DAMPAK LEBELLING POSITIVE DALAM MENINGKA
DAMPAK LEBELLING POSITIVE DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
Mega Retno Wulandari
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dampak Labbeling Positive
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah.
Data dikumpulkan dengan teknik observasi, studi dokumen dan wawancara. Data
dianalisis menggunakan tiga langkah yaitu: reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Labbeling Positive dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: Labbeling Positive, Prestasi Belajar.
Usman (2005:14) juga berpendapat bahwa
PENDAHULUAN
Setiap
peserta
didik
disekolah
memiliki kemampuan yang berbeda-beda
di dalam proses belajarnya. Beberapa
siswa dengan mudah dalam memahami
materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Tetapi, terdapat juga siswa yang
lambat dalam memahami materi pelajaran
yang
disampaikan.
Oleh
karena
itu,
seorang guru dituntut untuk memiliki
metode yang sesuai agar siswa yang
lambat
tersebut
dapat
lebih
mudah
memahami materi yang di sampaikan.
Seorang guru harus mampu membimbing
peserta didiknya. Peran guru Sebagai agen
pembelajaran adalah sebagai fasilitator,
motivator,
pemacu,
perekaya
pembelajaran, dan inpirasi belajar bagi
sebagai agen pembelajaran, guru memiliki
peran sentral dan cukup strategis antara
lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa pembelajaran, dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik. Hal
tersebut
bertolak
belakang
dengan
kenyataan yg ada di dalam kelas. Respon
guru terhadap siswa yang lambat dalam
memahami
materi
yaitu
dengan
memberikan hukuman atau mengataingatai
siswa dengan kata-kata negatif.
Ahli psikologi berpendapat bahwa dengan
mengeluarkan kata-kata negatif terhadap
peserta didik akan membawa dampak yang
tidak baik terhadap mental atau psikologi
siswa tersebut.
Berdasarkan
Laporan
Praktek
peserta didik. Hal tersebut sudah tertuang
Kerja Lapangan Program Profesi Psikolog
secara jelas dalam UU No.14 Tahun 2005
(2004) di sebuah sekolah dasar di daerah
pasal 4. Sejalan dengan UU tersebut,
Yogyakarta, proses belajar mengajar di
lakukan dengan pendekatan diktatorial.
Guru
memerintah
dan
mengarahkan
Keberhasilan
dalam
proses
pembelajaran dapat dilihat dari prestasi
siswanya dalam proses belajar di dalam
siswa.
kelas. Ketika siswa mudah memahami dan
model Labbeling Positive tersebut dapat
mampu mengerjakan tugas yang diberikan
meningkatkan
guru maka siswa cenderung di hargai dan
Labbeling Positive yang dilakukan oleh
diperhatikan guru. Tetapi, jika seorang
guru diharapkan dapat memotivasi siswa
siswa tidak dapat mengerjakan tugas yang
dalam belajar. Berdasarkan paparan di
diberikan maka guru seringkali mengatai-
atas, maka akan dilakukan penelitian
ngatai siswa tersebut dengan kata-kata
mengenai
“bodoh”.
terhadap prestasi belajar siswa di sekolah
Permasalahan di atas harus segara
di atasi, agar tidak membawa dampak yang
cukup besar terhadap mental siswa. Guru
harus
mampu
membuang
bersikap
kebiasaan
dewasa
dan
mengatai-ngatai
swasta.
Diharapkan
dengan
prestasi
dampak
penerapan
belajar
labbelling
Tujuannya
untuk
siswa.
positive
mengetahui
bahwa labbeling positive dapat di gunakan
guru dalam meningkatkan prestasi siswa.
