BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek - Pengembangan Kawasan Komersial Kampung Hamdan dengan Pendekatan Arsitektur Hijau

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN

2.1 Lokasi Proyek

  Proyek perancangan yang ke- enam ini berjudul “Model Penataan Fungsi Campuran Perumaha n Flat Sederhana”. Tema besar yang mengikuti judul proyek tersebut adalah isu mengenai sosial

  • – ekonomi. Proyek ini dilaksanakan oleh pihak Pemerintah Kota Medan dan bekerjasama dengan pihak swata yang dianggap memiliki kemampuan lebih untuk mengembangkan proyek revitalisasi kawasan muka Sunga Deli. Dalam hal ini pihak swasta yang dimaksud adalah PT Twin River Development, yang merupakan konsorsium pengembang ternama di Kota Medan.

  Pengembangan kawasan muka Sungai Deli ini dimaksudkan untuk mewujudkan satu model penataan, pengembangan dan revitalisasi kawasan muka sungai dalam satu perencanaan terpadu yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi upaya dan langkah sejenis, baik dalam konteks Kota Medan yang lebih luas lagi.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek

  Sumber : Google Maps (2014)

  5 Proyek perancangan sendiri berlokasi di permukiman Kampung Hamdan, yang berbatasan dengan tepi Sungai Deli, Jalan Multatuli dan Jalan Ir. H. Juanda, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun dan terdiri dari Linkungan I, Lingkungan II, Lingkungan III dan Lingkungan IV. Kawasan Kampung Hamdan ini merupakan kawasan padat penduduk. Secara demografi penduduk Kampung Hamdan terdiri dari seratus kepala keluarga dengan total jumlah penduduk lebih kurang tiga ratus lima puluh jiwa.

  Lebar Sungai Deli pada area Kawasan Kampung Hamdan mencapai 15

  • – 27 meter, serta mempunyai kedalaman sungai mencapai 3 – 6 meter. Lebar jalan Ir. H.

  Juanda mencapai 12,8 meter, kandungan material badan jalan merupkan aspal dengan kondisi baik, lebar parit pada jalan Ir. H. Juanda mencapai 1,2 meter. Pada jalan Multatuli, lebar badan jalan sebesar 4,2 meter dengan kandungan material aspal dan dengan kondisi yang cukup baik, lebar parit pada jalan multatuli sebesar 0,8 meter. Serta pada jalan Samanhudi, lebar badan jalan 6,5 meter dengan kandungan material aspal dalam kondisi yang cukup baik serta lebar parit yang mencapai 1,7 meter.

2.2 Topografi Lahan

  Permukaan tertinggi pada lokasi perancangan terdapat pada ketinggian lebih dari dua puluh enam meter, sedangkan daerah permukaan yang paling rendah berada di area pinggiran sungai yaitu berada pada ketinggian lebih dari dua puluh tiga meter pada lokasi perancangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kawasan Kampung Hamdan ini memiliki tanah yang cukup berkontur sehingga bisa dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah termasuk dreinase. Selain itu tanah yang berkontur ini bisa dimanfaatkan untuk pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami dalam bangunan yang akan dibangun.

Gambar 2.2 Topografi Lokasi Proyek

  Sumber : Penulis (2014) Walaupun kawasan ini memiliki tanah yang berkontur, pada saat musim hujan air sungai pasti akan meluap sehingga menggenangi pemukiman warga. Hal ini dapat terjadi karena sistem aliran dreinase dari kawasan yang kurang baik, serta kurangnya area hijau sebagai area resapan air juga menjadi permasalahan yang cukup rumit di kawasan pemukiman padat penduduk ini.

2.3 Aspek Fisik Kawasan

2.3.1 Tipologi Rumah

  Kelurahan Hamdan ini merupakan permukiman padat penduduk. Dari hasil survei lapangan, jarak rumah ke rumah yang lain sangat berdekatan tanpa adanya pagar pembatas, rumah berdempetan sering ditemui di dalam kawasan ini. Tipologi rumah pada kawasan ini dapat disimpulkan adalah berupa rumah deret, rumah tunggal dan rumah kopel.

Gambar 2.3 Rumah Kopel pada Kampung Hamdan

  Sumber: Penulis (2014)

Gambar 2.4 Rumah Deret pada Kampung Hamdan

  Sumber : Penulis (2014) Pada gambar di atas bisa dilihat kondisi satu rumah yang berada dalam lokasi proyek perancangan. Berikut tabel mengenai data garis sempadan kawasan :

Tabel 2.1. Data Garis Sempadan dan Ketentuan KDB

  Garis Sempadan Sungai : 15 meter KDH (koefisien dasar hijau) : Berdasarkan RDTR Kec. Medan

  Maimun, untuk kawasan perumahan minimal 25%

  1. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (> 75%)

  2. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan tinggi (50%-75%)

  3. Blok peruntukan dengan Klasifikasi KDB Berdasarkan RDTR Kec. koefisien dasar bangunan

  Medan Maimun : menengah (20%-50%)

  4. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5%-20%)

  5. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat rendah (< 5%)

  Ketentuan KDB untuk perumahan adalah KDB menengah - tinggi, tergantung besar luas kapling dan lokasinya terhadap jalan.

