DAMPAK LEBELLING POSITIVE DALAM MENINGKA

DAMPAK LEBELLING POSITIVE DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
Mega Retno Wulandari
[email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dampak Labbeling Positive
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah.
Data dikumpulkan dengan teknik observasi, studi dokumen dan wawancara. Data
dianalisis menggunakan tiga langkah yaitu: reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Labbeling Positive dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata kunci: Labbeling Positive, Prestasi Belajar.
Usman (2005:14) juga berpendapat bahwa

PENDAHULUAN
Setiap

peserta


didik

disekolah

memiliki kemampuan yang berbeda-beda
di dalam proses belajarnya. Beberapa
siswa dengan mudah dalam memahami
materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Tetapi, terdapat juga siswa yang
lambat dalam memahami materi pelajaran
yang

disampaikan.

Oleh

karena

itu,


seorang guru dituntut untuk memiliki
metode yang sesuai agar siswa yang
lambat

tersebut

dapat

lebih

mudah

memahami materi yang di sampaikan.
Seorang guru harus mampu membimbing
peserta didiknya. Peran guru Sebagai agen
pembelajaran adalah sebagai fasilitator,
motivator,

pemacu,


perekaya

pembelajaran, dan inpirasi belajar bagi

sebagai agen pembelajaran, guru memiliki
peran sentral dan cukup strategis antara
lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa pembelajaran, dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik. Hal
tersebut

bertolak

belakang

dengan

kenyataan yg ada di dalam kelas. Respon
guru terhadap siswa yang lambat dalam
memahami


materi

yaitu

dengan

memberikan hukuman atau mengataingatai

siswa dengan kata-kata negatif.

Ahli psikologi berpendapat bahwa dengan
mengeluarkan kata-kata negatif terhadap
peserta didik akan membawa dampak yang
tidak baik terhadap mental atau psikologi
siswa tersebut.
Berdasarkan

Laporan


Praktek

peserta didik. Hal tersebut sudah tertuang

Kerja Lapangan Program Profesi Psikolog

secara jelas dalam UU No.14 Tahun 2005

(2004) di sebuah sekolah dasar di daerah

pasal 4. Sejalan dengan UU tersebut,

Yogyakarta, proses belajar mengajar di

lakukan dengan pendekatan diktatorial.
Guru

memerintah

dan


mengarahkan

Keberhasilan

dalam

proses

pembelajaran dapat dilihat dari prestasi

siswanya dalam proses belajar di dalam

siswa.

kelas. Ketika siswa mudah memahami dan

model Labbeling Positive tersebut dapat

mampu mengerjakan tugas yang diberikan


meningkatkan

guru maka siswa cenderung di hargai dan

Labbeling Positive yang dilakukan oleh

diperhatikan guru. Tetapi, jika seorang

guru diharapkan dapat memotivasi siswa

siswa tidak dapat mengerjakan tugas yang

dalam belajar. Berdasarkan paparan di

diberikan maka guru seringkali mengatai-

atas, maka akan dilakukan penelitian

ngatai siswa tersebut dengan kata-kata


mengenai

“bodoh”.

terhadap prestasi belajar siswa di sekolah

Permasalahan di atas harus segara
di atasi, agar tidak membawa dampak yang
cukup besar terhadap mental siswa. Guru
harus

mampu

membuang

bersikap

kebiasaan


dewasa

dan

mengatai-ngatai

swasta.

Diharapkan

dengan

prestasi

dampak

penerapan

belajar


labbelling

Tujuannya

untuk

siswa.

positive

mengetahui

bahwa labbeling positive dapat di gunakan
guru dalam meningkatkan prestasi siswa.
LANDASAN TEORI
1. Prestasi Belajar

siswa dengan kata-kata negatif. Kata-kata
negatif tersebut harus di ganti dengan kata-


Kegiatan belajar dikatakan

kata positif. Karena, hal tersebut jika terus

berhasil dapat dilihat dari prestasi.

di pupuk akan menanamkan image yang

Menurut

negatif dalam diri siswa. Selain itu, akan

prestasi belajar merupakan suatu

memposisikan siswa seakan-akan sedang

bukti

melakukan penyimpangan perilaku. Ada

dicapai

teori penyimpangan perilaku, yang biasa

memperoleh pengalaman belajar

disebut dengan teori labbeling. Teori

atau

labbeling merupakan teori yang mengarah

Sedangkan,

pada penyimpangan perilaku. Tetapi, jika

(2004:75) bahwa prestasi belajar

labbelling tersebut di arahkan menjadi

dapat dibuktikan dengan nilai atau

arah positif akan membawa dampak yang

angka nilai dari hasil evaluasi yang

baik dalam proses pembelajaran. Guru

dilakukan oleh guru terhadap tugas

dapat

siswa dan ulangan-ulangan datau

menggunakan

model

Labelling

Positive dalam proses pembelajaran.

