PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI FATIMI

PERKEMBANGAN ISLAM PADA
MASA BANI FATIMIYAH di MESIR

Disusun Oleh:
Antin Java Turis R. T.

11140110000103

Heri Mukhtar Tumanggor 11140110000099
Susan Rosmawati

11140110000104

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

‫بسم ال الرحمن الرحيم‬

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmatnya, sehingga niat
kami untuk membuat makalah ini terkabul. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammmad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya hingga
akhir zaman.
Makalah ini berjudul “Perkembangan Islam Pada Masa Kekuasaan Fatimiyah di Mesir”.
Dalam menyusun makalah ini, kami telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyajikan
yang terbaik sesuai kemampuan penulis.
Akhir kata pengantar ini kami mengucapkan terima kasih kepada .........yang telah
membimbing kami dalam proses belajar mengajar, dan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Karya kecil ini tentu sangat jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran sangat terbuka untuk peningkatan kualitas karya berikutnya.
Akhirnya semoga tulisan ini bisa menambah akumulasi pengetahuan pembaca.
Tangerang, 18 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................
A.
B.
C.
D.
E.

Pembentukan Khilafah Fatimiyah di Mesir.....................................................................
Berdirinya Dinasti Fatimiyah di Mesir.............................................................................
Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Fatimiyah di mesir.................................................
Sebab Kemunduran dan kehancuran dinasti Fatimiyah...................................................
Jasa dinasti Fatimiyah Terhadap Kemajuan Peradaban Islam.........................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

BAB I

PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Khilafah Abbasiyah mampu berkuasa dalam tempo yang begitu lama, akan tetapi
periode keemasannya hanya berlangsung singkat. Puncak kemerosotan kekuasaan
khilafah Abbasiyah ditandai dengan berdirinya khilafah-khilafah kecil yang
melepaskan diri dari kekuasaan politik Khilafah Abbasiyah.
Khilafah-khilafah yang memisahkan diri itu salah satu diantaranya adalah
Fatimiyah yang berasal dari golongan Syi’ah sekte Ismailiyah yakni sebuah aliran
sekte di Syi’ah yang lahir akibat perselisihan tentang pengganti imam Ja’far al-Shadiq
yang hidup antara tahun 700–756 M. Fatimiyah hadir sebagai tandingan bagi
penguasa Abbasiyah yang berpusat di Baghdad yang tidak mengakui kekhalifaan
Fatimiyah sebagai keturunan Rasulullah dari Fatimah. Karena mereka menganggap
bahwa merekalah ahlul bait sesungguhnya dari Bani Abbas.
Pada awalnya khilafah fatimiyah berdiri di afrika utara, kemudian ibu kota khilafah

ini berpindah ke mesir. Dalam perkembangannya Khilafah Fatimiyah mampu
membangun sistem perpolitikan yang begitu maju dan ilmu pengetahuan yang juga
berkembang pesat, namun sebagaimana dinasti kekhilafaan sebelumnya khilafah
mengalami kemunduran dan kehancuran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terbentuknya khilafah Fatimiyah di Afrika Utara?
2. Bagaimana proses berdirinya dinasti fatimiyah di mesir?
3. Kemajuan apa saja yang terjadi pada masa Fatimiyah di Mesir?
4. Apa aja sebab-sebab kemunduran dan kehancuran dinasti fatimiyah?
5. Apa saja jasa-jasa dinasti Fatimiyah terhadap kemajuan peradaban islam?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui proses terbentuknya khilafah Fatimiyah di Afrika Utara.
2. Mahasiswa mengetahui proses berdiriny dinasti Fatimiyah di Mesir.
3. Mahasiswa mengetahui mengenai kemajuan peradaban islam pada masa dinasti
Fatimiyah di Mesir.
4. Mahasiswa mengetahui mengenai sebab-sebab kemunduran dan kehancuran
dinasti Fatimiyah.
5. Mahasiswa mengetahui mengenai jasa-jasa dinasti Fatimiyah terhadap kemajuan
peradaban islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembentukan Khalifah Fathimiyah di Afrika Utara
Ubaidillah AL-Mahdi mendirikan dinasti fathimiyah yang lepas dari
kekuasaan Berdirinya dinasti Fathimiyah bermula pada masa menjelang abad ke 10,

dilatarbelakangi oleh melemahnya dinasti abbasiyah.Abbasiyah. Dinasti ini
mengklaim sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi thalib dan
Fatimah Az-Zahra binti Muhammad bin Abdullah. Menurut mereka, Abdullah Almahdi sebagai pendiri dinasti ini adalah cucu dari ismail bin ja’far Ash shadiq.
Sedangkan ismail merupakan imam syi’ah yang ketujuh. 1 Pada tahun 874 M,
Abdullah ibn Maimun menunjuk pengikutnya yang paling bersemangat yaitu Abu
Abdullah al-Husain sebagai pemimpin gerakan syi’ah Isma’iliyah. Kemudian dia
menyebarang ke Afrika Utara. Berkat propagandanya yang bersemangat, dia berhasil
menarik suku Barbar, khususnya dari kalangan suku khithamah menjadi pengikut
setia gerakan ahlul bait ini.
Setelah berhasil menegakkan pengaruhnya di Afrika Utara, Abu Abdullah alHusain menobatkan sa’id ibn Husain al-Salamiyah sebagai penggantinya. Sa’id
menyanggupinya, dan selanjutnya berhasil merebut kekuatan dan mengusir
Ziyadatullah, penguasa dinasti Aghlabiyah yang terakhir, dari Tunisia yang disusul
dengan penduduan terhadap daerah itu pada tahun 909 M. Dari sinilah kemudian Bani

Fathimiyah menjadi penguasa baru Afrika Utara dipimpin oleh sa’id ibn Husain alSalamiyah yang bergelar “Ubaidullah al-Mahdi”. Masa pemerintahan Bani
Fathimiyah di Afrika Utara hanya berlangsung sampai tahun 973 M, kemudian pindah
ke Mesir setelah mereka berhasil menduduki kota Fusthat, dia membangun kota baru
dengan nama al Qahirah (kairo), yang /selanjutnya dilanjutkan dijadikan sebagai
ibukota pemerintah. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Abu Tamim
Ma’adibn al-Mansur yang bergelar “al-mu’iz li dinillah”.
Ketika pindah ke mesir, Bani fathimiyah tidak bermaksud untuk meninggalkan
Afrika Utara menuju kehancurannya begitu saja, tetapi mereka juga mempercayakan
administrasi pemerintahan daerah itu kepada Sanhaja Zirids yang telah mengabdi
kepada mereka secara penuh.2
B. Berdirinya Dinasti Fatimiyyah di Mesir
Khilafah Fatimiyah di bawah al-Mu’izz (Khalifah keempat) yang mempunyai seorang
jendral bernama Jauhar Al-Katib As-Siqilli yang dikirim untuk menguasai Mesir
sebagai pusat Dunia Islam zaman itu. Berkat perjuangan jendral jauhar, mesir dapat
diribut dalam masa yang pendek (969 M). Tugas utamanya yaitu:
1. Mendirikan ibu kota baru yaitu Kairo.
2. Membina suatu universitas islam yaitu Al-Azhar.
1Drs.syamsul muniramin M.A, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hal. 254.
2 Sejarah Peradaban Islam: Dari masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2002), hal. 265266.


