MAKALAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA MAS

MAKALAH
PERADABAN ISLAM DI INDONESIA MASA PRA-KEMERDEKAAN
Nama : Admiral Amir Kasim
Rizki Juhansyah
Ridho Kurnia Putra
Fadly Muhammad
Fakultas : Agama Islam
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Semester : 2 (sore)
Dosen : Fatima MA Hk
UNIVERSITAS SATYAGAMA
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Assalamiualaikum wr. wb.
Bismillahirrohmanirrohim, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang dengan itu semua kita mampu menjalankan
segala bentuk amanah yang diberikan kepada kita sebagai khalifatullah di muka bumi ini.
Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, yang telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya menjalani kehidupan di dunia

agar kita selalu dalam lindungan dan ridho Allah SWT.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing, Ibu Fatimah
MA.Hk atas segala bimbingan, arahan dan ilmu yang telah disampaikan kepada penulis.
Selanjutnya, Alhamdulillah makalah “Peradaban Islam di Indonesia Masa Pra-Kemerdekaan”
ini dapat terselesaikan, meskipun masih banyak kekurangannya. Semoga dengan gtersusunnya
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
semua. Aamiin…
Wassalamualaikum wr. wb.

Jakarta, Mei 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat
manusia. Agama Islam pertama kali diajarkan Rasulullah di Mekkah ditengah-tengah kaum
jahiliyah. Setelah kurang lebih 13 tahun berdakwah di Mekkah, kemuadian beliaupun hijrah ke
Madinah dan menyebarkan agama Islam disana.

Setelah Rasulullah SAW wafat, maka penyebaran agama Islam diteruskan oleh para sahabat,
tabi’in, para wali, para ulama, dan para tokoh perjuangan Islam dari satu tempat ke tempat lain.
Akhirnya agama Islam pun tersebar dari jazirah Arab sampai Eropa, Afrika, India, China, dan
Indonesia. Proses penyebaran Islam tersebut berlangsung secara bertahap dan
berkesinambungan dengan berbagai cara.
Yang lebih mengagumkan lagi, masuk dan diterimanya agama Islam di Indonesia bukan melalui
jalan kekerasan, namun melalui hubungan dagang maupun kontak social kemasyarakatan yang
terjalin secara baik. Dalam lembar sejarah di tanah air, hampir tidak ada ditemukan besar dalam
penyebaran agama Islam, baik yang dilakukan oleh para saudagar dari mancanegara maupun
oleh para wali dan ulama di tanah air.
Para pendakwah dalam menyebarkan agama Islam selalu mampu menunjukkan kepada para
penduduk di negeri yang ereka datangi dengan berdakwah secara persuasive. Dakwah secara
persuasive adalah dakwah melalui pendekatan baik itu pendekatan tradisi, adat, maupun budaya.
Bahkan para wali songo mampu mengemas dakwah mereka melalui pendekatan tradisi, adat,
dan budaya local. Sehingga penerimaan agama Islam lebih merasuk kedalam hati masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari tulisan diatas, penulis mencoba mengulas secara lebih luas lagi bagaimana sejarah
masuknya agama Islam ke Indonesia hingga akhirnya umat Islam mempunyai kekuatan politik
di tanah air ini. Untuk itu penulis akan mencoba mengulas dalam tiga pokok bahasan:
1. Teori Kedatangan Agama Islam di Indonesia

2. Sejarah Awal Masuknya Agama Islam ke Indonesia
3. Agama dan Kekuatan Politik masa Kolonialisme

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sejarah masuknya agama
Islam ke Indonesia hingga akhirnya umat Islam mempunyai kekuatan politik pada masa prakemerdekaan

BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Kedatangan Agama Islam di Indonesia
Banyak teori yang mengatakan bahwa Indonesia telah memiliki peradaban yang tinggi sejak
zaman pra-sejarah. Bahkan ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa, sebuah wilayah yang
dimaksud Plato (seorang filsuf Yunani yang hidup sekitar abad ke-4 SM), yang dimaksud
sebagai kota atau Negara dengan peradaban yang tinggi kemudian musnah dalam semalam oleh
sebuah bencana alam yang maha dahsyat itu adalah Indonesia. Sebuah teori juga mengatakan
bahwa bencana alam yang maha dahsyat yang dimaksud adalah letusan gunung Toba yang
membuat Indonesia berubah menjadi bentuk gugusan kepualauan yang terdiri dari beberapa
pulau-pulau besar dan sepuluh ribu lebih pulau-pulu kecil. Hingga saat ini, dampak dari letusan
gunung Toba dapat pula kita lihat berupa danau Toba yang ditengahmya terdapat pulau
Samosir. Menurut para ahli, sebenarnya pulau Samosir tersebut adalah ana gunung toba yang

sewaktu-waktu bias meletus kembali.
Kembali kepada teori kedatangan agama Islam di Indonesia, menurut para sejarawan, proses
masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal,
melainkan ber-evolusi, lambat laun, dan sangat beragam. Ada 4 teori mengenai kedatangan
Agama Islam di Indonesia, yaitu :
a. Teori Mekkah
Teori Mekkah diperkenalkan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang kita kenal
dengan nama Buya Hamka. Seorang ulama dan sastrawan terkemuka di Indonesia. Beliau
menolak seluruh anggapan para sejarawan barat yang mengatakan bahwa Islam dating ke
Indonesia tidak lagsung dari Arab.
Bahan argumentasi yang dijadikan rujukan oleh Buya Hamka adalah sumber local Indonesia
dan sumber arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan Islam ke Indonesia tidak dilandasi
oleh factor ekonomi, melainkan didorong oleh motovasi spirit penyebaran agama Islam
(dakwah). Dalam oandangan Buya Hamka, jalur perdagangan antara Aran dan Indonesia telah
berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
b. Teori Gujarat

Teori Gujarat menyatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat
pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat sendiri terletak di India bagian barat, berdekatan
dengan laut Arab. Teori ini kebanyakan dipakai olh sejarawan dari Barat dan kaum Orientalis.

c. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatagan Islam ke Indonesia berasal dari Persia atau
Iran. Pencetus teori ini adalah Hoesein Djadjadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam
memberikan analisisnya, Hoesein lebih menitikberatkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang antara masyarakat Persia dan Inopnesia.tradisi tersebut antara lain tradisi
merayakan 10 Muharram atau Assyuro, sebagai hari suci kaum Syi’ah atas kematian Husein bin
Ali, cucu nabi Muhammad SAW, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman,
Sumatera Barat. Istilah “tabut” yang berarti keranda, diambil dari bahasa arab yang
ditransmisikan melalui bahasa Persi.
d. Teori China
Teori China mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau China. Orang China telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindhu-Budha, etnis China telah berbaur
dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan ajaran Islam telah sampai
di China pada abad ke-7 M, yang menurut satu riwayat, agama Islam dibawa ke China oleh
salah seorang sahabat nabi yang bernama Saad bin Abi Waqqas. Konon, pada masa dinasti Tang
(618-960) di daerah kanton, Guang Zhou, dan pesisir selatan China telah banyak berdiri
pemukiman muslim.
Bukti-bukti yang menguatkan teori China ini adalah terdapat banyak masjid-masjid yang
berarsitektur Tiongkok di kota-kota pelabuhan di pesisir utara pulau Jawa. Pelabuhan penting

sepanjang abad 13-15 M seperti Gresik. Misalnya menurut catatan-catatan China, banyak
terdapat para pedagang China yang mengelola usaha mereka disana.
Semua teori-teori diatas masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Tidak
ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Yang pasti,
kedatangan agama Islam ke Indonesia tidak berasal dari satu tempat, satu kelompok, dan tidak
dalam waktu yang bersamaan pula.1

