entry was written by muhammad.abdikaramallah, posted on June 4, 2015 at 4:38
pm, filed under Uncategorized. Bookmark the permalink. Follow any comments here with the
RSS feed for this post. Post a comment or leave a trackback: Trackback URL. View EXIF
Data
Browse
Older: KESENIAN SENI RUPA DI ACEH
Unsur Islam dalam seni rupa Seni rupa juga berkembang di Aceh, akan tetapi
perkembangannya sekarang tidak menonjol sebagaimana keadaan pada masa lampau, seni
rupa yang berkembang …
Newer: ALAT MUSIK TRADISIONAL ACEH
Aceh merupakan provinsi yang terletak paling barat dari Negara Indonesia. Kota yang
dijuluki juga dengan Serambi Mekah karena merupakan jalur masuk dan menyebarnya agama
Islam …
Post a Comment
Your email is never published nor shared. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
Comment
You may use these HTML tags and attributes:
All content is © 2016 by KESENIAN BUDAYA ACEH. All rights reserved.
WordPress | Sandbox | Autofocus
Macam-macam Tari Aceh
Written By ahmad fazil on Jumat, 21 Juni 2013 | 16.21
Tari Ula-ula Lembing
Tari Ula-ula Lembing merupakan tarian daerah Aceh
Tamiang. Tarian Ula-ula Lembing ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke
sekeliling panggung bagai ular. Tarian ini harus dibawakan dengan penjiwaan yang
lincah dan ceria. Tari Ula-ula Lembing adalah salah satu tarian daerah dari Kabupaten
Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan dengan melingkar menyerupai ular, dengan gerakan
yang
lincah
dan
dinamis.
Tari Mesekat
Mesekat salah satu tarian dari suku Alas di Aceh
Tenggara, merupakan tarian yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang dewasa
secara berkelompok dengan posisi berbaris, seperti halnya orang shalat saat membaca
tahayatul akhir. Dalam tarian biasanya yang dipilih menjadi imam adalah kadi atau she
yang nantinya menjadi panutan dalam gerak dan syair yang dibacakan secara serentak
dan serasi dan dilaksanakan dengan irama shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan suatu karya seni yang sifatnya klasik tradisional, cara
membawakannya harus dengan menghafal dari berbagai ragam atau dengan cara
berurutan. Dalam permainanya peserta memakai baju adat dengan jumlah pemain
minimal 18 orang. Dalam syairnya dapat diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat
atau pemerintah desa, camat, bupati tentang hal-hal pembangunan.
Tari Guel
Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di NAD. Guel
berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah
panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya
sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu
sendiri. Dalam perkembangannya, tari Guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari
tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap
wujud alam, lingkungan kemudiandirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan
hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara
seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai
dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu
punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi
objek peneilitian sejumlah survesor dalam dan luar negeri.
Pemda Daerah Istimewa Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim dibawah
koordinasi Depdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan), dan tersebutlah nama Drs.
Asli Kesuma, Mursalan Ardy, Drs. Abdurrahman Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun
melakukan survey yang kemudian dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman,
budayawan untuk menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari guel.
Sebagian hasil penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang
dokumen/literatur tarian ini sedikit bisa didapatkan.
Didong
Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan
nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra.
Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali
oleh Abdul Kadir To’et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan
Bener Meriah.
Tari Bines
Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari
kabupaten Gayo Lues. Tari Bines merupakan bentuk tarian yang dimainkan oleh 12-14
orang perempuan dengan gerakan mengayunkan tangan dan diikuti irama gerakan
badan serta alunan lagu-lagu Gayo yang di bawakan oleh salah satu penari. Mereka
menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari
melakukangerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan
akhirnya berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik
dari tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari desa
undangan
dengan
menaruhnya
diatas
kepala
perempuan
yang
menari.
Tari Tarek Pukat
Kesenian Tari Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para
nelayan yang menangkap ikan dilaut, berasal dari daerah Kabupaten Aceh Besar Provinsi
Aceh, Tarek yang berarti “Tarik” dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan
untuk
menangkap
ikan.
Tari Ratoh Duek
Tari Ratoh Duek adalah sebuah tarian masyarakat
Aceh yang tengah berkembang pesat di Jakarta. Umumnya, masyarakat Jakarta
mengenal dan menyebutnya dengan nama Tari Saman. Hampir tidak ada perbedaan
antara kedua jenis tari ini, tari Ratoh Duek dilakukan oleh penari perempuan, sedangkan
tari
Saman
dilakukan
oleh
penari
laki-laki.
Tari Tradisional Aceh
by ade muhlis , at Selasa, Februari 18, 2014 , has 3 komentar
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional yang
menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di aceh, meskipun jauh
dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung
dengan Negara lain.
Aaceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki kultur dan seninya
yang khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang menjadi nilai wisata
di aceh. Tarian di aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata, sebab disini tersedia
SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada.
Selain itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar
dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.
Dari berbagai budaya yang ada di aceh, seni tari merupakan salah satu budaya yang sangat
populer dari wilayah ini yang mampu mewakili eksisteni seni di nusantara, tidak hanya itu,
seni tari dari aceh sering kali dipertunjukkan di berbagai wilayah mancanegara. Seni budaya
dimiliki ini menjadi paket-paket yang sangat menarik karena memperlihatkan ke khasannya
tersendiri, proses pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan kedepan
yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian
masyarakat aceh yang islami dan tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas
dalam berbagai tarian, baik sedati saman, debus, ranup lampuan dan taraian tradisional
lainnya.
Adapaun Seni Tari dari Aceh antara lain sebagai berikut :
Tari
Saman
Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh
Saman ,beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh
dengan iringan gerakan –gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana
menjadi gembira, gerakan tepukan dada,tepukan diatas lutut, mengangkat tangan secara
bergantian dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
Tari Laweut
Laweut berasal dari kata Seulawet , sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di
persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari ini di
pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan
pembangunan.
Tari Tarek Pukat
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat
jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat
dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da
riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Cangklak
Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik
gemulai, energik dan sedikit genit dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam
mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan
indetik dengan perempuan seperti payung, kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian
yang laku di aceh dengan tarian khas melayu dari daerah timur aceh.
Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di
hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan
ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan
persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi menakala
bersamaan d paparkan menjadi satu manfaat bagi kehidupan.
Rapai Daboh
Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh
terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai),
dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang
menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus
menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya
menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab
tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan
bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa;
jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang
memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh
pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang
pastilah senjata akan makan tubuh mereka.
Tari Seudati
Seudati adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian
yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan
hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti
delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu Syekh
dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau putih, baju kaos
putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai tangkulok.
Tari Rapai Geleng
Rapai adalah jenis tamborin
yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian. Permainan Rapai telah
dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang
indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”.
Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai
(tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai
gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan
tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan
menyenangkan.
Tari Meuseukat
Tarian Meuseukat adalah tarian yang
sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10
atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara
duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala.
Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan
gerakan cepat.
Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut
tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada
acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh
tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee.
Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub)
yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari
Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam
Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun
l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan
Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan
masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah
gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota
Banda Aceh. Maka tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai
media pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama
pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria
sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu
dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari sehelai tikar daun
lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai hiburan rakyat sambil
berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang
subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala
dan tangan yang diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke
kiri dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi
dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.
Itulah beberapa Seni Tari Tradisional dari Daerah Aceh, dan masih banyak tari
tradisional aceh lainnya yang belum admin sampaikan, semoga tarian tradisional yang ada
saat ini tidak lerlupakn, tetap lestari di bumi pertiwi ini.
MACAM-MACAM TARI NUSANTARA
Kamis, 30 Oktober 2014
PERJALANAN SEORANG PASKIBRAKA
PERJALANAN SEORANG PASKIBRAKA
Pengibaran bendera Merah Putih bisa saja gagal. Pasukan 17 akan kacau dan pasukan
8 akan berantakan karena tidak ada yang mengatur tempo berjalan. Bukan karena latihannya
tidak pernah serius. Bukan juga akibat kekurangan orang untuk mengisi pasukan. Inilah
celakanya bila Ahmad kehabisan suara, sebab dia menjadi komandan pasukan 17.
Beberapa bulan yang lalu Ahmad, siswa kelas 10 SMAN 7 Tangerang yang mengikuti
eskul paskibra di sekolah itu. Pada bulan april diadakan seleksi untuk menjadi paskibraka
tingkat provinsi dan nasional. Ahmad pun mengikuti seleksi tersebut. Persyaratan seleksi
tersebut adalah tinggi badan untuk putra minimal 170cm, untuk putri minimal 165cm, berat
badan untuk putra 70kg, untuk putri 65kg. Ahmad sudah mencukupi semua syarat yang ada.
Dia pun bersiap-siap pada hari seleksi, seleksi tersebut akan dilaksanakan di stadion benteng
tangerang. Setelah sampai di stadion benteng, ahmad pun segera ke meja daftar ulang.
Setelah daftar ulang Ahmad pun menunggu di tengah lapangan. Setelah seluruh peserta sudah
datang apel pembukaan pun di mulai.
Apel pun selesai, kini seluruh peserta di bagi menjadi 4 kelompok. Ahmad termasuk
pada kelompok 4 atau kelompok terakhir. Tes pertama yang dilakukan oleh seluruh peserta
adalah tes fisik yaitu lari keliling lapangan selama 12 menit, lari membentuk angka 8 selama
12 menit, push up selama 1 menit, sit up selama 1 menit. Seraya menunggu giliran untuk
memulai tes, Ahmad pun ingin berkenalan kepada seluruh peserta yang ada.
“Halo, nama saya ahmad, saya dari SMAN 7 Tangerang. Nama kamu siapa?”/
“Halo, nama saya andri, saya dari SMK 6 Tangerang. Senang berkenalan dengan anda.”
“Saya harap kita dapat lolos ke tingkat provinsi ya.”
“Saya harap juga begitu.”
Setelah berbincang cukup lama dengan andri, akhirnya kelompok mereka mulai
melakukan tes. Ahmad berhasil mendapatkan 4 putaran sedangkan Andri mendapatkan 6
putaran, untuk tes lari angka 8 Ahmad mendapatkan 4 putaran sedangkan Andri mendapatkan
7 putaran, untuk pushup Ahmad mendapatkan 30 kali pushup dalam semenit sedangkan
Andri mendapatkan 40 pushup dalam semenit, begitu pula dengan situp.
Setelah tes selesai, pada sore harinya panitia tes mengumumkan hasil tes tersebut.
Panitia membagi peserta menjadi 2 yaitu yang lolos dan yang tidak lolos. Setelah di
umumkan ternyata Ahmad tidak lolos ke tingkat provinsi dan nasional, sedangkan Andri
lolos ke tingkat provinsi dan nasional. Ahmad tidak bersedih hati karena dia masih
berkesempatan untuk menjadi paskibraka tingkat kota Tangerang.
1 bulan pun berlalu, walaupun Ahmad tidak terpilih mencadi calon paskibra tingkat
provinsi dan nasional, dia tetap akan mengikuti seleksi calon paskibra tingkat kota tangerang.
Pada akhir bulan mei Ahmad mengikudi DIKLAT (Pendidikan dan Latihan) dan seleksi
paskibraka tingkat kta tangerang, yang bertempat di SMK 4 Tangerang. Sehari sebelumnya
Ahmad berkemas untuk barang barang yang akan ia bawa untuk diklat nanti.
Pada saat diklat Ahmad sedang kurang enak badan, tetapi dia akan berusaha keras
agar mendapatkan posisi di paskibraka kota tangerang. Diklat di lakukan selama 3 hari 2
malam. Pada hari kedua di lakukan pantaukhir (pantauan akhir). Ahmad pun terpilih menjad
salah satu calon paskibraka kota tangerang.
Pada akhir juni dimulai lah latihan Ahmad dan 61 temannya untuk menjadi seorang
paskibraka. Tetapi Calon Paskibraka tingkat kota hanya membutuhkan 50 orang saja, dan di
tingkat provinsi membutuhkan 9 orang. Agar menjadi 50 orang dari 52, ada seleksi lagi,
tetapi para calon tidak tahu siapa yang akan di pulangkan. Ahmad merasa khawatir akan
dirinya, dia merasa takut. Saat sore hari di umumkan lah siapa yang harus pulang, Ahmad
pun senang karena dia tidak di pulangkan, tetapi dia merasa sedih karena telah kehilangan
teman yang selama 5 hari ini sudah berlatih bersama.
“Kasihan sekali si Tiwi, dia sudah berlatih keras seperti kita, tetapi dia malah yang di
pulangkan” ujar Ahmad
“Iya kasihan sekali dia, kasihan juga si Tyo, dia juga di pulangkan” saut Imam
Setelah satu bulan latihan bersama yang tingkat provinsi , akhirnya yang tingkat
provinsi berangkat ke banten untuk menjalankan latihan bersama dengan calon paskibraka
tingkat provinsi dari kota kota lain di banten.
“Selamat berjuang kawan di banten, kami disini mendoakan kalian agar sehat selalu dan saat
hari H tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.” Ujar Ahmad
“Terima kasih Ahmad, kami juga akan mendoakan kalian di kota agar saat hari H tidak
terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.” Saut Andri yang telah melakukan seleksi tingkat
provinsi bersama Ahmad.
Tidak terasa sudah tanggal 15 agustus, pengukuhan sudah dimulai. Ada satu teman
Ahmad yang orang tuanya tidak datang ke acara ini. Temannya bernama Ayu.
