APLIKASI MANAJEMEN KEUANGAN DI LINGKUP P

APLIKASI MANAJEMEN KEUANGAN
DI LINGKUP PROYEK PT BRANTAS
ABIPRAYA (Persero)

MAKALAH
DONNY EKO KURNIAWAN
PK-289

MANAJEMEN KEUANGAN PROYEK
Manajemen finansial atau manajemen keuangan merupakan proses untuk memperoleh dan
mengelola sumber daya keuangan pada proyek, terutama pada penghasilan (revenue) dari sumber
daya tersebut, dan menganalisa atau updating arus kas (cash flow) untuk proyek konstruksi yang
lebih dari sekedar pengelolaan biaya.

1.DASAR MANAJEMEN FINANSIAL
1.a. PENERIMAAN
Unsur utama dari keuangan adalah penerimaan (pendapatan), karena dari penerimaan
atau rencana penerimaan yang ada, maka terjadilah kegiatan pengeluaran. Untuk proyek,
realisasi penerimaan sangat ditentukan oleh cara pembayaran yang telah ditetapkan dalam
surat perjanjian atau kontrak konstruksi.


Jadwal penerimaan harus dapat disusun secara cepat dan akurat, artinya jumlah
penerimaannya benar dan waktu cairnya tepat. Rencana jumlah penerimaan umumnya
berkaitan dengan besarnya prestasi pekerjaan pada waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan
awal. Didalam penerimaan terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun
jadwal penerimaan (cash in), yaitu perkiraan prestasi pekerjaan yang mengacu pada time
schedule proyek dan perkiraan waktu untuk proses pencairan yang mengacu pada pekerjaan
sendiri berdasarkan pengalaman.
Pencairan rencana penerimaan akan melalui suatu proses yang memerlukan waktu,
mulai semua persyaratan fisik dan administrasi sudah dipenuhi sampai dengan masuknya
uang ke dalam kas atau rekening perusahaan. Perkiraan waktu untuk proses pencairan bisa
berbeda-beda, tergantung oleh jenis proyek, kebiasaan orang-orang yang terlibat dalam
proses pencairan, lokasi proyek, sistem administrasi yang ada, dan lain-lain. Di dalam proses
ini yang sering ada masalah yang menyangkut ekstern maupun intern sendiri.

1.b. PENGELUARAN
Pedoman dasar bagi pengeluaran adalah rencana kegiatan kerja, dimana berpengaruh
langsung. Sebagai contoh, bila kegiatan membesar maka pengeluaran membesar, namun
hubungan tidak linear tergantung kebijakan pembiayaannya. Kebijakan operasional yang
berkaitan dengan pengeluaran adalah :
1.b.i) Pembayaran secara tunai (cash).

1.b.ii)Pembayaran dengan jangka waktu tertentu (credit) Bisa saja kegiatan membesar,
tetapi pengeluarannya bertambah tidak terlalu besar (banyak kredit) atau sebaliknya kegiatan
bertambah tidak terlalu besar, tetapi pengeluarannya bertambah cukup besar (banyak cash).
Dalam menetapkan kebijakan pembayaran tersebut, terdapat dua masalah yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:

a) Harga barang / jasa, akan relatif murah melalui cara pembayaran tunai. Cara ini

memerlukan modal kerja yang besar yang pada dasarnya diperoleh dari bank
(lembaga keuangan) dan uang muka pekerjaan, selain modal sendiri yang umumnya
kecil.
b)

Harga barang/jasa relatif mahal melalui cara pembayaran berjangka. Semakin lama
jangka

waktunya,

harganya


semakin

mahal

karena

beban

bunga.

Pada umumnya, kebijakan pembayaran dilakukan secara kombinasi antara
pembayaran tunai dan pembayaran berjangka waktu (kredit). Kedua cara pembayaran
tersebut memberikan dampak pada biaya. Untuk pembayaran tunai yang umumnya
didukung dengan pinjaman dari bank, kelebihannya, harga beli realtif murah, tetapi
kelemahannya harus membayar bunga pinjaman. Sebaliknya untuk pembayaran
kredit, kelebihannya tidak memerlukan pinjaman yang konsekuensinya bunga tetapi
kelemahannya harga beli barang/jasa, relatif tinggi.

Jadwal pengeluaran KEUANGAN sepenuhnya ada pada kendali perusahaan, namun tetap
mengacu kepada program kerja yang ada. Sesuai dengan sistem dalam akuntansi, maka

pengeluaran uang perusahaan dapat untuk menunjang berbagai tujuan yaitu:

Biaya langsung, yang terdiri dari:
A. Biaya upah.
B. Biaya material
C. Alat
D. Biaya-biaya langsung lainnya

Biaya tidak langsung
A. Biaya overhead kantor wilayah/cabang
B. Biaya overhead kantor pusat
C. Pajak-pajak
Pada umumnya setiap proyek memerlukan kas awal untuk dapat memulai
kegiatannya. Walaupun proyek dengan fasilitas pembayaran uang muka sekalipun tetap

memerlukan kas awal. Hal ini disebabkan cairnya uang muka memerlukan waktu, sehingga
tidak mungkin cair sebelum dimulai. Kas awal yang disediakan untuk proyek, biasanya tidak
terlalu besar, misalnya untuk pengeluaran pada bulan pertama (bulan-bulan awal).
Bulan-bulan berikutnya bila terjadi defisit, maka harus ditutupi / diatasi dengan modal
pinjaman (dari bank, dari perusahaan induk atau lembaga keuangan lain). Mungkin saja

dalam suatu proyek tidak dibekali dengan kas awal. Untuk kasus ini berarti sejak bulan
pertama proyek sudah perlu disediakan modal pinjaman yang harus diadakan sebelum proyek
dimulai. Yang dimaksud dengan kas awal adalah sejumlah uang yang harus disediakan pada
awal kegiatan proyek, yang nantinya uang ini harus dikembalikan dari penerimaan proyek di
akhir pekerjaan.
Pada dasarnya fungsi Manajemen Keuangan dalam mencapai tujuan Perusahaan adalah:
-

