AKTUALISASI BELA NEGARA DALAM MENYONGSON

1

AKTUALISASI BELA NEGARA DALAM MENYONGSONG INDONESIA EMAS

Oleh:
KABADIKLAT KEMHAN
Mayor Jenderal TNI Hartind Asrin, SE, M.I.Kom
Disampaikan pada Kuliah umum Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan, di Universitas PGRI Semarang 22 Mei 2017

A.

Latar Belakang
Indonesia Emas 2045 adalah idea besar Presiden Jokowi tentang

Indonesia yang unggul, maju bersaing dengan bangsa-bangsa lain, dan telah
matang untuk mengatasi isu-isu persoalan klasik bangsa, seperti intoleransi,
korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskikan. Untuk mewujudkan idea tersebut, kunci
utamanya bukan kekuatan ekonomi, politik, atau militer, melainkan manusianya.
Generasi emas sendiri merupakan generasi yang mampu bersaing secara global
dengan bermodalkan kecerdasan yang komprehensif dengan bercirikan

produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan
dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul. Sintesa diatas merupakan
harapan terbesar bangsa Indonesia di tahun 2045. Salah satu argumen yang
digunakan dalam mewujudkan generasi emas adalah asumsi bahwa pada kurun
2015-2045 piramida penduduk Indonesia akan sangat ideal dengan penduduk
mayoritas berusia 25-45 tahun, yang merupakan usia produktif. Indonesia saat
itu akan menikmati apa yang disebut bonus demografi.
Pesan moral yang paling penting dalam merespon bonus demografi pada
kurun Indonesia emas nanti sebenarnya bukan pada tataran wacana, tetapi lebih

2

pada bagaimana mempersiapkan segenap warga Negara untuk menghadapi
Indonesia emas ini tanpa harus menggadaikan kedaulatan ideology, politik,
ekonomi, sosial budaya dan territorial dalam konteks pertahanan keamanan.
Kementerian

Pertahanan

(Kemhan)


adalah

instansi

pemerintah

yang

bertanggung jawab di bidang penyelenggaraan Pertahanan Negara. Oleh karena
itu Kemhan bertugas untuk menyiapkan rumusan Kebijakan Umum Pertahanan
Negara dan menetapkan Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Salah
satu tantangan yang dihadapi oleh Kementerian Pertahanan saat ini dan 10
tahun ke depan adalah perlunya meningkatkan kesadaran bela negara bagi
setiap warga negara, melalui pendidikan dan latihan bela negara sambil secara
pararel mengisi ruang-ruang kosong karakter bela negara pada generasi emas.
Kita yakin terwujudnya generasi muda yang berkarakter bela negara hanyalah
soal waktu, karena hal bela negara memang telah diamanatkan oleh UUD 1945
pada pasal 27 ayat 3, bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.

Pada UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, khususnya
pada Pasal 1 ayat 1 telah dijelaskan bahwa pertahanan negara adalah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara. Selanjutnya pada ayat 2 dijelaskan bahwa sistem
pertahanan negara adalah pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan
seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya, serta
disiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total,
terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Hal ini sudah
cukup jelas bagi kita bahwa penyelenggaraan pertahanan negara bukan hanya
menjadi domain Kementerian Pertahanan saja, namun juga menjadi kewajiban
bagi seluruh warga negara Indonesia.
Selanjutnya dalam mewujudkan tujuan dan kepentingan nasional
Indonesia kita harus mengacu kepada Visi, Misi, dan Nawacita (program
prioritas) yang telah dirumuskan oleh pemerintah dan selanjutnya di terjemahkan
kedalam kebijakan dan rencana strategis tiap-tiap Kementerian/Lembaga,

3


termasuk Kementerian Pertahanan. Orientasi inilah yang dijadikan sebagai
acuan oleh Kementerian Pertahanan dalam merumuskan kebijakan dan rencana
strategis di bidang pertahanan negara, guna mendukung tercapainya tujuan dan
kepentingan nasional. Dalam program prioritas “Nawa Cita” menuju Indonesia
Hebat, diantaranya bela negara menjadi bagian dari revolusi karakter bangsa
dengan menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran
sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta tanah air,
semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Mengalir dari pemahaman tersebut, Kebijakan Kementerian Pertahanan mulai
Tahun 2017 antara lain menyebutkan bahwa, Pembinaan Kesadaran Bela
Negara (PKBN) dan pembentukan tenaga pendidik dan pelatih bela negara.
Pembangunan Karakter Bangsa, diselenggarakan melalui pembinaan kesadaran
dan kemampuan bela negara bagi setiap warga negara Indonesia di lingkungan
pemukiman,

