PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI BATUBARA DI

PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI BATUBARA
DI DESA TAMAPOLE KECAMATAN ANGGANA
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
Ichsan Yusran
Prodi Teknik Pertambangan, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta
Hp. 081241800095
ichsanyusran_mare@yahoo.com.
Ringkasan
Desa Tamapole, Kecamatan Muara Jawa merupakan salahsatu kawasan di Kabupaten
Kutai Kartanegara yang diduga memiliki cadangan batubara yang cukup besar. Hal ini ditinjau
dari kondisi statigrafi desa Tamapole yang masuk dalam Formasi Balikpapan, Kampung Baru dan
Pulaubalang. Sampai saat ini sudah banyak titik endapan batubara yang telah teridentifikasi dan di
eksploitasi oleh pihak pemerintah maupun pihak investor. Adapun endapan batubara yang belum
di eksploitasi dikarenakan kurangnya informasi yang di dapatkan dari titik-titik endapan tentang
potensi serta investasi yang harus dikeluarkan untuk memanfaatkan potensi tersebut.
Dari hasil observasi dan pengolahan data dari daerah penelitian, potensi sumberdaya
batubara dibagi menjadi 3, yaitu Blok-1 sebanyak 599.032,05 ton dengan kalori rata-rata 6.826
Kcal, Blok-2 sebanyak 482.576,93 ton dengan kalori rata-rata 6.724 Kcal dan Blok-3 sebanyak
315.927,55 ton dengan kalori 6593 Kcal. Berdasarkan data kualitas batubara dari ketiga blok,

maka harga batubara berkisar antara 63.48 – 68.36 US$/ton. Untuk mengeksploitasi potensi
batubara tersebut memerlukan biaya yang sekitar 5.374.969,61 US$ per tahunnya untuk tiap blok.
Berdasarkan hasil analisis Keputusan Menteri tentang kriteria wilayah keprospekan
kawasan pertambangan, kawasan blok 1-3 tergolong dalam Wilayah Keprospekan Kawasan
Pertambangan Utama (WKKPU). Pengangkutan batubara dari lokasi penambangan direncanakan
menggunakan jalan khusus berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 10
Tahun 2012. Dari hasil perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR), blok 1-3 layak
menggunakan sistem tambang terbuka. Selain itu dari hasil analisis kepekaan nilai BESR terhadap
perubahan harga jual batubara, Blok 1-3 peka terhadap perubahan harga jual batubara.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan melanjutkan
penelitian ke tahapan yang lebih rinci dan bisa digunakan sebagai acuan dalam penyusunan studi
kelayakan nantinya serta memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah desa Tamapole
Kata kunci : Pra studi kelayakan, wilayah keprospekan.
yang nantinya diharapkan memberikan nilai
tambah secara nyata kepada kebutuhan akan
energi nasional dan pertumbuhan ekonomi
nasional serta pembangunan daerah secara
berkelanjutan
Kegiatan pertambangan dimulai
dari prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan,

eksploitasi, pengolahan, ekstraksi dan
pemasaran. Tetapi tidak seluruh kegiatan
tersebut selalu dilakukan. Hal ini bergantung
dari jenis bahan galian, pemakaian bahan
galian dan permintaan pasar. Penelitian yang
dilakukan di Desa Tamapole merupakan
penelitian untuk mengetahui titik-titik
potensi batubara yang ada. Penelitian juga di
batasi agar tidak keluar dari tujuan awal
penelitian.
Penelitian yang dilakukan di Desa
Tamapole merupakan suatu tahapan
eksplorasi yang termasuk dalam tahapan

A.

Latar Belakang
Desa Tamapole merupakan salah
satu kawasan di Kabupaten Kutai
Kartanegara sebagai salah satu kabupaten

penghasil batubara terbesar di Indonesia
yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur.
Di desa ini sudah banyak titik – titik
endapan batubara yang sudah di eksploitasi.
Adapun endapan batubara yang belum
dieksploitasi
dikarenakan
kurangnnya
informasi tentang potensi dan besarnya
investasi yang harus dikeluarkan untuk
memanfaatkan potensi tersebut.
Dengan adanya informasi tentang
potensi batubara dan gambaran umum
investasi yang harus dikeluarkan untuk
mengusahakan kegiatan pertambangan yang
dimiliki daerah tersebut maka investor akan
mudah dan tertarik untuk memulai usaha
kegiatan pertambangan di Desa Tamapole