“Ayu, kenapa kamu menangis?” tanya Ahmad
“Orangtuaku tidak hadir pada acara pengukuhan” jawab ayu
“yang sabar Ayu, semoga mereka datang saat pengibaran” saut Ahmad
Pada malam pelipatan Ahmad merasa tenggorokannya sakit, dia takut suara dia akan
habis saat pengibaran. Dia lalu meminta obat, “ka, saya boleh minta obat batuk?”, “untuk
apa?” tanya kak richo. “tenggorokan saya terasa sakit kak”,”kamu kan sebagai komandan
pasukan 17, nanti kalo kamu minum obat suara kamu akan habis” jawab kak richo.”yasudah,
aku tidak akan meminum obat, aku usahakan besok untuk tampil sempurna”,”iya kakak
doakan agar besok angkatan kamu menjalanakan tugas dengan benar dan tidak ada hal yang
tidak kita inginkan”
Saat esok harinya pukul 9 pagi upacara pun dimulai. Ahmad merasa gugup karena
takut suaranya habis. Upacara pun selesai, ternyata suara Ahmad tidak hilang.
Janganlah kita merasa pesimis untuk segala sesuatu. Kita harus menjadi optimis untuk
mendapatkan hal tersebut
Diposkan oleh Duo Dhil di 14.28 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Sabtu, 02 Februari 2013
TARI JAIPONG
Tari jaipong atau Jaipongan adalah sebuah kesenian dari sunda berupa seni tari dengan
diiringi musik Degung, yang dulunya bernama ketuk tilu dan bermula diciptakan seniman
berbakat yang bernama gugum gumilar. yang menjadi ciri utama Jaipongan adalah gaya
kaleran,alami dan apa adanya, ceria, erotis, humoris, bersemangat, berspontanitas, dan
kesederhanaan. Tari Raden Bojong,Tari Daun dan Pulus Keser Bojong adalah karya tari
jaipong Gugum Gumbira yang pertamakalinya.
Gerakan-gerakan pada TARI JAIPONG sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat,
seni ketuk tilu, dan ronggeng sehingga terbentuk GERAKAN TARI YANG INDAH dan
enak untuk kita tonton
Dalam garak Tari Jaipong dapat dibedakan dari beberapa bagian diantaranya
1. Gerakan pembuka yang disebut juga Bukaan
2 . Bagian dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
3. pemberhentian atau titik disebut Ngala
4. Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut Mincit
Dalam perjalanannya kesenian Jaipongan terjadi pro kontra mengenai keerotisan dalam
pakaian dan gaya tariannya. namun meski demikian seni JAIPONGAN masih tetap eksis di
berbagai acara pentas nasional maupun Internasional
sumber : http://www.youtube.com/watch?v=VbKGMXFDNKA
Diposkan oleh Duo Dhil di 05.34 3 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: indonesia, jaipong, Jawa Barat, kebudayaan, kesenian, nusantara, sejarah, seni, tari
TARI MERAK
Tari Merak merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh Raden
TjetjepSomantri sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh dra. Irawati
Durban pada tahun 1965.
Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali koreografi tari merak dan mengajarkannya
secara langsung pada Romanita Santoso pada tahun 1993.
Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini
mengambarkan tingkah laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak betina.
Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik perhatian merak
betina dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang.
Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik yang
ada pada dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut pada ritual
pekawinan.
Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan dan
kegembiraan yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang
digambarkan dalam tari merak semakin jelas dengan penggunaan kostum yang digunakan
oleh sang penari.
Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang
berwarna – warni dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak jantan.
Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap burung merak
yang bisa dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan bergoyang – goyang ketika
penari menggerakan kepalanya.
Fungsi Tari Merak
Sedangkan untuk fungsi tari merak, tarian ini sering ditampilkan sebagai tarian persembahan
atau tarian penyambutan. Berikut adalah beberapa fungsi tari merak :
sebagai tarian persembahan untuk para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan
sebagai tarian penyambutan untuk rombongan pengantin pria ketika menuju
pelaminan
sebagai tarian penyambutan tamu agung dalam sebuah acara atau ritual
sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah internasional.
(nn)
sumber : http://www.youtube.com
Diposkan oleh Duo Dhil di 05.29 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: indonesia, Jawa, kebudayaan, kesenian, nusantara, sejarah, tari, tari Merak
TARI PIRING
Tari Piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian khas
ini sudah sangat terkenal di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan
sedikit mengulas Sejarah Asal Usul Tari Piring yang sangat terkenal tersebut sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa. Mari kita simak informasi
lengkapnya dibawah ini.
Tari Piring
Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat
kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan
dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring
sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan
sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan
sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara
keramaian.
Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi keluarga
berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di kawasan
Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan
dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan
jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit
diperuntukkan
untuk
persembahan
tarian
ini.
Tarian piring dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majelis
perkawinan atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun
begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana
dianggap ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu, kumpulan
tarian
disertai
hanya
gadis-gadis
sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan Melayu. Tari
Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih
ada bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah,
tepatnya abad ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami
perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia Sri
Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai
pada Tari Piring.
Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi dengan
penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini dibawakan oleh
beberapa perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan
lemah lembut.
Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis. Ketika
Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun dipersembahkan
kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau forum khusus dan istimewa
lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi oleh
kalangan elit tertentu.
Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan makna Tari Piring
diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus kepala negara atau pemimpin
kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang
pengantin adalah raja, yaitu “raja sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap
dipersembahkan dihadapan “raja sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam
acara
walimatul
‘arsy.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu
jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut
dengan Tari Piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para
dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau Tari
Piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian
yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam acara
keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi
dipercaya bahwa Tari Piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang
lalu. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada
zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri
Wijaya, telah mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain
bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
sumber : http://www.youtube.com
Diposkan oleh Duo Dhil di 05.22 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: asia, indonesia, kebudayaan, kesenian, nusantara, sejarah, seni, sumatera barat, tari,
tari piring
Kamis, 31 Januari 2013
TARI PENDET
Tari Pendet termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara
keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada tahun 1970-an yang bercerita tentang
turunnya Dewi-Dewi kahyangan ke bumi. Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali namun berbeda dengan
tarian upacara lain yang biasanya memerlukan para penari khusus dan terlatih, siapapun bisa menarikan tari Pendet,
baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam, pemangku pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. Pada
dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari perempuan senior yang ada di depan
mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif.
Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura, yang menggambarkan
penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam marcapada,merupakan pernyataan persembahan dalam bentuk
tarian upacara. Lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet menjadi tari
“Ucapan Selamat Datang”, dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di
Hawaii. Kendati demikian bukan berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap mengandung anasir
sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental. Dan tari pendet disepakati lahir pada
tahun 1950.
sumber : http://www.youtube.com
Diposkan oleh Duo Dhil di 19.58 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: asia, bali, indonesia, kebudayaan, kesenian, nusantara, tari, tari pendet
TARI SAMAN
Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok
Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman
ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat
bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah
digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis.
Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari.
Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi
mengenai tarian unik ini.
Sejarah
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh
seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi
Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun,
kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta
diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah
satu
media
dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat
merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau
panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai
tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau
upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat
keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaanperayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada
juga
yang
menggunakan
panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh.
Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang
kompak
dan
harmonis.
Makna
dan
Fungsi
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat
untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna
kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi
petuah-petuah
dan
dakwah.
Berikut
contoh
sepenggal
syair
dalam
tari
S
aman:
Reno
tewa
ni
beras
padi,
manuk
kedidi
mulu
menjadi
rempulis
bunge.
Artinya:
Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung
kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.
Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi
sebagai
media
hiburan
pada
pesta-pesta,
hajatan,
dan
acara-acara
lain.
Nyanyian
Pada
tari
Saman,
terdapat
5
macam
nyanyian
:
1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan
sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir
langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain
berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuhtumbuhan.
2.
Dering,
yaitu
rengum
yang
segera
diikuti
oleh
semua
penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada
bagian
tengah
tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking,
biasanya
sebagai
tanda
perubahan
gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari
solo.
Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman:
Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman
mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai
dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian,
tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan
pesan-pesan
dakwah
melalui
pertunjukan-pertunjukan.
Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak
tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring
(semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil
bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari
Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.
Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya
harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum
perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian
8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era
modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh
penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan
menyanyikan
syair-syair
tari
Saman.
Kostum
atau
busana
khusus
saman
terbagi
dari
tiga
bagian
yaitu:
· Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam
dengan
benang
seperti
baju,
sunting
kepies.
· Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau
dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek)
celana
dan
kain
sarung.
· Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna,
menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas
para pemakainya. Warna-warna tersebut
«
»
TARIAN TRADISIONAL ACEH
Tari Tarek Pukat
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional yang
menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di Aceh, meskipun jauh
dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung
dengan Negara lain.
Aceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki kultur dan seninya yang
khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang menjadi nilai wisata di
aceh. Tarian di aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata, sebab disini tersedia
SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada.
Selain itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar
dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.
Dari berbagai budaya yang ada di Aceh, seni tari merupakan salah satu budaya yang sangat
populer dari wilayah ini yang mampu mewakili eksisteni seni di nusantara, tidak hanya itu,
seni tari dari aceh sering kali dipertunjukkan di berbagai wilayah mancanegara. Seni budaya
dimiliki ini menjadi paket-paket yang sangat menarik karena memperlihatkan ke khasannya
tersendiri, proses pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan kedepan
yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian
masyarakat aceh yang islami dan tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas
dalam berbagai tarian, baik sedati saman, debus, ranup lampuan dan taraian tradisional
lainnya. Adapun Seni Tari dari Aceh antara lain sebagai berikut :
Tari Laweut
Tari Laweut (http://atjeh-u.blogspot.com)
Laweut berasal dari kata Seulawet, sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di
persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari ini di
pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan
pembangunan.
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari Likok Pulo adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari Aceh, Indonesia. “Likok”
berarti gerak tari, sementara “Pulo” berarti pulau. Pulo di sini merujuk pada sebuah pulau
kecil di ujung utara Pulau Sumatera yang juga disebut Pulau Breuh, atau Pulau Beras.
Tarian ini lahir sekitar tahun 1849, diciptakan oleh seorang ulama tua berasal dari Arab yang
hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh. Tari ini diadakan sesudah menanam padi atau
sesudah panen padi, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian
dipertandingkan dapat berjalan semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi
duduk bersimpuh, berbanjar, atau bahu membahu.
Tari Pho
Tari Pho (http://indovasi.or.id)
Tari Pho adalah tari yang berasal dari Aceh. Perkataan Pho berasal dari kata peubae, peubae
artinya meratoh atau meratap. Pho adalah panggilan atau sebutan penghormatan dari rakyat
hamba kepada Yang Mahakuasa yaitu Po Teu Allah. Bila raja yang sudah almarhum disebut
Po Teumeureuhom.
Tarian ini dibawakan oleh para wanita, dahulu biasanya dilakukan pada kematian orang besar
dan raja-raja, yang didasarkan atas permohonan kepada Yang Mahakuasa, mengeluarkan isi
hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap melahirkan kesedihan-kesedihan
yang diiringi ratap tangis. Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi ditonjolkan
pada waktu kematian, dan telah menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada
upacara-upacara adat.
Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut
tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada
acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh
tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee.
Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub)
yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari
Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
Tari Rapa’i Geleng
Tari Rapa’i Geleng (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian.
Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam
lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang
disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap
mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu,
mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para
penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat
dinikmati dan menyenangkan.
Tari Ratéb Meuseukat
Tari Ratéb Meuseukat (http://www.pinterest.com)
Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib artinya ibadat dan
meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.
Tari Ratéb Meuseukat (http://visitbandaatjeh.blogspot.com)
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh
Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk
wanita mengambil posisi dengan cara duduk atau berlutut dalam satu barisan dan membuat
gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai
dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan cepat.
Tari Ratoh Duek
Tari Ratoh Duek (http://www.tanohaceh.com)
Tari Ratoh Duek adalah sebuah tarian masyarakat Aceh yang tengah berkembang pesat di
Jakarta. Umumnya, masyarakat Jakarta mengenal dan menyebutnya dengan nama Tari
Saman. Hampir tidak ada perbedaan antara kedua jenis tari ini, tari Ratoh Duek dilakukan
oleh penari perempuan, sedangkan tari Saman dilakukan oleh penari laki-laki.
Tari Seudati
Tari Seudati (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Seudati adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian
yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan
hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti
delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu Syekh
dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau putih, baju kaos
putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai tangkulok.
Tari Tarek Pukat
Tari Tarek Pukat (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat
jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat
dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da
riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Saman
Tari Saman (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh Saman,
beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh dengan
iringan gerakan-gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana menjadi
gembira, gerakan tepukan dada, tepukan diatas lutut, mengangkat tangan secara bergantian
dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
Tari Bines
Tari Bines (http://www.tribunnews.com)
Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Gayo Lues. Tarian ini
muncul dan berkembang di Aceh Tengah namun kemudian dibawa ke Aceh Timur. Menurut
sejarah tarian ini diperkenalkan oleh seorang ulama bernama Syech Saman dalam rangka
berdakwah.Tari ini ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar sambil
menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari
melakukan gerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya
berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari Tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik dari
tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari desa undangan dengan
menaruhnya diatas kepala perempuan yang menari.
Tari Didong
Tari Didong (http://visitacehdarussalam.blogspot.com)
Didong adalah sebuah kesenian rakyat Gayo yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra.
Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Salah seorang seniman yang peduli pada
kesenian ini adalah Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat
Takengon dan Bener Meriah.
Ada yang berpendapat bahwa kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau
“donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersamasama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari
kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah.
Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang
disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4–5 orang
ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang
komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan
mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum
tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya
adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuanperempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok
didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini
biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang Céh. Peralatan yang dipergunakan pada
mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun,
dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat
musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu
menggerakkan badan ke depan atau ke samping.
Tari Guel
Tari Guel (http://uranggayo.wordpress.com)
Tari guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti membunyikan.
Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para
peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan
gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.
Tari Guel (http://www.tribunnews.com)
Tari guel dibagi dalam empat babakan baku. Terdiri dari babak Mu natap, Babak II Dep,
Babak III Ketibung, Babak IV Cincang Nangka. Ragam Gerak atau gerak dasar adalah Salam
Semah (Munatap), Kepur Nunguk, Sining Lintah, Semer Kaleng (Sengker Kalang), DahPapan.
