Slope Stability Analysis with Geotextile Reinforcement Using Geoslope Computer Program
ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL MENGGUNAKAN PROGRAM GEOSLOPE
Slope Stability Analysis with Geotextile Reinforcement Using Geoslope Computer Program SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
USWATUN CHASANAH
I 0108153
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
commit to user
commit to user
commit to user
MOTTO
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan segenap cinta dan rasa bangga, karya ini kupersembahkan kepada :
1. Ibu dan Bapak, yang selalu mendoakan, mendukung, dan menyayangiku dengan tulus ikhlas. Terima kasih telah menjadi orang tua terbaik untuk anakmu ini.
2. Adik-adik tercinta, M. Rahmat Hidayatullah dan Sabrina Rizqi M., yang selalu menjadi penyemangatku.
3. Keluarga besar Mess Ufo, Pondok Baru 1, dan teman-teman dekatku.
commit to user
ABSTRAK
Uswatun Chasanah, 2012, Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Program Geoslope, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kondisi lereng dengan beban yang besar dan kemiringan yang curam dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran sehingga diperlukan sebuah perkuatan lereng, salah satunya yaitu dengan geotekstil. Geotekstil sering digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain mudah dalam pelaksanaan, murah, dan dapat meningkatkan stabilitas lereng secara efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemiringan lereng, panjang geotekstil, dan jarak vertikal antar geotekstil (Sv) terhadap angka keamanan lereng yang dilakukan dengan membandingkan dua perhitungan yaitu perhitungan manual dan progam Geoslope. Analisis yang dilakukan dengan perhitungan manual, yaitu stabilitas internal dan eksternal (untuk lereng dengan perkuatan), serta stabilitas terhadap kelongsoran (untuk lereng dengan perkuatan dan tanpa perkuatan). Sedangkan analisis dengan program Geoslope dilakukan untuk mengetahui stabilitas terhadap kelongsoran lereng.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa besarnya penurunan rata-rata nilai SF akibat kemiringan lereng sebesar 19,401%, 43,431%, 15,558%, 26,081%, dan 15,18% terhadap penggeseran, penggulingan lereng atas, penggulingan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, dan kelongsoran lereng bawah. Besarnya peningkatan rata-rata nilai SF pada panjang geotekstil 8 m sebesar 60,014%, 59,978%, 45,612%, 69,339%, 116,522%, 74,931%, 41,81%, 15,18%, dan 9,915% terhadap cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah penggeseran, penggulingan lereng atas, penggulingan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, kelongsoran lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Sedangkan pada panjang geotekstil 10 m, 23,84%, 25,005%, 43,16%, 44,48%, 74,313%, 67,917%, dan 7,565% terhadap cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah penggeseran, penggulingan lereng atas, penggulingan lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Besarnya penurunan rata-rata nilai SF pada Sv 1 m sebesar 50,04%, 49,93%, 49,526%, 49,997%, 32,932%, 35,68%, dan 27,115% terhadap putus tulangan lereng atas, putus tulangan lereng bawah, cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, kelongsoran lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Sedangkan pada Sv 1,5 m sebesar 33,27%, 33,43%, 33,332%, 33,336%, 15,441%, 11,549%, dan 10,176% terhadap putus tulangan lereng atas, putus tulangan lereng bawah, cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, kelongsoran lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Perhitungan stabilitas lereng dengan perhitungan manual dan program Geoslope memberikan rata-rata selisih SF sebesar 3,71%.
Kata Kunci : stabilitas lereng, geotekstil, Geoslope.
commit to user
ABSTRACT
Uswatun chasanah,, 2012, Slope Stability Analysis with Geotextile Reinforcement Using Geoslope Computer Program, Thesis, Civil Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta .
The condition of a slope with a heavy load and a steep slope can cause the landslide therefore it requires a reinforcement, one of them is with geotextile. Geotextile is often used because it has several advantages, such as simple in installation, inexpensive, and can increase the stability of slope effectively.
This study aims to know the influence of slope, length, and vertical distance between geotextile layers for safety factor of the slope that is analyzed by comparing manual calculation and Geoslope Computer Program. Analysis by manual calculation consist of internal and external stability (to the slope with reinforcement), and stability against the landslide (for the slope with and without reinforcement). While the analysis by Geoslope Computer Program was conducted to find out stability of the landslide.
Based of the results it is found that the slope safety factor (SF) decrease 19,401%, 43,431%, 15,558%, 26,081%, and 15,18% for sliding, overturning of upper slope, overturning of lower slope, landslide of upper slope, and landslide of lower slope respectively. By using of 8 m geotextile length the SF increase 60,014%, 59,978%, 45,612%, 69,339%, 116,522%, 74,931%, 41,81%, 15,18%, and 9,915% for reinforcement pull out of upper and lower slope, sliding, overturning of upper slope, overturning of lower slope, landslide of upper slope, landslide of lower slope, and landslide of overall respectively. By using of 10 m geotextile length the SF increase 23,84%, 25,005%, 43,16%, 44,48%, 74,313%, 67,917%, and 7,565% for pull out of reinforcement, sliding, overturning of upper slope, overturning of lower slope, and landslide of overall respectively. By using 1 m of vertical distance between geotextile layers the SF increase 50,04%, 49,93%, 49,526%, 49,997%, 32,932%, 35,68%, and 27,115% for rupture of reinforcement, pull out of reinforcement, landslide of upper slope, landslide of lower slope, and landslide of overall respectively. By using 1,5 m of vertical distance between geotextile layers the SF increase 33,27%, 33,43%, 33,332%, 33,336%, 15,441%, 11,549%, and 10,176% for rupture of reinforcement, pull out of reinforcement, landslide of upper slope, landslide of lower slope, and landslide of overall respectively. The stability of slope with manual calculation and Geoslope Computer Program is almost the same, with average difference of SF 3,714%.