3. Menyebarluaskan ideologi Fathimiyah, yaitu syi’ah, ke Palestina, syria dan
hijaz.
Ia mendirikan kota baru yang disebut al-Qahirah (Kairo) yang berarti kota
kemenangan dan kemudian menjadi ibukota Khilafah Fatimiah pada masa-masa
selanjutnya. Setelah itu baru khalifah mu’iz datang ke mesir tahun tahun 362 H/973 M
memasuki kota iskandariyah, kemudian menuju Kairo dan memasuki kota yang baru.3
Mesir memasuki era baru di bawah pemerintahan Fatimiyah, khalifah dengan
gelar Mu’iz sistem pemerintahan dibenahi dengan membagi-bagi wilayah propinsi
menjadi sebuah distrik dan mempercayakannya kepada pejabat-pejabat yang cakap, ia
juga menertibkan bidang kemiliteran, industri dan perdagangan mengalami kemajuan
pesat dan melakukan gerakan pembaharuan.
Dinasti Fatimiyah merupakan Khilafah beraliran syi’ah yang berkuasa di Mesir tahun
297/909 M sampai 567/1171 M selama kurang lebih 262 tahun. Para penguasa yang
pernah berkuasa adalah:
1. Abu Muhammad Abdullah (Ubaydillah) al-Mahdi bi'llah (909-934).
2. Abu l-Qasim Muhammad al-Qa'im bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah
(934-946).
3. Abu Zahir Isma'il al-Mansur bi-llah (946-953).
4. Abu Tamim Ma'add al-Mu'izz li-Dinillah (953-975).
5. Abu Mansur Nizar al-'Aziz bi-llah (975-996).

6. Abu 'Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amrullah (996-1021).
7. Abu'l-Hasan 'Ali al-Tahir li-I'zaz Dinillah (1021-1036).
8. Abu Tamim Ma'add al-Mustanzir bi-llah (1036-1094)
9. al-Musta'li bi-llah (1094-1101).
10. al-Amir bi-Ahkamullah (1101-1130).
11. 'Abd al-Majid al-Zafir (1130-1149).
12. al-Zafir (1149-1154).
13. al-Fa'iz (1154-1160).
14. al-'Adid (1160-1171).4
C. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Fatimiyah di Mesir.
1. Politik
Pada masa dinasti Fathimiyah, terutama pada waktu kekuasaan Abu Manshur
Nizar Al-Aziz, kehidupan masyarakat selalu diliputi oleh kedamaian. Hal ini
merupakan imbas dari keadaan pemerintahan yang damai. Al Aziz adalah khalifah

3 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta:
KENCANA, 2007), cetakan ketiga, hal. 143-144.
4 Musyrifah Sumanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, hal.144-145
lihat pula http://latenrilawa-transendent.blogspot.com/2009/06/sejarah-khilafah-fatimiyah-mesir.html


fatimiyah yang kelima sejak berdirinya dinasti ini di Tunisia dan khalifah pertama
yang memulai pemerintahan di Mesir.
Simbolisme istana yang penting diekspresikan dalam upacara, kemudian
arsitektur, dan agama islam. Di dalam istana, terdapat sebuah ruangan basar untuk
mengajarkan keyakinan isma’iliyah. Para hakim, misionari, qori Al-Qur’an , dan
imam shalat secara reguler hadir dalam berbagai upacara di dalam istana.
Periode ini menandai munculnya era baru dalam sejarah bangsa Mesir untuk
pertama kalinya sepanjang sejarah serta menjadi penguasa absolut dengan
kekuatan besar dan penuh yang didasarkan atas prinsip keagamaan. Usaha untuk
menegakkan penyatuan kepemimpinan agama dan politik jelas terlihat. Prinsip
kepemimpinan yang mengharuskan seorang imam menjadi sosok yang adil, yang
bisa menjauhkan umat dari siksaan, suara kebenaran, yang bersinar seperti
matahari dan bercahaya seperti bintang, serta menjadi pilar agama, rezeki, dan
kehidupan manusia telah berhasil menjulangkan popularitas sang khalifah. Nama
sang khalifah senantiasa disebut-sebut dalam khotbah jum’at disepanjang wilayah
kekuasaannya yang membentang dari Atlantik hingga Laut merah, di Yaman,
Mekah, dan Daaskus, bahkan di Mosul.
Di bawah kekuasaan Al-Aziz, fathimiyah berhasil mendapatkan tempat tertinggi
sebagai negara islam terbesar di kawaan Mediterania timur. Ia berhasil
menjadikan negaranya sebagai lawan tangguh bagi kekhalifahan Abbasiyah di

baghdad.
Strategi promosi Fathimiyah yang gencar dilakukan untuk mengagungkan
agama diwujudkan dengan memasyarakatkan permulian terhadap keluarga Ali.
Pemuliaan terhadap imam yang masih hidup disejajarkan dengan permuliaan
terhadap keluarga Ali. Permuliaan terhadap imam yang masih hidup disejajarkan
dengan permuliaan terhadap kalangan syuhada dari keluarga Nabi Muhammad
SAW. Pemerintah membangun sejumlah bangunan makam keluarga Ali untuk
meningkatkan kegiatan perziarahan.
Selain berhasil mewujudkan kemakmuran, strategi lain yang dijalankannya adalah
memberikan toleransi yang tidak terbatas kepada umat kristen. Keadaan ini tidak
pernah dirasakan oleh masyarakat pada periode-periode sebelumnya.
2. Sistem Administrasi Pemerintahan
Sistem administras pemerintahan Dinasti Fatimiyah tidak begitu berbeda
dengan sistem administrasi Abbasiyah atau lebih cenderung pada sistem
administrasi persia kuno. Khalifah menjabat sebagai kepala negara baik dalam

