REVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESI

REVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA
Ando Tri Kurniawan
Andotrikurniawan@students.unnes.ac.id
Nama / judul buku
Penulis / pengarang
Penerbit
Tahun terbit
Kota penerbit
Bahasa buku
Jumlah halaman
ISBN buku

: Hukum Lingkungan Di Indonesia
: prof. DR. Takdir Rahmadi, S.H.,LLM.
: PT RajaGrafindo Persada
: 2015
: Jakarta
: Bahasa Indonesia
: 302
: 978-997-769-868-3


PENGANTAR
Buku Hukum Lingkungan di Indonesia ini di karang oleh Prof. DR. Takdir Rahmadi,
S.H., LLM. Buku ini diterbitkan oleh PT RajaGrafindo Persada pada tahun 2015, buku ini
terbit di kota Jakarta. Penggunaan bahasa dalam buku Hukum Lingkungan ini yaitu
menggunakan bahasa Indonesia, buku ini memiliki 302 halaman. Dalam buku ini membahas
tentang Hukum Lingkungan di Indonesia. Di dalamnya dipaparkan tentang pengertian dan
pembidangan hukum lingkungan, posisi lingkungan dalam konteks ilmu hukum, teori-teori
pengembangan ilmu hukum lingkungan, latar belakang pengembangan hukum lingkungan,
norma-norma, asas-asas, hak dan kewajiban, wewenang dan istrumen yuridis bagi pengelolaan
lingkungan hidup, pengaturan pemanfaatan SDA dan pengendalian lingkungan hidup, hingga
penegakan hukum lingkungan dan penyelesaian sengketa lingkungan.
Buku tentang Hukum Lingkungan Kehutanan, dielaborasi melalui pendekatan hukum
normative dan sosiologis, atau atau popular sebagai Hukum Progresif. Intinya adalah
merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah benang kusut dalam pengelooan hutan
di Indonseia. Selama ini, dalam dalam pengeloaan kehutanan bersifat multi-dimensi, dampak
itu dirasakan baik bersifat local, nasional, bahkan internasional. Dalam pembahasan buku ini
awalnya berangkat dari optik hukum yang mengatur secara normatif. Berikutnya elaborasi
berdasarkan hukum Progresif dimaksud. Artinya pendekatan hukum yang didasarkan pada
nilai hukum yang sesungguhnya hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Buku ini berusaha memberikan pemahaman yang lebih konkret, khususnya ditujukan kepada

para rimbawan atau ahli/pemerhati lingkungan dalam perspektif hukum. Maksutnya adalah
agar ketika mengambil kebijakan dalam bidang kehutanan dilaksanakan secara komprehensif
dan terukur. Demikian pula, kepada pekerja swasta di bidang kehutanan, perbankan, dan lain
sebagainya, dan termasuk para akademisi dapat menjadikan buku sebagai rujukan.
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN HUKUM LINGKUNGAN
Buku Hukum Lingkungan di Indonesia ini pada bab 1 membahas tentang latar belakang
pengembangan hukum lingkungan, Penggundulan hutan, lahan kritis, menipisnya lapisan
ozon, pemanasan global tumpahan minyak dilaut, ikan mati dianak sungai karena zat-zat
kimia dan punahnya species tertentu. Menurut prof takdir rahmadi dalam literatur masalahmasalah lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yaitu pencemaran
lingkungan, pemanfaatan lahan secara salah dan pengurasan atau habisnya SDA. Pada
pemikiran prof Takdir buku ini memiliki pengertian pencemaran lingkungan adalah
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 butir 12 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997, yaitu
“ masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan/ atau komponen lain ke

dalam lingkungan hidup oleh kegiatan, sehingga kualitas turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.”
Menurut prof takdir pengurasan SDA diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam
secara tidak bijaksana sehingga sumber daya alam itu baik kualitasnya maupun kuantitasnya
menjadi berkurang maupun menurun dan pada akhirnya akan habis sama sekali. Dampak
negatif dari menurunnya kualitas lingkungan hidup baik karena terjadinya pencemaran atau