Sementara jumlah para penari dalam perkembangannya terdiri dari kelompok pria dan wanita
berkisar antara 8-10 ( Wanita), 2-4 ( Pria). Penari Pria dalam setiap penampilan selalu tampil
sebagai simbol dan primadona, melambangkan aman manyak atau lintoe Baroe dan Guru
Didong. Jumlah penabuh biasanya minimal 4 orang yang menabuh canang, gong, gegedem,
dan memong.
Tari Ula-Ula Lembing
Tari Ula-Ula Lembing (http://visitacehdarussalam.blogspot.com)
Tari Ula-ula Lembing merupakan tarian daerah Aceh Tamiang. Tarian Ula-ula Lembing
ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke sekeliling panggung bagai ular. Tarian ini
harus dibawakan dengan penjiwaan yang lincah dan ceria. Tari Ula-ula Lembing adalah salah
satu tarian daerah dari Kabupaten Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan dengan melingkar
menyerupai ular, dengan gerakan yang lincah dan dinamis.
Tari Cangklak
Tari Cangklak (http://budayaindonesiasatu.blogspot.com)
Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik gemulai, energik dan sedikit genit
dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta
pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan indetik dengan perempuan seperti payung,
kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian yang laku di aceh dengan tarian khas melayu
dari daerah timur aceh.
Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di
hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan
ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan
persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi menakala
bersamaan dipaparkan menjadi satu manfaat bagi kehidupan.
Rapai Daboh
Rapai Daboh (http://ayomenari.com)
Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh
terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai),
dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang
menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus
menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya
menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab
tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan
bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa;
jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang
memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh
pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang
pastilah senjata akan makan tubuh mereka.
Semoga Bermanfaat.
Sumber Artikel : http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2014/09/tarian-tradisionalnanggroe-aceh.html
04 Jun This entry was written by muhammad.abdikaramallah, posted on June 4, 2015 at 4:38
pm, filed under Uncategorized. Bookmark the permalink. Follow any comments here with the
RSS feed for this post. Post a comment or leave a trackback: Trackback URL. View EXIF
Data
Browse
Older: KESENIAN SENI RUPA DI ACEH
Unsur Islam dalam seni rupa Seni rupa juga berkembang di Aceh, akan tetapi
perkembangannya sekarang tidak menonjol sebagaimana keadaan pada masa lampau, seni
rupa yang berkembang …
Newer: ALAT MUSIK TRADISIONAL ACEH
Aceh merupakan provinsi yang terletak paling barat dari Negara Indonesia. Kota yang
dijuluki juga dengan Serambi Mekah karena merupakan jalur masuk dan menyebarnya agama
Islam …
Post a Comment
Your email is never published nor shared. Required fields are marked *
Name *
Email *
Website
Comment
You may use these HTML tags and attributes:
All content is © 2016 by KESENIAN BUDAYA ACEH. All rights reserved.
WordPress | Sandbox | Autofocus
Macam-macam Tari Aceh
Written By ahmad fazil on Jumat, 21 Juni 2013 | 16.21
Tari Ula-ula Lembing
Tari Ula-ula Lembing merupakan tarian daerah Aceh
Tamiang. Tarian Ula-ula Lembing ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke
sekeliling panggung bagai ular. Tarian ini harus dibawakan dengan penjiwaan yang
lincah dan ceria. Tari Ula-ula Lembing adalah salah satu tarian daerah dari Kabupaten
Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan dengan melingkar menyerupai ular, dengan gerakan
yang
lincah
dan
dinamis.
Tari Mesekat
Mesekat salah satu tarian dari suku Alas di Aceh
Tenggara, merupakan tarian yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang dewasa
secara berkelompok dengan posisi berbaris, seperti halnya orang shalat saat membaca
tahayatul akhir. Dalam tarian biasanya yang dipilih menjadi imam adalah kadi atau she
yang nantinya menjadi panutan dalam gerak dan syair yang dibacakan secara serentak
dan serasi dan dilaksanakan dengan irama shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan suatu karya seni yang sifatnya klasik tradisional, cara
membawakannya harus dengan menghafal dari berbagai ragam atau dengan cara
berurutan. Dalam permainanya peserta memakai baju adat dengan jumlah pemain
minimal 18 orang. Dalam syairnya dapat diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat
atau pemerintah desa, camat, bupati tentang hal-hal pembangunan.
Tari Guel
Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di NAD. Guel
berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah
panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya
sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu
sendiri. Dalam perkembangannya, tari Guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari
tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap
wujud alam, lingkungan kemudiandirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan
hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara
seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai
dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu
punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi
objek peneilitian sejumlah survesor dalam dan luar negeri.
Pemda Daerah Istimewa Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim dibawah
koordinasi Depdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan), dan tersebutlah nama Drs.
Asli Kesuma, Mursalan Ardy, Drs. Abdurrahman Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun
melakukan survey yang kemudian dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman,
budayawan untuk menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari guel.
Sebagian hasil penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang
dokumen/literatur tarian ini sedikit bisa didapatkan.
Didong
Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan
nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra.
Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali
oleh Abdul Kadir To’et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan
Bener Meriah.
Tari Bines
Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari
kabupaten Gayo Lues. Tari Bines merupakan bentuk tarian yang dimainkan oleh 12-14
orang perempuan dengan gerakan mengayunkan tangan dan diikuti irama gerakan
badan serta alunan lagu-lagu Gayo yang di bawakan oleh salah satu penari. Mereka
menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari
melakukangerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan
akhirnya berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik
dari tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari desa
undangan
dengan
menaruhnya
diatas
kepala
perempuan
yang
menari.
Tari Tarek Pukat
Kesenian Tari Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para
nelayan yang menangkap ikan dilaut, berasal dari daerah Kabupaten Aceh Besar Provinsi
Aceh, Tarek yang berarti “Tarik” dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan
untuk
menangkap
ikan.
Tari Ratoh Duek
Tari Ratoh Duek adalah sebuah tarian masyarakat
Aceh yang tengah berkembang pesat di Jakarta. Umumnya, masyarakat Jakarta
mengenal dan menyebutnya dengan nama Tari Saman. Hampir tidak ada perbedaan
antara kedua jenis tari ini, tari Ratoh Duek dilakukan oleh penari perempuan, sedangkan
tari
Saman
dilakukan
oleh
penari
laki-laki.
Tari Tradisional Aceh
by ade muhlis , at Selasa, Februari 18, 2014 , has 3 komentar
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional yang
menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di aceh, meskipun jauh
dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung
dengan Negara lain.
Aaceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki kultur dan seninya
yang khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang menjadi nilai wisata
di aceh. Tarian di aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata, sebab disini tersedia
SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada.
Selain itu juga didukung oleh pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar
dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.
Dari berbagai budaya yang ada di aceh, seni tari merupakan salah satu budaya yang sangat
populer dari wilayah ini yang mampu mewakili eksisteni seni di nusantara, tidak hanya itu,
seni tari dari aceh sering kali dipertunjukkan di berbagai wilayah mancanegara. Seni budaya
dimiliki ini menjadi paket-paket yang sangat menarik karena memperlihatkan ke khasannya
tersendiri, proses pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan kedepan
yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian
masyarakat aceh yang islami dan tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas
dalam berbagai tarian, baik sedati saman, debus, ranup lampuan dan taraian tradisional
lainnya.