urusan keduniaan maupun spiritual. Khalifah berwenang mengangkat dan
sekaligus menghenikan jabatan-jabatan dibawahnya.5
Administrasi internal kerajaan dibentuk oleh Ya’kub bin Killis yang wafat
tahun 991 M, seorang wazir atau menteri pada kekhalifahan Al-Mu’iz dan AlAziz. Ya’kub adalah seorang yahudi yang masuk islam. Berkat kecakapannya

dalam bidang administrasi, ia berhasil meletakkan dasar-dasar ekonomi sehingga
dinasti Fatimiyah mencapai kemakmuran pada awal pemerintahannya.
Pengelolaan negara dilakukan dengan mengangkat para menteri. Fathimiyah
membagi kementerian negara (wasir) menjadi dua kelompok. Pertama adalah para
ahli pedang dan kedua adalah para ahli pena.
Kelompok pertama menduduki urusan militer dan keamanan serta pengawal
pribadi sang khalifah. Kelompok pertama dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Para
Amir, yang terdiri atas para perwira atau pejabat-pejebat tinggi militer dan para
pengawal atau pegawai khalifah; (2) petugas keamanan; (3) Komando resiman.
yang masing-masing menyandang nama berbeda, seperti hafizhiyah, jususyiyah,
sudaniyah, atau yang disebut dengan nama khalifah, wazir, atau suku. Para wazir
atau menteri juga terdiri atas beberapa kelas. Kelas yang tertinggi adalah menteri
Keamanan yang mengatur tentara dan urusan perang, Menteri dalam negeri,
menteri urusan rumah tangga yang menyambut tamu-tamu kehormatan utusan luar
negeri, dan menteri sekertaris negara yang terdiri atas para qadhi yang juga
menjadi kepala percetakan uang, menteri pengawas pasar yang mengawasi ukuran
dan timbangan dalam tingkatan pegawai yang paling rendah adalah para pegawai
di departeman sekretariat negara yang terdiri atas para pegawai sipil, termasuk
para pedagang dan sekretaris dari berbagai departemen. Selain pejabat pusat,
disetiap daerah terdapat pejabat setingkat gubernur yang diangkat oleh khalifah
untuk mengelola daerah masing-masing. Administrasi pemerintahan dikelola oleh
pejabat setempat.
Kelompok kedua menduduki beberapa jabatan kementerian sebagai berikut:
(1) Hakim, (2) pejabat pendidikan sekaligus sebagai pengelola lembaga ilmu
pengetahuan atau Dar Al-Hikmah, (3) inspektur pasar yang bertugas menertibkan
pasar dan jalan, (4) pejabat keuangan yang menangani segala urusan keuangan
negara, (5) regu pembantu istana, (6) petugas pembaca Al-Qur’an. Tingkat

5 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), cetakan keempat, hal. 264.

terendah kelompok “ahli pena” terdiri atas kelompok pegawai negeri, yaitu
petugas penjaga dan juru tulis dalam berbagai departeman. 6
Selain pejabat pusat, disetiap daerah terdapat pejabat setingkat gubernur yang
diangkat oleh khalifah untuk mengelola daerah masing-masing. Administrasi
pemerintahan dikelola oleh pejabat setempat.7

3. Perkembangan Ekonomi
Masyarakat pada masa pemerintahan dinasti fatimiyah hidup dengan ramai.
Kekuasaan rezim syiah tetap memberi toleransi kepada masyarakat, baik kepada
golongan koptik maupun kepada masyarakat umum yang bermadzhab sunni.
Sebenarnya masa keemasan alam sejarah dinasti ini di mesir dimuli pada periode
Al-Mu’iz dan mencapai puncaknya pada periode Al-aziz, tetapi pada periode
susudahnya, yaitu masa Al-munthashir masih menunjukkan bahwa mesir
merupakan negara islam paling maju.
Di Bidang Ekonomi, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang
mengungguli daerah-daerah lainnya dan hubungan dagang dengan dunia non
muslim dibina dengan baik, serta di masa ini pula banyak dihasilkan produk islam
yang terbaik.
Khalifah Al-Aziz hidup dikota yang mewah dan gemerlap , dikelilingi
beberapa masjid, istana, jembatan, dan kanal-kanal perguruan tinggi, rumah sakit
dan pemondokan khalifah yang berukuran sangat besar, pemandian umum yang
dibangun dengan baik, pasar yang mempunyai 20.000 toko luar biasa besarnya
dan dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia menghiasi kota Kairo yang baru.
Pada rosesi ibadah, misalnya idul fitri, ia biasa berkeliling dengan pasukannya
dengan memakai pakaian berornamen brokat serta dilengkapi dengan pedang dan
sabuk emas. Tenda yang dipakai oleh khalifah dihiasi mutiara.
Kegemilangan mesir pada masa Al-Muntashir dideskripsikan oleh seorang
Persia yang mengunjungi negara ini tahun 1046-1049, beberapa saat sebelum
terjadi kehancura ekonomi dan politik. Ia mengemukakan bahwa istana khalifah
mempekerjakan 30.000 orang, 12000 orang diantaranya adalah pelajan dan 1.000
6H. Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.
30-231 lihat pula Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), cetakan
keempat, hal. 264.
72H. Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.