terkurasnya sumber daya alam adalah timbulnya ancama atau dampak negatif terhadap
kesehatan, menurunya niali estetika, kerugian ekonomi dan terganggunya sistem alami.
Dalam bukunya prof takdir juga menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya masalahmasalah lingkungan yaitu yang pertama adalah teknologi. Terjadinya revolusi dibidang ilmu
pengetahuan alam yang terjadi telah mendorong perubahan-perubahan besar dibidang
teknologi. Lalu kemudian hasil-hasil teknologi itu diterapkan dalam sector industry,
pertanian, transportasi, dan komunikasi. Faktor yang kedua adalah pertumbuhan penduduk,
dalam buku ini Ehrlich dan Holdren berpedapat bahwa jauh sebelum teknologi maju
dikembangkan seperti apa adanya dewasa ini, bumi, tempat hidup manusia ini, telah
mengalami bencana lingkungan. Terjadinya kerusakan pada kawasan yang semula subur itu
disebabkan oleh sistem irigasi yang gagal dan pembukaan lahan yang terus menerus akibat
pertumbuhan penduduk sehingga semakin luas lahan pertanian berdasarkan sistem irigrasi.
Faktor krtiga yaitu motif ekonomi, yaitu karena sumber daya itu dapat dan bebas untuk
dimnfaatkan oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing, maka setiap
orang berlomba-lomba untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi sumber daya semaksimal
mungkin guna memperoleh keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya. Setiap orang berfikir
bahwa kalopun ia berusaha menggunakan sumber daya secara bijaksana hak itu akan sia-sia
karena orang lain tidak berfikir dan berbuat demikian, sehingga orang yang pada mulanya
berfikir upaya konservasi atau perlindungan smber daya alam akan merasa kehilangan
motivasi untuk melakukan upaya-upaya konservasi. Faktor keempat yaitu Tata nilai, yaitu
para pakar berpendapat bahwa timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup disebabkan oleh

tata nilai yang berlaku menempatkan kepentingan manusia sebagai pusat dari segala-galanya
dalam semesta alam.
Dalam buku ini terdapat juga pembidangan hukum lingkungan yaitu hukum lingkungan
merupakan sebuh cabang dalam disiplin ilmu hukum yang berkaitan dengan pengantar hukum
terhadap perilaku atau kegiatan-kegiatan subjek hukum dalam pemanfaatan dan perlindungan
sumber daya alam dan lingkungan hidup serta perlindungan manusia dari dampak negatif
yang timbul akibat pemanfaatan SDA. Menurut pandangan penulis, hukum lingkungan
nasional dilihat dari permasalahan lingkungan yang menjadi cakupannya dapat dibedakan atas
empat bidang, yaitu hukum perencanaan lingkungan, hukum pengendalian pencemaran
lingkungan, hukum penyelesaian sengketa lingkungan, dan hukum konservasi sumber daya
alam.
PENGATURAN
ASAS,
HAK
DAN
KEWAJIBAN,
KEWENANGAN,
KELEMBAGAAN, DAN INSTRUMEN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
Di dalam bab ini prof takdir membahas yang pertama yaitu tentang pengembangan peraturan

perundang-undangan yang di dalamnya terdapat tiga poin yaitu yang pertama peraturan
perundang-undangan lingkungan klasik, yang kedua yaitu sejarah singkat pembentukan
undnang-undang nomer 4 tahun 1982, yang ketiga yaitu dari undang-undang nomot 4 tahun
1982 ke undang-undang nomor 23 tahun 1997 dan dari undang-undang nomor 23 tahun 1997
ke undang-undang nomor 23 tahun 2009. Pembahasan yang kedua yaitu konsep pengelolaan
lingkungan hidup dan beberapa pengertian konsep dalam undang-undang nomor 32 tahun
2009. Pembahasan yang ketiga yaitu yang pertama asas, uuplh memuat lebih banyak asas
disbanding uulh 1997 yang hanya memuat tiga asas pengelolaan lingkungan hidup. Yang

kedua yaitu tujuan, yaitu menurut pasal uupplh memuat tujuan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Selanjutnya adalah bab enam. Bab enam ini berjudul aspek yuridis peralihan fungsi hutan di
luar bidang kehutanan. Dalam bab ini membahas tentang bagaimana aspek yuridis fungsi
hutan di luar bidang kehutanan. Pada bab ini penulis buku membagi pembahasan yang akan di
bahas menjadi Sembilan sub bab. Masing-masing sub bab tersebut adalah pengantar, sifat
penyerahan fungsi hutan, tukar-menukar, pelepasan kawasan hutan untuk pengembangan budi
daya pertanian, pelepasan kawasan hutan untuk pemukiman transmigrasi, pelepasan hutan
untuk kepentingan lainnya, pinjam pakai kawasan hutan, pinjam pakai kawasan hutan dengan
kompensasi, dan yang terakhir adalah pinjam pakai kawasan hutan dengan ganti rugi letak
bangunan. Secara umum dalam bab ini penulis menjelaskan tentang prosedur-prosedur apa