1


pertambangan. Ekplorasi pada dasarnya
dibagi menjadi tiga sub penelitian yaitu
Eksplorasi Awal, Eksplorasi Menengah /
Umum dan Eksplorasi Rinci / detail.
Penelitian ini tergolong dalam kategori
eksplorasi menengah/umum karena data
yang di kumpulkan belum mencakup semua
aspek yang diperlukan dan belum detil untuk
dilanjutkan penelitian ke tahap yang lebih
rinci. Penelitian ini dianggap sebagai
tahapan awal penelitian yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan melanjutkan
penelitian ke tahapan ekplorasi rinci. Selain
itu tahapan ini bisa digunakan sebagai dasar
dalam penyusunan studi kelayakan nantinya.
Pra studi kelayakan adalah suatu
tahap kegiatan dalam industri yang sifatnya
tidak mutlak atau tidak harus dilakukan
sebelum tahap kegiatan studi kelayakan. Hal

ini bergantung pada metode penelitian dan
jenis data yang dikumpulkan. Studi ini
mempunyai objektif didalam penentuan
apakah konsep penelitian terfokus pada
suatu analisis rinci oleh suatu studi
kelayakan
(apakah
studi
kelayakan
diperlukan) dan apakah setiap aspek dari
proyek adalah kritis dan memerlukan suatu
investigasi yang mendalam melalui suatu
studi pendukung. Studi ini harus dipandang
sebagai suatu tahap menengah antara studi
konseptual yang tidak mahal dan suatu studi
kelayakan yang relatif mahal.
Hasil akhir kegiatan ini, digunakan
sebagai dasar kebijakan pengelolaan potensi
batubara di Desa Tamapole, Kabupaten
Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan

Timur.

C.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Batasan Masalah
Berikut adalah batasan – batasan
masalah dalam penelitian ini :
Lokasi kegiatan penelitian ini

dilakukan
di
beberapa
titik
pengukuran di Desa Tamapole,
Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten
Kutai
Kartanegara,
Provinsi
Kalimantan Timur.
Pengolahan data yang dilakukan
hanya menggunakan data hasil
observasi dilapangan dan data
sekunder yang diperoleh di daerah
penelitian.
Perhitungan potensi sumberdaya
menggunakan
metode
daerah
pengaruh mengacu pada SNI No. 135014-1998

tentang
klasifikasi
sumberdaya dan cadangan batubara.
Daerah yang tidak memiliki data
kualitas
batubara
tidak
akan
dilakukan
perhitungan
dan
pembahasan.
Penelitian ini tidak membahas secara
rinci
permasalahan
teknis
penambangan
dan
masalah
lingkungan.

Menggunakan
Harga
Patokan
Batubara (HPB) price marker nomor
1 – 8 sebagai indikator perubahan
harga jual batubara.

D.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan
digunakan sebagai acuan dalam melakukan
studi
kelayakan
untuk
kegiatan
pertambangan di wilayah tersebut dan
memberikan manfaat bagi pemerintah Desa
Tamapole,
Kecamatan

Muara
Jawa
Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya
dalam rangka memberikan nilai tambah
secara nyata kepada kebutuhan akan energi
nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional
serta
pembangunan
daerah
secara
berkelanjutan.

B.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
antara lain:
1.
Mengaplikasikan metode Daerah
Pengaruh dalam menghitung estimasi

sumberdaya batubara di daerah
penelitian
2.
Menentukan wilayah keprospekan
pertambangan yang ada di Desa
Tamapole, Kecamatan Muara Jawa,
Kabupaten Kutai Kartanegara.
3.
Menentukan dan membuat peta
rekomendasi jalur pengangkutan
batubara.
4.
Menentukan sistem penambangan
dengan melakukan analisis Break
Event Stripping Ratio (BESR)
5.
Melakukan analisis kepekaan nilai
harga
terhadap
perubahan
(naik/turun) harga jual batubara.

E.

Tinjauan Umum
Desa
Tamapole
terletak
di
Kecamatan
Muara
Jawa,
Provinsi
Kalimantan Timur. Dapat ditempuh dari
Kota Samarinda melewati Kota Tenggarong
sekitar 51 km atau 71 km (lewat Kec. Loa
Janan). Secara astronomis Desa Tamapole
berada dalam posisi 519624 - 530251 mE
dan 9921009 - 9927460 mS. Luas Kelurahan
Tamapole sendiri kurang lebih 17 km2
dengan jumlah Kepala Keluarga 115 serta
jumlah jiwa berkisar 300 jiwa

2

1.