lingkungan

pendidikan,

dan


lingkungan

pekerjaan

yang

berpedoman pada disain induk PKBN dengan membentuk pusat pendidikan dan
latihan bela Negara (dengan Permenhan Nomor 02 tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertahanan, telah berdiri dan diresmikan
Pusdiklat Bela Negara di Rumpin Bogor oleh Menteri Pertahanan RI pada
tanggal 28 Februari 2017); membentuk kader bela Negara; membantu K/L terkait
dalam pengembangan pendidikan kewarganegaraan; mendorong K/L terkait
dalam proses nation and character building.
Untuk mewujudkan program bela negara yang sangat strategis bagi
kelangsungan NKRI tersebut, Kementerian Pertahanan RI berpedoman pada
dasar hukum UUD 1945 (perubahan ke-II) yang menyebutkan pada Pasal 27
ayat (3)
pembelaan


Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
negara sedangkan pada pasal 30 ayat (1) juga mengamanatkan,

tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Sementara itu dalam Undang-Undang no 3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara pada Pasal. 9 menyebutkan:
1)

setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara

yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara

4

2)

keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana

dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan melalui :
a)


pendidikan kewarganegaraan

b)

pelatihan dasar kemiliteran secara wajib

c)

pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib

d)

pengabdian sesuai profesi

Agar terjadi persamaan pandangan secara nasional terkait definisi bela negara,
dalam penjelasan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002 pada pasal. 9
menyebutkan bahwa bela Negara, adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada N K R I yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam

upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka
mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan, pemerintah menetapkan tanggal 19 Desember sebagai
Hari Bela Negara dengan Keputusan Presiden nomor 28 tahun 2006 tanggal 18
Desember 2006 tentang ditetapkannya hari nasional bela negara pada tanggal
19 Desember. Dalam rangka melaksanakan Keppres tersebut, sesuai surat
Menteri Sekretaris Negara RI Nomor: B/1730/M.Sesneg/D.I/DK.00.01/12/2011,
Kementerian Pertahanan ditunjuk sebagai Penanggung jawab Hari Bela Negara.
Sedangkan pada tataran Kementerian Dalam Negeri, payung

hukum bela

negara dimuat dalam Permendagri nomor 38 tahun 2011 tentang pedoman
peningkatan kesadaran bela negara di daerah. Payung hukum bela negara pada
Kementerian Pertahanan RI, secara khusus dimuat dalam Rencana Strategis
Kemhan 2015-2019 yang menyebutkan, terbentuknya kader bela negara yang
tangguh dalam mendukung pertahanan negara dengan Sasaran: 1) Peningkatan
Kesadaran Bela Negara, 2) Terwujudnya koordinasi, integrasi, sinergitas antar
Kementerian/Lembaga (K/L), Pemda dan komponen bangsa lainnya. Sedangkan
Strateginya dilaksanakan melalui: 1) Sosialisasi, 2) Pendidikan dan Pelatihan

Bela Negara, dan 3) Kerja Sama.
Sosialisasi sebagaimana dilakukan kuliah umum seperti saat ini agar
terjadi pemahaman terhadap Nilai-nilai dasar bela negara yang diharapkan yaitu:
1) Cinta Tanah Air, 2) Sadar Berbangsa Dan Bernegara, 3) Yakin Pada Pancasila

5

Sebagai Ideologi Negara, 4) Rela Berkorban Untuk bangsa dan Negara, 5)
Kemampuan Awal Bela Negara Bela Negara. Sedangkan pelaksanaan Diklat
Bela Negara merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 (Buku II Bab 6 Sasaran Bidang Pertahanan dan
Keamanan), pendidikan bela negara ditetapkan sebagai salah satu strategi dari
kebijakan negara tentang terbangunnya sistem keamanan nasional yang
terintegrasi. Untuk merealisasikan RPJMN 2015-2019 diperlukan suatu lembaga
pendidikan dibawah Kementerian Pertahanan sebagai penyelenggara pendidikan
dan pelatihan bela negara bagi komponen bangsa yang belum terakomodir
melalui pendidikan formal yang dikelola oleh Kemenbuddikdasmen dan
Kemenristek dan Dikti. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan strategis
pertahanan negara yang tertuang dalam Kebijakan Pertahanan Negara Tahun
2017 adalah Kebijakan pertahanan negara diselenggarakan untuk mengelola

seluruh sumber daya dan sarana prasarana nasional guna mencapai tujuan
pertahanan
Membangun

negara

dalam

pertahanan

rangka

negara

mendukung

dalam

suatu


pembangunan
sistem

nasional.