LANDASAN TEORI
1. Prestasi Belajar
siswa dengan kata-kata negatif. Kata-kata
negatif tersebut harus di ganti dengan kata-
Kegiatan belajar dikatakan
kata positif. Karena, hal tersebut jika terus
berhasil dapat dilihat dari prestasi.
di pupuk akan menanamkan image yang
Menurut
negatif dalam diri siswa. Selain itu, akan
prestasi belajar merupakan suatu
memposisikan siswa seakan-akan sedang
bukti
melakukan penyimpangan perilaku. Ada
dicapai
teori penyimpangan perilaku, yang biasa
memperoleh pengalaman belajar
disebut dengan teori labbeling. Teori
atau
labbeling merupakan teori yang mengarah
Sedangkan,
pada penyimpangan perilaku. Tetapi, jika
(2004:75) bahwa prestasi belajar
labbelling tersebut di arahkan menjadi
dapat dibuktikan dengan nilai atau
arah positif akan membawa dampak yang
angka nilai dari hasil evaluasi yang
baik dalam proses pembelajaran. Guru
dilakukan oleh guru terhadap tugas
dapat
siswa dan ulangan-ulangan datau
menggunakan
model
Labelling
Positive dalam proses pembelajaran.
Winkel,
keberhasilan
1991:160)
usaha
yang
oleh seseorang setelah
mempelajari
menurut
sesuatu.
Tu’u
ujian yang telah dilalui. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar
merupakan
kemampuan
maka
ia
pada
akhirnya
akan
dalam menguasai pengetahuan atau
menjadi anak yang nakal pula.
keterampilan
Teori Labbeling yang mengarah
dari
suatu
mata
pelajaran dan biasanya ditunjukkan
pada
berupa nilai yang diberikan guru.
individu ternyata juga dapat di
penyimpangan
arahkan
2. Labbeling Positive
Positive.
Labbeling merupakan teori
tentang
penyimpangan
menjadi
Hal
perilaku
Labbeling
tersebut
sejalan
dengan yang dilakukan Chornelis
perilaku
U. R. Palanggaringu dan Andreas
seseorang. Labbeling adalah cap
Aldyanto Nura dari SMAN 1
atau
seseorang
Waingapu yang telah membuktikan
maupun kelompok kepada individu
bahwa tidak selamanya Labbeling
berdasarkan tingkah laku yang
itu ke arah negatif. Banyak guru-
dianggap menyimpang. Seseorang
guru disana yang masih sering kali
yang diberi label atau cap akan
menggunakan kata-kata tak baik
mengalami
peranan
pada
berlaku
“Kamu bodoh”, “Kamu tidak bisa
atau cap yang
apa-apa”, “Begini saja tidak bisa”,
identitas
dari
perubahan
dan cenderung
seperti
label
diberikan
akan
muridnya.
Seperti
(Sujono,
dan lain-lain. Oleh karena itu,
1994). Menurut Hikmat (2008) jika
Chornelis melakukan perubahan
semakin sering dan makin banyak
dengan memberi labbeling positve
orang
kepada para siswanya saat proses
kepada
kepadanya
anak
yang
memberikan
individu
label
maupun
pembelajaran.
kelompok, secara individu atau
Berdasarkan, teori dan hasil
kelompok tersebut akan mengalami
penelitian di atas maka dapat di
perubahan dan menjelma menjadi
simpulkan bahwa tidak selamanya
label yang diberikan kepadanya.
labbeling itu mengarah kepada
Menurut
Peggy
Thoits
penyimpangan
seseorang,
tetapi
(Herlina, 2007), orang yang diberi
juga dapat di arahkan menjadi hal
label menyimpang (deviant) dan
yang
diperlakukan
sebagai
orang
tersebut di arahkan ke hal-hal
menyimpang,
akan
menjadi
positif maka akan berdampak pada
menyimpang.
Contohnya,
positif.
Ketika
labbeling
jika
kehidupan seseorang. Labbeling
seorang anak diberi label “nakal”,
positive dapat dilakukan ketika
proses
pembelajaran
di
kelas.
yang
kemudian
dipaparkan
secara
Sehingga, akan membawa dampak
diskripsi,
yang baik pula bagi siswa.
dikonversi ke dalam bentuk kualitatif. Data
METODELOGI PENELITIAN
dianalisis menggunakan 3 langkah yaitu:
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan
sekolah.