2. Sejarah Awal Masuknya Islam ke Indonesia
Ada dua teori yang banyak dipakai dalam penulisan sejarah awal masuknya Islam ke Indonesia,
yaitu:
a. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke 13 M. Gujarat ini terletak di India bagian barat,
berdekatan dengan laut Arab. Tokoh yang mensosialisasikan teori ini kebanyakan
adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J.
Pijnapel dari universitas Leiden pada abad ke19.2
b. Teori China
Teori China mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia melalui 2 jalur.
Jalur pertama, para pendakwah dari China tiba terlebih dahulu di kerajaan Champa.
Setelah beberapa saat bermukim disana, mereka melanjutkan dakwah ke Indonesia yang

pada masa itu dibawah kekuasaan imperium Kerajaan Majapahit. Para pendakwah
mendarat di kota pelabuhan terbesar saat itu, Gresik. Sedangkan jalur kedua, para
pendakwah berlayar menuju Philipina, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku Utara.
Dari kedua teori diatas, keduanya bermuara pada sekelompok pendakwah yang
berdakwah di tanah Jawa yang pada masa itu masyarakatnya masih menganut agama
Hindu Syiwa dan Budha. Kedua agama tersebuat adalah agama resmi kerajaan
Majapahit, yang pada masa itu menguasai seluruh wilayah Indonesia hingga Singapura
(Temasek) dan Malaysia (Malaka). Para pendakwah yang dating ke tanah Jawa itulah
yang kita kenal sekarang sebagai Wali Songo.
Para wali tersebut datang ke tanah jawa sekitar awal abad ke-14 M, dimulai dengan
kedatangan Syekh Maulana Malik Ibrahim yang mendarat di kota pelabuhan Gresik.
Syekh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dengan Sunan Gresik adalah orang Arab
yang telah lama menetap di Gujarat India. Di Gujarat, beliau disamping seorang
pendakwah juga seorang pedagang ( mengikuti cara hidup Nabi Muhammad SAW).
Setelah dakwah beliau berhasil dan mayoritas penduduk Gujarat beragama Islam,
barulah beliau melanjutkan ndakwahnya ke Indonesia. Kedatangan Syekh Maulana
Malik Ibrahim, tidak hanya “membenarkan” teori Gujarat yang banyak digunakan

sejarawan Belanda, tetapi juga membenarkan teori Mekkah yang ditulis oleh Buya
Hamka.

Adapun teori China, dipakai untuk kedatangan Sunan Bonang ke tanah Jawa. ,eski tidak
ada catatan yang menyebutkan dimana Sunan Bonang pertama kali mendarat, walaupun
beliau dating tidak lama setelah Sunan Gresik, namun yang dicatat sejarah adalah
bahwa beliau adalah seorang keturunan China yang bermukim di Champa, kemudian
datang ke Indonesia untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dari
Sunan Bonang inilah yang keturunannya banyak memiliki kekerabatan dengan
kerajaan-kerajaan di Indonesia.

3. Agama dan Kekuatan Politik pada Masa Kolonialisme
Agama Islam berkembang di Indonesia berlangsung selama berabad-abad. Pemeluk agama
Islam di Indonesia yang pertama meliputi para pedagang yang segera disusul oleh orang-orang
kota, baik dari lapisan atas maupun lapisan bawah. Menganut agama Islam merupakan senjata
bagi mereka untuk melawan musuh dari luar dan dalam. Bahaya dari dalam adalah masuknya
agresor-agresor perdagangan dan agama barat di kawasan Asia Tenggara yaitu orang-orang
Portugis yang muncul sebagai unsure kekuasaan di Asia Tenggara pada permualaan abad ke-16.
Denga keyakinan bahwa membaptiskan orang-orang disana kedalam agama Kristen, maka
mereka akan menghapuskan monopoli Islam dalam perdagangan rempah-rempah, kemudian
muncul pengancam baratlainnya yaitu VOC. Berdeda dengan orang-orang Portugis yang
dilawannya mati-matian dan akhirnya diusir dari Malaka dan dari benteng-benteng pertahanan
lainnya di Indonesia, orang Belanda tidak memperdulikan penaklukan yang bersifat agama

dibandingkan dengan keuntungan-keuntungan dibidang perdagangan.
Persaingan dan perang-perang perebutan tahta antara penguasa yang telah menjadi Islam tidak
jarang memberikan kesempatan kepada orang Portugis dan Belanda untuk mencari alasan
mencampuri urusan politik Indonesia. Namun, kebanyakan perlawanannya yang dijumpai
Portugis dan Belanda menggumpal disekitar agama Islam. Silam tetap melanjtkan peranannhya
selama berabad-abad sebagai pusat perlawanan terhadap campur tangan barat dan kelak
terhadap pemerintahan colonial Belanda.3

