ILMU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN BAHASA

ILMU DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN BAHASA
REVISI MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah

“ FILSAFAT ILMU “
Dosen Pengampu
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Disusun Oleh :
- Muhammad Syarifuddin

17160107

- Umul Cholifah

17160101

- Hardian Ridho Wahyono

17160111


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
November 2017

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat
kami sampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo Drs. H Sulton, M.Si.
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Ponorogo Dr. Happy
Susanto, MA.

3. Dosen Pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu Universitas

Muhammadiyah Ponorogo

Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
4. Seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh
di sisi Allah SWT. Amin.
Akhirnya kami tetap berharap semoga tugas makalah ini menjadi butir-butir
amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Amin.

Ponorogo, 13 November 2017
Penulis

(Syarif, Umul, Hardian)

ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………...……………………………………..

i

KATA PENGANTAR ……………………...……………………………………

ii

DAFTAR ISI ……………………...……………………………………………...

iii

I.

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG …………………………………………………….

1


B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………

2

C. TUJUAN MASALAH……………………………. ………………………

2

II. PEMBAHASAN
HAKEKAT ILMU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN BAHASA
A. Pengertian Terminologi Ilmu Pengetahuan …………………...……………

3

a. Syarat-syarat Ilmu….. …………………………………………………

4

B. Pengertian Pengetahuan dan sains …..…......…………………………….

a. Pengertian Pengetahuan.……………………………………………….

5

b. Pengertian Sains ……….…………………….………………………..

7

C. Fungsi bahasa bagi ilmu ……..…..……….………………………………

7

D. Politik bahasa nasional dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu.

10

III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ……………………...……………………………………

11


DAFTAR PUSTAKA ……………………...…………………………………….

12

iii

BAB I
PANDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut Sumarna (2006: 153), ilmu dihasilkan dari pengetahuan ilmiah, yang
berangkat dari perpaduan proses berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris). Jadi
proses berpikir inilah yang membedakan antara ilmu dan pengetahuan. Menurut J.S.
Badudu (1996:528), ilmu adalah: pertama, diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara sistematis; contoh: ilmu agama, pengetahuan tentang agama,
ilmu bahasa pengetahuan tentang hal ikhwal bahasa. Kedua, ilmu diartikan sebagai
“kepandaian” atau “kesaktian”.
Jadi, ilmu (science) merupakan pengetahuan dari proses yang telah memenuhi
persyaratan-persyaratan keilmiahan. Ilmu dalam pengertian di atas adalah pengertian

ilmu dalam konteks ilmu pengetahuan ilmiah. Mengenai Hakekat Ilmu Pengetahuan,
untuk lebih jelasnya akan di bahas berikut ini:
Kemampuan berbahasa merupakan ciri khusus pada manusia. Manusia sebagai
mahluk sosial, dalam kehidupannya sudah dapat dipastikan akan berhubungan dengan
orang lain atau bermasyarakat yang memiliki kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial adalah
kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain
dalam berinteraksi. Contohnya: kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang
lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai
yang dapat dipenuhi dengan adanya komunikasi.
Manusia dapat berkomunikasi dengan baik melalui penguasaan dan penggunaan
bahasa. Dimana bahasa merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial, karena manusia akan selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa
hidup sendiri. Bahasa dijadikan alat untuk menyampaikan, mengekspresikan atau
menjelaskan sesuatu yang dapat dimengerti atau dipahami oleh orang lain.
Bahasa yang digunakan merupakan suatu bukti kegiatan intelektual manusia.
Manusia tidak akan mencapai puncak kedewasaannya sebagai mahluk yang rasional
yang dapat dipisahkan dari keahliannya berbahasa. Sehingga manusia berbahasa sesuai
dengan

tingkat


pengetahuan

dan

1

kemampuannya

masing-masing.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertia Terminologi ilmu pengetahuan ?
2. Bagaimana Penjelasan Pengetahuan dan sains ?
3. Apa Fungsi bahasa bagi ilmu ?
4. Bagaimana Penjelasan Politik bahasa nasional dalam pengembangan dan pemanfaatan
ilmu ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Terminologi ilmu pengetahuan.
2. Untuk Mengetahui Pengetahuan dan sains.
3. Untuk Mengetahui Fungsi bahasa bagi ilmu.
4. Untuk Mengetahui Politik bahasa nasional dalam pengembangan dan pemanfaatan
ilmu.