pengelolaan

dan

penyelenggaraan pertahanan negara, dilaksanakan secara komprehensif,
sehingga diperlukan suatu kebijakan terhadap berbagai aspek terkait pertahanan
negara. Kebijakan pertahanan negara bersifat fleksibel dan adaptif yang
diwujudkan melalui arah dan sasaran kebijakan: Terwujudnya Pembinaan
Kesadaran Bela Negara (PKBN) melalui sosialisasi, pendidikan dan latihan serta
kerja sama antara Kementerian Pertahanan, K/L, Pemda, dan komponen bangsa
lainnya dalam menyelenggarakan program pembentukan kader bela negara di
lingkungan pemukiman, pendidikan dan pekerjaan dalam upaya pencapaian
target pembentukan kader Bela Negara (Keputusan Menteri Pertahanan Nomor :
Kep /435/M/V/2016 Tentang Kebijakan Pertahanan Negara Tahun 2017). Secara
konseptual Bela Negara dilatar belakangi oleh:
1)

Tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh,

terpadu dan berlanjut,
2)

Dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,

3)

Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia,

4)

Keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara,

6

5)

Kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik

dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan
kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa,
keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Lima (5) konsep diatas, merupakan bidang studi inti tataran dasar Bela Negara
yang telah digelar oleh Badiklat Kementerian Pertahanan.
B.

Mengokohkan Identitas Nasional Dengan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Sebagai Instrumen Revolusi Mental Bela Negara
Dalam masa transformasi seperti saat ini, sejatinya tanpa disadari telah
terjadi pergeseran tata nilai kehidupan sebagian masyarakat Indonesia.
Pergeseran tersebut terlihat
tradisional

ke

arah

dalam cara

nilai-nilai

modern

pandang mengapresiasi
yang cenderung

nilai-nilai

rasional

dan

pragmatis, dari kebiasaan hidup dalam tata pergaulan masyarakat yang
konformistik bergeser ke arah tata pergaulan masyarakat yang dilandasi cara
pandang individualistik. Bila arus pergeseran tata nilai tersebut tidak terbendung,
maka distorsi nasionalisme akan menjadi keniscayaan. Distorsi nasionalisme,
suatu

fenomena

sosial

pada

sebagian masyarakat

Indonesia

yang

menggambarkan semakin pudar rasa kesediaan mereka untuk hidup eksis
bersama,

menipisnya

rasa

dan kesadaran akan adanya

jiwa dan prinsip

spiritual yang berakar pada kepahlawanan masa silam yang tumbuh karena
kesamaan penderitaan

dan kemuliaan di masa lalu. Hilangnya rasa saling

percaya (trust) antar sesama baik horizontal maupun vertikal. Fenomena
yang

kini berkembang adalah rasa saling curiga, dan menjatuhkan sesama.

Inilah tanda-tanda melemahnya kohesivitas

sosial kemasyarakatan di antara

kita sekarang ini.
Mengkritisi fenomena diatas, maka sangat tepat kuliah umum Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang kita laksanakan saat ini.
Dengan pembinaan nasionalisme atau kebangsaan melalui proses dan
metode

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

yang

efektif

diharapkan mahasiswa memperoleh wawasan kebangsaan yang luas, sehingga
mampu memahami dan menyikapi dinamika persoalan kebangsaan yang

7

terus berkembang, serta menumbuhkan jiwa kemandirian dan rasa kecintaan
pada tanah air. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi sangat urgen di tengah
situasi kehidupan bangsa dan negara Indonesia saat ini. Untuk memenuhi
tuntutan

perkembangan

jaman, perlu dikembangkan substansi kajian dan

model pembelajaran serta sistem evaluasi yang memungkinkan pelaksanaan
perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di perguruan tinggi berjalan
efektif.
Satu hal yang dapat mendukung terwujudnya ketahanan nasional melalui
revolusi mental bela Negara dengan menjadikan karakter bangsa Indonesia
menjadi unggul itu sendiri adalah berbuat yang terbaik melalui profesi dan
kedudukan

masing-masing

warga

Negara

apapun

keahliannya

untuk

disumbangkan kepada kepentingan bangsa dan negara baik di bidang
keamanan maupun kesejahteraan serta melaksanakan disiplin nasional dengan
mematuhi segala peraturan dan perundangan Negara, inilah dimensi esensial
dari Bela Negara. Rangkaian terminologi tersebut sesungguhnya sudah
terangkum dalam Pancasila sebagai nilai dasar. Namun, melemahnya komitmen
masyarakat terhadap nilai-nilai dasar yang telah lama menjadi prinsip
bahkan sebagai pandangan hidup, mengakibatkan