saja yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hutan.
Selanjutnya adalah bab ketujuh. Judul dari bab ini adalah perlindungan hutan. Dalam
bab ini penulis menjelaskan dalam beberapa sub bab, yaitu ada empat sub bab. Sub bab
tersebut yang pertama adalah tujuan perlindungan hutan, disini penulis menjelaskan
bagaimana tujuan dari usaha untuk melindungi dan mengamankan fungsi hutan, dan lagi-lagi
penulis mengacu pada UU No. 5 Tahun 1967. Kemudian sub bab yang kedua adalah macammacam perlindungan hutan. Disini penulis juga menuliskan ketentuan tentang perlindungan
hutan mengacu pada UU lagi, namun, semula ketentuan tentang perlindungan di atur dalam
Pasal 15 UU No. 5 Tahun 1967, kemudian ketentuan tersebut berubah menjadi di atur dalam
Pasal 51 UU No. 41 Tahun 1999. Kemudian dalam sub bab yang ketiga adalah pelaksanaan
perlindungan hutan. Dan yang terakhir adalah aspek hukum peran serta masyarakat dalam
perlindungan hutan.
Kemudian beralih pada bab kedelapan. Judul dari bab delapan ini adalah penyelesaian
sengketa kehutanan. Dalam bab ini terdapat tujuh sub bab. Ketujuh sub bab tersebut adalah
bentuk-bentuk penyelesaian sengketa, para pihak yang dapat mengajukan gugatan
penyelesaian sengketa, tujuan penyelesaian sengketa kehutanan, institusi yang dapat ditunjuk
untuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan, arbitrase, mediasi, dan yang terakhir adalah
class action (gugatan perwakilan). Dalam bab delapan ini secara umum membahas bagaimana
cara penyelesaian sengketa, prosedur penyelesaian sengketa, dan lain sebagainya.
Dan bab yang terakhir adalah bab Sembilan. Bab Sembilan ini berjudul sanksi dan
analisis kasus. Sudah terlihat jelas dari judul bab Sembilan ini bahwa penulis buku ingin

memaparkan sanksi apa saja yang akan didapatkan para pelanggaran jika melanggar peraturan
yang sudah ditetapkan, dan contoh kasus apa saja yang berkaitan dengan kehutanan.
Dalam bab ini penulis buku memaparkan beberapa sanksi yang akan didapatkan jika
melanggar peraturan yang sudah ditetapkan, diantaranya adalah sanki administratif, sanksi
pidana dan pertanggungjawaban pidana. Dalam beberapa sanksi ini penulis memaparkan
sanksi apa saja yang didapatkan dari sanksi-sanksi tersebut. Sanksi administratif merupakan
salah satu cara penegakan sanksi yang paling efektif, dalam sanksi administratif ada beberapa
sanksi yang dapat dikenakan terhadap siapa saja yang melanggar peraturan yang sudah
ditetapkan, salah satunya adalah penghentian penebangan untuk beberapa waktu tertentu.
Yang kedua adalah sanksi pidana. Sanksi pidana ini diatur dalam Pasal 18 Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 dan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990.
Beberapa hukuman yang dikenakan oleh sanksi pidana antara lain adalah hukuman penjara,
hukuman kurungan, hukuman denda, dan yang terakhir adalah perampasan denda. Dan yang
terakhir adalah pertanggungjawaban pidana, disini dijelaskan bahwa setiap perbuatan
melanggar hukum dengan tidak mengurangi sanksi pidana diwajibkan membayar ganti rugi.
Di dalam bukunya prof takdir ini juga membahas tentang kreteria baku kerusakan
lingkungan hidup yaitu meliputi, kerusakan tahan untuk produksi biomassa, kerusakan
terumbu karang, kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan,
kerusakan mangrove, kerusakan pada lamun, kerusakan gabut, kerusakan kars, dan kerusakan


ekosistem lainnya. Didalam buku ini juga terdapat cara untuk menganalisis dampak
lingkungan.
PENGATURAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
Di dalam buku prof takdir bab ini membahas tentang baku mutu lingkungan hidup, perizinan
pengendalian pencemaran lingkungan sebelum berlakunya UUPPLH yaitu yang berisi, izin
usaha industri, didalam perizinan ini terdapat banyak pasal yang mengatur seperangkatseperangkat peraturan tentang perindustrian dan izin perusahan industri, izin lokasi yaitu
perizinan tanah dan letak yang akan diperlukan untuk lokasi yang harus dipersetujui dan
ditetapkan oleh pemerintah yang berwenang, izin HO yaitu izin HO dikeluarkan berdasarkan
HO tersebut 1926 nomor 226 dan kemudian diubah berdasarkan stb. 1949 nomor 450, izin
pembuangan air limbah, izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi pada tanah, Yang
dimaksud izin pengendalian pencemaran lingkungan dalam buku ini adalah izin lingkungan
yang dirumuskan dalam pasal 1 butir 35 UUPPLH, tetapi berbatas pada izin yang memuat
persyaratan-persyaratan lingkungan yang diberlakukan atas kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan., izin dumping, izin pengoprasian pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (b3). pengendalian pencemaran udara diatur dalam sejumlah
perangkat hukum, yaitu PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara (LN
Tahun 1999 No. 86) dan PP No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan
(LN Tahun 2001 No. 10).
PENGATURAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DAN PENGENDALIAN