3
BAB II
PEMBAHASAN
HAKEKAT ILMU DALAM HUBUNGANNYA DENGAN BAHASA
A. Pengertian Terminologi Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu jika dilihat dari segi bahasa, ilmu berasal dari bahasa arab yaitu al-ilmu,
atau dari bahasa Yunani yaitu logos, yang berarti pengetahuan.
Orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala
menghadapi kata “ilmu”. Dalam

bahasa Arab kata ” Al-ilm” berarti pengetahuan

(knowledge). Sedangkan kata ilmu dalam bahasa indonesia biasanya merupakan
terjemahan dari science. Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari Al-ilm dalam

bahasa Arab. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung
membedakan kata ilmu (science) dengan kata ilmu (knowledge).
Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik
yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia
melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang
sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indra masing-masing individu dalam
menyerap pengetahuan dan juga cara berfikir setiap individu dalam memproses
pengetahuan yang di perolehnya. Selain itu juga, dalam definisi ilmu bisa berlandaskan
aktifitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalai metode yang
digunakan.
Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela maka ilmu juga bisa
diartika sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup
dalam sebuah kegelapan yang tanpa berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk
selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti perkembangan jaman
tanpa dihantui rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki.1
Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge.menurut hasil
Konfrensi ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III adalah :
Ilmu (science)adalah sebagian dari pengetahuan (Genus) Dengan demikian maka
ilmu adalah pengetahuan yang memiliki cirri-ciri tertentu yakni cirri-ciri ilmiah, atau

1

TERMOLOGI ILMU, ILMU PENGETAHUAN, DAN SAINS SERTA HAKEKAT KEGUNAAN, online,
ILMUhttp://sarmanmm.blogspot.co.id/2014/03/terminologi-ilmu.html?m=1, di unggah pada 23 Maret 2014

4
dengan perkataan lain, ilmu adalah sinonim dengan pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge).
Menurut tata bahasa Indonesia berdasarkan hukum Diterangkan Menerangkan, maka
ilmu pengetahuan adalah Ilmu (Diterangkan) yang bersifat pengethaun (Menerangkan)
dan pernyataan ini adalah sebab ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat
ilmiah
Kata ganda dari dua kata benda yang termasuk kategori yang sama biasanya
menunjukkan dua obyek yang berbeda dengan penafsiran yang sama, maka ilmu
pengetahuan dapat diartikan sebagai ilmu dan pengetahuan.2
Menurut The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian
aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh
pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan
keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin
dimengerti manusia.
Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan
(inquiry), usaha menemukan (attempt to find) atau pencarian (search). Olehkarena itu,
pencarian

biasanya

dilakukan

berulang

kali,

maka

dalam

dunia

ilmu

kini

dipergunakanistilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot
guna menemukan pengetahuan baru.3
a. Syarat-syarat ilmu :
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana
seseorang

mengetahui

apa

penyebab

sesuatu

dan

mengapa.

Ada

persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigm ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih
dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya
dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan

2
3

Filsafat Ilmu dan Bahasa, online, https://www.academia.edu/5934383/FILSAFAT_ILMU_DAN_BAHASA
Drs. Surajiyo. 2010. Filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

5
objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek
peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini
adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis
berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis
berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmuilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai
tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula4.

B. Pengertian Pengetahuan dan sains
a. Pengertian Pengetahuan
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, pancaindera dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan
mengabstrakan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk “ketahuan”
umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. Terminology ketahuan ini
adalah terminologi artificial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada
pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dalam produk kegiatan manusia dalam
usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukkan ke dalam

4

Pengertian Ilmu Pengetahuan, online, http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-

37181- hardskill%20PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN%20ILMU%20PENGETAHUAN.html, di unggah
pada 14 November 2011