Adapaun Seni Tari dari Aceh antara lain sebagai berikut :
Tari
Saman
Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh
Saman ,beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh
dengan iringan gerakan –gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana
menjadi gembira, gerakan tepukan dada,tepukan diatas lutut, mengangkat tangan secara
bergantian dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.
Tari Laweut
Laweut berasal dari kata Seulawet , sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di
persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari ini di
pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan
pembangunan.
Tari Tarek Pukat
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat
jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat
dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da
riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.
Tari Cangklak
Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik
gemulai, energik dan sedikit genit dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam
mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan
indetik dengan perempuan seperti payung, kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian
yang laku di aceh dengan tarian khas melayu dari daerah timur aceh.
Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di
hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan
ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan
persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi menakala
bersamaan d paparkan menjadi satu manfaat bagi kehidupan.
Rapai Daboh
Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh
terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai),
dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang
menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus
menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya
menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab
tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan
bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa;
jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang
memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh
pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang
pastilah senjata akan makan tubuh mereka.
Tari Seudati
Seudati adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian
yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan
hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti
delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu Syekh
dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau putih, baju kaos
putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai tangkulok.
Tari Rapai Geleng
Rapai adalah jenis tamborin
yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian. Permainan Rapai telah
dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang
indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”.
Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai
(tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai
gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan
tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan
menyenangkan.
Tari Meuseukat
Tarian Meuseukat adalah tarian yang
sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10
atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara
duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala.
Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan
gerakan cepat.
Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut
tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada
acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh
tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee.
Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub)
yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari
Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam
Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun
l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan
Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan
masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah
gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota
Banda Aceh. Maka tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai
media pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama
pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria
sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu
dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari sehelai tikar daun
lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai hiburan rakyat sambil
berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang
subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala
dan tangan yang diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke
kiri dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi
dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.
Itulah beberapa Seni Tari Tradisional dari Daerah Aceh, dan masih banyak tari
tradisional aceh lainnya yang belum admin sampaikan, semoga tarian tradisional yang ada
saat ini tidak lerlupakn, tetap lestari di bumi pertiwi ini.
MACAM-MACAM TARI NUSANTARA
Kamis, 30 Oktober 2014
PERJALANAN SEORANG PASKIBRAKA
PERJALANAN SEORANG PASKIBRAKA
Pengibaran bendera Merah Putih bisa saja gagal. Pasukan 17 akan kacau dan pasukan
8 akan berantakan karena tidak ada yang mengatur tempo berjalan. Bukan karena latihannya
tidak pernah serius. Bukan juga akibat kekurangan orang untuk mengisi pasukan. Inilah
celakanya bila Ahmad kehabisan suara, sebab dia menjadi komandan pasukan 17.
Beberapa bulan yang lalu Ahmad, siswa kelas 10 SMAN 7 Tangerang yang mengikuti
eskul paskibra di sekolah itu. Pada bulan april diadakan seleksi untuk menjadi paskibraka
tingkat provinsi dan nasional. Ahmad pun mengikuti seleksi tersebut. Persyaratan seleksi
tersebut adalah tinggi badan untuk putra minimal 170cm, untuk putri minimal 165cm, berat
badan untuk putra 70kg, untuk putri 65kg. Ahmad sudah mencukupi semua syarat yang ada.
Dia pun bersiap-siap pada hari seleksi, seleksi tersebut akan dilaksanakan di stadion benteng
tangerang. Setelah sampai di stadion benteng, ahmad pun segera ke meja daftar ulang.
Setelah daftar ulang Ahmad pun menunggu di tengah lapangan. Setelah seluruh peserta sudah
datang apel pembukaan pun di mulai.
Apel pun selesai, kini seluruh peserta di bagi menjadi 4 kelompok. Ahmad termasuk
pada kelompok 4 atau kelompok terakhir. Tes pertama yang dilakukan oleh seluruh peserta
adalah tes fisik yaitu lari keliling lapangan selama 12 menit, lari membentuk angka 8 selama
12 menit, push up selama 1 menit, sit up selama 1 menit. Seraya menunggu giliran untuk
memulai tes, Ahmad pun ingin berkenalan kepada seluruh peserta yang ada.
“Halo, nama saya ahmad, saya dari SMAN 7 Tangerang. Nama kamu siapa?”/
“Halo, nama saya andri, saya dari SMK 6 Tangerang. Senang berkenalan dengan anda.”
“Saya harap kita dapat lolos ke tingkat provinsi ya.”
“Saya harap juga begitu.”
Setelah berbincang cukup lama dengan andri, akhirnya kelompok mereka mulai
melakukan tes. Ahmad berhasil mendapatkan 4 putaran sedangkan Andri mendapatkan 6
putaran, untuk tes lari angka 8 Ahmad mendapatkan 4 putaran sedangkan Andri mendapatkan
7 putaran, untuk pushup Ahmad mendapatkan 30 kali pushup dalam semenit sedangkan
Andri mendapatkan 40 pushup dalam semenit, begitu pula dengan situp.
Setelah tes selesai, pada sore harinya panitia tes mengumumkan hasil tes tersebut.
Panitia membagi peserta menjadi 2 yaitu yang lolos dan yang tidak lolos. Setelah di
umumkan ternyata Ahmad tidak lolos ke tingkat provinsi dan nasional, sedangkan Andri
lolos ke tingkat provinsi dan nasional. Ahmad tidak bersedih hati karena dia masih
berkesempatan untuk menjadi paskibraka tingkat kota Tangerang.
1 bulan pun berlalu, walaupun Ahmad tidak terpilih mencadi calon paskibra tingkat
provinsi dan nasional, dia tetap akan mengikuti seleksi calon paskibra tingkat kota tangerang.
Pada akhir bulan mei Ahmad mengikudi DIKLAT (Pendidikan dan Latihan) dan seleksi
paskibraka tingkat kta tangerang, yang bertempat di SMK 4 Tangerang. Sehari sebelumnya
Ahmad berkemas untuk barang barang yang akan ia bawa untuk diklat nanti.
Pada saat diklat Ahmad sedang kurang enak badan, tetapi dia akan berusaha keras
agar mendapatkan posisi di paskibraka kota tangerang. Diklat di lakukan selama 3 hari 2
malam. Pada hari kedua di lakukan pantaukhir (pantauan akhir). Ahmad pun terpilih menjad
salah satu calon paskibraka kota tangerang.
Pada akhir juni dimulai lah latihan Ahmad dan 61 temannya untuk menjadi seorang
paskibraka. Tetapi Calon Paskibraka tingkat kota hanya membutuhkan 50 orang saja, dan di
tingkat provinsi membutuhkan 9 orang. Agar menjadi 50 orang dari 52, ada seleksi lagi,
tetapi para calon tidak tahu siapa yang akan di pulangkan. Ahmad merasa khawatir akan
dirinya, dia merasa takut. Saat sore hari di umumkan lah siapa yang harus pulang, Ahmad
pun senang karena dia tidak di pulangkan, tetapi dia merasa sedih karena telah kehilangan
teman yang selama 5 hari ini sudah berlatih bersama.