Pentingnya politik Islam Indonesia termasuk Islam Jawa, sebagian besar berakar pada
kenyataan bahwa didalam Islam batas antara agama dan politik sangatlah tipis. Islam adalah
suatu way of life dan agama. Sebagaimana didalam masyarakat islam lainnya, guru-guru agama
dan para kyai serta ulama, sejak awal merupakan unsure social yang penting dalam masyarakat
Indonesia. Ancaman Islam yang dilakukan para priyayi meskipun telah memeluk agama islam
tetapi mereka tetap melangsungkan kebudayaan aristokrasinya sendiri yang pada umumnya
bertentangan dengan kebudayaan santri dan para ulama yang sedang tumbuh. Kemerosotan ini
merupakan akibat yang tidak dapat dihindarkan dari kekuasaan Belanda di Indonesia yang
kenyataannya membuat raja-raja Indonesia menjadi alat kekuasaan Kristen. Sejak pertengahan
abad ke-19 dan seterusnya, agama Islam di Inonesia secara bertahap mulai menanggalkan sifatsifatnya yang sinkretik.
Memasuki awal abad ke-20, masyarakat Indonesia mulai mengalami transformasi social, politik,
ekonomi, dan budaya yang cepat serta pengaruh dari dunia luar. Dalam konteks perubahan atau

pembaharuan inilah masyarakat Islam di Indonesia merasa perlu untuk memiliki organisasi yang
dapat mengayomi umat dalam bidang agama maupun politik. Berikut ini empat organisasi Islam
yang berkembang di Indonesia yang mengurus bidang keagamaan dan juga politik umat Islam
di Indonesia:
a. Muhammadiyah
Ketika Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tahin 1912, umat islam
sedang dalam kondisi terpuruk. Bersama seluruh bangsa Indonesia, mereka terbelakang
dalam tingkat pendidikan yang sangat rendah. Selain itu kemakmuran ekonomi yang
sangat parah serta kemampuan politik yang sangat lemah. Lebih memprihatinkan lagi
identitas keislaman merupakan salah satu poin negative kehidupan umat. Islam pada
waktu itu identik dengan profil kaum santri yang selalu mengurusi kehidupan akhirat
sementara seolah tidak mau tahu dengan perkembangan dan persoalan zaman.
Sementara lembaga organisasi keagamaan juga masiih bergelut dengan urussn yang
tidak banyak bersentuhan dengan dinamika realita social, apalagi berusaha untuk
meajukannya.
b. Persis (Persatuan Islam)
Persis sebagai organisasi berlabel modernis telsh memberikan warna baru bagi
dinamika peradaban Islam di Indonesia pada waktu itu. Persis yang lahir pada abad ke-