orang petugas kuda. Khalifah muda yang dilihatnya pada sebuah perayaan
menungggangi kuda dan dinaungi oleh pelayan dengan payung yang dihiasi batubatu mulia. Di tepi sungai nil, tuju buah perahu berukuran 150 m 3 dengan 60 tiang
pancang sedang berlabuh. Khalifah memiliki 20.000 rumah di ibu kota. Hampir
semua rumahnya dibangun dengan batu bata yang ketinggiannya hingga lima atau
enam lantai. Ia juga memiliki ribuan toko yang masing-masing bisa menghasilkan
2-10 dinar perbulan. Jalan-jalan utama diberi atap dan diterangi lampu. Para
penjual toko menjual dengan harga yang telah ditetapkan. Jika ada seorang
pedagang yang curang, ia akan dipertontonkan di sepanjang jalan kota sambil
membunyikan lonceng dan mengakui kesalahannya. Bahkan, begitu amannya
kota, toko perhiasan atau tempat penukaran uang tidak pernah dikunci saat
ditinggal oleh pemiliknya. Kota Fusthat memiliki tujuh masjid besar. Kairo
memiliki delapan buah masjd. Seluruh kota merasakan ketenangan dan
kemakmuran dengan ungkapannya yang antusias, “Bahkan, aku tidak bisa
memperkirakan kekayaan kota ini, dan tidak pernah sekalipun, aka melihat satu
tempat yang lebih makmur dari kota ini.”
Khalifah Al-Muntasir hidup dalam kesenangan dan kemewahan . Dia mewarisi
harta yang berlimpah dari para pendahulunya. Kekayaan khalifah terbukti dengan
ditemukannya warisan harta sangat berharga yang tersebar diantara tentara-tentara
turki, yaitu berupa vas kristal, piring berlapis emas, tempat tinta yang terbuat dari
gading dan kayu eboni, gelas berbahan gading, cermin dari baja, payung dengan
gagang terbuat dari emas dan perak, papan catur dengan bidak terbuat dari emas
dan perak, belati berhiaskan mutiara, serta pedang-pedang berukir indah.8
4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dinasti Fathimiyah memiliki perhatian besar terhadap pengetahuan. Ibnu
khilis merupakan salah seorang wazir Fathimiyah yang memperdulikan
pengajaran. Ia mendirikan sebuah lembaga pendidikan dan memberinya subsidi
besar setiap bulan. Pada masa Ibnu Khilis ini di dalam istana Al-Aziz terdapat
seorang fisikawan besar bernama Muhammad At-Tamim. Al-Kindi sejarawan dan
fotographer terbesar hidup di Fustat dan meninggal ditahun 961 M. Pakar terbesar
pada awal Fathimiyah adalah Qazhi An-Nu’man dan beberapa keturunannya yang
menduduki jabatan qadhi dan keagamaan tertinggi selama 50 tahun semenjak
8 H. Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.
232.

penaklukan mesir sampai pada masa pemerintahan Al-Hakim. Para qadhi ini tidak
hanya pandai dalam bidang hukum, melainkan juga cakap dalam berbagai disiplin
pendidikan tinggi. Diantara pegawai pemerintahan pada masa Al-Hakim terdapat
seorang mesir yang berkarya dalam penulisan sejarah dan karya-karya lain tentang
keislaman, syair dan astrologi.9
Khalifah Al-Aziz termasuk diantara khalifah yang mahir dalam bidang syair
dan sangat menyenangi pendidikan. Pada masanya, dikembangkanlah masjid
Agung Al-Azhar menjadi universitas, yang hingga kini merupakan salah satu
lembaga pendidikan islam tua.10
Khalifah Al-Hakim melakukan pembangunan pusat pembelajaran Dar alHikmah (Rumah Kebijaksanaan) sekalipun pada awalnya lembaga ini
dimaksudkan sebagai sarana penyebaran dan pengembangan ajaran syi’ah
ismailiyah, dan Dar Al-‘Ulum (rumah ilmu/perpustakaan) pada tahun 1005 M
yang melakukan pengkajian ilmu-ilmu keislaman, astronomi, dan kedokteran. Dia
menyediakan dana yang besar untuk mengembangkan institusi ini, diantaranya
untuk menyalin berbagai naskah, memperbaiki buku, dan pemeliharaan umum
lainnya. Bangunan tersebuut ditempatkan berdekatan dengan istana kerajaan. Di
dalam bangunan itu, terdapat sebuah perpustakaan dan ruang-ruang pertemuan. Ia
juga membangun observatorium di bukit Al-Makattam karena ketertarikannya
pada perhitungan astrologi.
Kekayaan dan kemakmuran Dinasti Fatimiyah dan besarnya perhatian para
khalifahnya merupakan faktor pendorong para ilmuan untuk berpindah ke Kairo.
Istana Al-Hakim dihiasi dengan kehadiran Ali bin Yunus, pakar terbesar dalam
bidang astronomi, ialah yang menciptakan tabel astronomi, Ibnu Ali-Hasan bin AlHaitami atau Abu Ali Al-Haitsam yang dibarat disebut dengan Alhazen, seorang
fisikawan muslim terbesar (peletak dasar ilmu fisika) dan juga ahli di bidang
optik. Ia menulis tidak kurang dari seratus karya yang meliputi bidang
matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran. Karya terbesarnya adalah Kitab
Al-Manazhir mengenai ilmu optik atau cahaya yang diterjemahkan ke dalam
bahasa latin di masa Gerard Of Cremona dan disiarkan tahun 1572 11. Kitab ini
sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu optik dan menjadi rujukan
utama hampir semua penulis tentang optik pada abad pertengahan. Tokoh lainnya
9 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), cetakan keempat, hal. 266.
10 H. Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.
232.
11 Musyrifah Sumanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, hal.144-145.

adalah ‘Ammar ibn ‘Ali Al-Maushili yang menghasilkan karya Al-Muntakhab Fi
‘Ilaj Al-‘Ain (karya pilihan tentang penyembuhan mata) dan Ibn ‘Isa yang
menghasilkan karya Tadzkirah. Dalam karya ‘Ammar, dijelaskan dasar-dasar
operasi katarak yang merupakan penemuannya yang berharga dalam bidang
kesehatan.
Dalam perkembangan berikutnya, pada masa Al-Muntadzir, terjadilah
kemunduran dalam bidang ilmu pengetahuan dengan banyaknya buku yang hilang
dari perpustakaan kerajaan yang telah didirikan sejak masa Al-Aziz yang ketika
itu memiliki kurang lebih memiliki 200.000 buah buku dan 2400 Al-Qur’an .
Berkurangnya koleksi perpustakaan ini sebagai akibat peristiwa perbutan
rampasan perang pada tahun 1068. Naskah-naskah berharga itu digunakan sebagai
bahan bakar utuk membakar rumah-rumah dan kantor-kantor orang turki. 12
5. Seni dan Arsitektur.
Seni dan arsitektur pada masa Fathimiyah menghasilkan karya yang bernilai
sangat tinggi, berupa berbagai kerajinan, baik bidang tekstil, keramik, benda seni
dari kayu, benda logm, maupun batu kristal. Pada produk tekstil, ditemukan motifmotif hewan dengan pose konvensional. Beberapa contohnya ditemukan di barat
yang dibawa ke sana pada masa perang salib.
Seni arsitektur publik Fathimiyah merupakan bentuk pengembangan dari
aspek-aspek seremonial istana kerajaan. Ibukota Fathimiyah, Al-Qahirah atau
Kairo yang dibangun pada tahun 969, merupakan sebuah kota kerajaan dengan
berbagai bangunan megah yang dirancang sebagai wujjud bagi kebesaran
kerajaan. Masjid agung Al-Azhar dan Al-Hakim dibangun dengan sejumlah
menara dan kubah yang melambangkan ketinggian ilmu para imam dan
mengingatkan pada kota suci Mekah dan Madinah. Bagian tengah Al-Azhar
dibangun dengan batu bata yang memiliki suduh mihrab. Masjid Al-Hakim
memiliki kopula dari tembok yang menyokong sebuah tambur besar berbentuk
segi delapan di atas ruangan shalat. Di masjid Al-Qamar ditemukan ciri khas
arsitektur islam, yaitu ceruk stalaktik. Tiang masjid ini menampilkan desain
kaligrafi bergaya kufi yang kubus dan tegas. Ciri khas lain yang menjadi ttradisi
pada masa ini adalah bangunan makam para pendiri masjid yang dihubungkan
dengan masjid.
12H. Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.
232-233 lihat pula Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), cetakan
keempat, hal. 267