6
kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa Inggris sinonim dari ketahuan ini
adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminology generik yang mencakup
segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, bela diri, cara menyulam
dan biologi itu sendiri. Jadi biologi termasuk ke dalam ketahuan(knowledge) seperti juga
ekonomi, matematika dan seni. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota
kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapat tiga kriteria yaitu;
1. Apakah objek yang ditelaah membuahkan ketahuan (knowledge) tersebut? Kriteria
ini disebut juga obyek ontologis.
2. Cara yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut; atau dengan
perkataan lain, bagaimana cara mendapatkan ketahuan (knowledge) itu?. Kriteria ini
disebut juga obyek epistemologis. Misalnya landasan epitemologis matematika
adalah logika deduktif dan kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.
3. Untuk apa ketahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan? Landasan ini
termasuk ke dalam landasan aksiologis. Misalnya nilai kegunaan filsafat atau fisika
nuklir jelas berbeda dengan seni pencak.
Jadi seluruh bentuk dapat digolongkan ke dalam kategori ketahuan (knowledge)
dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakteristik objek ontologism,
epistemologis dan aksiologis. Bentuk ketahuan ini ditandai dengan;
1. Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau
lewat pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra.
2. Landasan epitemologi: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan
pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi.
3. Landasan aksiologi: kemaslahatan manusia artinya segenap ujud ketahuan itu secara
moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Beberapa Alternatif
1. Menggunakan ilmu pengetahuan atau science dan pengetahuan untuk knowledge.
Kelemahan knowledge merupakan terminologi generik dan science adalah anggota
dari kelompok tersebut dan terminologi ilmu pengetahuan utnuk science dimana
biologi disebut ilmu hayat sedangkat fisika adalah ilmu pengetahuan alam.
2. Didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah dua kata
benda yaitu ilmu dan pengetahuan. Lebih lumrahnyakata pengetahuan untuk
knowledge dan ilmu untuk science.

7
b. Pengertian Sains
Adopsi yang Kurang Dapat Dipertanggungjawabkan
1. Sains adalah terminologi dari bahasa Inggris yaitu science. Scientist adalah sainswan
atau saintis.
2. Terminologi science dalam bahasa asalnya sering dikaitkan dengan natural science
seperti teknik. Termonologi science sering dikaitkan dengan teknologi. Hal ini
menimbulkan jurang antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam.
Pendapat Wittgeinstein mengenai hal tersebut yakni pertanyaan yang terkandung
dalam karya filsafat adalah tidak salah namun nonsensical. Kebanyakan pertanyaan
dalam filsafat ditimbulkan oleh kegagalan kita untuk memahami logika dari bahasa kita
sendiri.

C. Fungsi bahasa bagi ilmu
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya
melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Dalam hal ini maka Ernst Cassirer
menyevbut manusia sebagai Animal symbolicum, makhluk yang mempergunakan
simbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada Homo sapiens
yakni

makhluk

yang

berpikir,

sebab

dalam

kegiatan

berpikirnya

manusia

mempergunakan simbol. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan
berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Lebih lanjut lagi,
tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tak mungkin mengembangkan
kebudayaannya, sebab tanpa mempunyai bahasa maka hilang pulalah kemampuan untuk
meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang sati kepada generasi selanjutnya.
‘’Tanpa bahasa,’’ simpul Aldous Huxley, ‘’manusia tak berbeda dengan anjing atau
monyet.’’
Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa
maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti yang apa kita
lakukan dalam kehiatan ilmiah. Demikian juga tanpa bahasa maka kita tak dapat
mengkomunikasikan pengetahuan kita kepada orang lain. Binatang tidak diberkahi
dengan bahasa yang sempurna sebagaimana kita miliki, oleh sebab itu maka binatang
tidak dapat berpikir dengan baik dan mengakumulasikan pengetahuannya lewat proses
komuikasi seperti kita mengembangkan ilmu. ‘’Mungkin saja terdapat genius diantara
para gorila,’’ sambung Aldous Huxley, ‘’tetapi karena mereka tidak mempunyai bahasa
maka buah pikiran dan pertemuan genius itu tidak tercatat dan menghilang begitu saja.