Menetapkan Struktur Keuangan Perusahaan (jumlah dan sumber)

-

Mengalokasikan dana (modal kerja dan investasi)

-

Mengendalikan keuangan Perusahaan (efisiensi dan efektifitas)

2.CASH FLOW
2.a. PENGERTIAN CASH FLOW

Cash flow (aliran kas) merupakan “sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk
sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri
dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa
saldonya setiap periode.
Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas
adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan atau
investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu
Pertama, fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa
ada pengurangan investasi awal

Kedua, fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko
penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif
cepat.
Ketiga,capital

growth,

dana


yang

diperuntukkan

untuk

penambahan/perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang..
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga
kelompok yaitu:
a) Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan dengan

pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah, gedung, biaya
pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out
flow)

b) Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang
berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan
administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk
(cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).


c) Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek
yaitu penjualan peralatan proyek.
2.b. KETERBATASAN
Cash flow mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan antara lain Apabila
terdapat perubahan pada situasi internal maupun eksternal dari perusahaan yang dapat
mempengaruhi estimasi arus kas masuk dan keluar yang seharusnya diperhatikan, maka akan
terhambat karena manager hanya akan terfokus pada budget kas misalnya; kondisi ekonomi
yang kurang stabil, terlambatnya customer dalam memenuhi kewajibanya.

2.c. MANFAAT

Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan sangat
berguna bagi beberapa pihak terutama manajemen.
Diantaranya:
a) Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana

keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
b) Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan


memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
c)

Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.

d) Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang

diberikan kepadanya

2.d. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN
Adapun langkah yang biasa dilakukan dalam penyusunan cash flow, yaitu :
1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
2. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi

defisit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.

3. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya

transaksi financial dan budget kas yang final.


3. FINANCIAL CONTROL

Pengendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek,
yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan,
berupa anggaran yang telah ditetapkan.
Pengendalian biaya proyek dapat dibagi sesuai dengan siklus proyek, yaitu
pengendalian tahap konseptual, perencanaan dan implementasi. Pengendalian biaya dapat
pula ditinjau per kegiatan, seperti pengendalian engineering, pengadaan, dan konstruksi.
Pengendalian biaya tahap implementasi memerlukan persiapan yang matang, seperti
mereview dokumen kontrak, menilai kompleksitas dan risiko proyek, menentukan intensitas
pengendalian yang akan dilaksanakan dan menyiapkan personil yang diperlukan.
Pengendalian biaya di kantor pusat terutama diarahkan pada kegiatan engineering,
pengadaan material dan peralatan, dan pelayanan pendukung. Sedangkan di lapangan adalah

biaya tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung, fasilitas sementara, dan pengeluaran
lain-lain. Seperti halnya pola umum pengendalian, proses pengendalian proyek mengikuti
urutan berikut; menyusun anggaran, mengumpulkan data dan informasi hasil pelaksanaan
pekerjaan, mengadakan koreksi sesuai keperluan, menyusun laporan. Potensi hasil
pengendalian biaya maksimal terletak pada tahap konseptual, di mana segala sesuatu sedang
dirumuskan. Di sini disaring berbagai alternatif. Dalam menentukan pilihan inilah harus

selalu diingat aspek biaya.
Pengendalian biaya engineering terdiri dari penelitian progress kemajuan fisik (jumlah
perhitungan atau studi, spesifikasi, gambar dan paket yang diselesaikan) dan penggunaan
jam-orang dan biaya masing-masing disiplin. Pengendalian biaya pengadaan meliputi
pemeriksaan jumlah penyelesaian (bersama bidang engineering), jumlah dan waktu
penyerahan barang atau peralatan, penentuan harga pemenang lelang, dan lain-lain.
Kegiatan konstruksi pengendalian biaya dan jadwal dipusatkan pada masalah
penggunaan jam-orang tenaga anggaran dan kenyataan. Hal ini mengingat porsi terbesar
pengeluaran adalah untuk membayar material dan tenaga kerja.
.

4. KESIMPULAN
Dalam penerapan manajemen finansial di proyek, ada beberapa masalah yang bersifat intern
maupun ekstern. Adapun masalah tersebut adalah, sebagai berikut :
1. Penerimaan

Dalam proses penerimaan (uang muka,termin,retensi) sering adanya masalah di pihak ekstern
(owner).
2. Pengeluaran

Dalam proses pengeluaran, minimalisasi pembayaran tunai biasa terkendala dengan
kemampuan dan kepercayaan supplier.
3. Financial control

Karena dalam biaya terbesar adalah material dan tenaga (tenaga langsung maupun tidak
langsung). Sedangkan lingkup usaha di PT Brantas Abipraya adalah seluruh Indonesia, maka
timbul mobilisasi material dan tenaga yang kadang kurang efektif dan efisien.

4. SARAN
Agar suatu pengendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya
harus menguasai masalah-teknis serta tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam
perusahaan ini diperlukan suatu suasana atau kondisi yang mendukung, antara lain:

- Sikap sadar anggaran, dimana berarti semua pihak penyelenggara proyek menyadari
dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya.

- Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghaslkan penghematan biaya.
Salah satu cara yang mendorong terciptanya suasana tersebut adalah mengkomunikasikan
kepada pihak pimpinan dan mereka yang berkepentingan perihal penggunaan dana dan

menekankan

adanya

area-area

yang

potensial

dapat

diperbaiki

kinerjanya.