PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIB

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI ATAS PELAKSANAAN
SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION DI KOTA
BANJARMASIN
Novia Awaliah
Kasyful Anwar
Norlena
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lambung Mangkurat
noviiaaw@gmail.com
ABSTRACT
This study is aimed to know and to proof the influence of individual taxpayer perception
for the implementation of self assessment system toward the act of tax evasion in Banjarmasin
city.The genre of this study is quantitative study as causal associative. The sample of this study
is the individual taxpayer and fiscus. This study use purposive sampling method. This study take
70 respondens with 35 persons individual taxpayer and 35 persons fiscus. This study use a
questionnaire to collect the data. The technique of data analisys in this study is simple
regression.The result of the research show that the individual taxpayer perception for the
implementation of self assessment system is negative influential toward the act of tax evasion
in Banjarmasin city.
Keywords: Self Assessment System, Tax Evasion


ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh persepsi wajib
pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion di
kota Banjarmasin. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang tergolong sebagai
asosiatif kausal. Sampel penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi dan fiskus yang dipilih
mengunakan metode Purposive Sampling dengan total responden sebanyak 70 orang dengan
rincian 35 orang Wajib Pajak orang pribadi dan 35 orang fiskus. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi Wajib
Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system berpengaruh negatif terhadap
tindakan tax evasion di kota Banjarmasin.
Kata kunci: Self Assessment System, Tax Evasion

1

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menerima aliran dana terbesar
untuk pembangunan negara yang berasal dari pajak. Berbagai kebijakan dalam pembaruan
peraturan perundang-undangan terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan negara dalam sektor perpajakan. Penerimaan pajak untuk pembangunan negara

tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi juga dilakukan oleh Wajib Pajak melalui
sikap bijak, kesadaran, kepatuhan dalam membayar pajak dan tidak menghambat ataupun
melakukan penyelewengan terhadap mekanisme pajak sesuai aturan perpajakan yang berlaku.
Data penerimaan pajak pada KPP Pratama Banjarmasin, berikut target dan realisasi
penerimaan pajak lima tahun terakhir:
Tabel 1
Penerimaan Pajak Lima Tahun Terakhir
Tahun Persen
Target
Realisasi
2011
87
Rp 1.650 miliar Rp 1.436 miliar
2012
106,6 Rp 1.816 miliar Rp 1.936 miliar
2013
87,9
Rp 2.436 miliar Rp 2.143 miliar
2014
101,1 Rp 2.404 miliar Rp 2.432 miliar

2015
69
Rp 3.782 miliar Rp 2.610 miliar
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarmasin (2017)

Penerimaan pajak yang terjadi pada tahun 2012 dan 2014 memang melebihi jumlah yang
ditargetkan, akan tetapi terjadi penurunan realisasi penerimaan pada tahun 2011 dan 2013 hanya
sebesar 87% dan 87,9%. Penerimaan pajak kembali terjadi penurunan yang merosot tajam pada
tahun 2015 yaitu hanya sebesar 69%. Hal ini mengindikasikan adanya kecurigaan penggelapan
pajak. Menurut Suminarsasi dan Supriyadi (2014) dalam Permita et al. (2014:3), salah satu
indikasi adanya penggelapan pajak dapat dilihat dari tidak tercapainya target penerimaan pajak,
dan faktanya ada beberapa tahun realisasi penerimaan pajak, tidak mencapai jumlah yang
ditargetkan. Penggelapan pajak (tax evasion) adalah manipulasi ilegal terhadap sistem
perpajakan untuk mengelak dari pembayaran pajak, pengabaian terhadap peraturan perundangundangan perpajakan yang disengaja untuk menghindari pembayaran pajak, misalnya
pemalsuan pengembalian pajak (Halim et al, 2014:8).
Terdapat tiga sistem pemungutan pajak menurut Halim et al. (2014:7) yang sempat
berlaku di Indonesia, yaitu official assessment system, with holding tax system, dan self
assessment system. Indonesia saat ini menerapkan sistem pemungutan pajak dengan self
assessment system. Dalam sistem ini, Wajib Pajak berperan aktif dalam melaksakan kewajiban
perpajakannya mulai dari menghitung sampai melaporkan pajak terutang yang dimilikinya.