  KDB untuk perumahan di tepi jalan fungsi Primer Petak besar : maksimal 40% A. Petak sedang : maksimal 50% Petak kecil : maksimal 60% KDB untuk perumahan di tepi jalan fungsi Sekunder dan jalan Lingkungan Petak besar : maksimal 50% B. Petak sedang : maksimal 60% Petak kecil : 60% - 70%

  Sumber : Penulis (2014) Melihat data di atas, tertulis bahwa bangunan di sekitar kawasan perancangan tidak memperhatikan KDB, KLB dan GSS. Koefisien dasar hijau di sekitar kawasan perancangan tidak terlihat karena lahan kosong yang ada seharusnya digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kawasan perancangan.

2.3.2 Material Bangunan

  Material yang digunakan setiap bangunan bervariasi, untuk konstruksi rumah banyak menggunakan beton dan kayu, dinding bangunan menggunakan batu bata dan kayu, untuk bahan atap menggunakan seng sebagai penutup bangunan. Pada kawasan proyek terlihat kondisi rumah berdasarkan kenyamanan termal tidak memenuhi standar rumah yang seharusnya. Akibat rumah-rumah yang menempel satu sama lain, sirkulasi udara dan cahaya pada rumah tidak baik.

Gambar 2.5 Material Beton

  Sumber : Penulis (2014)

Gambar 2.6 Material Kayu

  Sumber : Penulis (2014)

2.3.2 Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Gambar 2.7 Area Ruang Terbuka Hijau pada Lokasi Proyek Perancangan

  Sumber : Penulis (2014) Dilihat pada gambar di atas, kebanyakan ruang terbuka yang tersedia dijadikan tempat untuk menumpuk barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan dijadikan tempat sampah. Terdapat beberapa ruang terbuka lainnya, namun kesemuanya ditutup dengan perkerasan sehingga tanaman apapun tak bisa menumbuhi ruang terbuka tersebut.

  Lapangan sekolah terutama sangat tidak aman untuk anak-anak bermain karena merupakan perkerasan dan juga tidak ada terdapat satupun pohon sehingga terasa gersang dan panas.

  Pinggiran sungai yang terdapat banyak pohon seharusnya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang bisa digunakan sebagai aktivitas sosial, namun pada site kebanyakan pinggiran sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga warga kampung Hamdan. Sirkulasi udara di sekitar sitepun kurang nyaman dan terasa panas ketika berjalan karena tidak ada pohon disekitar perumahan warga.

2.3.3 Sistem Utilitas Kawasan

  Kondisi utilitas pada lokasi perancangan belum memadai. Kondisi saluran dreinase yang berupa selokan tidak memiliki penutup, sehingga menjadi tempat menumpuknya sampah. Hal ini menyebabkan pemandangan pada lokasi perancangan tidak menyenangkan dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan warga setempat.

  Kondisi yang mengkhawatirkan juga terlihat dari kebiasaan warga yang menggunakan kabel listrik sebagai tempat menjemur pakaian. Beberapa penerangan jalan dibuat sendiri oleh warga dengan menggantung lampu pada kabel listrik.

Gambar 2.8 Gambar Lampu Jalan Pada Lokasi Perancangan

  Sumber : Pemulis (2014) Kondisi yang sama mengkhawatirkannya juga terlihat pada lokasi perancangan yang tidak memiliki tempat pembuangan sementara (TPS) sehingga di beberapa titik pada lokasi perancangan menjadi tempat menumpuknya sampah warga termasuk di pinggiran Sungai Deli, bahkan ironisnya tidak hanya di pinggiran tetapi badan sungai juga menjadi tepat pembuangan sampah warga sekitar.

  Masalah dreinase pada kawasan juga merupakan masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Kurangnya kesadaran warga akan pentinganya kesehatan menjadi sorotan utama pada kawasan ini. Dimulai dari kesadaran warga mengenai membuang sampah pada tempatnya. Malah kebanyakan warga meletakkan sampah begitu saja di samping rumah atau di tepi jalan pedestrian, di selokan-selokan yang berada di sekitar rumah warga.

Gambar 2.9 Gambar keadaan saluran dreinase pada tapak

  Sumber : Penulis (2014) Selokan warga baik yang besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah rumah tangga maupun sampah-sampah organik dan non organik. Kondisi ini dapat dilihat pada

  Gambar 2.4.

Gambar 2.10 Gambar keadaan pinggiran sungai sebagai Tempat Pembuangan Sampah

  Sumber. Penulis (2014) Pinggiran sungai juga dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga dan industri, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Kondisi ini membuat Sungai Deli di kawasan ini tercemar dan mengurangi kedalaman sungai karena sampah yang masuk ke dalam sungai, yang mengakibatkan sampah mengendap di dasar sungai.