Penggunaan Lahan
Sebagian besar wilayah Kabupaten
Kutai Kartanegara terdiri atas wilayah
pantai dan daratan. Wilayah pantai berada
di bagian timur wilayah daerah dengan
kemiringan datar sampai landai terdapat
di beberapa bagian yaitu wilayah pantai dan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam.
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
mempunyai ketinggian dari 0 – 7 meter
dari permukaan laut (dpl). Luas wilayah
pantai ini mencapai 22,87% dari total luas
wilayah. Sifat fisik dari wilayah ini
mempunyai ciri utama selalu tergenang,
dan bersifat organik serta asam.
Wilayah Desa Tamapole mempunyai
bentuk topografi bergelombang dan
berbukit dengan kemiringan landai sampai
curam. Daerah kemiringan datar sampai
landai dengan ketinggian antara 7 - 25 m
dari permukaan laut (dpl), dengan
karakteristik fisik kandungan air tanah
cukup baik, kadang tergenang, sistem
pengairan baik dan tidak ada air sehingga
cocok untuk pertanian lahan basah. Pada
wilayah pedalaman dan perbatasan pada
umumnya merupakan kawasan pegunungan
dengan ketinggian 500 - 2000 m dpl yang di
tetapkan menjadi kawasan lindung dengan
pengembangan
terbatas.
Berdasarkan
karakteristik topografi tersebut, maka dapat
diidentifikasi tipe penggunaan lahan di
wilayah Desa Tamapole dibagi Hutan
Rimba, Pemukiman, Semak Belukar/Alangalang, dan Sungai.

membuat desa Tamapole beriklim tropis
basah dengan temperatur rata-rata berkisar
24o - 33o C. Curah hujan rata – rata berkisar
2849,35 mm/tahun atau berkisar antara
237,45 mm/bulan. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Juni yaitu 351,00 mm dan
terendah pada bulan Januari yaitu 156,50
mm (lihat Gambar 2.3). Angin musim barat
pada umumnya terjadi pada bulan November
– April dan musim angin timur terjadi pada
bulan Mei – Oktober.
3.

Kondisi Geologi
Secara fisiografi, kawasan Desa
Tamapole berada pada zona Tinggian
Mangkalihat. Satuan geomorfologi daerah
penelitian terdiri dari Satuan Perbukitan
Karst, Satuan Dataran Karst, dan Satuan
Perbukitan Homoklin. Satuan batuan yang
tersingkap dari tua ke muda di daerah
penelitian terdiri dari Satuan Batugamping
Terumbu, disetarakan dengan Formasi
Lembak, berumur Oligosen Akhir – Miosen
Awal, diendapkan di lingkungan Laut
Dangkal. Satuan Batugamping Kalkarenit,
disetarakan dengan Formasi Golok, berumur
Miosen Tengah, diendapkan di lingkungan
Neritik Tengah. Satuan Napal, disetarakan
dengan Formasi Golok, berumur Miosen
Tengah – Miosen Akhir, diendapkan di
Lingkungan Neritik Luar – Batial Atas, serta
Satuan Aluvial, berumur Resen, diendapkan
di lingkungan darat secara tidak selaras di
atas Satuan Napal. Struktur geologi yang
dijumpai di daerah penelitian berupa sesar
naik yang relatif berarah baratdaya timurlaut dan sesar mendatar yang relatif
berarah baratlaut - tenggara. Pembentukan
struktur ini dikontrol oleh tegasan utama
berarah baratlaut – tenggara yang berasal
dari pergerakan Sesar Mangkalihat dan

2.

Curah Hujan
Desa Tamapole yang terletak
dibagian timur Provinsi Kalimantan Timur.
Letak desa Tamapole termasuk daerah yang
dekat dengan garis khatulistiwa. Hal ini

3

Sesar Sangkulirang serta diperkirakan terjadi
pada Kala Pliosen - Pleistosen.
Secara regional daerah penyalidikan
termasuk dalam Cekungan Kutai yang
merupakan Antiklinorium Samarinda berada
di bagian tengah, merupakan bentukan hasil
proses tektonik yang bekerja dengan arah
tegasan utama Baratlaut-Tenggara, dengan
produk berupa lipatan-lipatan dengan arah
umum sumbu Baratdaya- Timurlaut.
Keadaan
morfologi
daerah
penyelidikan padaumumnya didominasi oleh
daerah perbukitan bergelombang sedang dan
perbukitan bergelombang lemah. Daerah
perbukitan bergelombang sedang pada
umumnya berupa rangkaian beberapa
kelompok perbukitan dengan kemiringan
lereng 200 – 400. Posisi rangkaian perbukitan
ini terbesar di bagian Timur Laut daerah
penyelidikan, sedangkan daerah perbukitan
bergelombang lemah menempati bagian
tengah ke Barat Daya daerah penyelidikan
dengan kemiringan lereng berkisar 00 – 150.
Pola aliran yang berkembang pada lokasi ini
adalah berupa Subdendritik ,yaitu pola aliran
yang tersusun oleh litologi yang relatif
homogen. Sungai yang mengalir pada sekitar
lokasi ini adalah sungai Mahakam.