Menurut Devano dan Rahayu (2006:81-82) karena menuntut kepatuhan secara sukarela dari
Wajib Pajak maka sistem ini juga akan menimbulkan peluang besar bagi Wajib Pajak untuk
melakukan tindakan kecurangan, pemanipulasian jumlah pajak, penggelapan jumlah pajak yang
seharusnya dibayarkan.
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan tindakan tax exasion adalah
Suwandhi (2010) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara pengaruh self
assessment system terhadap tindakan tax evasion. Hasil yang berbeda terjadi pada penelitian
Permita et al. (2015) membuktikan bahwa pelaksanaan Self Assessment System berpengaruh
positif terhadap tindakan Tax Evasion di Kota Padang.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behaviour)
Teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) yang telah dikembangkan oleh
Icek Ajzen (1988) merupakan pengembangan atas Theory of Reasoned Action (TRA) yang
dirancang untuk berhubungan dengan perilaku-perilaku individu (Hartono, 2007:61). Teori ini
menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam kepercayaan-kepercayaan
yaitu kepercayaan-kepercayaan perilaku (behavioral beliefs), kepercayaan-kepercayaan
normatif (normative beliefs), kepercayaan-kepercayaan kontrol (control beliefs) (Hartono,

2007:65-66).
Tax Evasion

Menurut Mardiasmo (2013:9) mengemukakan bahwa penyelundupan pajak adalah usaha
meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).
Menurut Halim et al. (2014:8) menyatakan bahwa pengelakan pajak (tax evasion) adalah
manipulasi ilegal terhadap sistem perpajakan untuk mengelak dari pembayaran pajak atau
pengabaian terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan yang disengaja untuk
menghindari pembayaran pajak, misalnya pemalsuan pengembalian pajak. Menurut Suandy
(2016:20) menyatakan bahwa penggelapan pajak (tax evasion) adalah pengurangan pajak yang
dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data palsu atau
menyembunyikan data. Definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa, tax evasion merupakan suatu tindakan yang tidak benar dengan melanggar peraturan
perpajakan untuk mengurangi beban pajak yang telah dibebankan.
Self Assessment System
Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi wewenang terhadap

Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya
(Devano dan Rahayu, 2006:81). Sehubungan dengan pelaksannan self assessment system
pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak. Kewajiban Wajib

Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan menurut Devano dan Rahayu (2006:81)
antara lain:
a. Mendaftarkan diri di kantor pelayanan pajak.
b. Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui
pengisian dengan baik & benar.
c. Menyetor pajak tersebut ke bank persepsi/kantor pos.
d. Melaporkan penyetoran tersebut kepada direktur jenderal pajak.
Adapun ciri-ciri self assessment system menurut Mardiasmo (2013:7) adalah;
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri,
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang,
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
Pengembangan Hipotesis
Self assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan,tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar (Suandy, 2016:130).
Menurut Devano dan Rahayu (2006:81-82) karena menuntut kepatuhan secara sukarela dari
Wajib Pajak maka sistem ini juga akan menimbulkan peluang besar bagi Wajib Pajak untuk
melakukan tindakan kecurangan, pemanipulasian jumlah pajak, penggelapan jumlah pajak yang
seharusnya dibayarkan. Akan tetapi, hal tersebut dapat dicegah apabila pemahaman masyarakat

mengenai self assessment system sesuai dengan tujuan diberlakukannya sistem tersebut. Yaitu

