PERMODELAN RUANG BUDAYA PADA ACARA PENER (1)

PERMODELAN RUANG BUDAYA PADA ACARA PENERIMAAN
TAMU
DESA ADAT WOLOGAI, KABUPATEN ENDE,NTT.
Nama : Zulkifli H.Achmad
Nim :146060500111002
Email :zul_archflores@yahoo.com

Abstrak
Permodelan
dalam
arsitektur
mengenal
beberapa
softwere
yang
digunakan
seperti
Autocad,Skethcup,3D Max dan lain-lain. Permodelan arsitektur tersebut memberikan sebuah gambaran
terhadap kita bagaimana model sebenarnya atau bentuk dalam membuat suatu objek. Setiap
menelaah suatu model memerlukan sebuah softwere yang menujukan prmodelan tersebut. Tulisan ini
menganalisis proses terjadinya permodelan ruang budaya pada acara penerimaan tamu desa adat

Wologai yang merupakan salah satu desa adat yang ada di Kabupaten Ende. Alat baca yang digunakan
berlandaskan tahapan-tahapan pada acara penerimaan tamu hingga selsai acara tersebut. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
prses
terjadinya,
bagaimana
masyarakat
Wologai
menerima/menyambut tamu mulai dari proses awal hingga proses akhirnya.
Kata Kunci : Permodelan, Desa Adat Wologai, Acara Penerimaan Tamu

Pendahuluan
Permodelan merupakan proses untuk membuat model. Model adalah representasi dari sebuah
bentuk nyata. Permodelan secara umum merupakan pengembangan dari sebuah model. Sebuah
permodelan biasanya dibangun untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah permodelan merupakan
gambaran bentuk nyata yang dimodelkan secara sederhana. Dilakukan sebuah modeling bertujuan
untuk menganalisa dan memberi prediksi yang sangat mendekati kenyataan sebelum sebuah model

diimplementasikan. Permodelan secara umum merupakan pengembangan dengan software computer.
Permodelan

dalam

arsitektur

mengenal

beberapa

softwere

yang

digunakan

seperti

Autocad,Skethcup,3D Max dan lain-lain. Permodelan arsitektur tersebut memberikan sebuah gambaran

terhadap kita bagaimana model sebenarnya atau bentuk dalam membuat suatu objek. Objek tersebut
berupa objek dua dimensi maupun 3 dimensi.
1.1 Pengertian Ruang
Ruang dapat dipahami sebagai daerah territorial yang sangat personal karena sebuah ruang
tercipta didasari oleh pengetahuan dan kebutuhan penghuni.Dalam wacana arsitektur tradisional
ruang yang tercipta merupakan ekspresi dari pengetahuan masyarakat masa lalu dalam upaya hidup
laras, menyatu dengan lingkungan alam,dan bahkan merupakan dialog antara manusia dengan alam.
Alam tidak saja diaggap sebagai musuh yang harus ditaklukan tetapi alam sebagai dari kehidupan
manusia itu, oleh karena itu cara-cara tradisional menciptakan sebuah ruang adalah belajar dari
fenomena alam yang terjadi.
Seperti yang dikemukakan oleh Van Romont” ruang adalah tempat hidup manusia dengan
bahagia’. Ruang meliputi semua ruang yang terjadi baik yang dibuat oleh manusia maupun yang
terjadi karena suatu proses alam. Kepercayaan dari suatu masyarakat pada masa itu (terutama pada
masyarakat agraris) juga mempengaruhi terbentuknya ruang, pengaruh kekuatan-kekuatan alam pada

umumnya menjadi dasar dari kepercayaan yang terbentuk. Kepercayaan mengandung ajaran-ajaran
serta petunjuk-petunjuk yang harus ditaati oleh masyarakat, hal ini diwujudkan dalam adat istiadat
dan kemudian ditingkatkan menjadi aturan-aturan yang dipakai sebagai pedoman untuk membuat
sebuah bangunan (ruang).