tumbuhan, oksida besi yang mengisi
rekahanrekahan setempat mengandung
lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau
gampingan, berlapis tipis; serpih
kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping
pasiran mengandung foraminifera besar,
moluska, menunjukkan umur Miosen
Akhir bagian bawah – Miosen Tengah
bagian atas. Lingkungan pengendapan
Perengan “paras delta – dataran delta”,
tebal 1000 – 1500 m. Formasi ini
memiliki hubungan bersilang jari
dengan Formasi Pulaubalang (Supriatna
dkk, 1995).
2) Formasi Kampung Baru (Tpkb)
Terdiri dari batupasir kuarsa dengan
sisipan lempung, serpih; lanau dan
lignit, pada umumnya lunak, mudah
hancur. Batupasir kuarsa, putih,
setempat kemerahan atau kekuningan,
tidak berlapis, mudah hancur, setempat
mengandung lapisan tipis oksida besi
atau konkresi, tufan atau lanauan dan
sisipan batupasir konglomeratan atau
konglomerat dengan komponen kuarsa,
kalsedon, serpih merah dan lempung,
diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas.
Lempung,
kelabu
kehitaman
mengandung sisa tumbuhan, kepingan
batubara, koral. Lanau, kelabu tua,
menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2
m. Diduga berumur Miosen Akhir – Pli
Plistose, lingkungan pengendapan delta
– laut dangkal, tebal lebih dari 500 m.
Formasi ini menindih selaras dan
setempat tidak selaras terhadap Formasi
Balikpapan. (Supriatna dkk, 1995).
Menurut Allen, 1984, bagian bawah
Formasi Kampung Baru terdapat
batugamping yang juga merupakan
siklus pengendapan delta, dengan
dimulainya suatu transgresi setelah
pengendapan Formasi Balikpapan.
Kemudian disusul endapan dataran delta
yang terdiri atas batupasir kasar hasil
endapan channel dengan batulempung
dan batubara.
3) Formasi Pulau Balang (Tmpb)
Formasi ini dapat dibedakan dari
formasi lainnya karena perlapisannya
sangat bagus dan relative resisten
terhadap
pelapukan
dibandingkan
formasi – formasi lain, sehingga formasi
ini mudah dikenali dari citra satelit.
Menurut Ismoyowati, 1982, Formasi
Pulau Balang terdiri dari perselingan
antara batupasir dan batulanau dengan
sisipan batugamping dan batulempung.

4.

Stratigrafi
Menurut Sikumbang dan Umar
(1980) dalam laporan Sukardjo (1991),
Penyelidikan Endapan Batubara Daerah
Cekungan
Kutai,
Kabupaten
Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,
dan Sugeng Priyono (2003) Bahan Galian
Mineral Non Logam Daerah Kutai
Kertanegara dan Kutai Timur, serta
berdasarkan Peta Geologi Bersistem
Indonesia Lembar Sangatta (PPPG,1995)
menunjukkan bahwa stratigrafi regional di
Desa Tamapole terdiri dari (lihat Gambar
2.3):
1) Formasi Balikpapan (Tmbp)
Formasi Balikpapan terdiri dari
beberapa siklus endapan delta yang
disusun oleh litologi yang terdiri dari
perselingan batupasir dan lempung
dengan
sisipan
lanau,
serpih,
batugamping dan batubara. Batupasir
kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan
1 – 3 m, disisipi lapisan batubara tebal 5
– 10 cm. Batupasir gampingan, coklat,
berstruktur sedimen lapisan bersusun
dan silangsiur, tebal lapisan 20 – 40 cm,
mengandung foraminifera kecil, disisipi
lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu
kehitaman, setempat mengandung sisa

4

Batugamping
mengandung
foraminifera, fragmen – fragmen
bivalve dan alga pada sebuah mikritik
matriks. Batupasir terdapat pada lapisan
yang tipis – tebal dengan struktur cross
bedding
dan
burrow.
Batupasir
didominasi oleh mineral kuarsa,
berwarna abu-abu terang hingga putih,
ada yang rapuh dan keras, setempat
karbonatan dengan ukuran butir halus –
kasar. Pada bagian bawah dari lapisan
ini terdapat sedikit lapisan tipis
batupasir dan batubara.
Sedangkan Supriatna dkk, 1995
menyatakan bahwa formasi ini terdiri
dari litologi berupa perselingan antara
graywacke dengan batupasir kuarsa
dengan
sisipan
batugamping,
batulempung, batubara dan tuff dasit.
Batupasir graywacke, kelabu kehijauan,
padat, tebal lapisan antara 50 – 100 cm.
Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan,
setempat tufan dan gampingan, tebal
lapisan antara 15 – 60 cm.
Batugamping, coklat muda kekuningan,
batugamping ini terdapat sebagai sisipan
dan lensa dalam batupasir kuarsa, tebal
lapisan 10 – 40 cm. Batulempung,
kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2
cm. Setempat berselingan dengan
batubara, tebal ada yang mencapai 4 m.
Tufa dasit, putih merupakan sisipan
dalam batupasir kuarsa. Ditemukannya
fragmen batubara pada batuan yang ada
pada formasi ini menunjukkan bahwa
adanya pengangkatan di daerah Barat
dimana endapan batubara berumur tua
tererosi yang kemudian diendapkan
kembali pada Formasi Pulau Balang.
Pengangkatan
ini
menyebabkan
terjadinya prograding delta ke Timur
pada Miosen Tengah.
4) Aluvium (Qa)
Terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur
terendapkan secara tidak selaras di atas
Formasi
Kampung
Baru
pada
lingkungan sungai, rawa, delta dan
pantai. Pengendapannya masih terus
berlangsung hingga sekarang (Supriatna
dkk, 1995).