2.3.4 Akses Kendaraan Akses menuju lokasi perancangan hanya bisa melalui jalan Multatuli dan Ir. H.

  Juanda. Sirkulasi pada lokasi perancangan yang tidak beraturan dan memiliki banyak gang-gang kecil menjadi karakteristik lokasi perancangan. Sirkulasi pada lokasi perancangan umumnya hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua dan kendaraan roda tiga. Kondisi koridor jalan cukup memprihatinkan karena lebar jalan yang terlalu kecil dan tidak adanya pemisah antara jalur pejalan kaki dengan kendaraan bermotor. Trotoar yang terdapat di pinggiran lokasi perancangan berubah fungsi menjadi tempat usaha. Sehingga tidak jarang pejalan kaki mengambil badan jalan untuk jalur sirkulasi yang tentunya hal ini sangat membahayakan keselamatan.

Gambar 2.11 Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki

  Sumber : Penulis (2014) Di kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak jalan-jalan kecil yang hanya bisa dilewati pejalan kaki, sepeda motor dan becak karena padatnya perumahan penduduk. Jalan primer pada kawasan ini terletak pada jalan sekitar site yaitu, Jalan Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan gang-gang kecil yang terdapat di dalam site yang tidak dapat dilalui kendaraan beroda empat.

2.3.5 Sosial - Ekonomi

  Pengamatan langsung terhadap perilaku sosial masyarakat juga dilakukan dalam studi lapangan. Hal ini dilakukan karena masalah sosial yang muncul pada kawasan tidak dapat dipahami dari sudut pandang perancang dari luar masyarakat.

  Kehidupan sosial merupakan bagian kebudayaan, di mana kehidupan sosial meliputi interaksi sosial yakni kelakuan manusia dengan manusia lain di sekelilingnya yang akan menghasilkan tingkatan-tingkatan sosial tertentu dan stratifikasi sosial. Kegiatan sosial pada lokasi perancangan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan ekonomi, karena kebanyakan interaksi sosial yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan ekonomi. Hal ini terlihat di beberapa warung kopi dan warung-warung jajanan yang tersebar pada lokasi perancangan kebanyakan menjadi tempat berkumpul warga.

Gambar 2.12 Tempat Interaksi Sosial

  Sumber : Penulis (2014) Terlihat suasana lokasi perancangan yang tidak begitu ramai. Interaksi sosial banyak dilakukan di teras rumah yang saling berhadapan. Warga saling berkomunikasi dari teras rumah masing-masing tanpa meninggalkan pekerjaan rumah tangganya. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya pagar pembatas antar rumah dan jarak rumah-rumah yang saling berdekatan. Sungai juga menjadi tempat interaksi sosial warga, mulai dari pinggiran sampai badan sungai. Warga melakukan aktivitas mencuci, memancing bersama-sama di pinggiran sungai, sedangkan anak-anak bermain di daerah badan sungai yang dangkal. Untuk kegiatan olahraga, warga menggunakan lahan kosong pada malam hari karena menghindari panas sinar matahari.

Gambar 2.13 Gambar Kegiatan Olahraga Di Malam Hari

  Sumber: Penulis (2014)

  2.3.6 Kepatuhan Hukum dan Peraturan

  Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang sungai, terlihat bahwa tidak adanya kepatuhan hukum dan peraturan yang ada di sekitar Kelurahan Kampung Hamdan seperti ruang sungai yang berupa garis sempadan sungai dan perlindungan pada sungai. Ini terlihat dari keadaan bangunan di tepi sugai dan keadaan sungai yang terdapat banyak tumpukan sampah, menyebabkan air sungai meluap.

  Untuk perlindungan dasar sungai bisa menggunakan batu-batu lepas. Hal ini dilakukan pada daerah sungai yang tererosi secara intensif. Cara penanganannnya yaitu dengan menyusun batu pada dasar sungai dengan konstruksi menyerupai ripple dan pool.

  2.3.7 Anggaran dan Biaya & Analisis Investasi

  Sebagian besar warga kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke bawah dengan pendapatan sekitar 1,2 juta-1,5juta rupiah per orang. Harga lahan di 2 kampung Hamdan yaitu sekitar 2,5juta-13juta rupiah per m .

  Dengan pendapatan tersebut, warga tidak mampu untuk membeli satu unit di rumah susun. Bentuk Rumah Susun yang aneh/unik dan berlebihan akan membuat biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan bangunan menjadi tinggi sehingga warga tidak mampu menanganinya.

  Rumah susun akan didesain semurah mungkin yaitu dengan menggunakan material bangunan yang terjangkau dan ada dijual di sekitar site (Medan). Karena warga kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke bawah, maka pada rumah susun yang di bangun nanti akan menggunakan sistem sewa bagi yang tidak mampu membelinya. Desain rumah susun akan dibuat sederhana untuk menghindari tingginya biaya pemeliharaan.