3

memberikan kepercayaan sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran
dalam menyetorkan pajak terutangnya (Devano dan Rahayu, 2006:81).
Menurut Devano dan Rahayu (2006:81) menyatakan bahwa sistem pemungutan pajak
dengan self assessment system akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat memiliki
pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, dimana ciri-ciri self assessment system adalah
adanya kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan
merata, dan penghitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak. Dapat disimpulkan bahwa
semakin baik pemahaman Wajib Pajak mengenai penerapan self assessment system maka
tindakan tax evasion dapat dicegah sesuai dengan tujuan penerapan sistem tersebut. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Suwandhi (2010) dengan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
negatif antara pengaruh self assessment system terhadap tindakan tax evasion di KPP Pratama
Bandung Cibeunying. Artinya semakin baik pelaksanaan self assessment system, maka semakin
rendah tindakan tax evasion di KPP Pratama Bandung Cibeunying.
Dianutnya self asessment system diharapkan dapat menciptakan kesadaran dan
kepatuhan yang mendasari diri Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
secara sukarela melalui misi dan konsekuensi yang dibawa oleh self assessment system, karena

semakin tinggi kepatuhan sukarela maka semakin kecil pula kebutuhan mengawasi Wajib Pajak
sehingga penggelapan pajak dapat diminimalisir. Dengan demikian maka diturunkan sebuah
hipotesis bahwa:
Ha : Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system berpengaruh
terhadap tindakan Tax Evasion.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh Wajib Pajak orang pribadi
yang terdaftar yang berjumlah 38.387 orang dan fiskus yang bekerja di KPP Pratama
Banjarmasin. Sampel penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi dan fiskus yang dipilih
mengunakan metode Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan
atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2014:122), yaitu Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
pembukuan sebanyak 73 orang dan fiskus yang bekerja di Kelompok Jabatan Fungsional
Pemeriksa dan Seksi Waskon di KPP Pratama Banjarmasin sebanyak 51 orang. Perbandingan
jumlah Wajib Pajak orang pribadi dan fiskus harus sama agar data dapat diolah pada software
SPSS versi 23. Peneliti mengambil jumlah yang paling sedikit yaitu jumlah fiskus sebanyak 51
orang yang ditetapkan sebagai jumlah sampel Wajib Pajak orang pribadi dan jumlah fiskus
yang bekerja di Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa dan Seksi Wakon di KPP Pratama
Banjarmasin.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yang
terdiri atas satu variabel independen (bebas) yaitu self assessment system dan satu variabel
dependen (terikat) yaitu tindakan tax evasion.
Pengukuran persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system
menggunakan skala likert sebagai berikut: 1 = sangat negatif, 2 = negatif, 3 = ragu-ragu, 4 =
positif, 5 = sangat positif. Terdapat 17 pertanyaan dengan rincian untuk indikator mendaftar
sebanyak 3 pertanyaan, indikator menghitung sebanyak 4 pertanyaan, indikator membayar
sebanyak 2 pertanyaan, indikator melapor sebanyak 4 pertanyaan, indikator pelayanan fiskus
sebanyak 2 pertanyaan dan indikator pengawasan sebanyak 2 pertanyaan.
Pengukuran tax evasion menggunakan skala likert sebagai berikut: 1= sangat negatif, 2 =
negatif, 3 = ragu-ragu, 4 = positif dan 5 = sangat positif. Terdapat 11 pertanyaan dengan rincian:
tidak menyampaikan SPT dengan 2 pertanyaan, menyampaikan SPT dengan tidak benar dengan
4

2 pertanyaan, tidak mendaftar/menyalahgunakan NPWP dengan 3 pertanyaan, tidak
menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong dengan 2 pertanyaan dan berusaha
menyuap fiskus dengan 2 pertanyaan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dan fiskus. Pembagian kuesioner dilakukan