singkapan batubara khususnya di daerah
penelitian bagian tengah sebelah utara dip
batuannya rata-rata mengarah ke Timur.
Selain itu terdapat Sesar Datar Menganan
(dextral) yang memotong sumbu sinklin
dengan arah Sesar Dextral relatif BaratTimur. Hal ini diindikasi dengan berbelok
arah strike batuan dibagian sumbu sesar
dimana sebelah utara sumbu sesar cenderung
berbelok kearah Timur sedangkan sebelah
selatan sumbunya berbelok kearah Barat.
Struktur ini melipat satuan batuan yang
berumur Miosen Atas, sehingga struktur
Antiklin ini diperkirakan terbentuk pada
periode tektonik Miosen-Pliosen
F.
1.

Hasil Penelitian
Singkapan (Outcrop)
Kegiatan
pencarian
outcrop
dipusatkan pada daerah yang termasuk
dalam daerah yang tergolong terindikasi
adanya endapan batubara. Dari hasil
penyelidikan
lapangan
ditemukan
6
singkapan yang tersebar di sekitar kawasan
desa tersebut yaitu Outcrop (OC) 1-6.
Semua
singkapan
yang
ditemukan
digunakan sebagai perconto. Dari hasil
orientasi dilapangan juga disimpulkan
beberapa singkapan merupakan satu lapisan
batubara yang sama.
Kode

Blok

OC 01
OC 02

A

OC 03
OC 04

Strike

Dip

UTM (Meter)

N…o E

(…o )

X

15

23

527424,35 9924838,4

2,5

18

21

527062,35 9924682,4

1,9

22

21

526834,35 9924513,4

1

32

9

525673,96 9922910,8

2,8

33

13

525562,96 9922689,8

1,9

210

20

525228,96 9922910,8

2,5

Y

Tebal

B
OC 05
OC 06

2.

C

Sumberdaya Batubara
Untuk
menentukan
sumberdaya
batubara berdasarkan hasil penyelidikan
lapangan menggunakan metode daerah
pengaruh (area of influence) dengan
perhitungan penyebaran ke arah penyebaran
lapisan dan down dip yang berdasarkan
Amandemen 1 SNI 13-5014-19985) tentang
perhitungan
sumberdaya
yang
diklasifikasikan menjadi sumberdaya tereka,
terunjuk dan terukur dengan tingkat
keyakinan geologi mendasarkan pada
kondisi geologi moderat. Metode daerah
pengaruh diterapkan dengan asumsi bahwa
area atau luasan diperhitungkan disekitar
titik lokasi singkapan.

5.

Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di
daerah penyelidikan adalah berupa sinklin
yang berada di daerah timur areal
penyelidikan dengan arah sumbu relatif
Utara-Selatan, hal ini diindikasi dengan
berbaliknya arah dip pada pengukuran

5

Perhitungan sumberdaya didasarkan
pada klasifikasi sumberdaya dengan luas
masing – masing dari titik informasi yang
dibagi dalam tiga kategori yaitu :
1.
Terukur (measured) dengan jarak 0 250 m dari titik informasi, luas
daerah pengaruh 97.208,48 m2
2.
Tertunjuk (indicated) dengan jarak
250 - 500 m dari titik informasi, luas
daerah pengaruh 390.766,48 m2
3.
Tereka (inferred) dengan jarak 500 1000 m dari titik informasi, luas
daerah pengaruh 880.674,03 m2

Untuk menghitung harga jual
batubara diperlukan data masing – masing
kualitas batubara diantaranya Total Moisture
(TM), Inherent Moisture (IM), Total Sulfur
(TS), Ash Content (Ash) dan Calorific Value
(CV). Penentuan harga jual batubara
mengacu pada rata – rata 3 (tiga) HPB
terakhir pada bulan dimana dilakukan
kesepakatan HPB dengan faktor pengali
50% untuk bulan terakhir yaitu bulan
Oktober, 30% untuk HPB satu bulan
sebelumnya yaitu bulan September dan 20%
untuk HPB dua bulan sebelumnya yaitu
bulan Agustus. Perkembangan HBA dari
bulan Agustus sampai dengan September
menunjukan peningkatan dari angka 76.7
US$/ton sampai dengan 76.89 US$/ton,
sedangkan dari bulan September sampai
dengan Oktober mengalami penurunan dari
angka 76.89 US$/ton sampai dengan 76.61
US$/ton.