Khalifah juga mendatangkan sejumlah arsitek romawi untuk membantu
menyelesaikan tiga buah gerbang raksasa di Kairo, dan benteng-benteng di
wilayah perbatasan Bizantium.

D. Kemunduran Dinasti Fathimiyah
1. Awal Kemunduran.
Kemunduran Dinasti Fathimiyah mulai terjadi pada masa Abu Ali Mansur AlAl-Hakim adalah pengganti Al-Azis. Ia baru berumur 11 tahun ketika naik tahta.
Karena masih terlalu muda ketika diangkat menjadi khalifah, kekuasaan
sesungguhnya berada ditangan Wasir. Para Wazir ini akhirnya sering mendapatkan
julukan kebangsawanan “Al-Malik”.
Masa pemerintahannya sering ditandai dengan tindakan-tindakan kejam yang
menakutkan. Ia membunuh beberapa orang Wasir dan menetapkan aturan –aturan
ketat

kepada

orang-orang

non-muslim.

Ia

membuat

kebijakan

untuk

menghancurkn beberapa gereja dan kuburan suci umat Kristen, yang menjadi
salah satu peristiwa yang melatarbelakangi pecahnya perang salib. Secara umum
dia juga menyatakan bahwa dia adalah sebagai penjelmaan dari Tuhan. Sebuah
klaim yang menimbulkan polemik yang dahsyat dikalangan umat islam. Inilah
akar yang melemahkan dukungan politik dalam kepemimpinan Al-Hakim,
sehingga pada tahun 1904 , terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh
panglima militer, Al-Afzal Sahinsyah.
Pengganti Al-Hakim adalah anaknya, Az-zahir (1021-1035), yang ketika naik
tahta dengan usia 16 tahun. Ia mendapatkan izin dari Konstantin VIII agar
namanya disebut-sebut dimasjid-masjid yang berada dibawah kekuasaan sang
kaisar. Ia juga mendapat izin untuk memperbaiki masjid di konstantinopel sebagai
balasan terhadap restu Az-Zahir untuk membangun kembali gereja yang
didalamnya terdapat kuburan suci.
2. Terjadinya Pemberontakan
Pengganti Az-Zahir adalah anaknya, Ma’ad Al–Muntasir (1035-1094). Almuntashir naik tahta saat berusia 11 tahun. Pada masa awal kekuasaanya ibunya
seorang budak dari sudan, menikmati kekuasaan anaknya dengan leluasa. Sejak
saat itu kekuasaan Fathimiyah mulai menyusut sedikit demi sedikit. Penyebabnya
adalah sering terjadi pemberontakan seperti di Palestina dan suku arab yang
berada didataran tinggi Mesir yang akhirnya mampu menduduki Tripoli dan

Tunisia. Pada tahun 1071, sebagian wilayah Sisilia dikuasai oleh bangsa
Normandia yang daerah kekuasaanya terus meluas hingga daerah pedalaman
Afrika. Hanya kawasan semenanjung arab saja yang masih tetap mengakui
kekuasaan Fathimiyah. Sejalan dengan itu provinsi Dinasti Fathimiyah di Afrika
memutuskan hubungan dengan pusat kekuasaan dan berkeinginan untuk
memerdekakan diri atau kembali kepada Dinasti Abbasiyah. Selain itu, kericuhan
dan pertikaian terjadi diantara orang-orang Turki, suku barbar dan pasukan sudan.
Kekuasaan Negara dapat dikatakan lumpuh. Perekonomian Negara juga tidak
berdaya akibat kelaparan selama tujuh tahun.
3. Persaingan Antar Wasir
Setalah Al–Muntashir meninggal pada tahun 1094, kekuasaanya diteruskan oleh
anaknya yaitu Al-malik Al-Afdhal. Pada masa ini, muncul perseteruan terus
menerus diantara para wasir yang didukung oleh para tentara masing-masing. AlAfdhal menempatkan anaknya yang paling muda sebagai kholifah dengan julukan
“Al-Musta’ali”.
Sementara itu, terjadi kekacauan sekitar permasalahan suksesi pada masa
pemerintahan kholifah Al-musta’ali. Nizar, putra tertua Al-Musta’ali dihukum
penjara hingga meninggal. Namun, pengikut Nizar mengakui bahwa Nizar masih
hidup. Hal ini menimbulkan kekacauan dan melahirkan dua kubu yang saling
bersaing yaitu kubu Must’aliyah dan nizariyah .
Putra Musta’ali yang bernama Al-amir, yang masih berusia lima tahun
,menggantikan ayahnya sebagai penguasa di Mesir. Al-amir akhirnya menjadi
korban pembunuhan pada tahun 1130. Penerus Al-amir adalah Al-Hafizh.
Sepeninggal Al-Amir, Dinasti Fathimiyah semakin mengalami kemunduran. Pada
saat itu timbul pertentangan paham keagamaan antara kalangan penguasa dengan
mayoritas masyarakatyang menganut sunni. Sejumlah kelompok kecil mengikuti
imam masing-masing dan mengabaikan klaim penguasa Dinasti Fathimiyah.
Ketika Al-hafizh (1130-1149) meninggal, kekuasaannya benar-benar hanya
sebatas isana kekholifahan. Penggantinya adalah anaknya yang bernama Al-Zhafir
(1149-1154) masih berusia sangat muda hingga kemudian kekuasaanya direbut
oleh seorang Wasir dari Kurdistan, Ibn Al-Sallar yang menyebut dirinya sebagai
Al-Malik Al-‘Adil.
4. Al-‘Adid Sebagai Khalifah terakhir.
Hari kedua setelah meninggalnya kholifah, dinobatkanlah anak Al-Zhafir yang
baru berusia empat tahun, yakni Al-Faiz sebagai khalifah (1154-1160). Khalifah