dengan cara survei yaitu untuk Wajib Pajak orang pribadi dilakukan dengan membagikan
langsung ke tempat usaha Wajib Pajak dan untuk pembagian kuesioner kepada fiskus dilakukan
dengan menyebarkan langsung ke KPP Pratama Banjarmasin.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana.
Sebelum melakukan analisis regresi sederhana, terlebih dahulu dilakukan analisis deskriptif, uji
kualitas data dan uji asumsi klasik. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui deskripsi
karakteristik responden serta mendeskripsikan frekuensi jawaban keseluruhan responden
mengenai pernyataan masing-masing variabel. Uji kualitas data menggunakan uji validitas dan
uji reliabilitas. Uji asumsi klasik menggunakan uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.
Sedangkan pengujian hipotesis menggunakan uji secara parsial atau uji t, dimana keputusan
diambil berdasarkan taraf signifikansi 5%.
HASIL DAN ANALISIS
Analisis Deskriptif
1. Deskripsi Penyebaran Kuesioner
Rincian penyebaran kuesioner dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2
Rincian Penyebaran Kuesioner
Wajib Pajak orang
Fiskus

pribadi
Keterangan
Kuesioner Persentase Kuesioner Persentase
Kuesioner yang disebar
60
100%
51
100%
Kuesioner jawaban yang
48
80%
35
69%
diterima
Kuesioner yang tidak
12
20%
16
31%
kembali
Kuesioner yang tidak dapat
13
22%
0
0%
diolah
Jumlah kuesioner yang
35
58%
35
69%
dapat diolah
Sumber: Data diolah kembali (2017)

2. Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) karakteristik
gabungan untuk responden Wajib Pajak orang pribadi dan fiskus, yaitu karakteristik
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir yang dirincikan pada tabel 3. 2 (dua)
karakteristik hanya untuk responden fiskus yaitu, jabatan dan lama bekerja yang dirincikan pada
tabel 4.

5

Tabel 3
Ringkasan Karakteristik Gabungan
Wajib Pajak orang pribadi
Karakteristik
F
%
Usia
21-30 Tahun
9
25,7
31-40 Tahun
10
28,6
41-50 Tahun
10
28,6
> 50 Tahun
6
17,1
Jenis Kelamin
Laki-laki
23
65,7
Perempuan
12
34,3
Pendidikan Terakhir
SLTA sederajat
22
62,9
Diploma
3
8,6
Sarjana
10
28,6

Fiskus
F

%

15
14
2
4

42,9
40
5,7
11,4

32
3

91,4
8,6

1
10
24

2,9
28,6
68,6

Sumber: Data diolah kembali (2017)

Tabel 4
Ringkasan Karakteristik Fiskus
Karakteristik
F
Jabatan
Fungsional Pemeriksa
13
Waskon
22
Lama Bekerja
Fungsional Pemeriksa
13
Waskon
22

%
37,1
62,9
37,1
62,9

Sumber: Data diolah kembali (2017)

3. Deskripsi Tanggapan Responden
Untuk menilai bagaimana pelaksanaan self assessment system di KPP Pratama
Banjarmasin, maka peneliti memberikan 17 butir pertanyaan yang ditujukan untuk Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan pembukuan dan terdaftar di KPP Pratama Banjarmasin.
Kuesioner terdiri dari 6 indikator dengan rincian mendaftar, menghitung, membayar, melapor,
pelayanan fiskus dan pengawasan fiskus. Berikut ringkasan dari data hasil penelitian mengenai
persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system yang terdaftar pada
KPP Pratama Banjarmasin dengan menggunakan persentase skor tanggapan responden.

6

Tabel 5
Rekapitulasi Persentase Total Skor Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan Self
Assessment System
No

Indikator

Skor
Aktual

Skor
Ideal

% Skor
Aktual

1

Mendaftar sebagai Wajib Pajak

346

525

65,9

Cukup Baik

2

Menghitung Pajak

456

700

65,1

Cukup Baik

3

Menyetor Pajak

261

350

74,6

Baik

4

Melapor Pajak

462

700

66

5

Pelayanan Fiskus

255

350

72,9

Baik

6

Pengawasan Fiskus

235

350

67,1

Cukup Baik

2015

2975

67,7

Cukup Baik

Total
Sumber: Data diolah kembali (2017)