Lingkunga
n

Kepercayaan
Aturan

Ruang/Arsitektur

Adat Istiadat
Bagan 1.Ruang Arsitektur
Sumber :

Dengan berbekal adat istiadat dan aturan serta ditunjang oleh adanya kebutuhan berinteraksi
dengan manusia lain, mereka berupaya menempatkan diri dan mengatur ruang dengan cara yang
sangat berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya (Tuan, 1977:3). Adat istiadat dan aturan
menjadi satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat bisa disebut budaya. Beberapa analisis
terhadap perbedaan budaya, seperti yang dinyatakan oleh ahli pengetahuan sosial Edward T. Hall,
menghasilkan sintesis yang menyatakan bahwa: manusia dengan budaya yang berbeda memiliki
pengertian dan membentuk ruang yang berbeda (Hall, 1966).
1.2 Pengertian Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang
dan diwariskan generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsure yang rumit, termasuk
system agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, bangunan dan karya seni.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Gagasan (ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilainilai,norma-norma peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat draba atau
disentuh.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan system social.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat
dan didokumentasikan.

1.3 Ruang Budaya
Pada kebudayaan tradisional, dihadapkan pada latar belakangg pengaturan yang bersifat ritual,
yang dasarnya bertujuan sebagai pengaturan tatanan sevara harmoni. Elemen dasar pendekatan dan
pemahaman terhadap pola penggunaan ruang menurut rapoport


(1997:278-279) yaitu sebagai

berikut :
1) Kegiatan Manusia, ruang kegiatan manusia (home range) merupakan batas-batas umum terdiri
dari beberapa setting atau lokasi, serta jaringan penghubung antar lokasi mempunyai radius
home range tertentu yang dapat diklasifikasikan menjadi home range harian, mingguan dan
bulanan
2) Area inti (core inti), merupakan area ruang kegiatan manusia

yang paling sering dipakai,

dipahami dan langsung dikontrol oleh penduduk.
3) Teritori, merupakan area yang erta kaitannya dengan privacy

dan personel space sama

dengan personal space. Teritorialitas adalah juga perwujudan ego yang tidak ingin diganggu,
dengan kata lain merupakan perwujudan privasi
4) Area terkontrol merupakan suatu area yang dikuasai dan dikontrol secara temporer oleh
sekelompok kota.

5) Personal Distance/Space (ruang personal), merupakan suatu jarak atau area dengan intervensi
oleh orang lain akan terasa mengganggu, berbeda dengan keempat elemen diatas yang
cenedrung fisikal batasnya, personal distance biasanya tidak mempunyai kenampakan fisik
yang jelas.

Metode
Metode yag digunakan alam permodelan ruang budaya pada acara penerimaan tamu desa
adat Wologai menggunakan metode analisis deskriptif yaitu meihat pergerakan pada saat acara
penerimaan tamu hingga melakukan upacara adat di lokasi rumah adat Wologai.

Aplikasi
Komputer

Permodelan
Ruang Budaya

Acara Penerimaan
Tamu

Autocad 2009

SkethcUp 8
Corel Draw

Desa Adat
Wologai

Analisis Permodelan
Ruang Budaya

Adobe
Photoshop

Acara Penerimaan Tamu

Bagan2 .Skema Penelitian
Sumber : Hasil Analisis

Pembahasan
Gambaran Umum
Wologai, sebuah kampung kuno yang berada di Desa Wologai Tengah Kecamatan Detusoko

Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur Secara geografis Desa Wologai Tengah terletak pada
ketinggian 1045 dpl dengan curah hujan 3219 mm dan suhu rata-rata 35 C dengan luas wilayah
administrasi desa kurang lebih 7,27 km2 dan terdiri dari 4 dusun, yaitu Dusun Wologai, Faunaka,
Resetlemen dan Pasado’o. Desa Wologai Tengah memiliki jumlah penduduk 927 jiwa dengan
kepadatan penduduk 128km2 yang terdiri dari 437 jiwa laki-laki dan perempuan 490 perempuan (BPS
Kabupaten Ende,2014). Untuk mencapai desa adat Wologai dibutuhkan waktu 1,5 jam perjalanan dari
Kota Ende dengan menggunakan bis angkutan umum atau sepeda motor.

Gambar 1.Kondisi fisik Desa Adat Wologai
Sumber : http://yuknyasardiflores.blogspot.com/
Secara geografis Desa Wologai Tengah merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Detusoko,Kabupaten Ende. Batas-batas Wilayah Desa Wologai Tengah antara lain:Utara
berbatasan dengan Desa Kebesani (Kecamatan Detukeli), Selatan berbatasan dengan Desa Nduaria
(Kecamatan Kelimutu), Barat berbatasan dengan Desa Wologai

dan Desa Nuaone dan Timur

berbatasan dengan Desa Wologai Timur (Kecamatan Lepembusu Kelikose).

Gambar 2.Letak Geografis

Sumber : Bappeda Kab.Ende & google Earth
Desa Adat Wologai tengah merupakan desa adat yang masih memegang teguh adat
istiadatnya, Di desa ini masih banyak kita jumpai seremonial-seremonial adat yang dilaksanakan
masyarakat setempat. Biasanya acara tersebut dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan
September. Biasanya dalam perlaksaan upacara adat ada pantangan-pantangan yang tidak boleh
diikuti atau dilanggar oleh masyarakat setempat. Salah satu upacara yang sering dilakukan adalah
upacara penyambutan tamu. Cara ini dilakukan apabila ada pengunjung yang datang ingin berkinjung
ke Desa Adat Wologai. Dalam penyambutan tamu ada tata cara yang harus dilakukan oleh pengunjung
mulai awal hingga akhir.

Acara Penerimaan Tamu
Pada penerimaan tamu, masayarakat Wologai melakukan seremonial adat berupa tarian dan
nyayian daerah. Jumlah penari tersebut terdiri dari laki-laki dan perempuan yang memakai baju adat
Ende-Lio (Lawo Lambu bagi wanita dan bagi laki-laki). Dalam proses penerimaan tamu masyarakat
Wologai tidak memberikan tarif biaya masuk pada pengunjung. Tetapi bila ingin memberikan, para
pengunjung bisa memberikan dengan seiklasnya tanpa ada unsur paksa dari masyarakat Wologai
senidir.
Masyarakat Wologai merupakan masyarakat yang rama dan sopan terhadapt tamu-tamu yang datang.
Walaupun desa adat ini berjarak sekitar 65 km2 dari pusat kota, tetapi masyarakat ini sudah bisa
mengetahui informasi-informasi dari informan apabila ada tamu yang datang berkunjung ke desa

mereka. Biasanya yang jadi memandu para tamu yaitu kepala desa setempat atau petuga yang diberi
tugas untuk menjadi guide bagi pengunjung tersebut.

Permodelan ruang budaya pada acara penerimaan tamu

1

Para Penari
Tamu
Sa,o
Tubu Musu
Gambar 3.Tahapan Awal
Sumber : Hasil Analisis
Pada
ruang

untuk

tahap awal para tamu yang berkunjung ke Desa Adat Wologai dipersilakan ke suatu
memakai pakaian Adat Ende-Lio. Hal ini bermaksud menandakan para tamu yang

berkunjung masuk dalam keluarga masyarakat Wologai. Selanjutnya para tamu yang sudah memakai
pakaian adat tersebut diringi musik tradisional untuk dibawa ke lokasi kompleks rumah adat tersebut.
Pada tahap selanjutnya, para tamu tersebut disambut oleh para penari berjumlah 4-6 yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan.

2

Sa,o Ria

Pengunjun
Mosalaki

Gambar 4.Tahapan Penyambutan
Sumber : Hasil Analisis

Pada tahapan ini, para tamu tersebut disambut oleh para mosalaki didepan pintu masuk ke
kampung adat ,dengan membaca seremonial-seremonial adat penyambutan tersebut. Kemudian para
tamu tersebut diringi mengelilingi kampung adat tersebut yang didampingi mosalaki dan kemudian
masuk ke salah satu rumah adat (sa,o ria) untuk melakukan sedikit ritual dalam rumah tersebut,
sebelum melakukan upacara besar. Didalam Sa,o Ria tersebut tamu tersebut disuguhkan makan sirih
pinang(katanya ritual adat yang harus dilaksanakan).

Setalah melakukan acara didalam rumah adat (sa,o ria), para tamu tersebut

keluar dan

menuju ke suatu tempat yang letak di tengah-tengah perkampungan adat Wologai. Pelataran tersebut
berupa ruang terbuka yang disusun dengan batu-batu bertingkat dan ditengah ada sebuah batu yang
berbentuk lonjong (tubu Musu). Diarea tersebut biasanya masyarakat Wologai melakukan acara-acara
adat.

Sa,o

Tubu Musu
Gambar 4.Posisi Kedha dan Tubu Musu
Sumber : Arsitektur Unwira

Salah satu persyaratan disaat melakukan upacara adat,alas kaki diwajibkan dilepas yang
bermaksud untuk menghormati para leluhur Wologai. Setelah itu para tamu tersebut dan para
masyarakat menuju ke pelataran terbuka tersebut (Kajo Kanga), untuk melakukan seremonial adat.
Kajo Kanga merupakan area lingkaran yang mengelilingi tubu musu, yang berupa susunan batu-batu.

Kajo Kanga

Gambar 5.Posisi Kajo Kanga
Sumber : Hasil analisis

Gambar 6.Kajo Kanga
Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com

3

Sa,o Kedha

Pengunjun
Mosalaki

Gambar 7.Proses Mosalaki Masuk
Sumber : Hasil Analisis

Pada tahapan ini seorang mosalaki pu,u (pemimpin adat) masuk kedalam Sa,o Kedha. Sa,o
Kedha merupakan salah satu rumah adat yang posisinya berada ditengah perkampungan, Rumah adat
ini tanpa dinding dan dibiarkan terbuka.Sa,o Kedha ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan
benda-benda yang berkaitan upacara adat seperti, gendang, kepala kerbau, dll. Bagi pengunjung
dilarang masuk apabila sedang dilaksanakan sremonial adat, tetapi setelah selesai seremonial adat
masyarakat atau pengunjung biasa masuk ke dalam sa,o kedha tersebut.Setelah sampai ke dalam
Sa,o Kedha, mosalaki pu,u tersebut melakukan ritual-ritual adat didalam sa,o. tahapan selanjunya
mosalaki keluar dari sa,o tersebut dan menuju ke area pelataran

menunuju tubu busu ubtuk

melakukan persembahan.

Gambar 8.Sa,o Kedha
Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com

4

Pengunjun
Mosalaki
Tubu Busu
Gambar 9.Proses Mosalaki Keluar
Sumber : Hasil Analisis

Selanjutnya mosalaki pu,u tadi keluar dari sa,o kedha dan menuju ke tubu musu untuk
melakukan persembahan kepada leluhur mereka. Tubu musau. Tubu musu merupakan sebuah batu
lonjong yang ditancapkan ke tanah dan disekitarnya terdapat loda landa. Diarea ini masalki puu ini
melakukan ritual-ritual yang menggunkan bahasa adat setempat untuk mempersembahkan hasil-hasil
mereka kepada leluhur mereka.