Key words: slope stability, geotextile, Geoslope.
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Program Geoslope” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Proses penyusunan skripsi ini tidak bisa lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Niken Silmi Surjandari, ST, MT, selaku Pembimbing Skripsi I.
3. Bambang Setiawan, ST, MT, selaku Pembimbing Skripsi II.
4. Ir. AMF. Subratayati, MSi dan Wibowo, ST, DEA, selaku Pembimbing Akademik.
5. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2008.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap dengan kekurangan dan keterbatasan tersebut, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Mei 2012
Penyusun
commit to user
4.2.2.2. Analisis pada Lereng 2. ..................................... 46
4.2.3. Stabilitas terhadap Kelongsoran Lereng ......................... 48
4.2.3.1. Analisis dengan Perhitungan Manual. .............. 48
4.2.3.2. Analisis dengan Program Geoslope .................. 51
4.3. Pembahasan ................................................................................ 55
4.3.1. Hubungan Kemiringan Lereng, Panjang Geotekstil, dan Jarak Vertikal antar Geotekstil dengan Stabilitas Internal 56
4.3.2. Hubungan Kemiringan Lereng, Panjang Geotekstil, dan Jarak Vertikal antar Geotekstil dengan Stabilitas Eksternal
......................................................................................... 59
4.3.3. Hubungan Kemiringan Lereng, Panjang Geotekstil, dan Jarak Vertikal antar Geotekstil dengan Stabilitas terhadap Kelongsoran Lereng ......................................... 65
4.3.4. Perbandingan Hasil Analisis Stabilitas Lereng dari Perhitungan Manual dengan Progra Geoslope ............... 71
4.3.5. Permasalahan pada Penggunaan Geotekstil ................... 72
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 74
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 74
5.2. Saran............................... ............................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 77 LAMPIRAN ................................................................................................ 79
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen ............................ 6 Gambar 2.2. Distribusi Beban Kendaraan ( Giroud dan Noiray, 1981) ..... 8 Gambar 2.3. Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Keseimbangan
Batas ...................................................................................... 9 Gambar 2.4. Perlawanan Perkuatan Tanah terhadap Gaya-Gaya yang Meruntuhkan ......................................................................... 10 Gambar 3.1. Sketsa Kondisi Lereng .......................................................... 18 Gambar 3.2. Sketsa Struktur Jalan Raya dan Pembebanannya .................. 19 Gambar 3.3. Dimensi Kendaraan dan Kedudukannya .............................. 20 Gambar 3.4. Penyaluran Beban oleh Roda ................................................ 20 Gambar 3.5. Jendela Pengaturan Kertas Kerja........................................... 23 Gambar 3.6. Jendela Pengaturan Skala Gambar ........................................ 23 Gambar 3.7. Jendela Pengaturan Jarak Grid .............................................. 23 Gambar 3.8. Jendela Penggambaran Model Geometri Lereng .................. 24 Gambar 3.9. Jendela Penentuan Project ID ............................................... 24 Gambar 3.10. Jendela Penentuan Metode Analisis ...................................... 25 Gambar 3.11. Jendela Penentuan Bidang Longsor ...................................... 25 Gambar 3.12. Jendela Pendefinisian Parameter Tanah ................................ 26 Gambar 3.13. Jendela Penggambaran Lapisan Tanah ................................. 26 Gambar 3.14. Jendela Penggambaran Parameter Tanah .............................. 27 Gambar 3.15. Jendela Penggambaran Bidang Longsor ............................... 27 Gambar 3.16. Jendela Penggambaran Beban Merata................................... 28 Gambar 3.17. Jendela Penggambaran Perkuatan ......................................... 28 Gambar 3.18. Jendela Verifikasi Data Masukan .......................................... 29 Gambar 3.19. Jendela Proses Running Program .......................................... 30 Gambar 3.20. Jendela Penyimpanan Data.................................................... 30 Gambar 3.21. Diagram Alir Penelitian ....................................................... 32 Gambar 4.1. Bidang Longsor Kritis Lereng............................................... 33
commit to user
Gambar 4.2. Hasil Analisis Kelongsoran Lereng dengan Program Geoslope ................................................................................ 38
Gambar 4.3. Sketsa Lereng dan Tekanan Tanah Aktif yang Bekerja ....... 39 Gambar 4.4. Tegangan yang Bekerja pada Lapisan Tanah ........................ 42 Gambar 4.5. Tekanan Tanah Aktif Akibat Beban Merata ......................... 43 Gambar 4.6. Bidang Longsor Lereng dengan Perkuatan ........................... 48 Gambar 4.7. Hasil Analisis Kelongsoran Lereng Akibat Perkuatan dengan
Program Geoslope ................................................................. 52
Gambar 4.8. Hubungan antara Sv dengan Nilai SFr .................................. 56 Gambar 4.9. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SFp .... 58 Gambar 4.10. Hubungan antara Kemiringan Lereng dan Panjang Geotekstil
dengan SF terhadap Penggeseran ......................................... 60
Gambar 4.11. Hubungan antara Kemiringan Lereng dan Panjang Geotekstil
dengan SF terhadap Penggulingan ....................................... 62
Gambar 4.12. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng 1 untuk Kemiringan
70 o ......................................................................................... 65
Gambar 4.13. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng 1 untuk Kemiringan
90 o ......................................................................................... 66
Gambar 4.14. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng 2 untuk Kemiringan
70 o ......................................................................................... 66
Gambar 4.15. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng 2 untuk Kemiringan
90 o ......................................................................................... 67
Gambar 4.16. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng Keseluruhan untuk Kemiringan 70 o -70 o ............................................................... 67
Gambar 4.17. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng Keseluruhan untuk Kemiringan 70 o -90 o ............................................................... 68
commit to user
Gambar 4.18. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng Keseluruhan untuk Kemiringan 90 o -70 o ............................................................... 68
Gambar 4.19. Hubungan antara Panjang Geotekstil dan Sv dengan SF
terhadap Kelongsoran Lereng pada Lereng Keseluruhan untuk Kemiringan 90 o -90 o ............................................................... 69
Gambar 4.20. Perbandingan Nilai SF dari Hasil Perhitungan Manual dengan
Program Geoslope ................................................................. 71 Gambar 4.21 Hasil Analisis Lereng secara Keseluruhan pada Variasi 2.... 72
Gambar 4.22. Hasil Analisis Lereng secara Keseluruhan Setelah Perencanaan
Ulang ..................................................................................... 73
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Faktor Kapasitas Dukung Terzaghi ....................................... 13 Tabel 2.2.
Sifat Mekanik Geotekstil ....................................................... 15 Tabel 3.1.
Data Parameter Tanah Hasil Uji Laboratorium ..................... 18 Tabel 3.2.
Klasifikasi Lereng ................................................................. 18 Tabel 3.3.
Variasi Pemodelan Lereng .................................................... 21 Tabel 3.4.
Gambaran Output Penelitian ................................................. 30 Tabel 4.1.
Analisis pada Lereng 1 .......................................................... 34 Tabel 4.2.
Analisis pada Lereng 2 .......................................................... 35 Tabel 4.3.
Analisis pada Lereng secara Keseluruhan ............................. 36 Tabel 4.4.
Rekapitulasi Perhitungan Stabilitas Internal pada Lereng 1 .. 40 Tabel 4.5.
Rekapitulasi Perhitungan Stabilitas Internal pada Lereng 2 .. 41 Tabel 4.6.
Rekapitulasi Perhitungan Tekanan Akibat Beban Merata ..... 43 Tabel 4.7.
Rekapitulasi Perhitungan Momen Aktif ................................ 45 Tabel 4.8.
Rekapitulasi Perhitungan Momen Pasif ................................ 45
Tabel 4.9. Perhitungan Tanahan Momen oleh Perkuatan Geotekstil
pada Lereng 1 ........................................................................ 49
Tabel 4.10. Perhitungan Tanahan Momen oleh Perkuatan Geotekstil
pada Lereng 2 ........................................................................ 49
Tabel 4.11. Perhitungan Tanahan Momen oleh Perkuatan Geotekstil
pada Lereng secara Keseluruhan ........................................... 50
Tabel 4.12. Rekapitulasi Hasil Analisis Stabilitas Lereng ....................... 52 Tabel 4.13. Persentase Penurunan Nilai SF Akibat Pertambahan Jarak
Vertikalantar Geotekstil (Sv) pada Stabilitas terhadap Putus Tulangan (SFr) ...................................................................... 57
Tabel 4.14. Persentase Penurunan Nilai SF Akibat Pertambahan Panjang
Geotekstil (Sv) pada Stabilitas terhadap Cabut Tulangan (SFp) ...................................................................................... 58
commit to user
Tabel 4.15. Persentase Penurunan Nilai SF Akibat Pertambahan Jarak
Vertikalantar Geotekstil (Sv) pada Stabilitas terhadap Cabut Tulangan (SFp) .................................................................... 59
Tabel 4.16. Persentase Penurunan Nilai SF terhadap Penggeseran Akibat
Pertambahan Kemiringan Lereng ......................................... 61
Tabel 4.17. Persentase Peningkatan Nilai SF terhadap Penggeseran Akibat
Pertambahan Panjang Geotekstil........................................... 62
Tabel 4.18. Persentase Penurunan Nilai SF terhadap Penggulingan Akibat
Pertambahan Kemiringan Lereng ......................................... 63
Tabel 4.19. Persentase Peningkatan Nilai SF terhadap Penggulingan Akibat
Pertambahan Panjang Geotekstil........................................... 64
commit to user
ABSTRAK
Uswatun Chasanah, 2012, Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Program Geoslope, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kondisi lereng dengan beban yang besar dan kemiringan yang curam dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran sehingga diperlukan sebuah perkuatan lereng, salah satunya yaitu dengan geotekstil. Geotekstil sering digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain mudah dalam pelaksanaan, murah, dan dapat meningkatkan stabilitas lereng secara efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemiringan lereng, panjang geotekstil, dan jarak vertikal antar geotekstil (Sv) terhadap angka keamanan lereng yang dilakukan dengan membandingkan dua perhitungan yaitu perhitungan manual dan progam Geoslope. Analisis yang dilakukan dengan perhitungan manual, yaitu stabilitas internal dan eksternal (untuk lereng dengan perkuatan), serta stabilitas terhadap kelongsoran (untuk lereng dengan perkuatan dan tanpa perkuatan). Sedangkan analisis dengan program Geoslope dilakukan untuk mengetahui stabilitas terhadap kelongsoran lereng.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa besarnya penurunan rata-rata nilai SF akibat kemiringan lereng sebesar 19,401%, 43,431%, 15,558%, 26,081%, dan 15,18% terhadap penggeseran, penggulingan lereng atas, penggulingan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, dan kelongsoran lereng bawah. Besarnya peningkatan rata-rata nilai SF pada panjang geotekstil 8 m sebesar 60,014%, 59,978%, 45,612%, 69,339%, 116,522%, 74,931%, 41,81%, 15,18%, dan 9,915% terhadap cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah penggeseran, penggulingan lereng atas, penggulingan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, kelongsoran lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Sedangkan pada panjang geotekstil 10 m, 23,84%, 25,005%, 43,16%, 44,48%, 74,313%, 67,917%, dan 7,565% terhadap cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah penggeseran, penggulingan lereng atas, penggulingan lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Besarnya penurunan rata-rata nilai SF pada Sv 1 m sebesar 50,04%, 49,93%, 49,526%, 49,997%, 32,932%, 35,68%, dan 27,115% terhadap putus tulangan lereng atas, putus tulangan lereng bawah, cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, kelongsoran lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Sedangkan pada Sv 1,5 m sebesar 33,27%, 33,43%, 33,332%, 33,336%, 15,441%, 11,549%, dan 10,176% terhadap putus tulangan lereng atas, putus tulangan lereng bawah, cabut tulangan lereng atas, cabut tulangan lereng bawah, kelongsoran lereng atas, kelongsoran lereng bawah, dan kelongsoran lereng secara keseluruhan. Perhitungan stabilitas lereng dengan perhitungan manual dan program Geoslope memberikan rata-rata selisih SF sebesar 3,71%.
Kata Kunci : stabilitas lereng, geotekstil, Geoslope.
commit to user
ABSTRACT
Uswatun chasanah,, 2012, Slope Stability Analysis with Geotextile Reinforcement Using Geoslope Computer Program, Thesis, Civil Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta .
The condition of a slope with a heavy load and a steep slope can cause the landslide therefore it requires a reinforcement, one of them is with geotextile. Geotextile is often used because it has several advantages, such as simple in installation, inexpensive, and can increase the stability of slope effectively.
This study aims to know the influence of slope, length, and vertical distance between geotextile layers for safety factor of the slope that is analyzed by comparing manual calculation and Geoslope Computer Program. Analysis by manual calculation consist of internal and external stability (to the slope with reinforcement), and stability against the landslide (for the slope with and without reinforcement). While the analysis by Geoslope Computer Program was conducted to find out stability of the landslide.
Based of the results it is found that the slope safety factor (SF) decrease 19,401%, 43,431%, 15,558%, 26,081%, and 15,18% for sliding, overturning of upper slope, overturning of lower slope, landslide of upper slope, and landslide of lower slope respectively. By using of 8 m geotextile length the SF increase 60,014%, 59,978%, 45,612%, 69,339%, 116,522%, 74,931%, 41,81%, 15,18%, and 9,915% for reinforcement pull out of upper and lower slope, sliding, overturning of upper slope, overturning of lower slope, landslide of upper slope, landslide of lower slope, and landslide of overall respectively. By using of 10 m geotextile length the SF increase 23,84%, 25,005%, 43,16%, 44,48%, 74,313%, 67,917%, and 7,565% for pull out of reinforcement, sliding, overturning of upper slope, overturning of lower slope, and landslide of overall respectively. By using 1 m of vertical distance between geotextile layers the SF increase 50,04%, 49,93%, 49,526%, 49,997%, 32,932%, 35,68%, and 27,115% for rupture of reinforcement, pull out of reinforcement, landslide of upper slope, landslide of lower slope, and landslide of overall respectively. By using 1,5 m of vertical distance between geotextile layers the SF increase 33,27%, 33,43%, 33,332%, 33,336%, 15,441%, 11,549%, and 10,176% for rupture of reinforcement, pull out of reinforcement, landslide of upper slope, landslide of lower slope, and landslide of overall respectively. The stability of slope with manual calculation and Geoslope Computer Program is almost the same, with average difference of SF 3,714%.
Key words: slope stability, geotextile, Geoslope.
commit to user
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan transportasi di Indonesia yang semakin meningkat menyebabkan naiknya kebutuhan lahan untuk penggunaan jalan. Hal ini mendorong manusia untuk memanfaatkan setiap lahan yang ada sebaik mungkin, salah satunya di kawasan perbukitan dan berlereng yang topografinya cenderung beragam. Namun untuk mewujudkan transportasi yang aman, nyaman, dan memiliki konstruksi yang awet pada daerah lereng, diperlukan sebuah analisis terhadap tingkat keamanan lereng dalam perencanaannya.
Tingkat keamanan suatu lereng dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kemiringan dan beban yang bekerja di atasnya. Kondisi lereng dengan beban yang besar dan kemiringan yang curam dapat menyebabkan terjadinya kelongsoran. Hal ini tentunya sangat membahayakan bangunan dan pengguna jalan di sekitar lereng sehingga diperlukan sebuah perkuatan lereng.
Pada saat ini banyak dijumpai alternatif perkuatan lereng, salah satunya yaitu dengan geotekstil. Hardiyatmo (2007) menyatakan geotekstil merupakan material lolos air buatan pabrik yang dibuat dari bahan-bahan sintesis, seperti polypropylene , polyester, nylon, polyvinyl chloride, dan campuran dari bahan- bahan tersebut. Seluruh material tersebut termasuk thermoplastic. Geotekstil sering digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, antara lain mudah dalam pelaksanaan, murah, dan dapat meningkatkan stabilitas lereng secara efektif. Pemanfaatan geotekstil untuk perkuatan lereng dapat dilakukan dengan memasang geotekstil pada bagian lereng dengan jarak dan panjang tertentu sehingga lereng terjaga stabilitasnya.
commit to user
Ada beberapa metode dalam melakukan analisis stabilitas lereng, salah satunya yaitu metode keseimbangan batas (limit equilibrium method). Analisis stabilitas lereng dengan metode ini sangat membutuhkan ketelitian dan ketekunan untuk mendapatkan hasil yang akurat, sehingga analisis dapat dilakukan dengan menggunakan program komputer. Salah satu program komputer yang menggunakan prinsip metode keseimbangan batas (limit equilibrium method) dalam analisis stabilitas lereng yaitu program Geoslope. Kelebihan dari program ini yaitu dapat menghitung angka aman secara akurat dalam waktu yang singkat. Karena menggunakan prinsip metode keseimbangan batas (limit equilibrium method ), maka program ini mudah dipelajari oleh pemula.