Kriteria

Cukup Baik

Berdasarkan perbandingan skor aktual tanggapan responden dengan skor ideal dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan self assessment system termasuk dalam kategori cukup baik.
Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan self assessment system masih perlu ditingkatkan
lagi agar tercapainya pelaksanaan sistem yang lebih efektif. Hanya pada indikator menghitung
pajak dan pelayanan fiskus yang mendapatkan kategori baik. Akan tetapi secara keseluruhan
pelaksanaan self assessment system pada KPP Pratama Banjarmasin masuk dalam kategori
cukup baik.
Untuk menilai bagaimana tindakan tax evasion di kota Banjarmasin, terdapat 11 butir
pertanyaan yang ditujukan kepada fiskus yang bekerja di Seksi Fungsional Pemeriksaan dan
Waskon pada KPP Pratama Banjarmasin. Rincian pertanyaan berisi 5 indikator yaitu, tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), menyampaikan SPT dengan tidak benar, tidak
mendaftar/menyalahgunakan NPWP, tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau
dipotong, dan berusaha menyuap fiskus. Berikut ringkasan dari data hasil penelitian mengenai
tindakan tax evasion di kota Banjarmasin dengan menggunakan persentase skor tanggapan
responden.
Tabel 6
Rekapitulasi Persentase Total Skor Tanggapan Responden
Mengenai Tindakan Tax Evasion
Skor
Aktual

Skor
Ideal

% Skor
Aktual

Tidak Menyampaikan SPT

172

350

49,1%

Rendah

Menyampaikan SPT dengan tidak benar
Tidak mendaftar atau menyalahgunakan
NPWP
Tidak menyetorkan pajak yang telah
dipungut atau dipotong

182

350

52,0%

Cukup Tinggi

372

525

70,9%

Tinggi

219

350

62,6%

Cukup Tinggi

143

350

40,9%

Rendah

1088

1925

56,5%

Cukup Tinggi

No

Indikator

1
2
3
4
5

Berusaha menyuap fiskus
Total
Sumber: Data diolah kembali (2017)

Kriteria

Kepatuhan Wajib Pajak dapat dilihat termasuk dalam kategori baik dalam penyampaian
SPT dan praktek penyuapan fiskus. Dimana potensi Wajib Pajak untuk tidak menyampaikan
SPT dan upaya untuk menyuap fiskus rendah, terbukti dengan persentase yang tidak mencapai
7

50%. Meski demikian, secara keseluruhan untuk variabel tax evasion termasuk dalam kategori
cukup tinggi yaitu sebesar 56,5%.
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Statistical Package for Sosial
Science versi 23. Apabila nilai koefisien korelasi rhitung lebih besar dibandingkan rtabel pada taraf
signifikansi 5%, maka instrumen tersebut dinyatakan valid. Nilai rtabel dalam penelitian ini
adalah 0,3338, nilai tersebut diperoleh dari degree of freedom (df) = N – 2 atau df = 35 – 2 =
33. Nilai df = 33 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,3338.
Tabel 7
Hasil Uji Validitas Variabel Self Assessment System dan Tindakan Tax Evasion
Variabel

Pertanyaan

rhitung

rtabel

Keterangan

X1.1

0,548

0,3338

Valid

X1.2

0,402

0,3338

Valid

X1.3

0,423

0,3338

Valid

X1.4

0,604

0,3338

Valid

X1.5

0,362

0,3338

Valid

X1.6

0,489

0,3338

Valid

X1.7

0,398

0,3338

Valid

X1.8

0,357

0,3338

Valid

X1.9

0,603

0,3338

Valid

X1.10

0,416

0,3338

Valid

X1.11

0,588

0,3338

Valid

X1.12

0,387

0,3338

Valid

X1.13

0,557

0,3338

Valid

X1.14

0,78

0,3338

Valid

X1.15

0,714

0,3338

Valid

X1.16

0,534

0,3338

Valid

X1.17

0,36

0,3338

Valid

Y1.1

0,717

0,3338

Valid

Y1.2

0,675

0,3338

Valid

Y1.3

0,68

0,3338

Valid

Y1.4

0,687

0,3338

Valid

Tindakan

Y1.5

0,602

0,3338

Valid

Tax
Evasion

Y1.6

0,395

0,3338

Valid

Y1.7

0,814

0,3338

Valid

Y1.8

0,696

0,3338

Valid

Y1.9

0,428

0,3338

Valid

Y1.10

0,389

0,3338

Valid

0,46

0,3338

Valid

Self
Assessment
System

Y1.11
Sumber: Data diolah kembali (2017)