8
Pertama-tama bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaina bunyi. Dalam hal ini
kita mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya kita bisa
berkomunikasi den gan mempergunakan alat-alat lain, umpamanya saja dengan memakai
dengan berbagai isyarat. Manusia mempergunakan bunyi sebagai alat komunikasi yang
paling utama. Tentu saja, mereka yang tidak dianugerahi kemampuan bersuara, harus
mempergunakan alat komunikasi yang lain, seperti kita lihat pada mereka yang bisu.
Komunikasi dengan mempergunakan bunyi ini dikatakan juga sebagai komunikasi
verbal, dan manusia yang bermasyarakat dengan alat komunikasi bunyi, disebut juga
sebagai masyarakat verbal.
Kedua, bahasa merupakaan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu
arti tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu obyek
tertentu umpamanya saja gunung atau seekor burung merpati. Perkataan gumnung dan
burung merpati sebenarnya merupakan lambang yang kita berikan kepada dua obyek
tersebut. Kiranya patut disadari bahwa kita memberikan lambang pada dua obyek tadi
secara begitu saja, di mana tiap bangsa dengan bahasanya yang berbeda, memberikan
lambang yang berbeda pula. Bagi kita obyek tersebut kita lambangkan dengan bunyi
‘’gunung’’ sedangkan bagi bahasa lain dilambangkan dengan mountain dalam bahasa
Inggris atau jaba dalam bahasa Arab. Demikian juga dengan ‘’merpati’’ yang berubah
menjadi dove dalam bahasa Inggris dan japati dalam bahasa Sunda.
Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga
dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun
bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan persaan kita.
Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan hatinya pun sangat senang, dia mulai membuka
suara. Tidak terlalu enak memang, tetapi tidak apa, sebab kalau dia mulai besar kelak
dan sudah belajar do-re-mi-fa-sol, bunyi yang dihasilkannya mungkin akan jauh lebih
menyenangkan. Lewat seni suara dia akan mengekspresikan perasaannya, kedukaan, dan
kesukaan lewat liku nada kata-kata. Seorang yang berbakat sastra mungkin akan
mengekspresikan perasaannya dengan cara lain, menulis novel yang tebal yang
mencakup puluhan ribu kalimat, atau menulis puisi yang terdiri dari beberapa bait.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman
yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbeda dengan
binatang maka manusia mencoba mengatur pengalaman yang nyata ini dengan
berorientasi kepada manusia simbolik. Bila binatang hiddup menurut naluri mereka, dan
hidup dari waktu ke waktu berdasarkan fluktuasi biologis dan fisiologis mereka, maka

9
manusia mencoba menguasai semua ini. Pengalaman mengajarkan kepada manusia
bahwa hidup seperti ini kurang bisa diandalakan dimana eksistensi hidupnya sangat
tergantung pada faktor-faktor yang sukar dikontrol dan diramalakan. Manusia
mempunyai pegangan yang mengajarkan manusia agar mengekang hawa nafsu dan tidak
mengikutinya seperti kuda tanpa kendali. Menurut Sigmund Freud, kebudayaan
membentuk

manusia

dengan

menekan

dorongan-dorongan

alami

mereka,

mensublimasikannya menjadi sesuatu yang berbudaya yang kemudian merupakan dasra
bagi pembentukan kebudayaan. Kebudayaan mempunyai landasan-landasan etika yang
menyatakan mana tindakan yang baik mana yang tidak. Manusia yang sedang diamuk
gejala kemarahannya, sebelum terlanjur menurut hawa nafsunya, mau tidak mau akan
mendengar suara yang mengandung amanat moral ‘’Jangan! membunuh itu tidak baik!’’
Demikian juga sekiranya kelelahan fisik merupakan penghalang bagi usaha mereka, atau
ekses hormonal mengurangi semangat hidup mereka, manusia mempunyai penuntun
yang mengatakan, ‘’Kau harus tetap bersikeras sebab itulah yang lebih baik bagi kita’’.
Dalam hal ini maka manusia akan tetap berusaha tidak seperti binatang sepenuhnya
dikuasai proses fisiologisnya.
Berbahasa dengan jelas artinya ialah bahwa makna yang terkandung dalam katakata yang dipergunakan diungkapkan secara tersurat (eksplesit) untuk mencegah
pemberian makna yang lain. Oleh sebab itu maka dalam komunikasi ilmiah kita sering
sekali mendapatkan definisi dari kata-kata yang dipergunakan. Umpamanya jika dalam
sebuah komunikasi ilmiah kita mempergunakan kata seperti ‘’epistemologi’’ atau
‘’optimal’’ maka kita harus menjelaskan lebih lanjut apa yang kita maksudkan dengan
kata-kata itu. Hal ini harus kita lakukan untuk mencegah si penerima komunikasi
memberi makna lain yang berbeda dengan makna yang kita maksudkan. Tentu saja katakata yang sudahh jelas dan kecil kemungkinannya untuk disalahartikan dan tidak lagi
membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
Berbahasa dengan jelas artinya juga mengemukakan pendapat atau jalan pemikiran
secara jelas. Kalau kita teliti lebih lanjut maka kalimat-kalimat dalam sebuah karya
ilmiah pada dasarnya merupakan suatu pernyataan. Pernyataan itu melambangkan suatu
pengetahuan yang ingin kita komunikasikan kepada orang lain. Kalimat seperti ‘’Logam
kalau dipanaskan akan memanjang’’ pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan yang
mengandung pengetahuan tentang hubungan sebab akibat antara panjang logam dengan
kenaikan suhu.