dan

sistem filosofi bangsa

Indonesia menjadi rapuh. Lemahnya komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan
yang justru merupakan nilai-nilai strategis sebagaimana teridentifikasikan diatas,
adalah masalah kebangsaan yang sangat serius karena mengarah pada distorsi
nasionalisme. Dalam konteks ini kita dapat melihat ada dua faktor penyebabnya,
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal, berupa pengaruh
globalisasi yang di semangati liberalisme mendorong lahirnya sistem kapitalisme
di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di bidang politik. Faktor internal, yaitu
bersumber dari

internal

bangsa Indonesia sendiri.

Kenyataan

seperti

ini

muncul dari kesalahan sebagian masyarakat dalam memahami Pancasila (Buku
rencana

pembelajaran dan metode pembelajaran serta model evaluasi hasil

pembelajaran PKN kurikulum perguruan tinggi berbasis kompetensi, Dirjen Dikti
Dir Belmawa 2012:4).
Identitas Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat Indonesia)
cenderung mengacu pada kebudayaan atau kharakter khas. Sedangkan

8

identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol
kenegaraan. Kedua unsur identitas ini secara nyata terangkum dalam
Pancasila. Pancasila dengan demikian merupakan identitas nasional kita
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Permasalahan sekarang
adalah terletak pada lemahnya komitmen pada nilai-nilai dasar, yang berujung
pada tiga masalah pokok bangsa yaitu: 1) merosotnya wibawa Negara, 2)
melemahnya segi perekonomian Negara, 3) intoleransi dan krisis kepribadian
bangsa. Dalam pembangunan bangsa, saat ini kita cenderung menerapkan
prinsip-prinsip liberalisme yang jelas-jelas tidak sesuai dengan nilai, budaya, dan
karakter bangsa Indonesia, dan hal tersebut juga menjadi pintu masuk
kesalahan. Oleh karenanya, sudah saatnya kita melakukan koreksi, tidak dengan
menghentikan

proses

reformasi

yang

sudah

berjalan,

tetapi

dengan

mencanangkan revolusi mental untuk menciptakan paradigma, budaya politik,
dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi. Dalam pokok
bahasan bela Negara dan identitas nasional adalah melalui revolusi mental.
Penggunaan istilah revolusi oleh Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo, tidak berlebihan sebab Indonesia memerlukan suatu terobosan budaya
untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik buruk yang sudah terlalu
lama dibiarkan. Dalam melaksanakan revolusi mental, Presiden menggunakan
konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung Karno dalam pidatonya tahun
1963: Indonesia yang berdaulat secara politik, Indonesia yang mandiri secara
ekonomi, dan Indonesia yang berkepribadian secara kebudayaan. Revolusi
mental bung Karno dinarasikan : “Revolusi Mental merupakan satu gerakan
untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang
berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang
menyala-nyala”yang kemudian diadopsi dalam program Revolusi Mental
Presiden

Joko

Widodo

yaitu,

untuk

lebih

memperkokoh

kedaulatan,

meningkatkan daya saing dan mempererat persatuan bangsa, penjabaran
program ini adalah melalui 9 (Sembilan) agenda prioritas Nawa Cita yang
berupa:
1)

Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa

9

dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
2)

Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola

Pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3)

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah

– daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan
4)

Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
5)

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

6)

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

Internasional
7)

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor

sektor strategis ekonomi domestik
8)

Melakukan revolusi karakter bangsa

9)

Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial

Indonesia
Revolusi mental berbeda dengan revolusi fisik karena ia tidak memerlukan
pertumpahan darah. Namun usaha ini tetap memerlukan dukungan moral
spiritual serta komitmen seorang pemimpin, dan selayaknya setiap revolusi
diperlukan pengorbanan masyarakat. Dalam melaksanakan revolusi mental, kita
menggunakan konsep Tri Sakti Bung Karno yaitu, Indonesia yang berdaulat
secara politik, Indonesia yang mandiri secara ekonomi, dan Indonesia yang
berkepribadian secara budaya.
Indonesia yang berdaulat secara politik adalah kedaulatan rakyat sesuai
amanat sila keempat Pancasila. Pemerintahan yang terpilih oleh rakyat melalui
pemilihan yang demokratis harus benar-benar bekerja untuk rakyat dan bukan
untuk segelintir golongan kecil. Harus diciptakan system politik yang transparan,
akuntabel, serta bersih dari praktek korupsi dan intimidasi. Untuk mewujudkan
kemandirian

ekonomi,

Indonesia

harus

berusaha

melepaskan

diri

dari

ketergantungan pada investasi/modal/bantuan luar negeri serta import pangan
dan

bahan

pokok

lainnya.

Kebijakan

ekonomi

liberal

yang

sekedar

10

mengedepankan kekuatan kekuatan pasar telah menjebak Indonesia sehingga
begitu tergantung pada modal asing, sementara sumber daya alam kita dikuras
oleh perusahaan multinasional. Sedangkan Indonesia yang berkepribadian
secara budaya adalah dengan membangun kepribadian sosial dan budaya
Indonesia. Sifat ke-Indonesia-an semakin pudar ditengah derasnya arus
globalisasi dan revolusi teknologi komunikasi. Indonesia tidak boleh membiarkan
dirinya larut dalam arus budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa
kita ( Joko Widodo, 2015:7).
Mengalir dari program Tri Sakti dan nawacita, Pemerintah menggelar
Gerakan Nasional Revolusi Mental melalui Kementerian-Kementerian:
1)

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara mengemban etos

kerja, terwujudnya perilaku sumber daya manusia aparatur sipil negara
yang melayani.
2)

Kementeria Koordinator bidang Kemaritiman bertanggungjawab

atas terwujudnya perilaku masyarakat Indonesia yang bersih.
3)

Kemenko Polhukam mengemban amanat mewujudkan perilaku

masyarakat Indonesia yang tertib.
4)

Kemenko Perekonomian bertanggungjawab atas terwujudnya

perilaku masyarakat Indonesia yang mandiri.
5)

Kemendagri

mencanangkan

program

terwujudnya

perilaku

masyarakat Indonesia yang bersatu.
6)

Kementerian Pertahanan melaksanakan program pendidikan dan

latihan Bela Negara untuk terwujudnya kader Bela Negara yang militan.
Dalam perspektif inilah maka semangat mewujudkan Indonesia Emas
2045 harus merupakan cermin generasi emas yang berkarakter bela negara.
Dalam konteks nasional, kita bisa mengatakan bahwa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan adalah instrumen Revolusi Mental Bela Negara.
C.

Kesimpulan
Sudah saatnya kita melakukan koreksi, tidak dengan menghentikan

proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan mencanangkan revolusi
mental untuk menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation

11

building baru yang lebih manusiawi. Keberadaan mahasiswa sebagai generasi
emas telah masuk dalam pokok pikiran revolusi mental “Meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia” maka hendaknya pranata ini dapat menjadi komponen
dalam struktur Bela Negara yang mampu mewujudkan Indonesia Emas. Muara
dari semua itu yang merupakan harapan kita semua adalah terciptanya
“Indonesia berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian

dalam

kebudayaan”

Saya

berharap

dengan

telah

tersampaikannya materi tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua dalam
memahami kebijakan Kementerian Pertahanan RI tahun 2017 yaitu, Kebijakan
pertahanan negara bersifat fleksibel dan adaptif yang diwujudkan melalui arah
dan sasaran kebijakan Terwujudnya Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN)
melalui sosialisasi, pendidikan dan latihan serta kerja sama antara Kementerian
Pertahanan, dengan Kementerian atau Lembaga K/L, Pemda, dan komponen
bangsa lainnya dalam menyelenggarakan program pembentukan kader bela
negara di lingkungan pemukiman, pendidikan dan pekerjaan dalam upaya
pencapaian target pembentukan kader Bela Negara menyongsong Indonesia
Emas 2045.

12

Daftar Pustaka
Bambang Pranowo, Multidimensi Ketahanan Nasional (Jakarta, Pustaka Alvabet :
2010)
Buku rencana pembelajaran dan metode pembelajaran serta model evaluasi hasil
pembelajaran PKN kurikulum perguruan tinggi berbasis kompetensi, (Dirjen
Dikti Dir Belmawa:2012)
Gunawan Sumodiningrat, Revolusi Mental Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
(Yogyakarta, Media Pressindo :2015)
Joko Widodo, Revolusi Mental (Jakarta, Pustaka Alvabet :2010)
Keputusan Menteri Pertahanan Nomor : Kep /435/M/V/2016 Tentang Kebijakan
Pertahanan Negara Tahun 2017
Keputusan Presiden nomor 28 tahun 2006 tanggal 18 Desember 2006 tentang
ditetapkannya hari nasional bela negara pada tanggal 19 Desember
Paulus Wirutomo, Mewujudkan Revolusi Mental (Jakarta, Pustaka Alvabet :2010)
Permenhan Nomor 02 tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertahanan
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara