PBSI KELAS TINGGI PEMBELAJARAN SASTRA DI

PBSI KELAS TINGGI

PEMBELAJARAN SASTRA
DI SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh

NAMA
IRWAN PUTRA

NIM
1701029151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FALKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA 2018

PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH DASAR
Pendidikan Guru Sekolah Dasar


ABSTRAK

Sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan unsure
estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun tertulis,
yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang
akrab dengan anak-anak’.
Ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa,
diantaranya: Unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsung, fungsi
terapan. Sastra anak memiliki fungsi sebagai media pendidikan dan hiburan,
membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak.
Kata Kunci: Tujuan Pembelajaran Sastra, Metode, dan Asessment

i

KATA PENGANTAR

Jika melihat perkembangan pembelajaran sastra dari sudut pandang yang
berbeda, akan tampak jelas bahwa tujuan pembelajaran sastra di SD adalah untuk
memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman dari berbagai
bacaan. Bukan hanya itu saja, siswa diharapkan paham dan mampu terlibat di

dalam suatu buku ajarnya.
Pembelajaran sastra harus membuat siswa merasa senang membaca dan
gemar mencari sumber bacaan. Sehingga diperlukan perubahan nyata dalam
menunjang proses pembelajaran sastra di kalangan siswa.
Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa tertarik kepada sastra ialah
memberikan siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku sastra. Buku-buku
yang dimaksud adalah buku yang berisikan karya sastra yang dipandang memiliki
kandungan nilai-nilai positif, dan ilmu tentang sastra yang berguna, bermanfaat,
serta dapat diaplikasikan dengan mudah oleh siswa itu sendiri.
Maka dari itu, sebagai pendidik, guru haruslah memperkenalkan berbagai
ragam buku atau karya sastra kepada siswanya, semisal novel, puisi, drama, atau
prosa serta cerita-cerita fiksi maupun non-fiksi sastra.
Makalah ini akan membahas tentang pembelajaran Sastra di Sekolah
Dasar, yang meliputi pentingnya pembelajaran sastra, tujuan dan manfaat
pembelajaran sastra, serta assessment pembelajaran sastra di sekolah dasar.

Jakarta, Juni 2018
Penyusun

Irwan Putra


ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………….. ..................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang .................................................................. 1
B Rumusan Masalah .............................................................. 1
C Tujuan Penulisan ............................................................... 2
D Manfaat .............................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................. 3
A Pentingnya Pembelajaran Sastra di SD ............................. 3
B Tujuan pembelajaran sastra di SD ..................................... 4
C Manfaat pembelajaran sastra di SD ................................... 5
D Jenis jenis pengajaran sastra di SD .................................... 6
E Metode pengajaran sastra di SD ......................................... 6
F Asessment pengajaran sastra di SD .................................... 9


BAB III. PENUTUP ......................................................................... 11
A Kesimpulan....................................................................... 11
B Saran ................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pembelajaran sastra di kalangan siswa masih menjadi hal yang
menakutkan. Betapa tidak, porsi pembelajaran yang diberikan ke siswa sangatlah
kurang. Bukan hanya itu saja, masih banyaknya siswa yang tidak tertarik terhadap
sastra. Padahal kebutuhan akan sastra sangat penting, mengingat banyaknya
manfaat yang terkandung di dalamnya.
Siswa bisa mengetahui dari segi pengertiannya, sejarah sastra, jenis-jenis
sastra, nilai-nilai apa saja yang bisa dipetik dari sastra itu sendiri, dan
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Hal demikian
merupakan sebuah ironi dan sebuah bentuk keprihatinan, dan wajar saja jika siswa

seringkali mengeluh tentang sulitnya mempelajari sastra.
Salah satu bentuk nyata dalam dunia pendidikan adalah kurangnya
apresiasi terhadap karya sastra. Pengertian apresiasi sastra itu sendiri merupakan
suatu kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh
pengertian yang baik terhadap sastra. Bentuk apresiasi sastra dapat dilakukan
dengan melaksanakan kegiatan seperti pementasan drama, pembacaan puisi,
menulis cerita pendek, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan
sastra.