PERUSAHAAN LINGKUNGAN HIDUP
Di dalam buku prof takdir pada bab ini yaitu membahas yang pertama pengantar yaitu
Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur pengelolaan, termasuk di dalamnya perlindungan
terhadap sumber daya alam dapat ditemui pada beberapa peraturan-peraturan perundangundangan. Beberapa perangkat hukum yang akan dibahas disini adalah tentang pengelolaan
hutan, konservasi sumber daya alam hayati, perlindungan air, sumber daya hayati kelautan,
sumber daya ikan. Yang kedua pengelolaan hutan yaitu, UU No. 41 Tahun 1999 merumuskan
pengertian Hutan sebagai berikut “Hutan ialah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu sama lainnya tidak dapt dipisahkan.” Pemanfaatan hutan pada
kawasan hutan produksi dapat terjadi antara lain dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut :
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu,
pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu, dan pemungutan hasil
hutan bukan kayu.
Lalu Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan EkosistemnyaKonservasi sumber daya alam
dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang” (Pasal 2). Tujuan konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 3 UU No. 5 Tahun
1990 adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Kemudian Perlindungan Sumber

Daya Alam Hayati di Laut Pengaturan sumber daya alam hayati di laut terdapat dalam UU
No. 5 Tahun 1983 tentang zona ekonomi eksklusif indonesia dan PP No. 15 Tahun 1984
tentang pengelolaan sumber daya alam hayati si ZEE Indonesia. Konservasi mengandung
pengertian adanya usaha pemanfaatan terhadap sumber daya alam hayati laut, tetapi juga
adanya usaha untuk mencegah terjadinya pengirasan sumber daya alam sehingga sumber daya
alam tetap tersedia. Tentang perizinan penangkapan ikan di ZEE Indonesia diatur dalam Bab
IV PP No. 15 Tahun 1984.

Lalu, Perlindungan Sumber Daya Ikan Tentang perlindungan sumber daya ikan dapat ditemui
dalam UU No. 9 Tahun 1985 tentang perikanan. UU ini berisikan tentang ketentuanketentaun tentang pengelolaan, pemanfaatan, pembinaan dan pengembangan sumber daya
ikan di dalam wilayah perikanan Indonesia, penyerahan urusan dan tugas pembantuan di
bidang perikanan.
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA
LINGKUNGAN
Dibuku ini pada bab ini membahas tentang pengertian lingkup penegakan hukum lingkungan.
Hukum lingkungan adalah sebuah bidang cabang hukum yang memiliki kekhasan yang oleh
Drupsteen disebut sebagai bidang hukum fungsional, yaitu didalamnya terdapat unsur-unsur
hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata. Dalam buku ini juga terdapat hukum
lingkungan administrasi yaitu, terdapat pengawasan yaitu, dalam UUPPLH, pengawasan
diatur dalam pasal 71 hingga pasal 74. Selain terdapat persamaan, juga ditemukan perbedaan

ketentuan-ketentuan tentang pengawasan antara UULH 1997 dengan UUPPLH.
Kemenenterian Lingkungan Hidup sedang menyiapkan dan membahas RPP tentang
Pengawasan dan Sanksi Administratif. Dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan
dapat ditemukan ketentuan tentang pengawasan di bidang kehutanan sebagaimana
dirumuskan dalam pasal 59-64. Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air dapat
ditemukan ketentuan tentang pengawasan dalam pasal 75. Pasal 75 ayat (2) menyebutkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan pengawasan terhadap seluruh proses dan hasil pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada setiap wilayah sungai dengan melibatkan masyarakatsaksi saksi hukum
lingkungan administrasi yaitu Sanksi hukum administrasi adalah sanksi-sanksi hukum yang
dapat dijatuhkan oleh pejabat pemerintah tanpa melalui proses pengadilan terhadap seseorang
atau kegiatan usaha yang melanggar ketentuan hukum lingkungan administrasi. UUPPLH
memuat empat jenis sanksi hukum administrasi, sebagaimana tercantum dalam pasal 76 ayat
(2) yaitu teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan dan pencabutan
izin lingkungan. UUPPLH memuat teguran tertulis sedangkan UULH 1997 tidak memuat
sanksi tertulis yaitu, Gugatan ini diajukan pada masa berlakunya UULH 1982.penegakan
hukum lingkungan melalui gugatan tata usaha Negara yaitu, Di Indonesia pada umumnya
Gugatan Tata Usaha Negara yang diperkirakan tidak sejalan atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan lingkungan diajukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat,
seperti dalam kasus Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) lawan Sekretaris
Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi si Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
dengan nomor putusan 600/6115/SJT/1995.