kecil ini meninggal pada usia 11 tahun,dan digantikan oleh sepupunya Al-‘Adid
yang baru berusia sembilan tahun. Dialah khalifah yang ke-14 yakni kholifah yang
terakhir di dinasti Fathimiyah yang berkuasa selama kurang lebih dua setengah
abad.
Pada masa pemerintahan Al-‘Adid, kehidupan masyarakat sangat sulit karena
adanya bencana kelaparan, wabah penyakit yang sering terjadi, serta penetapan
pajak yang tinggi untuk memuaskan kebutuhan khalifah dan angkatan senjata.
Keadaan semakin sulit

dengan datangnya pasukan perang salib ke Mesir.

Khalifah Al-‘Adid meminta bantuan kepada Nuruddin Zanki, yaitu gubernur
Suriah dibawah kekuasaan dinasti Abbasiyah Baghdad. Nuruddin akhirnya,
mengutus Shalahuddin Al-Ayyubi yang membawa tentara ke Mesir untuk
menghalau tentara salib. Karena keberhasilannya ,dia diangkat menjadi menteri di
Mesir, di bawah Fathimiyah tentunya .Namun, khalifah Al-‘adid terlalu tua untuk
memimpin dan tekanan politik semakin tinggi. Sementara itu, keberhasilan
Shalahuddin Al-ayyubi membuat dukungan atasnya menjadi khalifah yang sangat
kuat. Pada akhirnya, Shalahuddin Al-‘ayyubi bisa menjadi khalifah dan
mengakhiri dinasti Fhatimiyah pada tahun 1171. Kepemimpinan Shalahuddin Alayyubi

mengubah

corak

kekuasaan

yang

sebelumnya

syi’ah

menjadi

sunni,sehingga disebut dinasti sunni Al-ayyubiyah.
Dinasti Isma’iliyah yang didirikan oleh Ubaidillah Al-mahdi,hanya mampu
bertahan selama lebih kurang dua setengah abad (909-1171 M).Tiga khalifah
dinasti Fhatimiyah yang pernah memerintah di Maroko adalah Al-Qaim (322323H/934-946M), Al-Mansur (323-341H/946-952M), dan Al-Muizz (341362H/952-975M). Dinasti ini dapat maju karena didukung oleh militer yang kuat,
administrasi pemerintah yang baik, ilmu pengetahuan yang berkembang, dan
ekonomi yang stabil. Krisis kepemimpinan khalifah berikutnya setelah Al-aziz,
yakni Al-hakim (386-411H/996-1021M), Al-zahir (411-427H/1021-1036M), Almustansir (428-487H/1036-1094M), dan Al-musta’li (487-495H/1094-1101M),
tidak mampu mengendalikan pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Al-aziz.
Bahkan krisis diantara kekuatan dalam pemerintahan Daulah Fathimiyah itu terus
berlangsung pada masa Hafizh (525-544H/1131-1149M), Az-zhafir (544549H/1149-1154M),

Al-faiz(549-555H/1154-1160M),

dan

Al-‘adid

(555-

567H/1160-1171M).
Sekalipun Fathimiyah runtuh di Mesir, beberapa kelompok kecil Isma’iliyah
masih bertahan di Syiria, Persia, dan Asia Tengah, serta mengalami perkembangan

yang pesat di India. Artinya ,setelah runtuh sebuah kekuatan tidak serta
mertalenyap, tetapi masih ada dan bertahan atau setidaknya masih tetap tumbuh di
daerah lain.
E. JASA-JASA DINASTI FHATIMIYAH TERHADAP PERADABAN ISLAM
Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar sekali, baik
dalam sistim pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Kemajuan yang terlihat
pada masa kekhalifahan al-Aziz yang bijaksana diantaranya sebagai berkut:
1. Bidang Politik dan Pemerintahan
Pada masa pemerintahan Fatimiyah, kepada Negara dipimpin oleh seorang
imam atau khalifah, para imam bagi fatimi memang sesuatu yang diwajibkan, ini
merupakan penerapan kekuasaan yang turun temurun, mulai dari Nabi
Muhammad, Ali bin Abi Thalib, kemudian selanjutnya di teruskan oleh para
imam. Imamah ini diwariskan dari seorang bapak kepada anak laki-laki yang
paling tua dari keturunan mereka. Dan menjadi syarat penting yang harus dipenuhi
dalam pengangkatan seorang imam adalah adanya nash atau wasiat khusus dari
imam sebelumnya.Baik wasiat yang di kemukakan di hadapan umat islam secara
umum, atau hanya diketahui oleh orang-orang tertentu sebagian dari mereka saja.
Para imam didinasti fatimiyah, mereka anggap sebagai penjelmaan Allah di bumi,
meraka menjadikan Imam-imam sebagai tempat rujukan utama dalam syariat, dan
orang paling dalam ilmunya.
Selanjutnya dari segi politik juga daulat fatimiyah membentuk wazir-wazir (wazir
tanfiz dan wazir tafwid). Wazir ini dibentuk pada masa Aziz billah pada bulan
Ramadhan tahun 367H/979 M.
Disamping itu daulat fatimiyah juga membentuk dewan-dewan dalam
pemerintahannya diantaranya, dewan majlis , dewan nazar, dewan tahkik
(sekretaris) dewan barid (pos), dewan tartib (keamanan), dewan kharraj (pajak)
dan lain-lainnya.
Bentuk pemerintahan pada masa Fatimiyah merupakan suatu bentuk pemerintahan
yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir.Dalam pelaksanaannya
Khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan spiritual.Pengakatan dan
pemecatan penjabat tinggi berada di bawah kontrol kekuasaan Khalifah.
Mentri-mentri Wazir kekhalifahan dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok
Militer dan Sipil. Yang dibidangi oleh kelompok Militer diantaranya: urusan
tentara, perang, pengawal rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang
menyangkut keamanan. Yang termasuk kelompok Sipil diantaranya:
a) Qadi, yang berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang

b)
c)
d)
e)
f)

Ketua dakwah, yang memimpin Darul Hikmah
Inspektur pasar, yang membidangi bazar, jalan dan pengawasan timbangan
Bendaharawan Negara, yang membidangi Baitul Mal
Wakil kepala urusan rumah tangga Khalifah
Qori, yang membaca al-Qur’an bagi Khalifah kapan saja dibutuhkan.