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang pemikiran pengajaran sastra Di SD
2. Apa tujuan pengajaran sastra Di SD
3. Apa manfaat pengajaran sastra di SD
4. Apa saja jenis jenis sastra anak yang di ajarkan di SD
5. Bagaimana metode pengajaran sastra di SD
6. Seperti apa asesment pengajaran sastra di SD

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

1


C. Tujuan
Tujuan mempelajari bagian ini adalah agar mahasiswa mampu memahami pentingnya
pembelajaran sastra di Sekolah Dasar. Tujuan penulisan makalah ini meliputi :

1. Menguraikan latar belakang pemikiran pengajaran sastra Di SD
2. Menguraikan tujuan pengajaran sastra Di SD
3. Menguraikan manfaat pengajaran sastra di SD
4. Menguraikan jenis jenis sastra anak yang di ajarkan di SD
5. Menguraikan Metode pengajaran sastra di SD
6. Menguraikan Asesment pengajaran sastra di SD
D. Manfaat
·

Sebagai calon guru dapat mengetahui bagaimana strategi yang tepat dan efektif dalam
meningkatkan keterampilan pembelajaran sastra di Sekolah Dasar, sehingga sebagai guru
kelas dapat menyusun. bahan pembelajaran sastra, termasuk metode dan teknik
penilaiannya.

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA


2

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pentingnya Pembelajaran Sastra Di SD
Pada usia ini yaitu usia SD anak masih polos dan untuk itu anak mudah
menerima segala sesuatu yang belum ia ketahui termasuk karya satra, baik itu
dalam bentuk cerita lakon ataupun tulisan. Pembelajaran sastra di Sekolah Dasar
dilakukan dengan mempertimbangan kepentingan berikut ini:
1. Dengan sastra anak-anak mudah untuk menerima nilai-nilai kemanusiaan
adat istiadat, agama, kebudayaan yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
2. Sastra dapat merangsang anak-anak berbuat sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan, adat istiadat agama dan budaya.
3. Anak-anak akan lebih peka terhadap lingkungan karena dalam dirinya
tertanam nilai-nilai kemanusiaan.
4. Melalui


karya

sastra

anak-anak

sejak

dini

bisa

mengembangkan

perasaan,batin, dan budi pekertinya, sehingga tanpa disadari anak-anak
memiliki perilaku dan kebiasaan untuk membedakan sesuatu yang dianggap
baik ataupun buruk melalui proses apresiasi dan berkreasi dengan karya
sastra.
5. Sastra penting diajarkan sejak anak-anak. Karena, jika pembelajaran sastra
dimulai dari anak-anak maka akan membentuk kebiasaan, perilaku-perilaku

positif, dan kreatif pada anak, sehingga suatu saat ketika mereka dewasa
mereka akan menjadi manusia-manusia yang mempunyai tingkah laku, moral
yang baik serta peka terhadap lingkungan.
6. Dengan pembelajaran sastra akan mempunyai jiwa kreatif yang tinggi dalam
menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya.
Menurut sumber yang saya kutip.
Pemilihan sastra (cerita) yang bermutu dalam pembelajaran sangat
bermanfaat bagi anak dalam melihatkan dirinya terhadap pajanan dunia (world
expose) yang global. Pada sisi lain siswa dapat mereplikasikan pengalaman hidup

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

3

orang lain yang sebenarnya dan seolah - olah mengalami sendiri di dalam kelas.
sastra pada hakikatnya adalah alat mengajarkan kehidupan. Buku sastra
(cerita) berfungsi sebagai cermin dan jendela pada masyarakat global.
B. Tujuan Pembelajaran Sastra di SD
Jika melihat perkembangan pembelajaran sastra dari sudut pandang yang
berbeda, akan tampak jelas bahwa tujuan pembelajaran sastra di SD adalah untuk

memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman dari berbagai
bacaan. Bukan hanya itu saja, siswa diharapkan paham dan mampu terlibat di
dalam suatu buku ajarnya. Pembelajaran sastra harus membuat siswa merasa
senang membaca dan gemar mencari sumber bacaan. Sehingga diperlukan
perubahan nyata dalam menunjang proses pembelajaran sastra di kalangan siswa:
Tujuan

umum

pembelajaran

sastra

merupakan

bagian

dari

tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional yaitu mewujudkan suasana dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tujuan pembelajaran sastra di sekolah terkait pada tiga tujuan khusus di
bawah ini.
1. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial
2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa
3. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
Pengajaran sastra membawa siswa pada ranah produktif dan apresiatif.
Sastra adalah sistem tanda karya seni yang bermediakan bahasa. Pencipataan
karya sastra merupakan keterampilan dan kecerdasan intelektual dan imajinatif.