Subjek
penelitian
meliputi seorang guru matematika dan
swasta.
Penelitian
tindakan
sekolah ini dilakukan dalam tiga siklus
yaitu siklus pertama, kedua, ketiga. Ketiga
siklus tersebut ditujukan untuk mengetahui
dampak dari Labbeling Positive terhadap
prestasi belajar siswa. Adapun tahapan
untuk melakukan siklus adalah sebagai
berikut: 1). Refleksi awal, pada tahapan ini
dilakukan identifikasi masalah berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi siswa
saat proses pembelajaran dikelas; 2).
Perencanaan
tindakan,
masalah
yang
ditemukan akan diatasi dengan melakukan
Labbeling
Positive
saat
proses
pembelajaran; 3). Pelaksanaan tindakan,
pada tahapan ini akan dilakukan tindakan
dengan melakukan Labbeling Positive saat
proses
refleksi,
pembelajaran;
dan
evaluasi,
4).
Observasi,
tahapan
ini
dilakukan untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya untuk kemudian diambil
kesimpulan
dari
penelitian
ini.
Data
data
kuantitatif
reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa kelas 7. Penelitian ini dilakukan di
sekolah
sedangkan
Pada tahap refleksi awal peneliti
melakukan identifikasi masalah dengan
melakukan observasi di kelas saat proses
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
guru matematika. Tidak semua siswa di
kelas mudah dalam memahami pelajaran
matematika
Ketika
yang
seorang
disampaikan
siswa
guru.
tidak
bisa
mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru, terlontar kata-kata yang seharusnya
tidak
boleh
diucapan.
Guru
tersebut
berkata kepada siswa itu, “gitu saja gak
bisa,
bodoh”.
Kata-kata
tersebutnya
sehharusnya tidak layak dan tidak pantas
diucapakan karena akan berdampak pada
mental atau psikologi siswa dalam proses
belajaranya. Selain itu, siswa menjadi
takut bertanya saat proses pembelajran
berlangsung. Siswa cenderung pasif dan
tidak
berani
merespon
apa
yang
disampaikan guru, Oleh karena itu, peneliti
berupaya
untuk
membantu
agar
hal
tersebut tidak terjadi berulang-ulang.
dikumpulkan dengan teknik observasi
langsung pada saat guru mengajar di dalam
kelas, studi dokumentasi dan wawancara
Upaya
dalam
mengatasi
permasalahan tersebut dilakukan dengan
pemberian labbeling postive kepada siswa
harian untuk mengetahui apakah Labbeling
saat
Positive
proses
pembelajaran.
Sehingga,
dapat
berpengaruh
terhadap
diharapkan dapat meningkatkan prestasi
prestasi belajar matematika siswa. Adapun
belajar
pelajaran
rata-rata nilai matematika seluruh siswa di
matematika. Guru memiliki peranan yang
kelas tersebut, yaitu 8,3. Hal tersebut
sangat
menunjukkan bahwa
siswa
pada
penting
mata
didalam
proses
ada peningkatan
pembelajaran. Di harapkan guru dapat
terhadap prestasi belajar siswa. Ulangan
memberikan
harian yang dilakukan guru sebelum
dampak
positif
terhadap
prestasi belajar siswa.
Pada
diterapkan Labbeling Positive, rata-rata
tahapan
pelaksanaan,
labbeling positive mulai digunakan guru
saat proses pembelajaran berlangsung. Dan
ketika ada siswa yang sulit memahami
materi yang sedang di ajarkan guru
tersebut,
guru
tersebut
tidak
lagi
mengucapkan kata-kata negatif. Melainkan
guru tersebut, kembali mengulang materi
yang sedang di jelaskan dan sambil berkata
“ tidak apa-apa, mari kita bersama-sama
mengulangnya, saya yakin kalian bisa”.