Berdasarkan uraian di atas, maka penggunaan geotekstil pada lereng yang mempunyai beban yang tinggi dan kemiringan yang curam dengan menggunakan program Geoslope perlu dikaji lebih mendalam. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk permasalahan tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara kemiringan lereng, panjang geotekstil, dan jarak vertikal antar geotekstil dengan angka keamanan (SF) ?
2. Bagaimana perbandingan hasil analisis stabilitas lereng menggunakan perhitungan manual dengan program Geoslope?
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas tinjauannya dan tidak menyimpang dari rumusan masalah yang ditetapkan, maka perlu adanya pembatasan terhadap masalah yang ditinjau. Batasan-batasan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data tanah yang digunakan adalah data tanah di Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
commit to user
2. Lereng digambarkan dengan menggunakan permodelan dua dimensi, yang terdiri dari dua lereng, yaitu lereng atas dan lereng bawah.
3. Tanah urugan kembali (backfill) di belakang dan di dalam zona tanah perkuatan dianggap sama dengan tanah asli.
4. Beban terletak pada lereng dua (lereng bawah).
5. Tidak meninjau dari segi biaya dan waktu.
6. Tidak memperhitungkan adanya muka air tanah.
7. Analisis stabilitas lereng menggunakan metode keseimbangan batas.
8. Perhitungan dilakukan dengan perhitungan manual dan program Geoslope.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara kemiringan lereng, panjang geotekstil, dan jarak vertikal antar geotekstil dengan angka keamanan (SF).
2. Mengetahui perbandingan hasil analisis stabilitas lereng menggunakan perhitungan manual dengan program Geoslope.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan tentang stabilitas lereng.
2. Mendapatkan gambaran tentang visualisasi kelongsongan lereng dalam bentuk dua dimensi.
3. Mengenal dan dapat mengoperasikan program Geoslope.
4. Menghemat waktu dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang geoteknik dengan memanfaatkan program.
commit to user
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Widiyanto, (1993), menyimpulkan bahwa penanggulangan kelongsoran subgrade jalan raya dengan stabilitas lereng memberikan angka keamanan yang kecil. Kondisi tersebut memberikan indikasi bahwa badan jalan dalam keadaan labil sehingga perlu dilakukan peningkatan stabilitas lereng. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki sifat fisis tanah maupun dengan membangun dinding penahan yang disertai dengan sistem drainase di bawah permukaan jalan yang baik.
Geotekstil adalah kelompok bahan geosintetik yang mudah meloloskan air. Geotekstil sebenarnya merupakan bahan, baik yang berasal dari serat-serat asli seperi jute, kertas filter, papan kayu, dan bambu, maupun serat-serat sintetis (fiber) yang banyak berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan tanah. Awalnya pemanfaatan geotekstil untuk percepatan konsolidasi, pengganti pasir sebagai bahan drainase (vertical sand drain) yang banyak dilakukan di India, atau sebagai kertas filter yang banyak dilakukan di Belanda (Suryolelono, 2000).
Metode keseimbangan batas telah digunakan untuk stabilitas lereng dalam waktu yang lama. Metode keseimbangan konvensional memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya hanya memenuhi persamaan kesetimbangan gaya. Metode tersebut tidak menganggap tegangan dan perpindahan dari suatu lereng. Keterbatasan ini dapat diatasi dengan menggunakan program yang mampu menganalisis gaya dan tegangan geser total pada pada permukaan longsor sehingga dapat digunakan untuk menentukan angka keamanan (Krahn, 2003).
commit to user
Studi kasus analisis stabilitas lereng pada badan jalan Wonosari km 15-16 Piyungan, Yogyakarta dengan menggunakan program Geoslope diperoleh hasil berupa angka aman dan bentuk bidang longsor yang dimungkinkan terjadi pada badan jalan tersebut (Setiawan, 2004 dalam Takhmiluddin dan Arianto, 2008).
Penelitian ini diharapkan mampu melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, yakni dengan meninjau tidak hanya pada satu konstruksi lereng tanpa perkuatan, melainkan dua konstruksi lereng yang diberi perkuatan geotekstil. Selain itu, analisis pada penelitian ini juga dilakukan dengan dua metode, yakni perhitungan manual dan program Geoslope sehingga hasil analisis tersebut dapat dibandingkan.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Lereng
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horizontal. Pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggian, maka akan ada gaya-gaya yang mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak ke arah bawah yang disebut dengan gaya potensial gravitasi yang menyebabkan terjadinya longsor (Tjokorda, dkk, 2010).
Longsoran lereng adalah pergerakan massa tanah batuan dalam arah tegak, mendatar, atau miring dari kedudukan semula sebagai akibat ketidak mampuan lereng menahan gaya geser yang bekerja pada batas antara massa yang bergerak dan massa yang stabil (Skempton and Hutchinson, 1969 dalam Wicaksono, 2003).
commit to user
Christoper, dkk, (1991), mengklasifikasikan:
1. Struktur timbunan dengan kemiringan lereng < 70 o yang lerengnya diperkuat, disebut lereng tanah bertulang (Reinforced Soil Slope, RSS).
2. Struktur timbunan dengan kemiringan lereng > 70 o yang lerengnya diperkuat, disebut struktur dinding tanah distabilisasi secara mekanis (Mechanically Stabilized Earth wall, MSE-wall )
2.2.2. Struktur Perkerasan Beton Semen
Perkerasan beton semen (perkerasan kaku) adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal (SNI PD T-14-2003).