8

2. Uji Reliabilitas
Alat untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha . Apabila nilai
cronbach alpha lebih besar dari pada 0,7, maka variabel tersebut dinyatakan reliabel. Berikut
diperoleh hasil uji reliabilitas kuesioner pada tabel 8.
Tabel 8
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach Alpha
rtabel
Keterangan
Self Assessment System (X)
0,805
0,7
Reliabel
Tax Evasion (Y)
0,823
0,7
Reliabel
Sumber: Data diolah kembali (2017)

Hasil uji statistik cronbach alpha dari kedua variabel melebihi 0,7, maka kedua variabel
tersebut dinyatakan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software Statistical Package for Social
Science (SPSS) versi 23 diperoleh ringkasan hasil uji asumsi klasik pada tabel 9.
Tabel 9
Ringkasan Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji
Nilai
Keterangan
Sebaran data berdistribusi
Normalitas
Monte Carlo Sig. 0,662
normal
Tidak terjadi
Heteroskedastisitas
Sig. 0,063
heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah kembali (2017)

Pengujian normalitas dengan menggunakan uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S) dapat dilihat nilai Monte Carlo sebesar 0,662 lebih besar dari 0,05 membuktikan
bahwa sebaran data berdistribusi normal sehingga menunjukkan syarat model regresi yang baik
karena sudah memenuhi syarat normalitas. Sedangkan tingkat signifikansi diatas 0,05 untuk uji
heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian ini
bebas dari heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel
independen dengan satu variabel dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan
software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 23 diperoleh hasil analisis regresi
sederhana sebagai berikut.
Tabel 10
Hasil Analisis Regresi Sederhana
Keterangan
Koefisien Sig.
Konstan
7,721
0,000
Self Assessment System -1,312
0,000
Sumber: Data diolah kembali (2017)

Dari tabel 10 dapat dirumuskan bentuk persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Y = 7,721 – 1,312 X + e

9

Dimana:
Y
: Tax Evasion
X
: Self Assessment System
e
: error
Dari tabel tersebut diperoleh nilai konstanta sebesar 7,721. Ini berarti jika variabel
independen yaitu self assessment system memiliki nilai 0 (nol) maka nilai variabel dependen
yaitu tax evasion sebesar 7,721.
Koefisien self assessment system (X) sebesar -1,312. Hal ini berarti apabila setiap
kenaikan self assessment system satu satuan maka variabel tax evasion akan turun sebesar
1,312.
1. Koefisien Determinasi (R2)
Pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien
determinasi (R2) dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
No
R
R Square
1
0,984
0,969
Sumber: Data diolah kembali (2017)

Nilai R sebesar 0,984 yang berarti bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen
yaitu self assessment system terhadap variabel dependen yaitu tax evasion sebesar 98,4%. Hal
ini menunjukkan terjadi pengaruh yang sangat erat antara variabel independen dengan variabel
dependen. R square menjelaskan seberapa besar variasi variabel dependen disebabkan oleh
variabel independen, dari pengolahan data diatas diperoleh sebesar 0,969. Hal ini berarti
variabel self assessment system memberikan konstribusi sebesar 96,9% kepada variabel
dependen yaitu tax evasion, sedangkan 3,1% dijelaskan oleh variabel yang lain seperti kondisi
lingkungan, pelayanan fiskus yang mengecewakan, tingginya tarif pajak, dan sistem
administrasi perpajakan yang buruk (Rahayu, 2010:149 dalam Pujianto, 2014:34-36).
2. Uji Statistik F (F test)
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah suatu model penelitian yang dilakukan
layak untuk diteliti, apabila hasil tidak signifikan maka tidak disarankan untuk melakukan uji
statistik t. Oleh sebab itu uji statistik F diperlukan untuk menguji kelayakan suatu model.
Tabel 12
Hasil Pengujian Kelayakan Model (Uji Statistik F)
F
Sig.
1014,91
0,000
Sumber: Data diolah kembali (2017)

Nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel (1014,91 > 4,14) dan nilai signifikansi tersebut
lebih kecil daripada 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model dalam
penelitian ini layak untuk diteliti.
Pengujian Hipotesis
Uji Statistik t (t test)
Uji statistik t dapat dilakukan dengan menghitung besarnya nilai t tabel dengan taraf nyata
(α) sebesar 5%. Penentuan nilai t tabel diketahui dengan melihat derajat kebebasan (df) = n – k
– 1 atau 35 – 1 – 1 = 33, dengan taraf nyata (α) sebesar 0,05 maka di peroleh nilai t tabel sebesar
2,03224. Dengan membandingkan nilai signifikan dikatakan signifikan apabila memiliki nilai
dibawah 0,05.

10

Tabel 13
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel Independen
Variabel Dependen
t hitung
t tabel
Sig.
Hasil Pengujian
Hipotesis

Self Assessment System
Tax Evasion
-31,858
2,032
0,000
Signifikan
Diterima

Sumber: Data diolah kembali (2017)

Nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (31,858 > 2,032) dan nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel independen self assessment
system berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tax evasion. Dengan demikian hipotesis
alternatif (Ha) diterima.
Pembahasan
Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Pelaksanaan Self Assessment System
Terhadap Tindakan Tax Evasion di Kota Banjarmasin
Persepsi Wajib Pajak orang pribadi berpengaruh terhadap tindakan tax evasion, hal ini
didasarkan pada hasil pengujian hipotesis yang mana diperoleh nilai thitung lebih besar daripada
nilai ttabel dan nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansinya. Arah hubungan
yang negatif menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan self assessment system akan
membuat tindakan tax evasion rendah. Demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Suwandhi (2010), Puspitasari (2013), dan Nurhamidin (2015) yang
menyatakan bahwa persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system
berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion. Namun dari hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan hasil penelitian Permita et al. (2015) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif antara pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion yang
mana menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan self assessment system justru semakin
meningkatkan potensi tax evasion.
Implikasi dan Keterbatasan
KPP Pratama Banjarmasin harus mampu untuk melakukan pendeteksian awal terhadap
terjadinya tindakan tax evasion guna menekan kerugian untuk pembangunan negara.
Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi memerlukan keyakinan yang mendasari dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan seperti kesadaran dan kepatuhan yang baik, menanamkan
rasa tanggungjawab dan kejujuran atas kepercayaan yang telah diberikan sesuai dengan tujuan
diberlakukannya sistem pemungutan pajak self assessment system tersebut.
Keterbatasan dan kekurangan yang mungkin dapat memengaruhi hasil dari penelitian
serta dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti berikutnya yaitu: Peneliti hanya mengukur 1
(satu) variabel independen yang memengaruhi tindakan tax evasion yaitu self assessment
system.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji statistik t, menunjukkan bahwa
self assessment system berpengaruh terhadap tax evasion. Arah hubungan yang negatif
menunjukkan bahwa semakin baik persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self
assessment system maka semakin rendah tindakan tax evasion di kota Banjarmasin. Artinya,
Wajib Pajak orang pribadi yang sudah memahami akan tujuan dalam penerapan self assessment
11