Perkataan
tersebut
ternyata
lebih
memberikan dampak positif bagi siswa.
nilai matematika siswa yaitu 6,9.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya
Labbeling
itu
mengarah
terhadap
penyimpangan ataupun hal-hal negatif.
Tetapi, juga dapat mengarah kepada halhal positif yang akan membawa dampak
terhadap kehidupan seseorang. Labbeling
Positive membawa dampak yang baik
terhadap
prestasi
belajar
siswa.
Hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan
rata-rata nilai matematika siswa kelas 7.
Siswa menjadi antusias mendengarkan
guru dalam mengulang materi tersebut.
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
Selain itu, siswa juga ikut aktif dalam
peneliti memberikan saran kepada guru
mengerjakan latihan soal yang di berikan
untuk menggunakan model Labbelling
guru. Hal-hal tersebut merupakan respon
Positive
yang
sehingga jika hal ini terus di kembangkan
ditunjukkan
siswa
terhadap
Labbeling Positive yang diberikan guru.
dalam
proses
pembelajaran,
dan diterapkan pasti tidak hanya akan
berdampak terhadap prestasi belajar siswa
Setelah diterapkannya Labbeling
Positive tersebut, guru melakukan ulangan
tetapi, dalam konteks yang lebih luas yaitu
mutu pendidikan.
Daftar Pustaka
------- 2004. Laporan Praktek Kerja Lapangan Psikologi Pendidikan Program Pofesi
Psikolog 2004. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Herlina. 2007. Dampak Labbeling Terhadap Anak. Jurnal FOTA Salman.
Hikmat. 1994. Teori Labelling. http://Teorilabelling.html. diakses 15 Februari 2017.
http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929113816-445-162060/fakta-labellingpositif-tingkatkan-hasil-belajar/ tanggal 15 februari 2017.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Didplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo
Winkel, W.S. 2005. Pikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Usman, Moch. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. XI; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005.
Undang-undang Republik Indonesian Nomor 14 tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.
PRESTASI BELAJAR SISWA
Mega Retno Wulandari
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa dampak Labbeling Positive
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah.
Data dikumpulkan dengan teknik observasi, studi dokumen dan wawancara. Data
dianalisis menggunakan tiga langkah yaitu: reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Labbeling Positive dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: Labbeling Positive, Prestasi Belajar.
Usman (2005:14) juga berpendapat bahwa
PENDAHULUAN
Setiap
peserta
didik
disekolah
memiliki kemampuan yang berbeda-beda
di dalam proses belajarnya. Beberapa
siswa dengan mudah dalam memahami
materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Tetapi, terdapat juga siswa yang
lambat dalam memahami materi pelajaran
yang
disampaikan.
Oleh
karena
itu,
seorang guru dituntut untuk memiliki
metode yang sesuai agar siswa yang
lambat
tersebut
dapat
lebih
mudah
memahami materi yang di sampaikan.
Seorang guru harus mampu membimbing
peserta didiknya. Peran guru Sebagai agen
pembelajaran adalah sebagai fasilitator,
motivator,
pemacu,
perekaya
pembelajaran, dan inpirasi belajar bagi
sebagai agen pembelajaran, guru memiliki
peran sentral dan cukup strategis antara
lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa pembelajaran, dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik. Hal
tersebut
bertolak
belakang
dengan
kenyataan yg ada di dalam kelas. Respon
guru terhadap siswa yang lambat dalam
memahami
materi
yaitu
dengan
memberikan hukuman atau mengataingatai
siswa dengan kata-kata negatif.
Ahli psikologi berpendapat bahwa dengan
mengeluarkan kata-kata negatif terhadap
peserta didik akan membawa dampak yang
tidak baik terhadap mental atau psikologi
siswa tersebut.