G.
1.

Kondisi Batubara
Kualitas Batubara
Kualitas batubara merupakan data
yang sangat penting dalam pra studi
kelayakan untuk mengetahui kualitas potensi
sumberdaya di daerah penelitian. Untuk OC01, OC-02 dan OC-03 pada Blok A, OC-04
dan OC-05 pada Blok B serta OC-06 pada
BLOK C. Pengujian yang dilakukan antara
lain pengujian Total Moisture (TM),
Inherent Moisture (IM), Ash Content (Ash),
Volatile Matter (VM), Fixed Carbon (FC),
Total Sulfur, Gross Calorific Value (CV).
Pengujian sampel batubara dilaksanakan di
Laboratorium Teknologi Batubara, Prodi
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.

H.

Rencana Target
Umur Tambang

Blok

2.

Harga Jual Batubara
Penentuan harga jual batubara
berdasarkan pada Harga Batubara Acuan
(HBA) dan Harga Patokan Batubara (HPB)
yang dikeluarkan oleh Kementrian ESDM.
Tinggi atau tidaknya harga jual batubara
tergantung dari kualitas batubara yang
terdapat di daerah penelitian.

dan

Target
Umur
Produksi Tambang
(Ton/Tahun) (Tahun)

A

599.032,50

250.000

2,4

B

482.576,93

250.000

1,9

C

315.927,55

250.000

1,3

I.

Rencana Pendapatan
Batubara
Blok

6

Potensi
Batubara
(Ton)

Produksi

Batubara
Harga Jual
Terjual (Ton) (US$/Ton)

Penjualan
Pendapatan
(US$)

A

599.032,50

68,36

40.949.359,16

B

482.576,93

63,48

30.634.478,17

C

315.927,55

67,34

21.274.107,61

J.
1.

Biaya operasional alat mekanis adalah biaya
yang dikeluarkan untuk operasional alat
selama kegiatan penambangan berlangsung.
Biaya operasional terdiri dari biaya bahan
bakar minyak (BBM), biaya pelumas, biaya
perawatan dan biaya ganti ban. Diketahui
harga BBM 1.19 US$/liter, harga pelumas
2.74 US$/liter dengan jam kerja 2.400
jam/tahun

Rencana Biaya
Sewa Alat Mekanis
Blok 1 Blok 2
(Unit) (Unit)
Pengupasan Overburden

Blok 3
(Unit)

2

2

Deksripsi

Bulldozer

2

Excavator PC-400

2

2

2

Dump Truck Nissan

5

5

5

Jumlah

9

9

9

3.

Gaji Operator Alat Mekanis
Operator adalah satu atau lebih orang
yang bertugas untuk mengemudikan
diberbagai jenis alat mekanis yang bertujuan
untuk menambang batubara sesuai dengan
target produksi dan metode yang ditentukan.
Gaji operator merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk membayar gaji operator
selama kegiatan penambangan dilakukan
yang dimulai dari proses pembongkaran,
penggalian, pemuatan, pengangkutan sampai
pada stock pile. Banyaknya jumlah operator
yang harus disiapkan tergantung pada
banyaknya alat mekanis yang bekerja.
Jumlah operator pada Blok A, B dan C
sebanyak 21 orang.

Penambangan Batubara
Loader WA 150

1

1

1

Excavator PC-200

2

2

2

Dump Truck Hino
Jumlah

1

1

1

4

4

4

Dalam pembahasan ini alat mekanis
dikelompokan menjadi dua yaitu alat
mekanis untuk pengupasan lapisan tanah
penutup
/
overburden
(OB)
dan
penambangan batubara. Alat mekanis
pengupasan tanah penutup terdiri dari
bulldozer Komatsu D65PX-15 berkapasitas
4,8 m3, excavator Komatsu PC-400
berkapasitas 1,3 m3, dan dump truck Nissan
CWB ALDN berkapasitas 20 ton, sedangkan
alat mekanis untuk penambangan batubara
terdiri dari wheel loader Komatsu WA 150-5
berkapasitas 1,50 m3, excavator Komatsu
PC-200 berkapasitas 0.5 ton dan dump truck
Hino FM 260 berkapasitas 26 ton. Jumlah
alat mekanis yang harus disiapkan
disesuaikan dengan target produksi di
masing – masing Blok. Berdasarkan tinjauan
biaya dari CV. Zachrie Brothers yang
bergerak dibidang penyewaan alat mekanis
penambangan, telah diketahui biaya sewa
per unit bulldozer seharga 87.272,73
US$/tahun, Excavator PC-400 seharga
130.909,09 US$/tahun, Nissan EWB seharga
32.727,27 US$/tahun, Excavator PC 200
seharga 78.545,45 US$/tahun, Hino Dutro
seharga 65.454,55 US$/tahun dan Loader
WA 150 seharga 65.454,55 US$/tahun.
2.