“Kasihan sekali si Tiwi, dia sudah berlatih keras seperti kita, tetapi dia malah yang di
pulangkan” ujar Ahmad
“Iya kasihan sekali dia, kasihan juga si Tyo, dia juga di pulangkan” saut Imam
Setelah satu bulan latihan bersama yang tingkat provinsi , akhirnya yang tingkat
provinsi berangkat ke banten untuk menjalankan latihan bersama dengan calon paskibraka
tingkat provinsi dari kota kota lain di banten.
“Selamat berjuang kawan di banten, kami disini mendoakan kalian agar sehat selalu dan saat
hari H tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.” Ujar Ahmad
“Terima kasih Ahmad, kami juga akan mendoakan kalian di kota agar saat hari H tidak
terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.” Saut Andri yang telah melakukan seleksi tingkat
provinsi bersama Ahmad.
Tidak terasa sudah tanggal 15 agustus, pengukuhan sudah dimulai. Ada satu teman
Ahmad yang orang tuanya tidak datang ke acara ini. Temannya bernama Ayu.
“Ayu, kenapa kamu menangis?” tanya Ahmad
“Orangtuaku tidak hadir pada acara pengukuhan” jawab ayu
“yang sabar Ayu, semoga mereka datang saat pengibaran” saut Ahmad
Pada malam pelipatan Ahmad merasa tenggorokannya sakit, dia takut suara dia akan
habis saat pengibaran. Dia lalu meminta obat, “ka, saya boleh minta obat batuk?”, “untuk
apa?” tanya kak richo. “tenggorokan saya terasa sakit kak”,”kamu kan sebagai komandan
pasukan 17, nanti kalo kamu minum obat suara kamu akan habis” jawab kak richo.”yasudah,
aku tidak akan meminum obat, aku usahakan besok untuk tampil sempurna”,”iya kakak
doakan agar besok angkatan kamu menjalanakan tugas dengan benar dan tidak ada hal yang
tidak kita inginkan”
Saat esok harinya pukul 9 pagi upacara pun dimulai. Ahmad merasa gugup karena
takut suaranya habis. Upacara pun selesai, ternyata suara Ahmad tidak hilang.
Janganlah kita merasa pesimis untuk segala sesuatu. Kita harus menjadi optimis untuk
mendapatkan hal tersebut
Diposkan oleh Duo Dhil di 14.28 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Sabtu, 02 Februari 2013
TARI JAIPONG
Tari jaipong atau Jaipongan adalah sebuah kesenian dari sunda berupa seni tari dengan
diiringi musik Degung, yang dulunya bernama ketuk tilu dan bermula diciptakan seniman
berbakat yang bernama gugum gumilar. yang menjadi ciri utama Jaipongan adalah gaya
kaleran,alami dan apa adanya, ceria, erotis, humoris, bersemangat, berspontanitas, dan
kesederhanaan. Tari Raden Bojong,Tari Daun dan Pulus Keser Bojong adalah karya tari
jaipong Gugum Gumbira yang pertamakalinya.
Gerakan-gerakan pada TARI JAIPONG sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat,
seni ketuk tilu, dan ronggeng sehingga terbentuk GERAKAN TARI YANG INDAH dan
enak untuk kita tonton
Dalam garak Tari Jaipong dapat dibedakan dari beberapa bagian diantaranya
1. Gerakan pembuka yang disebut juga Bukaan
2 . Bagian dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
3. pemberhentian atau titik disebut Ngala
4. Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut Mincit
Dalam perjalanannya kesenian Jaipongan terjadi pro kontra mengenai keerotisan dalam
pakaian dan gaya tariannya. namun meski demikian seni JAIPONGAN masih tetap eksis di
berbagai acara pentas nasional maupun Internasional
sumber : http://www.youtube.com/watch?v=VbKGMXFDNKA
Diposkan oleh Duo Dhil di 05.34 3 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Label: indonesia, jaipong, Jawa Barat, kebudayaan, kesenian, nusantara, sejarah, seni, tari
TARI MERAK
Tari Merak merupakan salah satu tarian daerah kreasi baru yang dikreasikan oleh Raden
TjetjepSomantri sekitar tahun 1950-an, yang kemudian direvisi kembali oleh dra. Irawati
Durban pada tahun 1965.
Pada tahun 1985 dra. Irawatai merevisi kembali koreografi tari merak dan mengajarkannya
secara langsung pada Romanita Santoso pada tahun 1993.
Walaupun tarian ini dibawakan oleh penari wanita, namun sebenarnya tarian ini
mengambarkan tingkah laku merak jantan dalam menebatkan pesonanya kepad merak betina.
Dalam tarian ini digambarkan bagaimana usaha merak jantan untuk menarik perhatian merak
betina dengan memamerkan bulu ekornya yang indah dan panjang.
Dalam usahanya menarik merak betina, sang jantan akan menampilkan pesona terbaik yang
ada pada dirinya hingga mampu membuat sang betina terpesona dan berlanjut pada ritual
pekawinan.
Gerakan tari merak lebih didominasi oleh gerakan yang menggambarkan keceriaan dan
kegembiraan yang dipancarkan oleh sang merak jantan. Dan nilai keceriaan yang
digambarkan dalam tari merak semakin jelas dengan penggunaan kostum yang digunakan
oleh sang penari.
Dalam membawakan tarian merak, umumnya penari akan menggunakan kostum yang
berwarna – warni dengan aksesoris yang semakin mempertegas kesan burung merak jantan.
Dan yang tidak pernah ketinggalan dalam kostum tari merak adalah sayap burung merak
yang bisa dibentangkan dan hiasan kepala (mahkota) yang akan bergoyang – goyang ketika
penari menggerakan kepalanya.
Fungsi Tari Merak
Sedangkan untuk fungsi tari merak, tarian ini sering ditampilkan sebagai tarian persembahan
atau tarian penyambutan. Berikut adalah beberapa fungsi tari merak :
sebagai tarian persembahan untuk para tamu yang hadir dalam resepsi pernikahan
sebagai tarian penyambutan untuk rombongan pengantin pria ketika menuju
pelaminan
sebagai tarian penyambutan tamu agung dalam sebuah acara atau ritual
sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia dalam kancah internasional.
(nn)
sumber : http://www.youtube.com
Diposkan oleh Duo Dhil di 05.29 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Label: indonesia, Jawa, kebudayaan, kesenian, nusantara, sejarah, tari, tari Merak
TARI PIRING
Tari Piring merupakan tarian khas dari daerah Sumatera Barat, Minang Kabau. Tarian khas
ini sudah sangat terkenal di Indonesia. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan
sedikit mengulas Sejarah Asal Usul Tari Piring yang sangat terkenal tersebut sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap budaya bangsa. Mari kita simak informasi
lengkapnya dibawah ini.