Berdasarkan
Laporan
Praktek
peserta didik. Hal tersebut sudah tertuang
Kerja Lapangan Program Profesi Psikolog
secara jelas dalam UU No.14 Tahun 2005
(2004) di sebuah sekolah dasar di daerah
pasal 4. Sejalan dengan UU tersebut,
Yogyakarta, proses belajar mengajar di
lakukan dengan pendekatan diktatorial.
Guru
memerintah
dan
mengarahkan
Keberhasilan
dalam
proses
pembelajaran dapat dilihat dari prestasi
siswanya dalam proses belajar di dalam
siswa.
kelas. Ketika siswa mudah memahami dan
model Labbeling Positive tersebut dapat
mampu mengerjakan tugas yang diberikan
meningkatkan
guru maka siswa cenderung di hargai dan
Labbeling Positive yang dilakukan oleh
diperhatikan guru. Tetapi, jika seorang
guru diharapkan dapat memotivasi siswa
siswa tidak dapat mengerjakan tugas yang
dalam belajar. Berdasarkan paparan di
diberikan maka guru seringkali mengatai-
atas, maka akan dilakukan penelitian
ngatai siswa tersebut dengan kata-kata
mengenai
“bodoh”.
terhadap prestasi belajar siswa di sekolah
Permasalahan di atas harus segara
di atasi, agar tidak membawa dampak yang
cukup besar terhadap mental siswa. Guru
harus
mampu
membuang
bersikap
kebiasaan
dewasa
dan
mengatai-ngatai
swasta.
Diharapkan
dengan
prestasi
dampak
penerapan
belajar
labbelling
Tujuannya
untuk
siswa.
positive
mengetahui
bahwa labbeling positive dapat di gunakan
guru dalam meningkatkan prestasi siswa.
LANDASAN TEORI
1. Prestasi Belajar
siswa dengan kata-kata negatif. Kata-kata
negatif tersebut harus di ganti dengan kata-
Kegiatan belajar dikatakan
kata positif. Karena, hal tersebut jika terus
berhasil dapat dilihat dari prestasi.
di pupuk akan menanamkan image yang
Menurut
negatif dalam diri siswa. Selain itu, akan
prestasi belajar merupakan suatu
memposisikan siswa seakan-akan sedang
bukti
melakukan penyimpangan perilaku. Ada
dicapai
teori penyimpangan perilaku, yang biasa
memperoleh pengalaman belajar
disebut dengan teori labbeling. Teori
atau
labbeling merupakan teori yang mengarah
Sedangkan,
pada penyimpangan perilaku. Tetapi, jika
(2004:75) bahwa prestasi belajar
labbelling tersebut di arahkan menjadi
dapat dibuktikan dengan nilai atau
arah positif akan membawa dampak yang
angka nilai dari hasil evaluasi yang
baik dalam proses pembelajaran. Guru
dilakukan oleh guru terhadap tugas
dapat
siswa dan ulangan-ulangan datau
menggunakan
model
Labelling
Positive dalam proses pembelajaran.
Winkel,
keberhasilan
1991:160)
usaha
yang
oleh seseorang setelah
mempelajari
menurut
sesuatu.
Tu’u
ujian yang telah dilalui. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar
merupakan
kemampuan
maka
ia
pada
akhirnya
akan
dalam menguasai pengetahuan atau
menjadi anak yang nakal pula.
keterampilan
Teori Labbeling yang mengarah
dari
suatu
mata
pelajaran dan biasanya ditunjukkan
pada
berupa nilai yang diberikan guru.
individu ternyata juga dapat di
penyimpangan
arahkan
2. Labbeling Positive
Positive.