4.

Biaya Komsumsi Alat Mekanis
Konsumsi merupakan kewajiban dari
perusahaan
yang
ditujukan
untuk
kesejahteraan setiap operator. Biaya
konsumsi adalah biaya yang dikeluarkan
untuk konsumsi operator selama kegiatan
penambangan berlangsung. Besarnya biaya
konsumsi
operator
tergantung
pada
banyaknya operator yang bekerja pada saat
kegiatan berlangsung. Jumlah konsumsi
operator per hari adalah 3 kali dengan harga
0,91 US$/porsi. Untuk hari kerja yang
direncanakan adalah 25 hari kerja/bulan.
5.

Biaya Pengupasan Tanah Penutup
Biaya pengupasan tanah penutup
adalah biaya yang harus disediakan untuk
kegiatan pengupasan tanah penutup yang
mempunyai ketebalan yang berbeda – beda.
Biaya pengupasan terdiri dari biaya sewa
alat mekanis, biaya operasional alat
mekanis, gaji operator dan biaya konsumsi
untuk kegiatan pengupasan tanah penutup

Biaya Operasional Alat Mekanis
BBM

Deksripsi

Lt/Jam

Pelumas Perawatan Ganti Ban
Lt/Jam

$/jam

$/Ban

Pengupasan Overburden
Bulldozer

35

0,26

2,40

Excavator PC-400

25

0,50

3,00

25

0,12

1,40

340,00
331,50

Dump Truck Nissan

6.
Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang harus
disediakan untuk kegiatan memproduksi
atau mengambil batubara dibawah lapisan
tanah penutup. Biaya produksi terdiri dari
biaya sewa alat, biaya operasional alat, gaji

Penambangan Batubara
Loader WA 150

35

0,25

2,40

Excavator PC-200

10

0,10

1,40

Dump Truck Hino

35

0,30

2,40

5.313

7

operator dan biaya konsumsi untuk kegiatan
produksi

stripping cost (SC) per ton. Batasan yang
dipakai dalam BESR yaitu jika BESR > 1
maka dapat dilakukan penambangan dengan
menggunakan sistem tambang terbuka,
sedangkan jika BESR < 1 maka system yang
lebih cocok adalah sistem tambang bawah
tanah

K.
1.

Pembahasan
Wilayah Keprospekan Kawasan
Pertambangan
Sesuai dengan Keputusan Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral Tentang
Kriteria Penentuan dan Tata Cara
Pembuatan Peta Wilayah Keprospekan
Kawasan Pertambangan, Serta Prosedur
Penetapan Kawasan Pertambangan Dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah, ada 4 (empat)
faktor yang dianggap berpengaruh dalam
pengambilan keputusan tersebut sesuai,
yaitu Faktor Kelas Sumberdaya, Faktor
Lahan, Faktor Pangsa Pasar dan Faktor
Pencapaian Daerah.
Berdasarkan Keputusan Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral 7) tersebut,
wilayah
keprospekan
kawasan
pertambangan dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) jenis yaitu Wilayah Keprospekan
Kawasan Pertambangan Utama (WKKPU),
Wilayah
Keprospekan
Kawasan
Pertambangan Pengembangan (WKKPP)
dan Wilayah Keprospekan Kawasan
Pertambangan
Berpotensi
(WKKPB).
Berdasarkan penialian dan evaluasi wilayah
keprospekan kawasan pertambangan, maka
kriteria kawasan pertambangan untuk Blok
A, B dan C termasuk dalam Wilayah
Keprospekan
Kawasan
Pertambangan
Utama (WKKPU).

Deskripsi
Target Produksi
(Ton/Tahun)
ReV/ Ton (US$)

Blok A

Blok B

Blok C

250000

250000

250000

$ 68,36

$ 63,48

$ 67,34

PC / Ton (US$)

$

5,32

$

5,32

$

5,32

SC/ Ton (US$)

$

3,04

$

3,04

$

3,04

BESR

$

1,75

$

1,75

$

1,75

4.