Selain dari penjabat di istana ini ada beberapa pejabat lokal yang diangkat oleh
Khalifah untuk mengelola bagian wilayah Mesir, Siria, dan Asia kecil.
Ketentaraan dibagi ke dalam tiga kelompok:
a) Amir-amir yang berdiri dari pejabat-pejabat tinggi dan pengawal
Khalifah
b) Para Obsir Jaga
c) Resimen yang bertugas sebagai Hafizah Juyudsiah dan Sudaniyah.
2.

Pemikiran dan Filsafat
Dalam menyebarkan tentang kesyi’ahannya Dinasti Fatimiyah banyak
menggunakan filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-pendapat
Plato, Aristoteles dan ahli-ahli filsafat lainnya. Kelompok ahli filsafat yang paling
terkenal pada Dinasti Fatimiyah adalah ikhwanu shofa. Dalam filsafatnya
kelompok ini lebih cendrung membela kelompok Syi’ah Islamiyah, dan kelompok
inilah yang menyempurnakan pemikiran-pemikiran yang telah dikembangkan oleh
golongan Mu’tazilah.
Beberapa tokoh filsuf yang muncul pada masa Dinasti Fatimiyah ini adalah:
a) Abu Hatim Ar-Rozi, dia adalah seorang da’i Ismaliyat yang pemikirannya
lebih banyak dalam masalah politik, Abu Hatim menulis beberapa buku
dia ntaranya kitab Azzayinah yang terdiri dari 1200 halaman. Di dalamnya
banyak membahas masalah Fiqh, filsafat dan aliran-aliran dalam agama.
b) Abu Abdillah An-Nasafi, dia adalah seorang penulis kitab Almashul. Kitab
ini lebih banyak membahas masalah al-Ushul al-Mazhab al-Ismaily.
Selanjutnya ia menulis kitab Unwanuddin Ushulus syar’i, Adda’watu
Manjiyyah. Kemudian ia menulis buku tentang falak dan sifat alam dengan
judul Kaunul Alam dan al-Kaunul Mujrof .
c) Abu Ya’qup as Sajazi, ia merupakan salah seorang penulis yang paling
banyak tulisannya
d) Abu Hanifah An-Nu’man Al-Magribi
e) Ja’far Ibnu Mansyur Al-Yamani
f) Hamiduddin Al-Qirmani.

3. Pendidikan dan Iptek
Seorang ilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Yakub Ibnu
Killis.Ia berhasil membangun akademi-akademi keilmuan yang mengahabiskan
ribuan Dinar perbulannya. Pada masanya, ia berhasil membesarkan seorang ahli
fisika yang bernama Muhammad Attamimi. Disamping Attamimi ada juga seorang
ahli sejarah yang bernama Muhammad Ibnu Yusuf Al Kindi dan Ibnu Salamah Al
Quda’i.seorang ahli sastra yang muncul pada masa Fatimiyah adalah Al Aziz yang
berhasil membangun masjid Al Azhar.[13]
Kemajuan keilmuan yang peling fundamental pada masa Fatamiyah adalah
keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang disebut Darul
Hikam atau Darul Ilmi yang dibangun oleh Al Hakim pada tahun 1005 Masehi.
Ilmu astronomi banyak dikembangkan oleh seorang astronomis yaitu Ali Ibnu
Yunus kemudian Ali Al Hasan dan Ibnu Haitam.Dalam masa ini kurang lebih
seratus karyanya tentang matematika, astronomi, filsafat dan kedokteran telah
dihasilkan.
Pada masa pemerintahan Al Hakim didirikan Bait Al Hikmah, terinspirasi dari
lembaga yang sama yang didirikan oleh Al Makmun di Bahgdad. Pada masa Al
Muntasir terdapat perpustakaan yang di dalamnya berisi 200.000 buku dan 2.400
Illuminated Al-Qur’an ini merupakan bukti kontribusi Dinasti Fatimiyah bagi
perkembangan budaya Islam.
4. Ekonomi dan Perdagangan
Mesir mengalami kemakmuran ekonomi dan fitalitas kultural yang mengungguli
Irak dan daerah-daerah lainnya.Hubungan dagang dengan dunia non Islam dibina
dengan baik termasuk dengan India dan negeri-negeri mediterania yang beragama
Kristen.
Pada suatu festival, Khalifah kelihatan sangat cerah dan berpakaian indah.
Istana Khalifah yang dihuni oleh 30.000 orang terdiri dari 1.200 pelayan dan
pengawal juga terdapat masjid-masjid, perguruan tinggi, rumah sakit dan
pemondokan Khalifah yang berukuran sangat besar menghiasi kota Kairo baru.
Pemandian umum yang dibangun dengan baik terlibat sangat banyak disetiap
tempat di kota itu. Pasar yang mempunyai 20.000 toko luar biasa besarnya dan
dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia.Keadaan ini menunjukkan bahwa
kemakmuran yang begitu berlimpah dan kemajuan ekonomi yang begitu hebat
pada masa Fatimiyah di Mesir.
Disegi pertanian Dinasti Fatimiyah juga mengalami peningkatan, keberhasilan
pertanian di mesir pada masa ini bisa di kelompokkan kepada dua sektor

a) Daerah pinggiran-pinggiran sungai Nil
b) Tempat-tempat yang telah ditentukan pemerintah untuk dijadikan lahan
pertanian.
Sungai Nil merupakan sebagian pendukung bagi kelansungan hidup
orang-orang Mesir, kadang-kadang sungai nil ini menuai penyusutan air
sehingga masyarakat merasa kesulitan untuk mengambil air untuk
diminum, untuk binatang ternak, maupun untuk pengairan tanam-tanaman
mereka, namun sebaliknya adakalanya sungai nil ini pasang naik, sehingga
dataran-dataran Mesir kebanjiran, menyebabkan kerusakan lahan dan
tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut mereka membikin gundukangundukan dari tanah dan batu sebatas tinggi air takkala banjir.[14]
Mereka membagi waktu untuk bercocok tanam dalam dua musim :
a) Musim dingin, (bulan Desember sampai bulan maret) dengan
aliran-aliran dari selokan sungai nil, pada musim ini mereka biasa
menanam gandum, kapas, pohon rami.
b) Musim panas, (bulan april sampai bulan juli) karena air sungai nil
mulai surut, maka mereka mengairi sawah ladang dengan
mengangkat air dengan alat. Pada musim ini mereka menanam
padi, tebu, semangka, anggur, jeruk, dan lain-lain.[15]
Dibidang perdagangan mereka melakukan perdagangan