Labbeling merupakan teori
tentang
penyimpangan
menjadi
Hal
perilaku
Labbeling
tersebut
sejalan
dengan yang dilakukan Chornelis
perilaku
U. R. Palanggaringu dan Andreas
seseorang. Labbeling adalah cap
Aldyanto Nura dari SMAN 1
atau
seseorang
Waingapu yang telah membuktikan
maupun kelompok kepada individu
bahwa tidak selamanya Labbeling
berdasarkan tingkah laku yang
itu ke arah negatif. Banyak guru-
dianggap menyimpang. Seseorang
guru disana yang masih sering kali
yang diberi label atau cap akan
menggunakan kata-kata tak baik
mengalami
peranan
pada
berlaku
“Kamu bodoh”, “Kamu tidak bisa
atau cap yang
apa-apa”, “Begini saja tidak bisa”,
identitas
dari
perubahan
dan cenderung
seperti
label
diberikan
akan
muridnya.
Seperti
(Sujono,
dan lain-lain. Oleh karena itu,
1994). Menurut Hikmat (2008) jika
Chornelis melakukan perubahan
semakin sering dan makin banyak
dengan memberi labbeling positve
orang
kepada para siswanya saat proses
kepada
kepadanya
anak
yang
memberikan
individu
label
maupun
pembelajaran.
kelompok, secara individu atau
Berdasarkan, teori dan hasil
kelompok tersebut akan mengalami
penelitian di atas maka dapat di
perubahan dan menjelma menjadi
simpulkan bahwa tidak selamanya
label yang diberikan kepadanya.
labbeling itu mengarah kepada
Menurut
Peggy
Thoits
penyimpangan
seseorang,
tetapi
(Herlina, 2007), orang yang diberi
juga dapat di arahkan menjadi hal
label menyimpang (deviant) dan
yang
diperlakukan
sebagai
orang
tersebut di arahkan ke hal-hal
menyimpang,
akan
menjadi
positif maka akan berdampak pada
menyimpang.
Contohnya,
positif.
Ketika
labbeling
jika
kehidupan seseorang. Labbeling
seorang anak diberi label “nakal”,
positive dapat dilakukan ketika
proses
pembelajaran
di
kelas.
yang
kemudian
dipaparkan
secara
Sehingga, akan membawa dampak
diskripsi,
yang baik pula bagi siswa.
dikonversi ke dalam bentuk kualitatif. Data
METODELOGI PENELITIAN
dianalisis menggunakan 3 langkah yaitu:
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan
sekolah.
Subjek
penelitian
meliputi seorang guru matematika dan
swasta.
Penelitian
tindakan
sekolah ini dilakukan dalam tiga siklus
yaitu siklus pertama, kedua, ketiga. Ketiga
siklus tersebut ditujukan untuk mengetahui
dampak dari Labbeling Positive terhadap
prestasi belajar siswa. Adapun tahapan
untuk melakukan siklus adalah sebagai
berikut: 1). Refleksi awal, pada tahapan ini
dilakukan identifikasi masalah berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi siswa
saat proses pembelajaran dikelas; 2).
Perencanaan
tindakan,
masalah
yang
ditemukan akan diatasi dengan melakukan
Labbeling
Positive
saat
proses
pembelajaran; 3). Pelaksanaan tindakan,
pada tahapan ini akan dilakukan tindakan
dengan melakukan Labbeling Positive saat
proses
refleksi,
pembelajaran;
dan
evaluasi,
4).
Observasi,
tahapan
ini
dilakukan untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya untuk kemudian diambil
kesimpulan
dari
penelitian
ini.
Data
data
kuantitatif
reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa kelas 7. Penelitian ini dilakukan di
sekolah
sedangkan
Pada tahap refleksi awal peneliti
melakukan identifikasi masalah dengan
melakukan observasi di kelas saat proses
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang
guru matematika. Tidak semua siswa di
kelas mudah dalam memahami pelajaran
matematika
Ketika
yang
seorang
disampaikan
siswa
guru.
tidak
bisa
mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru, terlontar kata-kata yang seharusnya
tidak
boleh
diucapan.
Guru
tersebut
berkata kepada siswa itu, “gitu saja gak
bisa,
bodoh”.