20 merupakan respons terhadap karakter keberagaman masyarakat Islam di Indonesia

yang cenderung sinkretik, akibat dari pengaruh prilaku keberagaman masyarakat
Indonesia. Indonesia sebelum memiliki organisasi Islam memang merupakan lahan
subur bagi praktik sinkretisme, akibat sikap akomodatif para penyebar Islam di
Indonesia terhadap adat istiadat yang sebelumnya telah mapan. Meskipun tidak dapat
dipungkiri, bahwa keberhasilan penyebaran agama Islam juga tidak lepas dari sikap
akomodatif. Bagi Persis, praktik sinkretisme merupakan kesatuan yang tidak boleh
dibiarkan berkembang dan harus segera dihapus karena bias merusak sendi-sendi
fundamental agama Islam.
c. Nahdatul Ulama (NU)
NU lahir pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini diprakarsai oleh
sejumlah ulama terkemuka. Lahirnya NU bisa dikatakan sebagai kebangkitan para
ulama. NU didirikan untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional atau
sebagai reaksi atas prestasi ideology gerakan modernisasi Islam yang mengusung
gagasan purifikan puritanisme. Pembentukan NU merupakan upaya pengorganisasian
dan peran para ulama, pesantren, yang sudah ada sebelumnya. Agar wilayah kerja
keulamaan lebih ditingkatkan, dikembangkan, dan diluaskan jangkauannya. Dengan
kata lain, didirikannya NU adalah untuk menjadi wadah bagi usaha mempersatukan dan
menyatukan langkah-langkah para ulama dan kiai pesantren.
d. Masyumi
Masyumi didirikan pada 24 Oktober 1943 sebagai pengganti MIAI karena pada waktu
itu Jepang memerlukan satu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia
melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian, Jepang tidak terlalu tertarik dengan
partai-partai Islam yang telah ada di zaman Belanda, yang kebanyakan berlokasi di
perkotaan dan berpola fikir modern, sehingga pada minggu-minggu pertama Jepang
telah melarang Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (PII).
Pada tanggal 7-8 Oktober, diadakan muktamar Islam di Yogyakarta dan dihadiri oleh
hampir semua tokoh organisasi Islam dari masa sebelum perang serta masa pendudukan
Jepang.
Kongres memutuskan untuk mendirikan syuro pusat bagi umat Islam Indonesia.
Masyumi yang dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam, pada awal

berdirinya Masyumi hanya empat organisasi yang masuk Masyumi, yaitu
Muhammadiyah, NU, Perserikatan Ulama Islam, dan Persatuan Umat Islam.
Beberapa tokoh Masyumi yang terkenal adalah:
 K.H Hasyim Asy’ari
 K.H Walid Hasyim
 H. Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka)
 Muhammad Natsir
 Syafrudin Prawiranegara
Dari empat organisasi tersebutdapat dipahami pembaharuan Islam yang berkenaan
dalam bidang politik, social, dan budaya yang bertujuan untuk memperbaiki Islam yang
murni.oleh karena itu ajaran islam bersifat universal, tidak saja dalam dimensi sejarah,
akan tetapi universal dalam dimensi sosiologis dan antropologis. Dengan demikian,
Islam adalah agama bagi semua zaman, dan bagi semua orang dalam berbagai posisi
social, ekonomi, budaya, dan politik. Sesuai dengan tujuannya bahwa Islam adalah
rahmat bagi semesta alam.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa;
Islam yang datang ke Indonesia berasal dari berbagai tempat/teori, diantaranya Mekkah,
Gujarat, dan China, dimana satu sama lain memiliki pembenaran dan bukti yang
memperkuatnya.
Pada masa pra-kemerdekaan Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan,
namun menurut Buya Hamka, Islam datang ke Indonesia tidak atas dasar perdagangan,
melainkan memang para pembawa agama Islam berniat untuk menyebarkannya ke
wilayah Indonesia(waktu itu Nusantara).
Dalam upaya penyebarannya, Wali Songo melakukan dakwah dengan cara akulturasi
budaya. Yaitu dengan memasukkan ajaran-ajaran islam kedalam kebudayaankebudayaan Nusantara yang pada waktu itu berkembang (Hindu-Budha).
Pada masa pra kemerdekaan, Islam juga berkembang dalam bidang politik. Hal itu
dilakukan atas dasar perlunya menghimpun kekuatan untuk mempertahankan Islam dan
juga dalam upaya meraih kemerdekaan.
Islam sangat berperan besar dalam proses mengusir penjajah, partai-partai besar Islam
yang ada pada masa itu diantaranya NU, Muhammadiyah, Persis, dan Masyumi.
B. Saran
Alhamdulillah akhirnya makalah ini berhasil kami susun. Kami sadar dalam proses
penyusunan hingga tersusunnya makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami akan sangat menghargai kritik dan saran dari rekan-rekan semua, agar dalam
penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat memberikan ,anfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Untuk footnote:
1. Koran Republika edisi 1998
2. Andresyahputra2410.blogspot.co.id
3. www.islamcendekia.com