dengan

mengunjungi beberapa daerah seperti Asia, Eropa, dan daerah-daerah
sekitar laut tengah.
Pada masa dinasti Fatimiyah mereka menjadikan kota Fustat sebagai kota
perdagangan, dari sini semua barang akan dikirim baik dari dalam maupun
dari luar Mesir.
5. Sosial Kemasyarakatan
Pada waktu orang-orang Fatimiyah memasuki Mesir, penduduk setempat ada
yang beragama Kristen Qibty, dan ahlu sunnah. Mereka hidup dalam kedamaian,
saling menghormati antara satu dengan yang lain. Boleh dikatakan tidak terjadi
pertengkaran antara suku, maupun agama.Masyarakatnya mempunyai sosialitas
yang tinggi sesama mereka.
6. Pemahaman Agama
Sesuai dengan asal usul dinasti Fatimiyah ini adalah sebuah gerakan yang
berasal dari sekte syi’ah Ismailiyah, maka secara tidak lansung dinasti ini

sebenarnya ingin mengembangkan doktrin-doktrin syi’ah di tengah-tengah
masyarakat, namun dengan berbagai pertimbangan mereka tidak terlalu memaksa
pemahaman ini harus di ikuti oleh para penduduk, mereka bebas beragama sesuai
dengan apa yang mereka yakini. Hal ini dilakukan supaya mereka selalu mendapat
dukungan dari rakyat demi berdirinya dinasti Fatimiyah di negeri para Nabi ini.alMusta’li wafat. Al-Amin anak al-musta’li yang baru berusia lima tahun diangkat
menjadi khalifah.Al-Amin kemudian digantikan oleh al-Hafidz. Karena ia
meninggal kekuasaannya benar-benar hanya sebatas istana kekhalifahan saja.
Anak dan penggantinya, az-Zafir diangkat menjadi khalifah dalam usia yang
masih sangat muda, hingga merasa tidak mampu menghadapi tentara salib,
khalifah az-Zafir melalui wazirnya Ibnu Salar, meminta bantuan kepada Nuruddin
az-Zanki, penguasa Suriah di bawah kekuasaan Baghdad. Nuruddin mengirim
pasukan ke Mesir di bawah panglima Syirkuh dan Salahuddin Yusuf bin al-Ayubi
yang kemudian berhasil membendung invasi tertara salib ke Mesir. Kemudian
kekuasaan az-Zafir direbut oleh wazirnya, Ibnu Sallar.Tapi Ibnu Salar kemudian
dibunuh, dan az-Zafir juga terbunuh secara misterius, kemudian naiklah al-Faiz,
anak az-Zafir yang baru berusia empat tahun sebagai khalifah. Khalifah kecil ini
meninggal dalam usia 11 tahun dan digantikan oleh sepupunya al-Adhid yang
baru berumur sembilan tahun. Maka pada tahun 1167 M pasukan Nuruddin azZanki untuk kedua kalinya kembali memasuki Mesir di bawah pimpinan Syirkuh
dan Salahuddin.Kedatangan mereka kali ini tidak hanya membantu melawan
kaum salib, tetapi juga untuk menguasai Mesir.Dari pada Mesir dikuasai tentara
salib, lebih baik mereka sendiri yang menguasainya.Apalagi perdana mentri Mesir
waktu itu, telah melakukan penghianatan.Akhirnya pasukan Nuruddin berhasil
mengalahkan tentara salib dan menguasai Mesir.
Semenjak itulah kedudukan Salahuddin di Mesir semakin mantap. Apalagi ia
mendapat dukungan dari masyarakat yang mayoritas sunni. Peristiwa ini
menyebabkan menguatnya pengaruh Nuruddin az-Zanki dan panglimanya
Salahuddin al-Ayubi.Puncaknya terjadi pada masa al-Adid, pada masa
pemerintahannya

Salahuddin

telah

menduduki

jabatan

wazir.

Dengan

kekuasaannya Salahuddin al-Ayubi mengadakan pertemuan dengan para pembesar
untuk menyelenggarakan khutbah dengan menyebut nama khalifah Abasiyyah, al-

Mustadi. Ini adalah simbol dari runtuhnya dan berakhirnya kekuasaan Dinasti
Fatimiyah untuk kemudian digantikan oleh Dinasti Ayubiyah.13

BAB III
A. Kesimpulan
pada tahun 874 M, Abdullah ibn Maimun menunjuk pengikutnya yang paling
bersemangat yaitu Abu Abdullah al-Husain sebagai pemimpin gerakan syi’ah
Isma’iliyah. Kemudian dia menyebarang ke Afrika Utara. Berkat propagandanya yang
bersemangat, dia berhasil menarik suku Barbar, khususnya dari kalangan suku
khithamah menjadi pengikut setia gerakan ahlul bait ini. Dari sinilah awal
terbentuknya Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara
a. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Dinasti Fatimiyah di Mesir.
1) Politik
2) Sistem Administrasi Pemerintahan
3) Perkembangan Ekonomi
4) Perkembangan Ilmu Pengetahuan
5) Seni dan Arsitektur.
b. Kemunduran Dinasti Fathimiyah
Kemunduran Dinasti Fathimiyah mulai terjadi pada masa Abu Ali Mansur AlAl-Hakim adalah pengganti Al-Azis. Ia baru berumur 11 tahun ketika naik tahta.
Karena masih terlalu muda ketika diangkat menjadi khalifah, kekuasaan
sesungguhnya berada ditangan Wasir.
c. Jasa-jasa Dinasti Fatimiyah Terhadap Peradaban Islam
Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar sekali,
baik dalam sistim pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Kemajuan yang
terlihat pada masa kekhalifahan al-Aziz yang bijaksana diantaranya sebagai berkut:
1) Bidang Politik dan Pemerintahan
2) Pemikiran dan Filsafat
3) Pendidikan dan Iptek
4) Ekonomi dan PerdaganganSosial Kemasyarakatan
13 http://perpustakaanagama.com

5) Pemahaman Agama
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini. Kami menyadai dalam pembuatan
makalah ini banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para
pembaca sangat kami harapkan. Demi perbaikan makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah kami ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajari
tentang Sejarah Peradaban Islam. Walaupun makalah kami ini masih banyak
kekurangannya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124