Analisis
Kepekaan
(Sensitifity
Analisys)
Analisis kepekaan bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari
adanya perubahan nilai suatu parameter
utama terhadap nilai secara keseluruhan.
Analisis kepekaan ini menggunakan
pendekatan ceteris paribus (apabila hal – hal
lain sama), yaitu menganggap perubahan
hanya terjadi pada satu variabel saja,
sedangkan variabel – variabel lain dianggap
sama atau tetap. Dalam penelitian ini,
parameter yang akan dianalisis (diubah)
adalah perubahan harga jual batubara
sedangkan parameter production cost/ton
(PC) dan stripping cost/ton (SC) dianggap
tetap.

L.
1.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ambil
dari pembahasan bab sebelumnya adalah :
a. Dari hasil analisis Keputusan Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral
Tentang Kriteria Penentuan dan Tata
Cara Pembuatan Peta Wilayah
Keprospekan
Kawasan
Pertambangan,
Serta
Prosedur
Penetapan Kawasan Pertambangan
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
dengan cara mengevaluasi 4 faktor
yaitu faktor kelas sumberdaya, faktor
lahan, faktor pangsa pasar dan faktor
pencapaian daerah Blok A, B dan C
termasuk
dalam
Wilayah
Keprospekan Kawasan Pertambangan
Utama (WKKPU).
b. Berdasarkan
Peraturan
Daerah
Provinsi Kalimantan Timur Nomor
10
Tahun
2012
tentang
Penyelenggaraan Jalan Umum dan
Khusus
Untuk
Kegiatan

Jalur Pengangkutan Batubara
Jalur pengangkutan batubara adalah
jalur yang dilalui oleh alat angkut berupa
truk dari berbagai jenis tipe dari lokasi
penambangan ke lokasi pasar maupun
sebaliknya untuk memenuhi permintaan
pasar. Analisis pengangkutan batubara
sangat penting dalam penelitian ini di
karenakan untuk menentukan jalur dan jarak
yang akan di tempuh untuk pengangkutan
batubara. Penentuan jalur batubara mengacu
pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Timur Nomor 10 Tahun 2012.
2.

3.

Break Even Stripping Ratio (BESR)
BESR adalah salah satu metode
untuk pemilihan sistem penambangan yang
akan digunakan apakah layak menggunakan
sistem tambang terbuka atau sistem tambang
bawah tanah di lihat dari aspek ekonomi.
BESR juga merupakan perbandingan harga
batubara atau recoverable value (ReV) per
ton dan biaya produksi atau production cost
(PC) per ton dengan biaya pengupasan atau

8

c.

d.

Pengangkutan Batubara dan Kelapa
Sawit maka jalur pengangkutan
batubara menggunakan jalur khusus
ke pelabuhan Harapan Baru di Desa
Pendingin, Kecamatan Muara Jawa
yang berjarak sekitar 8 km.
Berdasarkan perhitungan BESR Blok
A, B dan C nilai BESR adalah > 1
yang berarti potensi batubara Blok A,
B dan C masih layak untuk
menggunakan
sistem
tambang
terbuka.
Dari hasil analisis kepekaan terhadap
perubahan (naik/turun) harga jual
batubara berdasarkan HPB marker
No 1 – 8 periode bulan oktober tahun
2013, nilai BESR Blok A, B dan C
peka terhadap perubahan harga jual
batubara.

2.

Saran
Adapun saran yang dapat di ambil
dari kesimpulan di atas yaitu :
a. Perlu dilakukan eksplorasi lanjutan
untuk memperoleh kelas potensi
sumberdaya yang lebih tinggi untuk
meningkatkan
kriteria
kawasan
pertambangan.
b. Perlu dilakukan kajian khusus untuk
menentukan jalur pengangkutan
batubara yang layak secara teknis dan
ekonomis
c. Perlu dilakukan studi kelayakan
untuk memperoleh tingkat keyakinan
yang lebih tinggi.

Biaya Pengupasan Tanah Penutup
Deksripsi

Blok 1 (US$)

Blok 2 (US$)

Blok 3 (US$)

600.000,00

600.000,00

600.000,00

2.394.001,92

2.394.001,92

2.394.001,92

Gaji Operator

34.636,64

34.636,64

34.636,64

Biaya Konsumsi
Biaya Pengupasan

7.636,64

7.636,64

7.636,64

3.028.638,56

3.028.638,56

3.028.638,56

Biaya Sewa Alat
Biaya Operasional

Biaya Produksi
Deksripsi

Blok 1 (US$)

Blok 2 (US$)

Blok 3 (US$)

288.000,00

288.000,00

288.000,00

1.023.741,60

1.023.741,60

1.023.741,60

Gaji Operator

15.272,73

15.272,73

15.272,73

Biaya Konsumsi
Biaya Produksi

3.272,73

3.272,73

3.272,73

1.330.287,05

1.330.287,05

1.330.287,05

Biaya Sewa Alat
Biaya Operasional

9