Pada umumnya perkerasan beton semen dilapisi dengan perkerasan aspal di atasnya. Namun struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen
Bahan pondasi bawah pada perkerasan beton semen berdasarkan SNI PD T-14- 2003 dapat berupa :
1. Bahan berbutir.
2. Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete).
3. Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
commit to user
Tebal pondasi minimum yang mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388- 2000 dan AASHTO M-15 serta SNI No. 03-1743-1989 adalah 10 cm. Perancangan tebal perkerasan beton semen dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode diantaranya; metode AASHTO , AUSTROAD 2000, metode Bina Marga, metode Asphalt Institute, metode ROAD NOTE 29, dan lain-lain. Pada umumnya tebal perkerasan beton semen berkisar antara 20 - 30 cm.
Bahan-bahan yang digunakan untuk perkerasan beton semen harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Daftar berat isi ( γ ) bahan-bahan yang digunakan untuk perkerasan beton semen berdasarkan Peraturan Pembebanan Jembatan Bab
III hal. 37 dalam Herma, dkk 2010 adalah sebagai berikut :
1. Beton bertulang
: 24 kN/m 3
2. Beton biasa
: 22 kN/m 3
3. Perkerasan jalan beraspal : 20 – 25 kN/m 3
2.2.3. Pembebanan pada Lereng
Gaya yang ditimbulkan oleh adanya struktur jalan raya di atas konstruksi lereng harus mampu ditahan oleh lereng tersebut. Gaya tersebut yaitu gaya vertikal yang disebabkan oleh beban perkerasan dan beban kendaraan. Gaya-gaya yang berasal dari kendaraan nantinya akan diteruskam pada perkerasan sebagai tekanan vertikal. Tekanan vertikal dapat ditentukan dengan menggunakan penyebaran
tekanan ( 2H: 1V atau α = ± 26 0 ) dari Giroud dan Noiray (1981).
Tekanan ban (p’) pada kedalaman (h) dari permukaan dapat diperoleh dengan rumus :
2.1.
Keterangan : p’
= tekanan ban pada kedalaman h (kN/m 2 )
P = beban gandar (kN)
commit to user
B + 2 h tg α
Tanah Dasar
pc
p'
h = tebal perkerasan (m)
α = sudut penyebaran beban terhadap vertikal ( 0 )
L = panjang bidang kontak (m)
B = lebar bidang kontak (m)
Gambar 2.2. Distribusi Beban Kendaraan ( Giroud dan Noiray, 1981)
Beban gandar (P) disebarkan mengikuti penyebaran tekanan yang bersudut α terhadap vertikal. Bidang kontak ekivalen tekanan ban di atas permukaan jalan
adalah B x L .
Untuk kendaraan berat dengan roda lebar dan ganda :
√2
0,5 2.2.
Giroud dan Noiray, 1981, menyatakan besarnya tekanan ban (p c ) untuk kendaraan proyek sebesar 620 kPa.
2.2.4. Analisis Stabilitas Lereng
Salah satu metode yang digunakan untuk analisis stabilitas terhadap kelongsoran lereng yaitu metode keseimbangan batas dengan asumsi bentuk bidang longsor berupa lingkaran seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.
commit to user
Gambar 2.3. Analisis Stabilitas Lereng dengan Metode Keseimbangan Batas
Menurut Suryolelono, (1993), apabila digunakan Ordinary Slices Method maka persamaan angka keamanan
&' ! "#$ % &( ∑
) *+, &' θ &( %
- 1,3 2.3.
Keterangan : SF
= angka keamanan R
= jari-jari lingkaran longsor (m)
c = kohesi tanah (kN/m 2 ) ϕ = sudut gesek dalam tanah ( 0 )
a i = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m) W i = berat irisan tanah ke-i (kN/m)
N i = W i. cos θ i
θ i = sudut tengah pias ke-i ( 0 )
commit to user
2.2.5. Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan
Pada konstruksi lereng dengan sistem perkuatan lereng, gaya yang meruntuhkan akan dilawan dengan oleh kemampuan geser dan tarik dari bahan perkuatan tersebut (Suryolelono, 1993). Pada Gambar 2.4, tampak pengaruh bahan geotekstil dalam memberikan konstribusi perlawanan terhadap gaya yang melongsorkan cukup berperan, apabila bahan tersebut terpotong oleh bidang longsor.
Gambar 2.4. Perlawanan Perkuatan Tanah terhadap Gaya-Gaya yang Meruntuhkan
Dalam praktek, analisis stabilitas lereng didasarkan pada konsep keseimbangan plastis batas. Adapun maksud analisis stabilitas adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Faktor aman didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang bidang longsor potensial, dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran.
Faktor aman (SF) merupakan nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang menggerakkan (Hardiyatmo, 2007).