system dapat menekan keinginan dalam menggelapkan pajak terutangnya, karena Wajib Pajak
orang pribadi telah memiliki kesadaran akan pentingnya membayar pajak demi pembangunan
negara.
Berpengaruhnya self assessment system terhadap tindakan tax evasion membuat KPP
Pratama harus mempertahankan kinerja dan kualitas pelayanan terutama untuk Seksi Waskon
dan Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa yang mana telah menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik. Adanya pemberian sanksi yang tegas juga perlu dilakukan oleh
pemerintah agar dapat lebih mengurangi tindakan tax evasion dan memberikan efek jera kepada
pelaku penyelewengan.
Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel independen yang memengaruhi tax
evasion yaitu self assessment system. Kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan ekspansi
atau penambahan variabel dalam rangka pengembangan penelitian secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA
Devano, S., & Rahayu, S. K. (2006). Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu. Jakarta: Prenada
Media Group.
Friskianti, Y. (2014). Pengaruh Self Assessment System, Keadilan, Teknologi Perpajakan, dan
Ketidakpercayaan Kepada Pihak Fiskus Terhadap Tindakan Tax Evasion. Accounting
Analysis Journal.
Ghozali, I. (2016). Apliksi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23 . Semarang:
Undip.
Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2014). Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Hartono, J. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan (Edisi Revisi). Yogyakarta: ANDI.
Ikhsan, A., Muhyarsyah, Tanjung, H., & Oktaviani, A. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manjemen. Bandung: Ciptapustaka Media.
Mardiasmo. (2013). Perpajakan Edisi Revisi. Jakarta: ANDI.
Nurhamidin, F. E. (2015). Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Pelaksanaan Self
Assessment System terhadap Tindakan Tax Evasion di Kota Gorontalo.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan
dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu. (2013). Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Permita, A. C., Fauziati, P., Yulistia, R., & Minovia, A. F. (2014). Pengaruh Persepsi Wajib
Pajak Orang Pribadi atas Pelaksanaan Self Assessment System terhadap Tindakan Tax
Evasion di Kota Padang. E-Journal Universitas Bung Hatta, Vol. 4, No. 1.
Pratiwi, D. A. (2015, Maret 23). Penerimaan Pajak Lima Tahun Terakhir Tak Capai Target .
Retrieved
November
7,
2016,
from
Okezone:
http://economy.okezone.com/read/2015/03/23/20/1122994/penerimaan-pajak-limatahun-terakhir-tak-capai-target
Pujianto, D. I. (2014). Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Efektifitas Self Assessment
System dan Sanksi Pajak dalam Keterkaitannya dengan Tindakan Tax Evasion pada
KPP Pratama Palopo. Makassar: Skripsi.

12

Puspitasari, I. (2013, Desember). Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Tingkat Kepatuhan
atas Pelaksanaan Self Assessment System dan Pengaruhnya terhadap Penyelundupan
Pajak (Tax Evasion): Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman Yogyakarta.
Jurnal Akuntansi, Vol 1, No. 2.
Saidi, M. D. (2011). Pembaruan Hukum Pajak Edisi Revisi. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Suandy, E. (2016). Hukum Pajak Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suwandhi, R. S. (2010). Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Pelaksanaan Self Assessment
System dalam Keterkaitannya dengan Tindakan Tax Evasion pada KPP Pratama
Bandung Cibeunying. Jurnal Akuntansi Perpustakaan UNIKOM.
Ulum, I., & Juanda, A. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi (Klinik Skripsi Edisi 2).
Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(2009). Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(2007). Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. (2008). Republik
Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Utami, D., & Aji, A. W. (2015, Juni). PersepsiWajib Pajak Orang Pribadi tentang Pelaksanaan
Self Assessment System terhadap Tindakan Tax Evasion di Kulon Progo. Jurnal
Akuntansi, Vol. 3, No. 1.
www.kalsel.prokal.co/read/news/3074-wna-pengemplang-pajak-banua-ratusan-miliardikabarkan-bebas.html diakses 3 Juni 2016
www.kemenkeu.go.id/Layanan/mendaftarkan-diri-untuk-mendapatkan-npwp-orang-pribadi di
akses 14 November 2016
www.laporanpenelitian.com diakses 7 Februari 2017

13