ASUHAN KEPERAWATAN PADA CA PARU

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
(KARSINOMA BRONKHOGENIK)

1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkhogenik biasanya berpariasi
seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas. Riwayat
penyakit saat ini biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lain dan
tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Sering kali karsinoma ini menyerupai
pneumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Batuk merupakan gejala umum yang
sering kali diabaykan oleh klien atau dianggap sbagai akibat merokok atau bronkhitis.
Bila karsinoma bronkhus berkembang pada klien dengan bronkhitis kronis, batuk
akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah.
Riwayat penyakit sebelumnya, walowpun tidak terlalu spesipik biasanya akan
didapatkan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan.
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari klien dengan kangker paru beresiko
lebih besar mengalami penyakit ini, walowpun masih belum dapat dipastikan apakah
hal ini benar-benar karna faktor heredikter atau karna faktor-faktor familiar.
b. Pengkajian Pisiko-Sosial-Spiritual
Adanya kesimpulan penegakan diagnosis medis karsinoma bronhogenik akan

memberikan dampak yang luar biasa terhadap keadaan status pisikologis klien.
Mekanisme koping biasanya meladaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran
dalam kluarga, kemampuan ekonomi untuk pengobatan serta progmosis yang tidak
jelas merupakan faktor-faktor pemicu kecemasan.
2. Pemeriksaan Fisik
Breating
a. Inspeksi
Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk, dengan/tidak peningkatan
produksi sekret. Pergerakan dada biasanya asimetris bila terjadi komplikasi epusi
peura dengan hemoragi. Nyeri dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tapi biasanya
dialami sebagai rasa sakit atau tidak nyaman sebagai akibat penyebaran neopalstik ke
mediastrium.
b. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan teknik premitus biasa menurun.
c. Prekuensi
Pada perkusi, didapat suara normal sampai hipersensor
d. Auskultasi
Didapat bunyi setridor lokal, wheezing unilateral didapat apabila karsinogen
melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan ciri khas pada tumor bronkus.
Penyebaran lokal tumor ke stuktur mediastrium dapat menimbulkan suara serak

akibat terserangnya sarap rekulen, terjadi dispagia akibat keterlibatan esopagus dan
paralisis hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi

Nodua soliter terbatas yang sering disebut coin lesion.pada kadiogram dada sangat
penting dan merupakan petunjuk awal untuk menditeksi adanya karsinoma
bronkhgenik meskipun dapat juga ditemukan pada keadaan lain. Pemeriksaan ct scan
dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnostik karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak didaerah sentral paru,
tindakan ini berlanjut sebagai tindakan diagnostik.
c. Sitologi
Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel kangker yang
tidak terjangkau oleh brokhoskopi. Pemeriksaan sitologi, sputum, bilasan bronkhu.
Dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranaan yang sangat penting dalam
penegaakan diagnosis kangker paru.
4. Diagnosis keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektip yang berhubungan dengan peningkatan

jumlah/perubahan/mukus/viskositas sekret. Keterbataan gerak dada, nyeri, lemah, dan
kelelahan.
b. Pola napas tidak efektip yang berhubungan dengan obstruksi trakeobronkus oleh
sekter, perdarahan aktif perubahan ekspansi paru dan prosen implamasi.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran pertukaran udara ke
alveoli atau kebagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler (atelektasis,
adema paru, epusi, dan sekresi berlebih, pendarahan aktif)
d. Nyeri akut yang berhubungan invasi kangker ke pleura dan dinding dada.
e. Kecemasan yang berhubungan dengan ancaman kematian, tindakan diagnostik, dan
penyakit kronis.
f. Gangguan penurunan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan intake yang tidak adektual, peningkatan metabolisme dan proses
keganasan.
g. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan stuktur tubuh.

5. Rencana Intervensi

Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli
atau kebagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler.
(atelektasis, edema paru, epusi dan sekresi berlebih, pendarahan aktif)

Tujuan : dalam waktu 1x 24 jam pertukaran gas kembali efektip.
Ktiteria : TTV dalam batas normal, GDA berada dalam batas normal, menujukan ventilasi
yang adektul, O2 adektual pebaikan distres pernapasan.
Rencana Intervensi
Rasional
Catat frekuensi dan dalam pernapasan Teknipnea dan dispnea menyertai obstruksi paru.
penggunaan otot bantu dan napas
bibir.
Auskultasi paru untuk penurunan
bunyi napas dan adanya bunyi
tambahan sekret.
Observasi perfusi daerah akral dan
Area yang terpentilasi dapat diidentifikasi dengan
signosis (daun telinga, bibir, lidah,
tak adanya bunyi napas.
membran lidah).
Menunjukan hipoksemia sistem.
Lakukan tindakan untuk memperbaiki
jalan napas.
Tinggikan kepala/ tempat tidur sesuai

Jalan napas lengket/kolaps menurunkan jumlah
dengan kebutuhan
alveoli yang berpungsi secara negatif mempengaruhi
pertukaran gas.
Meningkatkan ekspansi dada maksimal sehingga
membuat mudah bernapas meningkatkan
kenyamanan klien.
Kaji tingkat kesadaran.
Hipoksemia sistemik dapat ditinjukan pertama kali
oleh gelisahdan rangsang disertai penurunan
kesadaran.
Kaji toleransi aktivitas.
Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea berat,
takikardia, dan distrimia.
Kolaborasi :
Hipoksemia ada pada berbagai derajat bergantung
Awasi seri GDA.
pada jumlah obstruksi jalan napas.
Berikan O2 dengan metode yang

Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran
tepat.
gas.

Nyeri akut yang berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dan dinding dada.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria : TTV dalam batas normal, secara subjektip pasien menyatakan nyeri berkurang,
klien tanpa rileks, klien dapat tidur, dan berpartisivasi dalam beraktivitas.
Rencan Intervensi
Rasional
Kaji kesadaran nyeri klien secara Membantu dalam menentukan status nyeri klien dan
PQRST.
menjadi data dasar untuk intervensi dan monitoring
keberhasilan intervensi.
Lakukan menejemen nyeri sesuai Meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi
sekala nyeri :
sensasi tekan pada area yang sakit.
1. Atur posisi Fisikologis

2. Ajarkan tehnik relaksasi

seperti napas dalam pada
saat rasa nyeri datang.
3. Ajarkan metode distraksi.

Hipoksemia lokal dapat menyebabkan rasa
nyeri dan peningkatan suplai oksigen pada area
nyeri dapat membantu menurunkan rasa nyeri.
Pengalihan rasa nyeri dengan cara distaksi dapat

4. Beri menejemen sentuhan
berupa pemijatan ringan
pada area sekitar nyeri.
5. Beri kompres hangat pada
area nyeri.
Kolaborasi dengan memberikan
analgeti secara periodik.

meningkatkan respons pengluaran endokrin
untuk memutus reseptor rasanyeri.
Meningkatkan respon alitan darah pada area

nyeri dan merupakan salah satu metoda
pengalihan perhatian.
Meningkatkan respon aliram darah pada area
nyeri .
Mempertahankan kadar obat dan menghindari
puncak periode nyeri.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124