Gambar 10.Tubu Musu
Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com
Setelah melakukan tahapan-tahapan dari awal hingga masuk ke arah puncah, dimana semua
masyarakat Wologai berkumpul di area/pelatan terbuka (kajo kanga) untuk melakukan tarian-tarian.
Tarian pertama yang dilakukan adalah tarian gawi (tandak). Tarian ini dipimpin oleh seseorang (sodha)
untuk mengiringi masyarakat lain dan diringi oleh music tradisional setempat. Tarian ini biasanya
formasinya berbentuk lingkaran dan mengelilingi tubu musu. Tarian ini merupakan upacara yang
maknanya adalah kebersamaan karena tarian ini dilakukan secara beramai-ramai oleh masyarakat
adat. Dalam melakukan upacara ini tidak ada perbedaan antara masyarakat dan pengunjung. Saat
melakukan upacara tarian ini masyarakat dilarang melakukan aktivitas lain, jika melanggar diberi
sansi. Biasanya acara tersebut dilakukan 1 bulan penuh tergantung upacara adat apa yang dilakukan
oleh masyarakat dan bulan berapa upacara itu dilakukan. Pada masyarakat Wologai upacara-upacara
adat dilakukan pada bulan April hingga bulan September.

Masyaraka
Mosalaki
Pengunjun
Formasi

Gambar 10.Proses Tarian Adat
Sumber : Hasil Analisis

Gambar 11.Tarian Gawi
Sumber : ludger-budayawologai.blogspot.com
Setelah melaksanakan tarian tersebut maka selesai sudah acara adat tersebut. Tetapi akan
dilanjutkan pada hari esoknya. Dalam pelaksanaan seremonial adat biasanya dari pagi hingga malam,
tanpa ada yang melakukan aktivitas didalam ataupun diluar desa adat Wologai tersebut. Setiap
masyarakat wajib mengikuti dan patuhi aturan-aturan yang telah berlaku. Jika melanggar diberi sangsi
yang dilakukan, dilihat dari jenis pelanggaran, pelanggaran kecil atau berat. Jika pelanggaran ringan
akan ditegur dan bila pelanggaran berat dibayar dengan seekor babi atau kerbau.

KESIMPULAN
Desa Adat Wologai suku Ende-Lio benar-benar mencerminkan social budaya masyarakatnya.
Sehingga masyarakat maupun arsitektur yang diciptakan mempunyai landasan yang kuat dan khas.
Kesadaran masyarakat Wologai yang sangat menghargai alam sebagai tempat mereka menyandarkan
hidup patut menjadi tauladan bagi masyarakat luas, terutama yang mengaku sebagai masyarakat
modern yang menganggap alam sebagai alat bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Desa Adat Wologai sangat mematuhi aturan-aturan adat tanpa melanggar apapun. Tahapantahapan mulai awal hingga akhir masyarakatnya sangat menghargai dan memtahuinya. Hal ini
memberikan kepada kita bahwa setiap tahapan bila diikuti dengan baik akan memberikan sebuah
ungkapan kita terhadap kondisi budaya kita. Karena budaya merupakan cerminan bagi kehidupan kita.

REFRENSI
Bismo S. Prinsip dasar Permodelan dan Model Sistematis.
Hidayatun Maria IR. Hakekat Ruang dalam Arsitektur Tradisional sebagai Satu Bentuk Jawaban dari
Tantangan Alam, Universitas Kristen Petra.

Lake.CH Reginaldo (2014). Konsep Building Task Arsitektur Permukiman Vernakuler Wologai di
Pulau Flores. Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang,2014.
Messakh.J, Akulturasi yang Mengedepankan Lokalitas dalam membentuk Identitas
Arsitektur Nusa Tenggara Timur. E-Journal, Vol 1 No 2, 2014
Solihin A.Hasibun Z. Permodelan Arsitektur Teknologi Berbasis Cloud untuk Institusi Perguruan Tinggi di
Indonesia. Universitas Indonesia.
http://zulfikarmsi.wordpress.com/materi-kuliah-simulasi-dan-pemodelan-bab-i/
http://antariksaarticle.blogspot.com/2011/01/struktur-ruang-budaya-dalam-permukiman.html
http://ludger-budaya wologai.blogspot.com/2011/08/wologai.html (diakses pada tgl 22 des 2014)
http://martin-satbanlima.blogspot.com/2011_02_03_archive.html (diakses pada tgl 22 des 2014)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25