Tari Piring
Pada mulanya, Tari Piring ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat
kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan
dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring
sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi Tari Piring tidak lagi digunakan
sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan
sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara
keramaian.
Di Malaysia , tarian piring dipersembahkan ketika majelis perkawinan terutama bagi keluarga
berada, bangsawan dan hartawan di sebuah kampung. Tarian ini biasa dilihat di kawasan
Seremban, Kuala Pilah dan Rembau oleh kumpulan tertentu. Ada yang dipersembahkan
dengan pakaian lengkap dan pakaian tarian tidak lengkap. Sedikit bayaran akan dikenakan
jika menjemput kumpulan tarian ini mempersembahkan tarian piring. 10 - 20 menit
diperuntukkan
untuk
persembahan
tarian
ini.
Tarian piring dan silat dipersembahkan di hadapan mempelai di luar rumah. Majelis
perkawinan atau sesuatu apa-apa majlis akan lebih meriah jika diadakan tarian piring. Namun
begitu, segelintir masyarakat tidak dapat menerima kehadiran kumpulan tarian kerana
dianggap ada percampuran lelaki dan perempuan. Bagi mengatasi masalah itu, kumpulan
tarian
disertai
hanya
gadis-gadis
sahaja.
Kira-kira 8 (delapan) abad yang lalu, Tari Piring telah ada di wilayah kehulauan Melayu. Tari
Piring identik dengan Sumatera Barat. Hingga masa kerajaan Sri Vilaya, eksistensinya masih
ada bahkan semakin mentradisi. Pada saat masa-masa kejayaan kerajaan Majapahitlah,
tepatnya abad ke-16, kerajaan Sri Vijaya dipaksa jatuh.
Namun demikian, Tari Piring tidak lantas ikut lenyap. Bahkan, Tari Piring mengalami
perkembangan ke wilayah-wilayah Melayu lain seiring hengkangnya pengagum setia Sri
Vijaya. Bergantinya pelaku peradaban memaksa adanya perubahan konsep, orientasi dan nilai
pada Tari Piring.
Pada awalnya Tari Piring diperuntukkan buat sesembahan para dewa, dibarengi dengan
penyediaan sesaji dalam bentuk makanan yang lezat-lezat. Tarian ini dibawakan oleh
beberapa perempuan yang dengan penampilan khusus, berbusana indah, sopan, tertib, dan
lemah lembut.
Dalam perjalanannya, orientasi atau tujuan sesembahan Tari Piring bergeser drastis. Ketika
Islam datang, orientasi penyajian tidak lagi tertuju pada para dewa, namun dipersembahkan
kepada para raja dan pejabat, khususnya saat ada pertemuan atau forum khusus dan istimewa
lainnya. Selain itu, Tari Piring juga semakin populer dan tidak hanya dikonsumsi oleh
kalangan elit tertentu.
Tidak cukup sampai disitu, perubahan orientasi terus dilakukan. Arti dan makna Tari Piring
diartikan secara agak luas. Dalam konteks ini, raja tidak harus kepala negara atau pemimpin
kekusaan politik pada rakyatnya, tapi bisa dianalogikan dengan sepasang pengantin. Sang
pengantin adalah raja, yaitu “raja sehari”. Karena itulah tradisi Tari Piring kerap
dipersembahkan dihadapan “raja sehari” (pengantin) saat bersanding dipelaminan dalam
acara
walimatul
‘arsy.
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, adalah salah satu
jenis Seni Tari yang berasal dari Sumatra Barat yaitu masyarakat Minangkabau disebut
dengan Tari Piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya dulu kala Tari Piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para
dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau Tari
Piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majlis-majlis keramaian
yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri, Tari Piring juga dipakai dalam acara
keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali Tari Piring ini belum diketahui pasti, tapi
dipercaya bahwa Tari Piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang
lalu. Tari Piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada
zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri
Wijaya, telah mendorong Tari Piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain
bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu.
sumber : http://www.youtube.com
Diposkan oleh Duo Dhil di 05.22 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Label: asia, indonesia, kebudayaan, kesenian, nusantara, sejarah, seni, sumatera barat, tari,
tari piring
Kamis, 31 Januari 2013
TARI PENDET
Tari Pendet termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara
keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada tahun 1970-an yang bercerita tentang
turunnya Dewi-Dewi kahyangan ke bumi. Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali namun berbeda dengan
tarian upacara lain yang biasanya memerlukan para penari khusus dan terlatih, siapapun bisa menarikan tari Pendet,
baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam, pemangku pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. Pada
dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari perempuan senior yang ada di depan
mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Tidak memerlukan pelatihan intensif.
Pada awalnya tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di Pura, yang menggambarkan
penyambutan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam marcapada,merupakan pernyataan persembahan dalam bentuk
tarian upacara. Lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tari Pendet menjadi tari
“Ucapan Selamat Datang”, dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti Aloha di
Hawaii. Kendati demikian bukan berarti tari Pendet jadi hilang kesakralannya. Tari Pendet tetap mengandung anasir
sakral-religius dengan menyertakan muatan-muatan keagamaan yang kental. Dan tari pendet disepakati lahir pada
tahun 1950.
sumber : http://www.youtube.com
Diposkan oleh Duo Dhil di 19.58 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Label: asia, bali, indonesia, kebudayaan, kesenian, nusantara, tari, tari pendet
TARI SAMAN
Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok
Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman
ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat
bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah
digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis.
Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari.
Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi
mengenai tarian unik ini.
Sejarah
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh
seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi
Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun,
kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta
diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah
satu
media
dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat
merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau
panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai
tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau
upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat
keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaanperayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada
juga
yang
menggunakan
panggung.
Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh.
Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang
kompak
dan
harmonis.
Makna
dan
Fungsi
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat
untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna
kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi
petuah-petuah
dan
dakwah.
Berikut
contoh
sepenggal
syair
dalam
tari
S
aman:
Reno
tewa
ni
beras
padi,
manuk
kedidi
mulu
menjadi
rempulis
bunge.
Artinya:
Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung
kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.
Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi
sebagai
media
hiburan
pada
pesta-pesta,
hajatan,
dan
acara-acara
lain.
Nyanyian
Pada
tari
Saman,
terdapat
5
macam
nyanyian
:
1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan
sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir
langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain
berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuhtumbuhan.
2.
Dering,
yaitu
rengum
yang
segera
diikuti
oleh
semua
penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada
bagian
tengah
tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi
melengking,
biasanya
sebagai
tanda
perubahan
gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari
solo.
Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman:
Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman
mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai
dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian,
tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan
pesan-pesan
dakwah
melalui
pertunjukan-pertunjukan.
Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak
tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring
(semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil
bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari
Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.
Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya
harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum
perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian
8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era
modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh
penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan
menyanyikan
syair-syair
tari
Saman.
Kostum
atau
busana
khusus
saman
terbagi
dari
tiga
bagian
yaitu:
· Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam
dengan
benang
seperti
baju,
sunting
kepies.
· Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau
dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek)
celana
dan
kain
sarung.
· Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna,
menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas
para pemakainya. Warna-warna tersebut