Kata-kata
tersebutnya
sehharusnya tidak layak dan tidak pantas
diucapakan karena akan berdampak pada
mental atau psikologi siswa dalam proses
belajaranya. Selain itu, siswa menjadi
takut bertanya saat proses pembelajran
berlangsung. Siswa cenderung pasif dan
tidak
berani
merespon
apa
yang
disampaikan guru, Oleh karena itu, peneliti
berupaya
untuk
membantu
agar
hal
tersebut tidak terjadi berulang-ulang.
dikumpulkan dengan teknik observasi
langsung pada saat guru mengajar di dalam
kelas, studi dokumentasi dan wawancara
Upaya
dalam
mengatasi
permasalahan tersebut dilakukan dengan
pemberian labbeling postive kepada siswa
harian untuk mengetahui apakah Labbeling
saat
Positive
proses
pembelajaran.
Sehingga,
dapat
berpengaruh
terhadap
diharapkan dapat meningkatkan prestasi
prestasi belajar matematika siswa. Adapun
belajar
pelajaran
rata-rata nilai matematika seluruh siswa di
matematika. Guru memiliki peranan yang
kelas tersebut, yaitu 8,3. Hal tersebut
sangat
menunjukkan bahwa
siswa
pada
penting
mata
didalam
proses
ada peningkatan
pembelajaran. Di harapkan guru dapat
terhadap prestasi belajar siswa. Ulangan
memberikan
harian yang dilakukan guru sebelum
dampak
positif
terhadap
prestasi belajar siswa.
Pada
diterapkan Labbeling Positive, rata-rata
tahapan
pelaksanaan,
labbeling positive mulai digunakan guru
saat proses pembelajaran berlangsung. Dan
ketika ada siswa yang sulit memahami
materi yang sedang di ajarkan guru
tersebut,
guru
tersebut
tidak
lagi
mengucapkan kata-kata negatif. Melainkan
guru tersebut, kembali mengulang materi
yang sedang di jelaskan dan sambil berkata
“ tidak apa-apa, mari kita bersama-sama
mengulangnya, saya yakin kalian bisa”.
Perkataan
tersebut
ternyata
lebih
memberikan dampak positif bagi siswa.
nilai matematika siswa yaitu 6,9.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya
Labbeling
itu
mengarah
terhadap
penyimpangan ataupun hal-hal negatif.
Tetapi, juga dapat mengarah kepada halhal positif yang akan membawa dampak
terhadap kehidupan seseorang. Labbeling
Positive membawa dampak yang baik
terhadap
prestasi
belajar
siswa.
Hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan
rata-rata nilai matematika siswa kelas 7.
Siswa menjadi antusias mendengarkan
guru dalam mengulang materi tersebut.
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
Selain itu, siswa juga ikut aktif dalam
peneliti memberikan saran kepada guru
mengerjakan latihan soal yang di berikan
untuk menggunakan model Labbelling
guru. Hal-hal tersebut merupakan respon
Positive
yang
sehingga jika hal ini terus di kembangkan
ditunjukkan
siswa
terhadap
Labbeling Positive yang diberikan guru.
dalam
proses
pembelajaran,
dan diterapkan pasti tidak hanya akan
berdampak terhadap prestasi belajar siswa
Setelah diterapkannya Labbeling
Positive tersebut, guru melakukan ulangan
tetapi, dalam konteks yang lebih luas yaitu
mutu pendidikan.
Daftar Pustaka
------- 2004. Laporan Praktek Kerja Lapangan Psikologi Pendidikan Program Pofesi
Psikolog 2004. Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Herlina. 2007. Dampak Labbeling Terhadap Anak. Jurnal FOTA Salman.
Hikmat. 1994. Teori Labelling. http://Teorilabelling.html. diakses 15 Februari 2017.
http://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160929113816-445-162060/fakta-labellingpositif-tingkatkan-hasil-belajar/ tanggal 15 februari 2017.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Didplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo
Winkel, W.S. 2005. Pikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Usman, Moch. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. XI; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005.
Undang-undang Republik Indonesian Nomor 14 tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.