/ / 2.4. Keterangan :
= tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah (kN) τ d = tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor
(kN)
commit to user
Menurut teori Mohr-Coulomb, tahanan geser (τ) yang dapat dikerahkan oleh tanah, disepanjang bidang longsornya dinyatakan oleh :
/ 1 2 3 2.5. Keterangan :
c = kohesi (kN/m 2 )
σ = tegangan normal (kN) φ
= sudut gesek dalam tanah ( 0 )
Dengan cara yang sama, dapat dituliskan persamaan tegangan geser yang terjadi (τd) akibat beban tanah dan beban-beban lain pada bidang longsornya :
1 2 3 2.6. Keterangan :
c d = kohesi (kN/m 2 )
φ d = sudut gesek dalam yang bekerja sepanjang bidang longsor ( 0 )
Analisis stabilitas lereng dengan perkuatan terdiri dari analisis stabilitas internal, stabilitas eksternal, dan stabilitas terhadap kelongsoran lereng. Stabilitas internal terdiri dari dari stabilitas terhadap putus dan cabut tulangan, yang berupa stabilitas terhadap gaya-gaya internal yang diperhitungkan terhadap panjang dan jarak spasi antar perkuatan. Stabilitas terhadap gaya-gaya eksternal terdiri dari kemampuan perkuatan lereng dalam menahan gaya geser, guling, dan keruntuhan dasar pondasi akibat kuat dukung tanah. Anggapan yang digunakan adalah perkuatan lereng tanah merupakan satu kesatuan seperti pada konstruksi dinding penahan tanah. Sedangkan tinjauan stabilitas terhadap kelongsoran lereng dapat digunakan berbagai metode, salah satunya adalah merode keseimbangan batas (Suryolelono, 1993).
1. Stabilitas internal
a. Angka keamanan (SF) terhadap putus tulangan
σ 7 . 8 - 1,5 2.7. Keterangan :
SF r = angka keamanan terhadap putus tulangan
commit to user
S v = jarak tulangan arah vertikal (m) T a = kuat tarik ijin tulangan (kN/m)
σ h = tekanan horizontal tanah pada kedalaman yang ditinjau (kN/m 2 )
b. Angka keamanan (SF) terhadap cabut tulangan
2; σ 8<
σ 7 . 8 - 1,5 2.8. Keterangan :
SFp
= angka keamanan terhadap cabut tulangan
; = koefisien gesek antara tanah dan tulangan, dapat diambil
; = tg (2 ϕ /3)
σ v = tekanan vertikal tanah pada kedalaman yang ditinjau (kN/m 2 ) L e = panjang perkuatan yang berada di belakang garis longsor (m) σ h = tekanan horizontal tanah pada kedalaman yang ditinjau (kN/m 2 )
S v = jarak tulangan arah vertikal (m)
2. Stabilitas eksternal
a. Angka keamanan terhadap geser
∑>
- 1,5 2.9. Keterangan :
F = gaya yang melawan (kN)
∑E
= jumlah gaya geser (kN)
b. Angka keamanan terhadap guling
∑@ : ∑@ A
- 1,5 2.10. Keterangan : ∑M P = jumlah momen pasif (kNm)
∑M A = jumlah momen aktif (kNm)
c. Angka keamanan terhadap kuat dukung tanah
2 BC"
2 "<5D E+
- 1,5 2.11.
Berdasarkan rumus Terzaghi untuk tegangan ultimate yaitu :
σ ult = c . Nc + q. Nq + 0,5 . γ . BNγ
(2.12.)
commit to user
Keterangan : SF
= angka keamanan terhadap kuat dukung tanah
σ ult = kuat dukung tanah (kN/m 2 ) σ terjadi = tegangan yang terjadi (kN/m 2 )
c = kohesi tanah pondasi (kN/m 2 )
= berat volume tanah pondasi (kN/m 3 )
q = tekanan overburden pada dasar pondasi (kN/m 2 )
B = panjang perkuatan pada dasar konstruksi (m) Nc, Nq, Nγ = koefisien-koefisien kuat dukung yang merupakan fungsi dari sudut geser dalam tanah, yang terdapat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Faktor Kapasitas Dukung Terzaghi
0 5.70 1.00 0.00 26 27.09 14.21 9.84
1 6.00 1.10 0.01 27 29.24 15.90 11.60
2 6.30 1.22 0.04 28 31.61 17.81 13.70
3 6.62 1.35 0.06 29 34.24 19.98 16.18
4 6.97 1.49 0.10 30 37.16 22.46 19.13
5 7.34 1.64 0.14 31 40.41 25.28 22.65
6 7.73 1.81 0.20 32 44.04 28.52 26.87
7 8.15 2.00 0.27 33 48.09 32.23 31.94
8 8.60 2.21 0.35 34 52.64 36.50 38.04
9 9.09 2.44 0.44 35 57.75 41.44 45.41
10 9.61 2.69 0.56 36 63.53 47.16 54.36
11 10.16 2.98 0.69 37 70.01 53.80 65.27
12 10.76 3.29 0.85 38 77.50 61.55 78.61
13 11.41 3.63 1.04 39 85.97 70.61 95.03
14 12.11 4.02 1.26 40 95.66 81.27 115.31
15 12.86 4.45 1.52 41 106.81 93.85 140.51
16 13.68 4.92 1.82 42 119.67 108.75 171.99
17 14.60 5.45 2.18 43 134.58 126.50 211.56
18 15.12 6.04 2.59 44 151.95 147.74 261.60
19 16.56 6.70 3.07 45 172.28 173.28 325.34
20 17.69 7.44 3.64 46 196.22 204.19 407.11
21 18.92 8.26 4.31 47 224.55 241.80 512.84
22 20.27 9.19 5.09 48 258.28 287.85 650.67
23 21.75 10.23 6.00 49 298.71 344.63 831.99
24 23.36 11.40 7.08 50 347.50 415.14 1072.80
25 25.13 12.72 8.34
commit to user
3. Stabilitas terhadap kelongsoran lereng Dalam tinjauan ini digunakan teori stabilitas tanpa perkuatan yang telah dibahas sebelumnya. Apabila kuat tarik bahan geotekstil untuk perkuatan satu lapis sebesar T (kN/m), maka besarnya angka keamanan lereng dengan perkuatan geotekstil ditentukan dengan menambahkan faktor aman lereng tanpa perkuatan dengan pengaruh tahanan momen oleh geotekstil:
∑ 6F. G + +H, +HI
J + KF θ +H, + +HI L
- 1,3 2.13. Keterangan :
SF = angka keamanan SF u = angka keamanan lereng tanpa perkuatan R = jari-jari lingkaran longsor (m) W i = berat irisan tanah ke-i (kN/m)
θ i = sudut tengah pias ke-i ( 0 )
Ti = jumlah gaya tarik per meter lebar geotekstil yang tersedian untuk setiap lapisan tulangan (kN/m) y i = R cos θ i = lengan momen geotekstil terhadap O (m)
2.2.6. Geotekstil
Geotekstil merupakan material lembaran yang dibuat dari bahan tekstil polymeric, bersifat lolos air, yang dapat berbentuk bahan nir-anyam (non woven), rajutan atau anyaman (woven) yang digunakan dalam kontak dengan tanah atau material lain dalam aplikasi teknik sipil. Fungsi perkuatan pada geotekstil dapat diterjemahkan sebagai fungsi tulangan, seperti istilah pada beton bertulang. Dalam pengertian yang identik, tanah hanya mempunyai kekuatan untuk menahan tekan, tapi tidak dapat menahan tarik. Kelemahan terhadap tarik ini dipenuhi oleh geotekstil. Material ini dapat diletakkan di bawah timbunan yang dibangun di atas tanah lunak, dapat digunakan untuk membangun penahan tanah, dan dapat pula digunakan untuk perkuatan bahan perkerasan jalan (Hardiyatmo, 2007).