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

4

Karya sastra hadir

untuk dibaca

dan dinikmati, dimanfaatkan untuk

mengembangkan wawasan kehidupan.
Pembelajaran

sastra

menurut

panduan

penerapan

KTSP

perlu

menekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat diproduksi
dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat produktif-apresiatif.
Konsekuensinya, pengembangan materi pembelajaran, teknik, tujuan, dan arah
pembelajaran harus menekankan pada kegiatan apresiati.
Pengembangan kegiatan pembelajaran apresiatif merupakan usaha untuk
membentuk pribadi imajinatif yaitu pribadi yang selalu menunjukkan hasil
belajarnya melalui aktivitas mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik
baru, mewujudkan produk baru, membangun susunan baru, memecahkan masalah
dengan cara-cara baru, dan merefleksikan kegiatan apresiasi dalam bentuk karyakarya yang unik.
Potensi individu seperti itu

menurut para ahli pendidikan akan

berkembang jika mendapat dukungan kultur lingkungan yang menghargai
percobaan, melakukan langkah-langkah spekulatif, fokus pada pengembangan ideide baru, bahkan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan orang sebelumnya.
Semua potensi dikembangkan melalui pengulangan yang variatif sehingga
terbentuk mutu keterampilan yang terasah

C. Manfaat Pengajaran Sastra di SD
Jika melihat perkembangan pembelajaran sastra dari sudut pandang yang
berbeda, akan tampak jelas bahwa tujuan pembelajaran sastra di SD adalah untuk
memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman dari berbagai
bacaan. Bukan hanya itu saja, siswa diharapkan paham dan mampu terlibat di
dalam suatu buku ajarnya. Pembelajaran sastra harus membuat siswa merasa
senang membaca dan gemar mencari sumber bacaan. Sehingga diperlukan
perubahan nyata dalam menunjang proses pembelajaran sastra di kalangan siswa.

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

5

Sastra juga memiliki banyak peran bagi tumbuh kembang seorang anak.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun
kecerdasan emosi anak.
Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia
atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan
atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga
menuntun kecerdasan emosinya
D. Jenis Jenis Pengajaran Sastra di SD
Jenis Jenis pengajaran Sastra di sekolah dasar pada prinsipnya bagaimana
peserta didik memiliki keberanian dan rasa percaya diri, dan pembelajaran dapat
dilakukan melalui pembelajaran Puisi, Prosa, dan Drama
Apresiasi puisi dapat dilakukan dengan memadukannya dengan empat
aspek keterampilan berbahasa, yakni: mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Apresiasi puisi yang berkaitan dengan tujuan tersebut dapat dilakukan
dengan cara membaca, mendeklamasikan, menciptakan puisi, dan mendiskusikan
tema, keindahan bahasa, serta hal-hal yang menarik dari puisi tersebut.
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima,
dan Merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antara berbagai
tokoh. Drama adalah salah satu genre sastra yang berada pada dua dunia seni, yaitu seni
sastra dan seni pertunjukan atau teater.

.
E. Metode Pengajaran Sastra di SD
Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa tertarik kepada sastra ialah
memberikan siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku sastra. Buku-buku
yang dimaksud adalah buku yang berisikan karya sastra yang dipandang memiliki
kandungan nilai-nilai positif, dan ilmu tentang sastra yang berguna, bermanfaat,
serta dapat diaplikasikan dengan mudah oleh siswa itu sendiri.
Selanjutnya, berikanlah waktu yang cukup bagi siswa untuk membaca, dan
mempelajari buku sastra tersebut. Guru juga harus memantau dan membahas buku
atau karya sastra yang dipelajari oleh siswanya..
Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

6

Bila kita menganggap pendidikan merupakan upaya lain untuk
memanusiakan manusia, perhatian terhadap semua materi ajar di sekolah
haruslah seimbang. Seorang guru dapat melakukan hal-hal seperti dibawah ini
untuk mewujudkan pembelajaran sastra di sekolah sehingga mata pelajaran ini
menjadi menarik dan mendapat tempat di hati siswa.
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah meyakinkan siswa bahwa
pengajaran sastra tidak hanya menawarkan hiburan sesaat, tetapi juga akan
memberi berbagai manfaat lain bagi siswa. Penikmatan yang apresiatif
terhadap puisi, prosa fiksi, drama dalam berbagai genre akan membuktikan
kemanfaatan tersebut pada siswa.
Selanjutnya, guru pun harus berusaha mengubah teknik pembelajaran
sastra di sekolah. Selama ini pengajaran sastra dan juga bahasa Indonesia lebih
diarahkan pada aspek sejarah dan pengetahuan sehingga siswa dipacu untuk
menghafal, bukan untuk mengahayati karya yang diajarkan.
Kegiatan apresiasi sastra tidak hanya diajarkan dalam bentuk pembacaan
karya sastra oleh siswa. Kegiatan ini dapat juga diwujudkan dalam berbagai
bentuk kegiatan dengan berbagai teknik pembelajaran. Kegiatan deklamasi,
lomba penulisan puisi, musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, mendongeng,
pembuatan sinopsis, bermain peran, penulisan kritik dan esei, dan berbagai
kegiatan lain dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan apresiasi sastra pada
siswa.

Berbagai

kegiatan

tersebut

akan

menumbuhkan

penghayatan,

pencintaan, dan penghargaan yang relatif baik pada para siswa terhadap mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Hal lain yang juga perlu dipikirkan saat ini adalah pemanfaatan dan
pengadaan buku/ bacaan kesastraan di sekolah. Pemerintah, di satu sisi, telah
berusaha melengkapi buku bacaan untuk para siswa melalui Proyek Pengadaan
Buku Bacaan. Meskipun bahan yang dikirimkan ke sekolah belum memadai,
guru seharusnya dapat memanfaatkan sarana yang ada itu untuk memancing
kreativitas membaca dan mencipta pada siswa. Di samping itu, guru dan pihak

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

7

sekolah harus juga berusaha membeli bacaan lain, seperti surat kabar,
kumpulan puisi, dan berbagai media lain yang harganya relatif murah.
Beberapa metode untuk pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah
dasar yang sekiranya cocok dapat digunakan, antara lain:
a) Metode berkisah;
b) Metode pembacaan
c) Metode peragaan
d) Metode Tanya jawab
e) Metode penugasan
Metode berkisah dapat diberikan oleh bapak atau ibu guru di depan kelas
dengan membawakan sebuah kisah. Secara lisan metode berkisah dapat
disampaikan selama 15-25 menit untuk menarik perhatian siswa. Metode berkisah
tidak sama dengan metode berceramah. Kisah tidak semata-mata disampaikan
monoton dengan narasi, tetapi perlu selingan dialog dan humor dengan suara yang
berubah-ubah.
Metode pembacaan perlu diberikan kepada siswa untuk melatih vocal.
Pembacaan puisi dengan suara nyaring kan lebih menarik. Dalam melaksanakan
metode pembacaan ini perlu diperhatikan irama, intonasi, lagu kalimat, jeda, dan
nada dngan tinggi rendahnya suara atau panjajng pendeknya suara.
Pada awalnya metode peragaan lebih cenderung diberikan oleh guru untuk
memperagakan gerakan-gerakan yang tersirat dalam teks sastra anak. Metode
peragaan ini hampir sama dengan metode demonstrasi yang mengombinasikan
teknik lisan dengan suatu perbuatan. Gerak raut wajah dan ucapan seorang ketika
sedang marah tentu berbeda dengan raut wajah dan ucapan seseorang yang sedang
dirundung kesedihan. Tutur kata, raut muka, dan gerakan badan seorang tokoh
dapat diperagakan oleh guru di depan muridnya.
Metode Tanya-jawab dapat diberikn setelah terlebih dahulu siswa ikut
terlibat dalam apresiasi sastra anak secara langsung. Artinya dapat dapat diajukan
oleh seorang guru kepada siswanya setelah siswa itu membaca, mendengar atau
menonton pertunjukan pentas sastra

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

8

F.

Asesmen Pengajaran Sastra di SD
Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga komponen
dasar evaluasi, yaitu :
a. Kognisi
Aspek kognisi artinya lebih mengutamakan pengetahuan bernalar atau
pengembangan daya pikir sebagai kecerdasan otak.
b. Afeksi
Aspek afeksi artinya lebih mengutamakan unsur perasaan atau emosional.
c. keterampilan
Aspek keterampilan lebih mengutamakan kemampuan siswa untuk
menyelesaikan tugas.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra anak pada umumnya mengenal dua
bentuk penilaian, yaitu:
1) Penilaian prosedur, yang meliputi penilaian proses belajar dan
penilaian hasil belajar, dan
2) instrumen atau alat penilaian, yang meliputi tanya jawab, penugasan,
esai tes dan pilihan ganda. Oleh karena itu, evaluasi harus dijelaskan
komponen dasar yang akan dievaluasi, artinya harus jelas aspek-aspek
yang akan dievaluasi. Cara yang digunakan untuk mengevaluasi,
misalnya dengan:
a) Tanya jawab
b) Penugasan
c) Esai Tes
d) Pilihan Ganda
Evaluasi dengan tanya jawab dapat diajukan secara lisan ketika
sedang berlangsung proses belajar mengajar di kelas. Bentuk pertanyaan dapat
dibuat dari yang paling sederhana hingga yang paling sukar. Tentu setiap
pertanyaan mengandung bobot, dari yang berbobot paling rendah hingga yang
paling tinggi. Pertanyaan dapat diajukan kepada semua siswa dengan jawaban
tertulis atau langsung tanya jawab secara lisan yang diajukan hanya kepada
beberapa siswa. Jelas dengan cara tanya jawab untuk mengetahui secara