Winkel,

keberhasilan

1991:160)

usaha

yang

oleh seseorang setelah

mempelajari
menurut

sesuatu.
Tu’u

ujian yang telah dilalui. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar

merupakan

kemampuan

maka

ia

pada

akhirnya

akan

dalam menguasai pengetahuan atau

menjadi anak yang nakal pula.

keterampilan

Teori Labbeling yang mengarah

dari

suatu

mata

pelajaran dan biasanya ditunjukkan

pada

berupa nilai yang diberikan guru.

individu ternyata juga dapat di

penyimpangan

arahkan

2. Labbeling Positive

Positive.
Labbeling merupakan teori
tentang

penyimpangan

menjadi
Hal

perilaku

Labbeling

tersebut

sejalan

dengan yang dilakukan Chornelis

perilaku

U. R. Palanggaringu dan Andreas

seseorang. Labbeling adalah cap

Aldyanto Nura dari SMAN 1

atau

seseorang

Waingapu yang telah membuktikan

maupun kelompok kepada individu

bahwa tidak selamanya Labbeling

berdasarkan tingkah laku yang

itu ke arah negatif. Banyak guru-

dianggap menyimpang. Seseorang

guru disana yang masih sering kali

yang diberi label atau cap akan

menggunakan kata-kata tak baik

mengalami

peranan

pada

berlaku

“Kamu bodoh”, “Kamu tidak bisa

atau cap yang

apa-apa”, “Begini saja tidak bisa”,

identitas

dari

perubahan

dan cenderung
seperti

label

diberikan

akan

muridnya.

Seperti

(Sujono,

dan lain-lain. Oleh karena itu,

1994). Menurut Hikmat (2008) jika

Chornelis melakukan perubahan

semakin sering dan makin banyak

dengan memberi labbeling positve

orang

kepada para siswanya saat proses

kepada

kepadanya

anak

yang

memberikan

individu

label

maupun

pembelajaran.

kelompok, secara individu atau

Berdasarkan, teori dan hasil

kelompok tersebut akan mengalami

penelitian di atas maka dapat di

perubahan dan menjelma menjadi

simpulkan bahwa tidak selamanya

label yang diberikan kepadanya.

labbeling itu mengarah kepada

Menurut

Peggy

Thoits

penyimpangan

seseorang,

tetapi

(Herlina, 2007), orang yang diberi

juga dapat di arahkan menjadi hal

label menyimpang (deviant) dan

yang

diperlakukan

sebagai

orang

tersebut di arahkan ke hal-hal

menyimpang,

akan

menjadi

positif maka akan berdampak pada

menyimpang.

Contohnya,

positif.

Ketika

labbeling

jika

kehidupan seseorang. Labbeling

seorang anak diberi label “nakal”,

positive dapat dilakukan ketika

proses

pembelajaran

di

kelas.

yang

kemudian

dipaparkan

secara

Sehingga, akan membawa dampak

diskripsi,

yang baik pula bagi siswa.

dikonversi ke dalam bentuk kualitatif. Data

METODELOGI PENELITIAN

dianalisis menggunakan 3 langkah yaitu:

Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan

sekolah.

Subjek

penelitian

meliputi seorang guru matematika dan

swasta.

Penelitian

tindakan

sekolah ini dilakukan dalam tiga siklus
yaitu siklus pertama, kedua, ketiga. Ketiga
siklus tersebut ditujukan untuk mengetahui
dampak dari Labbeling Positive terhadap
prestasi belajar siswa. Adapun tahapan
untuk melakukan siklus adalah sebagai
berikut: 1). Refleksi awal, pada tahapan ini
dilakukan identifikasi masalah berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi siswa
saat proses pembelajaran dikelas; 2).
Perencanaan

tindakan,

masalah

yang

ditemukan akan diatasi dengan melakukan
Labbeling

Positive

saat

proses

pembelajaran; 3). Pelaksanaan tindakan,
pada tahapan ini akan dilakukan tindakan
dengan melakukan Labbeling Positive saat
proses
refleksi,

pembelajaran;
dan

evaluasi,

4).

Observasi,
tahapan

ini

dilakukan untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya untuk kemudian diambil
kesimpulan

dari

penelitian

ini.