10
D. Politik bahasa nasional dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi yaitu:
1. Sebagai sarana komunikasi antar manusia (funsi komunikatif).
2. Sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan
bahasa tersebut (fungsi kohesif atau integratif).
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional. Alasan yang utama adalah ditekankan fungsi kohesif Bahasa
Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai suku kedalam satu bangsa
yakni Indonesia.
Bahasa merupakan alat komunikasi mencakup tiga unsur yakni:
1. Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi
perasaan (emotif)
2. Berkonotasi sikap (afektif).
3. Berkonotasi pikiran atau penalaran
Untuk contoh dari unsur tersebut misalnya:
1. Fungsi emotif dan afektif: kemajuan di bidang seni terkait dengan perkembangan
bahasa.
2. Fungsi penalaran: bidang keilmuan terkait dengan perkembangan bahasa
Fungsi utama dari bahasa yaitu fungsi komunikatif dan kohesif. Agar dapat
mencerminkan kemajuan zaman maka fungsi komunikasi bahasa harus secara terusmenerus dikembangkan, namun walaupun demikian harus secara sadar dan waspada kita
jaga, agar funsi kohesif dari bahasa Indonesia merupakan milik yang sangat berharga
dalam berbangsa dan bernegara, mungkin bahkan lebih ditinggikan lagi Perkembangan
bahasa tidak dilepaskan dari sektor-sektor lain yang juga tumbuh dan berkembang.5

5

S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Terminologi ketahuan ini adalah termonologi artifisial yang bersifat sementara
sebagai analisis yang pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk
kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu . Apa yang kita peroleh dalam
proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita
masukan kedalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris sinonim dari
ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup
segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam
dan biologi itu sendiri.
Ilmu memiliki fungsi yang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan
baik, memberikan kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita tergetar, terharu,
tersenyum oleh komunikasi aristik, menyebabkan dunia makna yang tak terjangkau kasat
mata. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan
mengubah sikap dan kelakuan kita.
Perkembangan bahasa tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor lain yang
juga tumbuh dan berkembang. Sekiranya bahasa berkembang terisolasi dari
perkembangan sektor-sektor lain maka bahasa mungkin bersifat tidak berfungsi dan atau
bahkan kontra produktif (counter-productive).
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa raguragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui
apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak
terbatas ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

-

TERMOLOGI ILMU, ILMU PENGETAHUAN, DAN SAINS SERTA HAKEKAT
KEGUNAAN, online, ILMUhttp://sarmanmm.blogspot.co.id/2014/03/terminologiilmu.html?m=1, di unggah pada 23 Maret 2014.

-

Filsafat Ilmu dan Bahasa, online,
https://www.academia.edu/5934383/FILSAFAT_ILMU_DAN_BAHASA
Drs. Surajiyo. 2010. Filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.

-

Pengertian Ilmu Pengetahuan, online, http://kartika-s-nfisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37181- hardskill%20PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%20DAN%20ILMU%20PENGETAH
UAN.html, di unggah pada 14 November 2011.

-

S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2005.