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

9

langsung

tingkat

pemahaman

siswa

terhadap

materi

yang

sedang

merupakan

cara

evaluasi

untuk

pengembangan

dipelajarinya.
Penugasan

kepribadian, perluasan daya berpikir siswa dan kreativitas emosional, serta
memupuk keterampilan siswa. Bentuk penugasan dapat dipilih dari yang
paling sederhana, misalnya membaca secara bergantian, menghafalkan teks
sajak yang pendek atau berdeklamasi di depan kelasm hinga meningkat yang
paling kompleks, seperti mencatat dan mencari kata-kata sukar dalam kamus,
memberi ulasan sajak atau merumuskan amanat sajak.Penugasan dapat
dilakukan di kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar,
misalnya membaca cerita secara bergantian, membaca sajak, berdeklamasi,
dan bermain peran atau juga sebagai tugas rumah untuk menghafalkan sajak,
meringkas cerita, dan menyusun kamus kecil dari kata-kata yang terdapat
dalam teks sajak atau cerita yang dibacanya.
Esai tes diberikan kepada siswa untuk melatih menyusun kalimat
secara baik dan benar, berpikir secara teratur dan runtut, dan menuangkan
gagasannya dalam bentuk tulisan. Untuk esai pembelajaran apresiasi sastra
anak tingkat sekolah dasar perlu dipilih bentuk-bentuk yang paling sederhana,
misalnya ceritakan kembali dengan bahasamu dongeng berikut.
Bentuk pilihan ganda dalam evaluasi sudah tidak asing lagi bagi anakanak sekolah dasar. Dengan cara evaluasi pilihan ganda ini anak dilatih untuk
memilih salah satu dari beberapa jawaban yang tersedia. Anak tidak diberi
kemungkinan untuk mengembangkan diri di luar jawaban yang tersedia.
Meskipun demikian, dengan cara evaluasi pilihan ganda ini sebenarnya juga
menuntun dan membimbing siswa kea rah tujuan yang pasti, Oleh karena itu,
evaluasi pemblajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar pun dapat dibuat
daengan pilihan ganda.

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

10

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan
unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun
tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang
dunia yang akrab dengan anak-anak’.
Ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang
dewasa, diantaranya: Unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsung,
fungsi terapan. Sastra anak memiliki fungsi sebagai media pendidikan dan
hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak.
Pengertian dari kata apresiasi, yaitu kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni
dan budaya (sastra anak) serta penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu
(sastra anak). Jadi karya sastra anak merupakan penghargaan terhadap karya sastra
yang dibuat oleh anak berdasarkan pengalaman, imajinasi, dan penglihatan anak
sehingga menambah motivasi anak untuk meningkatkan karya sastranya.

B. SARAN
Dalam pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah, fisik seorang guru
harus sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya,
tidak sakit ingatan. Selain itu juga sebelum melakukan pambelajaran apresiasi
sastra guru harus terlebih dahulu memilih bahan ajar dan menentukan metode
pembelajaran.

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

11

DAFTAR PUSTAKA
Leroy, Diana. 2003. Soal-Soal dan Pembahasan UAN (Ujian Akhir Nasional) Bahasa
Indonesia SMP (Edisi Kedua). Jakarta:Erlangga.
Wijaya, Putu. 2011. Pengajaran Sastra. http://sastra-indonesia.com/2011/03/pengajaransastra/. Diakses pada tanggal 20/12/2011 10:03
Wibisono, B Kunto. 2010. Pembelajaran Sastra Dorong Sikap Kritis.
http://www.antaranews.com/berita/206353/pembelajaran-sastra-dorong-sikap-kritis.
Diakses pada tanggal 31/12/2011 7:47
Arif, Mohammad. 2008. Pembelajaran Sasta Secara Integratif. http://researchengines.com/mohamad0708.html. Diakses pada tanggal 20/12/2011 9:53
Hamid,
Mukhlis
A.
Pengajaran
Sastra
Indonesia
Di
Sekolah.
http://gemasastrin.wordpress.com/2007/04/20/pengajaran-sastra-indonesia-di-sekolah/.
Diakses pada tanggal 31/12/2011 7:42
Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah. http://gurupembaharu.com/home/?p=9911.
Diakses pada tanggal 31/12/2011 8:03

Irwan Putra, UHAMKA – JAKARTA

12