Data

data

kuantitatif

reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

siswa kelas 7. Penelitian ini dilakukan di
sekolah

sedangkan

Pada tahap refleksi awal peneliti
melakukan identifikasi masalah dengan
melakukan observasi di kelas saat proses
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
guru matematika. Tidak semua siswa di
kelas mudah dalam memahami pelajaran
matematika
Ketika

yang

seorang

disampaikan
siswa

guru.

tidak

bisa

mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru, terlontar kata-kata yang seharusnya
tidak

boleh

diucapan.

Guru

tersebut

berkata kepada siswa itu, “gitu saja gak
bisa,

bodoh”.

Kata-kata

tersebutnya

sehharusnya tidak layak dan tidak pantas
diucapakan karena akan berdampak pada
mental atau psikologi siswa dalam proses
belajaranya. Selain itu, siswa menjadi
takut bertanya saat proses pembelajran
berlangsung. Siswa cenderung pasif dan
tidak

berani

merespon

apa

yang

disampaikan guru, Oleh karena itu, peneliti
berupaya

untuk

membantu

agar

hal

tersebut tidak terjadi berulang-ulang.

dikumpulkan dengan teknik observasi
langsung pada saat guru mengajar di dalam
kelas, studi dokumentasi dan wawancara

Upaya

dalam

mengatasi

permasalahan tersebut dilakukan dengan

pemberian labbeling postive kepada siswa

harian untuk mengetahui apakah Labbeling

saat

Positive

proses

pembelajaran.

Sehingga,

dapat

berpengaruh

terhadap

diharapkan dapat meningkatkan prestasi

prestasi belajar matematika siswa. Adapun

belajar

pelajaran

rata-rata nilai matematika seluruh siswa di

matematika. Guru memiliki peranan yang

kelas tersebut, yaitu 8,3. Hal tersebut

sangat

menunjukkan bahwa

siswa

pada

penting

mata

didalam

proses

ada peningkatan

pembelajaran. Di harapkan guru dapat

terhadap prestasi belajar siswa. Ulangan

memberikan

harian yang dilakukan guru sebelum

dampak

positif

terhadap

prestasi belajar siswa.
Pada

diterapkan Labbeling Positive, rata-rata

tahapan

pelaksanaan,

labbeling positive mulai digunakan guru
saat proses pembelajaran berlangsung. Dan
ketika ada siswa yang sulit memahami
materi yang sedang di ajarkan guru
tersebut,

guru

tersebut

tidak

lagi

mengucapkan kata-kata negatif. Melainkan
guru tersebut, kembali mengulang materi
yang sedang di jelaskan dan sambil berkata
“ tidak apa-apa, mari kita bersama-sama
mengulangnya, saya yakin kalian bisa”.
Perkataan

tersebut

ternyata

lebih

memberikan dampak positif bagi siswa.

nilai matematika siswa yaitu 6,9.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya
Labbeling

itu

mengarah

terhadap

penyimpangan ataupun hal-hal negatif.
Tetapi, juga dapat mengarah kepada halhal positif yang akan membawa dampak
terhadap kehidupan seseorang. Labbeling
Positive membawa dampak yang baik
terhadap

prestasi

belajar

siswa.

Hal

tersebut dapat dilihat dari peningkatan
rata-rata nilai matematika siswa kelas 7.

Siswa menjadi antusias mendengarkan
guru dalam mengulang materi tersebut.

Berdasarkan kesimpulan tersebut,

Selain itu, siswa juga ikut aktif dalam

peneliti memberikan saran kepada guru

mengerjakan latihan soal yang di berikan

untuk menggunakan model Labbelling

guru. Hal-hal tersebut merupakan respon

Positive

yang

sehingga jika hal ini terus di kembangkan

ditunjukkan

siswa

terhadap

Labbeling Positive yang diberikan guru.

dalam

proses

pembelajaran,

dan diterapkan pasti tidak hanya akan
berdampak terhadap prestasi belajar siswa

Setelah diterapkannya Labbeling
Positive tersebut, guru melakukan ulangan

tetapi, dalam konteks yang lebih luas yaitu
mutu pendidikan.

Daftar Pustaka
------- 2004. Laporan Praktek Kerja Lapangan Psikologi Pendidikan Program Pofesi
Psikolog 2004. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Herlina. 2007. Dampak Labbeling Terhadap Anak. Jurnal FOTA Salman.
Hikmat. 1994. Teori Labelling. http://Teorilabelling.html. diakses 15 Februari 2017.
http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929113816-445-162060/fakta-labellingpositif-tingkatkan-hasil-belajar/ tanggal 15 februari 2017.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Didplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo
Winkel, W.S. 2005. Pikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Usman, Moch. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. XI; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005.
Undang-undang Republik Indonesian Nomor 14 tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.