commit to user
Pemilihan geotekstil untuk perkuatan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal geotekstil terdiri dari kuat tarik geotekstil, sifat perpanjangan (creep), struktur geotekstil, dan daya tahan terhadap faktor lingkungan, sedangkan faktor eksternal adalah jenis bahan timbunan yang berinteraksi dengan geotekstil. Waktu pembebanan juga mengurangi kekuatan geotekstil karena akan terjadi degradasi pada geotekstil oleh faktor fatigue dan aging . Untuk menutupi kekurangan tersebut, tidak seluruh kuat tarik geotekstil yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi perkuatan (Djarwadi, 2006). Tabel 2.2. menunjukkan sifat-sifat mekanik yang terdapat pada geotekstil.
Tabel 2.2. Sifat Mekanik Geotekstil
Jenis Geotekstil
Berat perluas
(gr/m 2 )
Kuat Tarik kN/m
Perpanjangan (%) Polyfet IS50
15 35 Polyfet IS70
40 Polyfet IS80
24 40 Hate Renfox T Teranyam
NA
250
40 21 Hate Renfox R Teranyam
NA
325
60 44 Sumber : PT. Tetrasa Geosinido
Perancangan lereng dengan perkuatan geotesktil menurut Holtz, dkk, (1998), dalam Hardiyatmo, (2007), dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode coba-coba dan metode langsung. Dalam perancangan coba-coba, hitungan dilakukan dengan membuat tampang lereng dengan susunan geotekstil secara coba-coba, kemudian dianalisis dengan program komputer. Dalam hitungan secara langsung, hitungan stabilitas lereng dilakukan dengan program komputer dan hitungan manual dilakukan dalam menghitung kebutuhan geotekstil.
Selain itu, dalam perancangan lereng dengan perkuatan geotekstil juga harus diperhatikan panjang dari geotekstil tersebut. Salah satu syarat yang harus dipenuhi yaitu panjang geotekstil yang berada di belakang garis longsor (Le) minimum adalah 1m. Tahanan cabut tulangan hanya dihitung pada tulangan yang panjangnya lebih besar dari 1 m. Jika tahanan cabut tulangan tidak cukup, maka panjang tulangan ditambah.
commit to user
2.2.7. Program Geoslope
Program Geoslope adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan geo-lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE W, SEEP W, SIGMA W, QUAKE W, TEMP W, dan CTRAN W, yang sifatnya terintegrasi sehingga
memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke dalam produk yang lain. Ini unik dan fitur yang kuat sangat memperluas jenis masalah yang dapat
dianalisis dan memberikan fleksibilitas untuk memperoleh modul seperti yang dibutuhkan untuk proyek yang berbeda.
SLOPE W merupakan produk perangkat lunak untuk menghitung faktor keamanan lereng dan kemiringan batuan. Dengan SLOPE W, kita dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori-air, sifat tanah, dan beban terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan pori air yang terbatas, tegangan statis, atau tekanan dinamik pada analisis stabilitas lereng. Selain itu kita juga dapat melakukan analisis probabilistik.
SLOPE W Define merupakan program yang digunakan untuk pemodelan permasalahan lereng dalam bentuk penggambaran pada layar komputer dalam aplikasi Computer Aided Design (CAD). Kemudian data yang telah dimodelkan tersebut dianalisis dengan menggunakan SLOPE W Solve. Perhitungan dilakukan sesuai dengan data masukan dan pengaturan analisis (Analysis Setting) yang telah ditentukan. SLOPE W Contour akan menampilkan grafis seluruh bidang longsor dan nilai faktor aman dapat ditunjukkan dala bentuk kontur faktor aman serta diagram dan poligon tiap pias tertentu.
commit to user
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Uraian Umum
Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan dua perhitungan yaitu perhitungan manual dan progam Geoslope. Variasi parameter yang digunakan pada penelitian ini antara lain kemiringan lereng, panjang geotekstil, dan jarak vertikal geotekstil, sedangkan parameter tetap yang digunakan yaitu parameter tanah, pembebanan, dan spesifikasi geotekstil. Tahapan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemodelan Lereng
2. Analisis dengan perhitungan manual
3. Analisis dengan program Geoslope.
4. Pembahasan hasil penelitian.
5. Kesimpulan.
3.2. Pemodelan Lereng
3.2.1. Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan pada penelitian ini antara lain: